#takwil
Explore tagged Tumblr posts
ahdabina · 2 years ago
Text
Tafsir dan Takwil: Pengertian, Contoh dan Perbedaan
التَّفْسِيْرُ وَالتَّأْوِيْلُ at-Tafsiir wa at-Ta’wiil   Pendahuluan Secara umum kita mengenal istilah tafsir dengan cukup baik. Namun tidak banyak orang paham makna takwil secara benar. Padahal tafsir dan takwil ini memiliki hubungan yang sangat erat. Di mana ada takwil maka di situ ada tafsir. Namun bila ada tafsir, belum tentu perlu takwil. Barangkali inilah di antara alasan mengapa istilah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hi-reflection · 6 months ago
Text
So subtle is His kindness towards us, that we are unable to perceive it.
–Syeikh Ali Hammuda
Pagi kemarin, saya di pertemukan lagi dalam agenda sharing kecil bersama Mbak Nenny dan Shofie. Kami lanjut membahas salah satu Asmaul Husna, berangkat dari buku Li Annakallah karangan Ali bin Jabir Al-Faifi.
Teringat, waktu kecil, ada sebuah buku anak di rumah saya, yang masih terbekas jelas memori ini atas sampul warna hijaunya: Buku tentang 99 Nama-Nama Allah.
Tapi di weekly sharing yang Alhamdulillah sudah tiga pertemuan ini, ada yang berbeda rasanya.
Ntah mengapa, setelah 23 tahun digempur dengan jatuh-bangun kehidupan, diperkenalkan kembali dengan 99 Nama-Nya, membuat saya lebih bisa merasa rendah hati (baca: menyadari bahwa se-begitu butuhnya manusia dengan Rabb-Nya).
Ya, rendah hati.
Karena untuk bisa kembali mencoba mengenal Nama-Nama Ini saja, yang rasanya seharusnya sudah sedari dulu harusnya saya hapal, butuh kerendahan hati. Butuh mengosongkan bejana hati kembali, bahwa masih banyak lo Han, yang belum kamu tau tentang Allah :".
Ya Allah, kemana saja saya selama ini?
Dan di pertemuan itu, kami sampai di Nama Allah:
Al-Lathiif, Yang Maha Lembut.
Dari kata Al Luthf, cara atau perilaku yang tersembunyi dan detail. Dengan secara tersembunyi, tertutup, dari arah yang tidak kita ketahui, dari arah yang tidak diduga.
Ketika ada sesuatu yang terjadi pada kita, Allah Yang Maha Lembut, tak langsung memberi tahu kita tentang takdir kita.
Kita mikir kalau mau hasilnya A, harus B dulu. Padahal bisa aja pake C dulu, baru ke D, baru ke A.
Seperti ketika Nabi Yusuf 'alaihissalam mengalami berbagai kejadian yang menggoyahkan jiwa dan iman.
Dari terjebak di sumur, hingga bisa menjadi orang yang disegani di Mesir. Rasanya gak mungkin. Gak ketebak. Bahkan ketika ditakdirkan harus masuk penjara atas ketidakbersalahannya pun, Nabi Yusuf gak langsung dikeluarkan.
But Allah is So Subtle, that all of those trials finally made it to His beautiful decree: berjumpanya Nabi Yusuf dengan takwil mimpinya.
Bersujudnya matahari, bulan, 11 bintang kepadanya. He finally reunited with his family.
Seperti ketika Nabi Musa 'alaihissalam yang dibuang ke sungai, dirawat Fir'aun,
Allah menyelamatkan Nabi Musa gak dengan cara langsung. Betapa sedihnya sang Ibu ketika harus menghanyutkan Nabi Musa ke sungai. Bagaimana mungkin bisa kembali?
Tapi Maha Lembutnya Allah, membuat Nabi Musa gak mau minum ASI dari wanita lain, hingga akhirnya kembali ke pangkuan sang Ibu.
Seperti ketika Allah mengeluarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dan para sahabat dari siksaan pemboikotan Syi'ib Bani Hasyim.
Tiga tahun diboikot terisolir. Tidak boleh ada yang berbicara, berteman, berdagang, dengan Bani Hasyim, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Sang Nabi untuk dibunuh.
Bagaimana bisa pemboikotan ini dihentikan?
Hingga lima pemuda akhirnya menemukan satu sama lain untuk bersepakat menggagalkan piagam pemboikotan. Dan ternyata ketika dibuka piagam itu, rayap memang sudah menggerogoti piagam kejahatan itu, kecuali pada tulisan-tulisan Nama Allah.
Bahkan seperti ketika kami sedang sharing pagi itu,
Gak sengaja ngepas Mbak Nenny memutuskan akhirnya bahas Al Lathif, padahal awalnya gak mau bahas itu.
Dan kebetulan ngepas daku baru baca kisah pemboikotan yang dihadapi para sahabat Nabi.
Dan ngepas malam sebelumnya baru aja overthinking tentang takdir-Nya.
Atau hingga tulisan ini hadir di hadapan sang pembaca.
Semua tiba-tiba, tanpa kita sadari, membawa kita pada takdir menemukan dan merasakan makna Nama Al Lathiif ini 🥀.
Kadang kita mikir, apa yang terjadi ke kita itu hal yang biasa. Padahal Allah menjadikan sesuatu dengan sebab-sebabnya. Hanya saja kita tidak sadar.
Karena saking lembutnya Allah. 🥺
Begitu pula tentang Mimpi.
Kadang, kita punya impian, cita-cita yang besar tapi merasa pesimis dengan diri sendiri. Maka yang harus kita ingat adalah, kita punya Allah.
Jangan lupa, bahwa Allah Maha Lembut. Kita gak tau sebab kecil mana yang mengantarkan kita pada impian kita tersebut.
Maka sejatinya, setiap kita melihat semua takdir kita, pasti ada kelembutan. Maka Amatilah.
Semoga, kita akan selalu bisa mendapati kelembutan-kelembutan dari Allah Yang Al Lathiif.🥀
– Senin, 6 Mei 2024
(ditulis pukul 7.00 pagi)
9 notes · View notes
kimhortons · 2 years ago
Text
2022—Sunday, November 13th
tw | rant: read at your own risk.
"pag umalis ka diyan sa inyo, pag nag asawa ka, yung bago mong pamilya, mga kaibigan mo, pakikisamahan mo, walang magmamahal sayo, aayawan ka, isusuka ka. pag nagkaron ka ng anak, makakarma ka rin." - (titang concern daw)
nanahimik ako rito e. ayaw na ayaw ko talaga makipag usap dun kaso mapilit. para tuloy akong kinamusta ni satanas, triggered na naman ako. hindi nalang talaga ako umimik kasi mapapasama na naman. ayaw ko na mangatwiran o i-explain sakanila yung side ko kasi for sure hindi naman nila iintidihin. sila lang naman yung tama lagi e.
sa totoo lang nang gagalaiti na naman ako, di lang ako umiimik talaga kanina, pero nanginginig at nanlalamig ako sa galit. lalo sa linyang yan ako pinaka na-trigger, parang pinapa mukha pa sakin na hindi ko deserve ng pagmamahal at aruga ng masayang pamilya kung bumuo na ko ng sarili ko. napaka toxic, kala mo mga perfect.
mahal niya daw nila ako. haha okay? concern sa lagay na yan, okay? pero bakit kailangan ganito iparamdam niyo sakin? naisip isip ko tuloy, sana pala nag adik nalang ako or hindi nag tapos ng pag aaral at nag anak ng marami, kasi ganon din naman e. wala naman silang maeexpect sakin na maganda di ko naman mabigay sakanila kung anong ine-expect nila, sa buong pamilya namin may mga nakagawa rin naman ng hindi tama pero puta, bat naman parang napaka bigat ng kasalanan ko at kailangan parang isumpa mo pa ako na makakarma din? sa susunod pag nagtanong kayo bakit ayaw ko magka-anak, sasabihin ko mismo, "pinapanalangin niyo kasi ang karma"
but I'm still proud of myself these past few weeks, nahahandle ko na yung emotions ko. that day na nag away kami ni papa, I was about to run away from home again. inimpake ko na mga gamit ko, ready na sana ako umalis non, pero bigla nalang ako napagod sa kakaiyak at kinalma ko yung sarili ko. kahit gusto na ako palayasin ni papa non, dinedma ko nalang muna. nakinig muna ako sa mga malalapit na kaibigan kahit na ayaw na ayaw ko marinig o mabasa yung salitang "tatay/magulang mo parin yan" "pamilya mo parin sila, sakanila ka parin tatakbo" pinakinggan ko kahit labag sa kalooban ko yung katoxican na yan.
pero kasi ang inisip ko nung time na yun, plano ko naman talaga umalis, ipapaalam nga ako ni Joemar para kahit papaano nasa tamang paraan. alam niyo yun, kahit hindi kami okay, there's still a tiny piece of hope na baka pag lumayo ako, maging okay din ang lahat, pag lumayo ako, atleast pamilya parin kami kahit gusto niya na akong i-takwil, kahit na ni minsan sa buong buhay ko never ako nakaramdam ng totoong care sa pamilyang 'to. they never ever asked me kung okay lang ba ako,. okay pa ba ako? mangangamusta pero may kasunod na sumbat at sermon. jusko tumanda nalang ako ng ganito at walang pag babago, habang tumatanda palayo lang ng palayo yung loob ko.
tinanggap ko na nga lang e, never ko naman din pinilit ipagsiksikan sarili ko. kaya nga I'm trying so hard magkaron naman ng sariling masayang pamilya. kaya thankful parin ako, that despite everything pinaglapit ng universe yung landas namin ni J and as much as possible, hindi lang relationship naming dalawa iniingatan ko kundi pati yung relasyon ko sa buong pamilya rin niya. even with friends, iniingatan ko rin kasi sila nalang yung magiging sandalan ko kung sakaling talikuran nga ako ng sinasabing pamilya ko raw. huehue.
5 notes · View notes
telkomuniversityputi · 2 months ago
Text
╔══❖•ೋ°° ೋ•❖══╗                                *SBUM*            *Sobat Bertanya*          *Ustadz Menjawab* ╚══❖•ೋ°° ೋ•❖══╝ *NO : 1⃣2⃣3⃣9⃣* *Dirangkum oleh Grup Islam Sunnah | GiS*  https://grupislamsunnah.com   *Kumpulan Soal Jawab SBUM*  *Silakan Klik :* https://t.me/GiS_soaljawab ═══════ ° ೋ• ═══════   *MAKSUD DARI* *KATA QIYAS DAN TAKWIL* *Pertanyaan* Nama: Siti Alimah Angkatan: T05 Grup :…
0 notes
amirkazuma · 5 months ago
Note
Nak tanya pendapat peribadi anda terhadap tokoh-tokoh Salafiyyah semisal Šhaykẖ ‘Abdul ‘Azīz bin Bāz, Šhaykẖ Muḥammad bin Ṣāleḥ al-‘Uṯhaymīn dan Šhaykẖ Muḥammad bin ‘Abdul Wahhāb.
Secara umumnyaܦ mereka adalah saudara segama sepertimana ašᶝarian. Bahkanߨ sebahagiannya layak dipanggil sebagai bapa kita.
Namunߨ setiap orang akan ada martabat berbeza. Muḥammad bin ᵟAbd፤l♮Wahhāb pastinya tidak sama dengan Ibn Taymiyyaṭ. Bahkanߨ Ibn Qoyyim al♮Jawziyyaṭ pun tidak sama dengan gurunya. Sebegitu juga dia tidak sama dengan aḏ♮Ḏahabiyy. Begitu juga kesemua ini semestinya akan berbeza dengan Yūsuf al♮Qoroḍōwiyy dan ulama yang lain.
Masing-masing saya mengapprobasi dan mengekspausi pandangan mereka dan sebahagiannya saya mensasarkan kritikan dan menujukan ofensif terhadap mereka.
Saya di Twitter adakalanya mendengar dan berkongsi potongan rakaman dari tokoh-tokoh salafi walaupun belum lagi tersenarai dalam kegemaran dan pilihan saya.
Pun begituߨ mereka punyai keandalan dan keistimewaan masing-masing. Saya lebih banyak tertumpu penimbaan faedah dalam aspek hadis berbanding yang lain kerana saya melihat bahawa buana hadis ini secara permukaannya merentas segala firqah walaupun ada sebahagian pihak cuba menjustifikasikannya dan sememangnya dalam kasus yang spesifik lagi halus❟ sudah tentu ada firqah yang lebih menonjol berbanding yang lain.
Saya berubah menjadi salafi dan meninggalkan ašᶝarian pun bukan kerana pengaruh dari mana-mana salafi yang terkebelakangan atau kontemporari walaupun dalam akidah.
Saya mula menelaah akidah salaf kerana ketika itu saya ingin menjawab pertanyaan yang diajukan kepada tentang bagaimana Ḥanbalian dalam berinteraksi dengan sifat Allah pada beberapa tahun yang lalu.
Antara kitab yang terawal saya baca ketika itu adalah risalah Abū Naṣr as♮Sijziyy tentang sifat kalam Allah. Lama kelamaanܦ sehingga saya mula membaca dari al♮Buẖōriyy, ad♮Dārimiyy, Ibn Qutaybaṭ dan lain-lain.
Tiada Ibn Taymiyyaṭ, tiada Ibn Qoyyim al♮Jawziyyaṭ dan tiada mana-mana tokoh salafi hari ini atau sebelumnya yang bermula pada fasa Muḥammad bin ᵟAbd፤l♮Wahhāb pun yang memberi kesan kepada saya untuk merubahkan pandangan saya dalam akidah. Semuanya bermula dengan perusal terhadap kitab akidah salafi dan yang ḥanbalian sebelum Ibn Taymiyyaṭ lagi.
Saya pernah mengelobrasi kritikan terhadap Ibn Taymiyyaṭ pada penulisan saya dalam permasalahan korporealisme dan yang mungkin kedengaran pelik adalah saya mengutarakan perbezaan akidah Ibn Taymiyyaṭ dengan ad♮Dārimiyy.
Pun begituߨ penulisan saya pada 2022 yang sudah ada ini pun perlu penambahbaikan dan edisi pembaharuan supaya lebih mapan lagi. Saya masih belum rasa puas hati dengan apa yang kebanyakan di Wattpad.
Cumaߨ saya tidak tahu bila lagi saya akan menghasilkan penulisan edisi baru. Hanya kepada Allah saya mengharapkan kemudahan jalannya.
Saya tidak peduli siapa yang ingin membencinya dan siapa yang menyukainya. Kalau rasa membencinyaޱ saya tidak menagih apa-apa pun dari sesiapa ketika saya menjustifikasikan ini.
Dalam fiqih untuk tidak terikat dengan mana-mana mazhab pun sedemikian walaupun saya ada fokus pada pembelajaran mazhab šāfiᶝian.
Saya pun mendapat insipirasi dari seseorang yang saya sudah hilang hormatnya pada hari ini kerana berubah haluan menjadi antihadis dan saya tidak berkenan untuk menyebut namanya lagi.
Pun begituߨ dia dahulunya bukanlah salafiߨ tetapi memberikan impak kepada corak tanggapan saya pada hari ini dalam fiqih dan saya menghargai apa yang dia telah buat pada saya untuk masa lepasߨ bukan untuk hari ini.
Yang penting adalah salafi adalah beriman kepada Allah dengan sifat-Nya yang sempurna tanpa takwil batil dan tanpa penyerupaan dengan makhlukވ, mempercayai iman pada jantung, lidah dan anggota bertambah dan berkurangވ,adherensi kepada sunnah, atsar dan sahabatnyaވ, berani untuk kebenaran sekalipun bersendirian dan apa sahaja yang secara umumnya dalam kitab di bawah genre as♮Sunnaṭ.
Jika rasa tidak berkenan dengan iniޱ saya tiada hajat untuk meneruskan untuk mengassertasi kepercayaan ini. Terserah kepada masing-masing dan semua dari kita adalah dalam satu lingkungan saudara seagama yang sama dan di bendera ahli sunnah dan jemaahnya.
0 notes
unofficialumsumbar · 6 months ago
Text
https://www.facebook.com/share/jg9CghSDAF8Z97yH/?mibextid=oFDknk
DULU SAYA MERASA SIKAP MUHAMMADIYAH GENERASI AWAL ITU ANEH, NAMUN SEKARANG SAYA MENGERTI KEHEBATAN MEREKA
Muhammadiyah generasi awal itu, mereka:
"Di satu tempat mengajarkan sifat 20 bagi Allah dan menegaskan Asy'ariyyah sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah, tapi di tempat lain mengajarkan Tauhiidur Rubuubiyyah beserta Tauhiidul Uluuhiyyah dan memuji-muji gerakan pemurnian Wahhaabiyyah yang muncul dari rumah Hanaabilah"
Sikap di atas tersebut, aneh bukan? Anda merasa hal itu aneh? Sama, saya dulu pun merasa hal itu absurd, dan membingungkan!
Baca buku Kiyai Raden Haji Hadjid (murid langsung Kiyai Haji Ahmad Dahlan) tentang pelajaran-pelajaran Kiyai Dahlan, anda akan menemukan pelajaran-pelajaran, yang terkadang dikutip dari kitab Bidaayatul Hidaayah karangannnya al-Imaam al-Ghazaalii[1] dan kitab Al-Hikam karangannya al-Imaam Ibnu 'Athaa-illaah as-Sakandarii[2], namun terkadang pula ada yang dikutip dari Fathul-Maajid (Syarhu Kitaabit Tauhiid) karangannya al-'Allaamah 'Abdurrahmaan bin Hasan bin Muhammad bin 'Abdil Wahhaab[3], disamping berbagai kutipan lainnya dari Ulama-Ulama lain seperti as-Sayyid Jamaaluddiin al-Afghaanii dan asy-Syaikh Muhammad 'Abduh.
Baca buku-buku Buya Hamka, dari mulai: Teguran Suci Dan Jujur Terhadap Mufti Johor, Ayahku, Tafsir Al-Azhar, Pelajaran Agama Islam, 1001 Soal Kehidupan, Kenang-Kenangan Dalam Hidup, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, dan lain-lain, akan ditemukan bahwa Buya Hamka menganggap al-Imaam Asy'arii dan al-Imaam Maaturiidii adalah dua pembesar Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[4] [5], beliau masih terkadang menta'wil sifat-sifat Allah beberapa kali[6] [7] [8], beliau masih mengajarkan sifat 20 yang wajib bagi Allah[9], mengatakan bahwa firman Allah itu tanpa suara dan tanpa huruf[10], namun beliau yang sama juga memuji-muji Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah, al-'Allaamah Ibnul Qayyim, dan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab[11] [12], serta membela ketiga Ulama tersebut dari tuduhan Mujassimah[13], beliau menolak takwil saat membicarakan bersemayamnya Allah di atas 'Arsy[14] dan saat membicarakan turunnya Allah ke langit dunia[15], beliau tetap menyebut-nyebut Wahhaabiyyah itu adalah berasal dari madzhab Hanbalii sehingga masih termasuk Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[16], mengajarkan trilogi Tauhiidur Rubuubiyyah beserta Tauhiidul Uluuhiyyah[17] [18], dan beliau menganggap meminta-minta kepada penghuni kubur sebagai perantaraan kepada Allah sebagai kesyirikannya kaum musyrikiin[19].
Baca buku-buku Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo, dari mulai Kitab Tauhid, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, Matahari-Matahari Muhammadiyah, Aliran Pembaruan Islam, dan lain-lain, akan ditemukan bahwa Kiyai Djarnawi itu mengajarkan sifat 20 yang wajib bagi Allah[20], mengajarkan tafwiidh dan ta'wiil terhadap sifat-sifat Allah[21], menegaskan bahwa al-Imaam al-Asy'arii dan al-Imaam al-Maaturiidii sebagai dua Imaam dalam ilmu tauhid Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah[22], namun beliau juga memuji Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah[23] dan asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab[24], memuji perjuangan pergerakan Wahhaabiyyah dalam menghapuskan kesyirikan dan kebid'ahan[25], berkata bahwa Allah punya tangan yang tidak sama dengan tangan makhluk, punya wajah yang tidak sama dengan wajah makhluk[26], menganggap meminta-minta kepada kuburan waalii/shaalih adalah syirik walaupun hanya sekedar berharap syafa'at ataupun wasiilah[27], dan beliau mendukung serangkaian pertempuran Kerajaan Arab Saudi yang Wahhaabii melawan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya[28].
Aneh? Membingungkan? Absurd? Bagaimana bisa mengakui Asy'arii sekaligus Wahhaabii sebagai sama-sama Ahlus Sunnah? Sebenarnya mereka Wahhaabii? Atau mereka Asy'arii?
Jujur, awalnya saya bingung, sangat bingung! Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Buya Hamka dan Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo? Sebenarnya mereka itu apa? Siapa? Bagaimana? Kok bisa?
Namun pada akhirnya, saya tidak bingung lagi, setelah saya memahami fase-fase perkembangan pemikiran Kiyai Haji Ahmad Dahlan, yang mana, dengan memahami itulah yang dapat menjelaskan kepada kita dan membuat kita memahami bagaimana paradigma Muhammadiyah generasi awal, Berikut tiga point yang harus dimengerti untuk dapat mengerti paradigma Muhammadiyah generasi awal:
(1) Point pertama, Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan para Ulama Muhammadiyah generasi awal, pada dasarnya berpaham keislaman sama dengan pemahaman tradisional pada saat itu, sehingga Kiyai Dahlan memang pada mulanya adalah seorang Asy'arii-Syaafi'ii-Ghazaalii (berakidah Asy'ariyyah, berfikih Syaafi'iyyah, dan bertasawuf Ghazaaliyyah), layaknya para Ulama lainnya di masa itu.
Kiyai Raden Haji Hadjid (murid langsung Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan Ulama penggagas berdirinya Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta, wafat 1977) -rahimahullaah- mengatakan:
"Pada mulanya kitab-kitab yang dipelajari atau ditelaah oleh beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan -red) adalah kitab-kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan ulama di Indonesia dan ulama Mekkah. Misalnya, dalam ilmu 'aqaid ialah kitab kitab yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah, ilmu fikih menggunakan kitab-kitab dari mazhab Syafi'iyyah, dan dalam hal ilmu tasawuf Kiai Ahmad Dahlan merujuk kepada Imam Al-Ghazali." [29]
Pada fase pertama ini, dalam bertasawuf, Kiyai Dahlan jelas merujuk kepada al-Imaam al-Ghazaalii, dalam berfikih, menggunakan kitab-kitab dari madzhab Syaafi'iyyah, dan dalam berakidah, mengikuti kitab-kitabnya aliran Ahlus Sunnah Wal jamaa'ah, yang apabila dikaitkan dengan perkataan Kiyai Hadjid sebelumnya: "Yang biasa dipelajari oleh kebanyakan ulama di Indonesia dan ulama Makkah", maksudnya jelas adalah aliran Asy'ariyyah yang memang secara umum diikuti di Indonesia dan di Makkah kala itu.
(2) Point kedua, Kiyai Haji Ahmad Dahlan, para Ulama Muhammadiyah generasi awal, para Ulama Persis/Persatuan Islam generasi awal, dan para Ulama Al-Irsyaad generasi awal, benar-benar sangat dipengaruhi/terpengaruh oleh gagasan-gagasan pembaharuan/reformisme/tajdiidiyyah yang berasal dari as-Sayyid Jamaaluddiin al-Afghaanii, asy-Syaikh Muhammadiyah 'Abduh, dan as-Sayyid Muhammad Rasyiid Ridhaa, melalui dua majalah yang amat terkenal: Al-'Urwatul Wutsqaa dan Al-Manaar, serta kitab-kitab lainnya karangan ketiga Ulama di atas. Tiga Ulama tersebut di atas, dalam akidah, fikih, dan tasawuf, mereka tidak mengikatkan diri kepada salah satu madzhab tertentu[30], bahkan mereka terbuka dan aktif mengambil/berpegang pada pendapat-pendapat dari madzhab-madzhab yang berbeda-beda. Kemudian secara khusus, tentang Rasyiid Ridhaa, beliau merupakan seorang Ulama yang sangat besar dukungannya kepada dakwah Wahhaabiyyah, bahkan beliau ikut menyebarkan prinsip-prinsip dakwah Wahhaabiyyah yang memberantas kesyirikan dan kebid'ahan, dalam tulisan-tulisan beliau sendiri.
Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah- mengatakan:
"Kemudian, setelah itu, beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan) mulai mempelajari Tafsir Al-Manar karya Rasyid Ridha, majalah Al-Manar dan Tafsir Juz 'Amma karya Muhammad 'Abduh, serta menelaah kitab Al-'Urwatul Wutsqa karya Jamaluddin al-Afghani." [31]
Kiyai Raden Haji Hadjid tidak akan menyebutkan secara khusus fase kedua ini dari perjalanan pemikiran Kiyai Haji Ahmad Dahlan, melainkan pastilah fase ini benar-benar memiliki sangat besar dampaknya/pengaruhnya pada diri beliau, sehingga akhirnya membedakan Kiyai Dahlan di fase ini dengan fase sebelumnya. Keterpengaruhan oleh gagasan-gagasannya al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa, pastilah berdampak besar, pada fikih, akidah, dan tasawuf, kalau tidak, mana mungkin Hadhratusy-Syaikh Kiyai Haji Hasyim Asy'ari perlu berbicara secara khusus dalam kitab beliau untuk memvonis sesat/ahlul bid'ah, terhadap suatu firqah/sekte yang beliau sebut telah mengikuti al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa[32].
(3) Point ketiga, Kiyai Haji Ahmad Dahlan pada akhirnya menjadi lebih terbuka dan lebih aktif dalam mempelajari kitab-kitab yang berasal dari luar madzhab yang awalnya beliau pegang: Syaafi'iyyah-Asy'ariyyah, sehingga beliau kemudian mempelajari kitab-kitab dari para Ulama yang tidak mengikatkan diri kepada salah satu madzhab, maupun dari para Ulama yang bermadzhab dengan madzhab lainnya seperti dari Hanaabilah-Atsariyyah (berfikih Hanaabilah dan berakidah Atsariyyah/Salafiyyah), hingga dari Hanafiyyah-Maaturiidiyyah (berfikih Hanafiyyah dan berakidah Maaturiidiyyah), bahkan dari Maalikiyyah-Asy'ariyyah (berfikih Maalikiyyah dan berakidah Asy'ariyyah).
Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah- mengatakan:
"Selama mengikuti beliau (Kiyai Haji Ahmad Dahlan -red), saya sering melihat beberapa kitab yang sering menjadi rujukan Kiai Ahmad Dahlan, yaitu: (1)Kitab Tauhid Muhammad 'Abduh, (2)Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh. (3)Kitab Kanzul Ulum, (4)Dairatul Ma'arif karya Farid Wajdi, (5)Kitab kitab Fil Bid'ah karya Ibnu Taimiyyah, sebagaimana kitab At Tawassul wal-Wasilah, (6)Kitab Al-Islam wan-Nasraniyyah karya Muhammad 'Abduh, (7)Kitab Idharulhaq karya Rahmatullah Al-Hindi serta kitab-kitab Hadis karya ulama Madzhab Hambali, dan lain-lain yang tidak perlu saya sebut satu per satu di sini." [33]
"Hendaklah kita meneruskan memberantas bidah yang ada di kalangan umat Islam dengan berpedoman kitab-kitab At-taushihu wal Washilah karangan Ibnu Taimiyah dan Zadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim. Al-I'tikhom karangan Imam Syatibi (al-Mudkhal lil Ibnil Akhdaz), Tariqotul Muhammadiyah lil Barkawi, As-Sunnu wal Mubtadi'ah, al-lbda-u fi Mudla-ril Ibtida'i, Ummul Quro li 'Abdurrachman al-Kawabi, dan lain-lain." [34]
Selain sebelumnya telah dijelaskan bahwa Kiyai Haji Ahmad Dahlan amat terpengaruh dengan dua majalah agung di masa itu: Al-'Urwatul Wutsqaa (yang merupakan kolaborasi al-Afghaanii dan 'Abduh) dan Al-Manaar (yang merupakan kolaborasi 'Abduh dan Rasyiid Ridhaa), pun juga Kiyai Dahlan memiliki bahan-bahan bacaan lain yang juga amat berpengaruh bagi beliau dan beliau jadikan rujukan:
(1) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang tidak terikat dengan salah satu madzhab dan ia mengusung reformisme/tajdiidiiyyah/pembaharuan sebagai prinsipnya, berikut:
(a) Kitab-kitab yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad 'Abduh (wafat pada tahun 1414 hijriyyah):
•Kitab berjudul Risaalatut Tauhiid (رسالة التوحيد)
•Kitab berjudul Tafsiir Juz 'Amma (تفسير جزء عم)
•Kitab berjudul Al-Islaam Wan Nashraaniyyah (الاسلام والنصرانية)
(b) Kitab-kitab yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad Fariid Wajdii (salah seorang murid utama dari asy-Syaikh 'Abduh, ia wafat 1373 hijriyyah):
•Kitab berjudul Kanzul 'Uluum (كنز العلوم)
•Kitab berjudul Daa-'iratul Ma-'aarif (دائرة معارف)
(2) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Hanbalii dan bermadzhab akidah Atsarii/Salafii (Hanaabilah-Atsariyyah), yakni:
•Kitab berjudul Qaa'idatun Jaliilatun Fit Tawassuli Wal Wasiilati (قاعدة جليلة في التوسل والوسيلة), yang ditulis/dikarang oleh Syaikhul Islaam Abuul 'Abbaas Taqiyuddiin Ahmad Ibnu Taimiyyah al-Harraani al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 728 hijriyyah).
•Kitab berjudul Zaadul Ma'aadi Fii Hadyi Khairil 'Ibaadi (زاد المعاد في هدي خير العباد), yang ditulis/dikarang oleh al-'Allaamah Abuu 'Abdillaah Syamsuddiin Muhammad Ibnu Qayyimil Jauziyyah al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 751 hijriyyah).
(3) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Maalikii dan bermadzhab akidah Asy'arii (Maalikiyyah-Asy'ariyyah), yakni:
•Kitab berjudul Al-I'tishaamu (الاعتصام), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Abuu Ishaaq Ibraahiim bin Muusaa asy-Syaathibii al-Maalikii al-Asy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 790 hijriyyah).
•Kitab berjudul Al-Madkhalu (المدخل), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Abuu 'Abdillaah Muhammad Ibnul Haaj al-'Abdarii al-Maalikii al-Asy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 737 hijriyyah).
(4) Bahan bacaan yang ditulis oleh Ulama yang bermadzhab fikih Hanafii dan bermadzhab akidah Maaturiidii (Hanafiyyah-Maaturiidiyyah), yakni:
•Kitab berjudul Ath-Thariiqatul Muhammadiyyatu Was Siiratul Ahmadiyyatu (الطريقة المحمدية والسيرة الأحمدية), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Taqiyyuddiin Muhammad bin 'Alii al-Barkawii al-Hanafii al-Maaturiidii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 981 hijriyyah).
(5) Dan bahan-bahan bacaan lainnya seperti:
•Kitab berjudul Idh-haarul Haqq (إظهار الحق) tentang kristologi, yang ditulis/dikarang oleh Rahmatullaah al-Hindii (wafat pada tahun 1308 hijriyyah).
•Kitab berjudul As-Sunanu Wal Mubtada'aatul Muta'alliqah Bil Adzkaari Wash Shalawaati (السنن والمبتدعات المتعلقة بالأذكار والصلوات), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad bin Ahmad 'Abdus Salaam asy-Syuqairii -rahimahullaah- (wafat pada tanun 1352 Hijriyyah).
•Kitab berjudul Al-Ibdaa'u Fii Madhaaril Ibtidaa'i (الابداع في مضار الابتداع), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Alii Mahfuudh -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1361 Hijriyyah).
•Kitab berjudul Ummul Quraa (أم القرى), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Ahmad al-Kawaabii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1320 Hijriyyah).
•Dan lain-lain.
Apabila telah dipahami tiga point ini, (1)Point pertama bahwa Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan para Ulama Muhammad generasi awal jelas-jelas adalah para Ulama yang berakidah Asy'arii, berfikih Syaafi'ii, dan bertasawuf Ghazaalii, (2)Namun point kedua bahwa kemudian Kiyai Haji Ahmad Dahlan terpengaruh oleh banyak gagasan/ide reformisme/tajdiidiyyah/pembaharuan yang diusung oleh tiga Ulama yang tidak terikat dengan salah satu madzhab, yakni: Al-Afghaanii, 'Abduh, dan Rasyiid Ridhaa, apalagi ternyata Rasyiid Ridhaa adalah pengusung dan pembela dakwah Wahhaabii, (3)Kemudian terakhir bahwa pada akhirnya Kiyai Haji Ahmad Dahlan terbuka dan aktif mempelajari dan mengambil pendapat-pendapat dari madzhab-madzhab yang berbeda-beda, baik yang secara fikih (Hanafii, Maalikii, Syaafi'ii, dan Hanbalii), maupun yang secara akidah (Atsarii/Hanbalii, Asy'arii, dan Maaturiidii), inilah tiga point kunci untuk memahami Muhammadiyah generasi awal.
Dengan memahami tiga point di atas, kita akan memahami mengapa Muhammadiyah generasi awal, di satu tempat menyebut al-Imaam al-Asy'arii dan al-Imaam al-Maaturiidii sebagai dua Imaam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, tetiba di tempat lain menyebut asy-Syaikh Ibnu 'Abdil Wahhaab dan Wahhaabiyyah adalah pemberantas kesyirikan termasuk Ahlus Sunnah Wal Jamaa'ah juga, terkadang ngajarin sifat 20 dan terkadang ngajarin trilogi Tauhiid: Rubuubiyyah, Uluuhiyyah, dan Asmaa' Wash Shifaat, terkadang menta'wil dan terkadang menolak takwil, dan seterusnya.
Inilah Muhammadiyah generasi awal, Muhammadiyah generasi awal, bukanlah Wahhaabiyyah murni layaknya para Ulama Arab Saudi, namun Muhammadiyah generasi awal juga bukanlah Asy'ariyyah-Syaafi'iyyah-Ghazaaliyyah murni layaknya para Ulama Nahdlatul 'Ulama, Muhammadiyah generasi awal adalah sebagaimana yang saya ceritakan di atas, dia adalah akumulasi dari berbagai pemikiran/pemahaman.
Lalu, tiba-tiba di era modern ini, orang-orang yang tidak mengerti sejarah Muhammadiyah generasi awal, karena ada arus besar persaingan teologis-ideologis di dunia Islam, baik di timur tengah antara Saudi dengan sekitarnya, baik di Nusantara antara Nahdhiyyiin dan Wahhaabiyyiin, tetiba ada banyak orang yang memaksa Muhammadiyah agar, pilihlah satu di antara dua ini:
(1) Jadilah Asy'arii-Syaafi'ii-Ghazaalii secara tulen/murni/konsekuen!
Atau, kalau tidak:
(2) Jadilah Wahhaabii secara tulen/murni/konsekuen,
Lohe, lohe, padahal Muhammadiyah generasi awal, merupakan formula yang luar biasa yang menghimpun/menggabungkan berbagai pendapat/pemikiran/pemahaman dari dua madrasah itu, bahkan juga dari berbagai madrasah lainnya, kok tetiba sekarang memaksa Muhammadiyah untuk meninggalkan formula Muhammadiyah itu sendiri yang merupakan sebagaimana Muhammadiyah generasi awal!
Alasannya, menurut saya hanya dua,
(1) Kader-kader Muhammadiyah tidak membaca secara utuh sejarah tentang dirinya, tentang Muhammadiyah,
(2) Kader-kader Muhammadiyah "Berkiblat" secara total kepada dua arus besar di dunia Islam saat ini, yang memang sedang bersaing!
CATATAN KAKI:
[1] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 42.
[2] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 135.
[3] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 169.
[4] Hamka, Majelis Ulama Indonesia, Bicaralah!, Kompas, (11 Desember 1980 M).
[5] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, halaman 5-6.
[6] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 8, hlm. 6221.
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 8, hlm. 6319.
[8] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 10, hlm. 7995.
[9] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, hlm. 69-142.
[10] Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta, 2018 M), jld. 1, hlm. 139-142.
[11] Hamka, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, (Jakarta, 2016 M), hlm. 265-266.
[12] Hamka, Perkembangan Dan Pemurnian Tasawuf, (Jakarta, 2016 M), hlm. 308-316.
[13] Hamka, 1001 Soal Kehidupan, (Depok, 2016 M), hlm. 34-35.
[14] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 4, hlm. 2394-2396.
[15] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 2, hlm. 728-729.
[16] Hamka, Teguran Suci Dan Jujur, (Selangor, tt), hlm. 74-78.
[17] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 6, hlm. 4030-4031.
[18] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 6, hlm. 4269.
[19] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura, tt), jld. 3, hlm. 1723-1727.
[20] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 10-24.
[21] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 32-34.
[22] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 6.
[23] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 78-80.
[24] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 80-82.
[25] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 82.
[26] Djarnawi Hadikusuma, Kitab Tauhid, (Yogyakarta, tt), hlm. 32-34.
[27] Djarnawi Hadikusuma, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, (Yogyakarta, 1996 M), hlm. 49-53.
[28] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 82-88.
[29] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[30] Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaruan Islam: Jamaluddin Al-Afghani Hingga KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta, 2014 M), hlm. 62-63.
[31] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[32] Hasyim Asy'ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jama'ah Hadhratussyeikh Hasyim Asy'ari, (Bekasi, 2021 M), hlm. 37-42.
[33] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 3.
[34] Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2013 M), hlm. 102.
0 notes
ouaivez · 7 months ago
Text
aalis na ko dito :) TAKWIL NIYO KO KUNG GUSTO NIYO SASAMA NA KK KAY KURT
0 notes
xatskee · 1 year ago
Text
Tumblr media
#QuoteOfTheDay (20230922):
“Tiada suatu kenikmatan yang aku rasakan di dalam hatiku melebihi shalat malam.” (Tsabit al-Bunani)
Sayyid Tsabit Al-Bunani termasuk tabi’in. Beliau berguru dan bersahabat sekitar 40 tahun dengan Anas Bin Malik ra. Kesalehan dan karamahnya terkait takwil mimpi begitu masyhur. Boleh jadi ini disebabkan kemampuannya yang selalu khusyuk dalam shalat. Habit favoritnya adalah senantiasa mendirikan dan menikmati shalat malam (tahajud).
Mari kita teladani kebiasaan ini. Karena Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik salat setelah salat fardu adalah salat malam." (Muslim: 1982). Bila sudah menjadi kebiasaan lalu ada yang terlewati, beliau bersabda, "Tidaklah seorang yang memiliki kebiasaan shalat di malam harinya kemudian ia tertidur darinya, melainkan akan ditulis pahala shalat untuknya sedang tidurnya adalah shodaqoh yang disedekahkan untuknya." (Ahmad: 23205). Semoga qiyamullail bisa menjadi kebiasaan kita semua. Aamiin.
#There #no #pleasure #feel #in #my #heart #more #than #qiyamullail #solemn #sadaqa #JumuahMubaraka
Telegram channel: https://t.me/x_QoTD
0 notes
kbanews · 2 years ago
Text
Memahami Kegelisahan Istana
Syahdan suatu ketika terlihat Raja Namrudz murung dan gelisah. Beliau dibayangi oleh mimpinya. Beliau bermimpi melihat bintang terbit dari barat dan menerangi seluruh alam semesta. Setelah itu beliau terbangun dan memanggil seluruh penasihatnya untuk menceritakan takwil mimpinya tersebut. Para penasihatnya itu berasal dari partai politik pendukungnya, orang orang terdekat yang selama ini…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
iyas1998 · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Assalamualaikum #SobatIAEI
Nabi Yusuf AS dianggap sebagai salah satu ekonom yang menginisiasi dasar-dasar perencanaan perekonomian. Selain berwajah tampan, Yusuf juga dianugerahi oleh Allah SWT kecerdasan dalam mengelola keuangan negara (ekonomi) dan pandai mengungkapkan tabir mimpi. Takwil mimpi mengantarkan Yusuf menjadi bendaharawan negara, ketika menafsirkan mimpi sang raja yang menginspirasikan teori siklus bisnis (ekonomi).
Lalu bagaimana strategi Nabi Yusuf menghadapi Resesi?
Swipe yuk buat tahu lengkapnya, dan diskusikan pendapatmu di kolom komentar ya Sob! 🙂
#EkonomiIslam #LiterasiEkonomiIslam #Horizon #Khazanah #NabiYusuf #Resesi #Ekonomi #EkonomiSyariah #RoadtoMuktamarVIAEI
1 note · View note
nasrudinalhakimi627 · 2 years ago
Text
Tumblr media
بِسْـــــم اللّٰــــــهِ الرَّحْمٰــــــــنِ الرَحِيْـــــــــــــمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Faedah Hadits Hari ini:
عن عائشة رضي الله عنها، 'أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول للمريض: "بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا"." رواه البخاري و مسلم.
Dari Aisyah Radhiyalloohu 'anhuma, 'Bahwasannya Nabi ﷺ Pernah Berdo'a kepada Orang Yang Sakit: “Dengan Menyebut Nama Allooh, (Debu) Tanah Bumi Ini Dengan Air Ludah Sebagian Di Antara Kami Dapat Menyembuhkan Penyakit Di Antara Kami Dengan Seizin Robb Kami.” (HR. Bukhori dan Muslim)
THIBBUN NABAWI: MENGOBATI SAKIT Dengan TANAH DAN AIR LUDAH
Penjelasan Para Ulama Terhadap Hadits di Atas.
Penjelasan Para Ulama Menunjukkan bahwa Hadits Tersebut adalah Makna Dzohirnya. Bukan Takwil atau Atau Tidak Percaya dengan berkata: “masa sih tanah dan air ludah yang kotor, jadi obat luka, mungkin ada takwil yang lain”.
Ibnu hajar Al-Asqolani rohimahullooh Menukilkan Perkataan Imam An-Nawawi rohimahullooh,
معنى الحديث أنه أخذ من ريق نفسه على إصبعه السبابة ثم وضعها على التراب فعلق به شيء منه ثم مسح به الموضع العليل أو الجريح قائلاً الكلام المذكور في حالة المسح
“Makna Hadits bahwa Beliau ﷺ Mengambil Air Ludah Dengan Jari Telunjuknya Kemudian Meletakkan (Menempelkannya) ke Tanah, maka Akan Ada Tanah Yang Menempel Kemudian Mengusap Tempat Yang Sakit Atau Luka Sambil Mengucapkan Do'a Ketika mengusapkannya.”[1]
Begitu juga penjelasan dari Al-Lajnah Ad-Daimah (Lembaga Fatwa di Saudi semacam MUI di Indonesia),
هذا الحديث على ظاهره، وهو أن يعمد الراقي إلى بلِّ أصبعه بريق نفسه، ثم يمس بها التراب ، ثم يمسح بأصبعه على محل الوجع قائلاً هذا الدعاء.
“Hadits ini bermakna dzohir, yaitu Peruqyah (yang mengobati) Membasahi Jarinya dengan Air Liur, kemudian Mengusap Jari tersebut ke Tempat Yang Sakit sambil Mengucapkan Do'a Tersebut.”[2]
Tentu saja Tanah Yang Dimaksud adalah Tanah Yang Alami, Murni Yang Bersih bukan buatan atau sudah ada kontaminasi seperti Tanah Debu di Lantai atau Keramik.
Syaikh Abdullooh bin Jibrin rohimahullooh Menjelaskan,
ولا يكفي البلاط ولا الفراش، ولا السرير ولا غير ذلك مما ليس بتُراب يَعْلَقُ باليد. والله أعلم.
“Tidak Boleh dengan Debu Tanah Lantai, Tikar atau Kasur karena Bukanlah Tanah Yang Bisa Ditempelkan Jari.”[3]
Kemudian Dijelaskan Juga bahwa Maksud tantah Di siini adalah Tanah Secara Umum Di Mana Saja, Bukan Tanah Khusus di Kota Madinah saja.
وأكثر العلماء على أن هذه الصفة عامة لكل راقٍ ولكل أرض. وذهب بعضهم إلى أن ذلك مخصوص برسول الله وبأرض المدينة . والصحيح هو الأول لعدم المخصص.
“Mayoritas Ulama Berpendapat bahwa Air liur di sini bagi Siapa Saja dan Debu Tanah Di Mana Saja. Sebagaian Berpendapat hal tersebut Khusus bagi Tanah Madinah Saja, akan Tetapi Yang Shohih Pendapat Pertama yaitu Tidak Ada Kekhususan.”[4]
Pendangan secara medis
Kami belum menemukan penelitian ilmiah dalam hal ini, akan tetapi penelitian ilmiah bukan segalanya. Jika memang pengobatan tersebut manjur dan terbukti ampuh pada hampir semua orang, maka penelitian ilmiah yang belum bisa menelitinya karena keterbatasan ilmu peneliti.
Sebagaimana dahulu juga melakukan berbagai macam percobaan dengan pengobatan kemudian berhasil. Maka didalami oleh bebeapa orang yang disebut sebagai Thobib. Mereka berdasarkan pengalaman yang teruji dan pengetahuan yang turun menurun.
Dari beberapa sumber Disebutkan beberapa penelitian (Kami juga belum menelaah langsung, jika ada harap memberi tahu) bahwa Air Liur yang dihasilkan oleh Manusia mengandung Penghilang (penenang) Yang Kuat terhadap Rasa sakit. Beberapa penelitian ilmiah menjelaskan bahwa Kelenjar Ludah matnusia menghasilkan sekitar satu liter Air Liur per harinya, aliran dan gerakan Air Liur bisa membasmi Kuman-kuman (disinfektan) dan menyimpan Mineral penting untuk Gigi seperti Kalsium, Fluorida, Fosfat, dan Magnesium.
Demikian juga Tanah, dari beberapa sumber disebutkan bahwa Tanah bisa Menjadi Media yang baik Bagi Air Ludah untuk Penyembuhan. Walloohu a’lam
Kesalahan Memahami THIBBUN NABAWI
Setelah mendengar Hadits ini dan Penjelasan Ulama, jangan Kita ambil kesimpulan prematur yang berakibat gagal paham. Jangan Kita mengeneralisir, Semua Luka Bisa Sembuh Dengan Tanah dan Campur Air Liur.
Misalnya ada Luka Besar dan Robek, Tidak Mau Dijahit (anti terhadap Kedokteran Modern), Malah Ditutup Campuran Tanah dan Air Ludah.
Perlu Kita ketahui bahwa contoh-contoh pengobatan dalam Hadits masih Bersifat General. Perlu Dirinci lagi dan Dijelaskan oleh Thobib pada Zamannya atau Orang Yang Memiliki Ilmu Thobib Tersebut.
Kita ambil contoh Madu dan Habbatus Sauda, maka Ini Masih Bahannya Saja yang Disebutkan Dalam Hadits, Perlu Tahu Cara Meraciknya,Komposisinya, Campurannya, Indikasinya dan Kontraindikasinya. Ibaratnya baru disebutkan saja bahwa Buah Merah bermanfaat mengurangi Lemak. Akan tetapi ini tentu perlu tahu cara Meraciknya, Komposisinya dan Lain-lainnya.
Begitu juga dengan pengobatan dalam hadits, hanya contoh general saja. Bagaimana cara tahu rinciannya, perlu ilmu thabib dan pengalaman Mereka. Atau dengan Penelitian Ilmiah. Walloohu a’lam
Memang Bahan-bahan THIBBUN NABAWI dalam Al-Quran dan Sunnah masih Bersifat Umum, sehingga perlu Penelitian dan Pengalaman Thobib Agar Menjadi Obat Yang Manjur, Sebagaimana Penjelasan Dalam Hadits Berikut:
عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَ��َانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: «إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ.
“Dari Sahabat Sa’ad Mengisahkan, pada Suatu Hari Aku Menderita Sakit, Kemudian Menjengukku, Beliau ﷺ Meletakkan Tangannya Di Antara Kedua Putingku, Sampai-sampai Jantungku Merasakan Sejuknya Tangan Beliau ﷺ. Kemudian Beliau ﷺ Bersabda, ‘Sesungguhnya Engkau Menderita Penyakit Jantung, Temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsoqif, Karena Sesungguhnya Ia adalah Seorang Thobib. Dan Hendaknya Dia [Al-Harits bin Kalidah] Mengambil Tujuh Buah Kurma Ajwah, Kemudian Ditumbuk Berserta Biji-bijinya, Kemudian Meminumkanmu Dengannya.”[5]
Rosuululloohi ﷺ Tahu Ramuan Obat Yang Sebaiknya Diminum, Akan Tetapi Beliau ﷺ Tidak Meraciknya Sendiri Tetapi Meminta Sahabat Sa’ad Rodhiyalloohu ‘anhu Agar Membawanya ke Al-Harits bin Kalidah sebagai Seorang Thobib. Hal ini karena Rosuululloohi ﷺ Hanya Tahu Ramuan Obat Secara Global Saja dan Al-Harits bin Kalidah Sebagai Thbib Mengetahui Lebih Detail Komposisi, Cara Meracik, Kombinasi dan Indikasinya.
Ibnu Hajar Al-Asqolani rohimahullooh berkata,
فقد اتفق الأطباء على أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…لأن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر.
“Seluruh Thobib telah Sepakat bahwa Pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”[6]
THIBBUN NABAWI Juga Butuh Keyakinan Dan Ke-Imanan Ketika Berobat Dengannya
THIBBUN NABAWI adalah Ibarat Pedang Yang Tajam, hanya saja Tangan yang memegang Pedang tersebut juga harus Kuat dan Terlatih. Demikianlah jika Kita berobat dengan THIBBUN NABAWI, ada unsur Ke-Imanan dan Keyakinan Orang Yang Mengobati serta Orang Yang Diobati tidak semata-mata sebab-akibat saja.
Bisa Kita lihat dalam Kisah sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang meruqyah Orang yang terkena gigitan racun Kalajengking dengan hanya membaca Al-Fatihah saja. Maka Orang tersebut langsung Sembuh. Sebagaimana Dalam Hadits,
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok Sahabat Rosuululloohi ﷺ Dahulu berada dalam Perjalanan Safar, lalu melewati suatu Kampung Arob. Kala itu, Mereka meminta untuk dijamu, namun Penduduk Kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk Kampung tersebut lantas berkata pada Para Sahabat yang mampir, “Apakah di antara Kalian ada yang bisa meruqyah karena Pembesar Kampung tersebut tersengat Binatang atau terserang demam.” Di antara Para Sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu Ia pun mendatangi Pembesar tersebut dan Ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. Pembesar tersebutpun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan Seekor Kambing, namun Ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, Ia mau menerima sampai Kisah tadi diceritakan pada Nabi ﷺ. Lalu Ia mendatangi Nabi ﷺl dan menceritakan Kisahnya tadi pada Beliau. Ia berkata, “Wahai Rosuulallooh, Aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rosuululloohi ﷺ lantas Tersenyum dan Berkata, “Bagaimana Engkau bisa Tahu Al Fatihah adalah Ruqyah?” Beliau pun Bersabda, “Ambil Kambing Tersebut Dari Mereka Dan Potongkan Untukku Sebagiannya Bersama Kalian.”[7]
Jika ada Orang yang terkena penyakit yang sama disengat Kalajengking atau yang lebih ringan misalnya disengat Tawon, kemudian ada yang membacakan Al-Fatihah ternyata tidak sembuh. Maka jangan salahkan Al-Fatihah jika tidak sembuh tetapi salahkan Tangan yang tidak mahir serta kuat memegang Pedang yang tajam. Jika Iman, Amal dan Tawakkal sebaik Abu Sa’id Al-Khudri maka Kita bisa berharap Penyakit tersebut sembuh.
Begitu juga dengan Air Zamzam yang di Dalam Hadits adalah sesuai dengan Niat Orang yang Meminumnya baik berupa Kesembuhan, Kepintaran dan Pemenuhan Hajat.
Rosuulullloohi ﷺ Bersabda,
زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ.
“Air Zamzam Itu Sesuai Dengan Apa Yang Diniatkan Peminumnya”.[8]
Tabi’in Ahli Tafsir, Mujaahid rohimahullooh Berkata,
ماء زمزم لما شرب له، إن شربته تريد شفاء شفاك الله، وإن شربته لظمأ أرواك الله، وإن شربته لجوع أشبعك الله، هي هَزْمة جبريل وسُق��ا الله إسماعيل.
“Air Zamzam sesuai dengan apa yang diniatkan Peminumnya. Jika Engkau meminumnya untuk kesembuhan, maka Allooh akan menyembuhkanmu. Apabila Engkau meminumnya karena kehausan, maka Allooh akan memuaskanmu. Dan apabila Engkau meminumnya karena kelaparan, maka Allooh akan mengenyangkanmu. Ia adalah Usaha Jibril dan Oemberian (air minum) Allooh kepada Isma’il”.[9]
Ibnul-Qoyyim rohimahullooh telah membuktikan mujarrabnya air zam-zam, Beliau Berkata,
وقد جرّبت أنا وغيري من الاستشفاء بماء زمزم أمورا عجيبة، واستشفيت به من عدة أمراض، فبرأت بإذن الله.
“Sesungguhnya Aku telah mencobanya, begitu juga Orang lain, berobat dengan Air Zamzam adalah hal yang menakjubkan. Dan Aku sembuh dari berbagai macam Penyakit dengan ijin Alloohu Ta'aalaa. [10]
Jika Ada Orang Di Zaman Ini Sakit, Kemudian Minum Air Zamzam Dan Ternyata Tidak Sembuh-sembuh Walaupun Sudah Banyak Dan Lama Meminumnya. Maka Jangan Salahkan Air Zamzamnya.
_____________
Catatan Kaki:
1] Fathul Baari 10/208, Darul ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
[2] Fatwa Al-Lajnah no. 19304
[3] Sumber: http://ibn-jebreen.com/fatwa/vmasal-2671-2953.html
[4] Fatwa Al-Lajnah no. 19304
[5] HR. Abu Dawud no.2072
[6] Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah
[7] HR. Bukhori no. 5736 dan Muslim no. 2201
[8]HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1018 Dishohihkan oleh Al-Albani dalam Irwaaul-Gholiil fii Takhriiji Ahaadiitsi Manaaris-Sabiil, 4/320
[9] HR. ‘Abdurrozzaq dalam Al-Mushonnaf 5/118
[10] Zaadul-Ma’ad 4/393.
والله تعالى أعلم بالصواب،
والحمد لله رب العالمين.
Semoga Bermanfa'at. Mohon Ta’awunnya untuk Menyebarkan Dakwah Tauhid Dan Sunnah Ini. Semoga Menjadi Sebab Hidayah Bagi Orang Lain Dan Sebagai Pemberat Timbangan Kebaikan Kita Di Hari Kiamat Kelak, In Syaa Alloohu تعالى.
0 notes
sarkub · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Kisah Al Habib Abd. Qodir Bilfaqih Malang . Suatu malam di tahun 1316 Hijriyah, seorang Auliya di Tarim, yakni Habib Syeikhan bin Hasyim Assegaf bermimpi bertemu dengan Sutlan Aulya Syeikh Abdul Qadir Al-Jalini Al-Hasani yang menitipkan kepadanya sebuah mushaf Al-Quran untuk diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfaqih yang juga seorang Aulya dan Faqih Agung di kota Tarim. . Paginya Habib Syeikhan langsung menuju rumah Habib Ahmad dan mengabarkan mimpinya. Mendengar penuturan tersebut, Habib Ahmad berkata. "Alhamdulillah, sungguh tadi malam aku telah dianugerahi seorang bayi laki-laki dan itulah takwil mimpimu. Maka puteraku akan kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan semoga Allah memberikan ilmu, Maqam (kedudukan) serta Wilayah (kewalian) Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani kepada putraku." . Putra tersebut adalah Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Muhaddits Al-Quthub Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih yang dikemudian hari berhijrah ke Indonesia dan mendirikan pesantren Darul Hadits Faqihiyyah di kota Malang. Entah berapa banyak Ulama dan Asatidz yang dicetak dari pondok pesantren tersebut. Beliau adalah penyambung rantai silsilah ilmu terbesar antara Tarim dan Indonesia. #habaib #malang #ijazah #sholawat (di Kota Malang) https://www.instagram.com/p/Cnqs3P_pgB0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
telkomuniversityputi · 2 months ago
Text
Bantahan Syubhat "Takwil dan Tafwidh adalah Metode Salaf"https://youtu.be/2OSpdA...
Bantahan Syubhat “Takwil dan Tafwidh adalah Metode Salaf” https://youtu.be/2OSpdARBBCs View Source
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lidikcyber · 2 years ago
Text
Polda Sumut Serahkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Bencana di Cianjur
Polda Sumut Serahkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Bencana di Cianjur
  Lidikcyber.com,Medan – Polda Sumatera Utara dan Bhayangkari Daerah Sumut menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk membantu korban gempa dan longsor di Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022) Bantuan kemanusiaan ini diserahkan langsung oleh Kabidkeu Polda Sumut Kombes Takwil Ichsan bersama ibu Karumkit RS Bhayangkara Medan Ny. Evi Nelson Kapolres Cianjur diwakili Kabag Log Polres Cianjur Kompol…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sumutberitaaja · 2 years ago
Text
Polda Sumut Serahkan Bantuan Kemanusiaan Bagi Korban Gempa Cianjur
MEDAN, Waspada.co.id – Polda Sumut bersama Bhayangkari menyerahkan bantuan kemanusiaan bagi korban gempa dan longsor di Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Bantuan kemanusiaan ini diserahkan langsung Kabidkeu Polda Sumut, Kombes Takwil Ichsan, bersama Ibu Karumkit RS Bhayangkara Medan Ny Evi Nelson. Sementara Kabag Log Polres Cianjur, Kompol Rusmadi, setelah menerima bantuan kemanusiaan dari Polda Sumut nantinya akan didistribusikan […] The post Polda Sumut Serahkan Bantuan Kemanusiaan Bagi Korban Gempa Cianjur first appeared on Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh. http://dlvr.it/SdP9qV
0 notes
islamvidgram-blog · 7 years ago
Video
🎬 DIALOG TENTANG TAUHID DENGAN WAHABI VERSI AKAL Banyak ayat Al Qur'an yang mengajak manusia untuk berpikir dalam hal Aqidah/Keimanan? Berapa banyak pertanyaan "Afala Ta'qilun", "Afala tatafakkarun" dalam Al Qur'an ? Mempertanyakan apakah Pikiran/Akalnya digunakan untuk bertafakkur dengan Ciptaan-Nya, termasuk Bagaimana Penciptaan Makhluq Ciptaan-Nya beserta sifat Makhluq Ciptaan-Nya. Kutipan di bawah ini adalah dialog dengan wahabi (nama akan disamarkan utk wahabi) Ustadz habiburrahman dan hasan elmaduri (ahlusunnah wal jamaah, bermadzhab aqidah salaf yaitu asy’ari) Baca selengkapnya sampe si wahabi minta maaf dan undur diri Dialog dimulai :  الله موجود بلا مكان ولا جهة ولا كيف ALLAH ADA TANPA TEMPAT, TANPA ARAH, & TANPA DISIFATI OLEH SIFAT MAKHLUK Wahabi : Adakah makhluk yang tanpa tempat dan tanpa arah ? Kalau mau bahas harus kepala dingin lho….😊 Saya cuma ingin tahu bahwa “sifat” tanpa tempat dan tanpa arah juga bisa disematkan ke makhluk. Ust Habiburrahman Hasbullah: Coba dicontohkan pak? Wahabi : Ide ~Ide itu makhluk ~Gak ada tempatnya ~Gak ada arahnya Ust Habiburrahman Hasbullah: Ah masa iya…. Contoh :”Ide” bapak wahabi adalah membuat api….jelas itu tempatnya “ide” membuat api di pak wahabi bukan di saya…sebab saya punya “ide” berbeda…. Wahabi : Idea 10+2=12 adalah universal ~ Tidak memerlukan tempat ~Tidak memerlukan arah ~Saya ada. Saya tidak ada. Gak ngefek. ~10+2 tetap lah 12. Ust Habiburrahman Hasbullah: Bagaimana tidak ada….. Tempat idea 10+2=12 adalah di makhluk yang berakal…. Makhluk yang tak berakal tak punya idea itu….➡Lanjut di Komentar... . 👤 Habib Rizieq Syihab Lc., MA. DPMSS 📄 santri.net 🎬 Youtube . Jangan lupa follow akun instagram kami⤵⤵⤵ @Islam_vidgram @islam_vidgram @islam_vidgram Find us on: Instagram: @islam_vidgram Twitter: @islam_vidgram Facebook: islam_vidgram Tumblr: islamvidgram Youtube: klik link di bio @islam_vidgram #Tauhid #AllahAdaTanpaTempat #salafy #wahabi #mujassimah #Takwil #Tafwidh #AqidahIslam #manhajsalaf #HabibRizieq #HabibRizieqSyihab #KamiBersamaHRS #FPI #Aksi212 #FrontPembelaIslam #IslamVidgram #Islam_Vidgram (di Indonesia)
11 notes · View notes