Tumgik
#ranjau
arrahmahcom · 2 months
Text
Tanknya Hancur Diserang Hamas, Tentara 'Israel' Lari Terbirit-Birit
GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina Hamas berhasil meledakkan tank Israel yang melintas di Gaza. Itu ditampilkan dalam video yang dirilis Brigade Al Qassam, sayap bersenjata kelompok Palestina, telah membagikan video yang menunjukkan para pejuangnya melawan pasukan Israel di Kota Gaza. Melansir Al Jazeera (9/7/2024), rekaman tersebut menunjukkan mereka memasang jebakan di jalan…
0 notes
worldmilitary · 1 year
Video
youtube
Hadang Wagner Polandia Kerahkan Kendaraan Penebar Ranjau BAOBAB-K di dek...
0 notes
Text
Satlantas Polres Tangsel Bersihkan Jalanan dari Ranjau Paku
TANGSEL – Unit Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tangerang Selatan (Tangsel) membersihkan ranjau paku yang berceceran di sepanjang Jalan Pahlawan Seribu, Kecamatan Serpong. Pembersihan tersebut berdasarkan laporan yang menjadi viral di media sosial beberapa hari lalu terkait ranjau paku di jalan tersebut. Seperti diberitakan sebelumnya, ranjau paku tersebut telah ditemukan oleh tukang rujak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
suniyahdewi · 10 months
Text
Aku masih mencintaimu dengan logika. Mencari tahu segala baik burukmu untuk mendapatkan label pantas. Senantiasa mempelajarimu untuk menemukan alasan mengapa harus memilihmu.
Lelah itu sudah pasti. Mencerna setiap gerakan yang kamu buat. Memastikan setiap tindak yang kau lakukan. Hanya untuk memberi makan logika yang masih di selubungi perihal rasa tak mudah percaya dan ranjau nyaman yang fana.
Ingin menjadikanmu tujuan. Tapi masih banyak yang lalu lalang. Ada banyak tempat pemberhentian. Yang masih ingin ku singgahi dan ku rasakan. Tentang mencintaimu dengan hati, itu masih ku pertimbangkan.
Kau tahu, diriku masih terjebak dalam pusaran badai keraguan. Dan sedang berusaha untuk melarikan diri dari sana. Sedangkan berlari ke arahmu, itu menjadi bagian dari rencanaku. Perihal bagaimana caranya, biar aku yang menyelesaikannya.
@suniyahdewi
19 notes · View notes
menungguminggu · 1 month
Text
Tentang Koneksi di Usia Dewasa
Tumblr media
Menulis di tumblr seperti ini sepertinya bukan hal yang umum dilakukan seorang dosen. Sepanjang saya memperhatikan rekan-rekan di kantor, rasanya nggak ada yang mau repot-repot menulis soal keresahan pribadi dan harapan naifnya dalam tulisan panjang di blog seperti saya. Kalaupun harus menulis ya harusnya menulis soal riset atau buku atau opini atau hal-hal besar dan berkaitan dengan keilmuan. Sepertinya semua orang di kantor rasanya tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang akan mereka lakukan. Apa emang saya aja yang lemah dan cupu hingga butuh ruang ini untuk mengurai pikiran keseharian? Rasanya menulis dengan jujur seperti ini malah kayak men-sabotase reputasi dosen yang nampak tahu segalanya dan bisa diandalkan.
Mungkin karena alasan itu juga yang membuat saya kadang lebih memilih ngobrol dengan mahasiswa. Bukan karena saya nggak bisa nyambung dengan kolega atau semacamnya. Mungkin lebih ke saya yang nggak tahan dengan ‘small talk’ di acara-acara pertemuan rapat, meeting, dan pertemuan sosial lainnya.  Mahasiswa, dengan semua persoalan dan perasaan insecure yang mereka miliki, rasanya lebih jujur dan genuine. Setidaknya mereka tidak berupaya membuktikan apapun saat saya mengobrol dengan mereka. Lebih mudah buat saya untuk terkoneksi dengan hal-hal innocence seperti itu. Entahlah. Mungkin itu adalah bagian dari kehidupan akademisi, terutama dosen muda. Selalu ada tabir ‘rivalitas’ yang membayangi. Nggak kentara di pembicaraan tapi ada dalam pikiran semua orang. Tentang siapa yang berhasil publikasi paling banyak, bisa diundang jadi pembicara paling sering, siapa yang paling terkenal dan diakui, dan semacamnya. Belum lagi perasaan bahwa berbicara di lingkungan kampus kadang rasanya seperti berjalan di padang ranjau. Harus ekstra hati-hati agar tidak menyinggung siapapun atau membuat orang lain baper. Sungguh terlalu kompleks dan memuakkan. Kehidupan pergaulan pasangan dewasa yang sudah menikah juga seringkali sama. Relasi yang dibentuk kebanyakan dipoles bentuk persaingan yang dibungkus pita. Soal siapa anaknya yang paling oke di sekolah, soal siapa yang kehidupannya paling menarik dan sophisticated, yang paling asik liburannya atau paling hebat pencapaiannya, hal-hal semacam itu. Lingkaran sosial orang dewasa adalah medan tempur rahasia yang dihiasi tawa dan perayaan dimana masing-masing berupaya membuktikan bahwa keluarga mereka adalah yang terbaik.
Mungkin yang saya rindukan adalah obrolan sederhana saat masih ‘muda’ dulu. Saat semua kawan berbicara tanpa berupaya membuktikan apapun. A simpler time. Saat hidup tidak dibutakan oleh adiksi validasi dan pengakuan. Saat yang dibicarakan sesederhana soal kelucuan hidup sehari-hari. Hal-hal remeh-temeh semacam itu. Mungkin itu juga alasan kenapa rasanya hidup sebagai seorang yang dewasa itu kadang kenyang oleh sepi. Setiap hari dihajar oleh tuntutan dan ekspektasi tapi jarang ada tempat untuk menuangkan isi kepala dan kemelut hati.
2 notes · View notes
lavienbleuuu · 7 months
Text
Peta Tubuh
sebuah puisi kilat (tak bernama) selepas bekerja dan meninjau ulang seluruh tugas tulisan anak-anak mengenai autobiografi mereka masing-masing.
/1/
Mataku menyembunyikan rahasia, termasuk dari dirinya sendiri. Ada bahasa tanpa nama. Buta dan tak beraksara. Beberapa pemburu buta menyasar dan mencoba menarik keluar semua dirinya dariku. Seorang lelaki ragu dan gagu berkata "seperti ada yang kau kurung jauh di inti matamu, yang lebih besar dari kesunyian".
Mataku menyembunyikan rahasianya sendiri, termasuk dari dirinya sendiri. Ada kemarahan sekaligus keramahan yang dalam. Seperti pertanyaan yang menolak semua jawaban dan jawaban yang menyamar dalam bentuk pertanyaan. Menelusurinya mungkin jadi modal baik bagi petualang tetapi mataku tetaplah negeri asing yang tak pernah diketahui apa rahasianya.
/2/
Puisi bertamu di laut, pusat kota tubuhku. Ia seperti jari-jari yang lapar. Siap siaga! Menghampar seperti ibu kota yang riuh dan berbahaya. Sibuk menerkam rindu yang surut atau menenggelamkan perahu karam dari alamat cinta yang berkarat. Di dasar paling dalam, ia sembunyikan arus dan buih bagi para penyelam nekat. Ada ranjau di balik ombak dan mudah meledak. Mata air gusar membentuk pusaran dan mengisi palung rahasia. Tidak pernah ada yang tahu apa isinya kecuali penyelam buntung yang beruntung. Mungkin ada mutiara atau sekedar cangkang mutiara yang penuh dikandung di rahim ibu laut.
/3/
"Kau adalah tragedi yang kubaca berulang kali" katamu. Mencoba mengajariku berenang di kepalaku dan berusaha menenggelamkan diri berulang kali. Tidak ada yang lebih pandai mengelak dari diri sendiri melebihi kita. Air mata hujan, memenuhi kolam renang keningku dan kau masih berenang-renang di sana sembari mencoba mengajariku berenang. Kau menolak waspada dan kini kau menjadi waspada. Di luar ingatanmu, semua orang menjadi asing termasuk diriku. Jika kau mengingat puisi Aan "Tidak Ada New York Hari Ini" maka aku menjelma baris "kau yang panas di kening, kau yang dingin di kenang".
6 notes · View notes
ameliazahara · 10 months
Text
Persiapan Seleksi SKB CPNS
Setelah misuh-misuh sendiri sebab ketakutan yang tidak mendasar, sebab kurangnya informasi, sebab denial untuk kembali effort mempersiapkan segalanya seperti tes sebelumnya, sebab telah berhak merasa menang karena dari hasil tes sebelumnya memenuhi dari target permintaan.
Bahkan tidak ada persaingan untuk tes seleksi selanjutnya, untuk itu saingan terberat pada seleksi selanjutnya adalah diri sendiri:’)
Karena menuju tahap selanjutnya adalah pertama kali. Tentu masih belum bisa meramal bagaimana alurnya. Timbul permaslaahan-permasalahan yang tercipta yang tidak mendasar. Masalah yang datang dari diri sendiri sebab malas untuk meninjau lebih jauh sepelik apa ranjau yang mungkin akan dihadapi. Masalah yang muncul karena telah ditutupi utopia euforia merasa menang yang sebenarnya masih belum layak sebab masih ada tahap selekse berikutnya yang menentukan.
Sebenarnya aku hanya malas dan membela kemalasanku dengan begitu kuat.
Duh, dasar aku, si manusia gampang jumawa:’)
Misuh-misuh ini tidak boleh berkepanjangan, harus disudahi dengan menggunakan akal-lagoki mencari titik sumber masalah dan pemecahannya. Dan setelah berusaha mencari informasi perihal bagaimana menenangkan ketakutan yang tidak mendasar ini—terikut pemecahannya masalahnya.
Sejauh ini yang menjadikan ketakutan ini makin tidak mendasar adalah belum adanya informasi resmi yang dirilis dari pihak terkait. Untuk itu diri perlu melihat bagaimana alur di tahun sebelumnya berjalan. Untuk menjadi takaran meramal seleksi yang diadakan di tahun ini. Apa yang penting untuk diketahui setelah kisi-kisi ujiannya, yaitu besaran bobot penilaian dan besaran nilai ambang batas.
Berikut bobot penilaian dan ambang batas SKB di tahun sebelumnya,
Tumblr media
Skor ambang batas yang ditetapkan tidak sebanyak tes tahap sebelumnya, mengingat jumlah soal dan jumlah skor maksimal yang juga 20. Tapi jangan berpuas hati dulu, jangan menganggap mudah dulu, ingat jangan sampai kecolongan. Tetap waspada dan besiap diri dengan maksimal! Karena jika dianalisa lebih jauh, tentu kerumitannya tampak lebih rumit. Karena soal yang sedikit dan kriteria minimumnya juga sedikit.
Setelah mengetahui hal ini, apakah diri merasa takut? Tentu mulai terasa tidak lagi begitu menakutkan. Penting untuk tetap mempersiapkan diri.
Dari bobot penilaian di atas pula, terbaca bahwa persiapan terpenting bertumpu pada wawancara dan MT. Persiapan harus matang-banget di bagian ini. Berurusan dengan manusia dan isi kepalanya juga. Manusia terkadang senang menguji. Apalagi di sini budayanya harus effort banget atas segala hal.
Kuncinya, jangan malas. Jangan berbangga dulu. Harus maksimal dipersiapan pada tahap prosesnya juga. Segala apapun nanti hasilnya, semua tergantung bagiamana proses-upaya di masa menjemputnya. Semangaaattt akuu.
Bismillah, semoga Allah selalu mudahkan dan semoga diberi hasil lolos untuk seleksi yang dihadapi✨ aamiin.
2 notes · View notes
sadiqahsiddiqah · 1 year
Text
Tumblr media
Lamanya rasa tak menulis di sini. Kalau ianya sebuah rumah, memang dah lama bersawang penuh dengan segala habuk. Seingat saya, sekitar hujung 2018-2019 adalah waktu yang saya sedikit rajin menulis di teduhan ini. Selepas itu, lebih banyak reblog dan berstatus semi-hiatus.
Tak sangka rupanya ada yang merindu saya dalam diam. Ketahuilah, bahawa dirindui itu adalah perasaan yang sangat membahagiakan, apatah lagi yang merindukan itu daripada yang tersayang.
Jujurnya, saya juga rindu untuk menulis. Tetapi hilang rasa dalam berkata-kata. Terlebih rindu kepada teman seangkatan yg saling membalas dan berinteraksi di sini.
Mereka di antara teman di dunia maya yg menemani saya berjalan meniti ranjau kehidupan yang berliku. Kebanyakan di antara mereka tidak pernah saya bertemu mata, tapi selangit doa selalu saya panjatkan kepada Tuhan agar mereka dijaga dengan baik oleh Tuhan Yang Maha Penyayang.
Terima kasih kepada kesayangan yang meminta untuk saya menulis. Banyak saya terhutang budi padanya terutamanya di dalam urusan menata hati dan perasaan. Semoga Allah mudahkan urusan dia menempuh kehidupan.
Terima kasih Ya Allah, sudah mengizinkan aku mencoret di sini setelah sekian lamanya pena terhenti.
Alhamdulillah for everything.
-SadiqahSiddiqah -Bilik guru -4.24, Asar menjelma.
2 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years
Text
bercerita...
hari ini aku bahas politik sama kawan, ya bukan isu politik yang bergejolak di negeri ini. aku lagi ngga update soal itu, kecuali RKUHP yang udah ketuk palu dan capres rambut putih. kami bahas politik lebih ke pandangan karir.
aku bahas politik sama tiga kawan di ruang chat berbeda. kawan pertama yang udah terjun ke dunia politik jadi kader partai di kotanya. kawan kedua, yang akan terjun ke politik di kampungnya. kawan ketiga, yang kerja di pemerintahan sebagai honorer dan sedang membangun relasi untuk bisa duduk di kursi DPRD di kabupaten kami.
ya, waw. kawan-kawanku emang jarang yang kaleng-kaleng. bahasa insecureku dulu adalah, aku produk paling gagal yang dicetak sekolah kami. oh iya, ketiga kawan ini adalah kawan SMA-ku (manatau ada yang penasaran aku SMA dimana, SMA Unggulan CT Foundation, silakan di search). tapi dengan aku yang lebih percaya diri sekarang, aku cuma berbeda pilihan dan jalan hidup sama mereka yang udah lebih dahulu bersinar.
aku secara pribadi sangat berseberangan dengan politik manapun. mau politik praktis atau politik yang manapun, aku udah lama sadar nggak setuju sama politik dalam banyak hal. apalagi setelah terlibat politik kampus ya meski sesaat, dasarnya aja buat geleng-geleng kepala, apalagi lebih jauh. ada beberapa hal yang aku dapat dari obrolan itu, tapi mungkin tiga aja yang pengen aku ceritakan.
pertama adalah, jangan terjun ke dunia politik kalau financialmu belum stabil. why? jelas, saat kita masih oleng soal makan apa, ladang ranjau di dunia politik secepat kilat memutar niat yang tadinya mulia buat perubahan jadi jalan cepat menuju kaya dengan cara yang pastinya buruk. kalau ada statistika yang mau menghitung, mungkin sangat banyak orang yang sebelum terjun politik niatnya bagus dan mulia, tapi lihat setelah mereka di sana, aduh. itu kenapa aku sepakat kalau belum mampu membiayai hidup sendiri, jangan terjun ke dunia politik. ya at least kalaupun politik jadi karir kamu, punyalah pemasukan pasif yang bisa menyokong kehidupanmu. maka akan sangat memungkinkan kamu ngga secepat itu tergiur dengan proyek bawah tanah di dunia sana.
kedua adalah, jalan pertama yang harus kamu tempuh bukanlah mendapat dukungan. tapi memahami dengan polemik hidup kita, jangankan di negara ini, juga di luar negeri sana, banyak orang yang berseberangan pendapat dan pandangan soal politik. kamu ngga bisa berharap hanya karena kamu merasa satu-satunya jalan membuat perubahan adalah menjadi yang mengeluaran kebijakan, maka orang lain akan setuju dengan itu dan akan mendukungmu. aku bisa memahami bahwa salah satu hal penting yang bisa mengubah negara ini adalah kebijakan publik yang tepat tanpa banyak penyelewengan, tapi sudah berapa banyak kebijakan yang cuma sekedar janji manis?
ketiga adalah, perubahan itu selalu ada. selalu. mau gimanapun kita percaya sama diri kita yang namanya perubahan nasib dan pola pikir, didukung lingkungan dan pencapian orang di sekitar, kemungkinan kecil menjadi untuk tetap idealis dengan niat awal saat kita menerjunkan diri ke dunia politik. sebijak-bijaknya kebijakan akan selalu ada korban yang dimakan. dan itu ngga cuma dunia politik, hidup kita ini emang selalu punya pergolakan dan perubahan yang akan merubah pola pikir dan pilihan hidup. sayangnya ngga semua pilihan dan perubahan menuju arah yang lebih baik. dan ngga satu dua contoh yang kalian juga pasti udah lihat, jelas lagi sama-sama kita tau.
aku ngga bilang jangan terjun ke dunia politik. karena kalau bukan kamu akan ada juga orang lain di sana. tapi barangkali kalau kamu sedang mempersiapkan diri terjun ke dunia politik, kamu udah paham hal-hal yang kuceritakan untuk meminimalisir cepatnya kamu berubah menjadi yang tak kami inginkan sebagai rakyat sipil.
anyway, seperti perubahan aku juga ngga tau masa depan. tapi masih, aku tetap pengen jadi rakyat sipil aja, meski sekarang perlahan suaranya udah dibungkam.
eh, ini bukan tulisan tepi jurang kan?
08.12.2022
17 notes · View notes
merangkulmakna · 1 year
Text
‎#Diary—Agung Moehadji Soemo Soemadi
Kalian memberi hak pada diri kalian sendiri untuk membantai kami, dalam nama yang disebut kebebasan kalian yang begitu berharga. Kepentingan kalian hanyalah hidup kalian. Tapi bagi kami tidak ada yang sakti! Darah kalian akan mengalir karena kejahatan keji kalian. Sementara jet-jet tempur kalian dan intelektual kalian nampak memalukan. Media kalian menyembunyikan segala kekejaman, menyangkal kematian kami yang tak berguna untuk disebutkan.
Kalian adalah para pembunuh, para manipulator. Dusta adalah ciri khas juru bicara kalian. Hukum kalian membiarkan terjadinya kerusakan kolateral. Tentara kalian membunuh anak-anak kami dan kalian menyebutnya pahlawan?
Kalian menangis dengan getir untuk segelintir orang yang mati, namun untuk ribuan yang kalian bunuh, kalian tak menunjukkan penyesalan. Kalian menipu dunia dengan kefasihan kalian, sementara mengesahkan kejahatan kalian.
Ketahuilah wahai kuffār, pedang-pedang kami diasah untuk membelah leher-leher. Hati-hati!...saudara-saudara kami siap meledakkan diri mereka, untuk menanggapi kejahatan yang kalian bawa. Jalan-jalan kalian segera akan dihiasi ranjau. Awas!...akhir kalian sudah direncanakan. Anak-anak yatim kami sedang tumbuh, mereka menuntaskan dahaganya untuk membalas dengan amarah!
4 notes · View notes
lucifermorningstark · 2 years
Text
March 13 2K23 Berpikir bahwa....
ini semua hanyalah tentang
tak berangan - angan,
tak bersiap,
bahkan
tak bergerak....
kita bahkan tak bisa menentukan bukan?
Persetan dengan segala kebenaran maupun pembenaran
siapa yamg bisa menyatakan
mana aktif mana pasif
apa itu positif apa itu negatif
bukankah sederhananya kita ini yah cuma begini....
masih memiliki sisa - sisa keberuntungan
untuk selamat saat berlarian di ladang ranjau
2 notes · View notes
adrianelinerush · 14 days
Text
[fic][HiroPut] : madeonmarch 2018
1087 words. Bahasa Indonesia. sebetulnya ngga ada judulnya (belum kupikirin), tapi aku inget ini kutulis untuk ikutan event twitter Made on March yang diprakarsai Dika tahun 2018 lampau. gambar: abusedmember [X | instagram]
Tumblr media
Untuk @ocehanbebek Maaf nunggu lama banget :’Da
Suara gamelan yang mengalun sayup sudah terdengar bahkan dari lahan parkir. Aku menyentuh pangkal dasiku, meratakannya ke tengah sejajar jas. Kulirik pantulan bayanganku di jendela samping mobil. Titik-titik air menempel di permukaan kaca. Hujan rintik. Aku menghela nafas panjang. Sesaat ragu kembali membayangiku. Ekor mataku menangkap nama pasangan yang dicetak timbul di pelat penanda depan gapura masuk. Tanti dan Erik. Nama pasangannya sih sudah benar…
Aku menelan ludah dan melangkah masuk gedung resepsi. Menghindari titik hujan, ke meja penerima tamu, menuliskan namaku di buku.
Pasangan yang berbahagia ini, pengantin perempuannya adalah kakak sepupuku dari pihak ayah. Kak Tanti anak ketiga dari tujuh bersaudara, tapi dari kecil dia mengasuhku. Kalau membicarakan dia, tak ayal yang kuingat adalah kebaikan-kebaikannya. Dialah orang yang biasa menampungku tiap aku bentrok dengan ayah, juga yang tegar membelaku saat kuutarakan niatku menyusul Ibu ke luar negeri. Waktu pernikahannya yang pertama, aku tidak sempat datang karena kadung kabur keluar rumah. Sekarang di pernikahannya yang kedua… aku menoleh ke sekelilingku, berusaha tidak menemukan wajah siapapun yang familiar, kecuali mungkin Kak Tanti sendiri. Untungnya memang semuanya wajah yang asing.
Mungkin belum ketemu saja.
Aku berjalan lurus langsung ke podium pengantin, membaurkan diri dengan barisan tamu undangan lain yang juga hendak bersalaman memberi berkat. Aku nyaris tidak mengangkat wajah saat aku bersalaman dengan keluarga pengantin perempuan, masih belum siap wajahku dikenali, meski sepertinya ibu Kak Tanti sudah mulai curiga kalau dilihat dari tatapannya. Aku menatap pengantin pria, sekedar membiasakan diri dengan wajahnya, bertanya-tanya apakah ini wajah laki-laki yang bisa dikasih amanat, apakah kali ini kakak sepupuku takkan menyesal memilih lelaki. Saat menatap pengantin wanita baik dia maupun aku sepertinya sama-sama pangling, tidak mengenali satu sama lain. DIa dengan riasan tebalnya, dan aku dengan absennya diriku sejak lulus SMA sampai umur kepala dua sekarang.
“Putra?” matanya melotot saat akhirnya mengenaliku.
Macam-macam perasaan tampaknya tumpah ruah sampai-sampai Kak Tanti tidak berkata-kata lagi, tapi jemarinya mencubitiku dan tangan satunya memukulku dengan buket bunga yang digenggamnya.Tapi kemudian Kak Tanti juga memelukku. “Terimakasih Putra, kamu mau datang.” Aku tidak menjawab, hanya menoleh canggung ke arah pengantin lelaki yang balas menatapku dengan alis terangkat.
Aku turun dari panggung pengantin buru-buru setelah menyumpalkan amplop ke kotaknya. Bersembunyi dari segala tamu pengantin yang berpakaian serba oranye karena yang warnanya seragam begitu biasanya pihak keluarga, apalagi oranye adalah warna favorit Kak Tanti. Aku, ternyata belum siap bertemu kerabatku yang lain.
Aku mengambil buah-buahan potong, memakannya sambil berdiri di sudut ruangan karena tidak kebagian tempat duduk. Suasana resepsi makin menghangat karena di panggung kecil tempat orchestra tampil, sudah membuka sesi karaoke dengan lagu request dari tamu undangan. Panggung itu diisi sejumlah tamu berpakaian serba hijau yang tidak segan ikut bergoyang seiring irama. Saat mengunyah pelan semangka dan melon, diantara ingar bingar sound system tanpa sengaja aku menguping percakapan orang disebelahku. Dengan suara agak keras demi menyaingi dentum dangdut mereka mengkritik tingkah orang-orang diatas panggung. Katanya itu dari keluarga ibu tiri Kak Tanti. Katanya mereka kampungan seperti selera musiknya.
Aku melipir karena jengah.
Saat aku merapat ke stand dimsum, tanpa terelakkan aku bertemu ranjau oranye. Para sepupuku dari pihak ayah. Tanpa berhasil kabur aku digamit setengah diseret menemui saudara-saudara ayah yang lain. Mereka menyayangkan ketidakhadiran ayahku (yang sebetulnya kusyukuri). Sepuluh tahun kepergianku, tanda-tanda perubahan yang paling nyata selain kerut wajah, adalah semakin lengkapnya atribut keagamaan di penampilan mereka. Nyaris semua perempuan di keluarga ini berpenutup kepala. Bahkan balita-balitanya juga. Mereka bermanis-manis memuji bahwa aku makin gagah, tidak berubah (apa maksudnya aku masih kelihatan seperti bocah?). Puja puji pada tuhan terselip di tiap untaian percakapan mereka. Aku bertanya-tanya pola frase mereka memang berubah seiring zaman, atau apa sebetulnya mereka dari dulu begini, akunya saja yang telat sadar? Atau aku sudah terlalu jauh dari tuhan makanya tidak tahan?
Suara hujan yang makin deras di luar tidak membisikkan jawaban.
Tentu saja tidak semua kerabatku pura-pura rindu denganku si anak hilang yang kabur sepuluh tahun lebih. Tidak sedikit sepupuku yang laki-laki, menyindirku menyamakanku dengan anjing tidak tahu terimakasih, membicarakanku dengan bahasa daerah, seakan lupa meski lama di luar pulau tempat lahirku masih sama dengan mereka. Yang sepuh menatapku dengan pandangan tidak nyaman, mungkin bingung mau bereaksi apa terhadapku. Benar, aku mencabut separuh kewarganegaraan. Benar, ada jenjang pendidikan yang tidak kulanjutkan. Benar, di umur 26 aku jadi satu-satunya pria lajang dengan penghasilan paling tidak karuan. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali mengikuti Jumatan. Kemudian sebagai pukulan terakhir, setengah memamerkan pasangan dan anak masing-masing, tidak satupun dari mereka yang absen menanyakan pertanyaan legendaris itu…
“Kapan nyusul?”
Yang hanya kubalas dengan senyum setengah hati.
Tidak kuat menghadapi intimidasi kaum oranye, aku pamit mundur ke kamar kecil. Kukira aku bisa menemukan kembali kedamaian jiwaku dalam bilik kecil beraroma jeruk campur amoniak itu. Saat aku terpekur menatap ponsel diatas kloset duduk, lagi-lagi telingaku menangkap hal yang sebetulnya tidak ingin kudengar—bahwa pengantin lelaki meski pandai bicara dan memang manajer yang cakap, konon rumornya punya skandal keuangan yang sampai sekarang belum selesai diluruskan. Betapa sayang, terlebih karena sudah jadi rahasia umum juga, Kak Tanti cerai dengan suami karena mantan suami tidak becus cari tambahan penghasilan.
Aku mengurut pangkal hidungku dan bertanya-tanya apakah ini karmaku karena kabur dari rumah ayah sejak umur enam belas, sekalinya memberanikan diri pulang, aku mendengar hal-hal yang tidak ingin kudengar.
Alarm jam dua belas siang berbunyi dari ponselku di balik saku jas, yang kumatikan buru-buru karena lagi-lagi aku dicari-cari bahkan ke pelosok lavatory. Aku diseret kerabatku yang serba oranye naik ke podium pengantin lagi. Demi foto keluarga, demi memorabilia, katanya. Saat sesi foto akhirnya berakhir, orang-orang ini kembali mengerubungiku, mencecarku memaksa bertukar nomor kontak, yang dengan halus kutolak (tapi mereka terus bertanya dengan galak).
Sosok jangkung berambut coklat yang muncul telat dari gerbang depan tampak bagaikan juru selamat.
Perawakannya yang mencolok membuat semua mata melihatnya. Mata terang, rambut cokelat, setelan berwarna mustard yang entah kenapa kalau dia yang pakai pantas-pantas saja kelihatannya. Tangan kanannya menenteng payung lebar dengan pola jeruk berwarna oranye, nyaris sewarna dengan seragam keluarga pihak ayahku ini.
Wajar. Aku juga dulu terintimidasi dengan tingginya. Dengan rambutnya yang berwarna terang. Dengan campuran kaukasia dalam dirinya yang membuat wajahnya unik diatas rata-rata. Tapi dia sendiri tidak banyak tengok kiri kanan, begitu melihatku dia jalan lurus menghampiriku. Kerabat-kerabatku menatapnya dengan mulut agak ternganga.
“Terima kasih, Putra sudah boleh pulang, ‘kan?” dengan logat asing dia mewakiliku pamit dan tanpa menunggu reaksi mereka yang masih terpana, kami langsung berjalan pergi menuju lapangan parkir.
Syukurlah, hujan sudah reda, hanya menyisakan kubangan-kubangan kecil di antara paving block yang kami sebrangi.
Di dalam mobil yang jendelanya separuh terbuka, anjing kami, Canis, menyalak menyambutku.
0 notes
suara-rakyat-blog · 21 days
Text
Tumblr media
Walaupun matlamat pencerobohan ini adalah untuk menghapuskan ancaman bom dan ranjau mengikut zionis , Zion itu menghadapi operasi dengan lebih daripada 18 alat letupan di bandar Jenin dan kemnya hanya pada hari pertama pencerobohan!
1 note · View note
hyoonnie · 2 months
Text
FROM KIRA, FOR ZALFA
Tumblr media
Hari ini adalah hari yang cerah dan penuh harap bagimu. Hari ini adalah spesial bagimu, ulang tahun yang kau nanti-nantikan.
Zalfa, engkau adalah wanita yang ceria dan bercahaya seperti bintang yang bersinar di malam hari. Kau adalah seorang perempuan yang luar biasa dalam perjalanan hidup yang kau jalani.
Kau telah bertemu berbagai liku dan ranjau. Namun kau tetap tegar dan tak gentar. Setiap langkahmu penuh keberanian, menyuarakan suaramu untuk kebenaran.
Semoga kamu menjadi sosok inspiratif bagi banyak orang, membawa sinar kebaikan di setiap langkahmu.
Di hari ulang tahunmu yang istimewa ini, aku ingin ucapkan selamat yang tulus. Semoga bahagia selalu menyertaimu dan setiap impianmu terwujud dengan indah.
Dalam setiap detik yang kau lewati, ku doakan agar selalu dilimpahi keberkahan, kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan yang menyertai langkah-langkah di hidupmu selamanya.
( long intro buat lagunya, but happy birthday! )
1 note · View note
moonstonexv · 3 months
Text
apapun yang dijalani saat itu, meremehkan perasaan adalah hal yang keliru.
3 Juli 2024.
Selalu ada gebrakan baru atas ucapannya. Kala itu dikatakannya bahwa hanya dirinya yang berupaya. Hanya dirinya yang merasa. Sementara sisi lain terlalu penuh dengan candaan hingga dirinya tidak yakin. Tidak yakin apakah perasaannya berbalas atau tidak.
Namun, tidakkah ia berpikir apakah dirinya dapat ditanggapi dengan serius? Tidakkah ia tau bahwa sisi ini sedang ragu, namun bukan keyakinan yang ditawarkan melainkan hal yang lebih membimbangkan hati.
Kemudian ia pun menyimpulkan bahwa semua rasa yang dimilikinya hanya ia yang merasa. Tidak akan berbalas apapun itu yang dirasakannya. Pikirnya, disampaikan pun akan dihempaskan ke bumi.
Namun, bagaimana ia bisa begitu yakin ketika itu semua dibiarkan dalam pikirannya saja? Ia menyampaikan semua itu ketika benar-benar sudah tidak yakin. Ia menyampaikannya sebagai sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Begitu yakin tentang apa yang sisi ini rasakan.
Ia utarakan ketika ruangan sedang berantakan. Kertas berhamburan dan ranjau terbuka di lantai. Hal keliru telah dilakukannya. Ia justru memberi ruang dan waktu yang lebih banyak untuk berpikir ulang.
Lantas mengapa tidak ia tanyakan semua itu sejak awal?
Sejak awal pun ia begitu pesimis tentang apa yang sisi ini rasakan. Sisi ini akan memudar dan pergi lebih dulu, ungkapnya. Perasaannya berkata begitu. Mengapa ia meyakini perasaannya tentang sisi ini yang padahal tidak pernah terlintas dalam benak ini untuk berpikir demikian. Bukankah kenyataan adalah apa yang kamu sugestikan?
Sugesti itu ada pada dirinya, kenyataan itu pun hanya mengitarinya.
Ia yang bermain dengan kata jika harusnya dibalas dengan jika juga. Saat itu, sisi ini memilih tidak membalasnya. Tapi ini balasan untuk semua jika yang telah terucap.
Jika kamu berani menyatakan di saat yang kamu maksud, jawaban untukmu adalah diterima. Pemilik rasa tidak hanya satu sisi saja, semua sisi memiliki rasa termasuk yang satu ini. Rasa mengagumi. Rasa menyukai. Rasa ingin memiliki. Sayangnya semua itu mulai terkikis atas perkiraan jahatmu itu.
Jika kamu memberi lebih keyakinan atas sisi yang ragu ini, maka bukan candaan yang akan kamu dapatkan. Keraguan yang disiram dengan pesimis hanya akan menciutkannya dan bersembunyi dibalik semua lelucon.
Jika kamu menanggapi saat keseriusanku muncul pertama kali kala itu dan tidak mengenyahkannya dengan berdalih untuk dibahas kemudian, mungkin semuanya akan lebih terarah.
Jika kamu menghargai pertemuaan saat itu dengan melihatku dan mengiyakan kemauanku, mungkin kamu pun tidak akan merasakan kesal.
0 notes
haicy0nic · 3 months
Text
Tumblr media
Hidden (Gem) Shortcut—
POV Fano saat mengeksplor jalan pintas menuju rumah. Banyak sekali pepohonan serta kebun kecil milik warga sekitar. Kayaknya kalau malam menelusuri jalan pintas ini bakal seram, karena penerangannya minim.
Masih di Jakarta, tapi seperti bukan di Jakarta... Suara bising kendaraan tidak terdengar, apalagi polusi. Ya, sekali-sekali menikmati suasana seperti ini, sudah jarang banget ditemui di Kota. Oh, lingkungannya juga bersih, hanya saja harus berhati-hati ada ranjau ayam dan kucing 😂
0 notes