#solusi lockdown
Explore tagged Tumblr posts
Text
Review Mendalam Karya Terpilih Denny JA 26 Kematian Di Era Virus Corona
Dalam era modern seperti saat ini, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan perubahan yang signifikan. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah pandemi virus Corona yang telah mengubah cara kita hidup dan berinteraksi. Dalam konteks ini, Denny JA 26, seorang penulis terkenal di Indonesia, telah menghadirkan karya terbarunya yang berjudul "Kematian Di Era Virus Corona".
Dalam karya terpilihnya ini, Denny ja 26 menggambarkan dengan mendalam bagaimana pandemi virus Corona mempengaruhi kehidupan seharihari masyarakat Indonesia. Ia menjelajahi berbagai aspek kehidupan yang terdampak, mulai dari aspek sosial, ekonomi, hingga psikologis. Salah satu hal yang menarik dari karya ini adalah pendekatan yang diambil oleh Denny ja 26 dalam menggambarkan situasi yang sulit ini. Ia tidak hanya fokus pada statistik atau fakta, tetapi ia juga berusaha menggambarkan perasaan dan emosi yang dialami oleh masyarakat di tengah pandemi ini. Dalam tulisannya, ia berhasil menangkap kekhawatiran, ketakutan, dan kebingungan yang dirasakan oleh banyak orang. Dalam "Kematian Di Era Virus Corona", Denny JA 26 juga membahas mengenai dampak sosial dari pandemi ini. Ia membahas bagaimana pandemi ini telah memisahkan kita secara fisik, dengan adanya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial. Ia juga membahas mengenai perubahan dalam pola interaksi sosial, seperti bekerja dari rumah dan berkomunikasi melalui media digital. Dalam tulisannya, Denny JA 26 mengajak kita untuk merenung tentang signifikansi dan konsekuensi sosial dari situasi ini. Selain dampak sosial, Denny JA 26 juga mengulas dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Ia membahas mengenai penurunan ekonomi global, kehilangan pekerjaan, serta kerugian bisnis yang dialami oleh banyak orang. Namun, ia juga menghadirkan perspektif yang optimis dengan menggambarkan adanya inovasi dan keberanian dalam menghadapi tantangan ini. Ia menunjukkan bagaimana beberapa individu dan komunitas dapat beradaptasi dan menemukan solusi kreatif untuk bertahan. Di samping itu, Denny JA 26 juga menyoroti dampak psikologis yang timbul sebagai akibat dari pandemi ini. Ia membahas tentang meningkatnya tingkat kecemasan, depresi, serta tantangan mental yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam tulisannya, Denny JA 26 memberikan saran dan panduan praktis bagi pembaca dalam menghadapi stres dan menjaga kesehatan mental di tengah situasi yang sulit ini. Selain mengulas dampak pandemi, Denny JA 26 juga menyajikan perspektif yang lebih luas dalam karya terpilihnya ini. Ia menggambarkan bagaimana pandemi ini menjadi peluang untuk merefleksikan nilainilai manusia, solidaritas, dan kerjasama antarindividu dan antarbangsa. Ia mengajak kita untuk memikirkan bagaimana kita dapat belajar dari situasi ini dan membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih tangguh di masa depan. Secara keseluruhan, "Kematian Di Era Virus Corona" merupakan karya yang mendalam dan menggugah. Denny JA 26 berhasil menghadirkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai berbagai aspek kehidupan yang terpengaruh oleh pandemi ini. Ia mengajak kita untuk merenung dan mencari solusi dalam menghadapi tantangan ini, serta membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan. Karya terpilih Denny JA 26 ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini. Ia memberikan sudut pandang yang berbeda dan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan, baik fisik maupun mental.
Cek Selengkapnya: Review Mendalam Karya Terpilih Denny JA 26: "Kematian Di Era Virus Corona"
0 notes
Text
Melihat Sisi Positif di Era Pandemik Pesan Denny JA untuk Kita Semua
Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan kita secara drastis. Situasi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya telah menuntut kita untuk beradaptasi dengan cara baru dalam setiap aspek kehidupan kita. Namun, di tengah semua tantangan ini, kita perlu melihat sisi positif di era pandemik. Dalam artikel ini, kita akan membahas pesan dari seorang tokoh terkenal, Denny JA, tentang bagaimana kita dapat menjadikan pandemi ini sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. I. Menghadapi Perubahan dengan Fleksibilitas Dalam situasi yang tidak pasti seperti ini, fleksibilitas adalah kunci untuk bertahan. Denny JA menekankan pentingnya untuk dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di sekitar kita. Kemampuan untuk berpikir out-of-the-box dan mencari solusi kreatif adalah hal yang harus kita pelajari selama pandemi ini. Misalnya, banyak perusahaan yang telah berhasil beralih ke model kerja jarak jauh, memungkinkan karyawan untuk tetap produktif tanpa harus berada di kantor fisik. II. Memulai Bisnis Online Pandemi ini telah menunjukkan kepada kita betapa pentingnya memiliki kehadiran online. Denny ja mengingatkan kita bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk memulai bisnis online. Dengan banyaknya orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan lebih banyak berbelanja secara online, ini adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkan tren ini dan mengembangkan bisnis online kita sendiri. Kita dapat memanfaatkan platform e-commerce yang sudah ada atau bahkan menciptakan produk digital yang unik. III. Mengembangkan Keterampilan Baru Selama pandemi ini, banyak dari kita memiliki lebih banyak waktu luang karena pembatasan sosial dan lockdown. Denny ja menyarankan kita untuk menggunakan waktu ini untuk mengembangkan keterampilan baru. Kita dapat mengikuti kursus online, membaca buku, atau bahkan belajar melalui video tutorial. Dengan mengembangkan keterampilan baru, kita dapat meningkatkan nilai diri kita dan meningkatkan peluang di masa depan. IV. Menghargai Hubungan Sosial Meskipun kita harus menjaga jarak fisik, penting untuk tetap menjaga hubungan sosial kita. Denny JA mengingatkan kita untuk menggunakan teknologi untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman kita. Kita dapat mengadakan pertemuan virtual, mengirim pesan teks, atau bahkan menelepon orang-orang terdekat kita. Dalam situasi yang sulit seperti ini, dukungan sosial sangat penting untuk menjaga kesejahteraan kita. V. Mengutamakan Kesehatan Pandemi ini telah mengingatkan kita akan pentingnya kesehatan. Denny JA menekankan bahwa kita harus menjaga kesehatan tubuh dan pikiran kita. Kita perlu menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Selain itu, kita juga perlu merawat kesehatan mental kita dengan cara seperti meditasi, yoga, atau aktivitas kreatif. Dengan menjaga kesehatan kita dengan baik, kita akan lebih mampu menghadapi tantangan yang ada. Kesimpulan: Dalam era pandemik ini, kita dihadapkan pada banyak tantangan dan ketidakpastian. Namun, dengan melihat sisi positifnya, kita dapat menjadikan pandemi ini sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Pesan dari Denny JA mengajarkan kita untuk menjadi fleksibel, memanfaatkan peluang bisnis online, mengembangkan keterampilan baru, menjaga hubungan sosial, dan mengutamakan kesehatan kita. Dengan mengikuti pesan ini, kita dapat melewati pandemi ini dengan kekuatan dan optimisme.
Cek Selengkapnya: Melihat Sisi Positif di Era Pandemik: Pesan Denny JA untuk Kita Semua
0 notes
Text
Memahami Konsekuensi Sosial dan Ekonomi dari Melebarnya Kesenjangan Kaya-Miskin saat Pandemi
Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan kita secara drastis. Tak hanya berdampak pada kesehatan, namun pandemi ini juga memberikan konsekuensi sosial dan ekonomi yang besar. Salah satu dampak yang paling terasa adalah melebarnya kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang konsekuensi sosial dan ekonomi dari melebarnya kesenjangan kaya-miskin saat pandemi. 1. Pengantar Pandemi COVID-19 telah mengguncang dunia dengan cara yang belum pernah kita alami sebelumnya. Banyak negara terpaksa memberlakukan lockdown dan pembatasan sosial yang drastis untuk memutus rantai penyebaran virus. Namun, langkah-langkah ini menyebabkan banyak kekhawatiran sosial dan Ekonomi, terutama bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan. 2. Definisi Kesimpulan Sebelum membahas lebih jauh tentang konsekuensi sosial dan Ekonomi dari melebarnya kesenjangan kaya-miskin saat pandemi, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan kesenjangan kaya-miskin. Kesenjangan kaya-miskin mengacu pada perbedaan yang signifikan dalam pendapatan, kekayaan, dan akses terhadap sumber daya antara kelompok yang kaya dan miskin dalam suatu masyarakat. 3. Konsekuensi Sosial Melebarnya kesenjangan kaya-miskin saat pandemi memiliki konsekuensi sosial yang serius. Pertama, meningkatnya ketidaksetaraan dapat menyebabkan ketegangan sosial dan konflik antara kelompok masyarakat. Ketidakadilan yang dirasakan oleh kelompok miskin dapat memicu ketidakpuasan dan protes sosial. Selain itu, kesenjangan kaya-miskin juga dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Kelompok miskin seringkali mengalami stres dan kecemasan yang lebih tinggi akibat kesulitan ekonomi yang mereka hadapi. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental mereka. 4. Konsekuensi Ekonomi Melebarnya kesenjangan kaya-miskin juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Pertama, kesenjangan ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Ketidaksetaraan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan dapat menghambat konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kesenjangan kaya-miskin juga dapat mengakibatkan ketimpangan akses terhadap pendidikan dan kesempatan kerja. Kelompok miskin seringkali memiliki akses terbatas terhadap pendidikan berkualitas dan peluang kerja yang layak. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan sosial dan menghambat mobilitas sosial. 5. Solusi Untuk mengatasi konsekuensi sosial dan ekonomi dari melebarnya kesenjangan kaya-miskin saat pandemi, diperlukan langkah-langkah yang komprehensif. Pertama, pemerintah perlu meningkatkan program perlindungan sosial bagi kelompok masyarakat yang lebih rentan. Bantuan sosial, seperti subsidi makanan dan tunjangan pengangguran, dapat membantu mengurangi kesenjangan yang ada. Selain itu, penting juga untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung inklusi ekonomi. Pemerintah dapat mendorong pembentukan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai sarana untuk memberdayakan kelompok masyarakat yang lebih miskin. Kebijakan ini dapat menciptakan peluang kerja dan mengurangi ketimpangan ekonomi. 6. Kesimpulan Melebarnya kesenjangan kaya-miskin saat pandemi memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang serius. Tidak hanya meningkatkan ketegangan sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga merugikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini, termasuk program perlindungan sosial dan kebijakan inklusi ekonomi. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk bekerja sama. Dengan upaya bersama, kita dapat meminimalkan dampak negatif dari kesenjangan kaya-miskin dan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Cek Selengkapnya: Memahami Konsekuensi Sosial dan Ekonomi dari Melebarnya Kesenjangan Kaya-Miskin saat Pandemi
0 notes
Text
Memahami Perjalanan Manusia dalam Era Pandemik: Wawasan dari Denny JA
Pendahuluan Era pandemik yang kita alami saat ini telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial, ekonomi, dan psikologis. Dalam artikel ini, kami akan membahas perjalanan manusia dalam era pandemik dan memberikan wawasan dari seorang tokoh terkenal, Denny JA. I. Pengenalan Denny ja Denny JA adalah seorang tokoh yang memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagai seorang intelektual, Denny JA telah memberikan wawasan yang berharga dalam banyak isu sosial dan politik di Indonesia. Dalam era pandemik ini, Denny JA juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang perjalanan manusia. II. Perubahan dalam Kehidupan Sehari-hari Era pandemik telah mengubah kehidupan sehari-hari manusia secara drastis. Kebijakan pembatasan sosial, lockdown, dan penguncian wilayah telah mempengaruhi cara kita berinteraksi, bekerja, dan belajar. Denny ja menyoroti betapa pentingnya beradaptasi dengan perubahan ini. Menurutnya, manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru dan mencari solusi kreatif untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka. III. Dampak Sosial dan Ekonomi Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik manusia, tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi mereka. Banyak orang kehilangan pekerjaan, usaha kecil dan menengah gulung tikar, dan tingkat kemiskinan meningkat. Denny JA menyoroti pentingnya solidaritas sosial dalam menghadapi dampak ini. Menurutnya, kita harus saling membantu dan mendukung satu sama lain untuk pulih dari krisis ini. IV. Perubahan dalam Dunia Pendidikan Dunia pendidikan juga mengalami perubahan signifikan selama pandemi ini. Pembelajaran jarak jauh telah menjadi norma baru, dengan siswa dan guru yang harus beradaptasi dengan teknologi digital. Denny JA menekankan pentingnya mengatasi kesenjangan digital dalam pendidikan. Setiap anak harus memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka. V. Dampak Psikologis Tidak hanya secara fisik, pandemi ini juga memiliki dampak psikologis yang signifikan pada manusia. Rasa cemas, kekhawatiran, dan isolasi sosial dapat menyebabkan stres dan depresi. Denny JA menekankan pentingnya perawatan diri dan dukungan emosional dalam menghadapi tantangan ini. Menurutnya, kita harus memprioritaskan kesehatan mental dan mencari cara untuk menjaga keseimbangan emosional kita. VI. Pelajaran yang Dapat Dipetik Meskipun pandemi ini telah membawa banyak penderitaan dan tantangan, kita juga dapat belajar banyak dari pengalaman ini. Denny JA menyoroti pentingnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan. Kita juga dapat belajar tentang kekuatan komunitas dan solidaritas sosial dalam menghadapi krisis. Pandemi ini juga telah mengingatkan kita tentang kerentanan manusia dan perlunya kita bersama-sama membangun sistem yang lebih tangguh dan inklusif. Kesimpulan Dalam era pandemik ini, perjalanan manusia telah mengalami perubahan yang signifikan. Denny JA memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat memahami dan menghadapi perubahan ini. Dari perubahan dalam kehidupan sehari-hari hingga dampak sosial, ekonomi, dan psikologis, kita harus beradaptasi dan mencari solusi yang kreatif. Pandemi ini juga mengajarkan kita banyak pelajaran berharga tentang kesehatan, solidaritas sosial, dan kekuatan komunitas. Dengan belajar dari pengalaman ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan lebih tangguh.
Cek Selengkapnya: Memahami Perjalanan Manusia dalam Era Pandemik: Wawasan dari Denny JA
0 notes
Text
Peningkatan Kesenjangan Ekonomi di Masa Pandemi Perspektif Denny JA
Peningkatan Kesenjangan Ekonomi di Masa Pandemi: Perspektif Denny JA Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian global. Di masa-masa sulit ini, kita menyaksikan peningkatan kesenjangan ekonomi yang mengkhawatirkan. Dalam artikel ini, kita akan melihat perspektif Denny JA mengenai masalah ini dan mencari solusi yang mungkin untuk mengatasinya. I. Pengenalan Dalam beberapa bulan terakhir, dunia telah menghadapi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan lockdown global, pembatasan mobilitas, dan penurunan ekonomi secara drastis. Namun, dampak ini tidak merata, dan kita melihat peningkatan kesenjangan ekonomi yang signifikan. II. Peningkatan Kesenjangan Ekonomi Denny ja, seorang ekonom terkemuka dan pakar dalam masalah ketimpangan ekonomi, mengamati bahwa pandemi COVID-19 telah memperburuk kesenjangan ekonomi yang ada. Para pekerja sektor informal, yang mayoritasnya adalah pekerja berpendapatan rendah, telah terkena dampak yang paling parah. Mereka kehilangan mata pencaharian mereka dan kesulitan untuk bertahan hidup. Selain itu, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) juga terdampak berat. Banyak UKM yang terpaksa tutup karena kehilangan pendapatan dan akses terhadap modal yang terbatas. Sementara itu, perusahaan besar dan konglomerat memiliki lebih banyak sumber daya untuk bertahan selama krisis ini. III. Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Ekonomi 1. Bantuan Sosial Denny ja menekankan pentingnya pemberian bantuan sosial kepada mereka yang paling terdampak. Pemerintah harus memastikan bahwa bantuan sosial tepat sasaran dan tersedia bagi mereka yang membutuhkannya. Selain itu, bantuan sosial harus diberikan secara berkelanjutan untuk membantu meringankan beban ekonomi mereka. 2. Penguatan Sektor UKM Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada sektor UKM. Ini bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan akses ke modal, pelatihan, dan bimbingan. Pemerintah juga harus mendorong kolaborasi antara UKM dan perusahaan besar untuk menciptakan peluang kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 3. Peningkatan Keterampilan Denny JA menekankan pentingnya peningkatan keterampilan bagi mereka yang terdampak oleh pandemi. Dalam era digital ini, keterampilan digital menjadi semakin penting. Pemerintah harus menyediakan program pelatihan dan pendidikan yang sesuai untuk membantu individu meningkatkan keterampilan mereka dan meningkatkan peluang kerja. IV. Kesimpulan Pandemi COVID-19 telah mengungkapkan ketimpangan ekonomi yang ada di masyarakat kita. Denny JA menyoroti pentingnya tindakan yang cepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini. Dengan memberikan bantuan sosial yang tepat sasaran, mendorong pertumbuhan sektor UKM, dan meningkatkan keterampilan individu, kita dapat mengurangi kesenjangan ekonomi yang semakin meningkat di masa pandemi ini. Peningkatan kesenjangan ekonomi di masa pandemi adalah masalah yang memerlukan perhatian dan solusi yang komprehensif. Dengan mengadopsi perspektif Denny JA dan melaksanakan langkah-langkah yang tepat, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif di masa depan.
Cek Selengkapnya: Peningkatan Kesenjangan Ekonomi di Masa Pandemi: Perspektif Denny JA
0 notes
Text
Live Webinar Tonight- Produktif dan Menghasilkan dari Rumah Melalui Digital Marketing
Artikel
Sumber: Live Webinar Tonight- Produktif dan Menghasilkan dari Rumah Melalui Digital Marketing
View On WordPress
#abdi akademi bisnis digital#abdi akademi bisnis digital abdi penipuan#akademi binsis digital abdi bukan bisnis mlm#america lockdown#amerika lockdown#bangun bisnis#bangun tim work#belajar usaha#bisnis digital#bisnis dirumah#bisnis work from home#cara bisnis#dirumah aja#dunia usaha#indonesia lockdown#karantina wilayah#mencari usaha sampingan#papua lockdown#penghasilan#solusi lockdown#solusi work from home#tegal lockdown#tutorial bisnis digital#work from home#www.lapakhobi.com
0 notes
Text
Beberapa hari yang lalu setelah jemput Agam pulang sekolah aku mampir ke sebuh taman di komplek sebelah rumah. Dari hari sebelumnya entah kenapa hatiku selalu mendorong ke komplek perumahan tersebut walau belum tahu sebenarnya ada apa. Lalu keesokan harinya aku meluangkan waktu bersama Agam.
Surprisingly, ternyata ada taman baru di komplek perumahan tersebut waaoowww. Sebenarnya komplek perumahan tersebut masih satu manajemen dengan komplek perumahanku, bedanya komplek perumahan tersebut terbilang baru, bersih, nyaman, dan suasananya hampir mirip dengan pemukiman di Jepang. Benar-benar ga nyangka kalo aku bisa bawa sekolah Agam dengan naik sepeda mamachari lalu pulang sekolahnya bisa main di taman sambil makan es krim. Persis sama yang aku lakukan di Jepang. Aku hanya bisa bersyukur dan mendecak kagum bagaimana indahnya Allah mengatur rencana hidup manusia. Terlihat sederhana mungkin tapi suasana ini sangat mengobatiku di kala aku rindu Sendai atau aku penat dengan jalanan Surabaya yang kotor.
Bagi kami, rantauers yang baru pulang dari LN kemudian melanjutkan hidup di Indonesia berdamai dengan keadaan dan kondisi negeri sendiri kadang bukan perkara mudah. Tak sedikit teman-temanku tang jungkir balik beradaptasi di negeri sendiri karena sudah terbiasa dengan nyaman dan mudahnya negara lain dan bagaimana mereka sangat memanusiakan manusia. Terutama anak-anak yang lahir di LN akan punya kesulitan tersendiri karena badan mereka yang sedari lahir sudah terbiasa dengan iklim sub tropis. Bisa saja menjadi susah tidur, susak makan, gampang rewel, dan sulit berteman ataupun berkomunikasi bagi yang sudah SD. Tentu saja ini semua tidak bisa disamaratakan karena aku melihat salah satu temanku yang aku lihat di sosmed nampak lancar dan berhasil meng-adaptasikan anak-anaknya dengan lingkungan Indonesia. Aku sendiri mengalaminya beberapa tahun lalu ketika mudik dan terkena lockdown selama 8 bulan di Aceh, Agam hampir menolak semua makanan Indonesia. Aku sampai harus membelikannya bubur buatan Jepang yang aku beli di marketplace waktu itu.
Karena itulah, sejujurnya aku sangattttt takut ketika harus pulang ke Indonesia. Bukan aku atau suami yang aku khawatirkan. Aku lebih mengkhawatirkan anakku. Karena aku dan suami memang terlahir di tanah pertiwi, adaptasi kami menjadi lebih mudah.
Lalu mulailah aku berdoa sepanjang tahun itu sampai kami pulang ke Indonesia. Aku berdoa agar Agam mau makan apapun di Indonesia, agar dia sehat, punya teman, bisa main di taman dan bisa jalan-jalan dengan sepeda sama seperti waktu di Jepang. Akupun berdoa agar diberikan tempat tinggal yang nyaman, tetangga yang baik, banyak taman, ramah anak, dan sebaginya dan sebagainya. Banyak keinginan yang aku utarakan bahkan keinginan yang di luar nalarpun aku doakan. Karena sebagai manusia aku sudah tak mampu memikirkan lagi bagaimana cara mencari dan menemukan jawabannya.
Setelah pulang ke Indonesia dan pindah ke Surabaya. Perlahan-lahan satu per satu doa itu terkabul. Tidak serta merta terkabul semuanya perlu proses pemahaman dan waktu sampai aku menyadari memang ini jawaban dan pertolongan Allah dari semua doaku. Alhamdulillah agam makannnya lancar, dapat rumah yang nyaman, lingkungannya asri dan banyak taman, ibu tetangga pun juga sangat baik. Sungguh sampai sekarang pun hanya bisa mengucap syukur. Apalagi setelah agam sekolah dan aku bisa mengantarnya dengan mamachari, menemukan taman yang bagus dan beraktivitas persiis sama layaknya di Jepang dulu. Apalagi suami yabg sangat menikmati pace kerja di kampus.Sungguh aku hanya bisa bersyukur dan bersyukur.
Aku ingat kata-kata Kak Mutia di tumblr nya bahwa jawaban dari semua doa adalah iya. Iya dikabulkan sekarang, iya dikabulkan nanti, iya dikabulkan dengan cara yang lain.
Setelah semua kejadian ini jadi sadar jika manusia sudah tak mampu lagi memikirkan solusi hidupnya maka berdoalah yang menjadi solusi.
3 notes
·
View notes
Text
I might be a covidiot because im always in doubt.
I need to write before my brain collapsed to this unstructurized overthinking.
Ragu buat nulis ini tp tulisan aku ga mungkin viral juga so i'll write what inside this brain anyway.
Covid sudah hampir 2 tahun.
Generally di awal, terbagi dua kubu. Percaya covid dan tidak percaya covid. Yang tidak percaya covid dianggap mabuk konspirasi. Then it developed, i guess? Tidak percaya covid mungkin terlalu ekstrem sehingga berubah menjadi kelompok orang2 yang percaya covid memang ada, tapi tidak semenyeramkan itu, tidak seberbahaya itu, just a usual flu, so menurut mereka: "santuy ajaa"
Which one is me?
I'm not gonna tell. But my brain is getting overwhelmed recently. I do believe in science. Aku lulusan farmasi, mantan apoteker klinis di RS, dan sekarang magister candidate farmasi klinis di salah satu univ di indonesia. I am doing research. I am fully aware that we need and will always need science. Kalau di kurva Dunning Krugger, I either still stupid and not confidence or a bit smart but not confidence. Either way i am not smart and confidence enough to tell things to people. Just to give disclaimer that i am just nobody.
Buat aku, dunia saat ini seperti sedang menjalani clinical trials. Di awal pandemi, seorang profesor di RS terkenal bilang "covid ini masih banyak yang harus diteliti, masih ongoing, jd kita kasi apa aja obat yang ada". Oh yes of course, itu pasti suatu keniscayaan ketika penyakit-baru muncul. Bukti2 ilmiah masih terbatas so trial and errors will be one way. Bless the patients. Now its been almost 2 years. Riset tentang covid luar biasa banyaaaakk sekali. Yah siapa yang tidak tertarik dengan pandemi? Akan ada banyak orang2 yang berbaik hati mencari solusi keluar dr pandemi dan akan ada oknum yang memanfaatkan momen untuk hal-hal tertentu tanpa berniat menyelesaikan pandemi.
Aku bukan penggila konspirasi. Tapi aku selalu terbuka dengan berbagai kemungkinan. Kadang kita gabisa netral dan cukup strategis dalam menghadapi pandemi ini karena alur informasi yang begitu cepat, polarisasi pendapat, opini2 yang berseliweran dan dengan mudahnya mengarahkan kita pada satu keyakinan. What expose us more, build us more. Pendapat2 dengan bias pengalaman pribadi, sahabat baik nakes, sahabat baik intel, dan semuanya. Kadang buat kita tidak bisa membaca situasi dengan objektif.
Scepticism is sometimes needed, no? Or maybe i got some trust issues. Aku masih anak bawang dalam riset tapi aku tau beberapa bias yang terjadi dalam riset klinis, beberapa hal yang dapat memengaruhi hasil riset. So, when a statement about covid comes out, aku sering berusaha untuk baca risetnya sendiri, melakuan appraisal dari mulai kualitas jurnalnya, desain dan metode, penarikan kesimpulan, conflict of interest (walau kadang ga ditulis padahal ada), sampai funding. We can not only read abstract since it doesnt give us that much. Sometimes author just put what interesting or what they want the result to be to make the abstract attractive, no?
But i dont always do that. Often, i simply too lazy. This is what we call as a lazy perfectionist, its suffering. You keep thinking about that but you do nothing. That sucks.
Anyhow.
There are some concerns and/or questions pop up in my head that ive been trying to answer despite my laziness.
How dangerous covid is? The prevalence is high, yes. The transmission is high, mainly the delta varian. Yet the severity are classified. Otg, ringan, sedang, berat. Seberapa infeksius masing2 derajat? Theres one research say asymptomatic patients gives 1/5 transmission, which makes sense. Otg tidak bersin dan batuk2, kemungkinan virus keluar dari tubuh sedikit. Viral load pada otg mungkin jg sedikit. Tapi apakah ketika menularkan, org yang ditularkan kemudian sakit parah atau otg juga? Kemungkinan tergantung kondisi orang tersebut, banyak faktor dari mulai usia, komorbid, dan gaya hidup. Walau kemungkinan penularan otg cuma 1/5, mau main2 dengan kemungkinan? I cannot say things like that without evidence i know but some of these are just logic.
But how if we compare it to other infections just like 'conspiracies people' ask. So far, orang2 yang menjawab pertanyaan itu berkata "buat kamu statistik itu angka, tp buat keluarga korban, itu nyawa". To me, orang2 yang bertanya demikian bukan berarti tidak berempati dengan korban. Beberapa dr mereka juga ingin keluar dari pandemi dan mungkin, mungkin, mungkin, mencoba mencari solusi 'lain'. Bagaimana kalau ternyata orang2 otg dalam jumlah besar ini magnitude dan efek penularannya sama seperti infeksi lain yang tidak fatal, mungkin pendekatan solusinya akan berbeda. "Tapi covid ini obatnya belum ada, infeksi lain sudah ada". Now my questions shift. How covid affect a person with pure covid and a person with comorbids (say with hypertention diabetes, asmatic, and all)? Does the infection worsen the conditions that much? How risk benefit analysis is done toward these comorbids and polypharmacy patients since drugs themselves also not fully safe? As a clinical pharmacist, i learn adverse drug reactions and drug interaction theoritically. Am i scared to drug? Often, yes. Because drug interations are hard to analyze in clinical settings. I believe doctors will use their expertise experience rather than theory. So yes i am scared because nothing is absolute. The reason I still keep my prokes and dont want to get infected is because i dont want to consume the drugs. In these ongoing drug trials everywhere, nothing I can trust 100% haha. And yes, aku panik sama orang tua yang sering keluyuran. Mereka komorbid. Kalau infected, sudah pasti aku akan pusing mengambil keputusan.
Pikiran2 ini mungkin muncul karena aku gerah dengan keadaan. Mungkin jg krn orang2 sekitar aku rata2 otg dan gejala ringan, so yes tulisan ini jg bias. But please never pray for me to have a relative that got severe sick due to covid just to make me believe 100%. Please no. Aku percaya covid and i dont wanna get infected.
Well anyway, aku gerah dengan keadaan. Indonesia ga seperti Singapura atau New Zealand yang, mau covid itu bahaya atau ngga, fasilitas dan sdm mereka mumpuni, penduduk mereka sedikit, it will more controllable. Sedangkan Indonesia, aku lelah baca berita yang bilang IGD dimana2 penuh. BOR 90% terisi. Nakes, otg atau bukan, ya harus isolasi. Bagaimana kalau ternyata otg dan derajat ringan tidak seberbahaya itu? Otg msh bisa kerja dan sedikit memulihkan kekacauan di rumah sakit. Nakes2 jadi ga burnout.
Penundaan operasi karena covid. Bagaimana kalau ternyata efek covid ke penyakit lebih kecil daripada penundaan operasi? Efek penularan covid ke nakes lebih kecil daripada risiko meninggalnya pasien jika tidak operasi? Akhirnya pasien meninggal bukan karena covidnya, tp karena penundaan operasi untuk penyakit lain yg dia punya.
Bagaimana dg org2 yg ekonomi lemah? Risiko covid dan risiko mereka kelaparan karena lockdown lebih besar mana?
Di awal pandemi, org2 yg ga boleh keluar adalah org2 dengan komorbid. Tetapi kemudian berkembang menjadi semua orang. Setauku, sesuatu dikatakan pandemi ketika transmisinya besar, tidak terlalu dilihat dari magnitude dan dampak gejala/penyakitnya. I mean, can we be more detail toward degree of severity and its effect? Memang sudah diberlakukan di beberapa hal, seperti yg sakit sedang-berat ke RS, yg otg ringan isoman di rumah. But, can we be even more detail and deepeer about this? Riset2 yg ada juga byk yg mendata overall inhospital mortality, artinya data kematian tidak dipisahkan antara penyebab primer dan sekunder. And again, how risk benefit analysis is done toward comorbid and polypharmacy patients? Safety obat kadang dianaktirikan. Overtreatment sometimes chosen to avoid covid kill the patients. Well, drugs can kill patients too. This is why dokter/nakes smart memang dibutuhkan. Dengan segala ongoing research selama pandemi, apalagi muncul mutasi begini, jangan sampai keputusan2 yang ada tidak berdasar analisis risiko-manfaat yang tepat.
So, i need to know more about poor outcome in symptomatic and asymptomatic covid adjusted to every concurrent drugs and medical conditions and adjusted to availibility of isolation room and resources and adjusted to everything lol. How infectious asymptomatic covid is and should we worry about it compare to any other disease. QoL symptomatic covid 19 patients compare to other infectious disease. how is association between happy hypoxia and covid, severity, outcomes, should we worry. What are the updates treatment now and why and how and are they safe and effective? How urgent vaccines are (in deeper analysis) - i already got my vaccination schedule, dont worry. And the biggest questions since mutations are the devil now, every W-H questions about mutations are stuck in my brain now. This is only clinical questions, there are way more abundant.
Kalo aku di singapura mungkin aku ga perlu mikir beginian. Dengan kemewahan2 yang mereka punya, indeks korupsi yang kecil, SDM yang mumpuni, penduduk yang sedikit, bahaya atau tidaknya covid mungkin ga pernah akan aku pikirkan regardless my scepticism toward research. Dampak sosial dari pandemi ini bukan main, kan.
So well, sebetulnya masih banyak di kepala, dan susah banget rasanya membuat semua ini terstruktur dan tersambung-sambung dengan baik. Pada akhirnya, dengan segala skeptisisme dan keterbatasan riset, aku memilih untuk mengikuti instruksi otoritas dan ahli. Kenapa? Because i know i am not smart, masih anak bawang yang banyak gataunya. Masih males baca riset. Dan gampang overwhelmed sm tsunami informasi. Dan mutasi. Ergh. Berasa harus baca riset2 covid dari awal. There are a lot of things i need to learn. Semoga Allah selalu memberi petunjuk dalam setiap pengambilan keputusan. Aamiin
4 notes
·
View notes
Text
Lonjakan Kasus Covid Luar Jawa, Mengapa Tak Ada Antisipasi?
oleh Imtinana Nafilah
Lagi-lagi Indonesia dihantam dengan lonjakan pandemi Covid-19. Kali ini semakin meluas hingga ke luar Jawa. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ada lima provinsi di luar Pulau Jawa-Bali yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 cukup tinggi yaitu Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatera Utara (Sumut) Papua, Sumatera Barat (Sumbar) dan Kepulauan Riau (nasional.sindonews.com).
Belum rampung puncak gelombang kedua Covid-19, bahkan semakin merambah wilayah pelosok. Ahli Epidemiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. Yudhi Wibowo mengkhawatirkan potensi lonjakan pandemi Covid-19 di luar Jawa. Jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 pada daerah-daerah di luar Jawa, dia meragukan ketangguhan pemerintah daerah merespons hal tersebut (liputan6.com).
Jelas ini meresahkan bin menghawatirkan. Masih ingat lonjakan kasus Jawa-Bali lalu? Daerah yang notabene memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan lebih menunjang saja begitu kewalahan menghadapi overloadpasien. Bagaimana dengan wilayah luar Jawa yang kita ketahui sarana dan prasarana di sana masih minim?
Sungguh sangat disesalkan bahwa pemerintah kurang gercep mengantisipasi ledakan kasus pandemi ini. Padahal angan-angan kehidupan normal masih menghiasi mimpi rakyat Indonesia. Sepertinya angan tetaplah angan, mimpi tetap jadi mimpi. Alih-alih me-lockdown Jawa, perjalanan antar pulau masih dibuka lebar, bahkan pemberlakuan PPKM dengan berbagai level masih berbau prioritas ekonomi dibandingkan nyawa rakyatnya. Tentu hal ini menjadi gerbang besar penyebaran virus.
Sangat kentara corak kapitalisme dalam kebijakan rezim dalam menangani wabah ini. Tentu membuka mata kita betapa buruknya sistem sekuler-kapitalis dalam me-ri’ayah rakyat. Kelalaian yang niscaya merupakan buah dari mindset kapitalisme yang mengagungkan nominal di atas segalanya. Nyawa manusia melayang seakan hanyalah hitungan angka saja. Padahal, para pemangku kekuasaan itu dipilih oleh rakyat untuk mengayomi dan menyejahterakannya, bukannya menjadi pembeli fasilitas dan pelayanan negara.
Inilah wajah asli kapitalisme. Di balik jargon indahnya. Sebenarnya merupakan pengaturan yang rusak dan merusak. Jelas jauh beda dari Islam. Sistem yang meniscayakan rahmatan lil ‘alamin ini menjadikan ri’ayah syu`unil ummah sebagai tanggung jawabnya sebagaimana sabda Rasul, “Imam adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya” (HR. Bukhari).
Dalam Islam, nyawa seorang muslim lebih berharga dari dunia dan seisinya, hal ini menjadikan penjagaan terhadap nyawa rakyat menjadi prioritas negara. Sehingga negara akan berupaya menemukan solusi peningkatan layanan kesehatan. Menghadirkan dokter dan tenaga kesehatan yang mumpuni, fasilitas kesehatan yang memadai dan kontrol pemerintah terhadap masyarakat, sehingga antisipasi dapat lebih mudah dilakukan.
Di sisi lain, kewajiban memisahkan orang yang sakit dari orang yang sehat menjadi hukum syara’ yang tidak bisa diganggu gugat. Tentu kebijakan lockdown dan isolasi wilayah terkena wabah akan jadi keharusan. Hal ini akan mempermudah pelaksanaan 3T (testing, tracing dan treatment) di tengah masyarakat.
Masya Allah, benarlah bahwa Islam satu-satunya solusi. Pedoman dan ‘sangu urip’ manusia. Insya Allah akan membawa keberkahan dan rahmat di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (al A'raf ayat 96). Wallahu a’lam bish shawwab.
2 notes
·
View notes
Photo
[Jauhan Sejenak]
Ada banyak sekali orang hanya ingin dirumah. Tetapi tidak punya kesempatan tersebut. Anak dan istri yang harus tetap dinafkahi, juga kebutuhan sehari-sehari yang harus tetap dicukupi. Corona tidak lebih berbahaya daripada keluarganya yang kelaparan. . Ada banyak sekali yang ngotot ingin lockdown. Tentu saja ini adalah solusi yang baik, tapi belum tentu terbaik. Bagaimana nasib pekerja harian yang upahnya harus dibayar ketika tidak bekerja. Kita harus sadar bahwa negeri yang katanya kaya ini, belum tentu mampu jika harus menanggung jutaan rakyatnya yang kehilangan pendapatan. . Ada banyak sekali yang panic buying. Itumah teori orang kaya. Pengangguran, pengemis, pengamen dan orang-orang marjinal tiap hari juga panic buying. Tentu saja, setiap hari panik mau makan apa. Pendapatan sehari akan habis hari itu juga. Kenapa harus panik, setiap hari juga panik. . Ada banyak sekali juga orang-orang yang berhati mulia turun tangan bukan hanya sekedar urun angan. Dokter-dokter yang mempertatuhkan nyawa, perawat-perawat yang tiada henti bekerja dan siapapun itu yang turut bekerja. Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan. . Ada juga sih yang hanya berteriak-teriak saling menyalahkan. Teori sih kalau tidak bisa membantu ya jangan menggerutu. Padahal cukup jauhan sejenak dirumah sembari sambil intropeksi diri betapa banyak dosa diri ini sebab itulah mungkin ujian ditimpakan, itu saja sudah lebih dari cukup untuk membantu negeri ini supaya baik-baik saja. #dirumahaja #corona #covid_19 https://www.instagram.com/p/B-BbOIMgXa-/?igshid=10noumxc6ghmv
#dirumahaja#corona#covid_19#quoteoftheday#contemplation#30haribercerita#motivasi#kehidupan#semangat#Hikmah#karya
168 notes
·
View notes
Text
08199-60000-95 Kursus Bahasa Asing Terbaik
Kukche Languages adalah Kursus Multi Bahasa Terbaik di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi dan sekitarnya untuk anak-anak, remaja sampai dewasa. Kami menyediakan program pelatihan Berbagai Bahasa (Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis dll) yang dapat mengubah mimpi Anda dan anak-anak Anda menjadi kesempatan yang luar biasa di dunia Internasional! Kami adalah Pusat Belajar / Les / Kursus Bahasa Asing Online berpengalaman di Jabodetabek, Semua Tim Tutor sangat Profesional dan memberikan pengajaran yang asyik serta tidak membosankan. Persiapkan diri Anda dan buah hati Anda untuk menghadapi masa depan yang tak terduga Ikuti keseruan kursus multi bahasa bersama Kukche Languages Jakarta.
Kukche Languages hadir bagi Anda yang ingin menguasai bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Jerman, Korea, Perancis dll dengan cara yang lebih praktis dan efisien.
Bersama Kami menguasai Bahasa Asing menjadi lebih mudah. Bila selama ini Anda terbentur masalah lockdown pandemi, waktu, sulit untuk mengikuti jadwal belajar di kelas, monoton dan membosankan, tidak berani berbicara, lokasi yang jauh, serta kurikulum yang tidak cocok dengan kebutuhan. Kami hadir memberikan solusi untuk mengatasi segala masalah yang anda hadapi dengan adanya kelas online atau tatap muka terbatas
Hubungi WA 08199-60000-95 untuk Program Belajar Normal atau Express
Pelatihan Intensif Bahasa Inggris di Jakarta Selatan untuk Pelajar Cepat dimengerti,Belajar Bahasa Jerman di Jakarta Selatan untuk Anak Express,Belajar Bahasa Jepang di Jakarta Barat untuk Pelajar Murah Berkualitas,Kursus Talking Mandarin di Tangerang untuk SD SMP SMA SMK menjadi Translater,Kelas Les Online Bahasa Perancis di Jakarta Timur untuk SD SMP SMA SMK Metode Belajar Cepat,Kursus Bahasa Jerman di Depok untuk Pelajar Biaya Bisa Dicicil,Kelas Private Bahasa Italia di Jakarta Pusat untuk Anak Penguasaan Cepat,Kursus Online Bahasa Belanda di Jakarta Pusat untuk Mahasiswa dengan Guru Berkualifikasi,Kursus Tokopedia Bahasa Belanda di Tangerang untuk Siswa Murah Berkualitas,Belajar Bahasa Korea di Jakarta Pusat untuk Anak modal Bekerja di Luar Negeri,Kelas Les Online Bahasa Spanyol di Jakarta Barat untuk SD SMP SMA SMK Harga Terjangkau,Kursus Online Bahasa Mandarin di Jakarta Timur untuk Siswa bekal Kuliah ke Luar Negeri,Kelas Private Bahasa Spanyol di Jakarta Timur untuk SD SMP SMA SMK Syarat Bekerja di Perusahaan Multinasional,Kelas Private Bahasa Rusia di Jakarta Pusat untuk Mahasiswa Mudah diikuti,Kursus Online TOEFL di Bogor untuk Pelajar Biaya Bisa Dicicil,Belajar Bahasa Jepang di Tangerang untuk Mahasiswa oleh Trainer Qualified,Belajar Bahasa Italia di Jakarta Barat untuk SD SMP SMA SMK Harga Terjangkau,Belajar Bahasa Belanda di Kepulauan Seribu untuk Anak bekal Kuliah ke Luar Negeri,Kelas Private Talking Mandarin di Jakarta Utara untuk Siswa dengan Pengajar Berpengalaman,Kelas Les Online IELTS di Bogor untuk Mahasiswa Metode Belajar Cepat,Pelatihan TOEFL di Jakarta Barat untuk Pelajar oleh Trainer Qualified,Kelas Les Online Bahasa Inggris di Jakarta Timur untuk Siswa Mudah di Aplikasikan,Belajar Bahasa Arab di Bogor untuk Mahasiswa bekal Kuliah ke Luar Negeri,Pelatihan Bahasa Jepang di Bekasi untuk Mahasiswa Metode Belajar Cepat,Kursus via Zoom Bahasa Jerman di Bogor untuk Mahasiswa dari Pemula Hingga Mahir
#kursusbahasainggris#kursusbahasa#englishfirst#lesbahasa#kursusonline kursusmurah bahasaasing kursusmultibahasa
1 note
·
View note
Text
Diteruskan dari salah satu grup Whatsapp
• Hikmah Lockdown & Karantina Virus Corona •
Hari ini umat manusia dihadapkan pada masalah bumi ini, sebuah virus/wabah yg tak terlihat.
Tapi membuat seisi bumi takut..
Yang membuat semua kekuatan, senjata, dan kesombongan bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah SWT..
Memang begitulah sunatullahnya,
Allah SWT menghancurkan tingginya kesombongan dunia dengan sesuatu yang kecil agar runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Namrud yg mati hina karena seekor lalat.
Tapi masalah bumi ini adalah masalah muslimin juga..
Bagaimana kita bersikap..?
Karena hari ini sebagian saudara kita menganggap remeh dengan pasrah saja
Indahnya agama ini, karena semua masalah sudah ada solusinya..
Dan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya adalah orang-orang paling berjasa dalam hidup kita
Dalam kebingungan kita hari ini pun mereka semua hadir dengan petunjuknya..
Bukan hanya itu, tapi mereka juga hadir membawa kabar gembira untuk kita..
***
Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab ra karya Syaikh Ali Ash Shalabi..
Tahun 18 H.
Hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.
Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yg akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah..
Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..
Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT?
Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada 2 lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah
Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah SAW.
Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya
(HR. Bukhari & Muslim)
***
Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar ra merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yg dikaguminya, Abu Ubaidah ra.. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah.
Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya..
Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu..
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un dinegeri Syam.
Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu..
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam
Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam. Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..
Amr bin Ash berkata:
Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung..
Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung.
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar..
Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap..
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua
***
Pertama, KARANTINA / LOCKDOWN
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas, Maka itulah konsep karantina /lockdown yang hari ini kita kenal.
Mengisolasi daerah yang terkena wabah.. Seluruh negara menjalaninya..
Kedua, BERSABAR.
Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin.
Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid
(HR. Bukhari dan Ahmad)
Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang didambakan kaum muslimin.
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid..
Ketiga, BERBAIK SANGKA dan BERIKHTIARLAH.
Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya
(HR. Bukhari)
Umar bin Khattab berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.
Yang keempat, banyak BERDOALAH.
Dan doa2 keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi dan sore:
Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Yang terakhir, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk BERPENCAR
Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk tetap di rumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya social distancing.
Semua solusi itu sudah ada,
Solusi langit dan Bumi
Solusi pertama dan terakhir, solusi Bumi
Ikhtiar dengan karantina & menjaga diri dari keramaian (social distancing)..
Selama ini sudah dilakukan bahkan oleh orang2 didunia barat..
Namun mereka tidak punya solusi Langit..
Bersabar, keyakinan dan berbaik sangka akan ketetapan Allah, berdoa, dan bahkan janji akan gelar mati Syahid jika kita melakukan itu semua..
Semoga kita senantiasa dilindungi Allah SWT.. dan bertemu kembali ditempat terbaik di SurgaNya..
Mari kita sikapi datangnya Pandemi Convid-19 ini secara rasional dan terukur, tidak abai tapi juga tidak lebay
***
Quranic Motivation
23 notes
·
View notes
Text
Peran Kepemimpinan Tangguh di Masa Pandemi, Menurut Denny JA
Peran Kepemimpinan Tangguh di Masa Pandemi, Menurut Denny JA Pandemi COVID-19 telah menguji kepemimpinan di seluruh dunia. Di tengah ancaman kesehatan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin harus menunjukkan kepemimpinan yang tangguh dan adaptif untuk menghadapi tantangan yang ada. Dalam pandangan Denny JA, seorang pakar dalam bidang kepemimpinan, peran kepemimpinan tangguh sangat penting dalam menghadapi masa pandemi ini. Kepemimpinan tangguh adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatasi tantangan yang sulit, menjaga stabilitas, dan memimpin dengan integritas di tengah situasi yang penuh ketidakpastian. Dalam masa pandemi ini, kepemimpinan tangguh menjadi semakin penting karena berbagai keputusan sulit harus diambil dalam waktu yang singkat. Salah satu aspek penting dari kepemimpinan tangguh adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat. Dalam menghadapi pandemi COVID-19, banyak pemimpin yang terpaksa mengubah strategi dan kebijakan mereka secara drastis. Misalnya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan lockdown untuk membatasi penyebaran virus, yang berdampak langsung pada ekonomi dan kehidupan masyarakat. Seorang pemimpin tangguh harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit ini dengan cepat dan tetap mempertahankan kepercayaan dari para pengikutnya. Selain itu, kepemimpinan tangguh juga melibatkan kemampuan untuk menyatukan orang-orang di tengah krisis. Dalam masa pandemi ini, masyarakat dihadapkan pada ketidakpastian dan kecemasan yang tinggi. Seorang pemimpin tangguh harus mampu menjaga kestabilan emosional dan memberikan arahan yang jelas kepada masyarakat. Denny ja menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dalam kepemimpinan tangguh. Seorang pemimpin harus mampu menyampaikan informasi yang akurat dan memberikan panduan yang jelas kepada masyarakat. Selain itu, kepemimpinan tangguh juga melibatkan kemampuan untuk berinovasi dan mencari solusi kreatif dalam menghadapi tantangan yang ada. Pandemi COVID-19 telah memaksa banyak sektor untuk beradaptasi dengan cepat, seperti sektor pendidikan yang harus beralih ke pembelajaran jarak jauh. Seorang pemimpin tangguh harus mampu mengidentifikasi peluang dalam tengah krisis ini dan mencari solusi yang inovatif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia, kepemimpinan tangguh sangat penting dalam menghadapi masa pandemi ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah kasus COVID-19 yang tinggi. Dalam menghadapi situasi ini, kepemimpinan tangguh sangat diperlukan untuk mengendalikan penyebaran virus dan melindungi kehidupan masyarakat. Dalam pandangan Denny ja, kepemimpinan tangguh harus dimulai dari pemerintah. Pemerintah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit dengan cepat dan membentuk kebijakan yang efektif dalam menangani pandemi ini. Selain itu, kepemimpinan tangguh juga harus ada di tingkat lokal, di mana pemimpin daerah harus mampu mengkoordinasikan upaya penanganan pandemi dengan baik. Selain pemerintah, kepemimpinan tangguh juga harus ada di sektor swasta dan masyarakat sipil. Para pemimpin perusahaan harus mampu beradaptasi dengan pembatasan yang ada dan mencari solusi inovatif untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Sementara itu, masyarakat sipil juga harus memiliki pemimpin yang mampu memobilisasi dan menyatukan orang-orang dalam upaya penanggulangan pandemi ini. Dalam kesimpulannya, kepemimpinan tangguh memegang peran yang sangat penting dalam menghadapi masa pandemi ini. Kemampuan untuk beradaptasi, menyatukan orang-orang, dan mencari solusi inovatif adalah beberapa aspek kunci dari kepemimpinan tangguh. Di Indonesia, kepemimpinan tangguh harus dimulai dari pemerintah, namun bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Para pemimpin di sektor swasta dan masyarakat sipil juga harus turut serta dalam upaya penanggulangan pandemi ini. Dalam menghadapi masa pandemi ini, kepemimpinan tangguh akan menjadi penentu utama dalam mencapai perubahan yang positif.
Cek Selengkapnya: Peran Kepemimpinan Tangguh di Masa Pandemi, Menurut Denny JA
0 notes
Text
Essenzo Toxiclear Honey Mengurangi penyerapan gula dalam usus
Artikel
Sumber: Essenzo Toxiclear Honey Mengurangi penyerapan gula dalam usus
View On WordPress
#america lockdown#amerika lockdown#anak balita#bersihkan lemak tubuh#bisnis work from home#cara menurunkan berat badan#cara pakai essenzo toxiclear honey#diabetes#essenzo toxiclear honey#indonesia lockdown#jakarta lockdown#jual produk essenzo#kesehatan usus#madu detox#madu herbal#manfaat essenzo toxiclear honey#mengatasi gula darah#mengatasi kolesterol#singapore lockdown#solusi lockdown#solusi pencernaan#solusi work from home#vaksin covid-19#vaksin virus corona#work from home
0 notes
Text
Jauhan Sejenak Demi Kebaikan.
Kamis, 2 April 2020.
Ada banyak sekali orang hanya ingin dirumah. Tetapi tidak punya kesempatan tersebut. Anak dan istri yang harus tetap dinafkahi, juga kebutuhan sehari-sehari yang harus tetap dicukupi. Corona tidak lebih berbahaya daripada keluarganya yang kelaparan.
Ada banyak sekali yang ngotot ingin lockdown. Tentu saja ini adalah solusi yang baik, tapi belum tentu terbaik. Bagaimana nasib pekerja harian yang upahnya harus dibayar ketika tidak bekerja. Kita harus sadar bahwa negeri yang katanya kaya ini, belum tentu mampu jika harus menanggung jutaan rakyatnya yang kehilangan pendapatan.
Ada banyak sekali yang panic buying. Itumah teori orang kaya. Pengangguran, pengemis, pengamen dan orang-orang marjinal tiap hari juga panic buying. Tentu saja, setiap hari panik mau makan apa. Pendapatan sehari akan habis hari itu juga. Kenapa harus panik, setiap hari juga panik.
Ada banyak sekali juga orang-orang yang berhati mulia turun tangan bukan hanya sekedar urun angan. Dokter-dokter yang mempertatuhkan nyawa, perawat-perawat yang tiada henti bekerja dan siapapun itu yang turut bekerja. Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan.
Ada juga sih yang hanya berteriak-teriak saling menyalahkan. Teori sih kalau tidak bisa membantu ya jangan menggerutu. Padahal cukup jauhan sejenak dirumah sembari sambil intropeksi diri betapa banyak dosa diri ini sebab itulah mungkin ujian ditimpakan, itu saja sudah lebih dari cukup untuk membantu negeri ini supaya baik-baik saja.
#dirumahaja #corona #covid_19
14 notes
·
View notes
Text
Meracik Jenang Sengkala
Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah utas (thread) lucu di Twitter soal pengalaman orang Indonesia menghadapi pandemi. Seorang anak yang pulang dari perantauannya—sebuah daerah zona merah—dipaksa mandi oleh ibunya di garasi. Setelah itu, si anak juga dikarantikan dan diimbau untuk keluar kamar sekenanya. Semua barang yang anak ini bawa dicuci hingga dinyatakan bersih. Kamar mandi khusus di belakang. Harus membuat wara-wara atau pengumuman apabila ingin keluar kamar. Alat makan, alat ibadah, alat bebersih, semuanya khusus. Komunikasi dengan sang ibu, dilakukan sangat berjarak. Menurut si anak, ibunya sudah seperti ratu Elizabeth II karena memerintah dari jauh. Alih-alih memperlakukan anaknya sebagai korban pandemi, sang ibu memperlakukan anaknya sebagai pandemi itu sendiri. Sebagai puncaknya, sang ibu ‘menghadiahi’ hidangan berupa jenang sengkala.
Jenang sengkala, bila diartikan secara harfiah, adalah sejenis bubur penolak bencana. Teman-teman jurusan saya (Sastra Jawa) yang berasal dari Jawa Tengah mengaku tidak familier dengan jenang ini. Sepertinya tradisi membuat dan makan jenang sengkala memang bukan dari Jawa Tengah. Melihat dari bahasa yang digunakan oleh pembuat utas dan respons dari teman-teman, jenang sengkala ini berasal dari Jawa Timur. Teman sejawat Sastra Jawa saya, Fadli Isnaini, berkata bahwa di Magetan tempat tinggalnya, jenang ini cukup sakral. Penyajiannya disertai tumpeng, ingkung ayam, sayur lodeh, dan jajan pasar. Selain itu, sebelum makan jenang, orang-orang yang ingin diruwat didoakan oleh tetua yang ada di desa. Warnanya seperti bubur kacang hijau dan diatasnya ada ‘vla’ berwarna putih (edits: biar tidak penasaran). Begitulah, jenang atau bubur ini tidak sepele. Kehadirannya adalah pengharapan untuk keselamatan.
Pandemi yang sekarang sedang dicaci dan dipisuhi orang sedunia mutlak menuntut ilmu survival dan seni untuk menanggulanginya. Bukan jenang sengkala, Dekan FIB UGM, Madam Wening Udasmoro, memilih untuk me-rumah/indekos-kan mahasiswanya sejak 16 Maret 2020. Kemudian, beliau juga mengumumkan untuk mengganti perkuliahan tatap muka menjadi daring. Saat mengobrol dengan beliau, tanggal 24 Maret 2020, Madam Wening mengatakan kalau yang menjadi prioritas beliau adalah kesehatan mahasiswa. Kampus FIB UGM disterilkan dari mahasiswa dan makhluk-makhluk nolep (no-life alias tidak punya kehidupan). Demi Madam Wening? Ya, bukan. Tetapi supaya virus tidak menyebar dan berlipat ganda.
Perihal kegiatan belajar daring, Madam Wening dan kroninya sudah berusaha menyiapkan yang terbaik. Selain berkoordinasi dengan kepala prodi, beliau juga memberikan imbauan bahwa dosen harus memastikan mahasiswa tidak kebanyakan tugas. “Jangan dibuat stres, yang penting belajar,” tambah Madam Wening. Namun, ternyata “kebanyakan” itu relatif, dan bagi sebagian orang, tugas mereka kebanyakan. Tugas adalah solusi yang cukup mudah untuk mengefektifkan pembelajaran. Agar tugasnya selesai, harus cari materi dan harus menulis. Harapannya, garansi paham tatap muka tergantikan dengan fokus membuat tugas.
Ketika saya bertanya soal waktu yang terbuang di semester ini, beliau mengatakan dengan nada penuh harap, “Akan ada pemaksimalan untuk semester depan.” Bodohnya, saya baru menyadari kecacatan catatan saya ini dan tidak bertanya apa yang dimaksimalkan. Semoga saja akan ada tambahan waktu belajar. Dua hari kemudian, tanggal 26 Maret 2020, dekanat mengeluarkan surat. Surat Edaran Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM Nomor: 1688/UN1.FIB/Sek.Dek/2020 memuat pemberitahuan: mahasiswa menjalani pembelajaran daring hingga akhir semester genap. Bukan perpanjangan waktu kuliah seperti yang saya harapkan, kabar yang sampai malah ‘liburan’ dipanjangkan.
Informasi ini jujur saja membuat saya nggerus. Teman saya, Saga dari Sejarah 2018, langsung mengirim pesan ‘huhuhuhu’ dengan emoji menangis. Saga, saya, dan mahasiswa FIB yang saya kenal, merasa sedih mendengar kabar ini. Kesedihan ini sedikit soal perkuliahan, lebih banyak soal kegiatan, program kerja, dan juga amalan muamalah selama di kampus. Beberapa kegiatan mahasiswa yang sudah dirancang HMJ dan BSO terpaksa ditangguhkan. Program kerja yang melibatkan pertemuan manusia terpaksa dibatalkan. Banyak pemrakarsa program kagol dan cumleng akibat pembatalan ini. Soal program kerja, LEM FIB UGM ternyata sudah lebih dulu dalam menentukan arah gerak. Setelah munculnya kabar lockdown dari Fakultas Teknik UGM, LEM langsung berdiskusi untuk membahas program kerja. Menurut Galang, Presiden LEM FIB, ia dan menteri-menterinya sudah menentukan program yang perlu dan tidak perlu dilaksanakan. “Program utama kami adalah mengadvokasi kasus yang berkenaan dengan pandemi ini,” tambah Galang. Akun Instagram LEM FIB dipenuhi bantuan, imbauan, dan pemberitahuan soal pandemi. Termasuk yang paling menarik, bantuan logistik untuk anak indekos. Sebuah program yang sangat mengharukan.
Pulang ke rumah bukan solusi yang maha efektif, tapi adalah satu-satunya yang bisa dilakukan. Melalui Twitter, saya jadi tahu banyak teman-teman yang otomatis menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP) setelah tiba di rumah. Teman-teman saya yang kebetulan punya kemauan untuk mencari tahu soal pandemi sadar mengkarantina diri. Namun, tidak semua yang mau tahu memiliki kesempatan untuk mengkarantina diri. Teman saya yang bernama Fahrizal Leo dari Sastra Jawa 2018 bahkan menjaga posko pandemi di desanya. Sepertinya penjagaan itu dimaksudkan agar orang-orang luar desa tidak datang dan yang di dalam desa tidak keluar. Namun, penjagaan itu malah jadi ajang untuk serawung.
Perbuatan mereka—Madam Wening dan kroninya, Galang dan LEM FIB, panitia acara HMJ dan BSO, warga desanya Fahrizal Leo, dan orang-orang di seluruh dunia—baik karantina maupun mengundurkan acaranya, seperti meracik jenang sengkala untuk menjauhkan diri dari musibah akibat pandemi. Hal yang diusahakan untuk meminimalisasi dampak buruk pandemi adalah usaha yang patut diapresiasi. Kita semua benci dan sangat keberatan dengan kehadirannya. Saya pun jengah untuk lagi-lagi membicarakannya dan menyebutkan namanya. Maka dari itu, mari kita buat jenang sengkala banyak-banyak. Terserah mau versinya seperti apa. Kemudian mencakar langit dengan doa hingga Tuhan muak dan mengabulkan permintaan kita, untuk segera mengangkat pandemi ini dari muka bumi.
Penulis: Sf Adnivle Visual: Alvin Syahnakri Honorable Mention: Rasya Swarnasta (Editor)
8 notes
·
View notes