#ramadhanday13
Explore tagged Tumblr posts
Text
Menjagamu dalam doa-doaku
Mungkin aku pernah merasa sangat tak pantas membersamai langkahmu
Bertanya tanya pada diri, mengapa pilihan itu jatuh pada diriku
Wajar bukan jika aku bertanya, bahkan kamupun tak tahu mengapa?
Ucapmu nan halus, perangaimu nan lembut, dan kebaikanmu nan tulus, bahkan terus kusandingkan dengan "apa kelebihanku darimu?"
Namun kau berucap bahwa aku mengingatkanmu pada-Nya. Aku pun terhelak tak percaya, apakah yang kau rasakan benar adanya?
Kemudian aku pun banyak merenung, mengapa Allah menghadirkan begitu banyak orang baik disekitarku, yg tanpa kesadari mereka membuatku lebih dekat kepada-Mu.
Allah meskipun jarak ini begitu membuatku luruh, tak mengapa jika nanti kau pertemukan aku dengan seseorang nan teduh. Dengannya aku akan terus mengingat-Mu, dan bertasbih kepada-Mu.
Kelak kuatkanlah aku dengan adanya, sehingga jannah-Mu lebih dekat dengan mata, dan Rahmat-Mu kian mewabah.
Jagalah, lindungilah, permudahlah ia dalam setiap langkah kaki yg ia tapakkan. Aku akan selalu menjagamu dalam doa, maka tenanglah....
Inspiring by thaha 31-35
13, Ramadhan 1439 H
2 notes
·
View notes
Text
Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat
Jika kita mengingat kembali, waktu kita lahir ke dunia ini, kita masih belum bisa berjalan. Pada saat kita belajar berjalan, seringkali kita mengalami jatuh bangun ketika posisi kita belum benar-benar seimbang. Ilustrasi tersebut mungkin bisa menggambarkan kehidupan. Dalam hidup juga dibutuhkan keseimbangan, terutama keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Jika dalam proses menjalani aktivitas-aktivitas kita di dunia tidak diiringi dengan usaha untuk menyeimbangkan waktu dengan urusan akhirat, maka suatu saat kita pun akan terjatuh.
Dalam sebuah ungkapan dikatakan bahwa dunia adalah ladang akhirat (ad-dunya mazra’at al-akhirah). Maksudnya adalah bagaimana kita harus bersikap terhadap dunia untuk menjadikannya sebagai ladang untuk menanam berbagai amal baik yang kelak akan dipanen di akhirat. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah 7-8).
Islam menganjurkan keseimbangan dalam menyikapi kehidupan dunia dan akhirat. Tidak berlebihan pada dunia, sebaliknya juga tidak berlebihan pada akhirat. Dalam surat Al-Qashash ayat 77 Allah SWT. berfirman, “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa akhirat memang telah disediakan sebagai tempat kembali, namun dunia juga tidak boleh kita abaikan. Kita berhak mempunyai impian setinggi langit dan berusaha keras menggapainya, tetapi jangan lupa bahwa suatu saat kita akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan begitu, sebagaimana akhirat harus dipersiapkan, dunia juga harus dijadikan tempat mempersiapkan hidup di akhirat kelak.
Bulan Ramadhan ini adalah waktu yang tepat untuk kita mengintrospeksi diri. Mari kita renungkan sudahkah seimbang dunia dan akhirat kita? Apakah ketika adzan berkumandang, kita masih tenggelam dalam kesibukan-kesibukan dunia, atau sebaliknya? Jangan sampai kita terlalu semangat mengejar cita-cita kita di dunia, tetapi lupa untuk mempersiapkan diri menghadap sang Ilahi. Berambisi pada dunia boleh, tetapi harus tau batasannya.
-Bellinda Cindy Audry (Accounting & Tax Proxsis and Synergy Group)
13 Ramadhan 1442H // 25 April 2021
0 notes
Photo
🌙Happy Ramadhan for all Muslims🌙 " Let your faith be bigger than your fears " Illustration by @datinmuaz for @themellowarts #ramadhanday13 #ramadhankareem #blessramadhan #illistrationart #ramadhanjournal https://www.instagram.com/p/B_42PePAm0Y/?igshid=16hzgcebsr71k
0 notes
Photo
Kalau kata pribahasa, jangan sampai jadi tong kosong nyaring bunyinya... [Dikutip dari berbagai sumber] #jurnalramadhan #ramadhanday13 https://www.instagram.com/p/B_1r3S0AjLD/?igshid=1pscz4ajv9vuv
0 notes
Text
#MasihBelajar
#NTMS
#RamadhanDay13
1 note
·
View note
Photo
-Lingkaran kebaikan- disana ada nasehat yang bisa menguatkan iman, . disana ada keberkahan yang dititipkan melalui hadirnya malaikat, . disana ada hati yang saling terkait dalam satu ketaatan, . disana ada cinta yang bisa berbuah surga, . dan aku, ingin selalu berada di dalamnya ❤️ #ramadhanday13
0 notes
Photo
Cahaya di atas Cahaya "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. An Nur : 35] #OneDayOneHikmah #semangkA #oase #ukhuwahfillah #sisterhood #menulisuntukramadhan #ramadhan1438H #ramadhanday13 #ramadhanday14 #happyfriday #tgif #alif (at Taman Bintaro X'change Mall)
#alif#tgif#sisterhood#ukhuwahfillah#ramadhanday13#onedayonehikmah#happyfriday#semangka#menulisuntukramadhan#ramadhanday14#oase#ramadhan1438h
0 notes
Photo
Move Up #13 : Langit-Langit Aksara . Bumi dan matahari sedang berkisah Tentang siang dan malamnya Tentang terang dan gelapnya Tentang terik panas dan dinginnya Tentang indahnya pelangi dan syahdunya malam tiba . Seakan tak ada habisnya Berangin, berawan, mendung dan hujan Kisah yang terlukis di langit aksara Menggema dalam alunan nada Seirama lukisan antara bumi dan langitNya Berkisah anak manusia Nyata dan fatamorgana Suka dan duka Benci dan cinta Kadang penuh intrik dan retorika . Langit-langit aksara Selalu punya cerita Selalu menyimpan makna Selalu mengalirkan tanya Dan selalu menyelipkan rasa Untuk selalu menemukan bahagia Melukis bersama Di langit-langit aksara . Baca selengkapnya terkait judul ini di ruang semesta kami. Lihat pada link bio semestarasa.tumblr.com #30daysramadhanwriting . Jika tidak keberatan dapat di install juga aps web view nya di link http://www.appsgeyser.com/4276693? . #30daysramadhanwriting #30daysramadhanwritingchallenge #menulis #ramadhanday13 #day13 #moveup #semestarasa #ceritaramadhanku #langitaksara #puisi #sajak #puisiku .
#semestarasa#ramadhanday13#13#moveup#puisiku#menulis#day13#30daysramadhanwritingchallenge#langitaksara#puisi#30daysramadhanwriting#ceritaramadhanku#sajak
0 notes
Text
Jangan Berhenti
Saya tahu, ini memang masalah data. Tapi, saya berharap kamu bisa sidang Bulan Agustus ini ya, biar tidak usah bayar UKT lagi gitu lho.
Ah, ya. Dosen bimbingku yang satu ini memang baik sekali. Seringkali kekhawatirannya melebihi kekhawatiran anak bimbingnya terhadap dirinya sendiri. Tapi, di sisi lain, permintaan beliau agak membuat sedikit panik. Pasalnya, Agustus sebelum 21 itu sekitar 2 bulan lagi. Data mentah akan diambil besok. Belum lagi, alur penelitian juga berubah siang ini. Allah…
Hari ini adalah hari ke-8 aku belajar Bahasa Arab kilat program Ramadhan. Pada dasarnya, aku menyukai hal baru, jadi wajar kalau tidak pernah ada kata malas untuk menuntut ilmu baru ini. Namun, diskusi dengan dosen siang ini membuatku sedikit gontai. Sepertinya memang harus diprioritaskan dulu hal yang satu ini (TA), yang lainnya belakangan, ujarku dalam hati sambil menimbang-nimbang kegiatan apa saja yang akan aku hentikan sejenak. Aku sudah memasukkan kursus ini ke dalam ‘list pause’ yang ada dalam otakku.
Qadarullah, guru kami yang biasanya jarang memberi wejangan, entah kenapa 40 menit menjelang kelas berakhir justru malah bercerita dan memberi nasihat di dalamnya. Dimulai gara-gara wajah-wajah kami yang tampak kebingungan atas penjelasan materi beliau, akhirnya beliau berkata,”Yasudah kita cerita saja ya daripada makin pusing.”
“Wajar kalau kalian bingung, materi ini saya dapatkan ketika saya tingkat tiga. Apalagi disini masih banyak yang baru mengenal bahasa Arab ya…
Kalau antum memang orang-orang yang punya peran di masyarakat, hukumnya wajib untuk bisa Bahasa Arab. Misalnya, antum guru, ketua apa gitu, fardu ‘ain, tidak boleh ditinggal. Kecuali dalam lingkungan antum sudah ada yang bisa, maka status bagi antum fardu kifayah. Kenapa? Karena Arab adalah bahasa yang kita gunakan dalam sehari-hari dalam shalat kita.
Bayangkan ya, kalau Al Fatihah kita salah. Sepele saja, misalnya ‘ain dibaca a, kha dibaca ha, bisa salah makna. Padahal Al Fatihah itu termasuk rukun shalat kita, kan? Barangsiapa yang Al Fatihahnya salah, maka shalatnya juga tidak sah. Sepenting itu.
Bahasa Arab juga begitu. Kesalahan misalnya harusnya fathah ternyata dibaca dhammah dapat menyebabkan perubahan makna. Maka kalau tidak ada yang tahu, dan tidak ada yang membenarkan, bagaimana tanggung jawab kita di akhirat nanti? Kalau tidak belajar, kita tidak akan punya pembelaan di hadapan Allah. Beda kalau kita salah, tetapi kita belajar. Kita ada usaha untuk memperbaikinya. Kalau kita belajar terus menerus, kita bisa membela diri, ‘ya Allah saya salah, makanya saya belajar’. Kalau kalian merasa sulit dalam mengikuti, tidak apa-apa. Kalian tidak diwajibkan untuk pintar. Tapi kalian diwajibkan untuk menuntut ilmu.
Mengapa hari kiamat disebut yaumul hasrah, yang artinya hari penyesalan, karena seorang yang alim pada waktu itupun akan sangat menyesal, mengapa banyak detik-detiknya yang terbuang tanpa berdzikir. Detiknya ya, bayangkan, bukan jamnya. Jadikanlah saat kita duduk mengkaji Al Qur-an adalah waktu terbaik dalam hidup kita.”
Allah itu, seringkali menegur saya lewat orang lain. Tegurannya bukan sesuatu yang bikin jengkel, malah tegurannya pengen bikin nangis lewat nasihat seorang Ustadz. Niat saya untuk fokus saja ke TA menjadi gugur. Insya Allah, apapun yang terjadi, learning for my dien is unstoppable things. Semoga Allah kuatkan, whatever will be.
Berniat untuk tulisan 14 Ramadhan, menanggalkan hutang tulisan
(Masih) Bandung, 13 Ramadhan 1438 H
0 notes
Text
#RamadhanDay13
Aku tidak pernah tahu seberapa besar rasa cintamu untukku, kamu tidak pernah mengungkapkannya padaku. Kita menjalani hubungan seolah tanpa tujuan yang pasti. Hari-hari yang aku lewati bersamamu dipenuhi dengan kebimbangan. Kamu dipenuhi kasih sayang hari ini, namun besok ketika cahaya baru muncul kamu bersikap tak perduli. Sebenarnya hubungan apa yang sedang kita genggam saat ini?
17 mei 2019
1 note
·
View note
Video
tumblr
((Gazaku, PalestinaKita)) . . Ini bukan ttg apa yang qita berikan, bukan pula ttg berapa banyak yang kita berikan . . Tapi ini adalah pesan dan saksi . Pesan bahwa kami rakyat Indonesia tidak akan pernah meninggalkan mereka walaupun sekejap mata . Saksi kepada Allah bahwa kita peduli dan bukan diam begitu saja . . Mereka adalah saudara kita Gazaku, Palestina Kita . . "Siapapun yanh memberi makan kami Ya Allah, berikanlah mereka makan bersama pada "Shiddiq dan Syuhada di Surga" Kata salah seorang warga Palestina . . . #catatankebaikan #ramadhankareem #ramadhanday13 #alaqsa #savepalestina #savegaza #spiritofalaqsa
0 notes
Photo
If you don't believe in your own ability to accomplish your goals.. then believe in Allah's ability to help you 💙 #Ramadhanday13
0 notes
Photo
Sejenak, menjurus ke sebuah pemandangan di seberang jalan. Pada seorang kakek yang memanggul barang dagangannya berupa 3 buah kurungan ayam yang terbuat dari bambu. Raut wajahnya terlihat lelah. Langkahnya sedikit sempoyongan. Sandal japit yang terpakai sudah tak lebih setebal 1cm dari tanah. Seolah menandakan bahwa Bapak ini sudah jauh berjalan berratus-ratus kilo meter menjajakan jualannya dengan berjalan kaki. Di tambah ini bulan Ramadhan, meski kelelahan melanda, beliau tetap tak tergoda untuk menengguk nikmatnya air mineral yang sengaja ia bawa di dalam tas kecilnya. Bahkan meskipun di luar bulan Ramadhan, tetap saja itu sebuah pekerjaan melelahkan bagi seorang kakek berusia kurang lebih 70 tahun. (Lha wong untuk sepantaran kita-kita aja jalan kaki udah melelahkan dan banyak dikeluhin).
Entah apa yang membedakan. Tapi ada satu yang menarik dari apa yang beliau lakukan yang kemudian saya perhatikan. Meski dengan guratan lelah dan peluh yang membasahi pelipis beliau. Semangat dan tekad membara masih nampak kuat di wajahnya. Senyum sumringah dan wajah hangat mengakrabi membuat dia kemudian bisa berinteraksi dengan banyak orang. Entahlah. Bapak itu menguasai teknik closing dan marketing terbaik yang belum pernah saya lihat dalam dunia perbisnisan.
Iya. Dia hanyalah seorang Bapak. Yang renta karna usianya, tapi semangat selalu mengisi hari-harinya. Bukan ini, kali pertama aku melihatnya. Di lain waktu pernah aku mendapatinya berjualan pisang Raja berkeliling desa. Rendah hati, selalu ceria, sumringah, dan bermental optimis. Mental yang lebih tangguh dari sekadar pebisnis. Itulah yang beliau miliki dan terapkan dalam berjualan. Meski tidak jarang juga orang-orang justru menganggapnya sebagai pengemis namun beliau menanggapinya dengan senyuman manis dan perkataan halus “maaf Pak/Bu, saya disini cuma berjualan, bukan untuk dikasihani ataupun meminta-minta.” Bapak tua yang bersahaja.
Itu hanya sekelumit cerita tentang seorang Bapak bersahaja yang menginspirasi hidup saya. Singkat cerita, Bapak itu pernah menceritakan sedikit tentang kehidupan pribadinya. Bagaimana ia berjuang kedua anak dan istrinya di desa. Anaknya SMA akan masuk kuliah dengan mendapat beasiswa karna prestasinya dan satunya masih di Sekolah Dasar. Istrinya hanya buruh tani yang mendapat upah seadanya untuk makan sehari-hari. Beliaulah yang mengurus pendidikan anak-anaknya. Iya, beliau bilang berbagi tugas. Ia dan sang istri berbagi tugas mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Tapi hebatnya, ada yang membuat saya salut dari tindakan Bapak tadi. Setiap beristirahat, beliau selalu mengeluarkan kitab kecil yang sakral dan selalu dibawanya kemanapun. Ah, ternyata Alquran. Bapak itu membaca dan membawanya kemanapun pergi.
“Pak, Bapak selalu melakukan ini setiap hari?” saya memberanikan diri untuk bertanya. “Bapak hanya orang biasa nduk, biasa sekali. Tapi Bapak nggak mau amalan-amalan Bapak itu biasa2. Bapak ini bukan orang berpendidikan. Tapi bukan berarti Bapak nggak pernah melaksanakn kewajiban. Bapak nggak punya bekal apa-apa untuk dibawa nanti kecuali hal seperti ini.”
Tersentuh saya mendengar cerita Bapak itu. Hampir air mata saya menetes karena kebesaran jiwanya. “Tapi, Pak. Apa Bapak tidak ingin mencari pekerjaan lain yang mendapat penghasilan pasti? Belum tentu dagangan Bapak juga habis.” “Iya, Bapak tahu itu. Ah, Bapak sudah tua nduk. Memang ya, manusia hidup selalu sawang-sinawang. Masalah dilihat dan melihat. Tapi bagi Bapak, rezeki itu sudah ada yang mengatur. Rezeki dibatasi/dilebihkan itu urusan Gusti Allah. Tugas kita cuma berusaha. Kalo nggak laku ya Bapak pulang. Kalau sedang tidak bisa jual beli dengan manusia Bapak akan berjual beli dengan Allah yang tidak mungkin menolak hambaNya. Tenang kalau semua sudah diurus Tuhan, hidup kita tidak mungkin kekurangan nduk.”
Bapak itu tersenyum lagi. Ah, lagi-lagi Bapak ini menyampaikan sesuatu yang dalam sekali. Mengguncang batin dan hati. Menampar pikiran-pikiran pendek dan angan kosong yang selama ini ada.
Benar. Selama ini banyak yang telah menjadi manusia sok tahu. Bebal dan sombong. Termasuk juga diri ini. Ini adalah zaman penuh komparabel. Zaman dimana segala yang kita lakukan selalu dibandingkan dengan yang orang lain punya. Tanpa kita mengoreksi ke dalam atas apa yang telah kita lakukan. Tanpa memaknai bahwa hidup itu bukan harus seperti orang lain.
Kenyataan bahwa negeri ini mengalami disparitas (ketimpangan) tinggi itu bukan lagi hal tabu. Ketimpangan demi ketimpangan terus terjadi. Dari mulai sosial, ekonomi, moral, budaya. Selalu banyak orang-orang yang memiliki sesuatu yang lebih yang tidak ingin dibagi dengan yang lain. Ego. Iya, timpang karena ego masing-masing orang semakin tinggi. Maka, banyak orang yang kemudian berpikiran “kenapa aku tidak kaya seperti mereka?”
“Kenapa hidupku susah dan tidak terkenal? Kenapa hanya aku yang merasa lelah? Tidak bisakah aku mendapat gelar A,B,C sampai Z untuk mendapatkan ini dan itu?”
Ini naluri manusia. Fitrahnya. Kita menyangka ini baik itu tidak baik. Padahal sebaliknya. Kita mengira-ngira sesuatu yang tidak sepantasnya kita kira-kira. Benar kata AlQur'an (2:140) “Qul a antum Amillah? - Katakanlah: kamu yang mengetahui ataukah Allah?”
Sama dengan Bapak tua tadi. Beliau tidak tahu akan seperti apa rizkinya. Dalam bentuk apa nantinya. Dalam waktu dekat atau tidak? Tidak tahu. Tapi ia selalu berprasangka baik terhadap sesama dan terhadap Tuhannya. Bisa jadi rizkinya dalam bentuk umur panjang. Bisa jadi rizkinya berbentuk segala kemudahan. Bisa jadi rizkinya berupa kebersahajaan dan ketenangan. Bisa jadi rizkinya hanya masalah ditangguhkan hingga hari akhir nanti. Iya bisa jadi seperti itu.
Jadi memang ada sikap menumbuhkan prasangka baik dengan keyakinan dan amal baiknya. Sedang kita? Kadang terlalu sibuk menatap keluar. Padahal apa yang di dalam belum kita koreksi. Belum juga kita syukuri.
Seperti kata seorang gurunda bahwa apa yang kita punya tergantung cara kita menyikapinya. Berharga atau tidak tergantung pada cara kita menghargai dan mensyukurinya. Memang manusia selalu diuji atas kelemahannya. Jika masalah kita masih itu-itu saja berarti memang itu kelemahan kita dan kita belum lolos menghadapi ujiannya.
Makanya saling-salinglah menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Wallahu a'lam.
#RamadhanDay13
0 notes
Photo
“Sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Al Qur-an dan mengajarkannya” [HR. Al-Bukhari]
Kok bisa?
Dulu, sewaktu saya awal-awal belajar tahsin, saya heran. Kok bisa ya guru saya itu seneengg banget sama mushaf? Seneng banget ngajarin ngaji. Saya pernah lihat schedule harian beliau, tidak ada seharipun yang dilewatkan tanpa Al Qur-an, baik nge-mentor, maupun berguru ke seorang ustadz. Semangatnya sungguh berapi-api. Pernah pun suatu kali bahkan saking sibuknya, beliau ngementor sambil mengoreksi laporan :”)
Beda guru, ternyata tak lain ceritanya. Guru saya yang sekarang pun demikian. Bahkan beliau suka men-tafsir. Penggalan-penggalan ayat dalam Al Qur-an beliau pelajari sampai maknanya ternyata bikin saya merinding. Tidak hanya cukup untuk dirinya sendiri. Beliau bahkan membuat suatu kajian kecil yang bertema Quran Effects ke kalangan kaum muda.
Apa sih kerennya?
Ternyata saya baru tahu…
Alasan mengapa mereka yang mempelajari Al Qur-an dan mengajarkannya adalah bahwa mereka berusaha menjadi sebaik-baik penjaga kitab yang mulia. Mengapa demikian? Karena ketika mendekati kiamat nanti, banyak orang yang ‘buta huruf’ terhadap Al Qur-an. Padahal, edisi Al Qur-an di zaman kita ini, adalah Al Qur-an tercanggih pada sepanjang masanya.
Maksudnya?
Konon, ketika masa Rasullulah mendapat wahyu, ketika ayat-ayat yang mulia pertama kali di tulis, huruf tersebut sesungguhnya berupa tulisan Arab gundul segundul-gundulnya. Tidak memiliki titik pada huruf nun, ba, tsa, sya, dst. (seperti yang kita lihat sekarang); tidak memiliki harakat; tidak memiliki tanda berhentinya ayat; tidak memiliki waqaf; dan sangat-sangat sulit dibaca bagi mereka yang memang bukan dari bangsa Arab. Ekspansi Islam ke negara lain yang bukan Arab menyebabkan Al Qur-an akhirnya dipermudah untuk membacanya dengan berbagai penambahan. Kalau tidak salah, pemberian harakat, waqaf, dan lain-lain terhitung seratus tahun dari zaman Rasullulah. Bandingkan dengan sekarang, ada titik-titik sebagai pembeda huruf, ada tanda waqaf, ada tanda berhentinya ayat, bahkan ada perbedaan warna untuk membedakan tajwid. Tapi, sayangnya, Al Qur-an yang sudah secanggih ini banyak sekali yang buta huruf ketika membacanya, sedangkan umat terdahulu yang tulisan Arabnya seminim itu malah sanggup membaca dengan ahsan, cerita seorang ustadz.
Kebayang kan, seorang pembelajar dan pengajar Al Qur-an pada suatu masa akan sangat sedikit jumlahnya, dan tentunya mereka adalah ‘orang-orang yang bernilai’. Mereka mengajarkan benar saat kebanyakan orang masih keliru. Syafaatnya tidak hanya mengalir di dunia. Berkat bacaan yang benar, ia pun turut membantu kita saat hari akhir, bahkan saat yaumul hisab.
Tanda-tanda kiamat, salah satunya adalah zaman ketika orang banyak yang tak mampu membaca Al Qur-an, padahal kitab tersebut sudah disajikan dengan versi yang sebaik-baiknya.
Semoga, kita bukanlah golongan yang termasuk di dalamnya :”
Bandung, 13 Ramadhan 1438 H
pict: www.bbc.com
0 notes