#sosiale problemer
Explore tagged Tumblr posts
Text
just went back through all my old art posts, and just, wow. i have inproved. like yeah, i still fumble and draw some stuff silly or bad. but its all mine. i made that. its less cringe at the bad art and more "wow i did that once." like i used to know where my very first sewing projects were, and whenever i looked at them i would laugh a little cause the stiches were inches long(like 3 cms) and the fabric was horible and the lil details i tryed to add looked like shit. plus the tiny pillows wernt even stuffed right, but it was mine. i made that. i took some fabric i liked from the fabric store and some extra stuff i had on hand and made it. i even worked really hard so no raw edges would be showing. they sucked and were some of the worst things ive ever made, but i made them. it was my start. now gotta gonna hopefully find all my old sketch books and find the drawings i was proud of to wonder at and redraw because gosh darn it i love art sooooo much. creation is just the best
#<3<3<3#froggo gets got emotional again#what a suproze lieing#but im still just#wow. i did that at one point.#i started and i suckef horibly#but i got better#wish i could pick up sewing and knitting again as hobbies but judt dont have time or energy anymore#may find lil ball and my needles but honestly would probs just do more harm than good#i cant knit anything i need rn and my hands already ache enough from just writing and being put through so much#but still i wish i had the time and energy to just#create again. i miss it. i miss having to not worry about my studies and just focus on my crafts because thats what i was good at#i miss the nice jobs and smiles from being a talented art kid#even if it was in an art most wouldnt appreciate much#i miss when i had more origional ideas#or when i would draft up patterns and make lil clothes for my toys#i miss being able to talk to others#gosh sry dark stuff but i miss when i thought having to yell at teachers was my worst problems#i miss when i was ignorant of the pains of my childhood#i miss not having a dibilitating eating disorder. or sosial anxiety because when i talked i didnt think about if i was doing it wrong#i miss having friends i could talk to in real life the most i think tho#i love all friends online dont get me wrong#but for the past 2 years of highschool its just been sad#only one relationship that ended badly and one sorta friendship i couldnt handle becaude i didnt matter in it.#and thats it for my amazing high school stuffs. all my childhood heard that this is best part of my life.#but i keep hitting all time lows. took a fucking mental health day today and dont feel better. nothing will change.#every year i think it will get better finally and is just worse. im sorry this all too vent and sad#i know it dosent matter much. im fine. i dont even have any harsh expectations put on me. my dad dosent care when i move out and#im not expected to go to collage. much less finnish my high school diploma. i probably dont need to care about fully getting it together#til im like 40. but sont want that i guess. fuck i dont know. i miss when i was expected to go to collage
3 notes
·
View notes
Text
Justru karena keadaan tak baik-baik saja, kini doa terbaik kami haturkan pada Allah buatmu, Indonesiaku
Kata para bijak, zaman yang berat akan melahirkan orang-orang yang kuat. Jika mesti memilih antara harapan dan pesimis, aku memilih optimis pada masa depanmu. Masa depan kita.
Sebab aku melihat anak-anak muda yang mulai rajin mengaji dan memperbaiki diri. Pasangan-pasangan halal yang teguh tekadnya membangun keluarga hebat. Pada guru yang ikhlas, pada orangtua yang mulai sadar agama.
Pada ulama yang mulai peka tentang problem iklim dan lingkungan. Tentang para pekerja kantoran yang zikir pagi sorenya haru meski di tengah kemacetan. Tentang para artis yang hobi ikut kajian, model yang berhijab, mantan koruptor yang bertaubat, da'i yang terjun memahami anak-anak jalanan.
Ya, yang kami lihat di media sosial seringkali membuat mata terbelalak dan hati sesak. Tapi kabar baik itu ada, membanyak, meski dalam senyap. Petualangan bangsa ini terus berlanjut, yang zalim memang makin terang-terangan. Tapi itu tanda mereka akan berakhir.
Katanya, perubahan itu terjadi "gradually, then suddenly", bertahap dan butuh waktu, namun kemudian terjadi tiba-tiba.
Kini kita sedang bertumbuh, sedikit-sedikit, perlahan menggeliat, nyaris tak begitu kau rasakan.
Tapi kelak jika semua tetap berjuang dan mengatur napasnya dengan sabar, datanglah momentum itu, yang bahkan dikira tiba-tiba, padahal adalah hasil konsistensi generasi demi generasi. Momentum itu, kita siapkan sejak kini. Sekarang.
Dirgahayu Indonesiaku,
Kami mencintaimu, mendoakan kekuatan buatmu; agar suara kita lebih didengar dunia, hingga kelak kita bisa penuh asa membebaskan Al Aqsha.
17 Agustus 2024
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#tadabbur#quotation#edgarhamas
203 notes
·
View notes
Text
Menyikapi Akun "Rumahati"
Sebenarnya sudah sangat lama isu ini terpendam karena banyak user Tumblr yang berinteraksi dengan saya terlibat dengan akun @rumahati. Terlibat dengan artian: dikontak. Dihubungi perihal ajakan untuk sedekah secara personal ke kegiatan yang bersangkutan dengan rekening pribadi. Tapi kemudian ada beberapa problem yang teman-teman sampaikan dan berkaitan dengan saya juga.
Awal mula isu ini muncul dari posting-an ini KLIK. Silakan baca dulu jika ingin tahu. Tapi di tulisan ini juga sudah saya sertakan, karena ini versi dari saya semoga dapat gambaran lain dari tulisan yang sudah ada.
Catatan: di posting-an ini ada banyak link yang bisa dibaca. Tinggal klik "KLIK" tersebut.
Setidaknya, ada tiga momen yang membuat saya akhirnya berkesimpulan kalau sosok di balik akun Rumahati cukup problematik.
Pertama, saat dia membuat posting-an di Tumblr yang diduga ditujukan ke saya. Interaksi saya dengan akun tersebut, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai "SW" dan biasa dipanggil "U", pertama dari Message di Tumblr ini. Dia merespon posting-an saya yang sedang mencari tim kreatif untuk lembaga filantropi yang saya miliki: Ide Berbagi. Juga dia ingin bergabung ke grup filantropi Tumblr yang saya buat. Chat-nya masih ada dan dia akhirnya bergabung juga di grup Whatsapp tersebut. Namun, tidak banyak interaksi yang dia lakukan di grup Whatsapp itu.
Dia pernah chat saya berkonsultasi tentang program sosial dan menjabarkan program personal yang dia punya. Saya ingat betul jawaban yang saya berikan ke dia salah satunya bahwa model lembaga saya tidak menyalurkan ke personal, tapi ke komunitas atau penerima manfaat yang komunal (kelompok anak atau masyarakat). Sementara dia menyalurkan secara personal dan targetnya personal juga. Apalagi pakai rekening pribadi. Tentu ini tidak masuk kriteria lembaga dan prinsip saya. Lagipula, cara dia sulit untuk dimintai pertanggungjawaban.
Nah, ternyata karena penolakan ini dia membuat posting-an. Awalnya, saya tidak tahu karena tidak saling follow. Tapi ada mutual yang follow akun tersebut dan merasa ditujukan ke saya. Saya diberi tahu (gambar kiri). Isinya begini (gambar kanan):
Saya tidak terlalu menggubris karena tidak menyebutkan siapa, tidak tag/mention akun saya, atau yang memang jelas ditujukan ke saya. Tidak terlalu peduli. Cuma ini momen inisiasi pertama yang membuat saya agak terperanjat. Salah satu bukti dari kesalnya dia dari prinsip saya itu bisa dilihat di chat yang dia sendiri ketik di sini: KLIK. Tulisan tersebut juga membahas tentang Rumahati.
Kedua, setelah dia gabung di grup Whatsapp komunitas Tumblr yang saya buat, yang kemudian menjadi komunitas donatur "Searah" dan kini alhamdulillah menjadi Yayasan Visi Searah Cendekia (KLIK untuk lihat Instagram VISECA), dia menghubungi beberapa anggota grup secara pribadi dan menawarkan sedekah. Ada beberapa anggota grup yang konfirmasi ke saya soal ini. Ini salah satunya:
Ini momen kedua di mana menurut saya tidak etis sekali mengontak orang yang baru dikenal memanfaatkan nomor pribadi yang diambil dari grup kami. Grup ini awalnya sampai 200-an orang. Seingat saya ada lebih dari 5 orang yang mengonfirmasi ke saya. Saya hanya bisa menyarankan agar kalau memang mau donasi, minta kejelasan perihal dokumentasi, dsb. Yang saya sayangkan di sini dia mengambil nomor pribadi teman-teman Tumblr dari grup yang saya buat untuk kepentingan pribadi.
Ketiga, setelah banyak orang yang menanyakan ke saya perihal akun Rumahati dan merasa jengkel dengan model penagihan yang dia lakukan. Ini bahkan bukan orang-orang yang berasal dari grup Whatsapp saya tadi. Jadi, ada beberapa orang baik yang sesekali donasi ke dia dan bahkan ada yang sampai rutin. Cuma, banyak dari mereka yang risih dengan Rumahati karena tiap minggu ditanyakan dan seolah ditagih untuk berdonasi. Ini bukan saya yang mengatakan tapi eks donatur Rumahati sendiri. Mereka bahkan merasa seperti berhutang dan dikejar-kejar. Tapi saat ditanya dokumentasinya, tidak pernah mau menunjukkan. Sampai akhirnya mereka memblokir akses Whatsapp dan juga akun Tumblr Rumahati.
Ada banyak yang mengadu seperti ini. Tapi saya malas untuk mengubek lebih dalam memori Whatsapp saya. Saya sertakan chat dari dua orang yang sebal dan akhirnya memblokir Rumahati berikut:
Itu tiga hal yang saya merasa memang akun Rumahati ini problematik, terlepas dari kepribadian atau masalah pribadi yang dia miliki. Tidak ada yang tahu mengapa begini.
Masalah terbesar dari Rumahati ini ada di transparansi. Setiap kali diminta dokumentasi atau bukti penyaluran, selalu ada alasan. Tidak ada foto, kuitansi, atau apapun itu. Ini yang saya sampaikan dari awal ke teman-teman Tumblr—termasuk ke akun Rumahati itu waktu dia konsultasi—bahwa donasi ke personal itu peluang fraud-nya sangat besar dan transparansi jadi kunci. Orang-orang tidak akan tertarik dengan model kegiatan sosial begini. Tapi, ya namanya orang baik itu banyak dan di mana saja, termasuk di Tumblr ini, masih ada yang percaya donasi personal model Rumahati. Kalau kejadian akumulatif seperti saat ini, bagaimana? Susah kita menentukan kejelasan antara amanah atau tidaknya.
Itu tiga hal yang membuat saya berkesimpulan kalau Rumahati ini problematik. Sebenarnya saya sudah tidak menggubris karena tidak satupun dari problem di atas menyasar saya langsung. Jadi, tidak terlalu peduli. Sampai akhirnya kemarin ada akun yang mengangkat ini jadi pembahasan (KLIK di sini). Saya tidak menduga ternyata sampai hampir Agustus 2024 ini masih juga bermasalah. Silakan baca juga di sini KLIK, di sini KLIK, dan di sini KLIK.
Dan, ternyata ada problem lain yang orang-orang lain dapatkan: hutang. Setidaknya sudah dua akun yang mengaku diminta meminjamkan uang untuk Rumahati demi alasan ini-itu, tapi pembayarannya lama bisa setahun dan itupun susah ditagihnya (nama ada di saya). Saya tidak ada masalah dengan hutang-piutang karena itu urusan personal dan sebuah kewajaran. Tidak perlu malu atau mempermalukan orang lain karena hutang. Tidak. Jangan ada yang menghakimi orang lain karena hutangnya selama ada niat untuk melunasi. Tapi kalau ternyata ada pola gunung es, saya kira ini bagian dari problematika yang lebih besar.
Problem puncak dari Rumahati ini saya kira karena dia menghilang tiba-tiba setelah topik ini diangkat ke Tumblr kemarin. Akunnya menghilang, Whatsappnya raib, dan semua akses yang dia punya putus begitu saja. Memunculkan pertanyaan besar: kenapa? Orang jadi menduga-duga. Padahal, seharusnya masih bisa dijelaskan dengan baik-baik jika memang intensinya tidak untuk disalahgunakan. Jawab saja satu persatu dan buktikan kalau dugaan-dugaan itu tidak benar. Apalagi kalau ternyata dia ada masalah yang memaksa dia untuk bersikap demikian. Selama masih dalam batas logika, etika, dan moral saya kira orang-orang mudah untuk memahami.
Saya pribadi tidak ada urusan dengan Rumahati selain menyayangkan karena ini mencoreng dunia filantropi. Satu lagi alasan yang akan membuat orang enggan untuk berdonasi. Saya pun sedang tidak menuduh terkait amanah donasinya, karena saya bukan donatur dia dan tidak punya alasan untuk meminta transparansi. Karena nama saya disebut dia di salah satu postingan terbaru ini KLIK, akhirnya saya memutuskan buka suara untuk menyikapi.
79 notes
·
View notes
Text
Ruang Tenang
Assalamu'alaikum, teman-teman Tumblr! Sudah bertahun-tahun rupanya saya tidak kembali kesini. Saya bahkan sudah lupa pada halaman-halaman yang pernah saya buat disini. Tetapi, hari ini saya kembali mengingatnya, mampir, lalu memutuskan untuk ingin berbagi ruang cerita (lagi) disini. Kalian, apa kabar?
Beberapa waktu ke belakang, pikiran saya berisik, hati saya kacau! Diantara berbagai opsi problem solving dan coping stress yang sedang saya upayakan, saya rasa saya butuh menulis untuk bisa merasakan pulang, menjemput ruang tenang. Tapi dimana? Dengan riuhnya sosial media hari ini, saya ingin menulis di tempat yang bisa menghadirkan sensasi yang berbeda: ramai tapi tenang, dan saya tidak perlu berusaha untuk menjadi siapa-siapa selain diri saya sendiri.
Dan ... disini, semoga tempat pulang dan ruang tenang itu ada :)
77 notes
·
View notes
Text
Umur 29 tahun akhirnya menerbitkan buku pertama, nggak apa-apa, setiap orang punya jalurnya masing-masing kan. Jadi wajar lama, namanya juga bukan jalur orang dalam, hehe.
Omong-omong ini perjalanan singkatnya;
Sebelum media sosial hype dan platform menulis belum ada yang rilis (mungkin) tulisan pertamaku dimuat media lokal, koran Waspada Medan tahun 2011. Aku masih SMA dan honor satu puisi saat itu 15 ribu, cukup untuk jajan.
Sejak itu juga aku mulai punya mimpi (benaran cita-cita yang aku tulis di cocard pas PMB) sebagai penulis. Tapi ya begitulah proses hidup, karena gagal masuk sastra, pikiranku yang pendek dan nggak bisa mikir banyak ini, langsung berhenti nulis begitu kuliah di jurusan lain.
Tapi namanya suka, 2016-an wattpad lagi jayanya, aku mulai menulis lagi dengan nama pena yang bahkan aku sekarang lupa apa namanya. Akun itu aku hancurkan setelah mulai difollow banyak orang dan ditemukan temanku di real life. Saat itu aku masih nggak pede dengan kemenyeanku dalam menulis. Masih tersinggung kalau dikatain menye dan galauan sama orang-orang.
Problem manusia yang belum berdamai, nggak cuma akunnya semua tulisan yang pernah kutulis di masa itu, musnah tak bersisa.
Lalu 2020 pandemi, aku baru resign, pengangguran dan lockdown. Usia 25, kata orang quarter life crisis, apapun bahasa orang, di usia itu yang seharusnya lagi produktifnya hidup tiba-tiba menghadapi fase nggak bisa kemana-mana dan nggak ngapa-ngapain, rasanya sangat useless sekali. Jadilah curhat di platform tumblr, yang ramah sama manusia misuh-misuh dengan cara estetik.
Dan itu yang akhirnya buat aku tahun 2021-nya, masih dalam keadaan jobless, memutuskan ngehidupin lagi mimpi lama.
2021 ke sekarang juga panjang prosesnya, tapi kesimpulannya sama, tujuanku udah jelas terarah, meski selain menulis aku masih punya banyak tujuan yang 'ya Alloh ya Alloh, kapanlah ini terwujud'.
Tapi nggak apa-apa, nggak ada yang simsalabim jadi, yang sekarang aja dulu terasa jauh, berarti yang masih bisa lebih dekat.
34 notes
·
View notes
Text
İnsan beynindəki kimyəvi maddələr və strukturlar bir-biri ilə əlaqəli çalışaraq, düşüncə proseslərini və davranışları tənzimləyir. Bu maddələrin düzgün tarazlığı, düşüncə tərzindən, yaradıcılıq qabiliyyətinə, problem həll etmə bacarığından sosial münasibətlərə qədər geniş bir spektri təsir edir. Düşüncə, yalnız biokimyəvi proseslərin nəticəsi deyil, eyni zamanda insanın emosional və sosial dünyası ilə də bağlıdır. Bu səbəbdən, beynin sağlamlığı, təkcə bədən sağlamlığı üçün deyil, eyni zamanda düşüncə və psixoloji vəziyyətin qorunması üçün də son dərəcə vacibdir. Düşüncə sistemimizdəki dəyişikliklər, beynin kimyəvi tarazlığında baş verən dəyişikliklərlə sıx bağlıdır və bu, insanın gündəlik həyatına və qərarlarına birbaşa təsir edir.
25 notes
·
View notes
Text
Tidak diperbolehkan untuk menyalin & membagikan segala tulisan di sini tanpa izin atau tanpa menyebutkan credit ⛔
Beli buku "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di sini
Review pembaca bisa liat di sini
Archives tulisan:
How writing saves me a lot
Second memory
Kekuatan sebuah tulisan
Marry & love things
It's okay to wait long than to marry wrong
If it's the right time, everything will be easy
A letter for someone I'll call "Mas" in the future 💌
I believe you'll find it
Falling in love at this age feels so heavy
Self awareness
Life taught me a lot
Marriage talk
Kok iso?
Fall in love without any reason
Aku gak perlu bilang sayang
What kind of marriage is that i want
Dear parents, You get what you teach
Pasti ada
Gentle reminders
Bertahanlah. Setidaknya untuk dirimu sendiri
Berdoa itu gratis
Life lessons
Ujian yang tak kunjung selesai
Berteman dengan kesepian
Belajarlah untuk mati rasa
Everything happens for reasons
Yang lebih berat
I hate being poor
Grieving
Menerima penolakan
Penggugur dosa
Dilema seorang kakak
It's okay to ask for help
Perjalanan menemukan diri sendiri
Ketersediaan telinga
Krisis jati diri
Mengenal batas cukup
Jangan-jangan
Deactivated
Life gets better
Anak
Oh ternyata ini maksudnya...
Pertemanan di usia dewasa
Kita dan duka kita masing-masing
Terima kasih telah jadi orang baik
Rumus bermedia sosial
Mempertanyakan ulang mimpi-mimpi
Menjeda mimpi
Heals journeys
How depression feels like #part1
Aku ingin hidup lebih baik
Relapse
Quotes
Pray in silence
Prosa
Tentang jatuh cinta, patah hati, dan mengikhlaskan
Kalau aku tidak cantik lalu kenapa?
Night
Buku paling rumit
Menuju 23
Tak semua kebaikan perlu dibalas
Gak semua orang harus tau kita lagi kenapa
Ketenangan itu mahal
Less friends less problems
Some people won't stay
We suffer more often in our mind than in reality
Sama manusia secukupnya saja
How to fix our life
Gak semua hal harus kita tau jawabannya sekarang
Be okay with being understood
We never can change people
No need to prove anything
Cerpen
Antara perasaan dan realita
39 notes
·
View notes
Text
Yol gedəndə gözləriniz kimi axtarırsa, bir mesajıyla üzünüzü kim güldürürsə, hər problem yaşayanda yanınızda kimin olmağın istəyirsizsə, mahnı dinləyəndə ağlınıza kim gəlirsə, söhbət edəndə istifadə edilən sözlər kimi xatırladırsa, yaxınlarınıza ( özünüzdən asılı olmadan ) kimdən danışırsızsa, sosial şəbəkələrdən kimi stalklayırsızsa, yatmazdan qabaq kimi düşünürsüzsə.. Ona aidsiz 🙃
11 notes
·
View notes
Text
Her recipes are redeemies for real
Walking around and searching for a job takes a long time
Agustín just happened to overhear some talk
Twice to once au! It's been some time, isn't it?
Agustín squeezed through the streets. After a while he was getting used to uneven ground. He didn't trip as often as before. (Which still was more than anyone else, but was it that surprising?). The sun was burning. It danced high above, jumping with hot rays. Luisa wouldn't overwork for now. She always held this promise until at least about a week after Agustín's birthday, before eventually slipping back. So Agustín didn't have to worty about it too much. (But he should still check on her). He didn't work on rebuilding much, it wasn't his competition. Even if he doubted it was anyone's competition in here. Becides, as he figured it out, helping with rebuilding was a volunteering thing. They didn't earn much money for it, if there was any payment at all. Rather, Agustín was a general worker. Chopping the wood or fix the roof. There were always many important things to do that people didn't want to work on themselves. At the same time it didn't tie Agustín to anyone else. He had struggled to keep an official job, taking him infamous clumsiness. The same thing that kept him at bay with how easy it was to get into accidents sometimes.
It had caused problems sometimes. Even if Agustín worked on himself, he had to fix whatever he ruined by accident during his work. Which meant it took twice as much time as it could, if not more. Of course, he had other skills too. He finished musical academy in his youth. But not everyone had piano in their house. Even less would want to fire a pianist. It were such rera occasions that Agustín didn't count them as actual invome.
And, there was no need to say he was going out often, suggesting to help. What could anyone need? Chop the wood, dig the garden. He would do it. It was enough for way to keep things under control.
"Damn, why doesn't Julieta make food anymore?" Agustín blinked, turning his head. to the sourse of the sound. Two young men talked leaned against the dilapidated wall, chatting without care. "It tasted so good"
As far as Agustín knew, feeding anyone for free was expensive. Usually it was a while sosial organisation that would give foor to the poor beggars. But as far as Agustín had saw the place, he had never seen any form of social services, aside from people going out to help if someone was too weak. There was on organisation in them and so Agustín had to assume food was entirely Julieta's initiative. She would have resources for it, as the Madrigals were leaders of the community and should have more money that anyone else.
"Damn, Jose, you're right! Why can't we just get a free food? Hers was the best"
"Señora Julieta made food for free?" Agustín asked to himself. He didn't initially plan to speak out loud, but sooner realised that he did. Starting an awkward tension that swimmed in the air with the adroitness of a rocketed bird
The blond-haired man swallowed, copper eyes stared at him in worry. "You're that newbie," he muttered breaking the intorerably noisy and burning iced silence.
Agustín fixed his glasses, nervous. "Sorry, I just don't really get it." He shrugged, tilting his head down. An untouchable weight lied on his neck, the same way wind could cuddle in hair.
Another man, Señor Rodriguez, Agustín recognised him now, he had helped him with to clean his house several days ago. He was serious and loved to complain a bit too much for Rojas' taste. Even if he wouldn't confirm it out loud. Señor Rodriguez fidgeted with a button on his yellow shirt, twisting it around like a paper ball. "Julieta used to have a stand of free food!"
"Can you not afford food by yourself?" Agustín raised a thin eyebrow. The last time he checked, Señor Rodriguez wasn't broke. He had a good house, a heathly baby boy and could afford cleaning services instead of doing it himself. There was no way he didn't have money to buy food.
"What? No, of course I can." Señor Rodriguez replied in high-pitched voice He shook his head nervous fron misunderstanding.
The other guy, blonde, Agustín hadn't talked to him before, explained. "It's not about money. Señora Julieta just an amazing cook!"
Amazing cook? Okay, Agustín could confirm it. He visited Madrigals a couple of times. Usually with Pepa. They grew friendly enough very fast. And because of it, Agustín did spend time with the triplets and Félix from time to time. Well, minus Bruno, that guy wasn't very social. So a couple of times Agustín had got arepas practically shoved into his mouth. And yes, Julieta was very skilled. Her food was like a nightingale song.
But it didn't change the fact that Julieta herself didn't hold a responsibility to feed people in the village. If she did it before, then she must be so kind. But right now she didn't even have her own house. It was obvious she would have too much going on to take care of this. Especially for free.
Agustín cleared his throat an asked in a sore voice. "Have you thought to pay her for cooking?" He stared at his interlocutors, looking from one to another.
"Pay?" One of them asked, shocked. As if the idea was personally offensive to him. "But it's her responsibility!"
What?
"How is it her responsibility if she's not earning anything?" He clarified, remembering the fact that according to their words it was all for free. "In most places get even a piece of bread for free is nearly impossible."
Señor Rodriguez groaned with a quiet sigh. "She did this during her entire life. Becides, it's not even your business!"
"I'm just trying to understand.." Agustín fixed hus glasses. Which, in the moment of emotions slipped down, almost falling off his nose. He winced as somebody had pat hit hack twice.
Shifting his head to the side, he realised Señora Julieta was next to him, seeing the entire thing for some time. He wasn't sure for how long. He was too focused on the situation. The other men, now also seeing that the star of the chat was here, looked away awkwardly. Slightly guilty. They didn't mean Julieta to actually hear their complaints.
"That's alright, Señor." Julieta signed. "Don't worry about it much."
Agustín swallowed the spicy bile in hia throat. "They acted like you're supposed to feed them or something!" It was frustrating. The fact that they had enough nerve to ask woman, possibility twice of their age to cook for them for free. Like if they were kids. Neither he nor Julieta had payed attention to the pleads of innocence that followed by.
"Really, it's okay." Julieta tried to assure him. But Agustín was baffled at it. In what world it would be considered as normal?
The Madrigal had leaded him out, just by pure force. Ohh... What's with nice women being so strong? He had Luisa already, and Julieta seemed to pull him without much effort. On other hand, Agustín was pretty lanky, so possibly it was easy in reality. They went a good half of a kilometre away. Some villagers stared at this as they passed. Most seemed to barely pay at to it for a bit and then go back to their work.
Julieta swallowed, looking over her shoulder. Bit her lip. "Thank you," She nodded, nervous. "It was..." Looking away. "Nice of you." she whispered in a low voice
Agustín smiled, placing his hand on her shoulder. "It's okay, just bare manners." Some people definitely need those. It was so obvious Julieta had a whole lot going on in her life. He wouldn't be surprised if she stopped working even for money for the time being. Nevermind what kind of volunteering she participated into.
Señora chuckled, shooting her eyes up. Meeting Agustín's. "Mind coming dor a lunch?"
8 notes
·
View notes
Text
Bunga Di Karang III
-Perjuangan, Cinta dan Revolusi-
Setelah, kehadiranmu. hidup ku, juga mungkin hidupmu lebih bersemangat dari apa yang pernah kita jalanin tanpa bersama. saat-saat itu kita banyak melakukan hal yang sangat lurbiasa. daku akan ceritakan 1-1 dan semoga saja selalu ingatan yang indah di kepala dan ingatan.
Kita, sama-sama aktif di organisasi masing-masing, engkau tidak hanya aktif di senat mahasiswa, seingat ku, engkau adalah sekretaris senat, dan aku aktif di berbagai kegiatan. dari banyaknya kegiatan itu, aku akan menonjolkan satu saja.
Tepat, 17 agustus. Enam hari setelah hari ulang tahunmu itu, kita sibuk dengan kegiatan-kegiatan untuk mengisi hari kemerdekaan itu, seperti biasanya kita mengadakan perlombaan agar meriah.
Sungguh, itu memontum indah. kita menghabiskan banyak waktu dan berguna bagi masyarakat. disana kita berbicara banyak hal tentang perjuangan, revolusi dan sedikit cinta.
mungkinkah kita bisa merubah desa ini untuk lebih maju, dyah ?, dia hanya diam. aku melanjutkan ceritaku dan gagasan ku. menurutku. desa ini harus mandiri. kita harus berbicara lebih teknis dan meninggalkan cara-cara feodal. seperti yang kita ketahui, pemerintah pusat sudah memberikan kemampuan desa untuk bisa maju. hanya saja, menurutku, manusianya yang belum siap. namun, kapan siapnya?, apakah tunggu bulan menguning?. dyah, kau selalu senang dan bahagia mendengar celoteh ku, hebatnya dirimu disitu. aku selalu bisa bercerita apa saja, dan kau selalu bisa menerima cerita apa saja. Pun, aku tak kalah hebat, kau bisa berkeluh kesah apa saja, aku selalu bisa sabar menunggu kekesalan mu habis. sungguh aku mencintaimu, dengan seluruh pikiranmu. lalu, menurut mu, bagaimana kita bisa membangun desa ini untuk lebih baik?, tanya dyah kepadaku. aku dengan bersemangat menyampaikan pemikiranku, entah itu benar atau salah, dia selalu mencerna dengan sangat dalam didalam jiwanya.
Jika, aku diberikan suatu kesempatan esok atau bahkan hari ini, yang harus aku lakukan adalah;
pertama-tama, aku harus memegang tanganmu, agar aku pastikan aku tak sendiri untuk perjuangan ini, dyah. dalam pikiranku. tentu aku tidak menyebutnya, karna bisa saja dia jijik dengan segala ucapakan ku kepadanya.
kedua, tentu saja untuk mencapai cita-cita bangsa ini, kesejahteraan adalah satu-satunya cara untuk mencapai itu. untuk bisa sejahtera, maka, kita sebagai pemimpin juga harus menjadi suri tauladan yang tidak buta akan materi.
perjuangan dan cinta, aku merasakan banyak hal untuk itu saat ini. aku merasa hidup dan merasa ada tujuan yang luarbiasa. aku bahkan merasa mampu untuk melakukan revolusi.
ada banyak sekali persoalan masyarakat, terutama di desa ini. namun yang paling dihadapkan adalah persoalan kelistrikan yang harusny kita semua sudah merasakan sebuah kemerdekaan dari kegelapan, namun tidak di desa ini. Adanya pemdaman listrik, selalu mengganggu aktivitas warga dan juga bahkan ekonomi. saat itu pemuda-pemudi dari semua golongan bersatu padu pun tak terkecuali berkolaborasi dengan toko masyarakat dan warga setempat.
bung, kita harus cepat melihat ini sebagai problem sosial yang betul-betul harus dibenahi. kenapa tidak?, karena ini sudah menyangkut pendapatan dan menyusahkan orang banyak. negara harusnya hadir ditengah-tengah kita, namun negara kali ini maksud angin dan terkentut-kentut saja kerjanya. kata salah satu teman ku. memang kondisinya saat ini suasana masyarakat sedang panas dan sedang tidak terkendali karna amarah yang terpendam selama ini. bagaimana tidak, tidak pernah ada satupun solusi yang berarti.
maka, hasil dari banyak diskusi mahasiswa dan pemuda, jatuhlah suatu keputusan ini harus dilakukan advokasi jalanan (demonstrasi).
dyah, ingin aku tetap disini menemaninya, menghabiskan waktu-waktu yang tersisa, namun aku lebih memilih jalan perjuangan.
" tak bisakah kita habiskan waktu berdua saja?, lirih dia dalam pandangan kosong dan penuh harap. Yang tadi posisiku disampingnya, aku gerakkan tubuhku untuk memandangnya dan aku berkata " maaf, aku sudah janji untuk bisa turun aksi, karna ini berbicara tentang idealisme ku.", kataku sambil memegang tangannya. "tapi waktu bersamaku juga pentingkan?", katanya lagi. " waktu bersamamu tidak akan pernah cukup, aku haus akan waktu bersamamu, kataku. " aku menyukai matamu, pram. " katanya lagi.
tanpa sadar aku mengambil alih tangannya dan menaruhkan nya di pipiku. " doakan aku ya, dijalan perjuangan ini. doa ini adalah penyemangatku." " Aku akan selalu mendoakan setiap apa yang kau cita-citakan, dan kau perjuangkan, pram." dia menutup dengan sebuah pandagan penuh harap.
2 notes
·
View notes
Text
Sözüm kimlərəsə toxunarmı, toxunmazmı bilmirəm. Bir məsələ var ki, əsasəndə sevgi ilə əlaqəli məsələlərdə- sevginin nə olduğunu, nə demək olduğunu tam, tam olmasada belə müəyyən qədər də belə olsa dərk etmədiyi üçün münasibətlərində xırda problemlərlə (hansı ki problem edilməyə də bilər) çox-çox böyük məsfalər açıb, araya boşluqlar salıb sonunu ayrılığa gətirib çıxaran tərəf və ya tərəflər olur əksər hallarda. Nəticəsində münasibətin sonu ayrılıqla bitir təbii ki, buda öz yerində. İşin əsas problemli hissəsi odurki bu şəxs oturub özünü bu mözvuda daha da təkmilləşdirmək əvəzinə, nələrisə daha ətraflı düşünüb götür-qoy etmək yerinə düşür sosial platformaların canına. Başlayır müxtəlif cür el dilində desək "qruz" statuslar, "tiktok"-da və bu kimi platformalar da videolar paylaşmaq və.s. Bir digər söhbət isə odur ki, ayrılığın səbəbkarı olan şəxs öz ətrafı və digər yerlərdə bir söhbət açıldığı təqdirdə səbəbkar olan şəxs digər şəxsi hərzaman günahlandırır, insanlara fərqli formada tanıdır, ətrafın düşüncəsində fərqli fikirlər yaradır həmin şəxs haqqında. Qısaca desək özünə necə sərf edirsə o cür tanıdır ətrafına. Halbuki məsələ heçdə o cür deyil. Ortada müyyən qədər sevgi və digər məsələlərlə əlaqəli anlayışın olmamasından qaynaqlanan problemlərin də nəticəsi budur. Sadəcə tələsməyin).
44 notes
·
View notes
Text
Debatt om transseksualitet og kjønn: grunnlinja
For omtrent ein månad tilbake delte ein slektning av meg eit innlegg på facebook som kritiserte det at det blir lært om transseksualitet og kjønn på barneskulen. Det omhandla eit foredrag, men i innlegget var det òg linka til ei nettside som kritiserer dette ytterlegare. For å vere litt direkte, det som er skrevet i både innlegget og på nettsida er noko tøv. Det er ingenting anna enn transfobisk retorikk ompakka i "smarte" ord, bekymringar for born og "sjølvstendig forskning". Det gjer meg kvalm å sjå bekymringar for born bli brukt som eit skjold for å trakkasere retten transseksuelle har på det som er meint å vere så universelt: respekt og likeverd.
I respons til dette delte innlegget kom eg med ein motkommentar. I motkommentaren prøver eg å vere kort, tydeleg og konsis. Det er ein ting å diskutere ulike ting ved transseksualitet, som "kor ung skal nokon få vere før dei kan ta i bruk hormonblokkarar" eller "korleis organiserer ein sport på ein mest retterdig måte mogleg". Men når dei debattane blir teken opp frå eit standpunkt kvar det ikkje ein gong blir anerkjent at dei er vanlege folk på same måte som alle andre, så viser ein tydeleg at det ein eigentleg ynskjer er ikkje "rettferdig sport" eller "trygge born" men å diskreditere at transseskualitet er eit reelt faktum. Ein kvar sunn debatt om transseksuelle og kjønn må ha ei uunvikeleg grunnlinja: transseskualitet er eit reelt faktum og transseksuelle er vanlege folk som fortjener respekt og rettigheitar på lik linje med alle andre, og kjønn er ikkje spesifikt definert av underlivet; kjønn er delt biologisk og sosialt.
Under kan du lese svaret mitt til slektningen:
Nei, det tas ikkje feil om kjønn. Det blir òg feil å snakka om kjønn som 'ein' ting her, for det er det ikkje. Det er delt i to: 'biologisk kjønn' som er det du har i boksa og 'sosialt kjønn' som er korleis du sjølv og heile samfunnet oppfattar deg og ditt kjønn. Dette er ikkje noko oppdikta, det er realiteten ved korleis kjønn artar seg i samfunnet vårt.
I dag vil me i all hovudsak gå ut i frå at folk kjenner seg att i det same sosiale kjønnet som det biologiske kjønnet dei har, og i all hovudsak er det rimeleg å anta det. Det biologiske kjønnet mitt er mann, og det same er mitt sosiale kjønn. Men enkelte folk i samfunnet føler seg født i feil kropp, at deira biologiske kjønn ikkje kan foreinast med kva dei kjenner inni seg, det sosiale kjønnet. Dette er like legitimt som det å vere homofil, det er ikkje noko du sjølv bestemmer om du vil føle på, det er ein realitet ved din seksualitet og ditt kjønn. I dag kallast dette kjønnsinkongruens. Du kan prøva å ignorera/fortrenga det, gøyma deg for kjenslene dine, men det gjer ein berre deprimert. Difor er det så viktig at me som eit samfunn kan være opne mot desse folka og møte dei med same kjærleik og forståing som ein gjer med alle andre. Dei er òg menneske, dei fortener såpass.
Når ein då lærer om kjønn på barneskulen handlar ikkje det om at borna blir «indoktrinert» på noko vis, som nettsida i det delte innlegget seier. Det handlar enkelt og greitt om å lære borna at enkelte kjenner at dei er født i feil kropp, eller at dei ikkje kjenner seg att i det sosiale kjønnet folk bruker om dei. Dette gjer skulen/forlaga for å fortelje at transseksuelle og ikkje-binære etc. òg er menneske som har rett på det same som «vanlege folk». At dei òg er verdig kjærleik på same plan som andre, uansett om dei kjenner seg litt annleis på innsida.
Det er ingenting farleg med dette. Du blir ikkje muslim berre ved å lære om Islam i Krle på barneskulen. På same måte blir du ikkje homofil eller transseksuell om du lærar om at nokon likar det same kjønnet, eller føler seg som jente når dei var født gut, og at det går fint. Det einaste du lærer er likeverd over folk.
Når dette då blir framstilt som ein form for inndoktrinering gjer det ingenting anna enn å øydelegge for god debatt og forståing for reelle problem knyta til tema, og skadar blant anna transseksuelle sin moglegheit til å i det heile bli sitt på som menneske.
2 notes
·
View notes
Text
Hvordan lar jeg Outlook laste ned bilder?
Vi lever alle i en verden der hver enkelt er avhengig av teknologi og nettet med stor margin. Det kan imidlertid være betydelig utfordrende å komme over applikasjoner som har flere formål. Men betyr det at det er umulig? Nei.
Det er fordi Outlook kan gjøre det praktisk for deg å skaffe deg alle slags funksjoner fra det samme programmet. Det er en type sosial medieplattform som du kan registrere deg på uten problemer siden den har et brukervennlig grensesnitt. Som et resultat bør du prøve ditt beste for å lære mer om det ved hjelp av Outlook-støtteteamet når du får tid.
Uansett hvilken type verktøy du søker etter, vil dette programmet være i stand til å gi deg alle enkelt og effektivt. Derfor bør du laste ned og installere denne applikasjonen så snart som mulig.
Dette programmet vil også gjøre det mulig for deg å opprette en e-postadresse som du vil kunne bruke til å sende meldinger, dokumenter og annen nødvendig informasjon til enhver person på planeten.
Er dette første gang du prøver å installere og bruke et sosialt nettverksnettsted som Outlook? Hvis svaret er ja, er du kanskje ikke sikker på hva du skal gjøre eller hvor du skal begynne. Men er det en god nok grunn for deg til å gi opp? Nei.
Det er fordi du kan snakke med Outlook teknisk støtte i disse situasjonene for å få de mest passende resultatene. De vil kunne hjelpe deg med å fjerne problemene og bekymringene dine innen noen få minutter. Derfor bør du kontakte dem så snart som mulig.
Annet enn det, er det noen få trinn du bør følge hvis du ønsker å la Outlook laste ned bilder. La oss nå se nærmere på dem:
Det første du må gjøre er å åpne Outlook-applikasjonen på smarttelefonen eller datamaskinen
Når programmet begynner å kjøre, gå til menyalternativet du kommer over
Trykk på fanen Preferanser fra settet med alternativer som vil bli gitt deg på den nye siden
Trykk på Lesing under E-post-menyen som du finner
Fra den nye siden som åpnes, velg Sikkerhet-fanen du kommer over
Trykk på fanen Last ned bilder automatisk på den nye siden for å aktivere denne funksjonen
Ring Outlook støtte nummer Norge hvis du ønsker å få mer informasjon om dette programmet.
Opprinnelig kilde
#Outlook kontakt#Outlook kontakt støtte#Outlook kundeservice Norge#Outlook teknisk støtte Norge#Outlook støtte Norge#Outlook kontakt nummer Norge
2 notes
·
View notes
Video
tumblr
Perempuan-perempuan Mandiri: Renungan Untuk Para Lelaki
Kemaren teman saya mengirimi saya video di atas via WhatsApp. Saya disuruh nonton sampai akhir. Kalo kamu/kalian kebetulan baca post ini, simak juga video di atas sampai akhir. Lalu, apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar frase “independent woman” atau “perempuan mandiri”?
Setelah saya coba ‘observasi’, ternyata sampai sekarang masyarakat kita (terutamanya kaum hawa) sering mendefinisikan “perempuan mandiri” hanya dari satu sisi/satu bentuk aja, yaitu “mandiri secara finansial”. Jadi yang dikatakan sebagai “perempuan mandiri” adalah perempuan yang sudah secure dan stabil secara finansial, atau perempuan yang pekerja keras, atau perempuan yang sudah punya tabungan banyak. Padahal ada beberapa bentuk/macam kemandirian, yaitu:
1) Mandiri secara emosinal (kemandirian emosional): Kemampuan mengontrol emosi sendiri dan gak tergantung kebutuhan emosi orang lain. Ini banyak contoh-contohnya seiring dengan perubahan/perkembangan zaman, apalagi sejak mental health jadi issue yang sering dibahas.
2) Mandiri secara finansial (kemandirian ekonomi): Kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan gak tergantung pada kebutuhan ekonomi orang lain. Ini yang sering jadi ‘momok’ bagi para lelaki dan membuat mereka insecure/minder untuk mendekati si perempuan, terutama perempuan pebisnis dan sudah sukses dalam bisnisnya.
3) Mandiri dalam berpikir (kemandirian intelektual): Kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kemandirian intelektual ini ada banyak macamnya, salah satunya adalah dari segi pendidikan. Ini juga yang sering ditakuti oleh para lelaki. Minder/insecure untuk mendekati perempuan yang berpendidikan tinggi, atau perempuan yang pendidikannya di atas dirinya. Padahal belum tentu gelar sebanding dengan intelektualitasnya. Gelar juga belum tentu cerminan kompetensi. Bisa jadi meskipun pendidikan seorang laki-laki gak begitu tinggi, dia punya beberapa kelebihan yang gak dimiliki oleh perempuan yang berpendidikan tinggi.
4) Mandiri secara sosial (kemandirian sosial): Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan gak bergantung pada aksi orang lain. Ini mah “gue banget” sejak SD, wqwqwwq.
5) Mandiri dalam tingkah laku (kemandirian bertindak): Kemampuan untuk melakukan banyak aktivitas/tindakan dan juga kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab. Ini juga cukup ditakuti oleh para lelaki. Contoh sederhananya, cukup banyak perempuan yang gak diizinkan untuk belajar mengemudi mobil oleh suaminya, khawatir nanti jadi doyan pergi kemana-mana kalo sudah bisa nyetir mobil sendiri, wqwqwq. Jadi kalo kemana-mana biarkan diantar oleh suaminya aja.
Menurut saya, nyaris gak ada perempuan yang mandiri dalam berbagai hal, karena mereka pasti masih membutuhkan (seorang) laki-laki—at least, laki-laki dibutuhkan sebagai partner diskusi dan brainstorming.
Kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok perempuan yang mandiri, gak perlu jauh-jauh. Tengok saja Bunda Khadijah. Beliau adalah pebisnis yang sukses. Dan kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok laki-laki yang ber-VALUE, gak perlu jauh-jauh juga. Tengok saja Rasulullah Saw.. Nabi Muhammad gak minder dengan kesuksesan Bunda Khadijah sebagai pebisnis dan jelas-jelas mapan secara finansial.
Dan kalo kita mau mengambil contoh atau role model sosok perempuan yang mandiri dan intelek, tapi bisa menundukkan egonya sehingga gak membuat sisi qawwam suaminya jatuh, ya tengok lagi aja Bunda Khadijah. Perbedaan usia yang terlampau jauh dengan Rasulullah Saw. gak menjadikan Bunda Khadijah ‘semana-mena’ dan mengungguli Rasulullah Saw.. Beliau justru merupakan perempuan yang paling tunduk pada suaminya.
“Jadi perempuan jangan terlalu mandiri. Nanti gak ada cowok yang mau deketin. Nanti susah dapat jodoh.” — Begitu kata kebanyakan warga +62. (Lah, kok jatuhnya malah nyalahin perempuan, ya??? Itu mah problem-nya laki-laki yang insecure. Wqwqwq.)
Perempuan-perempuan yang mandiri hanya untuk laki-laki yang ber-VALUE. Dan laki-laki yang ber-VALUE hanya untuk perempuan-perempuan yang mandiri (juga). — Bukan dalil Quran maupun Sunnah, wqwqw.
Opini kita mungkin berbeda. Tapi kalo saya pribadi memandang bahwa laki-laki yang paham makna ‘mandiri’ pasti akan merasa sangat beruntung mendapatkan pasangan hidup berupa perempuan yang mandiri, tanpa merasa tersaingi atau diungguli. Mereka justru bersyukur dan bangga karena sudah dipilih dan dipercaya oleh perempuan yang picky (pilih-pilih pasangan/selektif banget). Mereka juga justru bangga terhadap perempuannya dan menghargai perempuannya. Sebab menjadi individu yang mandiri itu butuh proses dan perjuangan, dan seringkali mereka terbentuk seperti itu karena tempaan hidup atau ujian hidup. Mereka adalah perempuan strong, tapi juga butuh seorang lelaki yang bisa mereka percayai.
Dan kamu, kamu termasuk perempuan/laki-laki yang seperti apa?
Mari merenung.
Jember, 30 Januari 2023
#perempuan#perempuan mandiri#perempuanmandiri#value#perempuan bervalue#perempuanbervalue#pernikahan#jodoh#rumah tangga#rumahtangga#pasangan#intelektual#intelektualitas#opini#renungan#perspektif#rasulullah#khadijah#rolemodel#role model#relationship
12 notes
·
View notes
Text
Selama dua mingguan ini, aku malas buat berinteraksi dengan orang di real lifeku. Makanya aku sangat slow respon kalau dichat di whatsapp. Ya simplenya sih, aku mau menghilang sebentar dari sosial media WhatsApp dan instragram. Ku pikir, aku ngga akan dicari. Ternyata kemarin temanku chat lagi setelah chat dia selama satu mingguan aku anggurin, dia nanya "Lu lagi ngga kenapa-kenapa kan?". Pas ditanya kaya gitu, aku ngga langsung jawab karena jujur aku langsung panik dan mual hahahaha. Karena chatnya ngga ku jawab, akhirnya temanku spam call aku. Dipanggilan ke lima, akhirnya aku angkat.
Temanku langsung nanya "Lu lagi ngga kenapa-kenapa kan?". Lagi-lagi aku ngga langsung jawab. Tapi akhirnya ku jawab "I'm oke, masih hidup kok hahahahaha".
Temanku langsung call aku karena ada temanku yang lain nanyain soal keberadaanku, takutnya aku ada problem atau sakit. Akhirnya aku jelasin kalau "I'm oke kok, serius deh. Cuma lagi malas buat buka WhatsApp aja. Sorry ya bikin khawatir". Lalu berlanjutlah ngobrol ngalor ngidul sampai waktu 1,5 jam.
Finally, ada orang yang cari keberadaanku hahahaha. Mimpi burukku ngga lagi hadir, aku ngga lagi mengharap. Keberadaanku berharga bagi orang yang benar-benar menghargaiku.
Btw, alasan kenapa ditanya perihal keadaan aja bikin aku panik dan mual adalah karena aku ngga mau terlihat kacau saja. Aku cuma butuh waktu buat pelan-pelan berdamai mengenai hidupku.
-31 Agustus 2023
2 notes
·
View notes
Text
Menuju 23 dan hal-hal yang aku pelajari darinya: Less friends less problems
Salah satu anjuran yang sering aku dapatkan saat semakin bertambahnya usia adalah: carilah teman/bertemanlah sebanyak-banyaknya.
Di beberapa keadaan anjuran itu memang membuat hidup menjadi lebih mudah dan juga berwarna. Kehadiran banyak teman membuat kita berpotensi bertemu dengan lebih banyak kesempatan, dan juga membuat pengalaman baru. Namun, di banyak keadaan yang lain..., punya banyak teman, tak jarang pula hanya menambah banyak masalah dalam hidup.
Karena memiliki banyak teman berarti semakin banyak pula waktu dan tenaga yang perlu kita keluarkan. Sedangkan, saat semakin dewasa seseorang waktu dan juga tenaga yang dimilikinya akan semakin berkurang. Waktu dan tenaga kita tidak akan pernah sampai dan cukup untuk diberikan kepada semua orang.
Less friends less problems.
Tak semua orang perlu kita jadikan teman, atau masukkan dalam lingkar pertemanan. Karena barangkali, orang-orang yang kita anggap teman pun bahkan tak berpikir bahwa kita adalah teman mereka.
Semakin bertambahnya usia kita, ada baiknya untuk memperjelas siapa-siapa saja yang mau atau perlu kita jadikan seorang teman. Sedangkan sisanya, cukup anggap/tempatkan mereka pada tempatnya masing-masing: seorang kenalan, kolega, ataupun sebatas orang asing yang kebetulan saling mengetahui nama masing-masing.
Tak semua orang yang kamu kenal adalah temanmu. Tak semua followers mu di media sosial adalah temanmu. Dan tak semua orang yang kamu ketahui namanya adalah temanmu.
Semakin selektif kita dalam memilih seseorang yang akan dijadikan teman juga akan semakin mempersempit kita mengetahui lebih banyak tentang orang lain, mengurangi informasi yang tidak perlu, atau bahkan tidak menambah manfaat apa-apa untuk hidup kita.
Sebab seorang teman tak sesepele didefinisikan hanya dari pertukaran nama, media sosial, ataupun pertemuan sekali seumur hidup. Teman adalah seseorang yang membuat kita bisa dan mampu merasa nyaman menjadi diri kita sendiri, yang apa adanya di hadapan mereka. Yang sudah mengenal kita dengan segala baik dan buruknya kita dan masih mau bersama dengan kita dalam kurun waktu yang lama, dan teman adalah seseorang yang bersedia untuk memberikan balasan yang sama atas apa-apa yang diterimanya dari kita: mengusahakan kebaikan yang sama yang kita berikan untuk mereka.
14 notes
·
View notes