#sekolah ke amerika
Explore tagged Tumblr posts
kaktus-tajam · 1 year ago
Text
Berguru
Pernah gak kalian mendengar suatu nasihat, yang sebenarnya sudah pernah didengar, tapi tetap menohok seakan baru pertama kali mendengar nasihat tersebut?
Haha iya itu aku, dalam percakapanku hari ini dengan seorang kakak pembimbingku di SPI:
“Kak, aku mau berangkat S2 ke Amerika, nanti minta rekomendasi buku-buku untuk dibaca ya.”
“Wah jangan baca buku saja, gak semua bisa dipahami lewat buku. Dan lagipula yang utama kan bukan itu.”
“Oh iya ya kak..”
“Iya yang utama tetap berguru.”
Nasihat Kak Rani membuatku merenung. Dulu sekali guru kami Ustadz Akmal Sjafril, pernah menulis di akunnya @malakmalakmal:
"Ilmu semestinya didatangi, bukan 'disuruh datang'. Tanpa bermaksud menafikan pola pendidikan di sekolah, namun sangatlah pantas kiranya jika kita menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam yang begitu mulia.
Kita bisa mendapatkan ilmu dari tulisan-tulisan seorang ulama tentang pentingnya shalat, misalnya. Tulisan tersebut bisa saja berhasil memaparkan sekian banyak dalil tentang pentingnya shalat dan cara pelaksanaannya.
Akan tetapi, jika Anda ingin melihat bagaimana seorang 'alim menangis dalam shalat, tentu Anda harus hadir dan melihatnya sendiri, berbaris dalam shaf bersamanya. Anda bisa saja melihat rekamannya di video, namun kesannya akan berbeda, sebab yang menonton video tidak turut merasakan apa yang dirasakan oleh yang sedang shalat.
Jika Anda di barisan yang sama, merasakan bagaimana ayat-ayat Al-Qur'an berbicara dan membongkar kegelisahan dalam jiwa, maka mungkin Anda akan turut menangis. Jika Anda berkesempatan untuk ngobrol berdua dengan sang ahli shalat, maka mungkin Anda akan tahu mengapa ia menangis."
Kata ibu:
Iya dulu ibu halaqah di rumah ustadzah. Idealnya seperti itu. Karena ibu bisa saja dapat materi tentang menjadi ibu yang baik atau materi bagaimana taat dengan suami atau materi adab yang lain.. Tapi tentu materi itu akan jauh lebih dahsyat ketika ibu menyaksikan sendiri bagaimana ustadzah menyambut anak-anaknya ketika pulang sekolah, bagaimana beliau menjawab panggilan abi-nya dengan lembut kemudian pamit sejenak dan masuk ke dalam menutup tirai lalu berbincang pelan dan santun.
MasyaAllah. Kita bukanlah murid dari buku, tapi murid dari guru. Betapa pentingnya memiliki guru, karena membaca buku saja tanpa guru maka pemahaman kita (aku, yang masih bodoh ini) dapat keliru. Karena membaca buku saja, tanpa guru maka pemahaman kita akan terkotakkan. Juga tidak dapat bertanya. Juga mudah menyimpulkan seenaknya.
Semoga Allah mampukan. Semoga Allah ridhai perjalanan rihlah ilmiah. Semoga Allah pertemukan dengan guru, para ulama yang menjadi wasilah ilmu dan petunjuk itu.
Selamat berjuang memperbaiki adab.
-h.a.
Semoga Allah jaga guru-guru kami.
70 notes · View notes
narayuikasblog · 2 months ago
Text
Tumblr media
Eh? Aku Dimana?
Beberapa hari yang lalu SMA PU ALBAYAN Cendekia melakukan Study Tour malang-jogja. Di sini aku ingin menceritakan pengalaman aku selama Study Tour yang kalo di hitung-hitung sama SMP ini Study Tour ke dua. Museum Angkut malang, di sana kita datang untuk melihat berbagai macam jenis mobil keluaran lama dan di sana juga kita datang untuk melihat parade. Parade di lakukan setiap jam 17.00 di sana aku foto bersama beberapa orang. Aku berfoto bersama Kapten Amerika dan Sailor Moon. Disana aku bersama Meiliya, namun ketika hujan datang kita semua masuk dan aku kehilangan rombongan. Kalau diingat-ingat aku disana pakai baju kelas yang warnanya pink, dan kebetulan di sana banyak yang pakai baju pink juga, jadi aku kehilangan jejak teman sekelasku.
Setelah masuk, aku celingak-celinguk mencari keberadaan teman-teman sekelas, dan aku memutuskan berjalan sendiri mengikuti jalan di sana sembari membuat video pendek untuk di edit. Setelah beberapa lama aku bertemu dengan Mei dan Gisel, aku berjalan lagi dan bertemulah dengan Fahla dan Ricciva, disana juga ada beberapa guru laki-laki seperti Pak Agus dan kawan-kawannya. Aku jalan lagi, bertemulah anak laki-laki X3. Aku jalan lagi sendiri dan akhirnya keluar dari lorong-lorong gedung itu, aku melihat ada taman dan miniatur istana inggris dan juga Oxford lebih tepatnya tempat merchandise, aku tertarik ke sana dan mulai memasuki Istana Inggris. Aku tidak ke Oxford karena tidak membawa uang. Tanpa sadar aku masuk bersama dengan Nabil Syarifa dan Ka Radka, aku berkeliling dan melihat beberapa mobil keluaran lama Amerika dan Inggris. Disana lebih banyak orang yang aku kenal, tapi dari X 1. Seperti Albanna, Bima, Maliko, Hisyam, Bimo dan lainnya.
Setelah itu aku memutuskan untuk mengikuti Nabil Syarifa dan Ka Radka, tapi masih menjaga jarak dengan mereka. Berusaha agar tidak terlihat mengikuti mereka. Disana kami ke beberapa tempat, seperti tempat Olah TKP polisi dan lainnya. Setelah kami keluar dari ruangan, aku mulai memisahkan diri dengan Nabil Syarifa dan Ka Radka. Aku mulai berjalan sendiri menelusuri jalan di sana, dan aku melihat sebuah lorong kereta api. Sebelum masuk aku diam dulu dan membuat video singkat lagi, disaat bersama ada sebuah pengumuman dari bawah bahwa sekolah lain disuruh untuk berkumpul dalam 5 menit di bawah. Kebetulan warna seragam sekolah meraka sama seperti warna seragam kelas aku. Alhasil, ketika ada 2 laki-laki yang lari dari belakang aku mereka menarik tanganku dan mengajakku, seperti "Ayo! Kita disuruh kumpul, nanti di tinggal loh!" Dan dengan cepat aku melambaikan tangan dan berkata "Bukan kak, beda sekolah" disana laki-laki yang menarik tanganku itu langsung malu dan berlari sembari diejek oleh temannya yang lain.
Di bawah, lebih tepatnya di pasar apung. Aku diam sendiri bingung harus kemana, karena itu adalah jalan terakhir menuju pintu keluar. Dan di saat yang bersamaan seseorang memanggil aku dari atas jembatan merah. Ketika aku melirik mereka, mereka adalah Rayinda dan Gianna. Aku tersenyum dan menghampiri mereka.
Setelah itu aku tidak pernah sendiri lagi. Disaat yang bersamaan aku bersyukur bisa bertemu dan mengobrol dengan mereka, karena itu Study Tour aku selama 2 hari kedepan tidak sendiri dan monoton, intinya lebih berwarna deh!
Thanks Everyone For Everything!
Tumblr media
13 notes · View notes
beningtirta · 1 year ago
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
93 notes · View notes
l-edelweis · 2 years ago
Text
Cerita Tentang Kak Izzati, UI, dan yang lain-lainnya
Kali ini aku mau cerita soal salah satu inspirator aku, role model aku, seseorang yang bisa kubilang, cukup sedikit-banyak berpengaruh buat hidup aku. Namanya Kak Izzati.
Karena kemarin Kak Izzati alias Kak Izzi baru aja wisuda dari Columbia Univ. Yang ternyata barengan sama salah satu kakak alumni RK, (yang kutau belakangan dari sebuah grup alumni RK, hihi). Jadi aku mau ceritaa soal Kak Izzi kali ini.
(it gonna be a loooongggg story)
Pertama kali aku kenal Kak Izzi tuh waktu SD, melalui buku karangannya. Kalau kalian pernah baca serial KKPK, pasti enggak asing sama yang namanya Sri Izzati. Iya, karena dia adalah salah satu penulis pemula seri KKPK dan bahkan pernah dapat penghargaan MURI sebagai penulis termuda. Keren banget emanggg Kak Izzati inii.
Aku sangat mengidolakan Kak Izzati, karena waktu aku baca bukunya saat itu langsung berpikir, 'keren banget ini tulisan anak umur 8 tahun(?) udah sebagus ini'. Memang waktu nulis buku itu, Kak Izzati masih SD dan udah sebagus itu ceritanya! Judul bukunya adalah '2 of me', yang cerita soal anak kembar. Sebagai pembaca yang seusia Kak Izzati waktu menulis buku itu, aku cuma bisa takjub karena kalau aku diminta buat menulis cerita, belum bisa sebagus dan semenakjubkan itu.
Kalau di kelas, kerjaanku dan temen-temen gengku selain ngobrolin Idola Cilik, novel-novel KKPK juga jadi bahan gosip kami. Soal penulis-penulisnya, cerita-ceritanya, judul-judul lain yang jadi rekomendasi, pokoknya macam-macam. Termasuk salah satunya adalah selalu membanggakan Kak Izzati karena emang kami se-ngefans itu sama dia hahhaha.
Karena Kak Izzati belum nulis buku lagi, dan waktu aku SMP rasanya udah kurang pas aja kalau berulangkali baca buku-buku KKPK-nya, aku mencari apapun yang membuat aku bisa selalu berhubungan dengan Kak Izzi. Aku follow ask.fm nya (yaampun ini sosmed jadoel bgt nggasi wkwkw. Sejujurnya aku lupa, ini eksis waktu aku SMP atau SMA ya), dan termasuk salah satunya, aku ikutin tumblrnya.
Kalau lagi pelajaran komputer dan pakai lab komputer sekolah, alih-alih memperhatikan Abi Ari yang mengajar kami (huhuhu maafkan saya Abiii), aku justru melipir pergi ke tumblr Kak Izzi dan membaca dengan seksama tulisan-tulisan dia di sana. Aku suka banget gaya dia bercerita, cerita-cerita yang dia tulis, apa-apa yang dia kisahkan di sana. Terutama saat dia bercerita waktu exchange ke Amerika dengan program Rotary.
Aku juga suka banget baca ask.fm Kak Izzi (hayo siapa dulu suka main aks.fm wkwk) yang isinya tentu menjawab pertanyaan-pertanyaan netizen. Mayoritas adalah soal SIMAK UI, Psikologi, dan tips-trick menulis. Iya, karena Kak Izzati kuliah di Psikologi UI lewat jalur SIMAK, dan tentu banyak yang bertanya soal tips-tipsnya dsb. Oiya, sepertinya ada yang bertanya-tanya juga soal exchange study ke dia.
Yha, jadi bisa disimpulkan bahwa hobi saya menulis dan bercerita mungkin salah satunya adalah karena dipengaruhi oleh Kak Izzi. Bedanya, Kak Izzi udah nulis belasan buku, kalau aku udah nulis ratusan surat cinta buat kamu tapi ngga dikirim-kirim. Bismillah semoga suatu hari aku juga bisa menumpahkan khayalan-khayalan fiksi di kepala ini jadi tulisan yang ciamikkk.
Suatu hari, Kak Izzati menulis di tumblrnya kalau dia akan mengadakan kopdar di Jogja. DI JOGJA! Senaanngg sekali rasanya. Tentu saja aku langsung mendaftarkan diri, karena nggak sabar mau ngobrol dan ketemu langsung bareng salah satu idola aku sejak iyikk. Ini sekitar tahun 2014 kalau tidak salah(?) Berarti masa-masa aku waktu transisi dari SMP ke SMA. Kopdar waktu itu tuh menurut aku eksklusif banget. Kami cuma ber-9 orang kalau tidak salah. Ngobrolnya lebih intimate, lebih hangat, lebih seru tentunya! Waktu itu tuh pas bulan puasa, jadi kami sekalian buka puasa bareng gitu. Senenggg karena berkesempatan buat ketemu bapak-ibunya Kak Izzati juga, yang sering diceritakan di tulisan-tulisannya. Super ramah sekali! Bahkan waktu pamitan, ibunya Kak Izzati memeluk kami satu per satu. Masyaallah a really warm family!
Waktu kopdar itu sebetulnya dekat dengan terbitnya buku baru Kak Izzati yang judulnya 'Satu Keping'. Salah satu buku favorit aku karena ceritanya (pernah) sangat relate dengan kehidupan aku (ceilehhh). Waktu pertama kali baca sejujurnya aku nggak paham isi ceritanya apa. Maklum emang waktu itu bacaan aku masih kentang-kentang gitu. Jadi disuguhin bacaan yang pakai kata-kata bermakna tinggi belum begitu paham. Kemudian waktu aku baca lagi buku itu saat aku SMA, aku baru ngeh dan paham dan WOW ternyata gini maksudnya! Ini buku tentang patah-hati yang menurutku superrr banget dan aku langsung suka, dan nggak bosan aku baca berulang-ulang sampai sekarang. Apalagi kalau lagi patah hati.
Iya, kalau lagi patah hati pas banget baca itu wkwkw.
Tumblr media Tumblr media
Kalau dipikir-pikir, melihat perjalanan hidupku di masa lalu, apa-apa yang aku lalui, secara nggak langsung sedikit banyak dipengaruhi oleh Kak Izzati. Aku pernah ikut seleksi AFS/YES karena tau ada program itu dari Kak Izzati (dulu pernah daftar tapi nggak lolos, terus ikut Rotary), bahkan aku bikin tumblr ini juga karena Kak Izzati (sebelumnya aku main blogspot, tapi tema dashboardnya tuh lebih seru dan lucu di tumblr), aku suka nulis dan bercerita kayaknya juga karena Kak Izzati. Termasuk waktu itu aku kepikiran buat kuliah di UI karena Kak Izzi juga.
Selain itu, menurutku Kak Izzati adalah salah satu orang yang cukup berjasa dan berpengaruh bagi seorang Faiz dalam memilih jalan hidup (nggghhh). Waktu mau lulus SMA, aku lagi pengen banget tuh memperjuangkan UI, dan aku tanya-tanya infonya ke Kak Izzati. Waktu udah lulus sarjana juga, aku super galau soal dunia pasca kampus, dan aku cerita juga ke Kak Izzati.
Aku mau bahas keduanya, tapi dimulai dari UI dulu ya berarti kwkw.
Karena aku dulu sudah sangat getol ingin keluar dari Jogja, kuliah di luar Jogja, dan pilihanku tentu saja mendarat di UI. Sebagai 'calon' perantau nih, tentu saja aku harus mencari tau tentang kehidupan di Jakarta gimana (padahal mah, UI di Depok ya wkwk). Karena tidak ada yang terlintas di kepala, siapa orang-orang yang bisa kutanya selain Kak Izzati, akhirnya aku memutuskan buat mencari info tentang UI dan kehidupannya ke dia. Bertanyalah aku ke Kak Izzati soal tarif kos-kosan, asrama mahasiswa, harga makanan, biaya hidup, transportasi anak-anak UI, naninunaninu perihal kehidupan mahasiswa metropolitan Jakarta. Maklum, belum pernah merantau dan mindset aku soal Jakarta waktu itu adalah, 'kota yang keras dan misterius' (maksudnya, mengerikan, menakutkan, dan deskripsi-deskripsi lain soal Jakarta dari warga-warga daerah macem saye). Jadi aku mau memastikan dan mencari tau kondisi semuanya dulu, sebelum betulan mengalami nantinya.
Sedikit aku bertanya soal jurusan impianku, filsafat. Karena Kak Izzati kan anak psikologi yah, jadi kalau aku tanya-tanya soal filsafat tentu kurang paham. Maka waktu itu aku coba tanya ke Kak Izzati, adakah temannya yang anak FIB? Sekedar aku mau tau, filsafat UI ngapain aja, belajar apa aja, anak-anaknya gimana, mahasiswanya mengerikan enggak (eehh).
Ini cuplikan-cuplikan obrolan aku sama Kak Izzi. Baca ini lagi jadi ngerasa Omg Faiz, kamu sangat cupu ternyata dulu, bedanya Fakultas sama Jurusan aja nggak tauuu wkwkkw
Tumblr media Tumblr media
Baiikkk banget Kak Izzi mah. Padahal aku bukan siapa-siapanya. Akrab juga enggak. Ketemu cuma sekali waktu kopdar, dan lewat buku-buku, tentu saja. Yah, beginilah hikmah silaturahmi dan kemajuan teknologi ya. Terima kasih untuk buku, sosial media, tumblr, dan segalanya yang memfasilitasi aku tetap bisa catch up sama Kak Izzi jadi berasa dekat walau sebetulnya super jauh:"
Long short story, akhirnya takdir membawa aku untuk tetap di Jogja dan kuliah di UGM.
Waktu udah lulus kuliah nih, aku mengalami graduated-student-life-crisis alias krisis pasca kampus. Super galaauuu karena bingung mau memutuskan; kerja dulu, atau kuliah dulu? Kalau kuliah, jurusan apa? Tetep filsafat? Atau mau ke jurusan lain yang terkait sama hobi dan kesukaanku?
Iya, sempet kepikiran buat ambil master di creative writing seperti Kak Izzi. Soalnya seru, thesisnya nulis cerita, tiap hari kuliahnya baca-nulis-baca-nulis dan itu tentang FIKSI! Bukan baca-nulis-baca-nulis jurnal dan makalah >_< Aku memang pernah ada di masa-masa suka banget nulis fiksi. Tapi mungkin lebih pasnya, aku pernah ada di masa-masa berjuang banget buat nulis fiksi. Suka, tapi sulit. Nah loh gimana tuh.
Tumblr media
Tapi kalau aku, kayaknya lebih milih kuliah S2 yang thesisnya adalah nulis tumblr setiap hari sih. WKKKK
Atas kebingungan itulah, aku coba cerita (lagi) ke Kak Izzi. Lebih tepatnya, berkonsultasi, bertanya(?) Karena Kak Izzi juga sedang menjalani study S2 nya di Columbia, jadi aku pengen tau creative writing itu ngapain aja.
Baiikkk banget, karena aku nggak nyangka, Kak Izzi masih membalas pesan-pesanku. Lebih tepatnya, masih merespon curhatan-curhatanku. Setelah cerita terakhir soal UI, kali ini cerita soal pasca kampus juga direspon dengan sangat baik oleh Kak Izzi:" Terharu dehhh pokoknya.
Tumblr media Tumblr media
Baik banget sampe sempet VN dan ketikin jawaban super duper panjang:"
Aku tuh selalu kepikiran, siapa ya nanti yang jadi suami Kak Izzi? Pasti dia beruntung banget, karena dapat teman hidup yang baik, cerdas, seru, asik, ramah, keren deh pokoknya! Aku selalu menunggu masa-masa pernikahan Kak Izzi karena yahh, siapa yang tidak penasaran dengan kehidupan idola masa kecilnya.
Sampai akhirnya, akhir bulan Februari kemarin Insek nge-DM aku, "Iz, Kak Izzati nikah ya?" waaa aku langsung excited DEMI APA DEMI APA KAK IZZIIII NIKAAAHHH? Aku langsung lari ke instagram dan mengecek story kak Izzi (story Kak Izzi selalu ada di paling kiri) dan ternyata benerrr aaaaa KAK IZZII NIKAAHHH.
Aku langsung kepo banget sama suaminya. Ternyata masnya dari Jogja dan adalah merupakan mas-mas dari fakultas tetangga alias alumni FEB UGM wkkww. Meskipun aku nggak kenal, tapi ternyata kita beririsan. Karena waktu kutengok profil instagramnya, beberapa temen aku dan salah satunya adalah temen KKN aku ada yang follow dia juga.
Iya, ternyata masnya orang jogja hahahha.
Makanya waktu lebaran kemarin, Kak Izzi berlebaran di Jogja. Seru banget ngikutin ceritanya lewat story-story di instagram. Di sela-sela mudik, mereka berkunjung ke sekolah suami Kak Izzi yang itu adalah merupakan sekolah yang hampir setiap hari aku lewatin kalau pulang kerja.
Eaps. Dunia sesempit itu. Sesempit itu.
Terus kemarin waktu wisuda, Kak Izzi nih wisuda pake baju nikahannya. Wkwkwk lucu banget. Emang sih, baju nikahnya so simple dan bisa dipake buat acara-acara lagi. Yhaa siapa tau besok aku kembali mengikuti jejak Kak Izzi buat wisuda S2 ditemenin sama suamiikk dan wisuda pake baju nikahan.
Eh. Wkwk.
Senenggg bisa kenal KKPK dan kenal Kak Izzi dan baca-baca tulisannya dan nungguin banget niihhh, goresan-goresan tinta selanjutnya~~
8 notes · View notes
bungajurang · 2 years ago
Text
#5 - Sekolah Musim Panas: Sekolah Lagi, Sekolah Terus (1/2)
Saya percaya belajar sejarah itu penting. Dalam konteks kerja akademik dan riset, misalnya, sejarah memiliki peran krusial untuk memahami proses pembentukan kondisi masa kini berdasarkan peristiwa di masa lalu. Waktu SMA, sejarah bukan mata pelajaran favorit saya karena penyampaian materi dari guru-guru sejarah saya membosankan. Memori paling membekas soal pelajaran sejarah adalah saat guru kami memberi tugas untuk menyalin narasi yang tertulis di lembar kerja siswa (LKS). Beliau kira, dengan menyalin narasi tersebut ke buku tulis, kami akan hafal dan mengerti sejarah. Format ujian sejarah kami kira-kira begini, membaca narasi sejarah di LKS dan buku paket, menghafalkannya, lalu menyalin hafalan ke dalam kolom jawaban. Saya sering dapat nilai pas-pasan karena jawaban saya tidak sama persis dengan buku. Yah, kalau urusan ingatan konten buku yang harus sama persis, saya bukan yang terbaik. Tapi kalau soal orang dan tempat, kemungkinan saya bisa mengingatnya dengan baik.
Pertengahan bulan Juli saya tidak sengaja mengklik story kawan saya, alumnus jurusan Ilmu Sejarah, yang membagikan informasi sekolah musim panas. Topik sekolah musim panas ini adalah sejarah lingkungan di Indonesia. Saya tertarik untuk mendaftar, namun saya ragu karena melihat keterangan kriteria peserta yang dicari, yaitu aktivis lingkungan, peneliti, sejarawan, dan pokoknya pegiat lingkungan. Latar belakang studi saya tidak ada sangkut pautnya secara langsung dengan sejarah lingkungan, bahkan saat kuliah dulu tidak ada materi sejarah. Akhirnya saya membulatkan niat. Toh, belum tentu diterima. Saya ngebut menulis motivation letter dalam sehari, dan merapikan CV di menit-menit terakhir. Sent. Pada tanggal pengumuman yang ditentukan, saya tidak mendapat surel. Rupanya surel itu datang terlambat. Saya diterima dan menjalani sekolah selama 31 Juli–7 Agustus, dengan 12 kelas, dua hari amatan dan kuliah lapangan, serta konferensi di hari terakhir yang dihadiri oleh lebih banyak akademisi (dosen dan peneliti dari berbagai institusi pendidikan).
Saya datang terlambat di hari pertama sekolah. Sebagian besar kursi sudah terisi, yang tersisa adalah kursi bagian depan. Pemateri sudah duduk di panggung. Masih terengah-engah setelah jalan cepat dari parkiran Lembah ke FIB, saya memutuskan duduk dulu di jejeran kursi paling belakang yang tidak ada mejanya. Seorang lelaki duduk di depan saya. Ia mengenakan topi rimba, kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak yang tidak dikancingkan, celana jeans dan sepatu merk Just Do It. Ia menengok ke belakang. “Halo” katanya sambil mengulurkan tangan, “Jaka, dari Mongabay Indonesia.” Saya menyambut uluran tangannya dan ganti mengenalkan diri, “Wida” Dia menunggu lanjutan dari saya, “Dari UGM.” Ia bertanya lagi, “Dosenkah?” Saya menggelengkan kepala, “Bukan. Asisten peneliti di pusat studi di UGM.” Ia mengangguk. Entah dia dengar atau tidak. Kawan baik saya, Beby, datang dan mengajak saya duduk di baris depan. Saya duduk di baris kedua, sementara Beby dan temannya, Diery, duduk di baris pertama. Mereka bekerja di lembaga non-pemerintah dengan fokus bidang pelestarian pesisir, perikanan, dan pengembangan wilayah pesisir.
Sekolah ini mempertemukan saya dengan teman-teman baru dari berbagai bidang. Pada hari pertama saya duduk di sebelah Vivi, arsitek, pendiri yayasan museum, dan penulis buku. Saya berkenalan dengan Ayu dari Bali, seorang pegiat lingkungan yang bekerja di lembaga non-pemerintah di bidang polusi dan plastik. Saya bertemu Gilang, kakak kelas SMA saya yang bulan Januari lalu lulus dari S2 Antropologi, dan kini mengerjakan proyek penelitian bersama dosennya. Ada Kamila dari China (saya tidak sempat nanya asal daerahnya), pegiat isu perburuhan dan serikat buruh yang bekerja di Amerika Serikat. Saya menjadi teman baik dengan Hasha, mahasiswa Sastra Inggris dari Singapura. Ada juga Ronal dan Ayla, lulusan S2 Sejarah. Umar dari Madura, seorang sejarawan muda yang aktif mengelola cagar budaya. Umar (lagi) alumnus S3 Geografi dari London. Ryan dari Jember, satu-satunya peserta yang nanya rekomendasi tempat beli minuman beralkohol ke saya. Topan anak seni (ha ha) dari Surabaya, yang kini bekerja di salah satu pusat studi kampus. Ada pula peserta yang merupakan dosen, guru, aktivis, buruh akademik di institusi riset milik pemerintah, dan peserta yang tidak berafiliasi dengan lembaga apapun.
Saya melewati hari pertama dan kedua di kelas, mendengarkan pemaparan materi dari dosen-dosen. Pada hari kedua saya duduk di sebelah Hasha, dan kami bisa ngobrol lebih banyak. Saya mendengar keluhannya sebagai warga Singapura, soal hunian mahal yang membuatnya tidak bisa ngekos dan harus menempuh waktu empat jam bolak-balik dari apartemen ke kampusnya. Batin saya, “Kayanya negara kecil tapi mobilitas dari rumah ke kampus bisa selama itu, ya.” Di sana, hampir tiap rumah tangga mempekerjakan PRT untuk merawat anak-anak dan urusan domestik.
Hari ketiga dan keempat diisi dengan kuliah lapangan. Peserta sekolah dibawa ke Pantai Watu Kodok dan Pantai Siung di Gunungkidul, lalu Pesantren Al-Imdad dan Kebun Kali Code di hari selanjutnya. 
Dua pantai yang kami kunjungi mewakili satu topik sejarah, yaitu resistensi warga terhadap privatisasi pantai dan penggunaan pranata mangsa dalam kehidupan sehari-hari. Pantai Watu Kodok mewakili narasi perjuangan warga menolak investasi swasta dan penguasaan pantai oleh pemerintah daerah. Narasumber bercerita mengenai upaya yang dilakukan, mulai dari konsolidasi, diskusi, jalur hukum, hingga penutupan jalan menuju pantai. Mereka juga mengadakan satu festival sebagai perayaan sekaligus simbol perlawanan terhadap pihak-pihak yang berusaha menguasai pantai tempat mereka mencari penghidupan. Saya tidak dapat melepaskan bias pribadi dalam melihat permasalahan di pantai ini. Meski tidak jadi dikuasai oleh pihak swasta, pantai ini tetap saja dikuasai oleh sebagian pihak. Hal itu, jika dilihat dari perspektif sejarah yang dibawa sekolah musim panas, adalah hal baik karena artinya warga punya kuasa atas hidupnya sendiri. Saya akan mencoba membahasnya sedikit lebih dalam di unggahan selanjutnya.
Jadwal selama sekolah musim panas kurang lebih seperti ini. Materi, coffee break, saya ambil snack dan merokok bersama peserta lain, materi, istirahat dan makan siang, materi, lalu pulang. Pada akhir kelas hari keempat saya pergi bersama Gilang ke toko es krim. Di sana kami ngobrol soal kabar personal dan kabar akademik. Kalau tidak salah hitung, saya dan Gilang tidak bertemu selama 7 tahun. Pasca lulus SMA, ia mengambil jurusan Antropologi di sebuah kampus swasta di Malang. Kemudian saat pandemi ia mengambil S2 Antropologi di Yogyakarta. Minat studinya adalah ekologi, lingkungan dan studi pembangunan, serta masyarakat adat. Tidak ada diantara kami yang menyangka akan dipertemukan lewat sekolah ini. Bahkan, kalau bukan saya yang menyapanya duluan di hari pertama, Gilang tidak akan ingat saya adalah adik kelasnya. Pada akhir hari keenam saya pergi ke kafe di Jalan Monjali bersama Beby, Diery, Rasya, dan mas Jaka.
Jadwal pada hari ketujuh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Peserta telah dibagi ke dalam lima kelompok. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pembacaan dan refleksi mengenai topik yang dipilih, serta mengkontekstualisasikan topik itu dengan sejarah lingkungan di Indonesia. Kelompok saya membawa materi soal Ekososialisme. Saya pikir, kelompok saya tidak berhasil mengerjakan tugas ini. Kami gagal dalam hal komunikasi kelompok. Saya pribadi menyimpan dendam ha ha (saya bercanda, tapi setengah serius) soalnya merasa diskusi tidak bisa maksimal. Sejarawan muda dalam kelompok saya merasa asing dengan topik tersebut, namun tidak mengatakan itu di awal pembentukan kelompok. Sangat disayangkan, diskusinya kurang maksimal. Hal itu tidak mengurangi rasa syukur saya bisa bertemu dengan teman-teman baru yang keren.
Keikutsertaan saya dalam sekolah ini mengobati kerinduan saya pada suasana kuliah.
3 notes · View notes
dianbudaya · 2 years ago
Text
Tumblr media
Penelitian Etnografi untuk Kebijakan Pendidikan yang Lebih Baik
Etnografi secara sederhana adalah suatu cara atau metode untuk mempelajari fenomena sosial maupun kebudayaan di suatu masyarakat. Dijelaskan bahwa penelitian etnografi bersifat mengikuti keseharian penduduk dan peneliti harus berpartisipasi di dalam masyarakat, bukan hanya mengamati dari jauh atau wawancara belaka (Reeves et al., 2013). Selain itu, dalam penelitiannya cenderung terbatas karena apabila terlalu banyak yang diamati, akan terlalu banyak menimbulkan pertanyaan.
Penelitian etnografi merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami secara mendalam kebudayaan masyarakat setempat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan analisis kebudayaan secara holistik dari hal paling sederhana, seperti keluarga hingga perekonomian suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Hasil akhir etnografi bisa berbentuk macam-macam seperti catatan lapangan—barangkali berupa catatan harian—dan bisa juga jurnal, paper, atau karya yang mirip dengan itu (karya ilmiah dan lain-lain) sebagai karya akhir dari penafsiran serta kumpulan data dari catatan lapangan tersebut (Reeves et al., 2013). Seperti buku Margaret Mead (1928) yang berjudul Coming of Age Samoa, buku jurnal perjalanan yang sangat insightful mengenai budaya akil balig suatu suku di Samoa yang pada saat itu berbeda sekali dengan budaya akil balig di Amerika Serikat yang cenderung tertutup atau buku yang ditulis oleh Levison Wood (2019) yang berjudul An Arabian Journey yang menceritakan perjalanannya ke ujung Timur Tengah. Selain itu, karya etnografi juga bisa berbentuk novel (contohnya Puya ke Puya oleh Faisal Oddang (2015), Tarian Bumi karya Oka Rusmini (2007), dan lain sebagainya) atau film (bisa dokumenter maupun tidak). Contoh film non-dokumenter dengan nuansa etnografi adalah Before, Now, and Then karya Kamila Andini dan Ngeri-Ngeri Sedap karya Bene Dion.
Penelitian etnografi dalam bidang pendidikan dapat dilakukan dengan observasi partisipatoris di sekolah-sekolah maupun daerah-daerah secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal dan memengaruhi banyak hal pula, tak hanya seputar sekolah saja. Seperti misalnya perekonomian penduduk setempat berpengaruh pada pendidikan yang dipilih oleh masyarakat setempat. Apakah pendidikan itu hanya akan berhenti di SD, SMP, SMA, atau bahkan tak sekolah dan memilih untuk bekerja atau menikah saja. Begitu pula pendidikan berpengaruh pada perekonomian warga setempat. Idealnya, apabila pendidikan suatu masyarakat baik, perekonomian juga cenderung membaik. Masalah lain juga akan teratasi sedikit demi sedikit seperti pernikahan dini, angka pengangguran.
Pengetahuan mengenai suku, kebiasaan, ekonomi, kebudayaan, serta sosial masyarakat setempat yang didapatkan dari penelitian etnografi berdampak sangat baik dalam perancangan pendidikan bagi masyarakat setempat. Hampir sama seperti aspek demografi, pengetahuan mengenai kebudayaan setempat diharapkan dapat menjadikan pendidikan tepat sasaran. Akan tetapi, berbeda dengan demografi yang sebagian besar mengandalkan data kalkulatif, pengetahuan dan penelitian etnografi menjadikan seseorang mengetahui dengan mendalam apa yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan juga memiliki hubungan yang saling terkait. Perubahan-perubahan kebijakan pendidikan perlu memperhatikan dinamika kebudayaan dan perubahan kebudayaan bisa jadi merupakan akibat dari adanya perubahan rancangan pendidikan yang ada (Normina, 2018).
Penelitian etnografi juga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada agar kedepannya tidak lagi tidak tepat sasaran. Misalnya, kebijakan tentang masuk jam lima pagi di Nusa Tenggara Timur yang bisa dievaluasi menggunakan observasi partisipatoris. Ada baiknya peneliti merupakan bagian dari pemangku kebijakan, mengikuti anak-anak berangkat sekolah pukul lima pagi dan merasakan efeknya sendiri-sendiri lalu menuliskan pengalaman itu dalam catatan lapangan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis ini apabila digunakan untuk mengevaluasi kebijakan diharapkan dapat menjadikan kebijakan lebih tepat sasaran sehingga tak ada lagi kasus menginap di sekolah seperti yang dilansir oleh Tempo pada tanggal 9 Maret 2023 lalu (Pitaloka, 2023).
Pendidikan yang merupakan hal mendasar dalam kehidupan saling mempengaruhi dan dipengaruhi kebudayaan. Hal ini menjadikan kebijakan yang diterapkan harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil penelitian etnografi yang berupa analisis secara mendalam tentang kebudayaan (termasuk ekonomi, tradisi, hingga pendidikan) masyarakat setempat dinilai dapat membantu pemangku kebijakan dalam menentukan aturan-aturan yang berlaku dalam bidang pendidikan. Dengan begitu, dipertimbangkannya penelitian etnografi dalam penentuan kebijakan akan menciptakan kebijakan pendidikan yang lebih baik.
Penulis: Salsabila Ananda Nur Fadila
Penyunting: Nur Adzim Aminuddin
Ilustrator: Oktafiani Zahra Indira
DAFTAR PUSTAKA
Andini, K. (Director). (2022). Before, Now, and Then [Film]. Fourcolours Film; Titimangsa Foundation; Wild Bunch.
Dion, B. (Director). (2022). Ngeri-Ngeri Sedap [Film]. Imajinari; Visionari Film Fund; Netflix.
Mead, M. (2001). Coming of Age in Samoa: A Psychological Study of Primitive Youth for Western Civilisation. Harper Collins.
Normina, N. (2018). PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN. ITTIHAD. https://doi.org/10.18592/ittihad.v15i28.1930
Oddang, F. (2015). Puya ke puya: surga diciptakan karena. . .. Kepustakaan Populer Gramedia.
Pitaloka, P. S. (2023, March 8). Cara Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT, Naik Kuda sampai Menginap di Sekolah Biar Tak Telat. Tempo. https://tekno.tempo.co/read/1700301/cara-masuk-sekolah-jam-5-pagi-di-ntt-naik-kuda-sampai-menginap-di-sekolah-biar-tak-telat
Reeves, S., Peller, J., Goldman, J., & Kitto, S. (2013). Ethnography in qualitative educational research: AMEE Guide No. 80. Medical Teacher, 35(8), e1365–e1379. https://doi.org/10.3109/0142159x.2013.804977
Rusmini, O. (2007). Tarian bumi: sebuah novel. Gramedia Pustaka Utama.
Wood, L. (2019). An Arabian Journey: One Man’s Quest Through the Heart of the Middle East.
2 notes · View notes
hujanpeluru · 2 days ago
Text
7 Film Post Apokalips Yang Perlu Kalian Tonton
Ini adalah list 7 film post-apokalips yang perlu kalian tonton sebagai simulasi menghadapi kehancuran dunia, yang cukup bagus menurutku. Post apokalips atau paska kiamat, situasi masa depan yang mungkin memang bisa saja terjadi. Di beberapa film digambarkan dunia telah hancur karena ulah manusia sendiri, bisa juga karena bencana alam. Post-apokalips sendiri adalah sub-genre dari film sci-fi.Ada banyak film yang memakai sub-genre ini sebagai nilai jual, karena memang banyak juga penggemar seting post-apokalips, mungkin karena kebosanan dengan tatanan saat ini. Film-film ini bagiku seperti ramalan sekaligus simulasi bagaimana dunia ini akan berjalan nantinya. Jika memang kehancuran dunia itu nantinya terjadi, kita memiliki gambaran untuk menghadapinya.
Tumblr media
1. WATERWORLD (1995), Kevin Reynolds
Ini film post apokalip pertama yang aku tonton di bioskop saat masih sekolah dasar dulu, dan beberapa kali masih ditayangkan di TV lokal. Berseting pada masa depan saat es di kutub telah mencair, kota-kota tenggelam. Tak tersisa daratan kering di sini. Kehidupan berada di atas lautan, di atas daratan buatan dari rongsokan besi dan kapal yang mengapung. Cerita berpusat pada seorang pria yang dijuluki "The Mariner" (Kevin Costner). Ia menyelamatkan seorang gadis kecil yang memiliki tato peta menuju daratan, di punggungnya. Mereka mengarungi samudra, menghindar dari kejaran para penjahat Deacon yang ingin memiliki peta menjuju daratan tersebut.
Tumblr media
2. THE ROAD (2009), John Hillcoat
Film ini merupakan adaptasi dari novel tulisan Cormac McCarthy dengan judul serupa. Musibah besar terjadi di bumi! Tidak ada lagi hukum, maupun aparatur negara. Kita dihadapkan pada kondisi dunia tanpa tatanan. Seorang ayah berjuang bertahan hidup bersama anak laki-lakinya, mereka berjalan menuju pantai timur benua Amerika untuk mencari bantuan.Orang baik di sini adalah mereka yang makan dari sampah dan makanan sisa yang ditemukan, sementara orang jahat adalah mereka yang saling memakan manusia layaknya kanibal. Film ini begitu kelam, dengan lanskap yang nyaris semua abu-abu dan gelap. Ini adalah film post-apokalips favoritku, tidak terlalu berlebihan dan begitu realistis.
Tumblr media
3. WORLD WAR Z (2013), Marc Forster
Mungkin ini adalah film yang paling ditunggu para penyuka film zombie dan post-apokalips. Namun WORLD WAR Z berbeda dengan film zombie kebanyakan, zombie di sini dapat berlari dan melompat. Lebih mengerikan!Perang dunia di sini adalah perang melawan wabah zombie yang menjangkiti hampir seluruh belahan bumi, dan kekacauan yang disebabkan terlihat begitu epik. Ini adalah salah satu film zombie yang digarap dengan sungguh-sungguh. Tidak seperti film zombie kebanyakan memang, yang terlihat konyol dan tak terlalu berbahaya.
Tumblr media
4. 12 MONKEYS (1995), Terry Gilliam
Bersetting di masa depan peradaban manusia yang telah hancur dikarenakan kelompok environmentalist ekstrim menyebarkan virus mematikan yang membunuh hampir seluruh populasi manusia. Sementara manusia yang tersisa hidup di dalam tanah. 12 MONKEYS menggambarkan masa depan terbalik, tidak lagi manusia yang menguasai bumi, namun alam (hewan dan tumbuhan) yang menguasai bumi.James Cole (Bruce Willis) dikirim ke masa lalu dengan mesin waktu untuk menyelidiki penyebab semua ini. Misi tidak sesuai rencana karena James dikirim ke tahun yang salah. Setelah masuk di masa lalu, dia dikirim ke rumah sakit jiwa. Namun dia tetap berjuang untuk menyelidiki itu semua. Film yang dibintangi Bruce Willis ini secara tersirat menyampaikan pesan-pesan lingkungan untuk dunia saat ini.
Tumblr media
5. WALL-E (2008), Andrew Stanton
Bersetting pada masa depan dengan kondisi bumi yang telah hancur tak berpenghuni. Manusia yang tersisa tidak lagi tinggal di bumi, namun di pesawat luar angkasa.Wall-E, nama sebuah robot pembersih sampah besi yang tinggal di bumi, dan masih melakukan rutinitas sehari-harinya. Robot inilah yang nantinya membuat manusia sadar. Sehingga manusia berpikir kembali atas kerusakan alam akibat ulah mereka sendiri.
Tumblr media
6. 28 DAYS LATER (2002), Danny Boyle
Empat minggu setelah terjangkitnya wabah misterius di Inggris, Jim terbangun dari koma di rumah sakit yang telah ditinggalkan, dan menemukan kota dalam keadaan sepi tanpa penghuni. Tokoh utama film ini pun mulai berjalan mencari kehidupan, dan menemukan sebuah gereja yang dihuni zombie.Pembersihan besar-besaran dilakukan oleh militer, mereka yang masih berkeliaran di jalan terinfeksi virus dan menjadi zombie sebagai targetnya. Jim diselamatkan oleh Mark dan Selena, kemudian mereka bertahan hidup dari serangan zombie dan target pembersihan militer.
Tumblr media
7. HELL (2011), Tim Fehlbaum
Film ini berkisah tentang sekelompok orang yang bertahan hidup di masa post-apokalips. Hampir seperti THE ROAD, mereka bertahan hidup berjuang dari ancaman para kanibal. Namun tidak hanya itu, mereka juga harus menghadapi terik matahari yang seolah-olah jaraknya semakin dekat dengan bumi, dan juga krisis air bersih.HELL menggambarkan kondisi planet bumi yang sangat panas, dengan warna tone gambarnya yang silau dan kering. Nuansa thriller dalam film ini memang cukup padat, dari awal hingga akhir.
Panopticore,
Malang, Juli 2018.
0 notes
holopiscom · 24 days ago
Text
Donald Trump Resmi Bubarkan Departemen Pendidikan Amerika Serikat
JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi menandatangani perintah eksekutif untuk membubarkan Departemen Pendidikan federal. Dalam keputusan ini, Donald Trump telah memenuhi janji kampanyenya kepada para pendukungnya dari kaum konservatif. Perintah itu akan menyerahkan kebijakan sekolah ke tangan negara bagian dan juga dewan lokal. Ini merupakan keputusan yang sangat ditentang oleh…
0 notes
karyawatibercerita · 4 months ago
Text
Rengganis
Sepotong nama paling cantik yang pernah aku dengar, Rengganis. Gak tau artinya apa, yang pasti berkaitan dengan hal-hal indah dan manis. Ibunya notaris, dulu pernah menjadi salah satu notaris di tempat ayahku bekerja. Tentu saja muslim, makanya Ayah memperkenalkan ibuku dengan ibunya karena mereka sama-sama minoritas(muslim) yang hidup di Bali. Ayah berharap ibu bisa gabung grup mengaji yang biasa Ibunya Rengganis lakukan. Bapaknya seorang purnawirawan Jenderal, dulu sering dapat perintah beli senjata di Amerika, aku tahu karena beberapa kali dapat oleh-oleh dari mereka. Tentu bukan senjata, ini perlu diperjelas.
Rengganis bukan anak tunggal, dia anak ke-3 dari 4 bersaudara. Semuanya perempuan. Kakak pertama sudah menikah dengan tentara, kakak ke-2 juga dengan tentara, adik ke-4 kabarnya sedang pacaran dengan kakak kelasku di SMA, hanya Rengganis yang masih melajang.
Selama bertahun-tahun tinggal di Bali, aku gak pernah kenal dengan Rengganis. Ibu sempat beberapa kali menyebut namanya, bercerita tentang dia, cuman tidak pernah begitu aku dengarkan. Kemudian aku pindah ke Jogja, lulus sekolah, dan sibuk mencari pekerjaan. Di masa menganggurku, aku menjalin pertemanan dengan Rengganis.
Kata Ibu, dia ke Jogja dalam rangka menjadi dosen sebuah universitas swasta di jalan Magelang. Seingatku sih mengisi kelas hukum untuk anak-anak S1. Selama di Jogja, Rengganis tinggal di kosan yang hanya berjarak 3 rumah dari tempat tinggalku. Sengaja cari yang dekat dengan rumahku, katanya biar aman. Padahal ibuku juga tidak tinggal di Jogja, satu-satunya manusia yang tinggal di rumah ini hanya aku, dan tentunya keamanan Rengganis bukan tanggung jawabku, kan? Iya lah! Iya dong?
Rengganis ini tipe perempuan yang hobi mengobrol. Aku gak bercanda untuk pernyataan itu. Waktu pertama bertemu dia, kami mengobrol dua jam di ruang tamuku. Dia tipe orang yang asik sendiri membicarakan dirinya. Satu respon “oh ya?” bisa dibalas dengan 10 kalimat lanjutan darinya. Bukan jenis teman yang aku cari, itu pikirku kala itu. Selama mengobrol-pun, busa-busa air liur di ujung bibirnya sering menjadi fokus utamaku. Di kepalaku hanya ada pertanyaan “Kapan capeknya sih dia ngomong?”.
Rengganis memiliki letak bola mata yang tidak sejajar, ditutup kacamata tebal pula, sehingga kadang aku menolak menatap matanya dan fokus ke busa di ujung bibir. Dua-duanya salah sih, tapi aku bingung atur strategi harus melihat ke mana. Dengan kekurangan fisik tersebut, perlu aku akui kalau Rengganis memiliki kepercayaan diri di atas rata-rata. Ceria sudah pasti, perhatian jangan ditanya. Walau usiaku lebih muda 3 tahun, dia tetap memanggilku dengan “Mbak Mira”, mungkin tanda hormat, meski aku gak minta untuk dihormati segitunya juga, tapi ini tradisi di Jawa, toh orang tuaku usianya lebih tua dari orang tuanya.
Awal-awal Rengganis tinggal di Jogja, ibu memberiku tugas untuk selalu menemani dia, dari cari perabotan sampai keliling mencari cafe terenak. Aku paling malas kalau disuruh jalan dengan dia, ngobrolnya terlalu banyak, gak ada jeda waktu untuk atur nafas dan istirahat sejenak, aku capek. Tapi aku jadi tahu Rengganis ini orang seperti apa. Mahasiswanya pernah ia traktir bakso di awal perkenalannya di kelas baru. Dosen muda yang ia taksir, sebut saja Mas Bintang (nama samaran), selalu ia tawari untuk pulang bersama mobilnya, meski puluhan kali ditolak juga. Tipe orang baik yang tahu kalau dia dimanfaatkan tapi oke-oke saja karena dia merasa itu tidak merugikan dirinya, menurutku begitu.
Suatu sore di pinggir pantai Bantul, Rengganis tiba-tiba cerita “Mbak Mira, sebetulnya aku sadar aku ini gak cantik. Diantara saudara-saudaraku, kayaknya aku yang paling biasa saja. Aku cuman bisa jadi orang baik mbak, cuman itu yang bisa aku tunjukin. Tapi kayanya kurang ya? Sampai sekarang belum dapat jodoh juga. Mas Bintang bilang dia gak mau sama aku karena aku orang mampu, sementara dia hanya ada motor. Buat aku sih gak masalah, aku rela jadi orang biasa-biasa aja.”
Balasanku hanya “Belum jodoh aja, gak usah terlalu dipikirin”. Enteng benar mulut usia 23 tahun berbicara ((GAK USAH TERLALU DIPIKIRIN)). Untuk aku yang sudah berusia 28 tahun hari ini, perlu aku akui kalau tidak terlalu memikirkan hal-hal yang paling kita inginkan itu S-U-L-I-T.
Okay, kembali ke Rengganis.
Selepas dari pantai, malamnya pukul 1 dini hari, perutku melilit luar biasa. Rasa keringat dingin, pusing, mau pingsan, campur jadi satu. Aku kirim pesan ke Rengganis untuk tanya apakah dia sakit juga, berharap dibalas besok karena ini sudah jam 1 pagi, mana mungkin dia bangun. *ting* pesan masuk, aku kaget. Rengganis jawab : “Mbak Mira, aku otw rumah Mbak ya, jalan kaki. Bawa obat sekalian.”
“Gak perlu, ngerepotin ah. Aku gak papa kok” jawabku tegas, tapi juga lemas.
Beberapa lama, Rengganis tiba di depan rumah. Dia memberiku obat Norit, warnanya hitam, kapsulnya kecil, kuteguk beberapa. Dia izin untuk menemaniku tidur malam itu. Sekitar 1 jam kemudian, tiba-tiba ada rasa ingin muntah yang besar. Aku mencoba lari ke kamar mandi tapi tidak berhasil. Rengganis ikut berlari tepat di belakangku, aku berhenti dan muntah di lantai depan wastafel, kotoran menyelimuti kakiku dan kakinya. Tanpa bergeser sesenti pun untuk menghindari muntahanku, dia mengelus punggungku, pelan. Aku hanya bisa minta maaf, dan Rengganis cuman jawab “Gak apa-apa mbak, namanya juga sakit. Yang penting Mbak Mira udah lebih baik sekarang, aku lega.”
Aku jadi betulan sadar kalau Rengganis ini betulan baik, baik dari hati, bukan dibuat-buat. Sejak hari itu, kegiatan cerewet dan hobi ngobrolnya makin bisa aku tolerir. Ternyata bisa juga ya, orang yang aku anggap gak cocok jadi teman malah jadi salah satu orang paling baik yang pernah aku kenal.
Hubungan yang aneh, tapi dia salah satu orang yang gak pernah berhenti tanya kabarku lewat DM Instagram sampai detik ini. Dia juga pernah bilang “Aku selalu doain Mba Mira hal-hal baik”. Oh, manisnya sebuah pertemanan.
Kadang kalau aku lagi terhindar dari suatu bencana, selain doa ibu, aku percaya mungkin ada doa orang baik seperti Rengganis di belakangnya.
Hari ini Rengganis sudah punya keluarga kecil. Dia menikah dengan pemuda dari Jawa Tengah, dikenalkan orang tuanya. Anaknya satu, perempuan. Rengganis sudah lolos menjadi seorang notaris, suaminya dihadiahkan franchise Fried Chicken gerobak dari orang tua Rengganis, biar ada usaha.
Terakhir bertemu, Rengganis bilang “Suamiku biasa-biasa aja mbak, tapi sayang banget sama aku. Mbak Mira kapan?”
Aku balas : “Kapan-kapan mba, aku sih gak terlalu mikirin”
Aku bohong.
Sepanjang jalan pulang, aku jadi punya pikiran yang sama dengan Rengganis di pinggir pantai saat itu :“Apa aku kurang baik?”
0 notes
punya-debusemesta · 4 months ago
Text
Review Film Detachment (2011): Melawan Absurditas Kehidupan
Tumblr media
Film Detachment karya Tony Kaye adalah sebuah karya sinematik yang menggambarkan absurditas kehidupan melalui lensa seorang guru sementara bernama Henry Barthes (Adrien Brody). Dengan latar sebuah sekolah menengah Amerika, film ini bukan hanya menyuguhkan kisah perjuangan seorang guru menjinakkan murid-murid bengal, tetapi juga menggali lebih dalam ke dalam konflik batin, realitas yang kejam, dan pertanyaan besar tentang makna kehidupan.
Narasi Absurditas dan Kehidupan
Detachment mengajak penonton untuk menyaksikan bagaimana setiap karakter terjebak dalam masalah mereka masing-masing, tanpa ada satu konflik yang benar-benar dominan. Denting piano datar yang mengiringi sepanjang film memberikan kesan bahwa konflik adalah sesuatu yang biasa dan tak terelakkan dalam kehidupan. Henry, sang protagonis, digambarkan sebagai sosok yang terpisah secara emosional dari dunia di sekitarnya, mencerminkan filosofi absurditas Albert Camus. Dia menjalani hidup tanpa harapan, bertindak hanya demi tindakan itu sendiri, tanpa terjebak dalam ekspektasi.
Namun, sikap ini tidak hanya memengaruhi Henry. Dua karakter perempuan, Meredith dan Erica, juga memainkan peran penting dalam menggambarkan respons manusia terhadap absurditas. Meredith memilih "bunuh diri filosofis," keluar dari kehidupan yang ia anggap tidak bermakna. Sebaliknya, Erica, seorang gadis remaja yang menemukan tempat tinggal sementara bersama Henry, memilih untuk terus menjalani hidup meskipun penuh kesulitan.
Kelebihan Film
1. Penyajian Konflik yang Setara: Film ini tidak memberi prioritas pada satu konflik tertentu. Semua masalah disuguhkan secara setara, memberikan kesan bahwa kehidupan setiap orang penuh dengan tantangan yang setara beratnya.
2. Musik Pengiring yang Mendukung: Denting piano datar yang konstan membantu menciptakan suasana muram yang konsisten, menegaskan absurditas kehidupan.
3. Penampilan Adrien Brody: Akting Brody sebagai Henry begitu mendalam, menggambarkan sosok yang hancur di dalam tetapi tetap mencoba menjalani hidupnya.
Kekurangan Film
1. Minimnya Sisi Positif pada Karakter: Hampir semua karakter dalam film ini terlihat seperti tidak memiliki sisi baik. Hal ini membuat narasi terasa terlalu pesimistis dan kehilangan keseimbangan yang realistis, mengingat manusia memiliki sisi baik dan buruk.
2. Kurangnya Pemberontakan Henry: Jika Henry benar-benar menjadi representasi dari filsafat Camus, seharusnya film ini lebih menonjolkan pemberontakan Henry terhadap absurditas di epilog, bukan hanya menggambarkan hidupnya yang muram dan pasrah. Ini membuat film cenderung nihilistik.
3. Potensi Salah Tafsir: Kematian Meredith yang digambarkan sebagai "bunuh diri filosofis" mungkin memberikan gambaran yang kurang jelas tentang pemberontakan terhadap absurditas. Jika tidak ditangkap dengan benar, film ini bisa mendorong penonton untuk menyerah, alih-alih memberontak terhadap ketidakpastian hidup.
Refleksi Filosofis
Film ini menggambarkan absurditas seperti yang dijelaskan oleh Camus dalam Mite Sisifus: perbedaan antara nalar manusia yang menginginkan kepastian dan realitas yang penuh ketidakpastian. Namun, pendekatan Detachment terhadap absurditas tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran Camus tentang pemberontakan. Alih-alih melawan absurditas dengan kesadaran dan solidaritas, film ini lebih menonjolkan kemuraman dan penyerahan. Hal ini bertentangan dengan pandangan bahwa harapan adalah sumber kekuatan, bukan sekadar sumber kekecewaan. Dari perspektif spiritual, film ini juga kurang menggambarkan nilai sabar dan syukur yang bisa menjadi respons terhadap absurditas.
Kesimpulan
Detachment adalah film yang berani mengangkat tema berat tentang absurditas kehidupan. Meski sukses menciptakan suasana yang menggambarkan kompleksitas hidup, film ini kurang memberikan resolusi yang kuat. Pesannya cenderung nihilistik dan bisa disalahartikan oleh penonton. Sebagai refleksi, film ini cocok bagi mereka yang mencari pemahaman filosofis tentang absurditas, tetapi kurang ideal jika diharapkan sebagai panduan menghadapi hidup.
Rekomendasi: Tonton film ini dengan kesadaran kritis dan refleksi mendalam, sambil tetap berpegang pada prinsip harapan, kesabaran, dan syukur untuk menjalani hidup yang penuh makna.
0 notes
yesungsh27 · 4 months ago
Text
"Bagaimana Pendidikan Formal Mulai Mengadopsi Program eSports"
Tumblr media
Dunia pendidikan formal kian dinamis, terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Salah satu inovasi menarik adalah pengadopsian program eSports ke dalam kurikulum sekolah dan universitas. Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi respons terhadap perkembangan industri gaming dan eSports yang telah menjadi bagian integral dari budaya populer dan peluang karier modern. Berikut adalah gambaran bagaimana pendidikan formal mengintegrasikan eSports, alasan di baliknya, dan manfaat yang ditawarkan.
1. Mengapa eSports Masuk ke Dunia Pendidikan?
Beberapa alasan utama mendorong institusi pendidikan mengadopsi program eSports:
Industri yang Berkembang Pesat eSports kini bernilai miliaran dolar, dengan pertumbuhan pesat di seluruh dunia. Banyak universitas melihat peluang untuk mempersiapkan siswa menghadapi karier di industri ini, mulai dari pemain profesional, komentator, analis, hingga manajer tim.
Kemampuan Soft Skill yang Diperoleh eSports mengajarkan keterampilan penting seperti kerja tim, komunikasi, manajemen waktu, dan kemampuan problem-solving, yang semuanya relevan di dunia kerja.
Meningkatkan Keterlibatan Siswa Program eSports menarik siswa yang mungkin kurang tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler tradisional, sehingga meningkatkan partisipasi mereka dalam lingkungan sekolah atau kampus.
2. Bagaimana eSports Diintegrasikan?
Institusi pendidikan mengembangkan program eSports dalam beberapa bentuk:
Tim eSports Sekolah Sekolah menengah atas dan universitas membentuk tim eSports yang bersaing dalam turnamen lokal, nasional, atau internasional.
Kurikulum Berbasis eSports Beberapa sekolah dan universitas menawarkan mata pelajaran atau program studi yang fokus pada berbagai aspek eSports, termasuk manajemen tim, pemasaran, desain game, dan analisis data.
Fasilitas dan Infrastruktur Untuk mendukung program ini, sekolah dan universitas membangun arena eSports, ruang latihan, dan laboratorium teknologi canggih yang menunjang kegiatan siswa.
3. Contoh Program eSports di Berbagai Institusi
Amerika Serikat National Association of Collegiate Esports (NACE) menjadi pelopor dalam mendukung tim eSports di universitas. Beberapa institusi bahkan memberikan beasiswa bagi pemain berbakat.
Eropa Universitas di negara seperti Inggris dan Jerman mulai menawarkan gelar sarjana dalam bidang eSports, mencakup topik seperti bisnis, produksi media, dan strategi kompetitif.
Asia Korea Selatan, sebagai pusat eSports global, telah lama memasukkan eSports dalam pendidikan formal. Program ini sering difokuskan pada pengembangan atlet profesional dan teknologi gaming.
4. Manfaat Program eSports dalam Pendidikan
Membangun Keterampilan Teknologi Siswa mempelajari teknologi terkini, yang relevan untuk berbagai karier di era digital.
Kesempatan Karier Baru eSports membuka pintu untuk karier di berbagai bidang, termasuk pengembangan game, produksi media, dan pemasaran digital.
Mendorong Keseimbangan Hidup Melalui pelatihan dan bimbingan, siswa juga diajarkan pentingnya manajemen waktu, menjaga kesehatan fisik, dan keseimbangan antara gaming dan pendidikan.
5. Tantangan dalam Mengadopsi Program eSports
Meskipun manfaatnya besar, pengadopsian program eSports juga menghadapi tantangan:
Stigma terhadap Gaming Masih ada persepsi negatif bahwa gaming hanya membuang waktu, sehingga perlu edukasi lebih lanjut untuk mengubah pandangan ini.
Biaya Tinggi Pengadaan fasilitas dan peralatan gaming memerlukan investasi yang signifikan.
Keseimbangan Akademis Mengintegrasikan eSports tanpa mengorbankan prioritas akademis siswa adalah tantangan lain yang harus diatasi.
Kesimpulan
Pengadopsian program eSports dalam pendidikan formal adalah langkah revolusioner yang mencerminkan kemajuan zaman. Dengan pendekatan yang tepat, program ini tidak hanya memberikan siswa peluang karier yang relevan tetapi juga membentuk generasi yang lebih kompeten dalam keterampilan teknologi, komunikasi, dan kepemimpinan. Melalui eSports, institusi pendidikan membuktikan bahwa belajar bisa dilakukan di arena baru yang menarik, seru, dan penuh potensi.
0 notes
aleandraine · 4 months ago
Text
Background Story:
Aleandra kecil sangat menyukai mobil dan menonton balapan di televisi. Itu semua karena kakak lelakinya yang selalu mengajaknya bermain mobil-mobilan. Hal ini pun membuat Aleandra kecil bermimpi untuk menjadi seorang pembalap. Ia memohon kepada ayahnya agar diperbolehkan bermain kart. Tetapi lambat laun, Aleandra merasa hal ini semakin sulit dan tidak menyenangkan lagi.
Ia pun mulai mencari hobi baru. Bernyanyi. Menurutnya bernyanyi itu sangat menyenangkan, apalagi setelah mengetahui beberapa genre musik, ia tertarik pada rap. Ia pun mulai belajar secara otodidak melalui internet.
Ketika lulus sekolah, ia melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat di universitas ternama di negeri Paman Sam itu. Selama berkuliah, ia juga mencari kesibukan lain seperti bekerja paruh waktu dan bergabung dengan suatu grup. Grup yang di mana anggotanya memiliki ketertarikan yang sama, yaitu rap.
Selain itu, ia juga aktif di sosial media sebagai influencer. Tak hanya itu, ia juga sering membagikan ceritanya sebagai orang Indonesia yang belajar di Amerika.
0 notes
baladalayanganputus · 5 months ago
Text
Guru
Paulo Freire melihat guru begitu politisnya. Guru yang dianggap sebagai ‘bank’ pengetahuan baginya tak pantas disebut guru. Guru bertugas mengantar murid-muridnya  berpikir kritis terhadap latar yang membentuk pengetahuan. Pengetahuan bukan dogma. Pengetahuan dibentuk latar budaya dan politik yang perlu disingkap dalam setiap ruang kelas.
Maka, di Hari Guru ini, aku teringat beberapa guruku. Tentu banyak mereka yang berjasa menuntunku berpikir di luar pendidikan resmi. Tapi karena tulisan ini dibuka dengan ide Freire dalam bukunya “Pendidikan Kaum Tertindas” yang sedikit banyak bicara sosok guru di ruang kelas sekolah formal, mari mengingat-ingat mereka yang berada di ruang kelas dan kuanggap berjasa untuk menjadikanku “tak tertindas”.
Tak banyak memoriku dalam rentang taman kanak-kanak hingga SD kelas empat. Di kelas limalah pertama kali bertemu Ibu I yang mau menanggapi pertanyaanku tentang Gus Dur yang “memaafkan” Partai Komunis Indonesia. Di masa yang sama ada pula Ibu S yang dianggap banyak orang menjadikanku “anak emas”. Pun dia adalah kepala sekolah dan memilihku untuk ikut sebuah kuis cerdas cermat di televisi. Pertama dan terakhir kalinya wajahku nampang di layar kaca. 
Di sekolah dasar juga ada Pak S. Seorang muslim yang ingatku cukup taat namun mengajar di sekolah Katolik. Dia mengajar olahraga. Dia juga mengajar bahasa Sunda dan meminta kami satu per satu menyanyikan sebuah pupuh sebagai ujian. Di situlah pertama kalinya pula aku melihat seorang yang begitu lembutnya bisa sangat menyeramkan ketika marah. Lalu ada Ibu S, sosok yang berbeda dengan Ibu S di paragraf sebelumnya, yang juga cukup berkesan karena kebaikan hatinya dan mengingatkanku untuk beribadah sebagai muslim walau berada di sekolah Katolik. Dia juga seorang muslimah.
Masa SMP. Tentu Ibu N. Guru bahasa Inggris dan mungkin bisa jadi guru terbaik yang pernah mengajarku. Kemampuan bahasa Inggrisku yang lumayan aku klaim paling besar karena pengaruhnya. Dia begitu kesalnya dengan orang yang lambat berpikir. ‘Kata-kata mutiara’ (baca: makian) bisa begitu derasnya keluar dari mulutnya yang mungkin sekarang akan mengancam karirnya sendiri. Dan soal sedikit nakal asal pintar berasal darinya. Boleh setuju atau tidak namun aku ingat dia tidak pernah memakiku kalau nakal. Tampaknya murni karena nilai pelajaran bahasa Inggrisku selalu bagus alih-alih yang terbaik di kelasnya.
Ada pula Pak P, guru biologi. Tentu bukan soal pelajarannya yang membekas. Di sekolahku yang berbasis Katolik, September – Oktober berarti adalah Bulan Rosario. Sebulan penuh para guru bergantian memberikan refleksi dan memimpin Doa Angelus di tengah hari, pukul dua belas. Dan teringat pada 12 September 2001, sehari setelah menara kembar World Trade Center ditabrak pesawat, Pak P malah ‘berpidato’ tentang kedigdayaan Amerika yang tak berbekas sehari sebelumnya. Pintu masuk untuk berkhidmat tentang sikap rendah hati dan tak jumawa.
Pak K juga cukup membekas. Menjadikan fisika jadi pelajaran lain selain matematika yang aku suka di rumpun ilmu pasti. Nilai biologiku begitu buruknya sejak SMP. Kimia pas-pasan ketika SMA. Tapi fisika dan matematika lumayan karena kuanggap tak perlu banyak menghapal. Vespa tuanya yang terbatuk-batuk ketika dinyalakan masih terngiang. Seorang yang gagal menjadi pastor dan memilih hidup selibat sambil mengajar fisika hingga tua.
Ada juga Pak A, masih dari jaman SMP. Pak A mengajar sejarah dan ekonomi. Di kelas satu dia mengajar ekonomi. Di kelas dua mengajar sejarah. Kelas tiga mengajar ekonomi kembali. Yang paling membekas adalah ketika membahas soal gestapu. Dan pandangannya sama seperti James Luhulima yang belakangan bukunya kubaca ketika SMA: Soeharto dalang gestapu. Entah apakah dia akan kecewa kepadaku ketika sekarang aku katakana padanya, aku menganggap Soeharto sebagai presiden terbaik Indonesia. Lalu menjelang pemilu 2004, dia memintaku maju ke kelas untuk berpidato apabila aku jadi calon presiden. Tentu aku dengan senang hati melakukannya saat itu.
Dua tahun SD dan tiga tahun SMP dihabiskan di sekolah-sekolah Katolik. Secara subjektif hingga sekarang aku merasa pendidikan gaya Katolik adalah yang paling tepat untuk orang Indonesia. Maka ketika SMA, sekolah negeri, tak begitu banyak memoriku tentang para guru. Mungkin guru agama Islam, Ibu E, yang selalu punya ‘deposito’ dalil untuk dikeluarkan pada murid bandel. Selebihnya tak begitu berkesan karena di SMA mulai banyak membaca dan ‘guru-guruku’ adalah Goenawan Mohamad, Dan Brown, John Grisham, Emha dan sebagainya.
Selamat Hari Guru. 
0 notes
miftah21 · 5 months ago
Text
Cara belajar Efektif
Belajar di sekolah itu sangat penting tapi kadang kita bingung kalau di suruh jelasin ulang pelajaran apa tadi di sekolah, gak heran kita ketemui belajar pas ujian aja, habis ujian malah lupa apa yang kita pelajarin setelah ujian. Belajar hapalkan lupakan. Tiga slogan itu di zaman sekarang sudah hal yang biasa bahkan ini termasuk negatif dan dan tidak efiensi.
“Suatu kondisi ketika kita merasa sudah menguasai suatu hal yang sebenarnya belum kamu kuasai.”
Jadi sesuatu yang masuk ke otak kita itu ada tahapannya:
1. Sensory memory (ingatan jangka pendek)
2. Working memori (saring)
3. Long tern memory ( ingatan jangka panjang)
Kalau kita liat 3 tahapan di atas apakah kita sudah menerapkannya di dalam otak kita?
Contoh:
Kita mudah banget ingat ghosip tentang artis dibandingkan mengingat pelajaran karena sesuatu yang kita dapat itu kita latih tiap hari, karena kita cari di medsos bahkan kita obrolin sama teman bahkan kita buat status di medsos. Kalau di bandingin dengan pelajaran aljabar, giometri, teknik ekonomi cuman kita diskusiin sebelum ulangan aja kan, ya pasti beda hasilnya.
Cara melakukannya
1. Mengulang apa yang kita pelajari
2. Ngajarin materi yang kita pelajarin
Teknik active recall (mengulang apa yang kita dapat)
Menghapal adalah salah satu skill yang penting dalam belajar. Skill ini sebenarnya paling kecil karena yang paling besar itu menguasai konsep. Dan ada hal2 di dunia ini yang perlu kita hapalin, rumus atau persamaan, tapi sayangnya metode hapalan ini di pake untuk semua pelajaran bahkan di suruh sama gurunya. Coba deh kamu hapalin sesuatu materi truss berapa persen kamu dapat memahami suatu materi tersebut. Well pasti dikit. Pasti dalam ujian kita belajar hapalkan lupakan setelah ujian. Bahkan ni kita habis kuliah kita udah wisuda bisa aja kita lupa apa yg kita hapalkan selama kuliah.
Kenapa kita bisa lupa apa yang kita pelajari?
1. Coba kita coba evaluasi, gimana sih cara belajar kita pada saat itu?
Kita kalau mau ulangan, pasti kita baca hapalin dan setelah ujian pasti udah lupa lagi apa yang kita hapalin. Ada seorang psikolog berkata “ secara rata-rata, kita akan melupakan 50% dari informasi yang kita pelajari hanya dalam waktu 1 jam saja dan 24 jam, kita akan lupa sekitar 70%.
Nah, dengan gitu kita perlu memaskitan apa yang kita dapat itu tersimpan secara aktif, bukan kita bilang ke otak kita “ mohon kerja samanya ya apa yg di pelajari sekarang di ingat trus” bukan gitu tapi gimana kita menyimpan suatu informasi secara aktif?,
Ex: kita mempelajari tentang gimana cara ekspor kopi?, nah disini kita bakalan belajar bahkan menghapal cara-caranya kan, disini kita harus lebih aktif, dengan kata lain kita harus banyak mencari dan mempertayakan/ mengulang dalam proses cara ekspor tersebut, dengan melakukan itu, otak kita faham bahwa ini informasi penting dan bakalan dimasukin ke memori jangka panjang. Disini la fungsi aktive recall karena mengulang dan mengingat kembali yang kita terima. Emang perlu banyak usaha dan tenaga, tapi hasilnya sepadan apa yang masuk ke otak kita.
Teknik feynmen
Teknik ini diciptakan oleh ilmuan feymen beliau ahli fisika terkenal berasal dari amerika.
Cara belajar menurut dia:
1. Mencoba untuk mengajarkan sesuatu yang kita dapat kepada orang lain. Dengan kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, kita bakalan membuat diri kita lebih faham terdahulu baru kita membantu orang bisa lebih faham.
2. Tentukan apa yang harus kamu fahami. Contoh bagaimana cara kita menentukan suatu harga?
3. Tulis ulang materi apa yang kamu pelajari, kalau bisa pake bahasa sendiri
4. Cek hasil penjelasan yang kamu jelasin dengan sumber aslinya
5. Revisi
6. Jelaskan cacatan materinya kepada orang lain
Banyak yg harus kita pelajari yg ga dipelajari di sekolah termasuk ini.
1 note · View note
suara-rakyat-blog · 6 months ago
Text
PROGRAM MENGHAPUSKAN ISLAM SEPENUHNYA
Sumber risikan rahsia (Rusia risikan) mendedahkan di mana Mossad telah menembusi Rancangan Israel, yang dianggap sebagai rancangan besar dan berbahaya dengan perisikan Amerika dan British, menyasarkan orang Arab dan Muslim dan bertujuan untuk menghapuskan Islam dan melenyapkan identiti Arab. Ia kini sedang dilaksanakan di semua negara Arab dengan bantuan pemerintah negara-negara Arab. Laporan rahsia itu menyatakan perkara berikut
1- Kami sedang berusaha untuk membantu pemerintah Arab memerangi Islam fundamentalis dan menggantikannya dengan Islam sekular dengan memaksakan agama Ibrahim dan menyeru kepada perpaduan agama dan kewujudan bersama secara aman antara negara. Kami akan membakar semua buku warisan Islam, menerima pakai buku baru, mentafsir semula teks Islam dengan cara yang konsisten dengan sekularisme dan agama Ibrahim, dan melatih pendakwah sekular. Untuk misi ini, terdapat projek besar yang akan muncul tidak lama lagi.
2- Kami akan membatalkan semua mata pelajaran Islam, menghalang pengajaran al-Quran dan bahasa Arab di sekolah dan universiti kerajaan, menutup semua institut dan universiti Islam, menghalang azan melalui pembesar suara, bekerja mengurangkan masjid dengan merobohkan dan menutup, dan menghalang diadakan bulatan, pelajaran, dan kuliah di dalamnya. Kami akan mengenakan pendakwah sekular ke atas mereka semua dan menyediakan untuk mereka khutbah yang kami kehendaki, seperti yang akan kami kenakan. Mengamalkan bahasa Ibrani dan Inggeris sebagai bahasa sains hari ini, seperti yang kita lakukan di Maghreb.
3- Kami akan memburu semua syeikh dan pendakwah Islam di seluruh dunia, membunuh mereka, mencairkan mereka, memenjarakan mereka, menangkap mereka, meletakkan mereka di bawah tahanan rumah, menghalang mereka daripada bercakap dan bercakap, dan memaksa mereka untuk menyokong dasar raja-raja. Sesiapa yang menentang ini akan dikejar dan dianiaya atas nama memerangi keganasan, keganasan, dan ekstremisme.
4- Kami akan menghapuskan semua manifestasi Islam di dunia Arab, termasuk kalendar, cuti, percutian, dan hari kelepasan rasmi, menghapuskan identiti Arab-Islam, mengenakan undang-undang sekular, menghalang hijab, menyebarkan pornografi dan ateisme, menyokong homoseksual, dan membongkar masyarakat, keluarga, dan kabilah Arab sehingga peratusan rasuah dan ateisme di kalangan mereka mencapai 90%.
5- Kami akan merobohkan puluhan ribu masjid di dunia Arab dengan alasan pemodenan, pembangunan, memerangi rambang, dan membina bandar-bandar kediaman yang maju, seperti yang telah kami lakukan di banyak negara Arab dan Islam, dan kami akan membina 100,000 gereja dan kuil di negara Arab dan Islam, bermula dengan lapangan terbang, syarikat, universiti, dan tempat awam.
6- Kami sedang bekerjasama dengan pemerintah Arab untuk memindahkan orang Islam dari tanah mereka dan menubuhkan 20 bandar kediaman percuma di semua negara Arab. Kami akan membina beribu-ribu kuil, gereja, bar, disko, kelab malam dan pantai bogel. Mereka akan didiami oleh lebih daripada 100 juta bangsa dan agama yang berbeza. Kami sebenarnya telah berjaya dalam semua: Dubai, Sinai dan NEOM.
7- Kami sedang mengubah komposisi demografi Teluk Arab dan Semenanjung Arab, dan setakat ini kami telah dapat memperkenalkan 15 juta pekerja bukan Arab dan Islam, termasuk 7 juta di UAE, membentuk 70% daripada jumlah keseluruhan. penduduk. Kami akan berusaha dalam beberapa dekad akan datang untuk memperkenalkan 100 juta pekerja ke Semenanjung Arab. Daripada pelbagai bangsa dan agama, 50 juta daripada mereka akan memasuki Arab Saudi.
8- Kami akan berusaha untuk membawa 5 juta orang Yahudi ke Semenanjung Arab, menetap di sana, memberi mereka kewarganegaraan, pemastautin tetap, dan keistimewaan istimewa. Kami akan membina untuk mereka kawasan kejiranan dan bandar kelas atas yang dilengkapi dengan perkhidmatan keselamatan terkini. Kami akan membina beribu-ribu rumah ibadat, sekolah, dan universiti di dalamnya, dan mereka akan diambil bekerja dalam jawatan kepimpinan tertinggi sehingga kami mengawal institusi ketenteraan dan awam dan merampas kawalan negara. Penghakiman.
9- Selepas sepuluh tahun sahaja, kami akan menggulingkan sistem pemerintahan di negara-negara Teluk Arab dan melakukan rampasan kuasa tentera terhadap keluarga pemerintah di sana, selepas kami dapat mengubah komposisi demografi sebanyak 80% untuk bukan Arab dan Islam dan jadikan peratusan orang Arab dan Muslim di dalamnya kurang daripada 20%, dan selepas dua puluh tahun kita akan menguasai Yaman dan Arab Saudi dan kita memerintah Semenanjung Arab.
10- Negara Besar Israel akan diisytiharkan dari Teluk ke lautan dalam tempoh kurang daripada 30 tahun, khususnya pada tahun 2048 Masihi, pada 100 tahun penubuhan Negara Israel. Dengan itu, impian orang Yahudi akan tercapai dan kita akan menguasai dunia Arab, mengawal kekayaan, pulau, selat dan laluannya, dan membina lebih daripada 100 pangkalan tentera di sana.
Laporan ini datang daripada sumber risikan yang boleh dipercayai dan dikumpul serta disimpulkan daripada beberapa laporan yang panjang lebar untuk memudahkan pembacaan dan disebarkan kepada semua umat Islam.
Jadi mereka harus berhati-hati dan bergerak cepat untuk menghentikan rancangan berbahaya ini, kerana apa yang kita lihat hari ini di Gaza tidak lain hanyalah pelaksanaan sebenar rancangan ini, dan kami menyeru setiap Muslim untuk menyebarkannya seluas-luasnya, membersihkan hati nurani seseorang di hadapan Tuhan. Maha Kuasa. Perkara itu sangat berbahaya dan terdapat konspirasi besar dan pengkhianatan yang tinggi. Jika Tuhan menolongmu, tiada siapa yang dapat mengalahkanmu.
Semoga Allah ﷻ Membimbing dan Melindungi kita semua…..
SEBARKAN MESEJ.. HASBUNAALLAHA WA NEMAL WAKEEL 🤲 Pelan sebenar yang dimainkan
0 notes
m1totoslot · 6 months ago
Text
Tujuh menteri berlatar militer kembali ke Akmil Magelang
Tumblr media
Mungkin bagi mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri, pulang ke Magelang seperti kembali ke asal mereka dibentuk dan ditempa menjadi prajurit terbaik
Jakarta (ANTARA) - Tujuh orang dari jajaran para menteri dan wakil menteri yang berlatar militer kembali ke Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah, Kamis, untuk mengikuti sesi pembekalan anggota Kabinet Merah Putih ala militer (Akmil).​​​
Selama empat hari, mereka akan diberi beragam materi dan kegiatan lain yang berguna untuk menempa kekompakan dan sikap persatuan, meski sebagian besar dari mereka mungkin akan tabu tentang pendidikan ala militer yang disajikan di Magelang.
Namun demikian, sebagian kecil dari mereka dipastikan tidak asing dengan model pembekalan seperti ini. Mereka yang dimaksud adalah menteri dan wakil menteri berlatar belakang sebagai TNI yang dahulu pernah mengenyam pendidikan di Magelang ketika menjadi siswa.
Mungkin bagi mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri, pulang ke Magelang seperti kembali ke asal mereka dibentuk dan ditempa menjadi prajurit terbaik.
Baca juga: Komisi I: Pembekalan kabinet jangan dilihat dari lokasinya di Akmil
Berikut mereka-mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri yang "pulang kampung" ke Magelang.
1. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin merupakan tokoh militer sekaligus orang dekat Presiden RI Prabowo Subianto yang berada di dalam Kabinet Merah Putih.
Sjafrie menempuh pendidikan taruna di Akademi Militer, Magelang, hingga lulus pada 1974. Sjafrie saat itu berhasil menyabet penghargaan lulusan terbaik Adhi Makayasa.
Selepas pendidikan, Sjafrie bersama Prabowo masuk ke Korps Baret Merah Komando Pasukan Sandi Yudha — yang saat ini dikenal sebagai Kopassus.
2. Menteri Luar Negeri Sugiono.
Sugiono merupakan salah satu menteri yang pernah berada di korps yang sama dengan Prabowo yakni Kopassus.
Pria kelahiran Aceh, 11 Februari 1979 ini merupakan alumnus SMA Taruna Nusantara yang lulus pada tahun 1997, satu angkatan dengan Agus Harimurti Yudhoyono.
Begitu menyelesaikan pendidikan di sana, ia melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi militer di Amerika Serikat melalui beasiswa yang dicanangkan oleh Prabowo yang kala itu berpangkat Mayor dan menjabat Danjen Kopassus.
Karir militernya tidak terlalu lama lantaran dia memilih keluar dari TNI untuk ikut bersama Prabowo membangun Partai Gerindra.
3. Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono.
Agus Hari Murti Yudhoyono atau yang akrab di sapa AHY juga jadi salah satu menteri yang pernah mengenyam pendidikan di Magelang.
Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus putra sulung Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini mengenyam pendidikan di Magelang dan lulus sebagai lulusan terbaik peraih pedang Tri Saksi Wiratama dan mendali Adhi Makayasa pada 2000.
Di usia yang masih tergolong muda, AHY menanggalkan karir militernya dan memilih untuk terjun ke dunia politik. Salah satu langkah politik pertama yang dilakukan AHY yakni menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017.
Setelah gagal menjadi gubernur, AHY tetap melanjutkan karir politiknya hingga dia menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
4. Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanagara.
Iftitah Sulaiman Suryanagara merupakan mantan petinggi militer yang telah mengabdikan dirinya untuk TNI AD selama 20 tahun.
Iftitah pernah mengenyam pendidikan di Magelang dan meraih gelar Adhi Makayasa ketika lulus pada 1999. Dirinya juga dikenal sebagai ahli di bidang Kavaleri ketika masih aktif sebagai pejabat TNI AD.
Adapun pangkat terakhir yang diterima sebelum pensiun yakni Letnan Kolonel. Usai pensiun, dia langsung terjun ke dunia politik bersama Partai Demokrat.
5. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Lodewijk Freidrich Paulus
Lodewijk merupakan salah satu tokoh jebolan Kopassus TNI AD yang masuk dalam lingkaran Kabinet Merah Putih.
Lodewijk diketahui mengenyam pendidikan Akmil di Magelang dan lulus pada 1981.
Selama bertugas di Kopassus TNI AD, dia sempat menjadi Komandan Detasemen Khusus 81 (penanggulangan teror) atau Sat-81/Gultor Kopassus pada tahun 2001. Satuan elit itu dibentuk oleh Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto pada tahun 1981.
Adapun karier tertinggi Lodewijk di militer salah satunya sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ke-24 yang menjabat pada tahun 2009 hingga 2011.
6. Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional Ossy Dermawan
Ossy merupakan jebolan akademi militer di Magelang sekaligus program beasiswa S1 dari Norwich University, Military School of Vermont di Amerika Serikat
Beasiswa tersebut merupakan program pendidikan yang dibentuk oleh Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus.
Karirnya begitu cemerlang di militer TNI AD hingga akhirnya dia pensiun dan terjun ke dunia politik dengan Partai Demokrat.
7 Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya
Mayor Teddy Indra Wijaya merupakan nama yang cukup akrab di telinga masyarakat lantaran kerap tampil mendampingi Prabowo Subianto semasa menjadi Menteri Pertahanan dan selama kampanye Pilpres 2024.
Kariernya dimulai pada tahun 2011 setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah, sebagai Komandan Peleton 3,2,1 di Kopassus sebelum ditunjuk menjadi Ajudan Kepala Staf Umum TNI dan beberapa jabatan militer lain, termasuk Asisten Ajudan Presiden Joko Widodo dan Ajudan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Tidak hanya lulusan Akademi Militer, Mayor Teddy juga meraih gelar S1 Program Studi Hubungan Internasional dari Universitas Jenderal Achmad Yani pada tahun 2012, kemudian gelar S2 Kajian Terorisme dari Universitas Indonesia di tahun 2021.
Selain pendidikan formal, dirinya juga sempat mengikuti berbagai kursus militer spesialis di Kopassus bahkan sekolah intelijen di Australia tahun 2015.
Selanjutnya, ia pernah mengikuti berbagai sekolah spesialis di Amerika Serikat seperti US Army Infantry School, Airbone School, Air Assault School, dan terutama Ranger School pada tahun 2020.
0 notes