#taman ujung
Explore tagged Tumblr posts
Photo
By Fttravels
Karangasem Regency, Bali, Indonesia
#curators on tumblr#indonesia#asia#travel#taman ujung#karangasem regency#bali#southeast asia#architecture#fttravels
42 notes
·
View notes
Text
one last look before leaving...
#photography#indonesia#phone camera#landscape#garden#sky#trees#plants#buildings#bali#karangasem#taman ujung
5 notes
·
View notes
Text
Apakah Badak Bercula Satu Sudah Punah
Badak Jawa / Bercula Satu
Badak Jawa adalah salah satu spesies yang sangat langka dan terancam punah. Hampir tak ada lagi Badak Jawa yang hidup liar di alam bebas dan beberapa individu yang masih ada hanya bisa ditemukan di taman nasional Ujung Kulon. Fakta menyedihkan ini membuat kita sebagai makhluk hidup harus berperan aktif dalam melestarikan spesies ini.
Tahukah kamu bahwa Badak Jawa hanya ada di pulau Jawa. Spesies ini dulunya sangatlah banyak dan memiliki populasi yang besar, namun karena perburuan liar dan habitat yang terus terancam, jumlah Badak Jawa saat ini sangat sedikit. Padahal, Badak Jawa memiliki peran penting dalam ekosistem dan membantu menjaga keseimbangan alam.
Untuk membantu melindungi Badak Jawa yang hampir punah, kita bisa melakukan beberapa hal seperti:
Menjaga habitat alami Badak Jawa
Memberikan informasi dan edukasi tentang Badak Jawa kepada masyarakat
Mendukung program konservasi dan penelitian Badak Jawa
Menghindari perburuan liar dan membeli produk yang bertanggung jawab
Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat membantu menjaga keberlangsungan hidup Badak Jawa. Selain itu, kita juga bisa memberikan sumbangsih bagi lingkungan dan melestarikan keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang.
Jangan biarkan Badak Jawa punah begitu saja. Mari bersama-sama melindungi spesies ini dan memastikan bahwa mereka masih ada untuk generasi mendatang.
9 notes
·
View notes
Text
Discover the serene beauty of Taman Ujung Water Palace, an enchanting historical site nestled in the eastern part of Bali. This 2024 travel guide offers everything you need to know for a memorable visit to this hidden gem. Explore the palace’s stunning architecture, surrounded by tranquil pools and lush gardens that tell stories of Bali’s royal past. Whether you're a history buff, a photography enthusiast, or simply looking for a peaceful retreat, this guide provides essential tips on how to get there, the best times to visit, what to see, and insider advice to make the most of your experience. Uncover the magic of Taman Ujung and add a touch of royal elegance to your Bali adventure!
0 notes
Text
Balai TNUK Tutup Akses Darat Peziarah Menuju Sanghyang Sirah
SERANG – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menutup akses jalur darat menuju Gua Sanghyang Sirah bagi para peziarah. Tujuannya agar para pemburu tidak dapat bersembunyi di tempat tersebut atau berpura-pura menjadi peziarah. Kepala Balai TNUK, Ardi Andono mengatakan penutupan jalur hanya dilakukan di jalur darat. Peziarah masih bisa melakukan ziarah ke ‘Sirah Jawa’ melalui akses laut yang…
View On WordPress
0 notes
Text
Giat Patroli Rutin, Kepala B-TNUK Maksimalkan Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon
Pandeglang – Dalam rangka giat patroli rutin, Ardiandono Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (B-TNUK) pimpin langsung dan pastikan populasi badak jawa aman dan dapat berkembang tidak menurun apalagi punah. Ia menyampaikan pada awak media di Pulau Pecang, hari ini kami dan anggota yang bertugas serta dibantu juga oleh warga masyarakat yang peduli lingkungan dalam giat patroli rutin. “Beberapa…
View On WordPress
#Badak Jawa#Banten#Giat Patroli Rutin#Hutan Lindung#Kabupaten Pandeglang#Satwa Dilindungi#Taman Nasional Ujung Kulon
0 notes
Text
Ayo, ajak aku berkeliling
Aku hanya ingin lebih tau, tentang jalan yang kau tapaki pulang-pergi kerja, atau tukang sayur langgananmu, juga nasi kecap favoritmu,
Aku hanya ingin lebih paham, pada langit yang kau tengadahi bila hari melelahkanmu, atau sesaknya 5 lampu merah yang harus kau tempuh,
Aku ingin jua mengerti, rasa udara ketika pagi kau menerjang sang waktu dan kala sore kau bergegas membunuh waktu,
Bisakah pertemuan esok hari, kita sambangi seluruh jejak kaki mu itu, kita sapa seluruh wajah yang biasa kau temui?
Tak perlu aku kau ajak mengelilingi toko elok di ujung sana, apalagi duduk di tepian taman mengantongi roti tersohor bulan ini, tak perlu.
Aku hanya ingin lebih tau, biasa-biasanya kamu,
biasa-biasa yang membentukmu, yang menjadikan senyummu bisa seteduh itu, sabarmu bisa sedalam itu, tawamu bisa serenyah itu,
Tak perlu selalu seru apalagi banyak warna,
Aku, hanya ingin lebih tau, tentangmu.
293 notes
·
View notes
Text
Cheese Cake
Seperti cheese cake, cinta semestinya lembut, manis, sesekali asam gurih, membuatmu gembira, tersenyum lega dan membahagiakan. Bukan yang perih, yang pahit, yang membuatmu berpikir apakah saat ini sedang jadi prioritas atau satu dari banyak pilihan. Membuatmu ragu pada diri sendiri, membuatmu lelah, ketakutan dan tak berdaya.
Seperti pagi, cinta semestinya sejuk, haru, sesekali berkabut, membuatmu tenang, merasa tenteram dan melenakan. Bukan yang terik, yang panas, yang membuatmu merasa tak nyaman, membuatmu harus berpikir dan bersiasat, agar tetap sejuk, tetap dingin, dan tak kesakitan.
Seperti rindang pohon, cinta semestinya teduh, segar, membuatmu nyaman, merasa dijaga dan diberi perlindungan. Bukan yang kering, gersang, yang membuatmu harus berusaha keras menjaga apa yang nyaman, hingga pada akhirnya memaksamu untuk mencari yang lebih baik, mencari yang lebih pasti dan akhirnya kecewa.
Seperti pantai, cinta semestinya membuatmu basah, membuatmu merasakan suka cita, membawa kepada langit biru di pagi hari, di ujung horizon dimana samudera dan langit beririsan. Hingga kamu kemudian merasakan sunyi subuh yang perlahan diisi suara kicau camar, debur ombak, gesekan pinus, dan segala yang membuatmu terlena.
Seperti mawar mekar, cinta semestinya indah, warna merah terang, dan memancarkan aroma manis. Cinta seharusnya seperti pesona taman bunga yang memikat hati dan mengajakmu untuk piknik dan makan enak. Bukan yang layu, yang pudar, yang membuatmu merasa terpinggirkan dan tak dihargai.
Seperti secangkir kopi, cinta seharusnya memberimu kehangatan, getir yang nikmat, dan aroma yang membuatmu bersemangat. Bukan yang encer, yang terasa seperti pasir, yang mengecewakanmu. Atau seperti gula yang manis dan pelan-pelan membunuhmu. Mengintai dari tempat yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Cinta seharusnya sepertimu, yang indah, yang membuat kata-kata jadi kerdil dan tak punya makna, yang membuatku tenggelam hilang di dalam palung. Bukan yang kusam, yang dangkal, yang membuatmu merasa kehilangan arti dalam setiap detiknya.
#heartbreak#perpisahan#kehilangan#armandhani eminusdoleo#love#break up#esai#prosa#quotes#breaking up
40 notes
·
View notes
Text
𝐏𝐮𝐥𝐚𝐮 𝐏𝐞𝐮𝐜𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐮𝐥𝐨𝐧
Adalah pulau kecil yang terletak di ujung Barat Pulau Jawa. Dengan tema aktivitas Wisata Bahari yang terdiri dari wisata pantai, jelajah pulau serta kegiatan underwater.
Taman Nasional Ujung Kulon secara administrative berada di wilayah Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang dilindungi oleh UNESCO karena hutan nya yang luas dihuni oleh Badak Jawa yang dilindungi.
𝐄𝐱𝐩𝐥𝐨𝐫𝐞 𝐏𝐮𝐥𝐚𝐮 𝐏𝐞𝐮𝐜𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐮𝐥𝐨𝐧
Jadwal Open Trip Pulau Peucang Ujung Kulon 3 hari 2 malam dengan keberangkatan dari Cawang, Jakarta untuk liburan Tahhun 2024. Yang anda dapatkan selama wisata di provinsi Banten ini adalah:
✔ Jelajah pulau-pulau atau Island Hopping di wilayah Taman Nasional Ujung Kulon Banten. ✔ Aktivitas Snorkeling atau selam permukaan di spot terbaik Ujung Kulon. ✔ Menunggu senja dan sunrise di Pulau Peucang. ✔ Open Trip ke Pulau Peucang: satu peserta pun bisa mendaftar, digabung dengan peserta lainnya. ✔ Cocok untuk: Sang Petualang dan Pencari Spot Foto.
🚩 𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐑𝐞𝐠𝐮𝐥𝐞𝐫 - 𝐓𝐢𝐚𝐩 𝐉𝐮𝐦'𝐚𝐭-𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 〰〰〰〰〰〰〰〰 💰 Rp. 690.000 /orang 📍 Start Cawang, Jakarta Jam 20.00 WIB
💰 Rp. 600.000 /orang 📍 Start Pelabuhan Sumur 04.00 WIB
🚩 𝑰𝒏𝒇𝒐 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒆𝒔𝒆𝒓𝒗𝒂𝒔𝒊 ➖➖➖➖➖➖➖➖ 📳 082-161-300-500 📨 https://s.id/cakraadventure 📨 https://s.id/cakraadventure 💚 @cakraadventure 🌐 www.cakraadventure.id
dventure
#pulaupeucang#canoe#pulaubadul#handeleum#ujungkulon#cidaon#opentrip#wisataujungkulon#opentrippulaupeucang⠀#opentripujungkulon#travelpulaupeucang#travelujungkulon#trippulaupeucang#tripujungkulon#explorepulaupeucang#exploreujungkulon#explorebanten#tamannasionalujungkulon#tnuk#banten#goexplore#exploreindonesia#goexploreindonesia#ujungkulonadventure#peucangisland
2 notes
·
View notes
Text
Aku kepada Diriku.
Perjalanan menuju dewasa mengantarkan kita pada hal-hal yang seringnya diluar kendali kita sebagai manusia. Ada hal-hal yang memang tidak bisa ditanggung oleh terbatasnya kapasitas kita sebagai manusia, dan bagiku itu adalah proses belajar yang berharga. Sebagai orang (yang sedang menuju) dewasa, semua pahit getirnya mau tak mau harus kita hadapi. Karena dengan melalui itu semua, kita jadi lebih paham makna berjuang dan berusaha. Meskipun di tengah-tengahnya, lebih sering kecewa yang dirasa.
Seiring dengan bertambahnya penolakan dan kegagalan yang kita alami, kita jadi lebih menghargai setiap kerja keras yang kita lakukan. Lebih menghayati doa-doa yang kita panjatkan. Karena kita tahu, yang bisa kita kejar hanya ikhtiar, serta tengadah tangan sepenuh doa dan sepanjang sabar. Dan nanti ketika Tuhan pemilik semesta mengabulkan apa yang kita butuhkan, kita tak akan lupa mengeja syukur dengan sebaik-baik cara yang kita mampu kerjakan, serta mengasah ikhlas pada segala pinta yang dijawab penundaan atau dengan penggantian yang lebih indah.
Tenang.. yang jadi punyamu akan tetap menujumu kok. Jangan terlalu banyak risau dan galau pada hal-hal yang tak mampu kau jangkau, ya? Ingat-ingat jua bahwa segala apapun yang melewatimu, itu artinya memang tak tertulis pada bukumu. Dengan begitu, hatimu akan lebih ringan untuk terus berjalan, dan lebih mudah melangkah menuju suatu tempat yang orang-orang bijak sebut dengan masa depan.
Kalau nanti kau lihat manusia-manusia baik selainmu sudah lebih jauh memacu kayuh, percayalah bahwa mereka juga berupaya dengan sungguh. Bukan karena waktu bergulir secara tak sama bagimu dan mereka, tapi karena memang kau dan mereka berbeda jalur yang ditempuh. Tugasmu, cukup menyeka peluh, lantas terus melaju menggiring roda-roda doamu tanpa jenuh.
Jangan lengah, jangan sepintaspun terbesit kata menyerah. Di suatu tempat di bentang bumi yang luas ini, akan selalu ada pemilik teduh yang menyambutmu pulang ke tempat bernama rumah. Dengan hangat peluk dan senyum merekah, serta binar mata yang berkilauan cerah. Yang akan selalu menerimamu, entah sepelik dan segelap apapun badai yang menerpamu dari satu-dua penjuru arah.
Dan aku ingin mengingatkan barang sekali-dua kali lagi, bahwa kamu pun sama baiknya dengan mereka. Entah di ladang kebaikan yang manapun, entah di taman-taman dakwah yang manapun, atau bahkan dari kebaikan sesederhana apapun yang mampu melengkungkan senyuman-senyuman meneduhkan milik siapapun, aku percaya kamu akan temukan satu yang akan jadi jalan penerang dan penenang kesukaanmu. Dan kamu bisa menimba ilmu dari situ.
So, jangan dulu lelah dididik Allah ya, Rum. You know that Allah knows what's best for you :))
Hamasah!
(Rabu, 31 Januari 2024, 17:28. Ujung kisah penutup di Januari, kamar kos, mendung dan suara guntur sebelum maghrib)
9 notes
·
View notes
Text
Van Der Laan dan Sebentuk Delusi
Di sebuah sudut lengang Amsterdam yang berselimut kabut tipis. Seorang wanita berdiri di depan etalase toko kecilnya. Cornelia Marijke dengan balutan gaun flanel yang terlalu sering dipakai, menyusun tumpukan majalah bekas di sudut bengkel jahit miliknya. Bengkel jahit yang diwariskan dari generasi ke generasi itu kini berderak menahan usia, tak jauh beda dari pemiliknya. Tangannya yang rapuh dan bekas tusukan jarum merapikan kain-kain yang terserak di atas meja. Sementara tatapannya tertuju pada tempat lampu gas yang berkedip lemah, seperti nyala yang hampir padam di jantung kota.
Di sudut ruang yang beraroma debu kain dan sisa lem, Frederik, suaminya, duduk membungkuk pada kursi rotan yang sudah menghitam. Di tangannya, tergeletak setelan seragam Pieter yang telah usang. Mesin jahit Frederik kembali menyulam robekan di ujung celana seragam itu. Kacamata tebal yang kusam berusaha menangkap setiap simpul yang ia ikat, sementara bayang-bayang cahaya dari atap yang retak memantul samar ke lantai kayu yang tak rata.
“Kau tahu, Fred?,” gumam Cornelia dengan suaranya yang parau. “Bahwa suatu hari kita akan tinggal di salah satu vila megah di kanal Keizersgracht. Rumah bata merah dengan taman kecil di depan, dengan papan nama perunggu yang mengilap bertuliskan: Dr. Pieter Van Der Laan, Spesialis Bedah. Pieter akan menjadi seorang dokter di Leiden, dan kita akan bangga menyebutnya dokter Pieter Van Der Laan.”
Frederik yang biasanya tak banyak bicara, kali ini tertawa lirih, suaranya seperti denting kaca halus. “Pieter? Seorang dokter?,” katanya sambil menggeleng pelan. “Oh, Cornelia, kau selalu memelihara ilusi. Apakah kau kira hidup semudah menjahit seragam sekolah ini? Sudah cukup kalau dia bisa bertahan hidup dengan layak, tanpa terseret beban harapan kita.”
Namun, Cornelia tak tersenyum kali ini. Ada kilatan keras di matanya yang cekung. “Tidak, Fred. Kau tak mengerti. Pieter akan jadi lebih dari sekadar bertahan. Dia akan menjadi seseorang. Seseorang yang terhormat,” ujar Cornelia, seraya menumpu tubuhnya di atas meja. Matanya menerawang ke langit-langit berpalang kayu.
Frederik meletakkan seragam di pangkuannya sejenak. Ia menatap Cornelia dengan mata letih. “Cornelia, kau tahu hidup kita. Kita ini sebatas tukang jahit. Kau terlalu berharap pada hal-hal yang belum pasti. Bukankah kita sudah cukup dengan apa yang kita miliki sekarang?”
Cornelia tidak terpengaruh, dan senyumnya tetap terpatri, “Bayangkan, Fred. Kita duduk di balkon rumah besar, jauh dari kekacauan Amsterdam ini. Kita menyeruput black tea dari cangkir-cangkir porselen Limoges, dengan aroma mawar yang menguar dari kebun halaman belakang. Kita tak perlu lagi menambal pakaian yang sama berkali-kali, atau hidup dari pesanan kecil-kecilan.”
Frederik menggeleng lagi, kali ini dengan sedikit lebih keras. Ia sudah terlalu sering mendengar delusi-delusi dari bibir istrinya. “Dan kau pikir kita akan betah tinggal di rumah orang lain? Kau pikir Pieter akan punya waktu untuk kita, di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter?”
Cornelia melangkah mendekat, berdiri di hadapan suaminya. “Tentu saja. Kita tidak akan menjadi beban. Kita akan punya kamar di sayap kanan rumah itu. Pagi-pagi sekali, kita akan bangun, dan menyiapkan segala sesuatu untuk mereka. Kita akan menjaga cucu-cucu kita, dan memastikan mereka tumbuh sehat. Aku akan membawa mereka berjalan-jalan di Vondelpark setiap sore. Sementara kau, Frederik. Kau bisa duduk di kafe Jordaan, menyilangkan kaki, dan menghisap pipa mewah dari kayu ebony yang selalu kau idam-idamkan.”
Frederik mendesah panjang, kali ini tanpa perlawanan. “Cornelia, kau selalu punya cara untuk membuat segala sesuatu terdengar begitu manis. Kau selalu berbicara mengenai Pieter seolah hidupnya sudah tertulis di atas lembaran emas. Tapi kau lupa satu hal, cinta dan hidup tak pernah sesederhana itu.”
Cornelia terdiam sejenak, merenungi kata-kata suaminya. Di luar, kabut mulai turun lebih tebal, menyelimuti kanal-kanal yang berliku seperti urat nadi kota yang tak pernah tidur. Jauh di kejauhan, lonceng gereja Westerkerk berdentang, memecah keheningan. Cornelia mendesah panjang, lalu mendesis lirih, “Mungkin kau benar, Fred. Tapi izinkan aku bermimpi sedikit lebih lama.”
Suasana hening kembali menguasai ruangan. Frederik melanjutkan menjahit, sementara Cornelia melangkah pelan ke pintu belakang toko. Suara air kanal terdengar lebih jelas di luar sana; dingin dan tenang, seolah berbisik bahwa mimpi mungkin akan hanyut.
Di atas meja kayu yang berderit, segelas black tea mendingin, tak lagi tersentuh.
2 notes
·
View notes
Text
Saturday run n walk
Weekend udah janjian sama adik mau olga bareng cenah sekalian hunting sarapan biasalah. Adikku lg nginep di mertuanya jadi bisa deh city walk bareng, tadinya mau weekdays tp ngga memungkinkan jadi weekend aja, anak2 ttp dong dititip bapak2nya dulu baru nanti nyusul ke tempat sarapan. Rencananya mau ke djaya mandiri sederhana itu yg di jl. Nanas berarti kali ke 3 aku kesana, adik belom pernah nyoba yowes kesana aja. Trus nentuin rutenya gmn jl. Nanas terlalu jauh dari rumahku (biasanya start dari rumah kan) pas ku cek maps 6k lebih, wlpn aku mampu tp kan adik engga baiklah kita ambil jalan tengah aja aku mikir dulu, gmn kalo jalan dari RS sariningsih kayanya bisa lah 3k nyampe gt 5000 steps mah. Oke katanya deal~ adik mah dari rumah mertua ke sariningsih naik gojek kan. Kalo aku mending lari yakaaaan, deket jg. Yg aku malesin tuh kalo city run ya nyebrang2nya soalnya jl. Pajajaran itu sungguh ngga pewe buat lari malah bikin rudet. Tp yaudah hajar ajadeh, kalo walk doang berasa kureng. Aku prediksi ke sariningsih itu 3k.
Malemnya diskusi dulu sama suami nentuin rute yg minim nyebrang di kehectican jalanan, yaudah ttp kan ambil pajajaran, nyebrang ke belakang living plaza yg ruby hotel itu keluar dr. Cipto kita ambil kiri lurus cipto terus sampe rs. Melinda 3 baru ke bunderan radjiman, wastu aja lurus.. Nah ide bagussss lah itu rute!
Sabtu subuh dah siap2 tuh, kata adik dia pergi 6.30an baiklah berarti aku mulai lari jam 6an. Udah isi perut dikit bgt sama minum susu coklat, start aja lari dari rumah.. Enjoy bgt weekend emg jalanan lebih sepi yaa jam6 tuuh, kan pada libur ngga rush hour. Sesuai planning rutenya hasil diskusi sama suami semalam. Nyebrang2nya alhamdulillah lancar soalnya msh sepi jg, smpe pajajaran belom nemu runner nih.. Eh taunya ada pas di cipto dia udah duluan jauh, abistu ada lagi dkt rs melinda 3 dia nyusul aku wkwk. Udah aja ke wastu nyebrang2nya aman.. Lurus terus belom nemu runner2 kalo biker mah banyaaak. Belom 2k itu ke wastu tuh masih 1,5k tiba2 si telapak kaki kambuh lg pegel jd pace aku agak melambat euy, pas tanjakan menuju purnawarman mayan ituu hahehoh gara2 kaki pas kuliat jam belom jg 2k duhhh pas bgt per4an dago merdeka riau baru deh itu 2k yaa itu udah nyampe sariningsih dong aah. Dan adik pst msh belom jalan, yaudah aku belokin ke dago, naaaah baru tuh runner2 bertebaran banyaaaak bgt, ada yg sendiri, sama pasangan, sama kawan2, sama komunitas. Beuhh meni resep. Aku lari ke dago masih dibawah sih, nyebrang ke trunojoyo lari disitu sepiii enakeunnn, mentokin sampe truno ujung trus balik lagi ke dago lewatin sariningsih trus nyampe ke riju balik lg ke sariningsih trus finished aja daaah dan ttp adik belom nyampe wkwk. 5 menit kemudian baru nyampe deeeh..
Di strava segini, tersingkron dgn baik wlpn ttp ada bedanya sama huawei health. Beuuhh dikit lagi 4k tau gt lari lagi aja mayan 5 menit wkwk etapi emg ini kaki sakit agak mengganggu sih, duh knp ya pdhl udah gpp tp kalo dibawa lari sakit lg huft.
Akhirnyaaaa bertemu adik, aku bawain running belt katanya mau pinjem jd drtd aku pake belt 2 cuy wkwk. Oke start aja dari sariningsih, jalan sepanjang riau sungguh enakeuuun sambil cerita2 sama adik ngalor ngidul, nyeritain jg tentang temen gengnya trainer poundfit udah bersertifikat, wanita karir tp sampingannya ituu, enjoy bgt sampe sibuk katanya. Tp adikku gapernah tertarik poundfit pdhl bestienya sendiri trainer, ah diamaaah mageran sih terlebih rumah di uber dan gabisa berkendaraan dah weh terjebak dirumah wkwk.
Pas nyampe taman pramuka kita belok kiri lurusss trus kanan lurus poto2 dulu dongss wkwkwk.
Ini di bengawan, taman superhero ke kanan aja jl. Belimbing trus kiri Nanas deeeh nyampeeeyyyy..
Antrian mayan panjang tp cpt koo satset, dpt tempat duduk.. Eeh suami dan anakku dtg nyusul haha meni tanginas kirain nanti pas siangan. Kata suami takut kesiangan cenaaah, tp adik iparku dan njen ngga jadi ikut jadilah kita ber4 huhu..
Baru donlot strava adikku wkwk. Sarapan kita~
Ternyata hampir 3k laaah dkt jg yah haha. Gaberasa udah nyampe lagi memang. Pacenya 15, katanya sih kalo jalan pace 10-12 bagusnya.. Ah gpp lah yaa.
Ternyata makanan kita kebanyakan jadi ada yg di takeaway. Abistu jam 9 lebih kita pulang deeehh~
4 notes
·
View notes
Text
Bougainvillea
3 notes
·
View notes
Text
Di Tumpuan Rel
Di gerbong paling ujung, hampir sendiri.
Hampir tidak ada yang pernah berangkat sepagi ini dari sini di jalur ini. Tentu saja para komuter dari suburban melaju ke arah kota hari ini di jam ini. Orang-orang bekerja ke kota. Namun, hari ini, aku bertolak ke arah sebaliknya. Imajiku bertualang melampaui dimensi, agnosia pada waktu. Di dimensi itu, kereta ini melaju tanpa tujuan akhir. Relnya tak berujung, karena ujung hanyalah milik sesuatu yang menunggu.
Tak ada yang menungguku.
Tak ada kewajiban yang menanti. Tak ada taman bermain yang menunggu untuk disinggahi. Tak ada orang terkasih yang akan menghampiri saat kereta berhenti. Aku pergi hanya untuk pergi. Aku pergi berbekal napas yang mogok di tulang hidungku, enggan bertukar tempat dengan oksigen yang bernoda dosa di awang-awang kota ini. Napasku terlalu sesak untuk membayangkan tujuan akhir. Aku hanya ingin pergi.
Di pojokan itu aku terdiam, terangguk-angguk mengikuti deru kereta seperti bunga hiasan di dasbor mobil-mobil di kota. Pemandangan di luar kabur meninggalkanku. Sementara aku terbatu. Gedung-gedung kota, terik cahaya, dan teduhan terowongan di jalur kereta bergantian melewatiku. Sampai akhirnya kereta berhenti sama sekali.
Aku kira, kereta ini akan melintasi dunia yang mulai membara. Tanpa tujuan akhir.
"Kamu ingin lari dari dunia yang indah ini?" katamu kala itu. "You can take it. So think once more, honey."
Sekarang, saat kereta sudah berhenti, ke mana aku harus pergi? Jika aku berdiam di sini, akankah kamu mencariku ke sini?
3 notes
·
View notes
Text
Aku tidak ingat banyak.
Aku tidak ingat apapun, malah.
..setidaknya, sesuatu yang penting.
Namun, aku ingat. Dulu.. jauh sekali, ketika aku masih kecil..
Itu adalah malam musim panas; penuh dengan suara jangkrik yang riuh-ramai, dan hembus sepoi-sepoi yang datang menyalami dari lambai dedaunan pohon dan semak.
Aku tidak ingat berapa umurku, atau mengapa kami memilih untuk menghabiskan waktu minum teh di selasar yang lantai kayunya mulai pudar dan lapuk—di ujung setapak, tertutupi belukar setinggi betisku, bermandikan suara gemulir ombak, bertakhta diatas tebing—kala itu.
Aku hanya ingat mama. Suaranya, bukan wajahnya. Menenangkan, namun bertengkar dengan pekik burung camar yang menukik dan bertengger di batu karang.
“Anakku sayang, Bumi Arkana bukanlah semesta; Bumi Arkana ini hanyalah satu dari sepersekian miliar lain diluar sana.”
Aku bingung. Teramat bingung.
Bapak Thomas di kuil..
..Bu Atalante—ibu dari Aaron, sahabat karibku
...Pak Guru di sekolah desa bawah..
Semuanya berkata bahwa Bumi Arkana itu satu dan menyatu. Kemanapun kamu melangkah, di manapun kamu sekarang, kamu pasti masih berada di antara taman-taman asri yang Ibunda tumbuhkan dan rawat dengan penuh welas asih; dilindungi oleh dewa-dewi yang Ibunda lahirkan untuk menabur senyum dan menuai kebahagiaan.
Ibunda, yang darinya segala cinta dan lelehan es mengalir, menciptakan Maha Kasih agar kita terpelihara. Sebaliknya, Ibunda menjadikan Maha Kala sebagai pengingat bagi putra-putrinya untuk menikmati segala sesuatu sebelum tiba saat nanti.
...
“Anakku sayang, jauh di balik tabir safir sang Penaung Cakrawala, jauh diatas awan dan kasur dimana dewa-dewi bersemayam, terdapat rumah. Lautan hitam dengan bulir-bulir putih susu sejauh mata memandang; lebih benderang daripada Nirmala muram di hadapan kita.”
Aku menengadah. Ekor mataku mengikuti gulungan ombak-ombak maha raksasa yang sepertinya tak kenal lelah. Berisik; begitu bising dan tak teratur.
Lalu kemudian, di balik garis buram yang mengembang habis—di mana laut termakan oleh pekat malam, aku membandingkan kedua sisi.
Jiwa-jiwa pucat memanggil mereka yang penasaran...
Gemilang berkilau, namun kalah megah dengan senyuman Bulan..
Dingin di malam ini...
Tangan mama yang mengelus wajahku..
Terasa asing, namun masih dapat kuterka.
Ada banyak hal yang tidak aku ketahui. Aku masih belum mengerti, misalnya, bagaimana apel diciptakan atau mengapa anjing mengonggong ketika takut; apa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pai buah cranberry atau mengapa dewa-dewi begitu baik.
Aku tidak ingat siapa aku.. atau siapa mama..
Atau alasan aku telah mati.
Aku tidak ingat mengapa aku benci api.
Namun aku ingat malam itu lebih dari yang lain. Lebih dari jadwal pelajaranku, atau berapa banyak jenis sayur di kebun umum, atau bagaimana cara membedakan antara batu kuat atau tanah liat yang mengering.
Karena.. untuk pertama kalinya.. aku melihat lintang garis miring. Menggores sela-sela hitam, menumpahkan segemerlap putih di ujung titik cakrawala. Terbakar begitu cepat namun begitu indah—lalu menghilang. Itu bintang jatuh, mama bergumam lembut.
Bintang..
Jadi itu nama jiwa-jiwa diatas..
Nama yang cantik.
“Bintang jatuh karena ingin memandu, dan siang-malam berganti tanpa ada yang tahu mengapa. Mereka sedang bernapas sekarang.”
“Kita semua adalah mahkluk asing. Ada begitu banyak hal yang belum kita pelajari; ada begitu banyak hal yang kita anggap sepele. Padahal, Bumi Arkana hanyalah pengunjung di antara para pengelana.”
Mama ikut menengadah dengan aku dalam dekap dadanya. Mata mama temaram, namun berkilau; seakan menelusuri sesuatu yang ghaib.
“Sekat hitam di antara bintang-bintang, sela gelap diluar gugus nan jauh..”
“Masing-masing begitu besar. Lebih besar dari kamu dan aku. Tak ada yang tau apa yang dirahasiakan mereka.”
Di malam yang sama, di sisi kasur empuk
Aku menyingkap tirai, dan Bulan menyapaku
Kepalaku tertunduk; hatiku melayang.
Aku berdoa—bukan kepada Penaung Cakrawala, bukan juga kepada sang Maha Mengetahui di dalam benak kita semua..
..Namun kepada bintang-bintang cantik di atas. Kepada berlian-berlian kecil. Kepada kanopi surga yang senantiasa menyelimuti.
Aku masih lupa untuk apa aku berdoa.
2 notes
·
View notes
Text
Polda Banten Tetapkan 14 Tersangka Perburuan Badak di TNUK
SERANG – Polda Banten telah menetapkan 14 tersangka dalam perkara perburuan badak di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Beberapa tersangka sudah berhasil diamankan dan sisanya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Dalam siaran pers yang digelar di Mapolda Banten, Kapolda Banten, Irjen Pol Abdul Karim didampingin oleh Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Lingkungan Hidup KLHK Rasio Ridho Sani,…
View On WordPress
#Badak Bercula Satu#Dirjen Gakkum KLHK#Irjen Pol Abdul Karim#Kapolda Banten#Perburuan badak#Perburuan di TNUK#Rasio Ridho Sani#taman nasional ujung kulon
0 notes