#takwil
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tafsir dan Takwil: Pengertian, Contoh dan Perbedaan
التَّفْسِيْرُ وَالتَّأْوِيْلُ at-Tafsiir wa at-Ta’wiil Pendahuluan Secara umum kita mengenal istilah tafsir dengan cukup baik. Namun tidak banyak orang paham makna takwil secara benar. Padahal tafsir dan takwil ini memiliki hubungan yang sangat erat. Di mana ada takwil maka di situ ada tafsir. Namun bila ada tafsir, belum tentu perlu takwil. Barangkali inilah di antara alasan mengapa istilah…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/a7b073ec3769e194ee67d7653e09c909/68bb04a7e53852db-7a/s540x810/25b28075c8d9f030fc34bf4c09ad674b56acab2c.jpg)
View On WordPress
0 notes
Text
So subtle is His kindness towards us, that we are unable to perceive it.
–Syeikh Ali Hammuda
Pagi kemarin, saya di pertemukan lagi dalam agenda sharing kecil bersama Mbak Nenny dan Shofie. Kami lanjut membahas salah satu Asmaul Husna, berangkat dari buku Li Annakallah karangan Ali bin Jabir Al-Faifi.
Teringat, waktu kecil, ada sebuah buku anak di rumah saya, yang masih terbekas jelas memori ini atas sampul warna hijaunya: Buku tentang 99 Nama-Nama Allah.
Tapi di weekly sharing yang Alhamdulillah sudah tiga pertemuan ini, ada yang berbeda rasanya.
Ntah mengapa, setelah 23 tahun digempur dengan jatuh-bangun kehidupan, diperkenalkan kembali dengan 99 Nama-Nya, membuat saya lebih bisa merasa rendah hati (baca: menyadari bahwa se-begitu butuhnya manusia dengan Rabb-Nya).
Ya, rendah hati.
Karena untuk bisa kembali mencoba mengenal Nama-Nama Ini saja, yang rasanya seharusnya sudah sedari dulu harusnya saya hapal, butuh kerendahan hati. Butuh mengosongkan bejana hati kembali, bahwa masih banyak lo Han, yang belum kamu tau tentang Allah :".
Ya Allah, kemana saja saya selama ini?
Dan di pertemuan itu, kami sampai di Nama Allah:
Al-Lathiif, Yang Maha Lembut.
Dari kata Al Luthf, cara atau perilaku yang tersembunyi dan detail. Dengan secara tersembunyi, tertutup, dari arah yang tidak kita ketahui, dari arah yang tidak diduga.
Ketika ada sesuatu yang terjadi pada kita, Allah Yang Maha Lembut, tak langsung memberi tahu kita tentang takdir kita.
Kita mikir kalau mau hasilnya A, harus B dulu. Padahal bisa aja pake C dulu, baru ke D, baru ke A.
Seperti ketika Nabi Yusuf 'alaihissalam mengalami berbagai kejadian yang menggoyahkan jiwa dan iman.
Dari terjebak di sumur, hingga bisa menjadi orang yang disegani di Mesir. Rasanya gak mungkin. Gak ketebak. Bahkan ketika ditakdirkan harus masuk penjara atas ketidakbersalahannya pun, Nabi Yusuf gak langsung dikeluarkan.
But Allah is So Subtle, that all of those trials finally made it to His beautiful decree: berjumpanya Nabi Yusuf dengan takwil mimpinya.
Bersujudnya matahari, bulan, 11 bintang kepadanya. He finally reunited with his family.
Seperti ketika Nabi Musa 'alaihissalam yang dibuang ke sungai, dirawat Fir'aun,
Allah menyelamatkan Nabi Musa gak dengan cara langsung. Betapa sedihnya sang Ibu ketika harus menghanyutkan Nabi Musa ke sungai. Bagaimana mungkin bisa kembali?
Tapi Maha Lembutnya Allah, membuat Nabi Musa gak mau minum ASI dari wanita lain, hingga akhirnya kembali ke pangkuan sang Ibu.
Seperti ketika Allah mengeluarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dan para sahabat dari siksaan pemboikotan Syi'ib Bani Hasyim.
Tiga tahun diboikot terisolir. Tidak boleh ada yang berbicara, berteman, berdagang, dengan Bani Hasyim, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Sang Nabi untuk dibunuh.
Bagaimana bisa pemboikotan ini dihentikan?
Hingga lima pemuda akhirnya menemukan satu sama lain untuk bersepakat menggagalkan piagam pemboikotan. Dan ternyata ketika dibuka piagam itu, rayap memang sudah menggerogoti piagam kejahatan itu, kecuali pada tulisan-tulisan Nama Allah.
Bahkan seperti ketika kami sedang sharing pagi itu,
Gak sengaja ngepas Mbak Nenny memutuskan akhirnya bahas Al Lathif, padahal awalnya gak mau bahas itu.
Dan kebetulan ngepas daku baru baca kisah pemboikotan yang dihadapi para sahabat Nabi.
Dan ngepas malam sebelumnya baru aja overthinking tentang takdir-Nya.
Atau hingga tulisan ini hadir di hadapan sang pembaca.
Semua tiba-tiba, tanpa kita sadari, membawa kita pada takdir menemukan dan merasakan makna Nama Al Lathiif ini 🥀.
Kadang kita mikir, apa yang terjadi ke kita itu hal yang biasa. Padahal Allah menjadikan sesuatu dengan sebab-sebabnya. Hanya saja kita tidak sadar.
Karena saking lembutnya Allah. 🥺
Begitu pula tentang Mimpi.
Kadang, kita punya impian, cita-cita yang besar tapi merasa pesimis dengan diri sendiri. Maka yang harus kita ingat adalah, kita punya Allah.
Jangan lupa, bahwa Allah Maha Lembut. Kita gak tau sebab kecil mana yang mengantarkan kita pada impian kita tersebut.
Maka sejatinya, setiap kita melihat semua takdir kita, pasti ada kelembutan. Maka Amatilah.
Semoga, kita akan selalu bisa mendapati kelembutan-kelembutan dari Allah Yang Al Lathiif.🥀
– Senin, 6 Mei 2024
(ditulis pukul 7.00 pagi)
9 notes
·
View notes
Text
سر الأسرار
178
- Adapun golongan Aulia-iyyah
adalah mereka yang beranggapan bahwa, seorang hamba jika sudah sampai keperingkat kewalian maka jatuhlah darinya tuntutan-tuntutan syarak dan mereka beranggapan bahawa Wali lebih unggul dari Nabi kerana ilmu Nabi melalui perantaraan Malaikat Jibril, sedangkan ilmu Wali tanpa perantaraan.
- Ini pun takwil yang salah.
- Mereka rosak kerana beri'tiqad seperti itu dan termasuk kepada kekufuran.
وَأَمَّا الثَّمَرَانِيَّةُ فَإِنَّهُمْ يَقُولُونَ الصُّحْبَةُ قَدِيمَةٌ وَبِهَا يَسْقُطُ الأَمْرُ وَالنَّهْرُ وَيُحِلُّونَ الدُّفْ وَالطَّنْبُورَ وَبَاقِي الْمَلاهِي وَحَلَالٌ بَيْنَهُمْ مِنْ جِهَةِ النِّسَاءِ وَهُمْ كُفَّارٌ وَدَمُهُمْ مُبَاحٌ .
- Adapun golongan 'Samraniyyah'
adalah mereka yang beranggapan bahwa kebersamaan itu sifat qadim, sehingga mereka menggugurkan tuntutan 'amar' (suruhan) dan 'nahi' (larangan),
- serta menghalalkan tabuhan-tabuhan juga mereka menganggap halal di kalangan mereka di kalangan orang wanita.
- Mereka pun termasuk kufur. - Darahnya halal (boleh dibunuh).
أَمَّا الحَبيَّةُ فَإِنَّهُمْ يَقُولُونَ إِذَا وَصَلَ العَبْدُ إِلَى دَرَجَةِ الْمَحَبَّةِ يَسْقُطُ عَنْهُ تَكَالِيفُ الشَّرْعِ وَلَا يَسْتُرُونَ عَوْرَاتِهُمْ.
- Golongan Hubbiyah
adalah mereka yang beranggapan bahwa seorang hamba telah mencapai derajat mahabbah,
- maka dia lepas dari aturan syariat dan tidak mau menutup aurat.
وأَمَّا الْحُورِيَّةُ فَإِنَّهُمْ كَالْحَاليَّةِ لَكِنْ يَدْعُونَ وَطْيَ الْحُورِ فِي حَالِتِهِمْ فَإِذَا أَفَاقُوا اغْتَسَلُوا فَكَذَبُوا بِذَلِكَ وَهَلَكُوا.
- Golongan Huriyyah sama dengan Haliyyah, tetapi mereka ada lebih nya, yaitu mengaku bahwa orang di kelas mereka suka bersetubuh dengan bidadari
- dan bila mereka sedar, mereka mandi.
- Ini pun golongan yang berbohong dan rosak.
178
(Sirrul Asrar)
1 note
·
View note
Text
Pandangan Nurcholish Madjid atas Takwil Al-Quran
http://dlvr.it/TGF4CB
0 notes
Note
Nak tanya pendapat peribadi anda terhadap tokoh-tokoh Salafiyyah semisal Šhaykẖ ‘Abdul ‘Azīz bin Bāz, Šhaykẖ Muḥammad bin Ṣāleḥ al-‘Uṯhaymīn dan Šhaykẖ Muḥammad bin ‘Abdul Wahhāb.
Secara umumnyaܦ mereka adalah saudara segama sepertimana ašᶝarian. Bahkanߨ sebahagiannya layak dipanggil sebagai bapa kita.
Namunߨ setiap orang akan ada martabat berbeza. Muḥammad bin ᵟAbd፤l♮Wahhāb pastinya tidak sama dengan Ibn Taymiyyaṭ. Bahkanߨ Ibn Qoyyim al♮Jawziyyaṭ pun tidak sama dengan gurunya. Sebegitu juga dia tidak sama dengan aḏ♮Ḏahabiyy. Begitu juga kesemua ini semestinya akan berbeza dengan Yūsuf al♮Qoroḍōwiyy dan ulama yang lain.
Masing-masing saya mengapprobasi dan mengekspausi pandangan mereka dan sebahagiannya saya mensasarkan kritikan dan menujukan ofensif terhadap mereka.
Saya di Twitter adakalanya mendengar dan berkongsi potongan rakaman dari tokoh-tokoh salafi walaupun belum lagi tersenarai dalam kegemaran dan pilihan saya.
Pun begituߨ mereka punyai keandalan dan keistimewaan masing-masing. Saya lebih banyak tertumpu penimbaan faedah dalam aspek hadis berbanding yang lain kerana saya melihat bahawa buana hadis ini secara permukaannya merentas segala firqah walaupun ada sebahagian pihak cuba menjustifikasikannya dan sememangnya dalam kasus yang spesifik lagi halus❟ sudah tentu ada firqah yang lebih menonjol berbanding yang lain.
Saya berubah menjadi salafi dan meninggalkan ašᶝarian pun bukan kerana pengaruh dari mana-mana salafi yang terkebelakangan atau kontemporari walaupun dalam akidah.
Saya mula menelaah akidah salaf kerana ketika itu saya ingin menjawab pertanyaan yang diajukan kepada tentang bagaimana Ḥanbalian dalam berinteraksi dengan sifat Allah pada beberapa tahun yang lalu.
Antara kitab yang terawal saya baca ketika itu adalah risalah Abū Naṣr as♮Sijziyy tentang sifat kalam Allah. Lama kelamaanܦ sehingga saya mula membaca dari al♮Buẖōriyy, ad♮Dārimiyy, Ibn Qutaybaṭ dan lain-lain.
Tiada Ibn Taymiyyaṭ, tiada Ibn Qoyyim al♮Jawziyyaṭ dan tiada mana-mana tokoh salafi hari ini atau sebelumnya yang bermula pada fasa Muḥammad bin ᵟAbd፤l♮Wahhāb pun yang memberi kesan kepada saya untuk merubahkan pandangan saya dalam akidah. Semuanya bermula dengan perusal terhadap kitab akidah salafi dan yang ḥanbalian sebelum Ibn Taymiyyaṭ lagi.
Saya pernah mengelobrasi kritikan terhadap Ibn Taymiyyaṭ pada penulisan saya dalam permasalahan korporealisme dan yang mungkin kedengaran pelik adalah saya mengutarakan perbezaan akidah Ibn Taymiyyaṭ dengan ad♮Dārimiyy.
Pun begituߨ penulisan saya pada 2022 yang sudah ada ini pun perlu penambahbaikan dan edisi pembaharuan supaya lebih mapan lagi. Saya masih belum rasa puas hati dengan apa yang kebanyakan di Wattpad.
Cumaߨ saya tidak tahu bila lagi saya akan menghasilkan penulisan edisi baru. Hanya kepada Allah saya mengharapkan kemudahan jalannya.
Saya tidak peduli siapa yang ingin membencinya dan siapa yang menyukainya. Kalau rasa membencinyaޱ saya tidak menagih apa-apa pun dari sesiapa ketika saya menjustifikasikan ini.
Dalam fiqih untuk tidak terikat dengan mana-mana mazhab pun sedemikian walaupun saya ada fokus pada pembelajaran mazhab šāfiᶝian.
Saya pun mendapat insipirasi dari seseorang yang saya sudah hilang hormatnya pada hari ini kerana berubah haluan menjadi antihadis dan saya tidak berkenan untuk menyebut namanya lagi.
Pun begituߨ dia dahulunya bukanlah salafiߨ tetapi memberikan impak kepada corak tanggapan saya pada hari ini dalam fiqih dan saya menghargai apa yang dia telah buat pada saya untuk masa lepasߨ bukan untuk hari ini.
Yang penting adalah salafi adalah beriman kepada Allah dengan sifat-Nya yang sempurna tanpa takwil batil dan tanpa penyerupaan dengan makhlukވ, mempercayai iman pada jantung, lidah dan anggota bertambah dan berkurangވ,adherensi kepada sunnah, atsar dan sahabatnyaވ, berani untuk kebenaran sekalipun bersendirian dan apa sahaja yang secara umumnya dalam kitab di bawah genre as♮Sunnaṭ.
Jika rasa tidak berkenan dengan iniޱ saya tiada hajat untuk meneruskan untuk mengassertasi kepercayaan ini. Terserah kepada masing-masing dan semua dari kita adalah dalam satu lingkungan saudara seagama yang sama dan di bendera ahli sunnah dan jemaahnya.
0 notes
Text
https://www.facebook.com/share/jg9CghSDAF8Z97yH/?mibextid=oFDknk
DULU SAYA MERASA SIKAP MUHAMMADIYAH GENERASI AWAL ITU ANEH, NAMUN SEKARANG SAYA MENGERTI KEHEBATAN MEREKA
Muhammadiyah generasi awal itu, mereka:
"Di satu tempat mengajarkan sifat 20 bagi Allah dan menegaskan Asy'ariyyah sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah, tapi di tempat lain mengajarkan Tauhiidur Rubuubiyyah beserta Tauhiidul Uluuhiyyah dan memuji-muji gerakan pemurnian Wahhaabiyyah yang muncul dari rumah Hanaabilah"
Sikap di atas tersebut, aneh bukan? Anda merasa hal itu aneh? Sama, saya dulu pun merasa hal itu absurd, dan membingungkan!
Baca buku Kiyai Raden Haji Hadjid (murid langsung Kiyai Haji Ahmad Dahlan) tentang pelajaran-pelajaran Kiyai Dahlan, anda akan menemukan pelajaran-pelajaran, yang terkadang dikutip dari kitab Bidaayatul Hidaayah karangannnya al-Imaam al-Ghazaalii[1] dan kitab Al-Hikam karangannya al-Imaam Ibnu 'Athaa-illaah as-Sakandarii[2], namun terkadang pula ada yang dikutip dari Fathul-Maajid (Syarhu Kitaabit Tauhiid) karangannya al-'Allaamah 'Abdurrahmaan bin Hasan bin Muhammad bin 'Abdil Wahhaab[3], disamping berbagai kutipan lainnya dari Ulama-Ulama lain seperti as-Sayyid Jamaaluddiin al-Afghaanii dan asy-Syaikh Muhammad 'Abduh.
Baca buku-buku Buya Hamka, dari mulai: Teguran Suci Dan Jujur Terhadap Mufti Johor, Ayahku, Tafsir Al-Azhar, Pelajaran Agama Islam, 1001 Soal Kehidupan, Kenang-Kenangan Dalam Hidup, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, dan lain-lain, akan ditemukan bahwa Buya Hamka menganggap al-Imaam Asy'arii dan al-Imaam Maaturiidii adalah dua pembesar Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[4] [5], beliau masih terkadang menta'wil sifat-sifat Allah beberapa kali[6] [7] [8], beliau masih mengajarkan sifat 20 yang wajib bagi Allah[9], mengatakan bahwa firman Allah itu tanpa suara dan tanpa huruf[10], namun beliau yang sama juga memuji-muji Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah, al-'Allaamah Ibnul Qayyim, dan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab[11] [12], serta membela ketiga Ulama tersebut dari tuduhan Mujassimah[13], beliau menolak takwil saat membicarakan bersemayamnya Allah di atas 'Arsy[14] dan saat membicarakan turunnya Allah ke langit dunia[15], beliau tetap menyebut-nyebut Wahhaabiyyah itu adalah berasal dari madzhab Hanbalii sehingga masih termasuk Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[16], mengajarkan trilogi Tauhiidur Rubuubiyyah beserta Tauhiidul Uluuhiyyah[17] [18], dan beliau menganggap meminta-minta kepada penghuni kubur sebagai perantaraan kepada Allah sebagai kesyirikannya kaum musyrikiin[19].
Baca buku-buku Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo, dari mulai Kitab Tauhid, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, Matahari-Matahari Muhammadiyah, Aliran Pembaruan Islam, dan lain-lain, akan ditemukan bahwa Kiyai Djarnawi itu mengajarkan sifat 20 yang wajib bagi Allah[20], mengajarkan tafwiidh dan ta'wiil terhadap sifat-sifat Allah[21], menegaskan bahwa al-Imaam al-Asy'arii dan al-Imaam al-Maaturiidii sebagai dua Imaam dalam ilmu tauhid Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[22], namun beliau juga memuji Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah[23] dan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab[24], memuji perjuangan pergerakan Wahhaabiyyah dalam menghapuskan kesyirikan dan kebid'ahan[25], berkata bahwa Allah punya tangan yang tidak sama dengan tangan makhluk, punya wajah yang tidak sama dengan wajah makhluk[26], menganggap meminta-minta kepada kuburan waalii/shaalih adalah syirik walaupun hanya sekedar berharap syafa'at ataupun wasiilah[27], dan beliau mendukung serangkaian pertempuran Kerajaan Arab Saudi yang Wahhaabii melawan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya[28].
Aneh? Membingungkan? Absurd? Bagaimana bisa mengakui Asy'arii sekaligus Wahhaabii sebagai sama-sama Ahlus Sunnah? Sebenarnya mereka Wahhaabii? Atau mereka Asy'arii?
Jujur, awalnya saya bingung, sangat bingung! Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Buya Hamka dan Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo? Sebenarnya mereka itu apa? Siapa? Bagaimana? Kok bisa?
Namun pada akhirnya, saya tidak bingung lagi, setelah saya memahami fase-fase perkembangan pemikiran Kiyai Haji Ahmad Dahlan, yang mana, dengan memahami itulah yang dapat menjelaskan kepada kita dan membuat kita memahami bagaimana paradigma Muhammadiyah generasi awal, Berikut tiga point yang harus dimengerti untuk dapat mengerti paradigma Muhammadiyah generasi awal:
(1) Point pertama, Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan para Ulama Muhammadiyah generasi awal, pada dasarnya berpaham keislaman sama dengan pemahaman tradisional pada saat itu, sehingga Kiyai Dahlan memang pada mulanya adalah seorang Asy'arii-Syaafi'ii-Ghazaalii (berakidah Asy'ariyyah, berfikih Syaafi'iyyah, dan bertasawuf Ghazaaliyyah), layaknya para Ulama lainnya di masa itu.
Kiyai Raden Haji Hadjid (murid langsung Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan Ulama penggagas berdirinya Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta, wafat 1977) -rahimahullaah- mengatakan:
"Pada mulanya kitab-kitab yang dipelajari atau ditelaah oleh beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan -red) adalah kitab-kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan ulama di Indonesia dan ulama Mekkah. Misalnya, dalam ilmu 'aqaid ialah kitab kitab yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah, ilmu fikih menggunakan kitab-kitab dari mazhab Syafi'iyyah, dan dalam hal ilmu tasawuf Kiai Ahmad Dahlan merujuk kepada Imam Al-Ghazali." [29]
Pada fase pertama ini, dalam bertasawuf, Kiyai Dahlan jelas merujuk kepada al-Imaam al-Ghazaalii, dalam berfikih, menggunakan kitab-kitab dari madzhab Syaafi'iyyah, dan dalam berakidah, mengikuti kitab-kitabnya aliran Ahlus Sunnah Wal jamaa'ah, yang apabila dikaitkan dengan perkataan Kiyai Hadjid sebelumnya: "Yang biasa dipelajari oleh kebanyakan ulama di Indonesia dan ulama Makkah", maksudnya jelas adalah aliran Asy'ariyyah yang memang secara umum diikuti di Indonesia dan di Makkah kala itu.
(2) Point kedua, Kiyai Haji Ahmad Dahlan, para Ulama Muhammadiyah generasi awal, para Ulama Persis/Persatuan Islam generasi awal, dan para Ulama Al-Irsyaad generasi awal, benar-benar sangat dipengaruhi/terpengaruh oleh gagasan-gagasan pembaharuan/reformisme/tajdiidiyyah yang berasal dari as-Sayyid Jamaaluddiin al-Afghaanii, asy-Syaikh Muhammadiyah 'Abduh, dan as-Sayyid Muhammad Rasyiid Ridhaa, melalui dua majalah yang amat terkenal: Al-'Urwatul Wutsqaa dan Al-Manaar, serta kitab-kitab lainnya karangan ketiga Ulama di atas. Tiga Ulama tersebut di atas, dalam akidah, fikih, dan tasawuf, mereka tidak mengikatkan diri kepada salah satu madzhab tertentu[30], bahkan mereka terbuka dan aktif mengambil/berpegang pada pendapat-pendapat dari madzhab-madzhab yang berbeda-beda. Kemudian secara khusus, tentang Rasyiid Ridhaa, beliau merupakan seorang Ulama yang sangat besar dukungannya kepada dakwah Wahhaabiyyah, bahkan beliau ikut menyebarkan prinsip-prinsip dakwah Wahhaabiyyah yang memberantas kesyirikan dan kebid'ahan, dalam tulisan-tulisan beliau sendiri.
Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah- mengatakan:
"Kemudian, setelah itu, beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan) mulai mempelajari Tafsir Al-Manar karya Rasyid Ridha, majalah Al-Manar dan Tafsir Juz 'Amma karya Muhammad 'Abduh, serta menelaah kitab Al-'Urwatul Wutsqa karya Jamaluddin al-Afghani." [31]
Kiyai Raden Haji Hadjid tidak akan menyebutkan secara khusus fase kedua ini dari perjalanan pemikiran Kiyai Haji Ahmad Dahlan, melainkan pastilah fase ini benar-benar memiliki sangat besar dampaknya/pengaruhnya pada diri beliau, sehingga akhirnya membedakan Kiyai Dahlan di fase ini dengan fase sebelumnya. Keterpengaruhan oleh gagasan-gagasannya al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa, pastilah berdampak besar, pada fikih, akidah, dan tasawuf, kalau tidak, mana mungkin Hadhratusy-Syaikh Kiyai Haji Hasyim Asy'ari perlu berbicara secara khusus dalam kitab beliau untuk memvonis sesat/ahlul bid'ah, terhadap suatu firqah/sekte yang beliau sebut telah mengikuti al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa[32].
(3) Point ketiga, Kiyai Haji Ahmad Dahlan pada akhirnya menjadi lebih terbuka dan lebih aktif dalam mempelajari kitab-kitab yang berasal dari luar madzhab yang awalnya beliau pegang: Syaafi'iyyah-Asy'ariyyah, sehingga beliau kemudian mempelajari kitab-kitab dari para Ulama yang tidak mengikatkan diri kepada salah satu madzhab, maupun dari para Ulama yang bermadzhab dengan madzhab lainnya seperti dari Hanaabilah-Atsariyyah (berfikih Hanaabilah dan berakidah Atsariyyah/Salafiyyah), hingga dari Hanafiyyah-Maaturiidiyyah (berfikih Hanafiyyah dan berakidah Maaturiidiyyah), bahkan dari Maalikiyyah-Asy'ariyyah (berfikih Maalikiyyah dan berakidah Asy'ariyyah).
Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah- mengatakan:
"Selama mengikuti beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan -red), saya sering melihat beberapa kitab yang sering menjadi rujukan Kiai Ahmad Dahlan, yaitu: (1)Kitab Tauhid Muhammad 'Abduh, (2)Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh. (3)Kitab Kanzul Ulum, (4)Dairatul Ma'arif karya Farid Wajdi, (5)Kitab kitab Fil Bid'ah karya Ibnu Taimiyyah, sebagaimana kitab At Tawassul wal-Wasilah, (6)Kitab Al-Islam wan-Nasraniyyah karya Muhammad 'Abduh, (7)Kitab Idharulhaq karya Rahmatullah Al-Hindi serta kitab-kitab Hadis karya ulama Madzhab Hambali, dan lain-lain yang tidak perlu saya sebut satu per satu di sini." [33]
"Hendaklah kita meneruskan memberantas bidah yang ada di kalangan umat Islam dengan berpedoman kitab-kitab At-taushihu wal Washilah karangan Ibnu Taimiyah dan Zadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim. Al-I'tikhom karangan Imam Syatibi (al-Mudkhal lil Ibnil Akhdaz), Tariqotul Muhammadiyah lil Barkawi, As-Sunnu wal Mubtadi'ah, al-lbda-u fi Mudla-ril Ibtida'i, Ummul Quro li 'Abdurrachman al-Kawabi, dan lain-lain." [34]
Selain sebelumnya telah dijelaskan bahwa Kiyai Haji Ahmad Dahlan amat terpengaruh dengan dua majalah agung di masa itu: Al-'Urwatul Wutsqaa (yang merupakan kolaborasi al-Afghaanii dan 'Abduh) dan Al-Manaar (yang merupakan kolaborasi 'Abduh dan Rasyiid Ridhaa), pun juga Kiyai Dahlan memiliki bahan-bahan bacaan lain yang juga amat berpengaruh bagi beliau dan beliau jadikan rujukan:
(1) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang tidak terikat dengan salah satu madzhab dan ia mengusung reformisme/tajdiidiiyyah/pembaharuan sebagai prinsipnya, berikut:
(a) Kitab-kitab yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad 'Abduh (wafat pada tahun 1414 hijriyyah):
•Kitab berjudul Risaalatut Tauhiid (رسالة التوحيد)
•Kitab berjudul Tafsiir Juz 'Amma (تفسير جزء عم)
•Kitab berjudul Al-Islaam Wan Nashraaniyyah (الاسلام والنصرانية)
(b) Kitab-kitab yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad Fariid Wajdii (salah seorang murid utama dari asy-Syaikh 'Abduh, ia wafat 1373 hijriyyah):
•Kitab berjudul Kanzul 'Uluum (كنز العلوم)
•Kitab berjudul Daa-'iratul Ma-'aarif (دائرة معارف)
(2) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Hanbalii dan bermadzhab akidah Atsarii/Salafii (Hanaabilah-Atsariyyah), yakni:
•Kitab berjudul Qaa'idatun Jaliilatun Fit Tawassuli Wal Wasiilati (قاعدة جليلة في التوسل والوسيلة), yang ditulis/dikarang oleh Syaikhul Islaam Abuul 'Abbaas Taqiyuddiin Ahmad Ibnu Taimiyyah al-Harraani al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 728 hijriyyah).
•Kitab berjudul Zaadul Ma'aadi Fii Hadyi Khairil 'Ibaadi (زاد المعاد في هدي خير العباد), yang ditulis/dikarang oleh al-'Allaamah Abuu 'Abdillaah Syamsuddiin Muhammad Ibnu Qayyimil Jauziyyah al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 751 hijriyyah).
(3) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Maalikii dan bermadzhab akidah Asy'arii (Maalikiyyah-Asy'ariyyah), yakni:
•Kitab berjudul Al-I'tishaamu (الاعتصام), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Abuu Ishaaq Ibraahiim bin Muusaa asy-Syaathibii al-Maalikii al-Asy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 790 hijriyyah).
•Kitab berjudul Al-Madkhalu (المدخل), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Abuu 'Abdillaah Muhammad Ibnul Haaj al-'Abdarii al-Maalikii al-Asy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 737 hijriyyah).
(4) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Hanafii dan bermadzhab akidah Maaturiidii (Hanafiyyah-Maaturiidiyyah), yakni:
•Kitab berjudul Ath-Thariiqatul Muhammadiyyatu Was Siiratul Ahmadiyyatu (الطريقة المحمدية والسيرة الأحمدية), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Taqiyyuddiin Muhammad bin 'Alii al-Barkawii al-Hanafii al-Maaturiidii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 981 hijriyyah).
(5) Dan bahan-bahan bacaan lainnya seperti:
•Kitab berjudul Idh-haarul Haqq (إظهار الحق) tentang kristologi, yang ditulis/dikarang oleh Rahmatullaah al-Hindii (wafat pada tahun 1308 hijriyyah).
•Kitab berjudul As-Sunanu Wal Mubtada'aatul Muta'alliqah Bil Adzkaari Wash Shalawaati (السنن والمبتدعات المتعلقة بالأذكار والصلوات), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad bin Ahmad 'Abdus Salaam asy-Syuqairii -rahimahullaah- (wafat pada tanun 1352 Hijriyyah).
•Kitab berjudul Al-Ibdaa'u Fii Madhaaril Ibtidaa'i (الابداع في م��ار الابتداع), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Alii Mahfuudh -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1361 Hijriyyah).
•Kitab berjudul Ummul Quraa (أم القرى), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Ahmad al-Kawaabii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1320 Hijriyyah).
•Dan lain-lain.
Apabila telah dipahami tiga point ini, (1)Point pertama bahwa Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan para Ulama Muhammad generasi awal jelas-jelas adalah para Ulama yang berakidah Asy'arii, berfikih Syaafi'ii, dan bertasawuf Ghazaalii, (2)Namun point kedua bahwa kemudian Kiyai Haji Ahmad Dahlan terpengaruh oleh banyak gagasan/ide reformisme/tajdiidiyyah/pembaharuan yang diusung oleh tiga Ulama yang tidak terikat dengan salah satu madzhab, yakni: Al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa, apalagi ternyata Rasyiid Ridhaa adalah pengusung dan pembela dakwah Wahhaabii, (3)Kemudian terakhir bahwa pada akhirnya Kiyai Haji Ahmad Dahlan terbuka dan aktif mempelajari dan mengambil pendapat-pendapat dari madzhab-madzhab yang berbeda-beda, baik yang secara fikih (Hanafii, Maalikii, Syaafi'ii, dan Hanbalii), maupun yang secara akidah (Atsarii/Hanbalii, Asy'arii, dan Maaturiidii), inilah tiga point kunci untuk memahami Muhammadiyah generasi awal.
Dengan memahami tiga point di atas, kita akan memahami mengapa Muhammadiyah generasi awal, di satu tempat menyebut al-Imaam al-Asy'arii dan al-Imaam al-Maaturiidii sebagai dua Imaam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, tetiba di tempat lain menyebut asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab dan Wahhaabiyyah adalah pemberantas kesyirikan termasuk Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah juga, terkadang ngajarin sifat 20 dan terkadang ngajarin trilogi Tauhiid: Rubuubiyyah, Uluuhiyyah, dan Asmaa' Wash Shifaat, terkadang menta'wil dan terkadang menolak takwil, dan seterusnya.
Inilah Muhammadiyah generasi awal, Muhammadiyah generasi awal, bukanlah Wahhaabiyyah murni layaknya para Ulama Arab Saudi, namun Muhammadiyah generasi awal juga bukanlah Asy'ariyyah-Syaafi'iyyah-Ghazaaliyyah murni layaknya para Ulama Nahdlatul 'Ulama, Muhammadiyah generasi awal adalah sebagaimana yang saya ceritakan di atas, dia adalah akumulasi dari berbagai pemikiran/pemahaman.
Lalu, tiba-tiba di era modern ini, orang-orang yang tidak mengerti sejarah Muhammadiyah generasi awal, karena ada arus besar persaingan teologis-ideologis di dunia Islam, baik di timur tengah antara Saudi dengan sekitarnya, baik di Nusantara antara Nahdhiyyiin dan Wahhaabiyyiin, tetiba ada banyak orang yang memaksa Muhammadiyah agar, pilihlah satu di antara dua ini:
(1) Jadilah Asy'arii-Syaafi'ii-Ghazaalii secara tulen/murni/konsekuen!
Atau, kalau tidak:
(2) Jadilah Wahhaabii secara tulen/murni/konsekuen,
Lohe, lohe, padahal Muhammadiyah generasi awal, merupakan formula yang luar biasa yang menghimpun/menggabungkan berbagai pendapat/pemikiran/pemahaman dari dua madrasah itu, bahkan juga dari berbagai madrasah lainnya, kok tetiba sekarang memaksa Muhammadiyah untuk meninggalkan formula Muhammadiyah itu sendiri yang merupakan sebagaimana Muhammadiyah generasi awal!
Alasannya, menurut saya hanya dua,
(1) Kader-kader Muhammadiyah tidak membaca secara utuh sejarah tentang dirinya, tentang Muhammadiyah,
(2) Kader-kader Muhammadiyah "Berkiblat" secara total kepada dua arus besar di dunia Islam saat ini, yang memang sedang bersaing!
CATATAN KAKI:
[1] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 42.
[2] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 135.
[3] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 169.
[4] Hamka, Majelis Ulama Indonesia, Bicaralah!, Kompas, (11 Desember 1980 M).
[5] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, halaman 5-6.
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 8, hlm. 6221.
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 8, hlm. 6319.
[8] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 10, hlm. 7995.
[9] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, hlm. 69-142.
[10] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, hlm. 139-142.
[11] Hamka, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, (Jakarta, 2016 M), hlm. 265-266.
[12] Hamka, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, (Jakarta, 2016 M), hlm. 308-316.
[13] Hamka, 1001 Soal Kehidupan, (Depok, 2016 M), hlm. 34-35.
[14] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 4, hlm. 2394-2396.
[15] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 2, hlm. 728-729.
[16] Hamka, Teguran Suci Dan Jujur, (Selangor, tt), hlm. 74-78.
[17] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 6, hlm. 4030-4031.
[18] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 6, hlm. 4269.
[19] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 3, hlm. 1723-1727.
[20] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 10-24.
[21] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 32-34.
[22] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 6.
[23] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 78-80.
[24] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 80-82.
[25] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 82.
[26] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 32-34.
[27] Djarnawi Hadikusuma, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, (Yogyakarta, 1996 M), hlm. 49-53.
[28] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 82-88.
[29] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[30] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 62-63.
[31] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[32] Hasyim Asy'ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jama'ah Hadhratussyeikh Hasyim Asy'ari, (Bekasi, 2021 M), hlm. 37-42.
[33] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[34] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 102.
0 notes
Text
aalis na ko dito :) TAKWIL NIYO KO KUNG GUSTO NIYO SASAMA NA KK KAY KURT
0 notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/355068422751f2c3e27842a4c2487afd/5b2010e7b6ad72f5-b9/s540x810/0b2556ccf8220f8a74b1fcb47b8d5a51cea6fa19.jpg)
#QuoteOfTheDay (20230922):
“Tiada suatu kenikmatan yang aku rasakan di dalam hatiku melebihi shalat malam.” (Tsabit al-Bunani)
Sayyid Tsabit Al-Bunani termasuk tabi’in. Beliau berguru dan bersahabat sekitar 40 tahun dengan Anas Bin Malik ra. Kesalehan dan karamahnya terkait takwil mimpi begitu masyhur. Boleh jadi ini disebabkan kemampuannya yang selalu khusyuk dalam shalat. Habit favoritnya adalah senantiasa mendirikan dan menikmati shalat malam (tahajud).
Mari kita teladani kebiasaan ini. Karena Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik salat setelah salat fardu adalah salat malam." (Muslim: 1982). Bila sudah menjadi kebiasaan lalu ada yang terlewati, beliau bersabda, "Tidaklah seorang yang memiliki kebiasaan shalat di malam harinya kemudian ia tertidur darinya, melainkan akan ditulis pahala shalat untuknya sedang tidurnya adalah shodaqoh yang disedekahkan untuknya." (Ahmad: 23205). Semoga qiyamullail bisa menjadi kebiasaan kita semua. Aamiin.
#There #no #pleasure #feel #in #my #heart #more #than #qiyamullail #solemn #sadaqa #JumuahMubaraka
Telegram channel: https://t.me/x_QoTD
0 notes
Text
Memahami Kegelisahan Istana
Syahdan suatu ketika terlihat Raja Namrudz murung dan gelisah. Beliau dibayangi oleh mimpinya. Beliau bermimpi melihat bintang terbit dari barat dan menerangi seluruh alam semesta. Setelah itu beliau terbangun dan memanggil seluruh penasihatnya untuk menceritakan takwil mimpinya tersebut. Para penasihatnya itu berasal dari partai politik pendukungnya, orang orang terdekat yang selama ini…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/01891200619134f6b8b02eb75519f11b/65b5ce41bfce50e6-d7/s540x810/e2c427511fadd282e00cc276668eb9f3180fdcce.jpg)
View On WordPress
#Anies#Anies Baswedan#Anies Rasyid Baswedan#Calon Presiden#capres#pemilihan presiden#Pilpres#relawan
0 notes
Video
instagram
🎬 DIALOG TENTANG TAUHID DENGAN WAHABI VERSI AKAL Banyak ayat Al Qur'an yang mengajak manusia untuk berpikir dalam hal Aqidah/Keimanan? Berapa banyak pertanyaan "Afala Ta'qilun", "Afala tatafakkarun" dalam Al Qur'an ? Mempertanyakan apakah Pikiran/Akalnya digunakan untuk bertafakkur dengan Ciptaan-Nya, termasuk Bagaimana Penciptaan Makhluq Ciptaan-Nya beserta sifat Makhluq Ciptaan-Nya. Kutipan di bawah ini adalah dialog dengan wahabi (nama akan disamarkan utk wahabi) Ustadz habiburrahman dan hasan elmaduri (ahlusunnah wal jamaah, bermadzhab aqidah salaf yaitu asy’ari) Baca selengkapnya sampe si wahabi minta maaf dan undur diri Dialog dimulai : الله موجود بلا مكان ولا جهة ولا كيف ALLAH ADA TANPA TEMPAT, TANPA ARAH, & TANPA DISIFATI OLEH SIFAT MAKHLUK Wahabi : Adakah makhluk yang tanpa tempat dan tanpa arah ? Kalau mau bahas harus kepala dingin lho….😊 Saya cuma ingin tahu bahwa “sifat” tanpa tempat dan tanpa arah juga bisa disematkan ke makhluk. Ust Habiburrahman Hasbullah: Coba dicontohkan pak? Wahabi : Ide ~Ide itu makhluk ~Gak ada tempatnya ~Gak ada arahnya Ust Habiburrahman Hasbullah: Ah masa iya…. Contoh :”Ide” bapak wahabi adalah membuat api….jelas itu tempatnya “ide” membuat api di pak wahabi bukan di saya…sebab saya punya “ide” berbeda…. Wahabi : Idea 10+2=12 adalah universal ~ Tidak memerlukan tempat ~Tidak memerlukan arah ~Saya ada. Saya tidak ada. Gak ngefek. ~10+2 tetap lah 12. Ust Habiburrahman Hasbullah: Bagaimana tidak ada….. Tempat idea 10+2=12 adalah di makhluk yang berakal…. Makhluk yang tak berakal tak punya idea itu….➡Lanjut di Komentar... . 👤 Habib Rizieq Syihab Lc., MA. DPMSS 📄 santri.net 🎬 Youtube . Jangan lupa follow akun instagram kami⤵⤵⤵ @Islam_vidgram @islam_vidgram @islam_vidgram Find us on: Instagram: @islam_vidgram Twitter: @islam_vidgram Facebook: islam_vidgram Tumblr: islamvidgram Youtube: klik link di bio @islam_vidgram #Tauhid #AllahAdaTanpaTempat #salafy #wahabi #mujassimah #Takwil #Tafwidh #AqidahIslam #manhajsalaf #HabibRizieq #HabibRizieqSyihab #KamiBersamaHRS #FPI #Aksi212 #FrontPembelaIslam #IslamVidgram #Islam_Vidgram (di Indonesia)
#fpi#islam_vidgram#habibrizieqsyihab#tafwidh#habibrizieq#wahabi#aqidahislam#frontpembelaislam#tauhid#kamibersamahrs#allahadatanpatempat#mujassimah#takwil#aksi212#salafy#islamvidgram#manhajsalaf
11 notes
·
View notes
Text
سر الأسرار
٤٤
Ilmu Marifat.
- Bab 4 yang disebut Ilmu Hakikat.
Seluruh manusia diharuskan menguasai bab ke 4 tadi.
- Rosul saw bersabda:
“Syariah bagaikan pohon
Tariqat bagaikan cabang;
Ma’rifat bagaikan daun dan
Hakikat bagaikan buah”.
- Al-Quran mencakup ke 4 bab tadi dengan petunjuk dan isyarat secara tafsir atau takwil.
- Penyusun kitab 'Al-Majma' berfatwa bahwa tafsir bagi awam dan takwil bagi orang-orang khusus,
- karena orang-orang yang khusus ini adalah ulama' yang 'rusuh'.
- Yang dimaksud dengan sisih ialah tetap kuat, kukuh dan teguh dibidang ilmu seperti pohon kurma;
-akarnya tetap di dalam tanah dan cabangnya di langit.
- Sifat-sifat rusukh yang dimiliki oleh ulama Rasikhin adalah suatu hasil dari kalimat yang di tanamkan di lubuk hati setelah berupaya membersihkan hati.
وَقَدْ عُطِفَ قَوْلُهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ ) عَلَى قَوْلِهِ عَزَّوَجَلٌ (إِلَّا اللَّهُ ) عَلَى إِحْدَى الْأَقْوَالِ. قَالَ صَاحِبُ التَّفْسِيرِ الْكَبِيرِ، لَوْ مَنَعَ هَذَا الْبَابُ لالفَتَحَتْ أَبْوَابُ الْبَوَاطِنِ ثُمَّ الْعَبْدُ مَأْمُورٌ بِقِيَامِ الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ وَمُخَالَفَةِ النَّفْسِ في كُلِّ دَائِرَةٍ مِنَ الدَّوَائِرِ الْأَرْبَعِ .
- Bukti ketinggian martabat ulama Rasikhin adalah ayat Al-Quran yang mencantumkan lafaz Rasikhin yang di 'athafkan kepada lafaz Jalalah (Illolloh) dalam ayat 'Syahidallkhu......' dan seterus- nya. (Ali Imran : 18).
-Mufassir Tafsir Al-Kabir berkata:
'Bila pintu yang ini (Rasikhin) telah terbuka, maka akan terbukalah segala yang batin.
- Seorang hamba diwajibkan melakukan perintah, menjauhi larangan dan melawan nafsu di seluruh daerah yang 4, (mulki, malakut, jabarut, lahut; atau jasad, hati, fu'ad, pak)'.
44
(Sirrul Asrar)
0 notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8c5ef527a86c1ce985411ccb748c44fc/8434c68550fda4f8-cc/s540x810/ed0753788c9201eb91016fc31dde853413185f85.jpg)
Madonna of the Perpetual Video Digital print Redux from 1998 2016
0 notes
Text
2022—Sunday, November 13th
tw | rant: read at your own risk.
"pag umalis ka diyan sa inyo, pag nag asawa ka, yung bago mong pamilya, mga kaibigan mo, pakikisamahan mo, walang magmamahal sayo, aayawan ka, isusuka ka. pag nagkaron ka ng anak, makakarma ka rin." - (titang concern daw)
nanahimik ako rito e. ayaw na ayaw ko talaga makipag usap dun kaso mapilit. para tuloy akong kinamusta ni satanas, triggered na naman ako. hindi nalang talaga ako umimik kasi mapapasama na naman. ayaw ko na mangatwiran o i-explain sakanila yung side ko kasi for sure hindi naman nila iintidihin. sila lang naman yung tama lagi e.
sa totoo lang nang gagalaiti na naman ako, di lang ako umiimik talaga kanina, pero nanginginig at nanlalamig ako sa galit. lalo sa linyang yan ako pinaka na-trigger, parang pinapa mukha pa sakin na hindi ko deserve ng pagmamahal at aruga ng masayang pamilya kung bumuo na ko ng sarili ko. napaka toxic, kala mo mga perfect.
mahal niya daw nila ako. haha okay? concern sa lagay na yan, okay? pero bakit kailangan ganito iparamdam niyo sakin? naisip isip ko tuloy, sana pala nag adik nalang ako or hindi nag tapos ng pag aaral at nag anak ng marami, kasi ganon din naman e. wala naman silang maeexpect sakin na maganda di ko naman mabigay sakanila kung anong ine-expect nila, sa buong pamilya namin may mga nakagawa rin naman ng hindi tama pero puta, bat naman parang napaka bigat ng kasalanan ko at kailangan parang isumpa mo pa ako na makakarma din? sa susunod pag nagtanong kayo bakit ayaw ko magka-anak, sasabihin ko mismo, "pinapanalangin niyo kasi ang karma"
but I'm still proud of myself these past few weeks, nahahandle ko na yung emotions ko. that day na nag away kami ni papa, I was about to run away from home again. inimpake ko na mga gamit ko, ready na sana ako umalis non, pero bigla nalang ako napagod sa kakaiyak at kinalma ko yung sarili ko. kahit gusto na ako palayasin ni papa non, dinedma ko nalang muna. nakinig muna ako sa mga malalapit na kaibigan kahit na ayaw na ayaw ko marinig o mabasa yung salitang "tatay/magulang mo parin yan" "pamilya mo parin sila, sakanila ka parin tatakbo" pinakinggan ko kahit labag sa kalooban ko yung katoxican na yan.
pero kasi ang inisip ko nung time na yun, plano ko naman talaga umalis, ipapaalam nga ako ni Joemar para kahit papaano nasa tamang paraan. alam niyo yun, kahit hindi kami okay, there's still a tiny piece of hope na baka pag lumayo ako, maging okay din ang lahat, pag lumayo ako, atleast pamilya parin kami kahit gusto niya na akong i-takwil, kahit na ni minsan sa buong buhay ko never ako nakaramdam ng totoong care sa pamilyang 'to. they never ever asked me kung okay lang ba ako,. okay pa ba ako? mangangamusta pero may kasunod na sumbat at sermon. jusko tumanda nalang ako ng ganito at walang pag babago, habang tumatanda palayo lang ng palayo yung loob ko.
tinanggap ko na nga lang e, never ko naman din pinilit ipagsiksikan sarili ko. kaya nga I'm trying so hard magkaron naman ng sariling masayang pamilya. kaya thankful parin ako, that despite everything pinaglapit ng universe yung landas namin ni J and as much as possible, hindi lang relationship naming dalawa iniingatan ko kundi pati yung relasyon ko sa buong pamilya rin niya. even with friends, iniingatan ko rin kasi sila nalang yung magiging sandalan ko kung sakaling talikuran nga ako ng sinasabing pamilya ko raw. huehue.
5 notes
·
View notes
Text
Kitab "Rasāil fī I'jāzil Qur'an"
Mengulas kitab yang ditulis oleh para ulama dahulu jauh lebih rumit ketimbang kitab ulama akhir-akhir ini. Sebelum masuk soal itu, dikatakan ulama mutaqaddimin itu ketika tahun wafatnya kurang dari 650 Hijriyah. Adapun selebihnya ia dikatakan mutakhirin.
Jikalau untuk menelaah kitab ulama mutakhirin dibutuhkan disiplin ilmu nahwu, mantik, dan balaghoh, namun untuk memahami kitab-kitab yang ditulis oleh ulama mutaqaddimin lebih dari sekedar itu. Untuk paham kitab tadi seseorang diharuskan memiliki kemampuan yang memadai sesuai disiplin ilmu kitab tersebut.
Misal nih, kitab yang kuanggap babon, yaitu kitab Tsalātsah Rasāil fī I'jāzil-Qur'ān. Sebuah kitab turats yang menghimpun tiga tulisan pendek 3 ulama besar dalam khazanah Islam. Mereka adalah Imam Khattabi, Imam Abdul Qahir Al Jurjani, dan Imam Ar Rummani. Tulisan pendek menurut mereka tapi begitu panjang dibaca dan dipahami menurut kita.
Di dalam kitab tersebut mereka semua membahas tentang sisi kemukjizatan Al-Qur'an. Imam Khattabi misalnya, ulama pakar sastra, bahasa, dan hadis itu menuliskan sebuah risalah tentang mu'jizat Al Qur'an dengan judul, "Bayan fī I'jāzil-Qur'ān". Yang kedua, Imam Ar Rummani, ulama pakar nahwu, teologi, dan penganut mu'tazilah tersebut juga datang dengan karyanya, "Nukat fi I'jāzil Qur'an". Dan kitab Rasāil tadi ditutup dengan tulisan Imam pencetus ilmu balaghah, Abdul Qahir Al-Jurjani. Beliau datang dengan tulisannya "Ar-Risālah Asy-Syāfiyah fil-I'jāz".
Dan ketiga tulisan yang dihimpun dalam satu kitab tersebut di dalamnya banyak sekali dijumpai istilah-istilah dalam disiplin ilmu balaghah. Dari kata majaz, ittisā', balīgh, dan banyak kata-kata lain yang menurut pakar balaghah Dr. Ibrahim Hudhud tidak sekedar membutuhkan kamus, tapi juga arahan dari guru yang memiliki keahlian khusus dalam disiplin itu.
Disini saya sedikit nyerah. Bukan menyerah untuk berusaha, tapi nyerah mengangkat tangan, mengakui bahwa keahlian ulama-ulama terdahulu itu di atas rata-rata. Bagaimana tidak, di zaman ini banyak dari kita yang masih mendebatkan soal keabsahan atau tidaknya majaz dalam Al-Qur'an, tapi beratus yang tahun lalu sudah dibahas lebih jauh dari itu. Mereka fokus membahas sisi mana Al-Qur'an itu dikatakan mukjizat, baik bahasanya, maknanya, keteraturannya, hikmahnya, dan lain-lain.
Kata Dr. Ibrahim Hudhud bahwa siapapun yang menolak majaz dan takwil itu golongan orang tidak tahu, harus dan sangat harus untuk terus belajar dengan guru.
Nah itu lah sedikit obrolan ringan soal kitab Rasāil fi I'jāzil Qur'an. Intinya kitab itu adalah kitab turats yang sukar dipahami kecuali si pembaca memiliki disiplin ilmu balaghah yng mencukupi dan harus dibimbing khusus oleh pakarnya.
Wallahu a'lam bish-shawāb.
Dan kami kembalikan kepada pemilik ilmu, Allah subhanallah wa taala Yang Maha Mengetahui.
2 notes
·
View notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/d90eb3aca1e4ad4cf92ad6b12428f49b/2d7af7a6987f1020-26/s540x810/24ba93a99cf5697fde56c9ff3b4a2e9d7412ef86.jpg)
▶️ Tafsir QS. Ali 'Imran [3] : 8 ◀️⠀ ㅤㅤ⠀ Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri kepada Alllah ﷻ, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah.⠀ ㅤㅤ⠀ Mereka berdoa kepada Allah agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat setelah mereka mendapat petunjuk.⠀ ㅤㅤ⠀ Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.⠀ ㅤㅤ⠀ ㅤㅤ⠀ Menggunakan akal semata akan membuat seseorang mudah tergelincir.⠀ Oleh karenanya,⠀ orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya selalu berdoa,⠀ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sebagaimana halnya mereka yang mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan keraguan, setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami,⠀ dan karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya,⠀ antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan.⠀ ㅤㅤ⠀ Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu, turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun, sebab sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.⠀ ㅤㅤ https://instagr.am/p/COkcivfMunq/
6 notes
·
View notes