#sastraku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ketika tunas itu tumbuh
Tiada daya yang menghalangi
Perlahan kokoh bagai pepohon
Bersama angin ia menjulang
Bersemi..
Rasa yang dulu telah tercecer
Kini mulai mencari puing-puing baru
Akankah rasa harus menolak
Sedang ia semankin tumbuh
Baru…
Merpati dalam sarang memberi tanda
Rasaku rasa yang baru
Tak lagi dengan biru dalam samudra
Tapi jingga dalam elegi
Salam sapa doa setiap pristiwa
biar kasturi yang mewangikannya
dalam cerah mentari
segalanya bermula dihati
Kini sang jingga bagian dari sastraku
Tintanya kan ku tulis tampak nan jelas.
0 notes
Text
Percayalah bahwa puncak kerinduanku sampai pada titik aku tak mampu mengungkapkan dengan sebuah diksi sastraku. Akan ku gantungkan segala harap dan rinduku pada sang pencipta, seraya menanti jawabannya aku terus berjuang walaupun sebatas sepertiga malam…
#R
0 notes
Text
Tentangmu୭🕊
Pikiranku tenggelam dalam perjalanan
Ingatan tentangmu masih sama
Jika boleh ku tuangkan dalam sastraku
yang tak berwujud dirimu
Aku dan kamu bagai mimpi mimpi
Mengubur sebuah harapan
Terpisahkan oleh keadaan
Tak mungkin dipaksakan
Ataupun mempertahankan
Mungkinkah ku meminta hari kemarin
Tapi tak akan sama jadinya sekarang
Bolehkah ku memeluk semua kenangan
yang telah terukir diatas cakrawala
Membawanya di dekap kita berdua
Kau tau Tuan, maksud ini semua
Lebih baik berdarah diatas kertas
Dibandingkan harus memelas
Sampai bait akhir
Sampai nanti kita bertemu lagi
Sebagai seseorang yang pernah ada
Dan menutup semua lembaran
Kisah pada halaman tengah
#label/ragn
0 notes
Text
Ku pikir aku akan selalu menemukanmu di sini. Ternyata kau membuktikan bahwa aku memang pecundang. Setiap bangun atau sebelum tidur, biasanya setelah makan atau sebelum makan, kadang setelah mandi atau sebelum mandi, aku menyempatkan datang ke sini. Selalu dengan pikiran bahwa aku akan selalu menemukanmu di sini. Meski kau dalam bentuk abstrak dan aku dalam wujud sastraku. Aku salah. Kau tak di sini lagi. Kau bahkan enggan untuk datang meski sesekali. Sepertinya seharusnya sejak awal aku tidak menulis lagi untukmu, aku tidak menagih apa pun lagi. Terutama setelah yang ku lakukan. Aku tak bisa lgi berbuat apa-apa. Mungkin jika benar-benar tak ada yang penting untuk diperbaiki, kau bisa lupakan saja undangan apa pun yang pernah kita bicarakan. Lalu dengan siapa pun di hidupmu, kau silakan melanjutkan bahagiamu. Dengan begitu, aku bisa jamin akan pergi seperti tidak pernah ada.
0 notes
Text
Sudah ku bilang jangan mengharapakannya. Sudahi anganmu yang terlalu jauh. Sudahi bergumam hati, ia tak akan peduli.
Wujudnya kian samar, bayangnya hilang perlahan. Mau diupayakan seperti apapun, ia akan tetap pergi jauh.
Dalam rasa yang menyesak jauh didalam, aku masih berusaha menggapaimu, aku masih berusaha mencapaimu. Berharap bisa ku bawa pulang, namun rasanya gamang.
Seharusnya tak kubiarkan aku jatuh,tapi kali ini persiapanku untuk segala patah sudah lebih matang. Aku siap untuk lara yang kesekian.
17 notes
·
View notes
Quote
Sastraku mulai layu
Lama ditinggal dan tak dirawat seperti biasanya, ia mulai layu.
Kesibukan. Mengejar masa depan pamitku sebentar padanya. Tapi maaf jikalau lama. Masa depan tak semudah kelihatannya.
Jikalau sampai waktuku dan telah kurebut asaku, aku berjanji akan merawatmu, bahkan hingga akhir hayatku.
Yogyakarta, 20 Mei 2017 - Masih mengejar mimpi
14 notes
·
View notes
Photo
Selasa malam, ditemani air mata namun dilindungi rasa syukur. Selamat malam🍃 . . . #poem #poetry #puisibebas #puisikita #sajakmalam #sajakpena #puisiku #puisipedia #puisiaku #puisisastra #sastra #sastraku
#poem#puisiaku#poetry#puisipedia#sastraku#puisibebas#sajakmalam#puisiku#puisikita#sastra#puisisastra#sajakpena
0 notes
Text
"Jika boleh akan kutuangkan dalam sastraku Yang tak berwujud dirimu."
label/ragn
0 notes
Text
Wujud sastraku ini biarlah kau saja yang tahu. Biarlah sekali lagi aku menjadi bayangan hitam. Ketika ada yang menyorotiku dengan cahaya, sedikit saja sinar, aku akan hilang.
0 notes
Photo
Pesan yang awalnya singkat tak berarti, berubah seketika panjang tak beraturan menjelaskan apa yang terjadi hari ini,kau beralasan aku yang tidak punya waktu untuk kamu karena pekerjaanku yang membuatku tak berbalas kabar jadi alasan kuatmu malam itu. Sampai akhirnya dirimu mengaku ada yang mengisi dibalik kesibukanku. Bukankah sibukku UNTUKMU? Bukankah sibukku untuk KITA? Aku sudah berpikir bagaimana kita kedepan,menikah,beli rumah,punya anak,hadirkan yang kita harapkan untuk pelengkap keluarga kecil kita dan banyak lagi,indah semua. Tapi sudah bias seketika,retak berantakan,hancur berkeping keping. Sejak awal aku memang selalu serius menjalani hubungan,sampai rencana kedepannya pun sudah aku pikirkan dengan mantap. Karena denganmu pun aku hanya ingin segera diijabkan. Sakit memang,tak percaya juga iya. Jauh sebelumnya, kita bahkan tidak pernah menduga bahwa pada akhirnya akan saling menjadi titik pemberhentian. Aku berhenti dari lamanya mencari, kamu berhenti dari lamanya menunggu dan kita sama-sama berhenti dari terkaan demi terkaan masa depan yang dulu seringkali kita risaukan. Rasanya sia-sia, seperti merawat bunga yang sudah layu sejak awal. malam itu tak berhentinya mengutuki diri sendiri, entah aku ataupun kamu tak ada yang bisa dijadikan sebab alasan kapal itu goyah. Mungkin ini rencanaNya, yang menurut kita seperti ketidakadilan. Tapi ini yang terbaik, Tuhan yang maha tau. Kita hanya berusaha juga menjalani takdir dengan baik. Hanya perlu ikhlas dan bersyukur, karena masih banyak yang mendahulukan keluhnya daripada mengingat untuk bersyukur, aku pun tak luput dari itu. Merelakan yang sudah-sudah, dan memperbaiki diri menurutku cara terbaik untuk mengikhlaskan luka yang membekas di hati. #30DJ #30DJ3 #30DJ3Day08 #30DJofAWI #30DJSeason3 #300Juni2020 #tantanganmenulis #tantanganmenulis30hari #kompetisimenulis #AWIOfficial #senjadiataplangit #sastranusantara #sastraku #sastraluka #sastradanbahasa #puisisastra #sastrapedia #sastraindo #sastrapuisi #gitasastra #mediakita #mediakitanovel #gerilyasastra #puisipendek #puisikopi #puisilangit #warungsastra #sastrakata #sastradanbahasa https://www.instagram.com/p/CBLV5PWDCk5/?igshid=pf0272n9p7de
#30dj#30dj3#30dj3day08#30djofawi#30djseason3#300juni2020#tantanganmenulis#tantanganmenulis30hari#kompetisimenulis#awiofficial#senjadiataplangit#sastranusantara#sastraku#sastraluka#sastradanbahasa#puisisastra#sastrapedia#sastraindo#sastrapuisi#gitasastra#mediakita#mediakitanovel#gerilyasastra#puisipendek#puisikopi#puisilangit#warungsastra#sastrakata
5 notes
·
View notes
Photo
Komunitas SastraKu. Salam Literasi #sastraku #literasi #kulonprogothejawelofjava (di Pemda Kulon Progo) https://www.instagram.com/p/CIGOwNTjMmI/?igshid=177x3m7hdnsen
0 notes
Text
What am I doing here?
Oh, hi there! Maybe you clicked my blog from my insta account or from Tumblr itself.
Disini aku mau nulis bacotan- maksudnya curahan hati sama karya sastraku. Ea.
Sebelumnya aku nulis di wordpress, tapi kayaknya aku bakal lebih sering nulis dan aku lebih nyaman dasbornya Tumblr, wkwk.
That's it. Have a nice day!
1 note
·
View note
Text
18/02/18
Dear ****,
Jujur pada BAB ini mungkin akan lumayan panjang, karena begitulah pengaruhmu terhadapku.
Mungkin kita awali dengan hal yang paling dekat denganku, Menulis. Biasanya orang mulai suka menulis karena terinspirasi seseorang atau karena membaca sesuatu terlebih dahulu, baru dia memulai hobinya menulis. Lain dengan aku, aku menemukan hobi menulis terlebih dahulu, aku menulis karena aku suka bahkan jujur aku tidak suka membaca buku wkwkwk referensi sastraku jujur rendah dulu. Sampai akhirnya aku rasa aku harus membaca karya karya orang lain wkwkwk, jadi baru aku mulai membaca buku buku orang lain dan itu kayak setahun cuma 2 buku wkwkwk. Tapi karena aku menemukan hobi menulisku terlebih dahulu dibanding baca punya orang, membuatku menjadi seorang yang solid dan tak pernah bosan untuk menulis selejek apapun tulisanku, sejelek apapun tanggapan orang aku ga peduli juga wkwkwk karena ini merupakan kebutuhan dan kepuasan pribadilah yang lebih mendominasi.
Lalu apa pengaruhmu terhadapku tentang menulis ? Rumah, kau memberi tulisanku rumah. Kau memberi tempat pulang untuk semua aksa aksaku dan itu sangat memberi makna berlipat ganda. Mungkin sederhana sekali tapi jujur itu yang paling berarti diantara. Aku lebih memilih punya rumah daripada tulisanku terkenal dimana mana. Karena sejauh apapun aksaku menderu biru, rumah darimu adalah tempat ternyamanku.
Lalu, Tuhan. Jujur ini yang membuat bab ini akan lumayan panjang
Berawal dari pertengahan 2016 bertepat beberapa hari setelah lebaran, di rumah. Aku bermimpi pada siang hari, mimpi inilah awal dari semua depresi selanjutnya.
Aku bermimpi aku terjebak pada suatu labirin di dalam ruangan dengan dinding abu abu dan cahaya remang yang menyelimutinya. Aku memasuki mimpi itu dalam keadaan aku sedang berlari, seolah keadaan mecekam dan aku lari dari sesuatu yang entah apa. Aku hanya merasa aku hanya harus berlari secepat mungkin dan keluar dari labirin itu.
Keringatku bercucuran jatuh dalam larianku, sampai akhirnya aku ditemukan oleh sesuatu yang mengejarku. Sesuatu yang sekarang tepat didepanku dalam jubah hitam lengkap dengan tudungnya, wajahnya tidak terlihat jelas tapi yang mulutnya berbentuk paruh burung, badannya besar, tinggiku hanya se dadanya. Aku terpaku lebih tepatnya tak bisa bergerak.
Lalu, aku terbangun. Lebih tepatnya mataku saja yang terbangun, badanku tidak. Mungkin kau pernah merasakan atau tahu “erep erep” atau bahasa kerennys sleep paralysis, nah hampir seperti itulah gambarannya.
Hanya mataku yang terbangun dan tubuhku tak bisa digerakkan. Tapi bukan “erep-erep” biasa, karena aku terbangun seperti itu karena ruhku seperti ditarik dan dipaksa keluar dari badanku. Semua badanku bergetar hebat, ruhku makin terangkat dari badanku, gigi mengigil kuat, sakit. Yang aku pikirkan adalah “Bagaimana caraku untuk bangun ?” aku berusaha membenturkan kepalaku ke bantal sekuat tenaga tapi seperti kataku tadi badanku tak bisa digerakkan. Aku berusaha lagi dan lagi, badan dan gigiku bergetar makin kuat dan kuat. Aku mulai bisa melihat badanku sendiri, karena ruhku mulai terangkat keatas. Aku masih berusaha membenturkan kepalaku dan akhirnya berhasil aku berhasil menggerakkan kepalaku membuatku akhirnya terbangun dalam artian utuh. Aku selamat. Sungguh itu amat sangat menakutkan.
Mulai dari saat itu indra ke 6 atau indra lainku mulai muncul. Aku mulai peka terhadap sekitar, terhadap makhluk yang tak kasat mata.
Apa kau pernah menonton film Insidious ? dimana ruhnya bisa keluar dari tubuh ? aku bisa, lebih tepatnya terpaksa untuk bisa. Jadi ketika tidur ruhku terlepad dari tubuh fisikku. Nama kerennya astral projection kalo kamu mau searching di gugel.
Kejadian pertama saat aku melakukan astral projection adalah saat aku sudah berangkat ke bogor. Kajadiannya malam hari, aku tertidur lalu tubuhku terasa amat sangat ringan dan ternyata ketika aku membuka mata aku sudah keluar dari tubuhku sendiri, aku bisa melihat tubuh fisikku tidur. Kemudian suara suara sangat gaduh dari luar, aku rasa itu suara dari dunia lain karena memang keadaanya malam. Gaduh sekali diluar kosan. Aku yang baru saja lepas dari tubuhku untuk pertama kali dan keluar dalam bentuk ruhku, aku bingung. Aku berfikir cuma bagaimana caraku untuk kebali ke badanku. Disaat aku bingung dan takut karena gaduh gaduh diluar mulai sadar dan membiarakanku, ada seseorang disamping tempat tidurku, berbandan gemapal dan buncit, pakaian sunda serba hitam. Dia Cuma berdiri disitu seakan menjagaku, sehingga aku bisa berfikir bagaimana caranya aku kembali. Aku mencoba menyesesuaikan posisiku dengan posisi tubuh fisikku, tapi tak semudah itu, aku gagal lagi dan lagi. Kemudian ada perasaan seperti ada yang tersatukan. Mungkin seperti kau menyentuhkan kedua ujung jarimu, ada rasa kayak “Klop” seperti itu. Perasaan itu adalah tanda bahwa aku sudah berhasil masuk dan bangun dengan tubuh fisikku, bangun dalam artian utuh.
Itu kejadian pertamanya, selanjutnya aku sudah mulai terbiasa dan mencegahnya seperti ketika tidur dan tubuhku sudah terasa ringan, terangkat ke atas aku langsung cepat cepat mencegahnya dengan cepat bangun. Walaupun kadang tak bisa kuhindari, tapi aku sudah tenang dan aku cuma duduk duduk saja di kasur sampai waktunya aku kembali ke tubuh fisikku.
Kubilang diatas bahwa indraku yang lain muncul. Aku semakin sadar akan hal hal bukan dari dunia kita. Kadang aku melihat mereka, paling tidak enak adalah kalau aku pergi ke tempat tempat yang angker karena keberadaan penunggunya amat sangat menggangguku. Pernah suatu saat aku kemah di kaki gunung di bogor dan itu sangat menggangguku karena penunggunya makhluk makhluk kuno dan hawanya amat sangat besar aku rasakan. Anak kecil, bapak bapak pakai sarung, sampai siluet hitam seram pernah kulihat. Tapi aku juga pernah melihat makhluk seperti cahaya yang terang sekali, dan itu salah satu yang kusukuri.
Kadang juga ketika aku mengunjungi suatu tempat ada beberapa potongan cerita yang masuk ke otak sekelibat tentang apa aja yang berhubungan dengan tempat itu.
Dan itu amat sangat menyiksaku. Memiliki ini semua tiba tiba sangat menyiksaku.
Aku menceritakan ke kaka dan ibuku, apa kau bisa menebak pendapat mereka ? ya, mereka tidak percaya, mereka menyangka aku yang terlalu berlebihan dan mengarang sana sini. Kau jurusan psikologi mungkin bisa menerka bagaimana keadanku saat itu, saat aku merasakan seseatu yang diluar nalar dan keluargaku sendiri tidak ada yang percaya. Jujur aku juga tidak menyalahkan mereka karena kemampuan ini ada begitu saja dan amat tiba tiba. Kau bisa bayangkan ? ketika selama ini mataku normal dan tak bisa melihat seperti itu, lalu secara singkat memiliki kemampuan melihat makhluk makhluk diluar nalar. Amat sangat membuat depresi.
Lalu aku kenal dengan Philena Nisivian, orang yang pernah kusebut di “Pendahuluan”. Dia juga orang yang memiliki indra yang tajam dan bisa melakukan astral projection, tapi dia sudah memiliki kemampuan itu dari lama beda sepertiku yang baru baru tiba tiba. Dia memberiku kepercayaan dia memberiku saran saran tentang semua dunia diluar kasat mata kita. Dia sudah seperti kakakku sendiri, bahkan aku kenal baik dengan ibunya.
Lanjut tentang depresiku. Semakin aku rajin ibadah semakin tajam indraku. Begitulah yang terjadi. Itu yang membuatku menjadi lalai dengan sholat, ngaji dan sebagainya. Karena semakin aku giat beribadah maka semakin kuatlah indraku ini. Dan itu dibenarkan oleh uwaku ketika lebaran kemarin ketika aku menceritakan kepadanya. Ketika aku lalai dengan ibadahku semuanya kembali normal dan tak ada hal hal yang menggangguku lagi.
Aku lalai terhadap tuhanku.
Aku lalai terhadap semua imanku.
Aku hilang.
Tidak berselang lama sebetulnya. Kau memberiku alasan untuk mengenal tuhanku.
Setelah tak ada hal hal aneh lagi, aku masih mencintaimu. Walaupun aku saja bingung kapan aku tidak mencintaimu.
Ketika aku lalai dan aku mencintaimu. Aku berfikir “Akan jadi imam macam apa aku ini untukmu?” “akan jadi pemimpin keluarga seperti apa aku ini, kalau tuhan saja tak akrab denganku.” Dan kau penyebab aku berfikir seperti itu. Dengan jawaban “Aku akan berusaha menjadi Imam yang baik untukmu”
Aku memulai dari awal lagi, maksud awal disini bukan kayak belajar sholat dan ngaji lagi tapi lebih ke arah yang lebih dalam “Tuhan itu siapa”. Aku membuat perjalanan keimanku sendiri, tanpa keluar dari konteks islam tentu saja.
Ketika aku lalai dengan tuhan aku merasa kosong. Seperti semua nafas dari mulai tarikan lalu aku hembuskan dan kutarik lagi untuk apa ? ada kekosongan di hati, ada sesuatu yang harus diisi. Aku belajar dari awal tetang konteks ketuhanan, mengenal lebih dekat dengan cukup membedah surat al-ikhlas yang ku ulang ulang, dengan begitu aku kenal baik dengan tuhanku sendiri, Allah. Aku kembali padanya.
Dalam setiap “Allahhu Akbar” dalam sholatku hatiku terasa penuh diisi olehnya, amat sangat penuh, amat khitmat juga amat sangat dekat. Bahkan hanya doa biasa saja kadang aku bisa menangis tersedun. Sampai ketika istirahat sholat sekolah aku selalu pulang ke kosan untuk mandi terlebih dahulu sebelum sholat dzuhur karena aku merasa kotor saat menghadapNya setelah setengah hari sekolah, mungkin bagi sebagian orang lain lebay, tapi itu terjadi kepadaku ketika aku punya kesempatan. Dan semua itu berawal darimu. Aku tidak mengada ngada tapi kaulah yang membawaku mengenal tuhanku sendiri dalam pencarian bukan dari ajaran ajaran saja. Dan itu amat sangat berbeda.
Aku merasa seperti kini aku beribadah kepada tuhan hanya karena aku ingin berterima kasih kepada Dia yang telah menciptakanku, memberiku setiap nafas ini, setiap tarikan, setiap hidup detik demi detik aku cuma ingin berterima kasih. Sekarang aku tidak terlalu peduli dengan pahala dan dosa juga semua surga dan neraka, aku percaya tapi aku tak mau menyembah kepada tuhan hanya karena aku takut hanya karena aku tak mau mendapat dosa. Aku menyembah tuhanku karena aku hanya ingin berterima kasih kepadanya, cukup itu. Karena dengan aku berterima kasih kepadanya aku juga melakukan semua kewajiban dan manjauhi larangannya. Jujur susah aku deskripsiinya wkwkwk pokoknya intinya itulah.
Sampai akhirnya kau, orang yang ingin ku jadikan ma’mum pacaran dengan orang lain yang kuketahui di bulan agustus wkwkwk.
Tapi yasudahlah, intinya kau yang mengenalkanku pada tuhan. Oh iya, setelah aku mengenal tuhan lagi indraku kembali tajam tapi kali ini daripada ketakutan dan menolak semua pemberian ini aku lebih mimilih untuk menerima semuanya, walau agak lambat tapi perhalan kemampuan ini memudar dengan sendirinya.
Begitulah pengaruhmu…..
note : maaf BAB III nya agak lama wkwkwk, bingung mikirin lagunya hehe
np : Tulus - Monokrom
-Fajarul Ulum
0 notes
Text
Aku masih merindumu
Kata Hari ini aku bersamanya Tidak berdua ko Bersama temanku yang lainnya Tapi kata, Aku rasa Hati dan pikiranku semua masih tentangmu Walaupun aku disini, dikota yang jauh dari kota tempatmu tinggal Kamu tetap ada dibayangku Sampai kapan ya kata Kamu akan menjadi bayang dan khayalku? Sampai kapan juga ya Kamu akan menjadi objek sastraku? Untukmu kata Selalu untukmu
5 notes
·
View notes
Text
Another Story About First Love
seluruh kantor membicarakan pernikahan. Pernikahan. Satu-satunya hal yang tidak ingin kubahas dengan siapapun.
10 tahun lalu. Aku berpisah dengan cinta pertamaku. Setelahnya, aku merasa tak lagi bisa menemui cinta. Aku merasa aku tak mau mengenal cinta. Berkali-kali mengenal orang baru. Tapi rasanya tak pernah sama. Masih ingin seperti yang pertama.
3 tahun setelahnya aku bersama seorang pria. Berbekal rasa cinta yang 0. Berbekal rasa sayang yang tak ada, aku menerima laki-laki itu karena kufikir aku perlu membuka diri terlebih dahulu. Aku memberinya kesempatan dan akhirnya kami melanjutkan hubungan sampai 3 tahun. Suka duka sudah dilewati bersama tapi aku tetap tidak tahu apa yang aku rasakan. bagiku hidup bersama hanyalah hidup bersama. aku tidak mencintai. aku hanya memposisikan diri. Jika aku harus bahagia, akan kubuat diriku bahagia. Jika harus marah aku akan marah. Hingga tanpa kusadari aku menerima peran itu. Aku memainkan peranku. Sampai pada akhirnya laki-laki itu membuktikan bahwa dirinya tidak bisa kupertahankan. Akhirnya kami berakhir. dan aku kembali sendiri.
Aku menengok hatiku. Benar-benar hancur lebur dan berantakan. Kamar itu sudah kosong. Tiba2 aku ingin merapikan dan mengisinya kembali. Walaupun aku tahu aku tidak boleh tergesa-gesa. Aku menanyai diriku. Jika kelak ada pria yang datang lagi,kamu mau yang seperti apa?
Logikaku menjawab materi, tampan, pengertian. Tapi hati kecilku berucap lirih. Suara yang lirih tapi didengar seluruh bagian dari jiwa ragaku. Jika ada pria yang harus datang setelah ini, aku ingin dia seperti cinta pertamaku.
Setahun berlalu, aku menemui banyak pria. Aku mulai memilih percakapan senada. Musik yang satu frekuensi. Makanan yang satu selera. Aku tidak menyadari rasa sepi itu membunuh naluri. Akhirnya aku mengizinkan oranglain datang. Orang ketiga. Tapi seperti yang kuduga. Berjalan 11 bulan aku berakhir. Aku bukan tipenya. Aku tak sejalan dengannya. Nada dan iramaku bergerak sendiri tanpa ada yang menyertai. Sajak dan sastraku bergunjing sendiri. Aku tidak memiliki kata dan menjadi boneka saja. Rupanya aku salah pilih lagi. Hati kecilku bertanya lagi, "kenapa memaksakan diri ? padahal dia sudah jelas tidak seperti cinta pertamamu"
ah, begitu rupanya. di mata banyak orang aku sudah dewasa. Aku sudah menjadi wanita yang berpengalaman soal cinta. Aku sudah beranjak dan menjadi semakin mengerti betapa selaras itu perlu untuk kedamaian hatimu. Karena berdebat dengan diri sendiri tak seasyik saat celotehmu didengar dengan tatapan sabar orang lain. Orang lain mengira aku sudah bertumbuh dewasa dan berjalan semakin menuju masa depan. Mereka salah.
Aku hanya membentengi diriku. Aku hanya membangun kastil yang sangat besar dan megah sampai tak seorangpun tahu anak kecil didalam diriku masih hidup. Demi agar ia tidak terluka, aku menjadi orang dewasa. Aku tak pernah beranjak kemana-mana. Aku tak pernah berpindah. Hanya saja pagar yang kubuat semakin tinggi.
10 tahun sejak aku menemukan kisah cinta konyolku pergi, aku tak pernah beranjak lagi. Aku tetapa disana. Membelah diriku menjadi dua. Menjadikan sisi lainnya sebagai dewasa. Dan sisi sejati tetap kubiarkan begitu saja. Mungkin bagi orang lain itu hanyalah dongeng masa kecil. Tapi tak satupun tahu aku yang asli berada disana terbelenggu.
Cinta pertama telah merantai aku didalamnya. Sisi diriku bertahan disana. Dan sisi dewasaku bermain peran sebagaimana seharusnya. Singkatnya, setelah itu. Aku tidak menemui debar itu lagi. Aku tidak bisa mencintai sejujur dan sepolos saat aku bersamanya. Bersama dia yang sekarang tak kutahui berada dimana. Bagaimana kabarnya.
Hidupnya mungkin berlanjut baik saja. Tapi aku tak pernah lagi bisa mencintai orang lain seperti aku pernah mencintainya. Dia selalu menjadi kriteriaku meskipun kelak aku pasti bersama yang lainnya.
"cinta pertamamu adalah cerminan dirimu. Polos tanpa bumbu apapun disekitarmu. terjadi dan terbentuk sangat alami sampai-sampai untuk keluar dari jeratnya, seumur hidupmu pun tak akan pernah bisa"
@caramelsxr
0 notes
Text
Sudikah Denganku?
In, kaukah diksiku? sengaja kupilih tanpa aku kenali kompleks jiwamu ekstrem ragamu berkenalan baik tidak aku ketahui
In, kaukah larikku? mencipta harmonis berirama tanpa nada kutaruh di pelataran tanpa kusandingkan
In, kaukah baitku? yang tidak aku batasi sejauh kau berlari aku tetap berdiam diri tanpa elegi agar kau tampak alami
In, kaukah maknaku? disampaikannya pesan yang tidak mudah kau pecahkan belum kau memberi tanda padaku pengidap buta makna
In, kaukah puisiku? kagum akan setiap bentukmu selalu aku temukan warna baru setiap membaca kehadiranmu walau semu
In, kaukah sastraku? dibawanya aku pada alam kerahasiaan pada malam aku pelajari selalu dari sehelai rambut sampai bau tubuhmu 12:09 AM Eristya Pratama, 2017
1 note
·
View note