pramoedyafals
Tanpa judul
5 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
pramoedyafals · 16 hours ago
Text
Ada masa, dimana aku sendiri, tersenyum pada langit. lalu langit mencoba menawarkan kepadaku pundaknya. dan aku berkeluh-kesah, tentang kisah-kisah aku dan kau. dimana kini kau mungkin sedang menyembuhkan luka yang aku buat. Namun, aku disini berjalan mungkin saja sampai mati melukai diri berbohong dalam derai-derai hidup. Hidup dan mati, sama saja bagi hati ku, aku hidup untuk dunia kebohongan ini.
3 notes · View notes
pramoedyafals · 4 days ago
Text
Bunga Di Karang III
-Perjuangan, Cinta dan Revolusi-
Setelah, kehadiranmu. hidup ku, juga mungkin hidupmu lebih bersemangat dari apa yang pernah kita jalanin tanpa bersama. saat-saat itu kita banyak melakukan hal yang sangat lurbiasa. daku akan ceritakan 1-1 dan semoga saja selalu ingatan yang indah di kepala dan ingatan.
Kita, sama-sama aktif di organisasi masing-masing, engkau tidak hanya aktif di senat mahasiswa, seingat ku, engkau adalah sekretaris senat, dan aku aktif di berbagai kegiatan. dari banyaknya kegiatan itu, aku akan menonjolkan satu saja.
Tepat, 17 agustus. Enam hari setelah hari ulang tahunmu itu, kita sibuk dengan kegiatan-kegiatan untuk mengisi hari kemerdekaan itu, seperti biasanya kita mengadakan perlombaan agar meriah.
Sungguh, itu memontum indah. kita menghabiskan banyak waktu dan berguna bagi masyarakat. disana kita berbicara banyak hal tentang perjuangan, revolusi dan sedikit cinta.
mungkinkah kita bisa merubah desa ini untuk lebih maju, dyah ?, dia hanya diam. aku melanjutkan ceritaku dan gagasan ku. menurutku. desa ini harus mandiri. kita harus berbicara lebih teknis dan meninggalkan cara-cara feodal. seperti yang kita ketahui, pemerintah pusat sudah memberikan kemampuan desa untuk bisa maju. hanya saja, menurutku, manusianya yang belum siap. namun, kapan siapnya?, apakah tunggu bulan menguning?. dyah, kau selalu senang dan bahagia mendengar celoteh ku, hebatnya dirimu disitu. aku selalu bisa bercerita apa saja, dan kau selalu bisa menerima cerita apa saja. Pun, aku tak kalah hebat, kau bisa berkeluh kesah apa saja, aku selalu bisa sabar menunggu kekesalan mu habis. sungguh aku mencintaimu, dengan seluruh pikiranmu. lalu, menurut mu, bagaimana kita bisa membangun desa ini untuk lebih baik?, tanya dyah kepadaku. aku dengan bersemangat menyampaikan pemikiranku, entah itu benar atau salah, dia selalu mencerna dengan sangat dalam didalam jiwanya.
Jika, aku diberikan suatu kesempatan esok atau bahkan hari ini, yang harus aku lakukan adalah;
pertama-tama, aku harus memegang tanganmu, agar aku pastikan aku tak sendiri untuk perjuangan ini, dyah. dalam pikiranku. tentu aku tidak menyebutnya, karna bisa saja dia jijik dengan segala ucapakan ku kepadanya.
kedua, tentu saja untuk mencapai cita-cita bangsa ini, kesejahteraan adalah satu-satunya cara untuk mencapai itu. untuk bisa sejahtera, maka, kita sebagai pemimpin juga harus menjadi suri tauladan yang tidak buta akan materi.
perjuangan dan cinta, aku merasakan banyak hal untuk itu saat ini. aku merasa hidup dan merasa ada tujuan yang luarbiasa. aku bahkan merasa mampu untuk melakukan revolusi.
2 notes · View notes
pramoedyafals · 8 days ago
Text
" Satu hal, kau hadir kembali kedalam hidupku, dan aku hadir kembali ke hidupmu, sungguh menyenangkan dan sungguh waktu yang aku nantikan. sungguh aku rasa, aku jatuh cinta yang teramat dalam kepadamu, mungkinkah kau begitu?, harap ku begitu. ingin ku begitu, namun hanya kau dan tuhanmu yang tahu. "
5 notes · View notes
pramoedyafals · 8 days ago
Text
Bunga Di Karang Part II
-Hadir Kembali- Sesudah kejadian itu, kita sudah tidak lagi bersurat, dan dikarenakan telepon rumah susah signal, dan nomor ayahmu hilang bersama angin. kita sudah tidak lagi berkabar. surat-surat mu yang selalu aku baca, juga tidak pernah sampai lagi. mungkin karna kita sudah beranjak remaja yang mengakibatkan kita sibuk dengan kesibukan-kesibukan kita. waktu berlalu dan kita menjalankan dunia kita masing-masing. hingga kita remaja yang tumbuh dan dewasa kita memasuki masa putih abu-abu.
Sampai waktu itu, aku mengira-ngira mungkin 6 tahun setelah kisah itu. kita sudah duduk di bangku kuliah, kau dan aku, kita beruntung bisa merasakan kesempatan untuk sekolah lebih tinggi. Saat itu, kita tetap saja tidak saling menghubungi, dan kita tidak tahu sedang dimana, dengan siapa, satu sama lain. aku hanya menjalankan hari-hari ku, dan kurasa juga demikian dengan mu. Seingat ku, itu tahun 2014, dimana kita diberikan kesempatan oleh semesta untuk bertemu, aku masih mencoba mengingat dengan jelas apa momentum yang membuat kita bisa bertemu kembali, sambil mengisap rokok ku, dan menulis ini, aku sedikit lupa moment itu. pikir ku, aku sudah mulai pikun. sial !, AKU TIDAK BISA MENGINGATNYA. sambil menggebrak meja aku kesal. o tuhan, ingatkan aku sedikit saja. SIAL ! gerutu ku lagi. Aku masih tidak mengingatnya. aku coba untuk membuat kopi dan semua langkah-langkah membuat kopi aku coba dalami sambil aku rasuki ingatan ku lebih dalam.
setelah sekian waktu aku merasuki ingatanku, yang terdalam. aku mengingat sekilas. waktu awal kita bertemu lagi, adalah waktu kita sedang semester 6, dan pertemuan itu di desa terpencil itu. dimana desa itu yang mengenalkan mu, desa itu pula yang mengembalikan mu. Hari, itu, kau sedang melakukan riset untuk kepentingan sekolahmu, disalah satu perusahaan besar di desa itu. walau dirimu di desa itu hanya memiliki kakak dari ibu mu, namun kau bertekat kuat untuk mengambil riset di desa itu. yang mana, aku tahu di kemudian hari itu karena lelaki ini. aku mungkin kepedean, namun itulah ceritamu di 2024 tahun yang datang. 2014, November, sekira pukul 17:00 Wib, kau mengabari jika dirimu berada di desa itu, kau mengatakan akan melakukan riset, sudah tentu aku bahagia, artinya aku bisa bertemu lagi dengan dirimu, yang sudah sewindu lebih tidak bertemu, tentu saja banyak perubahan pada dirimu, kau lebih tinggi, kau lebih manis, kau lebih harum, kau begitu mempesona. kau melengkapi sore yang menakjubkan itu dengan kehadiranmu. Aku, dan kau, berjanji bertemu disebuah tempat yang tidak asing, yaitu rumah kecilmu, aku dan kau bertemu kembali setelah sekian lama. sungguh menakjubkan waktu dan sore itu.
Apakah kalian akan mengira, aku akan menanyakan kabarnya?, tentu tidak. Atau aku memeluknya?, tentu tidak, atau aku mengecup bibirnya?, inginku begitu, namun tidak mungkin, hahaha. Yang aku lakukan hanya menjemputnya, memandangnya, mengamati dan menikmati keindahanya, sunggu keindahan yang tidak aku jumpai selama sewindu. Aku menjemputnya untuk bisa berkeliling mengendaarai motor di desa kecil itu. kami ketempat-tempat masa kecil walau tak banyak berubah hanya saja, ada saja yang berubah. namun kita menikmatinya.
Hari-hari, berlalu, kau mengatakan banyak hal yang ingin kau lakukan. mengumpulkan teman-teman sekolah waktu SD, ketempat-tempat main waktu kecil, tentu saja ke tempat sekolah waktu kecil. terutama sekolah kita banyak sekali berubah, berganti kepala sekolah, berganti pula bentuk sekolah, tapi tidak dengan kenangan dan teriakan-teriakan yang masih berdengung. Satu hal, kau hadir kembali kedalam hidupku, dan aku hadir kembali kehidupmu, sungguh menyenangkan dan sungguh waktu yang aku nantikan. sungguh aku rasa, aku jatuh cinta yang teramat dalam kepadamu, mungkinkah kau begitu?, harapku begitu. inginku begitu, namun hanya kau dan tuhanmu yang tahu.
0 notes
pramoedyafals · 9 days ago
Text
Bunga Di Karang Part I
-Mengenang- Sudah sewindu, tepat bulan ini. Sewindu dari sekian windu, kita bertemu kembali waktu itu. hari ini terkenang saat pertama-tama kita bertemu. lebih tepatnya kau lebih berani dan lebih mencari dari pada aku. disitulah kekuatan cinta dari mu yang sedari dulu tidak pernah aku miliki. namun, soal rasa dan keinginan memiliki aku tidak kalah soal itu. ini kisah 24 tahun yang lalu, aku akan coba mengingatnya, setelah dari 14 tahun kita tidak bertemu. kau harus pergi meninggalkan desa terpencil itu mengikuti keinginan ayah mu, kita bertemu kembali di desa kecil terpencil itu. jauh sebelum itu, kita coba untuk saling menghubungi. namun surat-surat dari mu itu, hanya bisa aku baca tanpa bisa aku balas. pertama, karna tulisan ku cukup jelek untuk membalas surat mu, kedua aku tiada arah untuk bisa menanyakan kepada siapa, cara membalas surat mu. tentu saja surat itu bukan surat cinta, karena berisi pertanyaan kabar dan cerita-ceritamu. aku tak ingat betul tentang surat itu. namun aku ingat betul moment itu. surat ke-2 dan ke-3, karna kemajuan teknologi, kau melampirkan nomor telpon ayahmu, aku membaca dan menyembunyikan. kau tidak sama sekali bertanya kenapa aku tidak membalas surat mu. tapi aku tahu dari surat mu itu, kau tidak sama sekali marah karna tidak ada upaya dan daya membalas suratmu. terlihat kau melampirkan nomor telpon ayah mu, dan barang tentu aku akan menghubungi. pasti pikirmu begitu kan?. Saat itu, telepon selular sangatlah mahal, tidak semua yang bisa memilikinya. saat itu juga, masuklah telpon rumah dan warun telokomunikasi (warte) ke desa terpencil itu. tentu saja dari apa yang kau lampirkan itu, aku berusaha menghubungimu. namun satu hal yang aku tidak ketahui, bahwa biaya nya sangat mahal. Tentu saja, itu bukanlah halangan dan rintangan berarti bagi lelaki berusia belasan tahun. aku menghubungi mu, aku menelepon beberapa kali, namun tahu kah kau? jantung ku berdetak 10X lipat dari biasanya, yang aku baru tahu bahwa kondisi itu disebut, gugup teramat sangat. aku menelepon dan diangkat ayahmu, namun aku tutup kembali telponku. lalu aku ulangi sampai beberapa kali, dan ayahmu mengangkatnya lagi, namun aku tidak berbicara, dan aku mmatikannya untuk menenangkna diriku yang saat itu masih berdetak jantung yang hebat. Sampai, esoknya, aku coba menghubungi kembali, dan satu malam cukup bagiku untuk mengumpulkan kekuatan keberanian berbicara kepada siapapun di balik telepon itu. tentu saja aku menjalankan niat itu sesudah pulang sekolah, waktu itu sekitar jam dua siang. aku kembali menelepon kenomor yang tidak mudah diingat itu. dan tentu saja ayahmu mengangkatnya, berkat kekuatan dan keberanian yang aku kumpulkan satu malam itu, sepatah kata terucap kepada ayahmu. " halo, apakah ada Dyah?,", " halo, ini ayahnya, ia ada apa?", " maaf om, saya temannya dyah, apakah dyah nya ada?", " o, dyah sedang disekolah, saya lagi kerja, nanti telepon balik ya jam 5 sore, setelah sampai dirumah.", " ok, om, ". telepon dimatikan, entah siapa dahulu yang menutupnya. namun yang jelas, jantung ku tidak lagi berdetak 10X lipat, namun berhenti sejenak. seakan mati. Tentu saja, waktu sudah menunjukkan di jam 5 sore, dari halaman jembatan yang aku lalui, langit telah berwarna antara merah dan kuning. aku terpanah melihat langit waktu itu, sekaligus bimbang, apakah aku kembali kerumah mengangkat telepon ku, dan mencoba menelepon ke nomor yang kau sisipkan di surat waktu itu atau terus terpanah melihat langit sore itu. Seperti biasa, aku memilih mejadi pengecut, dan melanjutkan lamunan ku di bawah langit berwarna antara merah dan kuning dini sore itu.
8 notes · View notes