#sejak spoilers
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sejak 4 (spoilers!)
Is there anything sexier than selling your soul to steal the throne?
#sejak#sejak spoilers#captivating the king spoilers#spoilers#there we go hopefully that works!#my commentary#the way i was in fucking raptures#nice virtuous prince: boring! prince who sees his only path to live that also involves him finally claiming the power#that a teeny tiny deep-down part of him has probably wanted this whole time#and saying fuck it i'm doing it i'm taking it i don't care who i have to sacrifice: perfection itself!#i have said before that i love a usurper so as you can imagine i was on cloud nine this whole ep
7 notes
·
View notes
Text
I thought at first that it would be revealed that Yi In always intended to give up the throne to the Prince Royal and that he only took the throne to protect him but I’m actually kinda digging how they’re not doing that.
Like it makes the character so much more interesting that he does in fact say he committed treason to steal the throne from his brother. TBH that last scene between them where the King nearly kills him, is pretty gut wrenching. And then to go outside and realise that your own uncle was probably behind the whole thing?! I’d probably be pissed too and get back at everyone by taking the power everyone keeps telling me i’m “fated” for
It’s also a really nice way to show how Hee Soo balances Yi In. She truly can read his heart and that’s why she hugs him and forgives him for his sin. Because in the end, even if he didn’t intend it, his unrelenting need for justice lead him to the right path and he did in fact protect the Prince Royal all this time.
I’m really curious to see how this pans out in the last few episodes, and even though I’m pulling my hair out with the miscommunication between my little lovebirds and all their plans always being so reckless, I’m enjoying how great the writing is. Like these characters are SO flawed, but they are kind of a ying and yang to each other that’s really satisfying and beautiful to watch.
Really shaping up to be my favourite drama in a while.
14 notes
·
View notes
Text
I cannot decide if the king has the lipstick figured out or not... So anxious for next week.
Sejak episode 14
He really went "guys, I think we should stop the king from interrogating people. I mean, think about the poor spy when he's caught 🥺" and they all just accepted this as a normal, not at all suspicious thing to say
The poison was on the yongpo!!! How very Count of Monte Cristo!
HE GETS CREEPIER FOR EVERY EPISODE AND I LOVE IT. Please let Lee Gyu-hoe play the villain in every sageuk from now on, he's so incredibly persuasive at this brand of delulu evil!! I love the long ass Rasputin beard fluttering after him whenever he storms off feeling that he has been Humiliated and must Seek Revenge
I'm so happy that this new and improved Mong-woo can read between the lines 🥰
But if she is gonna be as ride or die for Yi In as she claims, I think a good first step would be to tell him about this plot that she personally set in motion and is still ongoing behind his back, idk.
The devil works hard but the torture gnomes work harder!
Lol honestly very relatable that he forgot Master Chu's face. Finally some representation for the prosopagnosia community!
When I tell you I had goosebumps throughout this entire exchange. They are both such marvelous actors. Also wanna give a shoutout to the sound designer! The musical score has probably been great all along, but this was the first episode I watched with headphones on and my god
It's so funny to me that he seems to be genuinely impressed and delighted by how evil Minister Park is. He's like "I can only hope to be as evil as you one day daegam 😍 I served the others for personal gain, but you... I'm serving for love"
Very ooc for Myung-ha to even consider this cursed alliance. Like didn't you learn anything from trying to plot with other people?? Just do your own thing man! Get creative!!
Another terrific actor. I love her polished, arrogant diction that is so entirely at odds with the haunted look in her eyes.
My darling Dong!! If no one will protect you I will!!!
Sorry writernim for thinking there would be catty jealousy drama... I should never have doubted you. (Very amusing though when she stomps her little foot on Mong-woo's proffered handkerchief and Mong-woo looks shocked that her gentleman rizz has failed, lmaooo)
LIPSTICK POISON!!! Even better than the robe! But as always with this trope I wonder: how on earth can it kill the person being kissed and not the person wearing it? I assume this is a different poison from the one she used on the former king, since that was clearly more slow-working than this could be supposed to be... and simultaneously strong enough to seep through several layers of fabric which would reasonably then also cross through the protective barrier of Dong sanggung's plump and lovely lips. Much to think about.
There's manspreading and then there's this
I'll be honest I did experience a few bisexual emotions while watching this scene. I assume he's got her all figured out here and will shove her away with his virtue intact in the first seconds of ep 15, but the sexual tension between him and the Toxic Lipstick is pretty intense lol. I feel like he considered going for it, just for like 2 seconds. Not a bad way to go after all.
Also, remember what I said about the sound design because it really goes extremely hard in this scene!! Those ominous strings! A most excellent episode!
#every word of this review was an unmitigated delight#manspreading 😂#i would totally want to throw lady Dong a pity fuck if she wasnt trying to murder him#sejak: charmed deceit#captivating the king#spoilers#justice for Court Lady Dong!
27 notes
·
View notes
Text
How to make millions before grandma dies (2024)
Dari scene neneknya masuk rumah sakit aja w udah mulai nangis, hehe. Agak spoiler, jadi kalau masih niat nonton di bioskop bisa di-skip aja. TL;DR it's a very good movie, you should watch it in the cinema before they take it down.
Sebenernya ceritanya nggak menye, nggak yang sengaja dibikin sedih banget untuk bikin penonton ikutan nangis, pun nggak ada adegan nangis sesenggukan dari para aktornya. Ceritanya mengalir begitu aja, keseharian seorang cucu yang berniat mengurus neneknya karena beliau sakit.
Sedihnya tuh lebih karena memproyeksikan apa yang sudah aku alami dan lihat, dan terefleksikan di kegiatan M, Amah (nenek), dan juga anggota keluarga mereka. Pas dokter bilang Amah kanker udah stadium akhir, aku jadi inget waktu bulan Oktober 2022 Mama nge-WA bilang kalau kanker nini udah metastase. Waktu itu siang di kantor, tapi abis baca WA itu aku gabisa kerja. Minta ijin untuk pulang ke Bandung, dimana sepanjang jalan di travel dari Jakarta-Bandung aku beneran gabisa berenti nangis.
Pas Amah pake kupluk setelah kemoterapinya selesai, aku liatnya itu Nini. Sejak kankernya balik lagi emang Nini jadi sering pake kupluk walau sebenernya rambutnya nggak rontok. Dingin, katanya.
Salah satu hal paling sedih dari nonton film ini adalah bagaimana penonton diajak untuk menemani M yang menemani Amah menjelang kematiannya. Perasaan bahwa hidup ini berat dan ujungnya sudah di depan mata.
Sedih banget juga adalah waktu M dan ibunya ketemu dokter untuk nanya kondisi kankernya Amah, dan dokter bilang bahwa pasien tidak menunjukkan perbaikan. Sedih banget karena aku juga merasakan pengharapan-pengharapan kecil karena buatku nggak ada yang nggak mungkin kalau Allah mengizinkan hambaNya untuk sembuh.
Jujur kalau aku nonton film ini di OTT macam Netflix gitu, aku gak yakin akan bisa menyelesaikannya di one sitting. Terlalu triggering. Keluar bioskop yah sedih banget aja gitu, keinget Nini.
13 notes
·
View notes
Text
Neil, Mimpi, dan Kita.
Carpe diem. Seize the day.
Warning: Suicidal thought dan spoiler film/buku DEAD POETS SOCIETY
---
Semalam, aku baru saja menyelesaikan buku Dead Poets Society. Tidak pernah terpikir olehku kalau buku ini akan meninggalkan kehampaan. Tragedi yang terjadi pada Neil Perry adalah tragedi nyata yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk aku.
Dead Poets Society menceritakan tentang sekumpulan pelajar di sekolah ternama khusus laki-laki, yaitu Welton Academy. Welton Academy memiliki 4 pilar sebagai prinsip.
Tradition, Honor, Discipline, and Excellence.
Orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sana berharap mereka bisa berprestasi dan setelah lulus akan masuk ke Ivy League.
Dengan aturan di Welton Academy dan beban yang diberikan oleh orang tuanya, kita bisa membayangkan betapa monoton dan beratnya keseharian mereka. Lalu, datanglah Mr. Keating, guru bahasa Inggris yang memperkenalkan hakikat puisi dan bagaimana puisi dapat mengubah hidup mereka. Puisi memberikan warna dan gairah dalam hidup. Dan saat itu, keseharian mereka pun berubah.
Dead Poets Society adalah klub rahasia, di mana mereka bisa membaca puisi sebebas penyair terkenal seperti Walt Whitman, Henry David Thoreau, Lord Byron, dan lain-lain. Di mana mereka bisa mengumpulkan keberanian untuk "memetik hari ini". Di sinilah seorang Neil Perry akhirnya menemukan tujuan hidupnya.
Neil Perry bersemangat untuk mengikuti audisi drama A Midsummer's Night Dream. Sejak itu, hari-harinya diisi dengan impian menjadi seorang aktor. Ia menemukan semangat untuk berakting.
Perjuangannya tidaklah mudah, mengingat bahwa ayahnya tidak akan setuju kalau Neil berakting. Baginya, kegiatan lain selain belajar hanya akan membuyarkan fokus Neil yang sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter.
Neil memberontak. Tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan emas untuk menjadi bagian dari salah satu drama William Shakespeare yang terkenal. Dia berhasil mendapatkan peran dan berlatih tanpa sepengetahuan ayahnya.
Namun nasib tak ada yang bisa menduga, ayah Neil tahu dan segera menyeretnya pulang setelah penampilan Neil Perry yang memukau. Orang tuanya marah besar dan Neil Perry merasa terpuruk karena tak ada yang memahami keinginan hidupnya.
Diam-diam, saat orang tuanya sudah tidur, Neil Perry menyelinap ke ruang kerja ayahnya. Dia mengambil pistol di balik meja kerja dan merenggut nyawanya sendiri.
---
Tragedi Neil Perry, saudara-saudara, adalah masalah yang bisa terjadi pada siapa saja termasuk aku.
Mimpi adalah salah satu hal yang membuat manusia tetap hidup. Mimpi menjadi tujuan manusia untuk tetap hidup. Bila mimpinya direnggut, hanya 2 hal yang akan terjadi. Manusia mati atau berjalan di bumi seperti zombie. Yang mana aku?
Aku punya mimpi untuk menjadi penulis dan melihat dunia. Orang tuaku telah berkali-kali mencoba untuk merenggut mimpiku. Tidak boleh bermimpi besar, "Mau jadi apa penulis?"", tidak boleh masuk jurusan Bahasa, melanjutkan sekolah kedinasan, masuk ke lembaga pemerintahan. Tapi aku cukup berani untuk menentang. Aku cukup berani untuk mempertahankan mimpiku.
Tak semua orang memiliki kesempatan sepertiku. Tak semua orang memiliki privilege yang kumiliki. Ada yang bilang kita harus melihat realita. Aku tak setuju dengan hal ini.
Previlege yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Tapi peluang yang dimiliki tiap orang sama banyaknya. Tergantung pada diri kita sendiri, apakah kita mau berusaha menemukan dan memanfaatkan peluang itu.
Hanya satu kesulitan yang benar-benar sulit, yang harus sama-sama kita hadapi. Neil Perry juga. Kita harus menghadapi Perenggut Mimpi.
Menurutku, melawan omongan dan kehendak manusia adalah cobaan yang lebih berat dari realita. Omongan dan kehendak manusia bisa menjatuhkan, bisa membuat diri kita terpuruk, sama seperti yang dialami Neil Perry.
Sampai saat ini pun, omongan dan kehendak orang tuaku selalu membayangiku. Menjadi momok yang membuatku benci pada hidupku. Membuatku memiliki kecenderungan untuk merenggut nyawaku sendiri. Hanya satu peganganku yang masih membuatku terus hidup. Mimpi.
Saudara-saudara sekalian, di saat Anda mulai membenci, saat itulah Anda harus berani untuk meraih mimpi. Aku hanya bisa merangkul para pemimpi untuk berani memberontak.
Carpe diem. Seize the day. Petiklah hari ini.
4 notes
·
View notes
Text
Mau sedikit cerita ttg yg terjadi hari ini....
Nonton Suzume yg udah dinanti-nanti sejak tahun lalu, yg pasti bukan oleh gw 🙂 Yaaah pada dasarnya hamba bukan orang yg suka nonton anime karna sefiksi-fiksinya drakor wujudnya masih manusia, masih lebih mendingan buat ditonton. Bukan 2D yg buat aing merasa kaya lagi nonton kartun ✌🏻
Tapi karena si partner mantan wibu wkwk dan tontonan animenya udah mayan banyak, trus juga gw udah sempet nonton beberapa yg beliau rekomendasiin termasuk Kimi No Nawa, gw ya jadinya hayuk aja diajakin nonton si Suzume ini.
Hmmm Rubby awalnya antusias banget pas film baru diputar, sampe duduknya maju gak senderan wkwkw. Etapi di tengah film, ntah kenapa he looked bored?? Bahkan sempet ngantuk??? Bagaimana mungkin???
[Spoiler Alert]
Akhirnya dibahas lah di perjalanan pulang. Menurut doi, karya si Makoto kali ini terlalu banyak plot holes, jadi bikin bingung. Compared to Kimi No Nawa. Yg gw rasain sendiri, memang iya sih. Masa di akhir muncul satu kucing hitam gede yg gatau dari mana asalnya dan helped them out tanpa dijelasin dia itu siapa. Trus monmaaf, I don't think the romance made sense??? Lyke ngapa cewenya gampang bgt bucin????
Idk abt anime genre romance lain ya karna emang minim nonton, apa emang biasanya begitu ato gak. Buuut I don't feel that the bond between Suzume and the guy was so strong that she ngebet bgt si cowonya mesti idup lagi????
Belum lagi pintu dari masa kecil Suzume yg kok bisa tiba2 masuk ke cerita, I mean who was Suzume herself??? Dia bukan the Closer, bukan Keystone, but she could help him and even lock the gate???
Asumsi gw ya mungkin itu kaitannya ke masa lalunya Suzume yg inner child(?) nya masih blum nerima kepergian ibunya. But still, I need more explanation atulah.
Atau adakah dari para tetangga yg sudah nonton punya interpretasi lain?? Monggo dishare :)
Hamba bukan wibu dan hitungan nonton anime masih less than 10 movies. Jadi gw gamau sotoy dengan menyambat banyak hal. But jujurly itu yg gw rasain. Di Kimi No Nawa, gw merasa both main characters itu dibangun dengan kuat, lewat keseharian mereka yg bertukar rules dan notes via dimensi masing2. But this, I didn't see that. Makanya agak aneh sama Suzume yg bucin.
But, I did laugh at the humor. KURSI NGEJER KUCING DI TENGAH JALAN SAMPE VIRAL DI MEDSOS TUUUU 🤣🤣🤣🤣
Waaah I never knew I would be into peranimean setelah selama bertahun-tahun kecemplung nya di lautan drakor. Gw akui emg minat gw nonton drakor udah berkurang parah sejak tahun lalu. So I guess this is something worth ✨ exploring ✨
7 notes
·
View notes
Text
Mrs. Chatterjee vs Norway; Rasisme Berkedok Perlindungan Anak
Tulisan ini mengandung Spoiler
Baru kali ini saya benar-benar kesal pada sebuah film dari detik pertama film. Film yang diperankan oleh Rani Mukerji ini dibuka dengan penculikan anak yang dilakukan oleh Pemerintah Norwegia. Ya kamu tidak salah baca, mereka benar-benar diculik oleh pemerintah dengan alasan keluarga tersebut tidak mampu membesarkan anak disertai tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar atau diskriminatif.
Selain itu masalah seperti KDRT, budaya patriaki serta keluarga suami yang toxic menjadi “sulutan” emosi. Film yang sangat cocok bagi kamu ingin berkata-kata kasar dan marah-marah sejak awal. Karena emang semengesalkan itu.
Rangkuman Cerita
Berlatar di Negara yang memiliki reputasi maju, demokratis, feminis dan paling membela Hak Asasi manusia yakni Norwegia. Debika dan Amirud memiliki dua orang anak bernama Suchi (5 bulan), Subh (Sekitar 6/7 tahun). Mereka didatangi oleh dua orang perwakilan dari pemerintah Norwegia dari Children Walfare mengevaluasi tata cara imigran membesarkan anaknya di Norwegia. Sudah hampir 2 bulan mereka berada disana dan “mengamati” bagaimana keluarga ini membesarkan kedua anaknya. Pengamatan yang dari awal sudah sangat subjektif membuat semua temuan digunakan membentuk narasi salah sehingga menjustifikasi bahwa mereka boleh mengambil anak dari keluarga dengan alasan “Negara wajib melindungi generasi ke depan”. Hilih!
Karena tidak terima, Debika berjuang mencari keadilan agar anaknya kembali. Butuh 3 tahun akhirnya Debika mendapatkan hak asuh anak kandungnya sendiri. Ngebayangin aja udah emosi, tidak hanya pemerintah norwegia yang membuat Debika kesusahan tapi juga suami dan keluarga dari suaminya yang ikut berkonspirasi agar Debika tidak mendapatkan hak asuh anaknya menjadi hal yang membuat kita mengelus dada.
Masalah yang di “framing” Pemerintah Norwegia
Menyuapi anak dengan tangan
Dalam budaya India, menyuapi anak dengan tangan merupakan kepercayaan terhadap Dewa mereka. Tangan ibu merupakan perpanjangan dari Dewa itu sendiri agar anak mendapatkan berkat dalam hidup. Selain itu Debika juga selalu mencuci tangan serta anaknya hanya mau makan jika disuapi menggunakan tangan. Namun Children Wallfare menganggap ini bentuk kekerasan terhadap anak.
Tidak menyediakan tempat tidur sendiri untuk anak
Selain masih 5 bulan, kepercayaan mereka kepada Dewa juga menganjurkan mereka untuk menemani anaknya tidur di pangkuan mereka. Sehingga mereka belum memberikan kamar khusus untuk anaknya.
Domestic Violance suami dan ibu ke anak
Tuduhan ini benar, karena Suami Debika memang sangat patriakis dan cukup abbusive, meski benar pihak Child Wallfare tidak memperdulikan Debika yang mengalami kekerasan oleh suaminya sendiri. Dia sibuk framing-framing dan framing. Debika juga dituduh sebagai istri yang melakukan kekerasan kepada suaminya hanya karena ia marah kepada suaminya karena tidak berbuat banyak saat anaknya diambil.
PLISS SIAPA YANG GA MARAH KALAU LAKIK LU MODEL GINI.
Ia juga dituduh melakukan kekerasan pada anaknya dengan menutup pintu yang videonya dipotong padahal Debika melakukan itu karena anaknya cedera karena sebelumnya memecahkan kaca pintu. Kayaknya Children Wallfare ini gemini deh!, manipulatif :(
Mental ibu yang tidak stabil
Debika dituduh memiliki mental yang tidak stabil dan dibuktikan dengan reaksi dia ketika anaknya diambil. Ya coba kalian berpikir deh, ibu mana yang tenang idupnya dan masih scroll shopee disaat anaknya diculik. Emosi kan???
Tidak memperdulikan anak karena “sering” tidak berpartisipasi dalam tugas anak.
Selain mengasuh anak, Debika dan Amirud tidak memperkerjakan pembantu rumah tangga, seluruh pekerjaan rumah tangga mulai mencuci, masak, bersih-bersih rumah ia lakukan sendiri. Sedangkan suaminya hanya bekerja saja dan merasa apa yang ia lakukan sudah sangat cukup. Karena melakukan itu semua, Debika sering kelelahan dan lupa membawa tugas Subh ke sekolah yang akhirnya menjadi justifikasi Childreen Wallfare bahwa ia menelantarkan anaknya.
Tidak mempedulikan anak yang Autis
Sebenernya bukan mewajarkan kalau orang tua boleh tidak melakukan tes autisme pada anaknya. Artinya orang tua tersebut tidak aware terhadap perkembangan anaknya. Tapi bayangkan jika kamu tidak tahu, dan tiba-tiba ada pihak luar yang menyalahkanmu karena tidak peduli. Bukan karena kamu tidak peduli, tapi karena beban demestikmu yang berat, suami yang abusive serta seorang imigran yang belum 100% paham budaya disana adalah sesuatu yang “wajar” jika anaknya belum mendapatkan tes tersebut.
Masalah yang sebenarnya
Suami yang sangat Patriaki
Budaya India yang masih patriaki masih menjadi bawaan bagi Amirudh. Ia merasa sebagai laki-laki tidak perlu melakukan perkerjaan rumah tangga yang seharusnya dilakukan oleh wanita. Inilah yang membuat Debika akhirnya harus kelelahan secara fisik dan mental karena mindset yang dimiliki oleh suaminya. Fakta bahwa Debika dipaksa menikah padahal dia sendiri punya mimpi sebagai seorang sarjana sains.
Mertua Toxic
Bayangkan ketika mereka datang ke rumah, disaat Debika sedang berada pada puncak kesedihan ia malah dikatakan “emang kamu perempuan yang ga benar” “suami kamu terlalu memberi kebebasan”, “anakku kelaparan karena kamu” dan pernyataan-pernyataan misoginis yang menyalahkan perempuan mulai tidak becus mengurus anak, menuntut segalanya. Yah tipical mertua toxic yang wajib kalian hindari kalau mau nikah ma pasangan.
Beban Domestik yang besar
Karena patriaki tadi akhirnya semua urusan domestik harus dilakukan oleh Debika membuat ia harus menjadi seorang guru, psikolog, teknisi, tukang laundry, bahkan ia memasak untuk bekal suaminya setiap pagi.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Amirudh bahkan pernah memukul Debika hingga tangannya patah. Selain itu bukannya menenangkan istrinya karena bereaksi saat anak-anaknya diambil, ia justru mengurung istrinya di kamar. Selain itu ia juga bekerja sama dengan adiknya agar anak-anaknya tidak bisa kembali ke Debika. Ia bahkan memberikan kesaksian palsu dan mengatakan istrinya tidak stabil mentalnya hanya karena obsesinya untuk mendapatkan permanent resident di Norwegia. Hati-hati jika pasanganmu udah red flag gini guys!
Diskriminasi dan Rasisme
Sebenarnya sangat tidak apa-apa jika pemerintah ikut campur dalam perkembangan anak, namun masalah di film ini adalah hal itu dilakukan atas dasar argumen bahwa negara berkembang tidak mampu membesarkan anak dengan budaya mereka. Mereka melihat budaya yang mereka lakukan adalah salah, tidak modern serta konyol. Hal itu adalah bentuk dari rasisma itu sendiri, ingat rasisme bukan hanya soal warna kulit tapi juga tentang memandang suatu budaya tidak capable melakukan sesuatu adalah bentuk rasisme juga.
Akhirnya mereka menggunakan itu untuk “mengevaluasi dan melindungi” anak, padahal tujuan mereka hanya ingin menjual anak-anak terebut ke orang-orang kaya di Norwegia dengan narasi “kedermawanan”. Ntah kenapa bule-bule kulit putih ini suka banget ngadop orang-orang dari asia dan afrika biar dibilang baik. Akhirnya menciptakan supply and demand dan membuat mereka membuat konspirasi. Menggunakan narasi perlindungan anak padahal ya rasis aja! Moral Story!
JANGAN RASIS! , karena pemikiran rasis hanya akan membawamu pada ketidak-adilan dan membuat orang lain menderita. Selain itu tinggalkan nilai-nilai patriaki yang menjadi akar dari KDRT, kebencian terhadap perempuan. Pembagian tugas di Rumah Tangga bukanlah hal yang mutlak. Kalian bisa berbagi satu sama lain dan penting untuk melakukan bersama. Sekian dan meskipun saya kesal dengan film ini, tapi film ini sangat rekomended buat di tonton.
5 notes
·
View notes
Text
Janji.
Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan di sana. Dan orang-orang yang bersabar dan bersyukur akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan. (Janji, hal. 428-429)
Sedikit yang bisa dikutip dari awal sampai akhir buku ini, karena dipenuhi oleh jejak perjalanan hidup Bahar Safar; si tokoh utama (bahkan mau spill isi buku tuh takut spoiler). Perjalanan yang meskipun fiksi tapi sangat mungkin adanya di kehidupan nyata.
Bagaimana sosok tokoh utama yang sejak kecil yatim piatu, secara terpaksa hidup di sebuah pondok. Masa mudanya dipenuhi oleh kenakalan-kenakalan, peralihan dewasa berlanjut dengan mempertanyakan makna kehidupan, diuji dengan banyak hal, hingga dikisahkan di hari akhir; tempat manusia diadili seadil-adilnya, sang tokoh utama ini melintasi gurun pasir menuju tujuan akhir dengan menaiki kendaraan indah berlapis emas.
"Kemuliaan apa yang ia lakukan?"
Terdengar klise, banyak cerita fiksi yang menggambarkan alur yang sama, nakal-taubat-masuk surga.
Sepanjang membaca dipenuhi pertanyaan, “apa janji yang dimaksud pada judul?” dan baru terjawab di akhir buku.
Mungkin bagi pembaca yang tidak sabar-an, bisa jadi langsung ambil jalan pintas ke bagian akhir. Tapi tentu saja, akan banyak pelajaran hidup yang dilewati. Karena sama seperti buku-buku Tere Liye lainnya, selalu ada sudut-sudut kehidupan yang jarang ditemui banyak orang; kehidupan lapo, penjara, dan penambang bawah tanah. Ditambah pemilihan sudut psikologis yang dipakai, sangat erat dengan kehidupan nyata banyak orang.
Pengemasan yang tidak perlu dipertanyakan lagi pada buku-bukunya Tere Liye, salah satu penulis hebat Indonesia dengan karyanya yang sudah menemani pembaca ini sejak berseragam putih biru. Penulis yang selalu berhasil membuat pembaca menitikkan air mata, atas pelajaran hidup yang disuguhkan.
— @bersamalangit
4 notes
·
View notes
Text
Annual Writing Self-Evaluation 2023
Apa itu Annual Writing Self-Evaluation? Ini adalah bentuk komitmen saya sebagai seseorang yang suka menulis fiksi, untuk merangkum seluruh tulisan fiksi yang pernah saya buat satu tahun sebelumnya, dan merefleksikannya. Kegiatan ini telah saya lakukan sejak tahun 2018.
Annual Writing Self-Evaluation 2017 (Dibuat 2018)
Annual Writing Self-Evaluation 2018 (Dibuat 2019)
Annual Writing Self-Evaluation 2019 (Dibuat 2020)
Annual Writing Self-Evaluation 2020 (Dibuat 2021)
Annual Writing Self-Evaluation 2021 (Dibuat 2022)
Annual Writing Self Evaluation 2022 (Dibuat 2023)
Annual Writing Self-Evaluation 2023 (Sedang kita baca sekarang)
Oke, kita sudah sampai pada tahun ketujuh(!!!) kita melakukan ini. Ini adalah bentuk evaluasi diri yang baik bagi saya, untuk saya, untuk melihat bagaimana saya berproses, dinamika saya dalam kehidupan, dan kebahagiaan kecil di mana saya terus---dan terus, semoga---memilih menulis.
List of Works Published This Year (Oldest-Latest)
Let No Man Steal Your Thyme (1 Februari 2023)
Secepat Sepanjang Malam (2 Februari 2023)
Tatapan Eropa (3 Februari 2023)
Kini, Aku Hanyut dalam Ragu (4 Februari 2023)
Hadir Sewaktu-waktu, Selamanya (5 Februari 2023)
Garis Awal (6 Februari 2023)
Jalan Pintas Menuju Mati (7 Februari 2023)
Tanpa Butuh Jawaban (9 Februari 2023)
Maaf Tak Cukup (9 Februari 2023)
Lebih Tragis dari Mati (11 Februari 2023)
Panggilan dari Seberang (12 Februari 2023)
Belajar Mendengar (13 Februari 2023)
Terbiasa Membiasakan (13 Februari 2023)
Terpangkas Jalur Jalan Setapak (14 Februari 2023)
Kekasih Jangan Bersedih (15 Februari 2023)
Setara (18 Februari 2023)
Tertawa pada Belenggu (18 Februari 2023)
Nyala Api di Matamu (19 Februari 2023)
Keping Hidup (26 Februari 2023)
兄貴 (22 Maret 2023)
Protokol Madrid (22 Maret 2023)
Dalam Diam, Bekerjalah (25 Maret 2023)
Batas yang Tidak untuk Kau Lampaui (26 Maret 2023)
Biar Aku Singgah dalam Kenangan (26 Maret 2023)
Menunggu Merdeka (26 Maret 2023)
Dan Jatuhlah Kita ke Laut (26 Maret 2023)
Siapa Salah Siapa (17 Oktober 2023)
A Messy First Draft/Tidak Berjudul (30 November 2023)
Work You Are Most Proud (And Why?)
Sambil saya merekapitulasi tulisan saya, sejujurnya saya kaget di tahun 2023 saya nulis banyak banget di awal tahun. XD
Saya paling bangga dengan poin 28, A Messy First Draft/Tidak Berjudul karena itu sesungguhnya adalah novel sepanjang 51.000 kata, yang saya buat selama bulan November 2023. Itu nggak mudah melaluinya, dan nggak mudah juga mengulanginya (kenyataannya, saya nggak bisa bikin yang seperti itu di tahun ini). Saya NGETIK DI MANA-MANA---bahkan di area parkir di atas motor.
Yang bikin saya bangga sebetulnya bukan ke ceritanya, tapi bahwa saya bisa membuat novel itu selesai, dan bisa saya baca dengan segala kekurangannya.
Di luar novel, di tulisan-tulisan pendek saya, saya suka sama Biar Aku Singgah dalam Kenangan. Tulisan ini 90% teks semua. Isinya kilas balik seseorang yang hendak berjalan menuju pelaminan, ketika orang-orang yang hadir dalam pernikahannya adalah teman-teman kecilnya. Jadi dia seperti ngelihatin teman-temannya satu-satu, lalu kilas balik tentang masa-masa penuh main-main dulu. Saya nulis ini damai banget.
Work You Are Least Proud (And Why?)
Setelah saya skimming tulisan-tulisan yang saya buat, sepertinya yang ini deh: Terbiasa Membiasakan. Ini saya cuma pengin validasi kalau tokoh yang saya ceritakan itu NGESELIN BANGET hahahah, tapi saya cuma pengin menumpahkannya aja. Jadi, ketika harusnya saya banyak kasih sikap-sikap si tokoh yang mengesalkan, saya malah kasih narasi yang TEKS SEMUA, tentang deskripsi betapa mengesalkannya si tokoh ini ... XD
Favorite Excerpt(s) From Your Writing
Beberapa kutipan yang saya sukai di novel saya tuh, tipenya hampir sama: nge-spoiler. Saya suka kalau menemui bacaan yang kayak gitu; kalau di sastra, sebutannya majas prolepsis, atau majas antisipasi. Sesuai namanya.
Misalnya ini,
“Aku yakin kamu akan berbahagia.” ... [I]ni adalah doa yang takkan bisa terwujud. (Hlm. 47)
Ia berdiri dan menyaksikan keempatnya pergi ... Itu adalah terakhir kali ia bertemu dengan keluarganya. (Hlm. 52)
“Tunggu hingga penobatan raja, ya,” ujarnya ... masih tidak mengetahui bahwa hari itu tidak akan pernah datang. (Hlm. 61)
Sebentar, kenapa semuanya suram, ya? XD
Kutipan-kutipan lain tersebar di tulisan-tulisan saya,
“Kalau kamu nggak menyukaiku, ini akan lebih mudah bagiku. Tapi, kamu menyukaiku, dan rasa sayangmu terwujud dalam ketidakjujuran—kamu menunggu dihubungi, menunggu diajak, menunggu diminta.” ... Kamu tergugu di tempatmu berdiri. Hanya seorang diri, tanpa siapa pun kecuali keangkuhanmu.
Ada dalam tulisan Kekasih Jangan Bersedih. Saya suka tulisan ini secara personal, karena ... saya memang bikin ini untuk diri saya sendiri HAHAHAHA.
“Aaaaaaaaaah!” Layaknya seting pembuka di dongeng-dongeng komedi, peristiwa yang mengawali kisah ini adalah teriakan dari suatu rumah pada pagi buta, begitu nyaring hingga mampu membuat burung-burung di dahan-dahan pohon beterbangan ke angkasa. Hanya saja ... ini bukan dongeng komedi.
Ada dalam tulisan Dalam Diam, Bekerjalah. Saya suka karena saya jarang bikin pembukaan yang "meta" kayak gini, di mana sebuah tulisan fiksi "sadar" bahwa dia adalah tulisan fiksi.
“[A]ku menangis dan kamu harus melihatnya. Aku nggak minta kamu untuk mengasihani air mataku, bukan itu maksudku. Kamu harus melihatku bersedih karenamu, sebab inilah akibat dari perbuatanmu, dan kamu nggak boleh lagi lari dari konsekuensi yang lahir atas tindakan yang kamu ambil.”
Ada dalam tulisan Setara. Saya suka dengan kata-kata yang diucapkan tokoh ini, sangat tegas tapi mau menunjukkan kerapuhannya, dan mau jujur dengan perasaannya sendiri.
Ia ingin menghentikannya, berapa pun itu harga yang harus dibayar. Bahkan jika satu-satunya cara adalah dengan mati, ia tidak keberatan.
Ada dalam tulisan Jalan Pintas Menuju Mati. Saya suka karena setelah kalimat ini, tulisannya tamat HAHAHA. Jadi ditutup dengan seperti itu. Saya ingin menceritakan tentang tokoh yang "cari mati" secara harfiah, dan saya bisa menuangkannya di sini.
Share or Describe Favorite Comment(s) You Received.
Saya suka sama semua komentar yang masuk di tulisan-tulisan saya. Yang paling saya suka itu kalau mereka akan komentar sesuatu yang saya diam-diam pengin banget dikomentarin. Jadi cocok.
Ada dua yang bisa saya sebutkan. Yang pertama, itu ketika saya bikin tulisan di mana seorang tokohnya bilang sesuatu yang agak mengagetkan. Komentar yang saya terima, "Aku nggak nyangka dia bilang begitu." iTU SAYA SUKA bacanya, lebih-lebih karena ketika saya bikin tulisan itu, saya sebetulnya juga nggak nyangka HAHAHAH XD
Yang kedua itu ketika ada tokoh seorang perempuan yang memang saya suka banget melekatkan sifat-sifat ini pada dirinya; kesan bahwa dia sangat terus terang dan nggak takut. Lalu komentar yang saya terima, "Tokoh ini kayak ramah di depan tapi di belakang main tikam, serem banget." Ini saya ketawa ketika baca komentar ini. Makasih buat siapa pun kamu yang komentar begitu. XD
Scene(s) or Character(s) You Wrote That Suprised You.
Hampir semua scene di novel saya itu sebetulnya mengagetkan. Karena saya dikejar target 1.667 kata per hari selama pembuatan novel saya, jadi saya pakai mode "nulis dulu, pikir belakangan." Beberapa di antaranya yang bisa langsung saya sebutkan,
Di novel saya, ada seorang tokoh (tokoh A) yang hilang; dia terlibat dalam perang dan nggak kembali lagi. Lalu, ada scene tokoh lain (tokoh B) yang mengunjungi sebuah makam ... dan di makam itu ada nama si A. Yang bikin kaget adalah, di antara tokoh-tokoh lain yang hadir di novel itu, si B ini tokoh yang JAUH BANGET jaraknya dengan si A. Dia ini kayaknya malah nggak ngeh A hidup di dunia? Jadi kok bisa tahu? Juga, dia jadi satu-satunya tokoh yang tahu A ini mati dari nisannya---lainnya itu cuma sebatas, "Ya, mungkin gugur dalam perang," gitu aja. Ini ngagetin banget buat saya ketika nulis sendiri si B ziarah ke si A, kayak, BENTAR BENTAR, DARI MANA? (Kamu yang nulis.)
Di novel saya ada cerita yang melibatkan kereta kuda. Ada seseorang (tokoh C) di dalam kereta, lalu ditarik oleh beberapa kuda. Terus di tengah perjalanan, ada tokoh (tokoh D) yang nyegat dan terus mancik ke pijakan kaki di kereta kuda, biar bisa ngomong sesuatu sama si C. Ini kejadiannya BENTAR BANGET karena si D udah keburu ditarik pengawal dan digebuki, tapi ini ngagetin buat saya karena si D bisa melakukan itu. :') (Kamu yang nulis.[2])
How Did You Grow Up As A Writer This Year?
Jangankan "bertumbuh," ya. Lebih sederhana dari itu, saya bahkan suka nggak menyangka bahwa saya masih memilih menulis setelah semua ini. Lebih-lebih, saya bisa nulis novel lagi setelah sekian lama?! Novel sejarah, yang selalu saya inginkan?! Saya bisa nulis tentang tokoh-tokoh saling panah, adu keris, berkuda, dan berperang?! Tahun 2023 itu mengejutkan banget buat saya.
How Did You Hope To Grow Next Year?
Hm, hahaha, ini kurang tepat juga ya momentumnya karena sudah akhir November. "Next year" alias 2024 ini tinggal satu bulan lebih sedikit, memang seharusnya evaluasi diri kayak gini saya bikin di awal tahun sih. Tapi ya, saya berharap saya terus memilih menulis. Dan ternyata saya suka banget nulis!
Who Was Your Greatest Positive Influence This Year As A Writer (Could Be Another Writer Or Beta Or Cheerleader Or Muse Or Etc)?
Agak malu sih, ngomongnya, tapi tahun 2023 itu kayaknya sih motivasi terbesar saya justru saya terima dari ... diri saya di masa lalu. Beneran deh, rasanya yang bikin saya "setia" dengan hobi menulis saya itu berangkat dari kesadaran, "Selama ini saya terus menulis, jadi, jangan berhenti!"
Kenyataannya, kesukaan saya terhadap hobi menulis itu adalah hal yang nggak terus-menerus memiliki porsi yang sama. Kadang suka banget, suka saja, atau malah menjadi aktivitas yang sangat sulit untuk disukai. Dan ketika saya pada akhirnya suka menulis lagi, itu adalah sesuatu yang bukan bentuk pencerahan ala-ala "kembali ke jalan yang benar", tapi tetap melanjutkan langkah---di luar sana, terlihat seolah-olah "saya dulu suka menulis, sekarang tetap suka menulis," padahal itu sesuatu yang saya perbarui lagi, saya renungkan lagi, saya berikan makna baru untuk saya jaga baik-baik lagi.
Anything From Your Real Life Show Up In Your Writing This Year
Ada tulisan-tulisan saya yang merupakan cerita untuk saya. Saya nggak bisa menyuarakannya, maka saya bikin tokoh yang bisa menyuarakan itu. Ini bukan pertama kalinya saya lakukan, dan sangat mungkin juga bukan yang terakhir. Saya suka banget melakukan ini karena sering saya sadari bahwa sekalipun saya nggak bisa ngomong, saya bisa nulisnya.
Any Wisdom You Can Share With Other Writers?
Tahun 2023, saya nonton dua film animasi Jepang judulnya, "To Me, The One Who Loved You" dan "To Every You I've Loved Before." Dua film ini harus ditonton dua-duanya karena saling melengkapi satu sama lain---bagian yang di-skip di film A, maka dijelasin di film B, kurang lebih begitu.
Lalu, ada hal yang saya suka di film ini. Biasanya, kalau di cerita romansa lainnya, kita dapat gambaran betapa besarnya rasa sayang seseorang melalui kata-kata yang kurang lebih begini, "Aku sayang kamu, dan versi-versi lainnya dari diriku di semesta-semesta yang lainnya pasti juga akan sayang sama kamu!" Kayak, seolah-olah, itu penting banget, bahwa, kalau semesta lainnya beneran ada (parallel universe), perasaan kita harus tetap sama.
Tapi, di film ini, ada kutipan begini, "Aku berterima kasih sama versi-versi lainnya dari diriku di semesta-semesta lain yang sayang dengan orang lain. Karena aku yang di sini jadinya bisa sayang sama kamu." Menurut saya, ini juga nggak kalah manisnya. Saya malah lebih suka yang ini.
Saya jadi ingat, saya pernah memikirkan keadaan ketika bayangin "versi lain", itu saya jadi penuh pertanyaan, apakah di suatu tempat yang jauh yang bukan di sini, itu saya tetap suka menulis atau enggak? Kalau enggak, apa jadinya? Dan lain-lain. Dan, yang pengin saya bagikan di sini: kalaupun ternyata enggak, justru bukannya bagus? Sama seperti di film yang saya tonton itu. Kalau kita bicara soal semesta-semesta lain, saya malah akan berterima kasih sama versi-versi diri saya yang melakukan kesukaan-kesukaan lain selain menulis. Karena, jadinya, saya di sini bisa suka menulis sepenuh hati saya.
Any Projects You’re Looking Forward To Starting (Or Finishing) In The New Year?
Ini di luar tulis-menulis, tapi, alhamdulillah, ALHAMDULILLAH BANGET, saya merasa lama-lama saya semakin nggak sering-sering sedih kayak dulu. Tulisan-tulisan saya juga rasanya sudah lebih banyak porsi senangnya. Ini saya bersyukur sekaliii. Semoga di tengah dinamika dan apa pun yang akan saya hadapi setelah ini, saya bisa melaluinya juga.
Terus, ya, sama kayak yang saya sudah sampaikan, "new year" alias 2024 ini tinggal satu bulan nih, hahahaha. Tapi, satu bulan tentu tetap berharga. Dan saya tetap akan bilang harapan saya: saya mau mematangkan lagi novel yang sudah saya mulai tahun lalu. Dalam bentuk apa pun itu, semoga saya tetap bisa menjaganya baik-baik.
Selamat melanjutkan 2024!
0 notes
Text
Hei, akhir-akhir ini, aku tengah menggemari film-film dengan tema komedi romansa, terlebih film-film yang dirilis sekitar tahun 2000-an. Film seperti The Proposal, He's Just Not That into You, 27 Dresses, How to Lose a Guy in 10 Days, dan Bridget Jones's Diary.
Akhir-akhir ini aku juga kembali membaca Webtoon karena hiburan media sosial seperti Instagram dan Twitter sedang kubatasi. Jika dulu aku sangat bersemangat dengan tema aksi, terlebih yang berhubungan dengan perundungan — dimana perundung dihajar habis-habisan, kali ini aku kembali dengan tema romansa. Aku sudah menamatkan satu judul yang sudah selesai untuk Season 1, Maybe Meant to Be.
Maybe Meant to Be menceritakan kisah klasik romansa antara dua teman masa kecil yang pada akhirnya menikah di bawah kontrak. Aku senang dengan tokoh yang sama-sama dewasa, maksudku tidak terlalu menye-menye dengan kelabilan anak sekolah.
Karena Maybe Meant to Be sudah finish di Season 1 dan belum ada kabar terbaru untuk season yang baru, aku pun mencoba mencari judul dengan cerita serupa: romansa antara manusia dewasa. Minimal antara orang kantorlah.
Aku menemukan beberapa judul, tapi ternyata tidak sesuai dengan ekspektasiku. Kebanyakan menyajikan cerita cinta orang-orang high-class, misalna direktur muda. Bleh.
Meski demikian, tetap ada permata tersembunyi di antara judul-judul itu. Peka, Dong! adalah salah satu judul dengan premis yang mirip-mirip dengan Maybe Meant to Be. Yang spesial dari Peka, Dong! adalah bumbu komedinya yang sangat menghibur.
Sayangnya, author Peka, Dong! sedang hiatus.
Kemudian ada juga Situationship dan Jangan Mendekat yang porsi dewasanya lebih dominan. Keduanya menceritakan hubungan antara tokoh utama wanita dengan tokoh utama pria yang merupakan karyawan baru dan baru saja putus dengan pacarnya. Selebihnya aku belum tahu banyak, karena dua judul ini sudah tamat dan hanya bisa dibaca melalui tiket harian.
Kurang gereget sih cerita keduanya. Maksudku, tidak ada porsi komedinya. Tapi alur cerita dan artwork-nya bagus, jadi kulanjutkan.
Aku tidak begitu menyukai cerita masa sekolah, karena merasa sudah tidak relate. Namun ternyata aku salah. Aku masih sangat menikmatinya, selama alur ceritanya menarik dan artwork-nya oke.
Ada 30 Minute Walk yang menyajikan innocent love antara dua anak SMA; Introverted Us yang baru kubaca, menceritakan tentang dua tokoh utama yang sama-sama introvert dan canggung; Into the Boundary of Love, menceritakan dua tokoh utama yang bersahabat sejak kecil hingga salah satunya memiliki perasaan lebih; dan When the Day Comes yang menceritakan dua murid yang pura-pura masih pacaran, padahal sudah putus, demi memenangkan sebuah lomba antarkelas.
Selain Webtoon impor, ada juga Webtoon lokal yang menyajikan cerita romansa anak SMA yang fresh dan sangat antimainstream. Salah satunya adalah Lara(s)hati yang menceritakan bagaimana seorang siswa yang biasa-biasa saja jatuh cinta dengan siswi pujaan satu sekolah, dan harus berhadapan dengan sebuah geng yang berusaha menghalangi siapapun untuk berpacaran dengan siswi tersebut. Udha agak lupa deh, ceritanya gimana. Tapi asli, ini ceritanya bagus banget!
Lara(s)hati memiliki sekuel, Zona Maya, yang menceritakan kelanjutan hidup tokoh-tokohnya saat kuliah.
Baru-baru ini, aku sedang bersemangat membaca SCRAMBLED: Journeylism. Ide ceritanya sangat antimainstream, meskipun mungkin klise, yaitu seorang siswi yang ditugaskan untuk mewawancarai lima cowok populer di sekolah, yang mana salah satunya adalah si crush. Sayangnya, aku sudah dapat spoiler tentang bagaimana ceritanya berakhir. Andai saja orang-orang di kolom komentar Webtoon itu bisa menahan ketikannya.
Nah, kenapa coba aku cerita sepanjang ini?
Di tengah-tengah semangatku membaca cerita yang gemas dengan tokoh-tokoh cowok yang tampan mempesona — tapi gepeng, aku menyadari satu hal:
Aku nggak punya cerita romantis yang gemas seperti ini. Namun aku punya harapan untuk mempunyai cerita serupa. Makanya, untuk memenuhi harapanku, aku memilih untuk membaca Webtoon seperti ini.
Sedih, ya ...?
1 note
·
View note
Text
Berhaji
Spoiler, sejujurnya keluarga ku belum ada yang berangkat haji, dan rasanya dari dulu ingin sekali bisa dimampukan berangkat haji,
Alhamdulillah, Allah beri kesempatan dipertengahan tahun 2024 aku mendaftar, target mendaftar haji sebenernya sudah tersimpan sejak dari kuliah, dan disitu aku tulis setelah mendapat pekerjaan pokoknya aku harus daftar haji (karena waktu tunggu haji itu lama) dan aku juga ingin berangkat di umur yang tidak terlalu tua (masuk usia lansia) karena akan seribet apa nanti?
Namun, saat aku bekerja di tahun pertama target daftar haji ku tidak tercapai, padahal sudah ikrar/janji gitu sama Allah, yaAllah pokoknya kalau udah kerja pertama kali harus daftar haji, begitulah kira-kira dalam doanya, namun sampai tahun kedua aku bekerja aku belum mendaftar haji juga karena tabungan belum cukup...
Alhamdulillah, di tahun ketiga, di tahun ini Allah mampukan aku untuk bisa berangkat mendaftar di waktu orang2 sedang melaksanakan haji (tepatnya habis hari raya Idul Adha), Juni 2024?, masyaAllah, dengan perasaan excited aku berangkat sendiri ke BSI lalu ke Kemenag, dan dengan proses yang tidak begitu lama, satu hari, set, besoknya aku sudah bisa melihat nama ku tertera di aplikasi daftar tunggu haji, masyaAllah, Alhamdulillah, aku berharap di mampukan hingga benar-benar bisa berangkat...
Ada hal yang sebenernya aku ingin juga orang tua ku mendapatkannya, waktu itu posisinya papa ku belum mendaftar haji, umur papa saat 2024 sudah mencapai 59, daftar tunggu haji di Medan itu sekitar 20 tahun, mengingat itu aku jadi agak sedikit sedih karena papa tidak mendaftar,
sekian berlalu setelah masa itu aku punya target untuk berangkatkan papa haji juga, namun haji furoda itu sepertinya ratusan juta, yaAllah sampai kapan nabungnya:', kalau daftar haji biasa waktu tunggu nya lama, apa aku bisa yakin umur papa sampai disitu?
ya intinya coba diniatkan dulu...
Beberapa bulan berlalu, aku tidak sengaja cerita seputar haji dengan teman kantor sebelah bangku, beliau cerita ayahnya mendaftar haji juga saat umur 60 tahun kalau tidak salah, terus aku tanya, "Emang yakin dengan umur itu dan daftar tunggu bisa berangkat?" terus beliau bilang, "Faz kamu tau gasih, kalau umur seseorang yang sudah daftar haji mencapai 65, maka ada prioritas, yaitu prioritas untuk lansia, jadi dipercepat dari daftar waktu tunggu",
oh iyakah dalam hatiku dan terkejut, langsung buru-buru aku membuka web dan mencari peraturan dan berita tentang itu dan masyaAllah, AdaT_T, huhu...
Dari situ, aku langsung telfon papa, "Pa mau daftar haji?, kata temen aku bisa pa kalau sudah umur segini daftar...
Papa juga ga yakin dengan omongan itu, kata papa besok coba papa konfirmasi dulu ke Kemenag,
Besokannya papa mengabari, memang ada prioritas seperti itu insyaAllah,
Alhamdulillah" Kata ku, ayo pa segera daftar tahun ini...
Alhamdulillah akhirnya papa daftar dan sudah tertulis masih dengan waktu antrian 20 tahun,
Alhamdulillah...
Akhirnya papa bisa daftar saat umur 59 Tahun, masyaAllah
Semoga Allah takdirkan kami ke tanah suci, dan papa masih dalam keadaan sehat untuk berhaji, insyaAllah, mohon doanya
Akupun cerita disini untuk mengajak teman-teman yang membaca, ayooo, kita niatkan dan daftar...
Semoga kita termasuk orang-orang yang dimampukan, Aamiin.. insayaAllah
0 notes
Text
Kabarnya, G-Dragon, rapper dan penyanyi-penulis lagu terkenal asal Korea Selatan, tengah mempersiapkan comeback yang sangat dinanti-nantikan. Begini tanggapan dari agensi terkait.
- G-Dragon telah dikabarkan akan segera comeback pada bulan Oktober 2024. Setelah kabar ini membuat kegemparan, leader BIG BANG itu memberikan klarifikasi melalui agensinya.
Pada Kamis (1/8/2024), Park Myung Soo menimbulkan kegemparan ketika dia menyebutkan pada acara radio KBS Cool FM, “Park Myung-soo’s Radio Show”, bahwa G-Dragon akan kembali pada “dua bulan berikutnya”.
Karena hubungan dekat Myung Soo dengan G-Dragon, pernyataan ini segera ditafsirkan sebagai spoiler potensial untuk comeback G-Dragon pada bulan Oktober. Banyak fans yang sangat bersemangat dan penuh antisipasi.
Menanggapi spekulasi ini, seorang wakil dari agensi baru G-Dragon, Galaxy Corporation buka suara. Kepada TenAsia, pihak agensi memaparkan fakta sesungguhnya.
“Comeback G-Dragon pada bulan Oktober tidak benar. Waktu pastinya belum diputuskan. Namun, kami berencana merilis album baru dalam tahun ini, seperti yang telah kami umumkan sebelumnya tentang comeback di paruh kedua tahun ini,” ungkap agensi G-Dragon.
Galaxy Corporation juga mengonfirmasi bahwa meskipun tanggal spesifik masih belum dipastikan, “Dia memang akan merilis album baru sebelum akhir tahun.”
Hal ini menegaskan bahwa fans bisa mengharapkan kembalinya G-Dragon dalam waktu dekat. Meskipun begitu, belum jelas kapan tepatnya pemilik nama asli Kwon Jiyong itu akan kembali.
Yang membuat comeback ini semakin menarik adalah bahwa ini akan menjadi yang pertama dari G-Dragon sejak ia meninggalkan YG Entertainment pada Desember tahun lalu. Ia menuntaskan urusan dengan agensi tersebut setelah terbebas dari tuduhan terkait narkoba.
Rapper kelahiran 1988 itu telah bersama YG selama 17 tahun sejak debutnya di boy band BIGBANG. Setelahnya, G-Dragon menandatangani kontrak eksklusif dengan Galaxy Corporation dan berencana menjalankan serangkaian kegiatan global, termasuk di Jepang.
G-Dragon mengumumkan juga kolaborasi dengan Yoshiki, pemimpin dan drummer dari band legendaris Jepang X Japan, yang membuat antusiasme penggemar menjadi lebih tinggi. Pada akhirnya, para penggemar dapat bersemangat untuk pengalaman musik yang segar dan mungkin kolaborasi yang tak terduga dari sang idola.
Mengingat bahwa album terakhirnya, “Kwon Ji Yong”, dirilis pada 2017, comeback ini telah lama dinantikan oleh para penggemar yang berharap untuk mendengar karya baru dari musisi berusia 35 tahun ini. Dengan Galaxy Corporation yang juga mendirikan cabang di Jepang pada September tahun lalu - sebelum G-Dragon bergabung - kehadiran G-Dragon di pasar musik Jepang tampaknya akan diperkuat.
Para penggemar dan pengamat industri musik global kini bisa menantikan langkah berikutnya dari G-Dragon. Terlepas dari kabar pasti soal tanggal, satu hal yang jelas: Kembalinya G-Dragon akan menjadi salah satu peristiwa besar di dunia musik K-pop.
0 notes
Text
that was sooooo close to being my perfect ending. whole final episode was amazing. beautifully directed. love all my little happy endings
but I’m a virgo and I need to know the logistics of the end??? like does she become queen? do they run off together?? does she go back to being a gidaeryeong??? show pls tell me
#spoilers#I AM IN PAIN#but also this show has such a special place in my heart#by far my new favourite historical drama#captivating the king#sejak: charmed deceit#jo jung suk
9 notes
·
View notes
Text
I think she refused to marry him earlier because it would anger the Qing and that's solved now. But she promised to come back and play against him when they were at the house and then she just leaves with no explanation!!! Grrr
Also, I wanted the king to send his own bodyguard with Mong-woo so that the frustrated servant and bodyguard could fall in love.
Sejak episode 16
So daebi said: just marry this crossdressing weirdo that you're sexually obsessed with and have an heir, it's fine idec at this point. And Yi In didn't immediately jump on that but was like, well mom if you want it then I'm NOT going to do it 😤
Since this is the final installment I want to officially thank Sang-hwa for his service to the crown! His loyalty and diligence is only rivaled by his commitment to the bit. One of my favorite scenes in this entire show is the Gay Rumor era where he sprints off with the swiftness of Hermes to fetch the king's boyfriend some candy
I must say I wish they would've talked more baduk when they play baduk. They always debate their real life issues and the game is just something they dabble with in the background, the way I embroider things while watching TV, but they could be meta-talking about baduk strategies in a way that convinces us that this really is their Mutual Obsession while simultaneously shedding light on their personalities. Is Mong-woo an aggressive and haphazard player? Is she more intuitive or more calculating? Has she memorized previous games or does she not have to, because she's operating on Pure Vibes? I still don't know what they're like as players, or if the king is ever close to winning, or if Mong-woo is getting kinda bored of playing against him because he never puts up a real fight. (And how does that then translate to their sexual relationship: she told her dad from the start that she'd only marry someone who could beat her.) In their first game they didn't speak a word because they were so absorbed, and they didn't even notice it had begun to rain -- I liked that much better, because if Mong-woo is the greatest baduk genius in the world then she would be more obsessive about it, almost to the detriment of their relationship, like Beth in The Queen's Gambit. She'd want to go to Qing for the challenge and thrill of playing the Emperor, not (only) for her country and king and father. Okay sorry rant over.
Sometimes I pounce on my partner like this when he's just about to leave for the supermarket and I say "kdrama back hug 🥺" and he's always very patient with this extremely annoying behavior
"I cannot send Mong-woo to the Qing alone. So I'll choose the violent criminal who tried to stab me and instead stabbed her. He'll keep her safe."
Sure this is satisfying but did we have to spend so much time on this when we've got like 45 minutes airtime left to show Mong-woo's life-changing trip to Qing? Let me see her play the Emperor and pretend to lose! Let me see her flirt with the imperial harem and gain friends and enemies in court!!! Also: how did her father react to her crossdressing (since she gave it up when Myung-ha threatened to tell daddy)?
Shin Se-kyung having to teach worthless noblemen on how to start a fire is a must for any sageuk. To me.
It’s actually very sweet that everyone's just treating her like the princess now. But what's going to happen with the real princess? Another thing that they could have wrapped up instead of...
THIS. So writernim introduced this guy as a new threat in the last ep and then resolved it with no tension or conflict. Another thing that we could maybe have just have skipped in favor of Mong-woo Wreaking Havoc in the Imperial City.
PLEASE I don't understand anything!!! So they'll stay together forever now. But Mong-woo doesn't want to be his concubine (she'd resent him). And Yi In has no apparent plans to abdicate (he'll be king until he dies). Is she going to stay on as gidaryeong, and if so, why didn't she return to her station right away but tried to sneak away?
It’s so funny that she just gave up and told him her name anyway lmaooo. She was like baby you'll never beat me let's not pretend ❤️
Despite my ranting I did love this drama very much!! A fantastic set up with a somewhat underwhelming execution is my sweet spot because it means I can write fic about it 🫶
26 notes
·
View notes
Text
Review Sotoy: Inside Out 2
Habis nonton Inside Out 2 dan somehow ngerasa relate sama Riley (kapan sih manusia yang hobi cocoklogi macam aku ini ga relate sama sesuatu? duh).
Disclaimer:
Spoiler dikit. Nggak deng, banyak. Inside Out 2 jadi film pixar kedua yang deep banget maknanya buatku setelah Soul.
Iya, lagi berusaha ngehindarin konten disney, pixar, dan semua yang terafiliasi sama isreal, tapi batal dulu sebentar, soalnya udah nunggu banget film ini sejak poster gelapnya muncul 🙏🏻🥲
Relate sama Riley waktu kepala dipenuhin sama pikiran-pikiran dan prasangka buruk yang padahal belum kejadian, rasanya nggak enak banget. Walaupun aku ga pernah bener-bener ngerasain anxiety attack yang parah, tapi beneran ngerasa mix feeling banget waktu liat gimana cara Riley overcome perasaan itu. Ternyata solusinya (bukan cuma) embrace all emotions, menerima semua perasaan yang ada, tanpa mengecilkan satu perasaan pun, dan menyadari kalau semua emosi itu memang harus ada dan punya porsinya masing-masing. Walau udah paham teorinya, tapi ternyata susah banget buat diterapin 😓
Sedih juga pas Riley terus-terusan bilang dalam hati "I'm not good enough". Pengen rasanya meluk diri sendiri yang lagi di tahap suka ngutuk dan ngerasa gak cuma "not good enough", tapi feeling like I have nothing good about me, at all. *nangis dikit ga ngaruh*
Waktu Joy nyadar kalau semakin dewasa ternyata Riley semakin ngerasa "less joy" juga sedih sih. Hal-hal kecil yang dulunya bikin kita bahagia mulai terlupakan, diganti sama perasaan-perasaan lain, bukan kebahagiaan, yang ternyata emang itu realita nya. Sampe di titik mikir, "kapan ya terakhir kali aku ngerasa bahagia yang se-bahagia itu?". Kayaknya harus mulai rutin nulis Three Good Things lagi deh.
Walaupun Riley baru mau masuk SMP, film ini bisa ngegambarin setiap emosi dengan baik dan universal, kerasa relate banget. Salut sama tim risetnya 🙏🏻
Btw, waktu mereka jalan di memory dump jadi kangen sama Bing-Bong. Terus jadi kepikiran lagi, apa aja ya hal-hal yang selama ini 'aku' pilih buat dilupakan?
Rating: 8.5 kangen bing-bong / 10 ❤️🩹
1 note
·
View note
Text
Sebuah Resume Film yang Berubah Menjadi Curhat-Curhat (SPOILER ALERT)
Pontianak. 10:03. 21052024.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaahilladzi bini'matihi tattimush shalihaat.
Alhamdulillaah, senang deh kemarin bisa nonton film lagi, yang mana efek setelah nontonnya bikin jadi mikir panjaaaang kemana-mana.
youtube
Udah kebaca kan endingnya? Nenek ini akan meninggal. Sudah diwanti-wanti oleh teman-teman yang duluan nonton. Tapi yaaaaa si aypris yang sejak kecil hingga umur 30 taun dibersamai Nenek Rahimahullaah mencoba berani uji-uji nyali untuk nonton tadi malam.
Nangis?
Tentu.
Tapi herannya air mataku ndak sebanyak yang kukira. Coba-coba deh nulis di sini kira-kira apa sebabnya supaya lega.
1. Cinta Itu Tumbuh, Bukan Dibagi
Istilah ini saya dapatkan pada tahun 2009, masa-masa ketika saya diberikan Allaah kesempatan membersamai seorang Ibu yang 3 anak perempuannya tinggal merantau jauh dari Pontianak. Rasanya sudah pernah saya kisahkan di sini kan? Atas kuasa Allaah, saya yang sepantaran dengan anak keduanya, diberikan waktu beberapa bulan membersamai aktivitas si Ibu. Banyak hal saya pelajari dari arsitek hebat ini.
Waktu itu kurang lebihnya saya bertanya, apakah anak-anak ndak cemburu kalau saya punya waktu lebih banyak bersama ibu mereka? Si Ibu menjawab seperti ini. Kurang lebih saya maknai, cinta yang sudah ada tidak akan berkurang hanya karena orang lain.
Namun sebagaimana tanaman yang tumbuh, subur tidaknya tentu akan dipengaruhi bagaimana kita berupaya memelihara cinta, yang dengan sepemahaman saya sekarang, semuanya semata-mata atas kuasa Allaah AzzawaJalla yang menggenggam hati, membolak-balikkan hati.
Berkaitan dengan film ini....
Terlihat dan terasa, bagaimana bentuk cintanya orang tua yang berupaya memelihara cintanya kepada anak-anaknya, sementara kita... mungkin saja sibuk menumbuhkan dan memupuk cinta pada orang-orang baru, pada pasangan, pada kehidupan, pada hobi....
2. Kehilangan yang Dipersiapkan
Si Nenek dikisahkan mengidap kanker stadium akhir, yang menyebabkan cucu dan anaknya berupaya memberikan waktu lebih banyak bersamanya. Bukankah waktu adalah hadiah termahal yang mampu kita berikan? Namun waktu yang seperti apa? Apakah waktu yang didominasi dengan gerutu dan keluh?
Semakin hari kondisi kesehatan Nenek ini memburuk, dan hingga tiba masanya meninggal, ternyata hal tersebut juga masih menjadi kesedihan bagi anak cucunya.
Sekitar tahun 2009, saya pernah begitu terobsesi dengan wasiat jika saya meninggal duluan dari orang-orang yang saya sayang. Berharap bisa jadi modal persiapan. Yaaa walau waktu itu beraninya cuma sebatas cerita di tumblr 😅. Isinya pun aneh-aneh, salah satunya mau kuburanku ditanami bunga matahari 🙂↔️. Semakin ke sini semoga bisa lebih bijak dan terbuka lagi yaaa ayu wasiatnya 🙂↔️.
Hal ini juga yang kita pelajari ketika covid tahun 2020-2021 lalu. Mengapa perasaan tidak nyaman? Karena kita merasa bisa kapan saja dipisahkan kematian dengan yang disayang. Namun masih terlalu kelu untuk meninggalkan pesan dan meminta maaf, padahal bukankah hadiah terbaik bagi yang meninggal adalah permohonan maaf? Sebagaimana doa yang kita kirimkan ketika shalat jenazah.
Kenangan ditinggalkan oleh Bapak Rahimahullaah dan Nenek Rahimahullaah selalu serasa seperti baru kemarin, lelah yang dialami, dikalahkan dengan sesal kurang optimalnya waktu membersamai.
3. Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
Ada kutipan lirik lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Putih, tentang suatu sudut pandang seandainya kita meninggal. Puisi ini pun menyadur bait puisi penyair favorit saya, Wiji Thukul....
Bonus ah satu puisi lagi
Sebenarnya kita tak pernah dalam posisi siap untuk berjumpa kematian yang disayang, di situlah fungsinya ilmu yang kita perjuangkan. Demikianlah hidup yang kata Masgun, "baru pertama kali kita jalani."
Ada satu hikmah menarik yang diceritakan Ustadzah kami beberapa hari lalu, beliau mengisahkan kematian bibi dari suaminya, yang jika direnungkan dengan kisah-kisah kematian lainnya dalam keluarga... ketika satu nyawa akan berpulang, kadangkala Allaah gantikan dengan kelahiran nyawa baru di keluarga.
Saya berkaca-kaca, semoga kelahiran saya dengan jeda 10 hari dengan kematian Kakek Rahimahullaah, bisa membawa kebaikan juga.
Salam,
ayuprissakartika.
0 notes