#sekolah ke amerika
Explore tagged Tumblr posts
kaktus-tajam ¡ 11 months ago
Text
Berguru
Pernah gak kalian mendengar suatu nasihat, yang sebenarnya sudah pernah didengar, tapi tetap menohok seakan baru pertama kali mendengar nasihat tersebut?
Haha iya itu aku, dalam percakapanku hari ini dengan seorang kakak pembimbingku di SPI:
“Kak, aku mau berangkat S2 ke Amerika, nanti minta rekomendasi buku-buku untuk dibaca ya.”
“Wah jangan baca buku saja, gak semua bisa dipahami lewat buku. Dan lagipula yang utama kan bukan itu.”
“Oh iya ya kak..”
“Iya yang utama tetap berguru.”
Nasihat Kak Rani membuatku merenung. Dulu sekali guru kami Ustadz Akmal Sjafril, pernah menulis di akunnya @malakmalakmal:
"Ilmu semestinya didatangi, bukan 'disuruh datang'. Tanpa bermaksud menafikan pola pendidikan di sekolah, namun sangatlah pantas kiranya jika kita menghidupkan kembali tradisi keilmuan Islam yang begitu mulia.
Kita bisa mendapatkan ilmu dari tulisan-tulisan seorang ulama tentang pentingnya shalat, misalnya. Tulisan tersebut bisa saja berhasil memaparkan sekian banyak dalil tentang pentingnya shalat dan cara pelaksanaannya.
Akan tetapi, jika Anda ingin melihat bagaimana seorang 'alim menangis dalam shalat, tentu Anda harus hadir dan melihatnya sendiri, berbaris dalam shaf bersamanya. Anda bisa saja melihat rekamannya di video, namun kesannya akan berbeda, sebab yang menonton video tidak turut merasakan apa yang dirasakan oleh yang sedang shalat.
Jika Anda di barisan yang sama, merasakan bagaimana ayat-ayat Al-Qur'an berbicara dan membongkar kegelisahan dalam jiwa, maka mungkin Anda akan turut menangis. Jika Anda berkesempatan untuk ngobrol berdua dengan sang ahli shalat, maka mungkin Anda akan tahu mengapa ia menangis."
Kata ibu:
Iya dulu ibu halaqah di rumah ustadzah. Idealnya seperti itu. Karena ibu bisa saja dapat materi tentang menjadi ibu yang baik atau materi bagaimana taat dengan suami atau materi adab yang lain.. Tapi tentu materi itu akan jauh lebih dahsyat ketika ibu menyaksikan sendiri bagaimana ustadzah menyambut anak-anaknya ketika pulang sekolah, bagaimana beliau menjawab panggilan abi-nya dengan lembut kemudian pamit sejenak dan masuk ke dalam menutup tirai lalu berbincang pelan dan santun.
MasyaAllah. Kita bukanlah murid dari buku, tapi murid dari guru. Betapa pentingnya memiliki guru, karena membaca buku saja tanpa guru maka pemahaman kita (aku, yang masih bodoh ini) dapat keliru. Karena membaca buku saja, tanpa guru maka pemahaman kita akan terkotakkan. Juga tidak dapat bertanya. Juga mudah menyimpulkan seenaknya.
Semoga Allah mampukan. Semoga Allah ridhai perjalanan rihlah ilmiah. Semoga Allah pertemukan dengan guru, para ulama yang menjadi wasilah ilmu dan petunjuk itu.
Selamat berjuang memperbaiki adab.
-h.a.
Semoga Allah jaga guru-guru kami.
69 notes ¡ View notes
beningtirta ¡ 1 year ago
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraĂŤL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraĂŤL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraĂŤL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraĂŤL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
92 notes ¡ View notes
mayweblue ¡ 2 years ago
Text
Tumblr media
aku rasa, tabunya pembahasan seks pada perempuan itu dampak dari asumsi kalau perempuan nggak bisa menikmati seks.
jaman sekolah, kalau ada anak cewek yang nyambung diajakin ngobrol soal selangkangan, pasti dia akan jadi korban slut-shaming. entah langsung atau nggak langsung. seolah kalau kita paham bagaimana cara organ intim kita sendiri bekerja artinya kita sudah pernah bersenggama seenggaknya bersama tiga laki-laki. menurutku, itu sebuah stereotip amburadul yang harusnya dibuang di tempat sampah.
aku pernah diajak bicara soal aborsi, jaman SMA dulu, sama seorang anak laki-laki. aku jawab pengetahuan yang aku baca di internet dan pengalamanku ikut PMR. kalian tahu gimana reaksi dia mendengar jawaban-jawabanku?
"kamu pasti udah nggak perawan, ya?"
bayangkan betapa nggak nyambungnya kalimat itu setelah aku baru saja menjelaskan gerakan pro-choice di amerika sana. aku cuma bisa menanggapi sambil bengong sebelum memutuskan buat menggebuk bagian belakang kepalanya lalu pergi. malas berdiskusi lagi.
aku bukannya marah karena dia mengira aku udah nggak perawan. persetan sama isi celanaku, nggak peduli mereka bepikir apa soal yang ada di sana. yang aku nggak menyangka adalah, betapa dia dengan mudahnya berasumsi kalau aku harus sudah mengalami sendiri supaya mengerti. dan aku selamanya nggak akan lupa sama reaksi meledek dia ketika menuduh aku nggak perawan itu. kalau nggak ingat ibuku bisa nangis kalau aku dikeluarkan, aku yakin dia sudah aku ludahi.
kemudian, aku menyadari kalau nggak hanya aku saja yang mengalami ini. aku mungkin masih bisa bersikap wajar karena aku tahu penilaianku sendiri atas tubuhku, di mana saat itu aku sudah punya cukup pemahaman tentang konstruksi sosial akan tubuh perempuan dan aku memilih nggak menyepakatinya. tapi, aku nggak yakin teman-teman perempuanku bisa memiliki pemahaman yang sama soal diri mereka sendiri.
tiap kali perempuan bicara terbuka soal tubuh ataupun hasrat seksual mereka, mereka akan selalu dapat reaksi-reaksi template. ungkapan-ungkapan yang maknanya merendahkan, kata-kata yang meledek mereka, dan lain-lain yang mungkin nggak pernah laki-laki dapatkan untuk seumur hidupnya. dan yang paling brengsek adalah, sebagian dari kita masih mewajarkan itu semua. seolah ruang seksualitas hanya boleh dimasuki oleh laki-laki dan kita cuma salah satu objek di dalamnya.
seksualitas seringkali cuma dipandang dari sudut pandang laki-laki. kimmel (2005) bilang kalau, pembagian peran seksual tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial akan seksualitas itu sendiri. jadi, ketika kita bicara soal seksualitas, yang dibahas bukan lagi soal naluri atau hasrat, melainkan juga ada campur tangan proses sosial, yang kemudian disepakati oleh masyarakat secara kolektif.
marching (2011) mengungkapkan kritiknya terhadap kesucian perempuan di mana perempuan dituntut ideal dengan mempertahankan kesuciannya dan tidak menunjukkan hasrat seksualnya. hal inilah yang lantas menyudutkan tubuh perempuan, merepresi ekspresi perempuan soal seksualitas, dan pada akhirnya membuat kita perempuan nggak punya keberanian untuk menyuarakannya.
aku tadinya mau menjelaskan pengaruh ibuisme orde baru sama ini semua tapi aku nggak mau tulisan ini malah berubah jadi analisis akademis. jadi, biar kita diskusi santai aja sambil minum teh, dengan membicarakan ketidakadilan masyarakat dalam memandang tubuh perempuan, bahkan pasca rezim berganti.
pemahaman konyol soal perempuan harus memendam hasrat seksual mereka ini mengular ke banyak sekali aspek yang pada akhirnya merugikan perempuan sendiri. penilaian baik atau tidaknya perempuan yang hanya dilihat dari presensi keutuhan selaput dara, membuat perempuan turut serta memandang rendah tubuhnya. belum lagi laki-laki yang ikutan punya pendapat kalau perempuan yang sudah berhubungan seks pra-perkawinan adalah perempuan murahan atau bekas pakai. hal ini menjadi pengetahuan kolektif yang seolah kita setujui begitu saja—yang mana ini nggak adil.
salah satu efek yang menurutku menyakitkan adalah ketika perempuan korban kekerasan seksual tetap takut menghadapi penilaian masyarakat. dalam pengalamanku sebagai pendamping, aku pernah menemani korban kekerasan seksual di mana awalnya dia memberikan consent. tapi kemudian selanjutnya korban mengalami ancaman, tekanan, dan paksaan untuk melakukan hal-hal yang tidak dia setujui. korban takut mengaku kepada orang tuanya karena dia takut disalahkan. ketika dalam pandangan idealku, rasa takut untuk mengaku kalau kamu adalah korban semestinya sejak awal nggak pernah ada.
aku akan mengatakan kalimat yang mungkin kontroversial bagi sebagian orang: perempuan tetap bisa menikmati seks dan menjadi korban kekerasan seksual.
kemarin, waktu mendapat pertanyaan di cc yang menanyakan pendapatku tentang seks bebas, aku beberapa kali merenungi jawabanku sendiri. di platform aku menulis bebas seperti sekarang, aku sering kali menulis cerita yang menggali seksualitas, kehamilan di luar perkawinan, dan topik-topik yang mungkin enggan kamu bicarakan di dunia nyata. sekalipun aku bisa berdalih kalau apa yang aku tulis ini hanya fiksi dan pembacaku harus punya batasan mereka sendiri, aku tetap nggak bisa melepaskan beban moralku atas itu. terlebih ketika aku sangat paham kalau banyak dari pembacaku adalah perempuan.
dalam jawaban itu, sedikit banyak aku menyinggung soal konsekuensi. yang lupa aku pertegas adalah, konsekuensi itu juga menyangkut penilaian kita, perempuan, atas perubahan pada tubuh kita sendiri. sylvia plath pernah menuliskan dalam jurnalnya,
Tumblr media
"just because you're never worried about having babies!"
aku mengatakan ini karena aku yakin, cuma perempuan yang bisa memahaminya. perubahan signifikan tubuh setelah berhubungan seks, presepsi kita terhadap tubuh kita sendiri, dan sebagainya. belum lagi risiko kehamilan. aku mengerti kenapa kita takut membicarakannya bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun.
sebab entah dari mana mulanya, tubuh perempuan seolah bukan milik diri mereka sendiri.
sekali lagi, tulisan ini bukan artikel akademis. sekalipun aku mengutip beberapa pendapat, tujuan diciptakannya tulisan ini bukan untuk itu. aku hanya berharap, tulisan ini bisa sampai kepada pembacaku, bagi mereka yang sering membaca tulisan-tulisanku yang mungkin berbau seks. aku ingin aku tidak sekadar memberikan esensi hiburan saja, tapi juga memberikan sedikit soal pemikiranku, tentang bagaimana aku memandang tubuhku sebagai perempuan dan caraku melihat seksualitas.
ini bukan propaganda untuk melakukan seks di luar perkawinan. tentu saja nggak. aku ingin lewat tulisan ini, kamu tahu kalau tubuhmu adalah milikmu. sekalipun kamu takut membicarakannya, sekalipun kamu cuma bersembunyi di balik fanfic-fanfic saru ketika mengeksplornya, tubuhmu adalah milikmu. dia satu-satunya yang kamu miliki, oleh karena itu kamu harus mencintainya. bagaimanapun masyarakat memandangnya.
karena tubuhmu adalah milikmu, pula, kamu harus menjaganya dan memastikannya selalu aman, apapun keputusanmu. dengan atau tanpa selaput dara.
dan seks juga, semestinya memang bebas. kamu tidak boleh melakukannya dalam paksaan untuk situasi apapun. bagi kamu yang mengalami masalah kekerasan seksual, tolong segera cari pertolongan. kamu berharga. kamu dan tubuhmu berharga.
karena kamu adalah perempuan.
daftar pustaka:
irawati, diah. (2016). politik seksualitas dan pengabaian negara terhadap kekerasan seksual di indonesia. jurnal perempuan, vol. 21, no. 2: 70-84.
kimmel, m, s. (2005). gender of desire: essays on male sexuality. SUNY press.
marching, soe tjen. (2011). perkosaan dan harga "kesucian" perempuan. jurnal perempuan. ed. 71: 69-80.
104 notes ¡ View notes
nidzomizzuddien ¡ 10 months ago
Text
Aku Dia dan Hujan
Seberapa sering hujan membuatmu terjebak? seberapa lama hujan membuatmu menunggu? sesakit apa yang kau rasakan akibat menerobos rintiknya? lalu seberapa indah perjalananmu dengan dia karena hujan? sehangat apa tangannya dikala itu? "Hujan adalah bagian dari perasaanmu"
Ini ceritaku, sebenarnya bukan untuk kukabarkan kepada khalayak, namun ingin ku katakan bahwa kita adalah pemeran sekaligus sutradara dari drama kita masing-masing. Sehingga momentnya layak untuk di design sedemikian rupa. karena ia adalah karya otentik diri kita.
Kali ini, tepat disiang ini hari jumat 3 januari pukul 12.30, kami membuat sebuah janji melalui pesan singkat dari hp android milik kami masing-masing. iya, siapa juga yg tak punya hp android di zaman ini, barang ini layaknya makanan dan minuman, tanpanya kita bagai mayat hidup yang berjalan tanpa arah. mengerikan..
Seperti biasa, kami berjanji untuk menikmati hari ini berdua, bukan karena di kemudian hari akan berpisah, akan tetapi, sudah sejak lama kami tak bersua, bahkan di malam tahun baru pun kami tak menyusun temu. Dalam hatiku, tak tau bagaiman dengan hatinya, aku membayangkan ini adalah perayaan tahun baru dengannya, cukup perayaan itu hanya kami berdua yg merayakan, meskipun pasangan lainnya tetap keluar untuk bertemu. Tetapi dalam benakku telah ku tentukan bahwa hari ini adalah perayaan tahun baru milik kami, benar saja terlambat, namun keterlambatan ini adalah kesengajaan, agar org lain berlalu lebih dulu.
Dan aku memang tak pernah berkeinginan merayakan tahun baru sebelumnya, entah dengan dia atau siapapun. rasanya aku cukup lelah dengan kerumunan orang seperti biasanya. entah mengapa, aku lelah dengan suara suara yang tak ku kenali itu.
Singkat cerita, sebelum sampai disebuah warung makan, masih dalam perjalanan, kami mendebatkan tujuan selanjutnya, ke bioskop menonton film atau lainnya, pendek kata karena enggan berdebat panjang, yasudahlah kita ke bioskop saja. sehabis makan, laju motorpun kuarahakan ke mall terdekat, untuk menonton beberapa film yng sekiranya dapat mengisi hari ini. bodolah dengan genrenya, intinya berdua dengan dia, itu adalah waktu yg istimewa bagiku.
pilihan pun jatuh pada sebuah film action Ip Man, entah kenapa dia memilih film tersebut, padahal sebelumnya dia sangat ngotot dan memaksa untuk menonton film horor..
sebelum studionya sempat dibuka kita terlebih dulu menunggu sejenak dengan ditemani sop durian yang dia pesan sendiri.
Akhirnya film yg ditunggu pun dimulai, yang awalnya aku enggan menonton, namun ternyata film ini bisa membuat emosiku naik turun, sempat dibeberapa part aku meneteskan air mata 'menyebalkan'. Dalam film ini ada beberapa pelajaran penting yg dapat ku ambil, yaitu bagiaman orang mampu menjadi pendengar bagi anaknya, menunda untuk berperasangka buruk terhadap perilaku seorang anak, sehingga ia tak menutup diri bahkan menjadi pembenci. Pelajaran itu dapat diambil pada adegan saat dimana anaknya ipman bertengkar disekolah akibat ulah temannya, lalu anaknya si ipman ini di DO dari sekolah, sebab pertimbangan pihak sekolah bahwa kejadian itu beberapa kali terus terulang. hal itu membuat ipman memutuskan untuk memindahkan si anaknya pindah sekolah ke luar negri tepatnya di amerika, lalu si anak menolak dan memberontak. akhirnya ipman menamparnya, adegan ini membuat si anak kesal dan merasa seolah tidak ada yg membelanya, akhirnya dia membenci org tuanya, seharusnya diposisi ini org tualah yg mendukung dan membela anaknya, bukan malah menghakiminya atas perilaku yg tak diketahui kebenarnnya.
Kejadian itu akhirnya didapatkan terbalik di amerika dengan anak temannnya, kejadian tersebut tepat seperti ia memukul anaknya. Di sanalah ia menyadari kesalahannya.. Film yg sangat fantastis, layak untul ditonton.
singkat cerita, film pun berakhir, dan kami beranjak pulang meninggalkan jejak dibeberapa sudut disana.
setiba di parkiran, tanpa disadari, kekhawatiran sebelumnya terjadi, hujanpun turun, tidak deras, tapi cukup membuat baju kita basah dan kedinginan. Sesaat ingin menunggu, aku berpikir panjang, lalu akhirnya kuputuskan untuk menerobas. Ku hidupkan motor lalu beranjak pergi.
Rupanya hujan tak semenakutkan kata orang, hujan memang indah kala kita berteduh, kala kita bersantai, namun keindahan hujan hanya kamuflase para penyair, sebab nyatanya hujan membuat orang² berteduh, menggunakan baju hujan dsb. Hujan mungkin indah bagi petani di pedesaan tapi tidak bagi orang² jkt yg terkena dampak banjir.
Kini kucoba menikmati hujan dengannya, kurasakan butir-butir hujan yg membasahi tubuhku, dingin, sejuk bagai pelukan. kurasa hujan seharusnya dinikmati seperti saat ku kanak² dulu. namun turunnya begitu menghawatirkan, bahkan beberapa orang mengeluhkan kehadirannya.
Kini kucoba menikmati hujan dengannya, kurasakan butir-butir hujan yg membasahi tubuhku, dingin, sejuk bagai pelukan. kurasa hujan seharusnya dinikmati seperti saat ku kanak² dulu. namun turunnya begitu menghawatirkan, bahkan beberapa orang mengeluhkan kehadirannya.
yang pasti kali ini hujan membuatku sadar bahwa ia adalah sesuatu yg tak pernah bosan diperbincangkan oleh hatiku, seperti hujan yang tak habis direbut .
Aku rindu dengan rintiknya yang memaksa kita untuk menggigil, aku rindu sebab dinginnya membuat dekapanmu menjadi lebih hangat..
Catatan lama
.
.
@nidzomizzuddien
7 notes ¡ View notes
l-edelweis ¡ 2 years ago
Text
Cerita Tentang Kak Izzati, UI, dan yang lain-lainnya
Kali ini aku mau cerita soal salah satu inspirator aku, role model aku, seseorang yang bisa kubilang, cukup sedikit-banyak berpengaruh buat hidup aku. Namanya Kak Izzati.
Karena kemarin Kak Izzati alias Kak Izzi baru aja wisuda dari Columbia Univ. Yang ternyata barengan sama salah satu kakak alumni RK, (yang kutau belakangan dari sebuah grup alumni RK, hihi). Jadi aku mau ceritaa soal Kak Izzi kali ini.
(it gonna be a loooongggg story)
Pertama kali aku kenal Kak Izzi tuh waktu SD, melalui buku karangannya. Kalau kalian pernah baca serial KKPK, pasti enggak asing sama yang namanya Sri Izzati. Iya, karena dia adalah salah satu penulis pemula seri KKPK dan bahkan pernah dapat penghargaan MURI sebagai penulis termuda. Keren banget emanggg Kak Izzati inii.
Aku sangat mengidolakan Kak Izzati, karena waktu aku baca bukunya saat itu langsung berpikir, 'keren banget ini tulisan anak umur 8 tahun(?) udah sebagus ini'. Memang waktu nulis buku itu, Kak Izzati masih SD dan udah sebagus itu ceritanya! Judul bukunya adalah '2 of me', yang cerita soal anak kembar. Sebagai pembaca yang seusia Kak Izzati waktu menulis buku itu, aku cuma bisa takjub karena kalau aku diminta buat menulis cerita, belum bisa sebagus dan semenakjubkan itu.
Kalau di kelas, kerjaanku dan temen-temen gengku selain ngobrolin Idola Cilik, novel-novel KKPK juga jadi bahan gosip kami. Soal penulis-penulisnya, cerita-ceritanya, judul-judul lain yang jadi rekomendasi, pokoknya macam-macam. Termasuk salah satunya adalah selalu membanggakan Kak Izzati karena emang kami se-ngefans itu sama dia hahhaha.
Karena Kak Izzati belum nulis buku lagi, dan waktu aku SMP rasanya udah kurang pas aja kalau berulangkali baca buku-buku KKPK-nya, aku mencari apapun yang membuat aku bisa selalu berhubungan dengan Kak Izzi. Aku follow ask.fm nya (yaampun ini sosmed jadoel bgt nggasi wkwkw. Sejujurnya aku lupa, ini eksis waktu aku SMP atau SMA ya), dan termasuk salah satunya, aku ikutin tumblrnya.
Kalau lagi pelajaran komputer dan pakai lab komputer sekolah, alih-alih memperhatikan Abi Ari yang mengajar kami (huhuhu maafkan saya Abiii), aku justru melipir pergi ke tumblr Kak Izzi dan membaca dengan seksama tulisan-tulisan dia di sana. Aku suka banget gaya dia bercerita, cerita-cerita yang dia tulis, apa-apa yang dia kisahkan di sana. Terutama saat dia bercerita waktu exchange ke Amerika dengan program Rotary.
Aku juga suka banget baca ask.fm Kak Izzi (hayo siapa dulu suka main aks.fm wkwk) yang isinya tentu menjawab pertanyaan-pertanyaan netizen. Mayoritas adalah soal SIMAK UI, Psikologi, dan tips-trick menulis. Iya, karena Kak Izzati kuliah di Psikologi UI lewat jalur SIMAK, dan tentu banyak yang bertanya soal tips-tipsnya dsb. Oiya, sepertinya ada yang bertanya-tanya juga soal exchange study ke dia.
Yha, jadi bisa disimpulkan bahwa hobi saya menulis dan bercerita mungkin salah satunya adalah karena dipengaruhi oleh Kak Izzi. Bedanya, Kak Izzi udah nulis belasan buku, kalau aku udah nulis ratusan surat cinta buat kamu tapi ngga dikirim-kirim. Bismillah semoga suatu hari aku juga bisa menumpahkan khayalan-khayalan fiksi di kepala ini jadi tulisan yang ciamikkk.
Suatu hari, Kak Izzati menulis di tumblrnya kalau dia akan mengadakan kopdar di Jogja. DI JOGJA! Senaanngg sekali rasanya. Tentu saja aku langsung mendaftarkan diri, karena nggak sabar mau ngobrol dan ketemu langsung bareng salah satu idola aku sejak iyikk. Ini sekitar tahun 2014 kalau tidak salah(?) Berarti masa-masa aku waktu transisi dari SMP ke SMA. Kopdar waktu itu tuh menurut aku eksklusif banget. Kami cuma ber-9 orang kalau tidak salah. Ngobrolnya lebih intimate, lebih hangat, lebih seru tentunya! Waktu itu tuh pas bulan puasa, jadi kami sekalian buka puasa bareng gitu. Senenggg karena berkesempatan buat ketemu bapak-ibunya Kak Izzati juga, yang sering diceritakan di tulisan-tulisannya. Super ramah sekali! Bahkan waktu pamitan, ibunya Kak Izzati memeluk kami satu per satu. Masyaallah a really warm family!
Waktu kopdar itu sebetulnya dekat dengan terbitnya buku baru Kak Izzati yang judulnya 'Satu Keping'. Salah satu buku favorit aku karena ceritanya (pernah) sangat relate dengan kehidupan aku (ceilehhh). Waktu pertama kali baca sejujurnya aku nggak paham isi ceritanya apa. Maklum emang waktu itu bacaan aku masih kentang-kentang gitu. Jadi disuguhin bacaan yang pakai kata-kata bermakna tinggi belum begitu paham. Kemudian waktu aku baca lagi buku itu saat aku SMA, aku baru ngeh dan paham dan WOW ternyata gini maksudnya! Ini buku tentang patah-hati yang menurutku superrr banget dan aku langsung suka, dan nggak bosan aku baca berulang-ulang sampai sekarang. Apalagi kalau lagi patah hati.
Iya, kalau lagi patah hati pas banget baca itu wkwkw.
Tumblr media Tumblr media
Kalau dipikir-pikir, melihat perjalanan hidupku di masa lalu, apa-apa yang aku lalui, secara nggak langsung sedikit banyak dipengaruhi oleh Kak Izzati. Aku pernah ikut seleksi AFS/YES karena tau ada program itu dari Kak Izzati (dulu pernah daftar tapi nggak lolos, terus ikut Rotary), bahkan aku bikin tumblr ini juga karena Kak Izzati (sebelumnya aku main blogspot, tapi tema dashboardnya tuh lebih seru dan lucu di tumblr), aku suka nulis dan bercerita kayaknya juga karena Kak Izzati. Termasuk waktu itu aku kepikiran buat kuliah di UI karena Kak Izzi juga.
Selain itu, menurutku Kak Izzati adalah salah satu orang yang cukup berjasa dan berpengaruh bagi seorang Faiz dalam memilih jalan hidup (nggghhh). Waktu mau lulus SMA, aku lagi pengen banget tuh memperjuangkan UI, dan aku tanya-tanya infonya ke Kak Izzati. Waktu udah lulus sarjana juga, aku super galau soal dunia pasca kampus, dan aku cerita juga ke Kak Izzati.
Aku mau bahas keduanya, tapi dimulai dari UI dulu ya berarti kwkw.
Karena aku dulu sudah sangat getol ingin keluar dari Jogja, kuliah di luar Jogja, dan pilihanku tentu saja mendarat di UI. Sebagai 'calon' perantau nih, tentu saja aku harus mencari tau tentang kehidupan di Jakarta gimana (padahal mah, UI di Depok ya wkwk). Karena tidak ada yang terlintas di kepala, siapa orang-orang yang bisa kutanya selain Kak Izzati, akhirnya aku memutuskan buat mencari info tentang UI dan kehidupannya ke dia. Bertanyalah aku ke Kak Izzati soal tarif kos-kosan, asrama mahasiswa, harga makanan, biaya hidup, transportasi anak-anak UI, naninunaninu perihal kehidupan mahasiswa metropolitan Jakarta. Maklum, belum pernah merantau dan mindset aku soal Jakarta waktu itu adalah, 'kota yang keras dan misterius' (maksudnya, mengerikan, menakutkan, dan deskripsi-deskripsi lain soal Jakarta dari warga-warga daerah macem saye). Jadi aku mau memastikan dan mencari tau kondisi semuanya dulu, sebelum betulan mengalami nantinya.
Sedikit aku bertanya soal jurusan impianku, filsafat. Karena Kak Izzati kan anak psikologi yah, jadi kalau aku tanya-tanya soal filsafat tentu kurang paham. Maka waktu itu aku coba tanya ke Kak Izzati, adakah temannya yang anak FIB? Sekedar aku mau tau, filsafat UI ngapain aja, belajar apa aja, anak-anaknya gimana, mahasiswanya mengerikan enggak (eehh).
Ini cuplikan-cuplikan obrolan aku sama Kak Izzi. Baca ini lagi jadi ngerasa Omg Faiz, kamu sangat cupu ternyata dulu, bedanya Fakultas sama Jurusan aja nggak tauuu wkwkkw
Tumblr media Tumblr media
Baiikkk banget Kak Izzi mah. Padahal aku bukan siapa-siapanya. Akrab juga enggak. Ketemu cuma sekali waktu kopdar, dan lewat buku-buku, tentu saja. Yah, beginilah hikmah silaturahmi dan kemajuan teknologi ya. Terima kasih untuk buku, sosial media, tumblr, dan segalanya yang memfasilitasi aku tetap bisa catch up sama Kak Izzi jadi berasa dekat walau sebetulnya super jauh:"
Long short story, akhirnya takdir membawa aku untuk tetap di Jogja dan kuliah di UGM.
Waktu udah lulus kuliah nih, aku mengalami graduated-student-life-crisis alias krisis pasca kampus. Super galaauuu karena bingung mau memutuskan; kerja dulu, atau kuliah dulu? Kalau kuliah, jurusan apa? Tetep filsafat? Atau mau ke jurusan lain yang terkait sama hobi dan kesukaanku?
Iya, sempet kepikiran buat ambil master di creative writing seperti Kak Izzi. Soalnya seru, thesisnya nulis cerita, tiap hari kuliahnya baca-nulis-baca-nulis dan itu tentang FIKSI! Bukan baca-nulis-baca-nulis jurnal dan makalah >_< Aku memang pernah ada di masa-masa suka banget nulis fiksi. Tapi mungkin lebih pasnya, aku pernah ada di masa-masa berjuang banget buat nulis fiksi. Suka, tapi sulit. Nah loh gimana tuh.
Tumblr media
Tapi kalau aku, kayaknya lebih milih kuliah S2 yang thesisnya adalah nulis tumblr setiap hari sih. WKKKK
Atas kebingungan itulah, aku coba cerita (lagi) ke Kak Izzi. Lebih tepatnya, berkonsultasi, bertanya(?) Karena Kak Izzi juga sedang menjalani study S2 nya di Columbia, jadi aku pengen tau creative writing itu ngapain aja.
Baiikkk banget, karena aku nggak nyangka, Kak Izzi masih membalas pesan-pesanku. Lebih tepatnya, masih merespon curhatan-curhatanku. Setelah cerita terakhir soal UI, kali ini cerita soal pasca kampus juga direspon dengan sangat baik oleh Kak Izzi:" Terharu dehhh pokoknya.
Tumblr media Tumblr media
Baik banget sampe sempet VN dan ketikin jawaban super duper panjang:"
Aku tuh selalu kepikiran, siapa ya nanti yang jadi suami Kak Izzi? Pasti dia beruntung banget, karena dapat teman hidup yang baik, cerdas, seru, asik, ramah, keren deh pokoknya! Aku selalu menunggu masa-masa pernikahan Kak Izzi karena yahh, siapa yang tidak penasaran dengan kehidupan idola masa kecilnya.
Sampai akhirnya, akhir bulan Februari kemarin Insek nge-DM aku, "Iz, Kak Izzati nikah ya?" waaa aku langsung excited DEMI APA DEMI APA KAK IZZIIII NIKAAAHHH? Aku langsung lari ke instagram dan mengecek story kak Izzi (story Kak Izzi selalu ada di paling kiri) dan ternyata benerrr aaaaa KAK IZZII NIKAAHHH.
Aku langsung kepo banget sama suaminya. Ternyata masnya dari Jogja dan adalah merupakan mas-mas dari fakultas tetangga alias alumni FEB UGM wkkww. Meskipun aku nggak kenal, tapi ternyata kita beririsan. Karena waktu kutengok profil instagramnya, beberapa temen aku dan salah satunya adalah temen KKN aku ada yang follow dia juga.
Iya, ternyata masnya orang jogja hahahha.
Makanya waktu lebaran kemarin, Kak Izzi berlebaran di Jogja. Seru banget ngikutin ceritanya lewat story-story di instagram. Di sela-sela mudik, mereka berkunjung ke sekolah suami Kak Izzi yang itu adalah merupakan sekolah yang hampir setiap hari aku lewatin kalau pulang kerja.
Eaps. Dunia sesempit itu. Sesempit itu.
Terus kemarin waktu wisuda, Kak Izzi nih wisuda pake baju nikahannya. Wkwkwk lucu banget. Emang sih, baju nikahnya so simple dan bisa dipake buat acara-acara lagi. Yhaa siapa tau besok aku kembali mengikuti jejak Kak Izzi buat wisuda S2 ditemenin sama suamiikk dan wisuda pake baju nikahan.
Eh. Wkwk.
Senenggg bisa kenal KKPK dan kenal Kak Izzi dan baca-baca tulisannya dan nungguin banget niihhh, goresan-goresan tinta selanjutnya~~
8 notes ¡ View notes
tutututula ¡ 2 years ago
Text
Curhat cukup panjang
Agak ingin merayakan kalau akhirnya berhasil menamatkan buku ke tiga tahun ini. Hore! Soalnya sejak pertengahan kuliah, saya sudah tidak bisa baca buku se-leluasa itu. Fokus saya teralihkan ke serial-serial tv yang juga tidak kalah bagus ceritanya dan tentu saja kewajiban untuk belajar cari nafkah.
Kali ini saya tergelitik sesuatu. Bukan tergelitik karena hal ini fenomenal, tapi karena ini merupakan akumulasi dari hal-hal kecil lainnya yang menggelitik sejak jauh hari, kebetulan benang merahnya sama.
Dimulai dari fakta ringan kalau dulu ketika kecil saya selalu menulis cita-cita saya sebagai penulis novel. tepatnya, penulis fiksi. atau penulis cerita. Sebenarnya bisa saya ceritakan juga kenapa saya kecil bercita-cita seperti itu, tapi nanti kepanjangan. Singkatnya saya yang tumbuh dewasa menyadari kalau menulis itu butuh bakat dan latihan, sama seperti kemampuan-kemampuan lainnya, juga ilmu menulis tidak bisa pukul rata atau palu gada.
Misalnya kamu jago menulis puisi, belum tentu bisa menulis cerita. Kamu bisa menulis cerita, belum tentu bisa menulis essai. Kamu pandai menulis essai, belum tentu bisa menulis copy. Tapi kalau memang tidak bisa menulis semuanya, bukankah memang itu artinya tidak berbakat? Pikirku dulu ketika awal bekerja. Singkatnya, saya merasa tulisan saya biasa saja. Cenderung banyak yang perlu diperbaiki. Ketika ikut workshop, ada nasihat yang saya ingat: "editor akan malas membaca tulisan yang tidak rapi, jadi percuma bila menarik tapi tidak baik kaidah penulisannya”, saya jadi semakin ragu dengan kemampuan saya.
Walaupun berada di posisi belum ingin menyerah tapi juga tidak lanjut berjuang, saya masih suka membaca. Kali ini mencoba bentuk yang lebih modern, agar (saran dari teman) saya bisa melihat bahwa banyak juga teman-teman satu level yang juga sedang belajar menulis. Banyak tulisan yang tidak enak dibaca atau bahkan menarik bisa masuk ke artikel daring. Tapi mereka memang punya isi. Ibaratnya seperti belajar makan gado-gado gerobak ketika kamu terbiasa makan salad restoran yang mengikuti kurs dolar. Sama-sama sayur.
Isi dari tulisan jadi penting karena saya terganggu dengan beberapa kisah dari 'budayawan' Indonesia yang membuat fanfiction dari kisah perwayangan. Memang sepertinya sedang trend, membuat kisah alternatif dari kisah-kisah masa lalu. Terutama bila kisah saklek masa lalu diubah sudut pandangnya dari kacamata perempuan. Misal Medusa yang dikisahkan sebagai monster jahat, setelah ditelaah oleh pakar adalah penyintas yang sempat diperkosa salah satu tuhan dari Olympus sana. Sementara di Indonesia, muncul kisah 'alternatif' dimana Shinta dari kisah Ramayana dikisahkan menyukai Rahwana karena sesungguhnya ia hanya pria jatuh cinta dengan tulus dan tidak pernah menyakiti Shinta.
Kisah ini tidak populer tentunya, tapi bagaimanapun saya bisa melihat kalau ada beberapa orang yang aktif di ranah 'budaya' menyukai ide ini. Mereka lupa meskipun Rahwana tidak pernah menyentuh Shinta, menculik orang bukanlah bentuk kasih sayang. Setidaknya bukan saya. Mengurung paksa satu hari pun, bisa membuat saya dendam, meskipun dikurung dalam istana. Hingga kini saya bingung, apa tidak ada wanita di sekitar mereka yang menjelaskan betapa perempuan tidak butuh cinta hanya dari aksi melayani, tapi juga memberikan kebebasan.
Kisah alternatif diatas adalah salah satu alasan saya menulis ini, tapi ini cerita lama yang akhirnya saya pendam sendiri. Terlalu buang tenaga untuk menyuarakan ketidaksetujuan saya pada karya fiksi di sosial media. Namun alasan saya mengeluarkan uneg-uneg di tumblr setelah sekian lama tidak saya buka, sebenarnya karena saya sedang bekerja dengan teman-teman yang lebih pandai menulis. Satu lebih tua, lulusan sekolah di Amerika yang jelas lebih piawai dalam berbahasa seni. Satu lagi lebih muda dan pintar. Tentunya bukannya saya rendah diri, tapi teman saya yang muda ini seakan-akan menjadi contoh bagaimana jika saya yang muda tidak terhambat oleh gangguan mental yang saya abaikan saat itu: jalanmu di karir akan lebih mulus.
Tentu berkat teman dekat saya, saya mengerti bahwa ini bukan masalah besar. Hingga kemarin, ketika suatu hari teman saya dikirimi oleh seorang seniman senior sebuah tulisan panggung yang berisi cerita (lagi-lagi) tentang kisah alternatif wayang Ramayana. Dimana kali ini kisahnya Rama adalah seorang penyuka lelaki dan Shinta hendak membalas dendam karena merasa dimanfaatkan. Ceritanya menarik untuk diperdebatkan, karena memang unik, seperti kisah-kisah fanfiction pada umumnya (misalnya fanfiction Sherlock Holmes yang punya hubungan dengan Irene Adler, padahal di tulisan aslinya tidak).
Hanya saja, ketika saya membaca tulisan dari si seniman senior ini, ego saya protes. Tulisannya jelek dan terburu-buru, seperti tulisan kawan-kawan amatir yang tidak punya nama. Saya jadi berpikir, sepertinya dia ingin meminta bantuan teman saya yang pintar menulis ini menjadi editornya secara cuma-cuma. Tapi mungkin juga, saya lagi sirik saja dengan orang-orang yang sudah memiliki prestasi dan pengikut budaya tapi tata cara berpikirnya berbeda dengan saya.
9 notes ¡ View notes
ciametal ¡ 2 years ago
Text
Baby Metal History
Tumblr media
BABY METAL awalnya merupakan grup vokal dan tari beraliran exprimental metal asal Jepang yang terbentuk pada tahun 2010 sebagai sub-unit dari grup idola SAKURA GAKUIN di Jepang.
Grup ini terdiri dari 3 gadis sekolah di antaranya
Tumblr media
Suzuka Nakamoto (中元 すず香) atau yang lebih dikenal dengan sebutan SU-METAL di posisi Vocal & Dance, lahir di Hiroshima pada tanggal 20 Desember 1997.
Tumblr media
Moa Kikuchi (菊地 最愛) atau yang lebih dikenal dengan sebutan MOAMETAL di posisi Scream & Dance, lahir di Kanagawa pada tanggal 20 Juni 1999.
Tumblr media
Yui Mizuno (水野 由結) atau yang lebih dikenal dengan sebutan YUIMETAL di posisi Scream & Dance, lahir di Aichi pada tanggal 4 Juli 1999.
Album mereka berhasil menempati peringkat ke-4 di tangga lagu album mingguan Oricon, dengan total sejumlah 37.463 kopi terjual di Jepang di minggu pertama, peringkat ke-2 di tangga lagu album Billboard Japan dan peringkat ke-187 di Billboard 200 Amerika Serikat yang merupakan salah satu posisi tertinggi yang pernah dicapai oleh album Jepang di chart tersebut sampai saat ini.
2010 - 2012
Tumblr media
Grup ini pertama kali dibentuk pada 2010 sebagai sub unit grup idol perempuan di jepang yang bernama Sakura Gakuin, yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah gabungan idol dan musik metal. Bahkan saat grup Baby Metal terbentuk, ketiga anggota tersebut (Su, Moa & Yui) sebelumnya tidak ada yang tahu apa itu musik metal.
Baby Metal pertama kali tampil secara live pada 28 November 2010, di konser solo pertama Sakura Gakuin. Lagu pertama mereka adalah "Doki Doki Morning" yang sebenarnya diterbitkan pada April 2011 dalam album Sakura Gakuin 2010 Nendo : Message.
Pada bulan Juli 2011, Babymetal memulai debut mereka dengan lagu, "Ijime, Dame, Zettai" (" tidak ada lagi pelecehan"), yang dibawakan dalam konser Sakura Gakuin, tetapi lagu itu hanya dinyanyikan selama konser live pada waktu itu. Video musik pertama mereka adalah "Doki Doki Morning" yang diterbitkan oleh channel Toy`s Factory di Youtube pada 12 Oktober 2011. video officialnya bisa dilihat "DI SINI"
Pada bulan Oktober 2011, Baby Metal membuat sebuah video musik untuk lagunya dalam bentuk DVD single yang ditujukan untuk distribusi terbatas [penampilan live saja]. Setelah diunggah ke Youtube pada bulan yang sama, bertepatan pada akhir 2012 penonton video mencapai 1 juta views.
Single CD Babymetal yang pertama kali adalah hits kolaborasi dengan sebuah band bernama Akiba, yang berjudul "Babymetal × Kiba of Akiba". Diterbitkan dalam sebuah sublabel Toy`s Factory (Jūonbu Records).
Pada Maret 2012, lagu tersebut menduduki peringkat ketiga pada tangga lagu Oricon weekly indie chart dan nomor satu di Tower Records Shibuya weekly indie ranking.
Pada Juli 2012, Babymetal merilis sebuah lagu yang berjudul "Headbanger". Video musik untuk trek judul disutradarai oleh Hidenobu tanabe .
Pada Agustus 2012, Babymetal memulai debutnya di Japan's Summer Sonic Festival. Dengan usia rata - rata 12 tahun, band ini menjadi penampilan termuda yang pernah muncul disana.
2012 juga menandai tour Asia pertamanya ke luar Jepang untuk pertama kalinya di AFA 2012 Singapura.
2013 - 2015
Tumblr media
Pada Januari 2013, band ini memulai debutnya pada label rekaman utamanya dengan "Ijime, Dame, Zettai" video officialnya bisa dilihat "DI SINI". Single ini terjual mencapai angka 19,000 kopi lagu dalam minggu pertamanya dan menduduki peringkat ke 6 di tangga lagu Oricon weekly indie chart.
Pada musim semi 2013, Nakamoto lulus dari pendidikan menengah atasnya dan kemudian harus "lulus" dari Sakura Gakuin (sebuah grup perempuan tingkat dasar dan menengah atas). Walaupun begitu, manajemen mereka memutuskan bahwa babymetal tidak akan bubar dan akan melanjutkan aktivitasnya sebagai sebuah band.
Grup ini merilis single lanjut mereka, "Megitsune" video officialnya bisa dilihat "DI SINI", pada 19 Juni, diikuti bulan November dengan perilisan video secara Live Live: Legend I, D, Z Apocalyps, yang mana menduduki tempat ke tujuh dalam the weekly Oricon Blu-ray Disc charts, dan tempat kedua di antara single Blu-ray lainnya.
Pada 10 dan 11 Agustus 2013, babymetal mengambil bagian lagi dalam Summer Sonic Festival, yang tampil di dua tempat yaitu Tokyo dan Osaka.
Kemudian, pada Oktober 2013, Babymetal juga menjadi penampilan termuda yang pernah muncul di heavy metal music festival Loud Park.
Pada Bulan November 2013, Babymetal merilis sebuah video promo untuk debut film Metallica di Jepang Through the Never. Dan mendekati akhir 2013 babymetal melakukan tour Asia lainnya di Indonesia pada AFAID 2013 dan kedua kalinya di Singapura setelah tour asia di luar negeri pertama mereka pada 2012.
Pada 26 Februari 2014, babymetal merilis album self-titled perdananya. album tersebut berisi 13 trek lagu dan juga tersedia dlam edisi terbatas termasuk DVD dengan Video musik dan penampilan live.
Album ini sangat diterima dengan sangat baik oleh kritikus musik dan publik, terjual sebesar 37,000 kopi di Jepang pada minggu pertamanya, menduduki peringkat 4 di tangga lagu Oricon dan Billboard Japan.
Album ini juga menduduki posisi terbaik di iTunes Metal charts di Jerman, Inggris, dan Amerika, dan mencapai urutan 187 pada US Billboard 200 chart pada 22 Maret; hanya sedikit artis Jepang yang pernah masuk di tangga lagu ini.
Album mereka juga berhasil masuk ke dalam Heatseekers chart di urutan ke 4. pada 1 dan 2 Maret 2014, band ini menampilakn 2 konser di Budokan. Dengan rata - rata usia 14 tahun. mereka menjadi penampilan termuda yang pernah melakukan konser disana. Dua konser tersebut dihadiri 20,000 orang.
Pada 3 April 2014, video reaksi Youtube dengan terkejut diunggah oleh Fine Brothers channeldi Youtube tentang video musik "Doki Doki Morning", "line!", and "Gimme Chocolate!!". Pada 30 April 2016, video reaksi Babymetal untuk reaksi mereka di rilis di Youtube.
Band Pendukung "Baby Metal" disaat Live performance didukung oleh sebuah grup pendukung bernama "Kami-Band" yang tampil dengan dandanan ala mayat, dengan formasi dua gitaris, satu bassis dan seorang drummer yang biasanya tampil dalam satu panggung selama acara.
Takayoshi Ohmura (C4) - gitar
Leda (Deluhi/Galneryus) - gitar
Mikio Fujioka - gitar
BOH (Binecks) - gitar bass
Hideki Aoyama (Ever+Last) - drum
Yuya Maeta (Blue Man Group) - drum
Itulah sekilas riwayat dari kemunculan anak2 cahaya dari jepang yang bernama "BABY METAL"
9 notes ¡ View notes
bungajurang ¡ 1 year ago
Text
#5 - Sekolah Musim Panas: Sekolah Lagi, Sekolah Terus (1/2)
Saya percaya belajar sejarah itu penting. Dalam konteks kerja akademik dan riset, misalnya, sejarah memiliki peran krusial untuk memahami proses pembentukan kondisi masa kini berdasarkan peristiwa di masa lalu. Waktu SMA, sejarah bukan mata pelajaran favorit saya karena penyampaian materi dari guru-guru sejarah saya membosankan. Memori paling membekas soal pelajaran sejarah adalah saat guru kami memberi tugas untuk menyalin narasi yang tertulis di lembar kerja siswa (LKS). Beliau kira, dengan menyalin narasi tersebut ke buku tulis, kami akan hafal dan mengerti sejarah. Format ujian sejarah kami kira-kira begini, membaca narasi sejarah di LKS dan buku paket, menghafalkannya, lalu menyalin hafalan ke dalam kolom jawaban. Saya sering dapat nilai pas-pasan karena jawaban saya tidak sama persis dengan buku. Yah, kalau urusan ingatan konten buku yang harus sama persis, saya bukan yang terbaik. Tapi kalau soal orang dan tempat, kemungkinan saya bisa mengingatnya dengan baik.
Pertengahan bulan Juli saya tidak sengaja mengklik story kawan saya, alumnus jurusan Ilmu Sejarah, yang membagikan informasi sekolah musim panas. Topik sekolah musim panas ini adalah sejarah lingkungan di Indonesia. Saya tertarik untuk mendaftar, namun saya ragu karena melihat keterangan kriteria peserta yang dicari, yaitu aktivis lingkungan, peneliti, sejarawan, dan pokoknya pegiat lingkungan. Latar belakang studi saya tidak ada sangkut pautnya secara langsung dengan sejarah lingkungan, bahkan saat kuliah dulu tidak ada materi sejarah. Akhirnya saya membulatkan niat. Toh, belum tentu diterima. Saya ngebut menulis motivation letter dalam sehari, dan merapikan CV di menit-menit terakhir. Sent. Pada tanggal pengumuman yang ditentukan, saya tidak mendapat surel. Rupanya surel itu datang terlambat. Saya diterima dan menjalani sekolah selama 31 Juli–7 Agustus, dengan 12 kelas, dua hari amatan dan kuliah lapangan, serta konferensi di hari terakhir yang dihadiri oleh lebih banyak akademisi (dosen dan peneliti dari berbagai institusi pendidikan).
Saya datang terlambat di hari pertama sekolah. Sebagian besar kursi sudah terisi, yang tersisa adalah kursi bagian depan. Pemateri sudah duduk di panggung. Masih terengah-engah setelah jalan cepat dari parkiran Lembah ke FIB, saya memutuskan duduk dulu di jejeran kursi paling belakang yang tidak ada mejanya. Seorang lelaki duduk di depan saya. Ia mengenakan topi rimba, kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak yang tidak dikancingkan, celana jeans dan sepatu merk Just Do It. Ia menengok ke belakang. “Halo” katanya sambil mengulurkan tangan, “Jaka, dari Mongabay Indonesia.” Saya menyambut uluran tangannya dan ganti mengenalkan diri, “Wida” Dia menunggu lanjutan dari saya, “Dari UGM.” Ia bertanya lagi, “Dosenkah?” Saya menggelengkan kepala, “Bukan. Asisten peneliti di pusat studi di UGM.” Ia mengangguk. Entah dia dengar atau tidak. Kawan baik saya, Beby, datang dan mengajak saya duduk di baris depan. Saya duduk di baris kedua, sementara Beby dan temannya, Diery, duduk di baris pertama. Mereka bekerja di lembaga non-pemerintah dengan fokus bidang pelestarian pesisir, perikanan, dan pengembangan wilayah pesisir.
Sekolah ini mempertemukan saya dengan teman-teman baru dari berbagai bidang. Pada hari pertama saya duduk di sebelah Vivi, arsitek, pendiri yayasan museum, dan penulis buku. Saya berkenalan dengan Ayu dari Bali, seorang pegiat lingkungan yang bekerja di lembaga non-pemerintah di bidang polusi dan plastik. Saya bertemu Gilang, kakak kelas SMA saya yang bulan Januari lalu lulus dari S2 Antropologi, dan kini mengerjakan proyek penelitian bersama dosennya. Ada Kamila dari China (saya tidak sempat nanya asal daerahnya), pegiat isu perburuhan dan serikat buruh yang bekerja di Amerika Serikat. Saya menjadi teman baik dengan Hasha, mahasiswa Sastra Inggris dari Singapura. Ada juga Ronal dan Ayla, lulusan S2 Sejarah. Umar dari Madura, seorang sejarawan muda yang aktif mengelola cagar budaya. Umar (lagi) alumnus S3 Geografi dari London. Ryan dari Jember, satu-satunya peserta yang nanya rekomendasi tempat beli minuman beralkohol ke saya. Topan anak seni (ha ha) dari Surabaya, yang kini bekerja di salah satu pusat studi kampus. Ada pula peserta yang merupakan dosen, guru, aktivis, buruh akademik di institusi riset milik pemerintah, dan peserta yang tidak berafiliasi dengan lembaga apapun.
Saya melewati hari pertama dan kedua di kelas, mendengarkan pemaparan materi dari dosen-dosen. Pada hari kedua saya duduk di sebelah Hasha, dan kami bisa ngobrol lebih banyak. Saya mendengar keluhannya sebagai warga Singapura, soal hunian mahal yang membuatnya tidak bisa ngekos dan harus menempuh waktu empat jam bolak-balik dari apartemen ke kampusnya. Batin saya, “Kayanya negara kecil tapi mobilitas dari rumah ke kampus bisa selama itu, ya.” Di sana, hampir tiap rumah tangga mempekerjakan PRT untuk merawat anak-anak dan urusan domestik.
Hari ketiga dan keempat diisi dengan kuliah lapangan. Peserta sekolah dibawa ke Pantai Watu Kodok dan Pantai Siung di Gunungkidul, lalu Pesantren Al-Imdad dan Kebun Kali Code di hari selanjutnya. 
Dua pantai yang kami kunjungi mewakili satu topik sejarah, yaitu resistensi warga terhadap privatisasi pantai dan penggunaan pranata mangsa dalam kehidupan sehari-hari. Pantai Watu Kodok mewakili narasi perjuangan warga menolak investasi swasta dan penguasaan pantai oleh pemerintah daerah. Narasumber bercerita mengenai upaya yang dilakukan, mulai dari konsolidasi, diskusi, jalur hukum, hingga penutupan jalan menuju pantai. Mereka juga mengadakan satu festival sebagai perayaan sekaligus simbol perlawanan terhadap pihak-pihak yang berusaha menguasai pantai tempat mereka mencari penghidupan. Saya tidak dapat melepaskan bias pribadi dalam melihat permasalahan di pantai ini. Meski tidak jadi dikuasai oleh pihak swasta, pantai ini tetap saja dikuasai oleh sebagian pihak. Hal itu, jika dilihat dari perspektif sejarah yang dibawa sekolah musim panas, adalah hal baik karena artinya warga punya kuasa atas hidupnya sendiri. Saya akan mencoba membahasnya sedikit lebih dalam di unggahan selanjutnya.
Jadwal selama sekolah musim panas kurang lebih seperti ini. Materi, coffee break, saya ambil snack dan merokok bersama peserta lain, materi, istirahat dan makan siang, materi, lalu pulang. Pada akhir kelas hari keempat saya pergi bersama Gilang ke toko es krim. Di sana kami ngobrol soal kabar personal dan kabar akademik. Kalau tidak salah hitung, saya dan Gilang tidak bertemu selama 7 tahun. Pasca lulus SMA, ia mengambil jurusan Antropologi di sebuah kampus swasta di Malang. Kemudian saat pandemi ia mengambil S2 Antropologi di Yogyakarta. Minat studinya adalah ekologi, lingkungan dan studi pembangunan, serta masyarakat adat. Tidak ada diantara kami yang menyangka akan dipertemukan lewat sekolah ini. Bahkan, kalau bukan saya yang menyapanya duluan di hari pertama, Gilang tidak akan ingat saya adalah adik kelasnya. Pada akhir hari keenam saya pergi ke kafe di Jalan Monjali bersama Beby, Diery, Rasya, dan mas Jaka.
Jadwal pada hari ketujuh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Peserta telah dibagi ke dalam lima kelompok. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pembacaan dan refleksi mengenai topik yang dipilih, serta mengkontekstualisasikan topik itu dengan sejarah lingkungan di Indonesia. Kelompok saya membawa materi soal Ekososialisme. Saya pikir, kelompok saya tidak berhasil mengerjakan tugas ini. Kami gagal dalam hal komunikasi kelompok. Saya pribadi menyimpan dendam ha ha (saya bercanda, tapi setengah serius) soalnya merasa diskusi tidak bisa maksimal. Sejarawan muda dalam kelompok saya merasa asing dengan topik tersebut, namun tidak mengatakan itu di awal pembentukan kelompok. Sangat disayangkan, diskusinya kurang maksimal. Hal itu tidak mengurangi rasa syukur saya bisa bertemu dengan teman-teman baru yang keren.
Keikutsertaan saya dalam sekolah ini mengobati kerinduan saya pada suasana kuliah.
3 notes ¡ View notes
dianbudaya ¡ 2 years ago
Text
Tumblr media
Penelitian Etnografi untuk Kebijakan Pendidikan yang Lebih Baik
Etnografi secara sederhana adalah suatu cara atau metode untuk mempelajari fenomena sosial maupun kebudayaan di suatu masyarakat. Dijelaskan bahwa penelitian etnografi bersifat mengikuti keseharian penduduk dan peneliti harus berpartisipasi di dalam masyarakat, bukan hanya mengamati dari jauh atau wawancara belaka (Reeves et al., 2013). Selain itu, dalam penelitiannya cenderung terbatas karena apabila terlalu banyak yang diamati, akan terlalu banyak menimbulkan pertanyaan.
Penelitian etnografi merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami secara mendalam kebudayaan masyarakat setempat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan analisis kebudayaan secara holistik dari hal paling sederhana, seperti keluarga hingga perekonomian suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Hasil akhir etnografi bisa berbentuk macam-macam seperti catatan lapangan—barangkali berupa catatan harian—dan bisa juga jurnal, paper, atau karya yang mirip dengan itu (karya ilmiah dan lain-lain) sebagai karya akhir dari penafsiran serta kumpulan data dari catatan lapangan tersebut (Reeves et al., 2013). Seperti buku Margaret Mead (1928) yang berjudul Coming of Age Samoa, buku jurnal perjalanan yang sangat insightful mengenai budaya akil balig suatu suku di Samoa yang pada saat itu berbeda sekali dengan budaya akil balig di Amerika Serikat yang cenderung tertutup atau buku yang ditulis oleh Levison Wood (2019) yang berjudul An Arabian Journey yang menceritakan perjalanannya ke ujung Timur Tengah. Selain itu, karya etnografi juga bisa berbentuk novel (contohnya Puya ke Puya oleh Faisal Oddang (2015), Tarian Bumi karya Oka Rusmini (2007), dan lain sebagainya) atau film (bisa dokumenter maupun tidak). Contoh film non-dokumenter dengan nuansa etnografi adalah Before, Now, and Then karya Kamila Andini dan Ngeri-Ngeri Sedap karya Bene Dion.
Penelitian etnografi dalam bidang pendidikan dapat dilakukan dengan observasi partisipatoris di sekolah-sekolah maupun daerah-daerah secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal dan memengaruhi banyak hal pula, tak hanya seputar sekolah saja. Seperti misalnya perekonomian penduduk setempat berpengaruh pada pendidikan yang dipilih oleh masyarakat setempat. Apakah pendidikan itu hanya akan berhenti di SD, SMP, SMA, atau bahkan tak sekolah dan memilih untuk bekerja atau menikah saja. Begitu pula pendidikan berpengaruh pada perekonomian warga setempat. Idealnya, apabila pendidikan suatu masyarakat baik, perekonomian juga cenderung membaik. Masalah lain juga akan teratasi sedikit demi sedikit seperti pernikahan dini, angka pengangguran.
Pengetahuan mengenai suku, kebiasaan, ekonomi, kebudayaan, serta sosial masyarakat setempat yang didapatkan dari penelitian etnografi berdampak sangat baik dalam perancangan pendidikan bagi masyarakat setempat. Hampir sama seperti aspek demografi, pengetahuan mengenai kebudayaan setempat diharapkan dapat menjadikan pendidikan tepat sasaran. Akan tetapi, berbeda dengan demografi yang sebagian besar mengandalkan data kalkulatif, pengetahuan dan penelitian etnografi menjadikan seseorang mengetahui dengan mendalam apa yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan juga memiliki hubungan yang saling terkait. Perubahan-perubahan kebijakan pendidikan perlu memperhatikan dinamika kebudayaan dan perubahan kebudayaan bisa jadi merupakan akibat dari adanya perubahan rancangan pendidikan yang ada (Normina, 2018).
Penelitian etnografi juga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada agar kedepannya tidak lagi tidak tepat sasaran. Misalnya, kebijakan tentang masuk jam lima pagi di Nusa Tenggara Timur yang bisa dievaluasi menggunakan observasi partisipatoris. Ada baiknya peneliti merupakan bagian dari pemangku kebijakan, mengikuti anak-anak berangkat sekolah pukul lima pagi dan merasakan efeknya sendiri-sendiri lalu menuliskan pengalaman itu dalam catatan lapangan untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis ini apabila digunakan untuk mengevaluasi kebijakan diharapkan dapat menjadikan kebijakan lebih tepat sasaran sehingga tak ada lagi kasus menginap di sekolah seperti yang dilansir oleh Tempo pada tanggal 9 Maret 2023 lalu (Pitaloka, 2023).
Pendidikan yang merupakan hal mendasar dalam kehidupan saling mempengaruhi dan dipengaruhi kebudayaan. Hal ini menjadikan kebijakan yang diterapkan harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil penelitian etnografi yang berupa analisis secara mendalam tentang kebudayaan (termasuk ekonomi, tradisi, hingga pendidikan) masyarakat setempat dinilai dapat membantu pemangku kebijakan dalam menentukan aturan-aturan yang berlaku dalam bidang pendidikan. Dengan begitu, dipertimbangkannya penelitian etnografi dalam penentuan kebijakan akan menciptakan kebijakan pendidikan yang lebih baik.
Penulis: Salsabila Ananda Nur Fadila
Penyunting: Nur Adzim Aminuddin
Ilustrator: Oktafiani Zahra Indira
DAFTAR PUSTAKA
Andini, K. (Director). (2022). Before, Now, and Then [Film]. Fourcolours Film; Titimangsa Foundation; Wild Bunch.
Dion, B. (Director). (2022). Ngeri-Ngeri Sedap [Film]. Imajinari; Visionari Film Fund; Netflix.
Mead, M. (2001). Coming of Age in Samoa: A Psychological Study of Primitive Youth for Western Civilisation. Harper Collins.
Normina, N. (2018). PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN. ITTIHAD. https://doi.org/10.18592/ittihad.v15i28.1930
Oddang, F. (2015). Puya ke puya: surga diciptakan karena. . .. Kepustakaan Populer Gramedia.
Pitaloka, P. S. (2023, March 8). Cara Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT, Naik Kuda sampai Menginap di Sekolah Biar Tak Telat. Tempo. https://tekno.tempo.co/read/1700301/cara-masuk-sekolah-jam-5-pagi-di-ntt-naik-kuda-sampai-menginap-di-sekolah-biar-tak-telat
Reeves, S., Peller, J., Goldman, J., & Kitto, S. (2013). Ethnography in qualitative educational research: AMEE Guide No. 80. Medical Teacher, 35(8), e1365–e1379. https://doi.org/10.3109/0142159x.2013.804977
Rusmini, O. (2007). Tarian bumi: sebuah novel. Gramedia Pustaka Utama.
Wood, L. (2019). An Arabian Journey: One Man’s Quest Through the Heart of the Middle East.
2 notes ¡ View notes
sharekebaikan ¡ 23 days ago
Text
Derita Anak-Anak Gaza Berkepanjangan, Siapa yang Bisa Menghentikan?
Tumblr media
Anak-anak Gaza terus mengalami penderitaan. Mereka tidak hanya terancam rudal dan bom, tetapi juga terancam kelaparan dan kematian. Sebagaimana kita ketahui, entitas Zion*s telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Korban yang tewas mencapai lebih dari 45.200 orang. Serangan ini juga menewaskan lebih dari 14.500 anak Palestina. PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan bahwa setiap jam terdapat satu anak yang meninggal di Jalur Gaza akibat dari serangan brutal yang dilakukan oleh entitas Yahudi.
Selain itu, UNRWA menyatakan bahwa anak-anak Palestina di Gaza terpaksa hidup dengan mengais sisa-sisa bangunan. Mereka juga tidak memiliki akses ke pendidikan. Waktu terus berjalan, tetapi mereka telah kehilangan harapan dan masa depan.
Di lain sisi, media yang ada berusaha untuk menyembunyikan situasi saudara-saudara kita di Palestina. Faktanya, sejak perlawanan Ham*s pada 7 Oktober dua tahun silam hingga sekarang, entitas Yahudi terus melancarkan serangan dan genosida di Jalur Gaza. Serangan brutal ini juga banyak diarahkan ke rumah penduduk, rumah sakit, hingga sekolah.
Tindakan kejam entitas Zion*s dalam menghacurkan warga Gaza telah melampaui batas kemanusiaan. Kejahatan ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun dan makin parah dalam dua tahun terakhir. Namun, dunia internasional hanya bisa mengecam, tanpa melakukan apa pun untuk menghentikan genosida di Gaza.
Dan bagaimana dengan negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim? Mereka juga memiliki perspektif yang hampir sama. Para pemimpin negeri muslim yang notabene memiliki kekuatan militer yang besar hanya diam dan mengecam entitas Yahudi untuk menghentikan genosida di Gaza. Justru kian menyedihkan di tengah pesta politik baru-baru ini, isu Palestina sering mereka gunakan sebagai alat untuk menarik simpati rakyat.
Tak hanya itu, pemimpin negeri-negeri muslim juga selalu menyerukan solusi dua negara kepada “perampok” tanah Palestina yang secara jelas tidak memberikan keadilan pada warga Palestina. Padahal, solusi dua negara ini lahir dari Barat, pengusung ideologi kapitalisme. Diketahui pula bahwa negara-negara di Barat, khususnya Amerika Serikat, adalah pembuat skenario genosida yang terjadi di bumi Syam ini. AS pula yang menjadi aktor utama yang selama ini memberikan dukungan dalam bentuk dana maupun persenjataan kepada entitas Yahudi. Wajar, jika mereka makin percaya diri dan terus melanjutkan aksi biadabnya kepada saudara-saudara muslim kita di Palestina.
Dengan demikian, apakah kita masih mengharapkan dunia internasional? Sudah jelas jawabannya adalah tidak. Hal ini karena solusi yang ditawarkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah di Palestina. Dunia internasional juga tidak akan mungkin mengembalikan bumi Palestina ke pangkuan pemiliknya, yaitu kaum muslim.
Lantas, apakah kaum muslim memilih untuk pasrah dengan kenyataan ini, kemudian menyerah? Agama Islam tentu tidak mengajarkan umatnya untuk menyerah. Oleh karenanya, penting bagi seorang muslim untuk memahami akar masalah dan solusi hakiki dari penderitaan yang menimpa muslim Palestina.
Penerapan sistem kapitalisme di seluruh negeri inilah yang menjadi akar masalah dari penindasan muslim di Gaza. Jangankan atas makanan, pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan perlindungan dari kekerasan. Jaminan untuk hidup saja mereka tak punya. Dan Amerika Serikat, sebagai negara adidaya saat ini, justru abai terhadap penderitaan di Gaza. Betapa banyak korban, terutama anak-anak, dari kebiadaban entitas Yahudi. Tetapi, AS tetap diam. Padahal, AS lah yang harus bertanggungjawab atas kematian ratusan ribu nyawa warga Palestina . Pasalnya, AS dan Barat adalah pendukung utama genosida di Gaza.
Jika kita mundur ke belakang, kita akan mendapati bahwa Palestina sejatinya merupakan wilayah milik kaum muslim. Saat Palestina dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ra. pada 15 H, Palestina menjadi bagian dari Negara Islam. Setelah itu, Palestina terus menjadi bagian dari Negara Islam selama masa kekhalifahan Islam.
Tetapi, sejak runtuhnya Khilafah Islam (Khilafah Utsmaniyyah) pada tahun 1924, entitas Yahudi kemudian merampas Tanah Palestina secara ilegal dari kaum Muslim. Yahudi Zion*s akhirnya memperoleh tanah Palestina berkat bantuan Barat. Mereka menduduki lebih dari setengah wilayah Palestina pada tahun 1948 dan mengusir warga Palestina secara paksa. Sejak saat itu, entitas Yahudi laknatullah terus melakukan serangan dan pembantaian.
Hadirnya "Negara Yahudi" sebenarnya sangat berkaitan dengan upaya Barat untuk meruntuhkan Khilafah Islam. Dukungan Barat untuk mendirikan "Negara Yahudi" tersebut sebenarnya memiliki tujuan politik, yakni dimaksudkan untuk menjaga eksistensi sistem kapitalisme di seluruh dunia. Barat terlebih dahulu menghilangkan aturan Islam dari dunia Islam dan menggantinya dengan sistem kapitalisme. Barat sangat menyadari bahwa kebangkitan Islam sebagai ideologi hanya bisa berada di bawah naungan Khilafah. Dan khilafah lah satu-satunya institusi yang bisa melindungi umat muslim.
Oleh karenanya, Barat tidak akan pernah membiarkan Khilafah Islam bangkit kembali. Barat akan terus menerapkan taktik untuk mendukung entitas Yahudi dengan berbagai tindakan kejahatannya di bumi Syam. Selain itu, keberadaan Yahudi di Palestina juga akan memudahkan AS menjajah Timur Tengah. Oleh karenanya, masalah Palestina sejatinya ialah konflik antara dua peradaban: Islam dan Barat.
Akar masalah Palestina tidak hanya berkaitan dengan masalah kemanusiaan, masalah bangsa yang terusir, atau hanya masalah perbatasan antara dua negara. Inti dari masalah Palestina ialah keberadaan entitas Yahudi di negeri yang diberkahi dengan penjagaan sistem kapitalisme. Maka, satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan muslim Palestina ialah dengan mengusir entitas Yahudi laknatullah dari wilayah Palestina dan menghentikan setiap serangan yang mereka lakukan. Solusi yang dituntun oleh syariat Islam ialah membebaskan seluruh Palestina, mulai dari daratan hingga lautan, hingga mengikis habis entitas Yahudi sampai tidak menyisakan lagi kekuatan Yahudi di sana. Allah Swt. Berfirman, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah: 191).
Benar sekali, jihad adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan persoalan di Palestina. Jihad adalah bagian dari ajaran Islam yang berarti perang melawan kaum kafir untuk menegakkan agama Allah. Sesungguhnya, berdasarkan dalil di atas, kita diwajibkan untuk membela dan membantu saudara-saudara kita dengan jihad ketika mereka diperangi.
Namun, berharap pada para penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara mereka mengusir penjajah dari Palestina tampaknya sangat mustahil. Bagaimana tidak? Penguasa negeri-negeri muslim saat ini adalah antek Barat. Mereka akan tetap melayani dan mempertahankan kepentingan AS, terutama di kawasan Timur Tengah. Para penguasa ini juga telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya. Sebab, mereka pada hakikatnya adalah alat Barat dan kekuasaannya dikendalikan oleh negara adidaya hari ini, yakni AS.
Oleh karena itu, aktivitas jihad yang benar hanya bisa dilakukan oleh khalifah, atau penguasa dalam Khilafah (Negara yang menerapkan aturan Islam kafah). Rasulullah bersabda, “sesungguhnya imam atau khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung,” (HR Muslim).
Sangat penting bagi seluruh umat muslim saat ini untuk berjuang menegakkan Khilafah. Khilafah akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia, menjaga keberadaan umat Islam, dan menyebarkan risalah Islam di seluruh dunia melalui dakwah dan jihad. Dengan adanya khilafah, kaum muslim akan dilindungi dari penjajahan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Aturan Islam kafah akan diterapkan sehingga hak-hak rakyat dalam negara khilafah, termasuk anak-anak, akan dipenuhi.
Dalam Islam, anak-anak adalah generasi masa depan yang harus dilindungi, dijaga keamanan dan kesejahteraannya. Seorang Khalifah akan berfungsi sebagai raa'in, yakni sebagai pengurus rakyat, dan junnah, yakni sebagai pelindung umat. "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (HR Bukhari).
Sungguh, negara adalah basis perlindungan anak yang hakiki. Tegaknya khilafah akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme di antara negeri-negeri muslim hari ini. Khilafah akan menerapkan aturan Islam secara kafah dan menyatukan negeri-negeri muslim. Untuk menyelamatkan anak-anak muslim yang tertindas, termasuk anak-anak di Palestina, Khilafah akan mengerahkan kekuatan militernya.
Kesimpulannya, umat muslim harus terus menyuarakan solusi hakiki atas warga Palestina. Hal ini harus terus dilakukan hingga pertolongan Allah itu datang dan atas izin Allah bumi Syam akan dibebaskan oleh tentara-tentara khilafah Islam. Untuk menuntaskan persoalan di Palestina, umat muslim tidak boleh membuang waktu dalam mengkampanyekan solusi yang sifatnya sesaat dan semu. Solusi satu-satunya yang tepat dan akan berhasil meskipun butuh waktu yang lama ialah dengan berjuang menegakkan khilafah Islam. Wallahualam bissawab.
0 notes
karyawatibercerita ¡ 1 month ago
Text
Rengganis
Sepotong nama paling cantik yang pernah aku dengar, Rengganis. Gak tau artinya apa, yang pasti berkaitan dengan hal-hal indah dan manis. Ibunya notaris, dulu pernah menjadi salah satu notaris di tempat ayahku bekerja. Tentu saja muslim, makanya Ayah memperkenalkan ibuku dengan ibunya karena mereka sama-sama minoritas(muslim) yang hidup di Bali. Ayah berharap ibu bisa gabung grup mengaji yang biasa Ibunya Rengganis lakukan. Bapaknya seorang purnawirawan Jenderal, dulu sering dapat perintah beli senjata di Amerika, aku tahu karena beberapa kali dapat oleh-oleh dari mereka. Tentu bukan senjata, ini perlu diperjelas.
Rengganis bukan anak tunggal, dia anak ke-3 dari 4 bersaudara. Semuanya perempuan. Kakak pertama sudah menikah dengan tentara, kakak ke-2 juga dengan tentara, adik ke-4 kabarnya sedang pacaran dengan kakak kelasku di SMA, hanya Rengganis yang masih melajang.
Selama bertahun-tahun tinggal di Bali, aku gak pernah kenal dengan Rengganis. Ibu sempat beberapa kali menyebut namanya, bercerita tentang dia, cuman tidak pernah begitu aku dengarkan. Kemudian aku pindah ke Jogja, lulus sekolah, dan sibuk mencari pekerjaan. Di masa menganggurku, aku menjalin pertemanan dengan Rengganis.
Kata Ibu, dia ke Jogja dalam rangka menjadi dosen sebuah universitas swasta di jalan Magelang. Seingatku sih mengisi kelas hukum untuk anak-anak S1. Selama di Jogja, Rengganis tinggal di kosan yang hanya berjarak 3 rumah dari tempat tinggalku. Sengaja cari yang dekat dengan rumahku, katanya biar aman. Padahal ibuku juga tidak tinggal di Jogja, satu-satunya manusia yang tinggal di rumah ini hanya aku, dan tentunya keamanan Rengganis bukan tanggung jawabku, kan? Iya lah! Iya dong?
Rengganis ini tipe perempuan yang hobi mengobrol. Aku gak bercanda untuk pernyataan itu. Waktu pertama bertemu dia, kami mengobrol dua jam di ruang tamuku. Dia tipe orang yang asik sendiri membicarakan dirinya. Satu respon “oh ya?” bisa dibalas dengan 10 kalimat lanjutan darinya. Bukan jenis teman yang aku cari, itu pikirku kala itu. Selama mengobrol-pun, busa-busa air liur di ujung bibirnya sering menjadi fokus utamaku. Di kepalaku hanya ada pertanyaan “Kapan capeknya sih dia ngomong?”.
Rengganis memiliki letak bola mata yang tidak sejajar, ditutup kacamata tebal pula, sehingga kadang aku menolak menatap matanya dan fokus ke busa di ujung bibir. Dua-duanya salah sih, tapi aku bingung atur strategi harus melihat ke mana. Dengan kekurangan fisik tersebut, perlu aku akui kalau Rengganis memiliki kepercayaan diri di atas rata-rata. Ceria sudah pasti, perhatian jangan ditanya. Walau usiaku lebih muda 3 tahun, dia tetap memanggilku dengan “Mbak Mira”, mungkin tanda hormat, meski aku gak minta untuk dihormati segitunya juga, tapi ini tradisi di Jawa, toh orang tuaku usianya lebih tua dari orang tuanya.
Awal-awal Rengganis tinggal di Jogja, ibu memberiku tugas untuk selalu menemani dia, dari cari perabotan sampai keliling mencari cafe terenak. Aku paling malas kalau disuruh jalan dengan dia, ngobrolnya terlalu banyak, gak ada jeda waktu untuk atur nafas dan istirahat sejenak, aku capek. Tapi aku jadi tahu Rengganis ini orang seperti apa. Mahasiswanya pernah ia traktir bakso di awal perkenalannya di kelas baru. Dosen muda yang ia taksir, sebut saja Mas Bintang (nama samaran), selalu ia tawari untuk pulang bersama mobilnya, meski puluhan kali ditolak juga. Tipe orang baik yang tahu kalau dia dimanfaatkan tapi oke-oke saja karena dia merasa itu tidak merugikan dirinya, menurutku begitu.
Suatu sore di pinggir pantai Bantul, Rengganis tiba-tiba cerita “Mbak Mira, sebetulnya aku sadar aku ini gak cantik. Diantara saudara-saudaraku, kayaknya aku yang paling biasa saja. Aku cuman bisa jadi orang baik mbak, cuman itu yang bisa aku tunjukin. Tapi kayanya kurang ya? Sampai sekarang belum dapat jodoh juga. Mas Bintang bilang dia gak mau sama aku karena aku orang mampu, sementara dia hanya ada motor. Buat aku sih gak masalah, aku rela jadi orang biasa-biasa aja.”
Balasanku hanya “Belum jodoh aja, gak usah terlalu dipikirin”. Enteng benar mulut usia 23 tahun berbicara ((GAK USAH TERLALU DIPIKIRIN)). Untuk aku yang sudah berusia 28 tahun hari ini, perlu aku akui kalau tidak terlalu memikirkan hal-hal yang paling kita inginkan itu S-U-L-I-T.
Okay, kembali ke Rengganis.
Selepas dari pantai, malamnya pukul 1 dini hari, perutku melilit luar biasa. Rasa keringat dingin, pusing, mau pingsan, campur jadi satu. Aku kirim pesan ke Rengganis untuk tanya apakah dia sakit juga, berharap dibalas besok karena ini sudah jam 1 pagi, mana mungkin dia bangun. *ting* pesan masuk, aku kaget. Rengganis jawab : “Mbak Mira, aku otw rumah Mbak ya, jalan kaki. Bawa obat sekalian.”
“Gak perlu, ngerepotin ah. Aku gak papa kok” jawabku tegas, tapi juga lemas.
Beberapa lama, Rengganis tiba di depan rumah. Dia memberiku obat Norit, warnanya hitam, kapsulnya kecil, kuteguk beberapa. Dia izin untuk menemaniku tidur malam itu. Sekitar 1 jam kemudian, tiba-tiba ada rasa ingin muntah yang besar. Aku mencoba lari ke kamar mandi tapi tidak berhasil. Rengganis ikut berlari tepat di belakangku, aku berhenti dan muntah di lantai depan wastafel, kotoran menyelimuti kakiku dan kakinya. Tanpa bergeser sesenti pun untuk menghindari muntahanku, dia mengelus punggungku, pelan. Aku hanya bisa minta maaf, dan Rengganis cuman jawab “Gak apa-apa mbak, namanya juga sakit. Yang penting Mbak Mira udah lebih baik sekarang, aku lega.”
Aku jadi betulan sadar kalau Rengganis ini betulan baik, baik dari hati, bukan dibuat-buat. Sejak hari itu, kegiatan cerewet dan hobi ngobrolnya makin bisa aku tolerir. Ternyata bisa juga ya, orang yang aku anggap gak cocok jadi teman malah jadi salah satu orang paling baik yang pernah aku kenal.
Hubungan yang aneh, tapi dia salah satu orang yang gak pernah berhenti tanya kabarku lewat DM Instagram sampai detik ini. Dia juga pernah bilang “Aku selalu doain Mba Mira hal-hal baik”. Oh, manisnya sebuah pertemanan.
Kadang kalau aku lagi terhindar dari suatu bencana, selain doa ibu, aku percaya mungkin ada doa orang baik seperti Rengganis di belakangnya.
Hari ini Rengganis sudah punya keluarga kecil. Dia menikah dengan pemuda dari Jawa Tengah, dikenalkan orang tuanya. Anaknya satu, perempuan. Rengganis sudah lolos menjadi seorang notaris, suaminya dihadiahkan franchise Fried Chicken gerobak dari orang tua Rengganis, biar ada usaha.
Terakhir bertemu, Rengganis bilang “Suamiku biasa-biasa aja mbak, tapi sayang banget sama aku. Mbak Mira kapan?”
Aku balas : “Kapan-kapan mba, aku sih gak terlalu mikirin”
Aku bohong.
Sepanjang jalan pulang, aku jadi punya pikiran yang sama dengan Rengganis di pinggir pantai saat itu :“Apa aku kurang baik?”
0 notes
punya-debusemesta ¡ 2 months ago
Text
Review Film Detachment (2011): Melawan Absurditas Kehidupan
Tumblr media
Film Detachment karya Tony Kaye adalah sebuah karya sinematik yang menggambarkan absurditas kehidupan melalui lensa seorang guru sementara bernama Henry Barthes (Adrien Brody). Dengan latar sebuah sekolah menengah Amerika, film ini bukan hanya menyuguhkan kisah perjuangan seorang guru menjinakkan murid-murid bengal, tetapi juga menggali lebih dalam ke dalam konflik batin, realitas yang kejam, dan pertanyaan besar tentang makna kehidupan.
Narasi Absurditas dan Kehidupan
Detachment mengajak penonton untuk menyaksikan bagaimana setiap karakter terjebak dalam masalah mereka masing-masing, tanpa ada satu konflik yang benar-benar dominan. Denting piano datar yang mengiringi sepanjang film memberikan kesan bahwa konflik adalah sesuatu yang biasa dan tak terelakkan dalam kehidupan. Henry, sang protagonis, digambarkan sebagai sosok yang terpisah secara emosional dari dunia di sekitarnya, mencerminkan filosofi absurditas Albert Camus. Dia menjalani hidup tanpa harapan, bertindak hanya demi tindakan itu sendiri, tanpa terjebak dalam ekspektasi.
Namun, sikap ini tidak hanya memengaruhi Henry. Dua karakter perempuan, Meredith dan Erica, juga memainkan peran penting dalam menggambarkan respons manusia terhadap absurditas. Meredith memilih "bunuh diri filosofis," keluar dari kehidupan yang ia anggap tidak bermakna. Sebaliknya, Erica, seorang gadis remaja yang menemukan tempat tinggal sementara bersama Henry, memilih untuk terus menjalani hidup meskipun penuh kesulitan.
Kelebihan Film
1. Penyajian Konflik yang Setara: Film ini tidak memberi prioritas pada satu konflik tertentu. Semua masalah disuguhkan secara setara, memberikan kesan bahwa kehidupan setiap orang penuh dengan tantangan yang setara beratnya.
2. Musik Pengiring yang Mendukung: Denting piano datar yang konstan membantu menciptakan suasana muram yang konsisten, menegaskan absurditas kehidupan.
3. Penampilan Adrien Brody: Akting Brody sebagai Henry begitu mendalam, menggambarkan sosok yang hancur di dalam tetapi tetap mencoba menjalani hidupnya.
Kekurangan Film
1. Minimnya Sisi Positif pada Karakter: Hampir semua karakter dalam film ini terlihat seperti tidak memiliki sisi baik. Hal ini membuat narasi terasa terlalu pesimistis dan kehilangan keseimbangan yang realistis, mengingat manusia memiliki sisi baik dan buruk.
2. Kurangnya Pemberontakan Henry: Jika Henry benar-benar menjadi representasi dari filsafat Camus, seharusnya film ini lebih menonjolkan pemberontakan Henry terhadap absurditas di epilog, bukan hanya menggambarkan hidupnya yang muram dan pasrah. Ini membuat film cenderung nihilistik.
3. Potensi Salah Tafsir: Kematian Meredith yang digambarkan sebagai "bunuh diri filosofis" mungkin memberikan gambaran yang kurang jelas tentang pemberontakan terhadap absurditas. Jika tidak ditangkap dengan benar, film ini bisa mendorong penonton untuk menyerah, alih-alih memberontak terhadap ketidakpastian hidup.
Refleksi Filosofis
Film ini menggambarkan absurditas seperti yang dijelaskan oleh Camus dalam Mite Sisifus: perbedaan antara nalar manusia yang menginginkan kepastian dan realitas yang penuh ketidakpastian. Namun, pendekatan Detachment terhadap absurditas tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran Camus tentang pemberontakan. Alih-alih melawan absurditas dengan kesadaran dan solidaritas, film ini lebih menonjolkan kemuraman dan penyerahan. Hal ini bertentangan dengan pandangan bahwa harapan adalah sumber kekuatan, bukan sekadar sumber kekecewaan. Dari perspektif spiritual, film ini juga kurang menggambarkan nilai sabar dan syukur yang bisa menjadi respons terhadap absurditas.
Kesimpulan
Detachment adalah film yang berani mengangkat tema berat tentang absurditas kehidupan. Meski sukses menciptakan suasana yang menggambarkan kompleksitas hidup, film ini kurang memberikan resolusi yang kuat. Pesannya cenderung nihilistik dan bisa disalahartikan oleh penonton. Sebagai refleksi, film ini cocok bagi mereka yang mencari pemahaman filosofis tentang absurditas, tetapi kurang ideal jika diharapkan sebagai panduan menghadapi hidup.
Rekomendasi: Tonton film ini dengan kesadaran kritis dan refleksi mendalam, sambil tetap berpegang pada prinsip harapan, kesabaran, dan syukur untuk menjalani hidup yang penuh makna.
0 notes
yesungsh27 ¡ 2 months ago
Text
"Bagaimana Pendidikan Formal Mulai Mengadopsi Program eSports"
Tumblr media
Dunia pendidikan formal kian dinamis, terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Salah satu inovasi menarik adalah pengadopsian program eSports ke dalam kurikulum sekolah dan universitas. Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi respons terhadap perkembangan industri gaming dan eSports yang telah menjadi bagian integral dari budaya populer dan peluang karier modern. Berikut adalah gambaran bagaimana pendidikan formal mengintegrasikan eSports, alasan di baliknya, dan manfaat yang ditawarkan.
1. Mengapa eSports Masuk ke Dunia Pendidikan?
Beberapa alasan utama mendorong institusi pendidikan mengadopsi program eSports:
Industri yang Berkembang Pesat eSports kini bernilai miliaran dolar, dengan pertumbuhan pesat di seluruh dunia. Banyak universitas melihat peluang untuk mempersiapkan siswa menghadapi karier di industri ini, mulai dari pemain profesional, komentator, analis, hingga manajer tim.
Kemampuan Soft Skill yang Diperoleh eSports mengajarkan keterampilan penting seperti kerja tim, komunikasi, manajemen waktu, dan kemampuan problem-solving, yang semuanya relevan di dunia kerja.
Meningkatkan Keterlibatan Siswa Program eSports menarik siswa yang mungkin kurang tertarik dengan kegiatan ekstrakurikuler tradisional, sehingga meningkatkan partisipasi mereka dalam lingkungan sekolah atau kampus.
2. Bagaimana eSports Diintegrasikan?
Institusi pendidikan mengembangkan program eSports dalam beberapa bentuk:
Tim eSports Sekolah Sekolah menengah atas dan universitas membentuk tim eSports yang bersaing dalam turnamen lokal, nasional, atau internasional.
Kurikulum Berbasis eSports Beberapa sekolah dan universitas menawarkan mata pelajaran atau program studi yang fokus pada berbagai aspek eSports, termasuk manajemen tim, pemasaran, desain game, dan analisis data.
Fasilitas dan Infrastruktur Untuk mendukung program ini, sekolah dan universitas membangun arena eSports, ruang latihan, dan laboratorium teknologi canggih yang menunjang kegiatan siswa.
3. Contoh Program eSports di Berbagai Institusi
Amerika Serikat National Association of Collegiate Esports (NACE) menjadi pelopor dalam mendukung tim eSports di universitas. Beberapa institusi bahkan memberikan beasiswa bagi pemain berbakat.
Eropa Universitas di negara seperti Inggris dan Jerman mulai menawarkan gelar sarjana dalam bidang eSports, mencakup topik seperti bisnis, produksi media, dan strategi kompetitif.
Asia Korea Selatan, sebagai pusat eSports global, telah lama memasukkan eSports dalam pendidikan formal. Program ini sering difokuskan pada pengembangan atlet profesional dan teknologi gaming.
4. Manfaat Program eSports dalam Pendidikan
Membangun Keterampilan Teknologi Siswa mempelajari teknologi terkini, yang relevan untuk berbagai karier di era digital.
Kesempatan Karier Baru eSports membuka pintu untuk karier di berbagai bidang, termasuk pengembangan game, produksi media, dan pemasaran digital.
Mendorong Keseimbangan Hidup Melalui pelatihan dan bimbingan, siswa juga diajarkan pentingnya manajemen waktu, menjaga kesehatan fisik, dan keseimbangan antara gaming dan pendidikan.
5. Tantangan dalam Mengadopsi Program eSports
Meskipun manfaatnya besar, pengadopsian program eSports juga menghadapi tantangan:
Stigma terhadap Gaming Masih ada persepsi negatif bahwa gaming hanya membuang waktu, sehingga perlu edukasi lebih lanjut untuk mengubah pandangan ini.
Biaya Tinggi Pengadaan fasilitas dan peralatan gaming memerlukan investasi yang signifikan.
Keseimbangan Akademis Mengintegrasikan eSports tanpa mengorbankan prioritas akademis siswa adalah tantangan lain yang harus diatasi.
Kesimpulan
Pengadopsian program eSports dalam pendidikan formal adalah langkah revolusioner yang mencerminkan kemajuan zaman. Dengan pendekatan yang tepat, program ini tidak hanya memberikan siswa peluang karier yang relevan tetapi juga membentuk generasi yang lebih kompeten dalam keterampilan teknologi, komunikasi, dan kepemimpinan. Melalui eSports, institusi pendidikan membuktikan bahwa belajar bisa dilakukan di arena baru yang menarik, seru, dan penuh potensi.
0 notes
aleandraine ¡ 2 months ago
Text
Background Story:
Aleandra kecil sangat menyukai mobil dan menonton balapan di televisi. Itu semua karena kakak lelakinya yang selalu mengajaknya bermain mobil-mobilan. Hal ini pun membuat Aleandra kecil bermimpi untuk menjadi seorang pembalap. Ia memohon kepada ayahnya agar diperbolehkan bermain kart. Tetapi lambat laun, Aleandra merasa hal ini semakin sulit dan tidak menyenangkan lagi.
Ia pun mulai mencari hobi baru. Bernyanyi. Menurutnya bernyanyi itu sangat menyenangkan, apalagi setelah mengetahui beberapa genre musik, ia tertarik pada rap. Ia pun mulai belajar secara otodidak melalui internet.
Ketika lulus sekolah, ia melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat di universitas ternama di negeri Paman Sam itu. Selama berkuliah, ia juga mencari kesibukan lain seperti bekerja paruh waktu dan bergabung dengan suatu grup. Grup yang di mana anggotanya memiliki ketertarikan yang sama, yaitu rap.
Selain itu, ia juga aktif di sosial media sebagai influencer. Tak hanya itu, ia juga sering membagikan ceritanya sebagai orang Indonesia yang belajar di Amerika.
0 notes
baladalayanganputus ¡ 2 months ago
Text
Guru
Paulo Freire melihat guru begitu politisnya. Guru yang dianggap sebagai ‘bank’ pengetahuan baginya tak pantas disebut guru. Guru bertugas mengantar murid-muridnya  berpikir kritis terhadap latar yang membentuk pengetahuan. Pengetahuan bukan dogma. Pengetahuan dibentuk latar budaya dan politik yang perlu disingkap dalam setiap ruang kelas.
Maka, di Hari Guru ini, aku teringat beberapa guruku. Tentu banyak mereka yang berjasa menuntunku berpikir di luar pendidikan resmi. Tapi karena tulisan ini dibuka dengan ide Freire dalam bukunya “Pendidikan Kaum Tertindas” yang sedikit banyak bicara sosok guru di ruang kelas sekolah formal, mari mengingat-ingat mereka yang berada di ruang kelas dan kuanggap berjasa untuk menjadikanku “tak tertindas”.
Tak banyak memoriku dalam rentang taman kanak-kanak hingga SD kelas empat. Di kelas limalah pertama kali bertemu Ibu I yang mau menanggapi pertanyaanku tentang Gus Dur yang “memaafkan” Partai Komunis Indonesia. Di masa yang sama ada pula Ibu S yang dianggap banyak orang menjadikanku “anak emas”. Pun dia adalah kepala sekolah dan memilihku untuk ikut sebuah kuis cerdas cermat di televisi. Pertama dan terakhir kalinya wajahku nampang di layar kaca. 
Di sekolah dasar juga ada Pak S. Seorang muslim yang ingatku cukup taat namun mengajar di sekolah Katolik. Dia mengajar olahraga. Dia juga mengajar bahasa Sunda dan meminta kami satu per satu menyanyikan sebuah pupuh sebagai ujian. Di situlah pertama kalinya pula aku melihat seorang yang begitu lembutnya bisa sangat menyeramkan ketika marah. Lalu ada Ibu S, sosok yang berbeda dengan Ibu S di paragraf sebelumnya, yang juga cukup berkesan karena kebaikan hatinya dan mengingatkanku untuk beribadah sebagai muslim walau berada di sekolah Katolik. Dia juga seorang muslimah.
Masa SMP. Tentu Ibu N. Guru bahasa Inggris dan mungkin bisa jadi guru terbaik yang pernah mengajarku. Kemampuan bahasa Inggrisku yang lumayan aku klaim paling besar karena pengaruhnya. Dia begitu kesalnya dengan orang yang lambat berpikir. ‘Kata-kata mutiara’ (baca: makian) bisa begitu derasnya keluar dari mulutnya yang mungkin sekarang akan mengancam karirnya sendiri. Dan soal sedikit nakal asal pintar berasal darinya. Boleh setuju atau tidak namun aku ingat dia tidak pernah memakiku kalau nakal. Tampaknya murni karena nilai pelajaran bahasa Inggrisku selalu bagus alih-alih yang terbaik di kelasnya.
Ada pula Pak P, guru biologi. Tentu bukan soal pelajarannya yang membekas. Di sekolahku yang berbasis Katolik, September – Oktober berarti adalah Bulan Rosario. Sebulan penuh para guru bergantian memberikan refleksi dan memimpin Doa Angelus di tengah hari, pukul dua belas. Dan teringat pada 12 September 2001, sehari setelah menara kembar World Trade Center ditabrak pesawat, Pak P malah ‘berpidato’ tentang kedigdayaan Amerika yang tak berbekas sehari sebelumnya. Pintu masuk untuk berkhidmat tentang sikap rendah hati dan tak jumawa.
Pak K juga cukup membekas. Menjadikan fisika jadi pelajaran lain selain matematika yang aku suka di rumpun ilmu pasti. Nilai biologiku begitu buruknya sejak SMP. Kimia pas-pasan ketika SMA. Tapi fisika dan matematika lumayan karena kuanggap tak perlu banyak menghapal. Vespa tuanya yang terbatuk-batuk ketika dinyalakan masih terngiang. Seorang yang gagal menjadi pastor dan memilih hidup selibat sambil mengajar fisika hingga tua.
Ada juga Pak A, masih dari jaman SMP. Pak A mengajar sejarah dan ekonomi. Di kelas satu dia mengajar ekonomi. Di kelas dua mengajar sejarah. Kelas tiga mengajar ekonomi kembali. Yang paling membekas adalah ketika membahas soal gestapu. Dan pandangannya sama seperti James Luhulima yang belakangan bukunya kubaca ketika SMA: Soeharto dalang gestapu. Entah apakah dia akan kecewa kepadaku ketika sekarang aku katakana padanya, aku menganggap Soeharto sebagai presiden terbaik Indonesia. Lalu menjelang pemilu 2004, dia memintaku maju ke kelas untuk berpidato apabila aku jadi calon presiden. Tentu aku dengan senang hati melakukannya saat itu.
Dua tahun SD dan tiga tahun SMP dihabiskan di sekolah-sekolah Katolik. Secara subjektif hingga sekarang aku merasa pendidikan gaya Katolik adalah yang paling tepat untuk orang Indonesia. Maka ketika SMA, sekolah negeri, tak begitu banyak memoriku tentang para guru. Mungkin guru agama Islam, Ibu E, yang selalu punya ‘deposito’ dalil untuk dikeluarkan pada murid bandel. Selebihnya tak begitu berkesan karena di SMA mulai banyak membaca dan ‘guru-guruku’ adalah Goenawan Mohamad, Dan Brown, John Grisham, Emha dan sebagainya.
Selamat Hari Guru. 
0 notes
miftah21 ¡ 3 months ago
Text
Cara belajar Efektif
Belajar di sekolah itu sangat penting tapi kadang kita bingung kalau di suruh jelasin ulang pelajaran apa tadi di sekolah, gak heran kita ketemui belajar pas ujian aja, habis ujian malah lupa apa yang kita pelajarin setelah ujian. Belajar hapalkan lupakan. Tiga slogan itu di zaman sekarang sudah hal yang biasa bahkan ini termasuk negatif dan dan tidak efiensi.
“Suatu kondisi ketika kita merasa sudah menguasai suatu hal yang sebenarnya belum kamu kuasai.”
Jadi sesuatu yang masuk ke otak kita itu ada tahapannya:
1. Sensory memory (ingatan jangka pendek)
2. Working memori (saring)
3. Long tern memory ( ingatan jangka panjang)
Kalau kita liat 3 tahapan di atas apakah kita sudah menerapkannya di dalam otak kita?
Contoh:
Kita mudah banget ingat ghosip tentang artis dibandingkan mengingat pelajaran karena sesuatu yang kita dapat itu kita latih tiap hari, karena kita cari di medsos bahkan kita obrolin sama teman bahkan kita buat status di medsos. Kalau di bandingin dengan pelajaran aljabar, giometri, teknik ekonomi cuman kita diskusiin sebelum ulangan aja kan, ya pasti beda hasilnya.
Cara melakukannya
1. Mengulang apa yang kita pelajari
2. Ngajarin materi yang kita pelajarin
Teknik active recall (mengulang apa yang kita dapat)
Menghapal adalah salah satu skill yang penting dalam belajar. Skill ini sebenarnya paling kecil karena yang paling besar itu menguasai konsep. Dan ada hal2 di dunia ini yang perlu kita hapalin, rumus atau persamaan, tapi sayangnya metode hapalan ini di pake untuk semua pelajaran bahkan di suruh sama gurunya. Coba deh kamu hapalin sesuatu materi truss berapa persen kamu dapat memahami suatu materi tersebut. Well pasti dikit. Pasti dalam ujian kita belajar hapalkan lupakan setelah ujian. Bahkan ni kita habis kuliah kita udah wisuda bisa aja kita lupa apa yg kita hapalkan selama kuliah.
Kenapa kita bisa lupa apa yang kita pelajari?
1. Coba kita coba evaluasi, gimana sih cara belajar kita pada saat itu?
Kita kalau mau ulangan, pasti kita baca hapalin dan setelah ujian pasti udah lupa lagi apa yang kita hapalin. Ada seorang psikolog berkata “ secara rata-rata, kita akan melupakan 50% dari informasi yang kita pelajari hanya dalam waktu 1 jam saja dan 24 jam, kita akan lupa sekitar 70%.
Nah, dengan gitu kita perlu memaskitan apa yang kita dapat itu tersimpan secara aktif, bukan kita bilang ke otak kita “ mohon kerja samanya ya apa yg di pelajari sekarang di ingat trus” bukan gitu tapi gimana kita menyimpan suatu informasi secara aktif?,
Ex: kita mempelajari tentang gimana cara ekspor kopi?, nah disini kita bakalan belajar bahkan menghapal cara-caranya kan, disini kita harus lebih aktif, dengan kata lain kita harus banyak mencari dan mempertayakan/ mengulang dalam proses cara ekspor tersebut, dengan melakukan itu, otak kita faham bahwa ini informasi penting dan bakalan dimasukin ke memori jangka panjang. Disini la fungsi aktive recall karena mengulang dan mengingat kembali yang kita terima. Emang perlu banyak usaha dan tenaga, tapi hasilnya sepadan apa yang masuk ke otak kita.
Teknik feynmen
Teknik ini diciptakan oleh ilmuan feymen beliau ahli fisika terkenal berasal dari amerika.
Cara belajar menurut dia:
1. Mencoba untuk mengajarkan sesuatu yang kita dapat kepada orang lain. Dengan kita mengajarkan sesuatu kepada orang lain, kita bakalan membuat diri kita lebih faham terdahulu baru kita membantu orang bisa lebih faham.
2. Tentukan apa yang harus kamu fahami. Contoh bagaimana cara kita menentukan suatu harga?
3. Tulis ulang materi apa yang kamu pelajari, kalau bisa pake bahasa sendiri
4. Cek hasil penjelasan yang kamu jelasin dengan sumber aslinya
5. Revisi
6. Jelaskan cacatan materinya kepada orang lain
Banyak yg harus kita pelajari yg ga dipelajari di sekolah termasuk ini.
1 note ¡ View note