#shiramedia
Explore tagged Tumblr posts
Text
Memasihkan yang Pernah – M. Aan Mansyur (2023)
Malang, 13 Oktober 2023
__________________________________________________________
Merupakan sebuah projek Poetography yang dikerjakan oleh Aan Mansyur dan diterbitkan oleh Shiramedia pada tahun 2023 dengan mengusung konsep kombinasi antara puisi dan fotografi. Dalam kotak yang berukuran 16 cm x 13 cm pembaca disuguhkan dengan 3 bagian yang masing-masing berupa buku foto dan puisi, kartu foto, dan kartu puisi. Kartu puisi dan kartu foto masing-masing berjumlah 20 untuk kartu foto dan 20 untuk kartu puisi.
Dijelaskan pada bagian belakang kotak, konsep Poetography merupakan sebuah ‘percakapan’ yang dilatar belakangi oleh adanya kesenjangan antara teknologi komunikasi dan manusia dalam kemampuannya melakukan percakapan, dalam konteks ini percakapan yang dimaksudkan bukan hanya antar manusia melainkan juga manusia dengan dunia sekitarnya. Lebih lanjut poetography, merupakan eksperimen oleh Aan Mansyur dalam mengamati hubungan antara citra visual dan citra verbal yang dalam hal ini puisi dan fotografi. Sebagai seorang penulis, foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur meninggalkan kesan misterius, melankolis tidak menggebu-gebu. Citra visual dalam hal ini berupa foto yang dihadirkan memiliki tempo yang cenderung rendah, pemilihan foto hitam putih dengan kontras yang rendah mendukung tempo rendah tersebut . Saya kira foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur mencoba memainkan imajinasi pembaca dalam hal pemahaman maupun pemaknaan. Sehingga foto-foto yang dihadirkan tidak memiliki makna benar atau salah melainkan subyektifitas masing-masing pembaca tergantung pada perspektif dan latar belakang budaya.
Yang cukup menarik dalam poetography ini bagi saya adalah bagaimana foto dan puisi yang dihadirkan bisa saling berkerjasama, sebagaimana jika foto-foto tersebut disandingkan dengan puisi akan lebih terasa dan lebih kuat. Berbeda jika foto-foto tersebut tidak disandingkan dengan puisi. Namun sejauh yang saya baca, kekuatan utamapada poetography ini bukanlah pada foto-fotonya melainkan pada teks yang dihadirkan dalam bentuk puisi. Foto-foto yang dihadirkan terasa sebagai media yang membantu mem-visualisasikan puisi-puisi tersebut.
Dari 20 foto yang dihadirkan, Aan Mansyur cenderung memiliki ketertarikan kepada subyek benda mati, hanya beberapa saja subyek yang dihadirkan dalam foto merupakan makhluk hidup. Dan dari 20 foto tersebut, 14 foto yang dihadirkan berlatar belakang hutan sebagaimana elemen-elemen yang ditampilkan seperti pohon, Semak belukar, daun – daun kering dan juga benda-benda terbengkalai. 6 sisanya elemen yang dihadirkan berupa manusia, kupu-kupu, burung mati, benda-benda mati, maupun hanya menampilkan lingkungan saja sebagai latar suasana. Komposisi yang digunakan sebenarnya cukup sederhana yaitu menempatkan subyek utama pada “dead center”, dan pemilihan hitam putih dengan kontras yang rendah memudahkan pembaca mengetahui point of interest tanpa adanya distraksi yang lain.
Bagi saya latar belakang Aan Mansyur sebagai penulis membuat foto-foto yang dihadirkan memiliki karakteristik yang tersendiri. Saya mengambil kata-kata “Poetic theory of vision” oleh Giovanni Chiaramonte dalam Instant Light : Tarkovsky Polaroid untuk menggambarkan bagaimana latar belakang sebagai penulis mempengaruhi cara pandang Aan Mansyur dalam melihat dunia. Foto-foto yang dihadirkan oleh Aan Mansyur bukan hanya sebagai representasi objektif dari apa yang ditangkap oleh kamera namun juga sebagai interpretasi subjektif dari pengalaman, ingatan, budaya dan juga lingkungan yang membentuknya.
Namun, ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya yang mungkin bisa menjadi catatan kepada penerbit, yaitu kartu-kartu poetography yang menjadi inti dalam buku Memasihkan yang Pernah tidak terpotong secara rapi. Hal tersebut sedikit mengganggu saya, karena foto-foto dihadirkan dengan kecenderungan tempo yang rendah yang mana untuk membacanya memerlukan konsentrasi yang cukup. Sehingga detail maupun kesalahan kecil yang ada pada kartu foto akan terasa dan sedikit mengganggu.
Konsep poetography yang diusung dalam buku Memasihkan yang Pernah ini, berusaha menggali kembali hubungan antara teks dengan fotografi. Selain itu poetography juga membangkitkan kembali pemahaman fotografi sebagai sebuah percakapan. Sebagaimana Tiffany Faircy dan Liz Orton (2019) jelaskan dalam artikelnya bahwa melihat gambar bersama dan berbicara tentang gambar Bersama akan membantu kita memahami, melihat, dan hidup berdampingan lebih baik. Dengan menawarkan dialog sebagai kerangka kerja, memperluas membayangkan kemungkinan-kemungkinan dan merangsang sebuah percakapan baru.
Sebagai penutup, saya mengutip kalimat dari Giovanni Chiaramonte dalam buku Instant Light : Tarkovsky Polaroid “Because of its proximity to this poetic theory of vision, lying between the experience of time as an absolute and remembering as a creative act”.
0 notes
Text
Atau gak yang melihat dari persepsi orang tentang warna diri kita. Kinda cute.
Bisa diterbitin di shiramedia bakal bagus sih
0 notes
Photo
. Lelaki itu kulihat begitu kekanak-kanakan untuk seseorang yang bertubuh dewasa. Ia menangis sepanjang senja. Tapi, aku bisa memahaminya, sebab cinta memang biasa membuat orang dewasa menjadi kekanak-kanakan. Ia telat mendengar berita kematianmu. Hingga berita kematian itu terdengar seperti kematian baginya. Kau tahu, ia meninggalkan hari pernikahan yang seharusnya berlangsung hari ini dengan seseorang perempuan yang pernah kau bayangkan kaan menjadi istrinya. Dan kini, lelaki itu lebih memilih menemuimu dalam kubur. Buku yang sangat unik saya kira. Berisi 17 cerita yang merangkum berbagai latar belakang tokoh. Meskipun cinta merupakan dasar penyusunan pada hampir seluruh cerita di dalam buku ini, lantas kemudian cerita-cerita tersebut terjalin tidak menjadi sekuntum roman picisan, sebab sebagaimana dinyatakan pada judulnya, aksentuasi cerita justru mengajak pembaca untuk turut merefleksikan segala pertanyaan tentang cinta dengan pengalaman hidup mereka masing-masing. Judul: Betapa Kita Masih Belum Beranjak Dari Pertanyaan Tentang Cinta Penulis: Asef Saeful Anwar Penerbit: Shira Media, 2019 Tebal: 180 halaman Harga: Rp. 59.000 Order: @lantai_kampoeng ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 🌷 Follow @lantai_kampoeng 🌷 🌷 Follow @lantai_kampoeng 🌷 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ #BetapaKitaMasihBelumBeranjakDariPertanyaanTentangCinta #AsefSaefulAnwar #shiramedia #tokopedia #poempm #poem #poetry #penulisindonesia #bicaraasa #catatanstory #bicara_rasa #sastrajeda #ayosemangat #tokobuku #marimembaca #sajakcinta #puisiku #motivasionline #literasi #pemudahijrah #quotes #gagalmoveon #semangat #bisayokbisa #janganlemah #jagahati #lantai_kampoeng (di Purwokerto) https://www.instagram.com/p/CkUeQNYBASt/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#betapakitamasihbelumberanjakdaripertanyaantentangcinta#asefsaefulanwar#shiramedia#tokopedia#poempm#poem#poetry#penulisindonesia#bicaraasa#catatanstory#bicara_rasa#sastrajeda#ayosemangat#tokobuku#marimembaca#sajakcinta#puisiku#motivasionline#literasi#pemudahijrah#quotes#gagalmoveon#semangat#bisayokbisa#janganlemah#jagahati#lantai_kampoeng
2 notes
·
View notes
Photo
Layang-Layang merupakan komik kolaborasi yang diambil dari cerpen Seno Gumira Ajidarma dan diilustrasikan oleh Gerdi WK. Salah satu tokoh dalam cerita ini mungkin sudah tak asing lagi bagi pembaca karya-karya Seno Gumira Ajidarma: Sukab. Komik Layang-Layang bercerita tentang permainan layang-layang hingga sebuah peristiwa di luar nalar tentang keajaiban layang-layang buatan Sukab. Seno Gumira Ajidarma & Gerdi WK, Layang-layang, Komik, Yogyakarta, Shira Mediam Juli 2022, 60 hlm, 39.000 #SenoGumiraAjidarma #GerdiWK #Layanglayang #Komik #ShiraMedia (di Jual Buku Sastra-JBS) https://www.instagram.com/p/CkfzD5xh5wp/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
𝙏𝙝𝙚 𝙗𝙤𝙤𝙠𝙨 𝙖𝙧𝙚 𝙜𝙞𝙫𝙚𝙣 𝙗𝙮 𝙩𝙝𝙚 𝙥𝙪𝙗𝙡𝙞𝙨𝙝𝙚𝙧𝙨 𝙞𝙣 𝙚𝙭𝙘𝙝𝙖𝙣𝙜𝙚 𝙛𝙤𝙧 𝙖𝙣 𝙝𝙤𝙣𝙚𝙨𝙩 𝙧𝙚𝙫𝙞𝙚𝙬. 𝙈𝙮 𝙡𝙤𝙣𝙜𝙚𝙧 𝙖𝙧𝙩𝙞𝙘𝙡𝙚/𝙧𝙚𝙫𝙞𝙚𝙬 𝙧𝙚𝙡𝙖𝙩𝙚𝙙 𝙩𝙤 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙗𝙤𝙤𝙠 𝙞𝙨 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙤 𝙗𝙚 𝙥𝙪𝙗𝙡𝙞𝙨𝙝𝙚𝙙 𝙨𝙤𝙤𝙣 𝙞𝙣 𝙙𝙞𝙛𝙛𝙚𝙧𝙚𝙣𝙩 𝙥𝙡𝙖𝙩𝙛𝙤𝙧𝙢. Ngobrolin Komik (Let's Talk about Comic Books) is a compilation of essay writings by the Indonesian journalist and writer Seno Gumira Ajidarma. Seno - as we Indonesians call him, tries to unveil the hidden agenda carried in several comic books. He doesn't limit his discourses to the Indonesian (local) comic books like those written by Kosasih,Jan Mintaraga,Teguh Santoso, Zaldy or Hans Jaladara but also to those non-Indo like Tin-Tin, Superman, Batman, and the most familiar one: Donald Duck. Seno goes throughout the history of those books esp the local ones while rising his concern about the problem in documenting the Indonesian comic books. What I admire the most from his writings is his ways of unveiling the ideology behind those comic books. The so-considered crucial but heavy issues about urbanisation, capitalism, masculinity, feminist thought along with other issues are narrated in simple and casual style, making it easy to follow for the readers which may be unfamiliar with such concepts. This book also comes with a comic book entitled Macan (Tiger). The illustrated story is so profound and my heart constricts seeing the human's cruelty towards animals- depicted vividly in this comic. In this book, the people in a certain village hunt a tiger down, thinking that this tiger may harm them and their domesticated animals while in fact this tiger does not even kill anyone yet. Little that these villagers know, the tiger also leaves a family: wife and children in its den. Their hatred toward wild animal lead them to ignore another issue related with the cattle theft in their village; done by other human beings made of flesh and blood. What can we say? A human can be more brutal than an animal itself. So heartbreaking. This book is available to purchase for an affordable price. Simply contact @shiramedia @pabriktulisan_ or the bookstore nearby. Des ✨ (at Bangkok Thailand) https://www.instagram.com/p/CfLMJvkrcRy/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Gender isn't only preseved though practices but also discourses. As indicated by Michel Foucault; there's a dimension of power in every discourse even in the process of conception of human life. Yet Shira Tarrant reveals different things. She believs that the conception of human life is not merely about the sperm soaking business and the competition of sperms, but a story about greatness of nature in embracing and caring for eggs. The egg becomes a kind of small womb of life which then becomes life itself which grows and develops in the real womb of a woman. See the importance of womb/uterus in the conception, everyone? Bringing that context in the literary arena, Rahi(i)m (womb/uterus - Eng trans.) written by Kedung Darma Romansha (KDR) is an example of a literary work which brings the issues about women and their attributes to the spotlights. The issues addressed are not only about woman as a woman but also as a mother. He mentions several poems pointing the importance of motherhood. However, the notion about motherhood isn't only limited to a persona but also to the representation of mother as a nation like in the poem Surat buat Emak (a Letter for Mother). Interesting ha! Nation is also represented by the figure of a mother who is nurturing. KDR also points the issues about prostitution as a part of womanhood in several poems like in Telembuk (which happens to be the title of KDR's other book). The issues are not only women being commodified as a female prostitution but also the gap between the city life and the (remote) villages. The city life seems so appealing for those to conduct a hijra and work there, little that they know those big cities may not welcome them friendly. Another point that I highlight is the word Rahi(i) which can also refer to the (Islam) merciful (of God). A point which KDR addressed in his poems Jalan Lain Menuju Tuhan (Another way to go to God) and Aku Ingin Kau di Sini (I want you to be here). Those poems may seem so erotic yet it carries also a message: to remain naked and to be the real you in front of the Creator. Tagging @sintiawithbooks and @variteracy who may enjoy reading these. Thanks @shiramedia for the book. (at Desca's Library) https://www.instagram.com/p/COKMEeELbhl/?igshid=1nfdl3e8t2jm1
0 notes
Link
Nggak pake biaya administrasi, total hadiah 10 juta, deadline 13 feb.
ig: @shiramedia
Siapa tau minat. Break a leg!
2 notes
·
View notes
Photo
Cinta itu bukan kenapa, tapi sampai kapan dan dimana . Tag teman kamu, comment and like and share . 🖼 shiramedia 💥Test Minat dan Bakat. 💡Mengetahui Kecerdasan Genetik. ☎ 08562062465 🏠 Bisa test di rumah! . 👉Follow terus @stifin_bandung 👉Follow terus @stifin_bandung 👉Follow terus @stifin_bandung . #stifin #stifinbandung #psikologibandung #syukur #tesstifinbandung #tessidikjaribandung #literasi #tesbakatbandung #tesminatbakatbandung #teskepribadianbandung #stifinjabar #tessidikjari #tesfingerprintbandung #tesfingerprint #tesjurusankuliah #jurusankuliah #quotesaboutlife #weekend #kesehatanmental #motivasi #family #analisakepribadian #instadaily #psikologianakbandung #bookstagram #stifinbandungraya #quotescinta #psikologi #hijrah #einstein — view on Instagram https://ift.tt/31wkVi3
0 notes
Photo
Desain sampul untuk Dieser Mann, oleh @rincelinatamba. Diterbitkan oleh @shiramedia. #graphicart #artwork #illustration #bookcover #book #bookstagram #book
1 note
·
View note
Photo
@Regranned from @shiramedia - Jadi gini, Gaes. Ini lomba adalah salah satu bentuk kegiatan untuk merayakan satu dekade Penerbit @shiramedia Nanti, kita kabari lagi rangkaian-rangkaian acaranya, pokoknya seru, dah. Sekarang, siapin aja naskah terbaikmu, meskipun masih berbentuk konsep dalam kepala. 😁 Mimin tunggu naskah-naskahnya, yes! Yaudah, lanjutin lagi malam minggunya. *otewe kasur #infolombamenulis
0 notes
Photo
#shiramediagiveaway from @shiramedia Pemenang diumumkan 1 Februari 2017
0 notes
Photo
“Sastra, Sebuah Jalan Panjang” adalah judul buku kumpulan esai yang ditulis oleh Hasta Indriyana. Dalam kumpulan esai tersebut secara garis besar membicarakan tiga bahasan utama mengenai sastra, budaya, dan pendidikan. Esai-esai yang ditulis oleh Hasta Indriyana ini memang paling dominan membahas tentang dunia kesusastraan mulai dari tokoh, komunitas, sejarah sastra, hingga dunia perbukuan sastra. Kemudian membahas tentang kebudayaan dan dunia pendidikan yang juga masih dikaitkan dengan dunia kesusastraan Hasta Indriyana, Sastra, Sebuah Jalan Panjang, Esai, Yogyakarta, Shira Media, Agustus 2022, vi+170 hlm, 69.000 #HastaIndriyana #SastraSebuahJalanPanjang #EsaiSastra #Shiramedia (at Jual Buku Sastra-JBS) https://www.instagram.com/p/Cie5Rt7preW/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Buku ini memuat kisah perjalanan mengelanai berbagai belahan dunia antara lain Singapura, Laos, Tiongkok, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Turki, Jerman, Austria, Prancis, Ceko, Slovakia, Hongaria, Polandia, Inggris, dan Skotlandia. Anton Kurnia tidak hanya memuat kisah bepergian ke satu tempat yang eksotis, tetapi bagaimana ia bisa tergetar oleh pemandangan, peristiwa, pengalaman, dan hal-hal unik yang menyentuhnya secara personal. Anton Kurnia, Banyak Jalan Menuju Praha: Kisah Perjalanan dan Pertemuan, Yogyakarta, Shira Media, Juli 2022, viii+132 hlm, 59.000 #AntonKurnia #BanyakJalanMenujuPraha #Esai #Perjalanan #ShiraMedia (di Jual Buku Sastra-JBS) https://www.instagram.com/p/CiO7RrMBiE3/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Sebagian isi buku ini tentang pandemi yang sama-sama sedang kita alami. Puthut EA sebagaimana Anda, telah kehilangan banyak hal dalam pandemi ini. Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan sebuah komentar ringan yang hadir untuk merespons, mengusik, mencari tahu, dan bertanya-tanya atas segala hal yang terjadi di sekitar penulis. Sebab menulis di saat seperti ini adalah sebuah bentuk untuk tetap menjaga kewarasan. Puthut EA, Ketika Kita Punya Kecemasan yang Sama, Esai, Yogyakarta, Shira Media, Mei 2022, xii+212 hlm, 69.000 #PuthutEA #KetikaKitaPunyaKecemasanyangSama #Pandemi #ShiraMedia (di Jual Buku Sastra-JBS) https://www.instagram.com/p/CfwKK8qJjBE/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya merupakan buku kumpulan tulisan nonfiksi pertama Dea Anugrah. Buku ini pertama kali terbit pada 2019 dan diterbitkan ulang oleh Shira Media pada 2021 bersamaan dengan buku kumpulan tulisan nonfiksi terbarunya, Kenapa Kita Tidak Berdansa?. Esai-esainya ditulis dalam rentang 2016-2018 dan membicarakan tentang banyak perkara, mulai dari perang sampai industri pisang, dari kesedihan kolektif sebuah bangsa hingga seni membikin senang bagian-bagian tubuh tertentu. Dea Anugrah, Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya, Esai, Yogyakarta, Shira Media, Nov 2021, vi+166 hlm, 50.000 #DeaANugrah #HidupBegituIndahdanHanyaItuyangKitaPunya #HidupBegituIndah #ESai #ShiraMedia #KatalogJBS (di Tirtonirmolo) https://www.instagram.com/p/CXlKlkSBspy/?utm_medium=tumblr
0 notes
Photo
Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu merupakan buku kumpulan puisi karya @aanmansyur yang secara garis besar mengangkat tema atau berbahan dasar tentang pertanyaan-pertanyaan perihal imajinasi hidup bersama. Tentang hilangnya banyak “kita”—yang dalam sajak ini bukan hanya kita manusia, tapi juga berarti bahwa manusia hanya bagian kecil dari kita yang lebih besar. Isu yang dibahas juga beragam dalam tiap sajak dan hal tersebut bisa digambarkan lewat kutipan Audre Lodre yang kelak akan teman-teman pembaca temukan pada epigraf buku ini, “Tidak ada itu perjuangan isu tunggal, karena kita tidak menjalani masalah hidup tunggal.” Kira-kira begitu. Secara bentuk juga sangat beragam, diwakili oleh kutipan Scholes yang juga terdapat dalam epigraf buku ini, bahwa puisi bisa dilihat bukan sebagai satu genre, tetapi sistem penyampaian, sebentuk medium, di mana di dalamnya bisa ada sejumlah genre. Mari silahkan dipesan M. Aan Mansyur, Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu, Puisi, Yogyakarta, Shira Media, Okt 2021, x+104 hlm, 119.000 #MaanMansyur AanMansyur #WaktuyangTepatuntukMelupakanWaktu #KumpulanPuisi #ShiraMedia #KatalogJBS (di Kedai JBS) https://www.instagram.com/p/CWCgfGEB-cu/?utm_medium=tumblr
0 notes