#rezfian
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jurnal Rez: Menikmati Sendiri, Ngobryls, Memulai Kebiasaan Lama…
Aku bukan orang yang punya banyak teman, circle pertemananku terbatas sejak dulu. Ya, tipikal orang pendiam. Sulit untuk berinteraksi secara langsung katanya. Dan sialnya itu benar.
Meskipun selalu punya cara untuk mengabiskan waktu sendiri, terkadang ada masanya ingin seperti orang kebanyakan. Hangout sama teman yang sepandangan. Nggak selalu harus punya pendapat dan selera yang sama sih. Tapi, mereka yang nggak menghakimi dan bisa mengerti.
Sambil lanjut baca, bisa nih sambil dengerin:
*Sebenernya bukan rekomendasi lagu, buat pembatas paragraf aja wkwkw
Singkatnya, di tengah waktu yang banyak dihabiskan sendiri di awal tahun ini, aku banyak mendengarkan cerita orang lain (baca: podcast). Belakangan ini seru rasanya mendengarkan “Ngobryls”, konten obrolan sana-sini yang diisi mafren Jimi Multhazam sama Ricky Malau. Kacau obrolan seabsurd itu bisa seru juga.
Ngeliat mereka berdua yang kadang cerita masa mudanya, bikin bertanya-tanya. Gila, seseru itu ya masa muda mereka? Aku yang serang ngapain aja? Tapi yaudah lah ya.
Dan barusan banget iseng ngecek Twitternya si Jimi, ternyata dia punya blog yang isinya jurnal keseharian dia. Ya, walupun terakhir diisi 5 tahun yang lalu sih. Eh ternyata malah ngasih influence buat bikin tulisan asal kek gini.
Semoga aja bisa konsisten. Itung-itung latihan nulis lagi. Makasih yang udah baca. Selamat berakhir pekan, mafren! 😎🤘
Sabtu, 6 Janurari 2024
1 note
·
View note
Text
Kali ini aku akan terpendam dalam luka dan mati dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
6 notes
·
View notes
Text
Kopi pun berpuisi
Malam ini terasa begitu sunyi. Akhir pekan ku habiskan dengan menyeruput kopi. Bagaimana tidak, kopi yang ku beli masih terbungkus rapih di meja itu. Minggu lalu aku terlalu sibuk dengan masa lalu.
Kau tau? Kopi pandai berpuisi. Dibalik hitamnya terdapat rima, dibalik hitamnya tersembunyi kata-kata. Kalau dia mau, dia bisa berpuisi sendiri sampai pagi. Bahkan sampai sang pujangga bangun lagi. Memang bagaimana? Cukup biarkan dia sendiri.
Kau tidak memperhatikan rupanya? Kali ini coba perhatian barang sedikit. Mulai dari jatuhnya biji kopi ke mesin grinder, disana ia berpuisi mengenai sajak-sajak pengorbanan, perubahan, keikhlasan dan harapan akan kenyatan yang mengharuskan dirinya hancur.
Lalu bubuk kopi dipindakan menuju mokapot, disana ia diharuskan bercampur dengan hal baru; air. Namun ternyata bubuk kopi bukanlah pribadi yang terbuka. Dibutuhkan proses dan waktu untuk mereka saling menyatu. Disana ia berpuisi tentang perbedaan namun tak menghalangi kebersamaan; toleransi. Hasilnya mereka bisa bersatu menciptkana elemen baru; air kopi.
Kemudian air kopi pun dituang ke dalam sebuah cangkir yang indah nan elok. Disana ia berpuisi tentang keindahan dan kebahagiaan yang membutuhkan pengorbanan.
Sayang, bahagia tidak menjadi akhir dari sajak kopi. Kopi harus menerima bahwa tidak semua lidah bisa menerimanya. Mengapa? Karena tidak semua pribadi dapat mengambil hikmah dari rasa pahit.
Ah kopi, kau membuatku melantur saja malam ini.
Semarang, 07 Mei 2018 - 00.47
6 notes
·
View notes
Text
Muram
Izinkan aku berbagi luka, kawan
Sudahkah kau mendengar kabar itu?
Kisah tentang akhir dunia yang baru-baru ini makin santer ditelingaku
Benar, kawan. Kisah tragis itu bukan bualan semata.
Dan aku baru saja melewatinya, dengan plot twist ia pergi begitu saja.
2 notes
·
View notes
Text
Haruskah kita saling menyakiti dengan sama-sama mengabaikan rasa yang sejatinya masih sama?
4 notes
·
View notes
Text
Kesehatanku
Aku tetusuk tapi tak luka
Aku berdarah-darah tapi tak nampak
Aku,
yang kamu tusuk malam itu, kau obati, dan saat malam pergi kau tusuk kembali
Dan kini aku sedang menunggu kau mengobatinya kembali
Tapi tak apa,
jiwaku kuat, mentalku hebat, tapi aku tak menjamin ragaku bakal sehat-sehat
Yang menjadi pertanyaan: adakah kau peduli akan kesehatanku?
10 notes
·
View notes
Text
Kala Hujan
Kala hujan datang, aku terjebak dalam kenangan. Ia seketika memaksa dan menerjang. Bagai membuka kembali album yang telah usang.
Kala hujan datang, aku seketika kangen. Ya kamu, ya jogja, pokoknya kangen. Ya kenangan, ya angkringan, pokoknya kangen.
Dan kala hujan datang, aku tak ingin tak berpuisi. Aku tak mau kalah dengan sapardi. Aku tak mau kalah dengan "Hujan di Bulan Juni".
22 notes
·
View notes
Text
Marginal Utility
Ada yang tau Marginal Utility atau Kepuasan Marjinal? Beberapa waktu yang lalu aku diingatkan kembali tentang salah satu materi dari teori ekonomi ini. Materi ini sempat aku pelajari demi mengais sisa-sisa bangku kuliah. Saat itu, dia yang mengingatkanku, karna kebetulan juga dia mengambil jurusan manajemen di UPN “Veteran” Yogyakarta.
Bukan. Aku tidak akan membahas pengaplikasian salah satu teori ekonomi tersebut dalam kehidupan ekonomi sehari-hari. Ku rasa hal tersebut bakal terlalu berat jadinya, lagi pula aku tidak begitu paham ekonomi hehe. So, mari cari yang lebih sederhana. Mari kita hubungkan teori tersebut dengan hubungan sosial.
Buat kalian yang belum tau, marginal utility adalah sebuah konsep yang menggambarkan tentang tingkat penurunan nilai suatu barang yang terjadi bila kuantitas barang tersebut terus ditambahkan. Penambahan ini menyebabkan nilai suatu barang akan menurun. See? Berat bukan? Haha. Lalu, darimana ada sisi sosialnya?
Mari ku jelaskan sedikit. Misalnya kamu suka es teh manis. Setiap tegukan es teh yang kamu minum akan memiliki nilai kepuasan tersendiri. Mungkin disaat biasa kamu merasa cukup dan puas dengan segelas es teh. Tapi, disaat kepedesan atau hawa sedang panas bisa jadi kamu membutuhkan dua gelas. Tapi apa jadinya kalau kamu terus dipaksa untuk meminum di gelas yang ketiga? Ya, muntah. Es teh yang tadinya menjadi kesukaanmu, kini tidak lagi.
Oke, mari kita alih wahanakan pada hubungan sosial. Hubungan antar dua orang sejoli misalnya; R dan P saling memiliki rasa yang sama, tetapi sayang mereka harus berbeda kota karna tuntutan studi masing-masing. Tetapi R orangnya tidak mau mengalah dengan keadaaan. Dia percaya hubungan mereka bisa bertahan di segala macam cuaca. Ia menyiasatinya dengan terus berusaha mengunjungi P tiap bulannya, barang sehari atau dua hari. Dan finally, usaha mereka tidak sia-sia. Hubungan mereka pun terus bertahan meskipun terik dan hujan tak bisa dielakkan.
Suatu waktu R pernah mengunjungi P di kotanya dalam waktu yang berbeda dari biasanya. Kesempatan itu pun tak disia-siakan oleh mereka. Tiap waktu mereka bertemu. Awalnya sih baik-baik saja, happy-happy saja. Tapi, lama kelamaan mereka jenuh dan tidak tau apa lagi yang akan mereka lakukan lagi bersama. Mengapa? Karna titik kepuasan hubungan mereka biasanya hanya bertemu sekali atau dua kali. Dan ini sudah melebihi titik kepuasana tersebut. Hasilnya justru membuat pertemuan yang tadinya menjadi kesukaan mereka, kini tidak lagi.
Kalau pusing, mari aku bantu simpulkan. Dalam suatu hubungan ada sebuah titik kepuasan. Ia hadir disetiap hal. Menghabiskan waktu bersama misalnya. Bila biasanya kamu hanya menghabiskan waktu seminggu sekali tiap sabtu malam, namun apa jadinya kalau itu dilakukan tiap hari? Tak bisa mengelak pasti jenuh akan hadir disana dan menghabiskan waktu bersama jadi tidak menarik lagi. Mungkin inilah salah satu alasan suatu hubungan kandas diterjang hujan, padahal hujannya hanya grimis.
Disinilah kita belajar menghargai adanya jarak dan ruang tuk sendiri. Seperti yang katakan Tulus dalam lagunya Ruang Sendiri. Kita tetap butuh ruang sendiri-sendiri, untuk tetap menghargai rasanya sepi :)
Yogyakarta, 19 Desember 2017 - 4.31 pm
8 notes
·
View notes
Quote
Teruntuk kamu yang masih sibuk mencari-cari, kebahagiaan itu hanya perlu disadari tanpa harus dicari-cari.
Sekilas mirip dengan apa yang kau katakan padaku 2 tahun yang lalu. Remember it?
8 notes
·
View notes
Text
-
Ketika kini aku jarang menulis, mohon untuk dimaklumi. Itu tandanya aku kini lebih seringnya berbahagia, karna kata orang tiap bahagia itu sulit tuk di ungkapkan dalam kata-kata. Tak seperti dulu, yang mana melankoli sudah seperti makanan sehari-hari.
5 notes
·
View notes
Text
"Aku ingin terus berjalan tapi dengan kamu dituntunku. Aku ingin terus berlari tapi dengan kamu digandengku"
— Maaf aku memang begitu. Banyak maksa melulu
8 notes
·
View notes
Quote
Mawarku Padamu
Asal kau tahu, Mawar yang ku berikan padamu berbeda dengan mawar lainnya
Mengapa?
Karena mawarku bukan mawar kosong Yang hadirnya fana tanpa maksud dan tujuan
Karena mawarku bukan mawar formalitas Yang hanya indah di mata tapi tak berasa di dada
Karena mawarku bukan mawar pragmatis Yang maksudnya sungguh sederhana, “ah kasih mawar aja yang gampang”.
Karena mawarku bukan mawar hypebeast Yang ternyata cuma ikut-ikutan trend belaka.
Karena sebenernya, mawarku lebih kompleks lagi rumit.
Yogyakarta, 25 Juli 2017 - last night in yk city
5 notes
·
View notes
Text
Hujan di Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
(Sapardi Djoko Damono, 1994)
Masih Yogyakarta, 15 Juni 2017 - Risau hati pulang bersama kegagalan
19 notes
·
View notes
Quote
Segelas kopi bercerita padaku; bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan
00.37 am - Waktu Indonesia Bagian Ngopi
306 notes
·
View notes
Quote
Allah itu adil dengan ketidakadilan-Nya
Membuka lagi kutipan lama.
Mempelajari kembali arti berlapang dada.
Ah Dia,
selalu punya cara memanggil kembali hambanya,
yang telah lama mengejar dunia.
Hayya ‘ala ssholah,
panggil-Nya tiap hari.
Namun sayang,
hanya sedikit yang datang kemari.
Nasib baik Dia baik hati.
Pintu taubat dibuka-Nya sampai mati.
Pemalang, 29 Ramadhan 1438 H - Muhasabah diri
10 notes
·
View notes
Text
Perempuan Senja
Perempuan itu telah berjanji bertemu senja di kuburan. Ia terlambat datang. Senja baru saja pergi dan hanya meninggalkan dedaunan kering dan kotoran burung di atas nisan.
Ia melamun saja, mencari-cari wajah senja di cakrawala. “Senja telah menyerahkanmu ke pelukanku,” tiba-tiba malam menepuk punggungnya dan hendak menciumnya.
Perempuan itu menjerit dan ditepisnya tangan malam yang hendak meraih wajahnya. Ia bergegas pulang dan malam menguntitnya dengan gerimisnya yang cerewet dan nakal.
Pagi mendapatkan tubuhnya yang telanjang di ranjang. “Malam telah kubunuh di kuburan. Kau milikku sekarang.” Tapi perempuan itu masih nyenyak tidurnya: mungkin ia sedang bermimpi dicium senja di makam.
(2000)
Yogyakarta, 25 Mei 2017 - Siang bolong
12 notes
·
View notes