#pulau putri
Explore tagged Tumblr posts
Link
#endangeredtour#pulauseribu#pulaupantara#pulaumacan#pulaudesalaguna#pulausepa#pulaupelangi#pulau putri#pulaugentengkecil#pulauobaresort#puritidung#pulaubidadari#travelseru
1 note
·
View note
Text
Sewindu sudah rasanya aku melupakanmu
Melupakan semua tentang kita, tentang kali pertama kita bertemu, dan tentang perpisahan..
Tuan, apa kabar?
Masihkah kau menggunakan kaos putih oblong dan kemeja kotak-kotak?
Maaf, novelku tak sampai habis selesai ku tulis yang berisi tentangmu, tentang tragisnya kisah kita
Padahal aku ingin seisi dunia tahu bahwa kita terpisah bukan berpisah!
Kau ingat Tuan, kali pertama kau mengajaku berkencan? Iya, Museum Galeri Jakarta!
Kita berangkat dari stasiun ke stasiun, kau memotretku diberbagai sudut
....
Saat handphone ku rusak, kau seperti ayam yang kehilangan induknya. Bingung, cemas, gaduh, jenuh!
Lalu kau menelpon tempat kerjaku saat itu
Hah, bisa bisanya kau tahu nomer kantorku?
"Kak, ada telfon dari luar untuk kmu dimeja administrasi nomer 3"
Aku bergegas menerima telpon itu
"Hallo.."
"Hallo, kamu kemana saja? HP kamu kenapa tidak aktif? Aku khuatir. Kamu baik-baik saja kan? Nanti aku jemput, aku izin pulang cepat, tunggu aku ya". Suara dibalik telpon itu
Citra raya - Cisauk
Rela kau tempuh hanya untuk memastikan wanitamu baik baik saja..
Kau menunggu jam pulang kerjaku dibangku pasien dipojokan sambil sesekali tersenyum menyemangati
Jam dinas telah selesai, kau menghampiriku dengan setangkai bunga mawar dan sebatang coklat yang kau bawa
"Untuk tuan putri ku, biar senyummu mengalahkan lelahmu hari ini"
Semua orang meledek dan menggoda
Aku bangga padamu Tuan..
Aku rindu kala itu..
....
Sampai pada hari dimana kau melamarku disebuah caffe coffe
Kau memberiku sepiring potongan cake, kau menyodorkan cake itu yang diatasnya kau taruh sebuah cincin. Ah, indaahhh sekali..
Kau melamarku saat itu, kau lelaki romantis!
Cincin itu kau pakaikan ke jari manisku. Pas!
Tapi, dari mana kau tahu ukuran jariku sedangkan jari ku begitu kecil?
"Kemaren diukur pake jari aku seberapa besarnya, sengaja aku pegang jari kamu, dan untungnya aku ingat lingkaran jarimu seberapa besar"
Aah.. lagi dan lagi kau membuatku menangis bahagia. Serasa aku adalah wanita paling beruntung memiliki lelaki sepertimu
...
Kita menyebrangi pulau, perahu yang kau sewa itu membuatku mual dan pusing
Tapi kau ada disampingku, bergurau dan meledek seakan semua akan baik-baik saja
Sesampainya dipulau, sandalku basah, syok!
Saat kau membersihkan sandalku. Kau begitu romantis Tuan..
Hari telah petang, saatnya pulang sayang!
Disepanjang pulang kau bergurau dan membuatku tertawa memeluk indahnya tubuhmu sambil bernyanyi bersama diatas sepeda motor vario putih milikmu
Setiap malam, kita selalu bercerita dibalik riuhnya telpon
Aku menangis saat kau menceritakan kisah pilumu kala itu, bertukar cerita ttg keluarga dan dunia masing-masing
"Sudah larut, tidur !!"
"Dongengin dulu!" Pintaku
Serasa tidak mau memboloskan dirimu disetiap malam untuk mendongengkan ku dengan cerita karangan yang entah tidak pernah nyambung dan tidak ada endingnya. Tapi aku suka!
Aku rindu dongeng ambigu itu...
....
Pada akhirnya kita terpisah dengan keadaan dan jarak
"Aku dimutasi ke Batam"
Aku akan selalu menunggumu sayang..
"Aku akan izin menikahi kamu kepada ayahmu dan kamu ikut aku ke Batam" pintamu
Ayahku tak mengizinkan, cepat pulang dan pinanglah anaku. Tegas ayahku
Kau kecewa, kau hilang arah dan kau menangis dipeluku
"Jangan menunggu, aku tidak tahu kapan akn kembali. Jaga dirimu sayang". Ucapmu lirih sambil mengusap air mataku
Kini, aku harus merelakan dirimu kepada wanita yg beruntung selain aku disana
Bahagialah, dan berpanjang umurlah Tuan berkaos putih oblong..
2 notes
·
View notes
Text
larasita
Banyumas, 12 September 2024
Halo Pak, sama seperti Bapa di surga, ku rasa Bapak tau segalanya baik yang terlihat mau pun yang tidak. Cintanya sebesar apa, niatnya apa, bahkan tulus tidaknya juga ku yakin Bapak bisa melihat dengan jelas dari surga.
Menurut Bapak, buat apa pergi jauh ke Pulau Dewata untuk melukat dan menanyakan masa depan bersama kalau seperti ini sekarang keadaannya? Batinnya tersiksa karena buah dari dirinya sendiri yang belum mau mengampuni kan Pak? Aku cuma bisa minta restu Pak, supaya jalannya bisa terbuka, semua orang bisa berubah kok selama ada kemauan. Ku rasa Bapak juga tau.
Pak, semoga segala kesakitan dan traumanya segera sembuh dijamah Yesus ya. Semoga kelak bisa kembali berkunjung bersama dia dan Ibu juga. Arya pamit dulu sekarang ya Pak. Selamat beristirahat dalam damai.
#Spotify#Larasita#Arya bharata#Aryasita#Banyumas#Purwokerto#Kaliori#Ziarah#Prosa#Puisi#Banjarnegara#Journey#Praying#faith#god#christ#prayers#jesus#cemetery#Rest in peace#Bapak#Bapak mertua#father in law#Hope#Traveling#Flowers#Cross
4 notes
·
View notes
Text
Memaknai Kematian
Baru aja dapat kabar duka dari seseorang yang ‘dikenal’ walau belum pernah bertemu secara nyata. Beliau orang baik, kisah hidupnya berkelana juga, sama-sama berasal dari kota ini, menapaki karir di Pulau Jawa dan menikah di sana. Secara historis aku tau siapa gerangan, tapi tidak kenal.
Usianya masih muda, tidak beda jauh juga. Beliau baru saja memiliki putri cantik yang masih balita. Pernikahannya baru seusia jagung:’) dan Allah telah memanggilnya pulang.
Apakah hidup ini adil jika diukur dari takaran usia di dunia? Apakah hidup ini adil, bagi mereka yang ditinggalkan saat masih membutuhkan sosoknya? Apakah adil kepergian tersebut bagi yang ditinggalkan? Apakah adil kematian itu sendiri bagi yang menimpanya?
Aku percaya hidup itu berjalan adil dari segala sisi. Dan aku juga percaya takaran panjang atau tidaknya usia di dunia tidak diukur dengan angka melainkan tujuan yang dicapai. Batas rezeki itu sesuai dengan tujuan masing-masing individu, tentu dari sisi adil yang mungkin belum bisa atau tidak bisa dipahami oleh orang lain.
Beberapa waktu belakangan aku mulai dihinggapi pertanyaan dari diri sendiri, bagaimana kalau usia ini tidak lama lagi di dunia, apakah diri sudah siap untuk berpulang juga?
Di fase saat ini, aku mulai merasa kehilangan tujuan hidup dan mulai mempertanyakan tentang arah hidup sendiri:’) Kadang kehilangan tujuan hidup tuh rasanya sama saja seperti menggali makam untuk kematian sendiri, ya ga sih?
Nah, bisa jadi beliau yang baru saja dipanggil menghadap-Nya kini, telah usai pada apa yang menjadi tujuan hidupnya. Ia telah menggenggam dan telah cukup atas rezekinya di dunia. Tidak ada yang tau, mungkin dia telah lebih rindu dan lebih ingin bertemu Tuhannya, yang bisa jadi merupakan tujuan terbesarnya.
Apakah kematian menyedihkan? Tentu tidak. Hidup terus berjalan. Tidak peduli apakah sosok mu masih ada atau tiada sekalipun.
Duh, selapang ini kah sudah diri ini?
30 notes
·
View notes
Text
Add yours?
Ajegile mall di Jkt bnyk bgt, iseng2 cobain udah pernah kemana aja? Hahaha
FX Sudirman, inimah deket GBK bgt sampe lupa aku dah pernah masuk ngga ya perasaan sering bgt kesana apa lewat doang (lah jadi ragu wkwkwk)
Sarinah, wah lejen sih inimah ya. Kesini wkt itu ktemuan sama mantannya temen buat ngasihin tiket fisiknya Blur, dia ngga jadi nonton. Alhamdulillah dapet harga presale, presale aja hampir sejeti itu thn 2013 wkwkwk. Skalian maksi disitu..
Ratu Plaza, mall tua inimah kalogasalah kesana wkt mau ke kedubes Jepang transit dulu waktu naik busway ituloh. Area sudirman atau setiabudi gt haha cmiiw!
Central Park Mall, parah sih kalo nyeritain kesini. Abis backpackeran ngembel ikut trip ke Pulau Putri di kep. Seribu, kenalan sama temen2 trip lainnya yg rata2 budak koorporat Jkt, tp doyan ngetrip backpackeran. Abis turun dari muara angke itu kapal sederhana bareng sama kang sayur dll haha kita ngangkot tuh sendal jepitan bgt yak namanya jg dari pantai cuy. Aku sama temen (yg tinggal di tangsel) mau balik ke Bdg karena temenku belom lulus tp aku udah (udah kerja malah). Nyari travel yg memungkinkan di Central Park, ada Cititrans. Kesanalah kami, lewatin mall dgn outfit super gembel, untung ngga diusir satpam hahaha. Ternyata pullnya di pinggiran mallnya haduhhh tau gt gosah masuk deh tadi malubetttt wkwkwk sumpah rasanya pgn pake masker!
Blok M Square, inimah kek ITC nya Bdg deh.. Kesana cuma janjian sama sobi gigsku, lupa abis ngapain ya ngelamar kerja atau abis nonton konser ah lupa deh. Janjian temu sekejap karena kantornya di Blok M, trus aku lupa setelah dari situ kemana yaa hahaha. Kayanya lagi2 nyari pull travel sih yaa
Cilandak Town Square alias Citos. Walah ini mall hits bgt kayanya jaman 2000an kek dikit2 Citos gt.. Luaaaasss bgt deh ini mallnya. Sengaja main dr rumah sobi gigsku karena rumahnya di bambu apus jaktim jd inceran mall terdekatnya ya area jaksel aja kaya Citos atau PIM.
Pondok Indah Mall, nah PIM ini satu2nya mall yg aku kunjungi lebih dr 1x ada mungkin 3x dan skrg PIM udah ada lebih dari 2 yah omgggg wkwkwk. Inipuuuun mall luas bgt ya Allah lelah ngitarinnya jg, dan selalu ya di mall itu pasti ketemu artis2. Inget bgt dari banyak artis kita liat Desta sm Natasha Rizki saat msh bersama huhu. Kita makan di Foodcourtnya, trus jajan2 snacking kaya beard's papa (soes fancy yg super enak), dulu mah di bdg ngga ada.
Kawan2ku biasanya ktemuannya di Gancit, Kokas gt kalo yg kaya GI, PS, Sency mall2 superfancy yagaksiiii wkwkwk. Cibubur junction jg sering lewat sih udah bukan Jkt dong wey! Naaahh, pengen bgt nih ke Aeon huhu gpp wlpn bukan Jkt juga. Mudah2an nanti ada kesempatan buat jalan2 kesana yaa..
4 notes
·
View notes
Text
Hari ini, aku kembali harus merelakan seorang sahabatku pergi. Bedanya, perpisahan kali ini bukan sekadar berbeda kota atau pulau, melainkan berbeda fase kehidupan.
Aku mungkin hanyalah sebuah titik dari banyaknya orang yang telah kehilangan. Ya, beliau Rahimahallah adalah jiwa yang baik, saking baiknya beliau, orang yang telah menyakitiku bersikap sangat baik kepadanya.
Aku menyadari banyak luka dari sisi pertemanan yang aku punya, maka di awal aku bergabung pada kelas Bahasa Arab, aku hanya fokus belajar. Terlebih aku menyadari bahwa akulah murid termuda di kelas, jadi agak sungkan rasanya untuk berkenalan duluan dengan Ummahat lain yang usianya bisa lebih tua 12 tahun dariku.
Tapi, beliau berbeda. Beliau yang pertama kali mendekatiku, mengajak belajar bersama dan berteman denganku.
Dari sanalah aku mengenalnya. Sosok single parent yang tangguh. Berusaha mendidik putri kandung satu-satunya di saat beliau juga harus pulih dan kuat dari luka perceraian terdahulu.
Ya, perpisahan itulah salah satu harga yang harus beliau bayar demi sebuah kebahagiaan yang sejati, yakni hidayah di atas Sunnah.
Ketika jalan kebenaran itu tidak bisa dan tidak mau dilalui oleh sang nahkoda, maka memilih untuk berlayar pada bahtera yang berbeda adalah jalan yang dipilihnya.
Meski berat dan penuh perjuangan, beliau lebih memilih keselamatan agamanya ketimbang sebuah ikatan cinta dengan makhluk.
Meski harus berjuang sendirian bersama putri kecilnya, semua beliau lewati hingga kemudian sama-sama tinggal satu kota perantauan denganku.
Dari kelas Ummahat itulah, Allah perkenankan aku mengenalnya. Dari sanalah aku banyak belajar dan mencerna perjuangan yang beliau lalui.
Aku banyak mengenal single parent mom, tapi tidak semua diberi hadiah berupa hidayah pada jalan yang lurus.
Dari kisah masa lalu beliau, aku pun menyadari bahwa hidup kita bukanlah seperti di film-film, yang mana setiap kemenangan selalu dikaitkan dengan kesuksesan duniawi bagi orang yang terzalimi.
Justru kisah beliau adalah salah satu kenyataan yang bertolakbelakang dengan angan-angan semu yang selalu tertanam di alam bawah sadar kita.
Setelah bercerai, berjuang sendirian kurang lebih 9 tahun, beliau kembali diuji Allah dengan penyakit kanker serviks.
Alhamdulillah, dengan Rahmat Allah yang begitu luas banyak orang-orang baik pilihan-Nya yang ikut membantu semua proses pengobatan dan membantu menjaga putri beliau, ketika beliau harus bolak-balik ke rumah sakit.
Sebuah pesan yang ditanamkan oleh beliau adalah nasihat untuk,
Menempuh sebab tanpa bergantung kepada sebab.
Ya, beliau menempuh sebab kesembuhan, tapi selalu menggantungkan harapan kepada Dzat yang Maha Menyembuhkan.
Beliau menjalani semua rangkaian proses kemoterapi dan sinar, tapi hatinya sepenuhnya bertauhid kepada Allah.
Yang aku begitu terharu, sesakit apapun beliau, rutinitasnya adalah memuroja'ah pelajaran bahasa Arab. Tak lama sebelum vonis kanker itu diterima, beliau pindah ke kelas reguler sehingga pelajaran diulang dari awal dan kami pisah kelas. Namun semangat belajarnya tidak pernah luntur walaupun beliau sakit. Sering kali ketika aku menjenguk beliau, kitab bahasa arab sedang dimurajaah olehnya.
Di kelas reguler inilah beliau ditemukan oleh banyak Ummahat lain yang mereka lebih baik dan lebih banyak membantu proses kehidupan beliau selama sakit.
Sampai akhirnya di hari Rabu, 3 Januari 2024 ini usia beliau dicukupkan sampai 42 tahun.
Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah di malam tepat sebelum aku jatuh sakit karena ujian yang aku terima.
Aku selalu menyadari bahwa diriku tidak bisa leluasa berinteraksi jika aku menjenguk beliau berbarengan dengan Ummahat lain, oleh sebab itu aku selalu punya waktu tersendiri untuk main ke rumah beliau.
Malam itu, aku menumpahkan semua kesedihanku. Lagi, aku kembali merepotkan beliau dan lagi beliau membantuku untuk bisa lebih tenang. Di malam itu pula kami berbincang dan pertama kalinya pertahanan beliau runtuh. Di malam itulah beliau menangis dan merasa takut dengan sakitnya.
Itu kali pertama aku melihat beliau benar-benar membuka diri akan perasaan yang beliau rasakan, karena selama ini beliau selalu berusaha kuat di hadapan orang lain dan enggan menangis di depan orang lain.
Kami saling menguatkan dan tak lama akupun pamit untuk pulang karena waktu sudah lewat dari isya. Aku pun harus bekerja lagi besok pagi. Namun qadarullah ternyata hari itulah hari terakhir aku bisa bekerja. Karena setelahnya aku jatuh sakit karena faktor psikis.
Dan qadarullah tidak lama setelah itupun beliau kondisinya menurun dan memiliki gejala sakit yang sama denganku, yaitu sesak nafas.
Qadarullah metastasis di paru-paru beliau semakin membesar, hingga menyebabkan komplikasi pada sistem pernafasan.
Di situasi yang semakin kritis, beliau berusaha untuk tidak mau membuat gaduh atau merepotkan banyak orang. Beliau sangat menjaga muruahnya sebagai seorang muslimah. Sisi kuat beliau masih ada dan itu adalah sebuah contoh yang sangat aku syukuri bisa belajar darinya.
Aku tau, aku hanyalah seorang yang berpapasan dalam hidup beliau. Aku tidak memberikan banyak manfaat untuk beliau, tapi tetap saja, ketika beliau berpulang, hatiku terasa sangat kehilangan.
Salah satu nasihat beliau bi'idznillah telah membantuku pulih dari luka pengasuhan. Beliau memberikan pencerahan yang bi'idznillah membuatku bisa berdamai dengan luka inner child-ku.
Ada banyak kebaikan dan kenyamanan yang aku rasakan di dalam berteman dengan beliau Rahimahallah. Walaupun mungkin aku hanyalah seorang yang tidak berarti dalam hidupnya, tapi beliau sangat berarti bagiku.
Beliau adalah seorang teman yang baik, hatinya selamat dari berbagai ujian hati yang kerap dimiliki wanita pada umumnya.
Dan dari perjalanan beliau inilah aku menyadari, bahwa kemenangan itu bukanlah seperti apa yang digambarkan di skenario dusta pada film-film.
Terkadang secara zahir orang yang terzalimi diuji terus menerus, seolah kemenangan itu tidak diraihnya. Padahal sesungguhnya setiap ujian yang dilalui adalah sebuah anak tangga yang terus menaikkan derajatnya dan menggugurkan dosa-dosanya.
Hingga akhirnya kemenangan yang sejati itu bisa diraih, yakni ketika seorang hamba bertemu dengan Rabbnya dalam keadaan bersih dari dosa, dan Rabbnya menjauhkan dia dari siksa kubur dan siksa api neraka, lalu kemenangan itu diberikan berupa kehidupan yang kekal abadi di dalam surga.
Aku harus kembali menyadari bahwa proses kemenangan itu bisa jadi harus dilewati dengan penuh liku, rasa sakit dan perjuangan. Karena kemenangan itu bukan sekadar kita melihat orang yang menyakiti kita hidup tersiksa, melainkan lebih mulia dari itu.
Karena memang kita hidup selalu di dalam perjalanan menuju Allah dan negeri Akhirat. Bukan sekonyong-konyong soal pribadi kita Vs orang yang menzalimi kita.
Karena pada kenyataannya semua kehidupan kita selalu bermuara kepada hubungan kita kepada Allah.
Allah selalu punya cara tersendiri untuk menegakkan keadilan-Nya. Dan keadilan-Nya itu pasti akan terlaksana, entah kita menyaksikannya atau tidak. Entah kita mengetahuinya atau tidak. Entah kita merasakannya atau tidak. Allah selalu menegakkan janji-Nya. Dan Dia tidak pernah menzalimi siapapun, bahkan kepada orang kafir sekalipun.
Jadi, kembali lagi, kemenangan seperti apa yang mau kita raih? Rasanya terlalu murah jika setelah dizalimi kita hanya berharap karma (kafarat) kepada orang yang menzalimi kita.
Kembali harus menata diri, menata hati. Sepatutnya kita meminta ganti dengan hal-hal yang mahal, semahal keselamatan hati dan keselamatan di dunia dan di akhirat.
Inilah kehidupan yang nyata, tidak sedramatis skenario dusta di film-film.
Jadi jangan berekspektasi semua kezaliman orang yang telah menzalimimu akan kamu lihat balasannya dengan kedua matamu.
Hidupmu terlalu berharga untuk dihabiskan menoleh kepada hal yang remeh.
Semoga kita selalu menjadi hamba yang memegang erat tauhid, memiliki kesabaran dan keikhlasan pada hentakan pertama ujian dan semoga keyakinan kita kepada Allah lebih kuat daripada ego yang kita punya.
—SNA, Ruang Untukku #129
Kamis, 04-01-2024 | 00.44
Venetie Van Java,
Teman perjuanganku berkurang 1. Tersisa 9 orang termasuk aku. Semoga kami tetap Istiqomah belajar hingga ajal menjemput. Aku bersedih tapi aku bangga memiliki teman yang tidak pernah menyerah untuk menempuh jalan ilmu bagaimanapun kondisinya.
Semoga Allah menerangi kuburmu selalu ya, Umm. Semoga kelak Allah pertemukan kita di surga-Nya. Aamiin Allahumma aamiin 🌧️
2 notes
·
View notes
Text
Tugas 21 Agustus 2023
Rian Ernest , SH, MPA
adalah politikus yang dikenal sebagai mantan staf ahli hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang lahir pada tanggal 24 Oktober 1987 dan menikah pada tahun 2016 dan mempunyai seorang istri yang bernama Nurul Luntungan. Mereka menikah secara beda agama di Hongkong. Dari pernikahannya ini, Rian dan Nurul dikaruniai 2 anak, putra dan putri.
Pendidikan dan Karir
Rian lahir dari pasangan Jörg Cichosz dan almarhum Levi Mulyati Tanudjaja. Ia memulai pendidikan dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus pada tahun 1999, lalu melanjutkan ke SMP Marsudirini Bekasi yang lulus pada tahun 2002 kemudian SMAN 82 Jakarta dan merupakan lulusan dari tahun 2005, dan Rian menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, tepatnya di bidang Hukum Bisnis.
Sebelum terjun ke dalam dunia politik dan pemerintahan, di tahun 2013-2015, Rian merupakan Associate untuk firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, bagian dari firma hukum global Baker & McKenzie. Ia juga menjadi Junior Associate bagi Melli Darsa & Co pada kurun waktu 2009-2013. Sebagai konsultan hukum, dia fokus dalam pemberian advis dan analisa tentang investasi, jual beli perusahaan, menyiapkan IPO serta audit dari sisi hukum.
Saat bekerja di firma hukum, Rian pernah membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014, dalam mensinkronkan kebijakan dalam bidang pendidikan agar sesuai dengan janji kampanye. Ia juga alumni Indonesia Mengajar pada tahun 2011-2012 dan menjadi guru kelas 5 SD atas 28 murid di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama setahun penuh.
Karena terpanggil ke dunia politik dan pemerintahan, Rian lalu meninggalkan praktek hukum swasta untuk menjadi staf hukum bagi Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kemudian Rian meneruskan pendidikan dan bergelar Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Rian sempat bekerja sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum, sebelum akhirnya mengundurkan diri di Desember 2021 untuk aktif di DPP PSI hingga Desember 2022, saat dia mengumumkan keluar dari partai tersebut. Di Januari 2023, Rian resmi diperkenalkan sebagai Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta di kantor DPD Golkar Jakarta.
2 notes
·
View notes
Text
MENEMUKANMU PART 1
“saat kami sama-sama sudah merasakan betapa nikmatnya menduduki bangku perkuliahan, dinamika dunia kampus menikmati sebagian anggaran dari pemerintah untuk pendidikan Indonesia yang tidak didapat oleh seluruh anak Indonesia hingga kepolosok negri. Membuat kami merasah resah, dan ingin memberikan kontribusi nyata untuk negri sendiri. Karena sejatinya kami adalah satu sama-sama putra-putri asli Indonesia satu ibu pertiwi yang selayaknya memiliki hak yang sama.
Kami tergabung dalam satu komunitas yang terdiri dari sekumpulan pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki visi misi yang sama untuk ibu pertiwi terkhusus untuk kota kami sendiri. jauh dilubuk hati kami sendiri yang sudah kupastikan kami sangat ingin ini terlaksana di ibukota-ibukota lainnya kami ingin semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sama rata tanpa ada sekat-sekat ekonomi yang akhirnya memberi batasan pada semangat mereka.
Komunitas ini hadir di ibukota yang bertujuan untuk membantu pembangunan pendidikan di indonesia yang merata pada pelosok negri. Yang mungkin insfrastruktur dari pemerintah tidak terjangkau untuk mereka. Tapi kami tidak mau terus-menerus mengkritisi pemerintah dengan segala sistemnya yang tidak kami mengerti. Jiwa kami tersentil dan terpanggil ingin berbuat aksi untuk mereka adik kakak kami seibu pertiwi.
Cuaca hari itu seakan begitu manja mengikuti angin yang begitu damai dari surga membelai dedaunan yang tersipu-sipu malu membuat seluruh suasana ikutan syahdu.
Di meja bundar warung kampoeng sudah ada aku, raja, viola, andy, keyra, kawa, dea, dilan. Kami berdelapan hadir bukan semata mata ingin menjadi hero yang kehadirannya ingin disanjung, tapi kami hadir karena kami sadar kami yang diberi kesempatan tuhan untuk belajar menimba ilmu dan menikmati segala yang dipersembahkan tuhan untuk Indonesia ibu pertiwi tapi tidak semua jiwa rakyat ini menikmatinya.
Jiwa kami terpatri untuk berbagi. Berbagi segala pengalaman, harta ilmu, dan tenaga yang kami miliki. Karena bagi kami itu adalah hak mereka dari kami saudaranya seibu pertiwi.
Gagasan ini tercetus dari dilan yang baru saja menyelesaikan sarjana sosialnya di fakultas ilmu sosial dan politik di universitas ibukota. Lalu dia menghubungi kawa teman seorganisasinya yang satu fakultas denganku dan terjadilah perekrutan secara LSM diantara kami dan terkumpul lah kami berdelapan yang sebelumnya belum saling mengenal tapi karena kami sevisi dan semisi yang akhirnya mempertemukan dan menyatukan kami.
Dan kami baru menyadari ternyata benar kata orang-orang terdahulu atau kata siapalah itu dunia itu ternyata sempit ya karena sebenarnya kami dulu pernah saling ketemu disalah satu event tapi tidak begitu mengenal, mungkin karena kami masih gengsi-gengsi maunya disapa duluan dan malu menyapa untuk yang pertama kalinya. Entah itu efek karakter pemuda zaman now atau apalah kami sama-sama tak mengerti.
Dan ternyata aku satu team dengan raja, sosok yang disukai dira, sosok yang suka buat dira baper-baper gak jelas. Dan keyra adalah teman smanya teman aku dan kawa dijurusan, aku saat itu rasanya sedang dibercandain oleh semesta. Membuatku tersimpul senyum,-senyum sendiri. kalau dilan dan raja ternyata sama sama pernah menjadi finalis mawapres universitas setahun lalu. Hanya dea dan andy yang tidak seinstansi dengan kami tapi itu tidak menjadi sekat-sekat yang begitu kongkrit buat kami, karena sejati kami bukanlah aku ataupun kamu tapi kita. Setanah air seibu pertiwi.
Suasana saat itu mulai dengan pembahasan yang serius, tapi tidak terlalu menegangkan buat kami dan tetap dalam keadaan santai menikmati alunan music yang diputar di warung kampoeng yang sedikit agak remix. Baru kali itu aku nongkrong di café yang diputar lagu bertema nasional, rayuan pulau kelapa, kolaborasi para penyanyi kondang tanah air. Membuat kami yang berkumpul saat itu ikutan membara ingin bersatu bersama kedamaian tanah air.
"masing-masing diantara kami menawarkan berbagai tempat yang terletak di desa- desa kota. ada banyak opsi diantara kami. Tapi kami berusaha mensortirnya terlebih dahulu karena kami tau ini project perdana kami. Menampung segala ide dan membahasnya satu persatu. Sebisa mungkin kami meredam ego kami masing-masing untuk tidak selalu ingin didengar tapi mendengarkan. Belajar untuk mendahulukan menghargai orang lain tanpa harus memaksa selalu ingin dihargai. Karena kami beroptimis kami akan melebar kami nantinya tidak hanya berdelapan tapi berdepalan puluh atau berdelapan ratus maka dari itu kami sebisa mungkin harus belajar sedini mungkin perihal itu.
kami bersatu dari berbeda kota tapi dipertemukan dalam satu cita yaitu Indonesia. Dan kini kami memutuskan untuk memulai di salah satu kota dekat pelabuhan.
“kita tentuin dulu kapan waktu untuk kesana nya sahut vio,
Kami satu sama lain, saling memandang antusias menyebutkan satu persatu tawaran waktu. Sebelum menyepakati waktu keberangkatan kami untuk eksekusi tempat, raja mengeluarkan pendapatnya “ sebaiknya kita survei ke daerah itu dulu gimana? Kita gak bisa gerak tanpa data, aku ingin kita benar-benar hadir buat mereka bukan hanya sekedar datang lalu pergi tanpa memperhatikan mereka kedepannya.
Kami satu sama lain saling mengangguk menandakan kesetujuan atas pendapat raja
“ia jangan kayak tempat persinggahan datang lalu pergi, dikiranya hati awak halte apa hanya dijadiin tempat persinggahan celetuk keyra.
Kami serentak saling tertawa mendengar celetukannya keyra membuat suasana seketika cair kembali dari keseriusan yang dari tadi membentuk meja bundar kami.
“hush kok jadi baperan ra sahutku.
“gengs fokus-fokus dilan mulai membantu mengkondusifkan kami dimeja bundar café.
Okee siap komandan sahut kami serentak, dan melanjutkan pembahasan.
Oke lanjut ketua sahutku yang tertuju pada raja dan dia senyum mengangguk mendengarnya
“okey lanjut ya semua”
“pertama kita harus surve ini tawaran waktunya kapan?
“Lusa aja gimana? Dea menanggapi.
Oke lanjut aja ketua sahut andi menanggapi waktu kita kondisional kan dulu kalau konsep kita sudah matang tegasnya.
“gak ada yang mau jadi notulen ini, biar pertemuan kita hari ini gak hanya cuap-cuap semata. Mata nya liar memandang keliling kami satu persatu, masih dengan style yang tetap cool dengan penuh kewibawannya itu berefek banget untuk kami dan jiwa kepemimpinannya itu yang seakan menghipnotis. kami untuk berfikir luas terhadap sesuatu. Gak sia-sia aku bantu Follow dia untuk mawapres universitas kemarin walaupunn terpilih dalam katagori favorite batinku.
“aku saja ketua sahut kawa sambil mengeluarkan buku dan penanya dan mencatat ulang apa yang dikatakan raja sebelumnya.
bersambung
2 notes
·
View notes
Text
Victim Blaming: Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan
Tahun 2017 lalu, Agni (bukan nama sebenarnya) seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melaporkan bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual ketika sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Pulau Seram, Maluku. Agni yang saat itu ingin kembali ke penginapan putri terjebak hujan deras. Ia akhirnya menginap di pondok pelaku yang merupakan teman laki-laki satu kelompok KKN-nya. Di pondok ini lah Agni menerima pelecehan seksual dari pelaku. Agni kemudan melaporkan tindakan pelecehan seksual ini ke Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Namun, alih-alih mendapatkan dukungan, Agni justru mendapatkan kata-kata kurang mengenakkan yang justru menyalahkan dirinya sebagai korban.
Dikutip dari KOMPAS.com, Tommy selaku kuasa hukum pelaku justru menyalahkan dan mempertanyakan keputusan Agni yang tidak melakukan pelaporan kepada polisi. “Kenapa korban hanya melakukan curhatan kepada Balairung? Kenapa tidak melapor ke polisi? Polisi itu tempatnya menegakkan hukum,” ungkapnya. Sementara itu, dikutip dari balairungpress.com, salah seorang pejabat DPkM juga mengatakan bahwa Agni turut bersalah dalam kasus ini. Ia bahkan menyamakan Agni dengan gereh atau ikan asin dalam bahasa Jawa. “Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” katanya.
Miris, namun hal ini sungguh terjadi. Agni mungkin hanya satu dari sekian banyak perempuan lain yang mendapati perilaku serupa ketika melaporkan atau menceritakan pelecehan dan kekerasan seksual yang dialaminya. Kalimat-kalimat seperti “Kamu seharusnya tidak pulang sendirian larut malam”, “Kalau mau pergi makanya jangan pakai celana pendek” atau “Kenapa waktu kejadian kamu tidak berteriak?” masih sering terdengar diucapkan kepada para penyintas kekerasan seksual. Perlakuan menyalahkan korban yang dikenal dengan istilah victim blaming menjadi hal yang sering ditemukan di lingkungan masyarakat yang patriarkis dan cenderung menormalisasikan rape culture.
Kekerasan Seksual dan Victim Blaming
Dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, kekerasan terhadap perempuan dimaknai sebagai “tindak kekerasan yang didasari pada perbedaan gender yang mengakibatnya adanya kerugian fisik, seksual, dan psikologis, atau menimbulkan kerugian pada perempuan, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, perampasan kemerdekaan yang terjadi di depan umum ataupun dalam kehidupan pribadi” (United Nations General Assembly, 2015). Sementara itu. dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) pasal 1 angka 1 dijelaskan bahwa, “Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan 2 dengan kehendak seseorang, yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.” Dari sini dapat kita ketahui bahwa kekerasan seksual tidak hanya seputar pemaksaan hubungan seksual saja, namun juga perbuatan-perbuatan lain seperti catcalling, memegang atau melihat bagian tubuh tertentu, dan ejekan-ejekan secara verbal juga termasuk dari kekerasan seksual. Kekerasan seksual dapat terjadi baik kepada perempuan maupun laki-laki. Walaupun begitu, hingga saat ini perempuan merupakan kaum yang lebih banyak menjadi korban kekerasan seksual. Menurut data pengaduan ke lembaga layanan kekerasan seksual yang tercatat di CATAHU 2022, terdapat 2.456 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021. Sementara itu, berdasarkan data pengaduan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), terdapat 2.204 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021 dengan 1.051 kasus kekerasan seksual dilakukan di ranah publik (Komnas Perempuan, 2022).
Penyebab kekerasan seksual sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah patriarki. Patriarki sendiri merupakan sistem sosial yang melihat perempuan sebagai kaum subordinasi kelas dua dan menempatkan perempuan di bawah laki-laki dalam struktur sosial masyarakat. Sistem patriarki menjadi akar utama terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan. Sistem ini membuat perempuan berada dalam posisi inferior. Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, perempuan ditempatkan sebagai kaum yang lemah dan berhak didominasi hingga kekerasan seksual yang dialami perempuan dianggap wajar karena sudah menjadi “tugas” perempuan menjadi objek fantasi laki-laki (Fushshilat & Apsari, 2020). Tak hanya kekerasan seksual, patriarki juga membatasi ruang gerak perempuan. Banyak perempuan yang mengalami diskriminasi berbasis gender dalam ranah pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan akibat sistem patriarki yang menganggap laki-laki haruslah didahulukan dibanding perempuan. Diskriminasi terhadap perempuan juga lah yang kemudian membuat kasus kekerasan seksual semakin sulit untuk diatasi. Diskriminasi terhadap perempuan ini lah yang kemudian melahirkan fenomena victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual, seperti yang terjadi pada Agni.
Victim blaming merupakan istilah yang menyalahkan korban terhadap suatu bencana atau kesalahan yang menimpa dirinya (Alfi & Halwati, 2019). Fenomena victim blaming ini dapat terjadi di berbagai kasus sosial seperti kemiskinan, pembunuhan, dan tentu saja kekerasan seksual. Banyak perempuan korban kekerasan seksual yang justru disalahkan dan dianggap tidak bisa menjaga diri karena memakai pakaian yang terlalu terbuka, dianggap terlalu berlebihan dalam menginterpretasikan tindakan laki-laki, bahkan dianggap lemah karena tidak bisa melawan perlakuan kekerasan dari laki-laki. Tak hanya itu, alih-alih berfokus pada pelaku kekerasan seksual, pemecahan masalah kekerasan seksual justru malah berfokus pada “edukasi” kepada korban. Perempuan diminta untuk selalu berpakaian tertutup, untuk tidak pulang larut malam sendirian, bahkan diminta untuk belajar bela diri agar dapat melawan. Padahal, permasalahan utama dari kekerasan seksual ada pada pelaku, dan bukan korban. Victim blaming juga mengakibatkan semakin banyak perempuan yang takut untuk bersuara ketika mengalami kekerasan seksual. Reaksi masyarakat yang justru malah menyalahkan korban serta hukum dan pemerintahan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya membuat banyak perempuan korban kekerasan seksual memilih untuk tutup mulut. Bungkamnya korban akan berdampak kepada semakin sulitnya kasus kekerasan seksual ini diatasi.
Victim Blaming sebagai Bentuk Kekerasan Simbolik
Victim blaming berupa kalimat-kalimat penyalahan yang dilontarkan kepada penyintas kekerasan seksual dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan simbolik. Bourdieu (1991), mengatakan bahwa kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang tersembunyi atau tak kasat mata yang dibaliknya menyembunyikan praktik dominasi dan objek yang mengalami tidak menyadari bahwa dirinya merupakan korban dari kekerasan simbolik. Ciri lain dari kekerasan simbolik adalah kekerasan ini dilakukan di kehidupan sehari-hari secara repetitif atau berulang-ulang. Kekerasan simbolik memiliki kaitan erat dengan konsep habitus yang juga dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Habitus sendiri merupakan kekuatan yang ada pada diri seorang individu dan merupakan sumber pemikiran yang kemudian dikonkretkan lewat tindakan individu tersebut. Menurut Bourdieu (1991), akar dari kekerasan simbolik adalah adanya dominasi gender. Dominasi laki-laki terhadap perempuan terbentuk dalam struktur-struktur sosial produktif dan reproduktif yang terjadi atas pembagian seksual yang memberikan bagian terbaik kepada laki-laki (Bourdieu, 2001). Sistem yang dilembagakan oleh dominasi gender, dikhususkan dominasi laki-laki, ini kita kenal dengan sebutan sistem patriarki.
Haryatmoko (dalam Novarisa, 2019) mengatakan bahwa wacana patriarki sebagai sistem merupakan bagian dari kekerasan simbolik karena sistem ini “menjebak” perempuan untuk berpikir dan bertindak berdasarkan wacana dari dominasi laki-laki. Perempuan kemudian juga memandang sistem patriarki atau dominasi simbolik laki-laki sebagai suatu hal yang dapat diterima dan menjalankannya seakan-akan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini terjadi dikarenakan sistem patriarki ini telah diinternalisasi menjadi habitus para pelakunya sehingga para pelaku menjalankan peran masing-masing sebagai suatu kewajaran (Novarisa, 2019). Habitus patriarki yang merupakan sumber pemikiran individu kemudian dikonkretkan lewat berbagai tindakan dan salah satunya adalah victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual.
Sistem patriarki yang mengakar di masyarakat menjadi salah satu penyebab marak terjadinya fenomena victim blaming. Dominasi laki-laki yang kuat dalam sistem sosial masyarakat membuat laki-laki diposisikan sebagai pihak yang memiliki kuasa lebih atas perempuan. Perempuan dianggap sebagai objek yang diciptakan untuk membuat laki-laki tergoda, sehingga ketika kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi, hal tersebut diasumsikan sebagai kesalahan perempuan yang tidak menjaga dirinya agar tidak “menggoda” laki-laki entah karena pakaiannya yang kurang tertutup, atau pergi larut malam, atau memakai parfum yang terlalu wangi. Sementara perilaku laki-laki dijustifikasi karena merupakan hal yang wajar bagi laki-laki jika tergoda melihat perempuan yang “tidak-menjaga-dirinya”. Fenomena victim blaming ini terjadi akibat sistem patriarki yang mana laki-laki memiliki dominasi yang besar dalam sistem masyarakat baik dari cara berpikir mereka maupun tindakan mereka. Sistem patriarki sangat sulit dihilangkan karena telah menjadi habitus dan baik secara sadar maupun tidak sadar sistem ini diamini oleh masyarakat.
Kesimpulan
Kekerasan seksual masih menjadi PR besar di masyarakat. Budaya victim blaming di masyarakat menjadi salah satu penyebab kekerasan masih sulit untuk diatasi karena perempuan sebagai korban masih terus disalahkan atas kekerasan seksual yang menimpanya sementara pelaku mendapatkan justifikasi atas perilakunya. Selain itu, budaya victim blaming akan berdampak buruk bagi korban terutama dari sisi psikologis. Budaya victim blaming juga memungkinkan korban-korban lainnya tidak berani untuk melapor karena takut disalahkan atas kekerasan seksual yang dialaminya. Terdapat berbagai faktor terjadinya victim blaming seperti kurangnya rasa empati terhadap sesama, kurang edukasi mengenai kekerasan seksual, dan tentu saja budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat. Jika perempuan masih dianggap sebagai objek dan laki-laki adalah kaum yang berhak mendominasi dan berkuasa atas perempuan, maka kasus kekerasan seksual akan terus sulit diatasi. Kita harus dapat menyingkirkan bias gender ketika melihat kasus kekerasan seksual agar dapat dengan adil menimang dan memberikan solusi yang tepat atas kasus ini.
Daftar Pustaka
Alfi, I., & Halwati, U. (2019). Faktor-faktor Blaming the Victim (Menyalahkan Korban) di Wilayah Praktik Kerja Sosial. Islamic Management and Empowerment Journal, 1(2), 217–228. https://doi.org/10.18326/imej.v1i2.217-228
Bourdieu, P. (1991). Language and Symbolic Power (G. Raymond & M. Adamson, Trans). Polity Press.
Bourdieu, P. (2001). Masculine Domination (R. Nice, Trans). Stanford University Press.
Fushshilat, S. R., & Apsari, N. C. (2020). Sistem Sosial Patriarki Sebagai Akar Dari Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Patriarchal Social System As the Root of Sexual Violence Against Women. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 121. https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.27455
Komnas Perempuan. (2022). Bayang-Bayang Stagnansi: Daya Pencegahan dan Penanganan Berbanding Peningkatan Jumlah, Ragam dan Kompleksitas Kekerasan Berbasis Gender Terhadap Perempuan. CATAHU 2022: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2021.
Maudy, C. (2018). Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan. Balairungpress.com. https://www.balairungpress.com/2018/11/nalar-pincang-ugm-atas-kasus-perkosaan/
Novarisa, G. (2019). Dominasi Patriarki Berbentuk Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan Pada Sinetron. Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 5(02), 195. https://doi.org/10.30813/bricolage.v5i02.1888
United Nations General Assembly. (2015). Declaration on the Elimination of Violence Against Women. Retrieved from stopvaw.org: http://www.stopvaw.org/declaration_on_the_elimination_of_violence_against_women
Wismabrata, H. M. (2019). Fakta Kasus Dugaan Pelecehan Mahasiswi UGM saat KKN, Kuasa Hukum Pertanyakan Pelapor hingga Ombudsman Panggil Rektor UGM. KOMPAS.com. https://regional.kompas.com/read/2019/01/03/17140741/fakta-kasus-dugaan-pelecehan-mahasiswi-ugm-saat-kkn-kuasa-hukum-pertanyakan?page=all
Ditulis sebagai tugas Ujian Akhir Semester, mata kuliah Teori Sosiologi Modern
3 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com - Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, menyebut pengakuan internasional terhadap Raja Ampat sebagai momentum penting. Setidaknya, untuk mengembangkan pariwisata berbasis ekosistem di kawasan pulau-pulau kecil Indonesia. Dalam publikasi terbarunya, The New York Times memasukkan Raja Ampat dalam daftar 52 tempat wisata pilihan untuk dikunjungi pada 2025. Sementara National Geographic mengganjarnya tempat dalam daftar 25 destinasi terbaik dunia pada tahun yang sama. “Pengakuan ini tentu menjadi suntikan semangat baru bagi para pelaku pariwisata Indonesia. Terutama dalam mendorong pengelolaan pariwisata berbasis ekosistem yang berkelanjutan di pulau-pulau kecil,” ujar Widiyanti, Minggu 19 Januari 2025. Sebagai bagian dari jantung segitiga terumbu karang dunia, kawasan ini memang telah lama menjadi primadona wisata bahari. Laporan dari The Nature Conservancy dan Conservation International mencatat, 75 persen spesies karang dunia hidup di kawasan ini. BACA JUGA: Surga Snorkling Raja Ampat, Masuk 10 Daftar Terbaik di Dunia Lebih dari itu, wilayah ini juga menjadi habitat bagi 1.318 jenis ikan, 699 jenis moluska, dan 537 jenis terumbu karang. Nama-nama seperti Kabui Passage, dermaga Pulau Arborek, Sauwandarek, Yenbuba, hingga Dinding Friwen telah menjadi magnet bagi para penyelam dunia. “Bukan hanya bawah lautnya yang memukau, tetapi lanskap permukaannya juga menyajikan keindahan yang tiada duanya,” ujar Widiyanti. Dengan pengakuan internasional ini, Widiyanti optimistis wisatawan mancanegara akan semakin melirik Raja Ampat. “Pengembangan pariwisata berbasis ekosistem adalah kunci untuk menjaga daya tarik sekaligus kelestarian alam Raja Ampat sebagai permata bahari dunia,” tuturnya. ***
0 notes
Text
Miguel, Miguel. Kamu Siapa?
10 Januari 2004, di Surabaya.
William Chandra Angkosubroto dan Dyah Ayu Pitaloka Jayawardhana menyambut kehadiran putra bungsu mereka, yang diberi nama Miguel Xander Angkosubroto. Keluarga Angkosubroto dan Jayawardhana turut bergembira dengan kehadiran Miguel, yang melengkapi kehidupan rumah tangga William dan Dyah.
Kehadiran Miguel pun disambut bahagia oleh Kakak laki-lakinya, putera sulung William dan Dyah, Mikhael Xavier Angkosubroto yang lebih tua 4 tahun dari Miguel. Tak ada rasa iri, hanya ada rasa bahagia menyambut kehadiran adik laki-laki yang selalu Mikhael panggil Mogu.
Bukankah itu kehidupan yang nyaris sempurna?
Latar belakangnya bukan main dengan William yang merupakan seorang pengusaha yang terjun ke dunia politik, bahkan karirnya sangat cemerlang di dunia politik. William dipercaya untuk duduk di kursi DPR RI, yang saat ini merupakan periode ketiga bagi William. Sedangkan Dyah, Putri kedua dari keluarga Jayawardhana yang memiliki darah biru disamping menjadi seorang ibu rumah tangga, Dyah mewarisi bisnis batik serta perhotelan dan membangun bisnis restoran yang cabangnya tersebar di Pulau Jawa.
Bahkan jika orang tuanya tidak dihitung, dengan dinasti Angkosubroto dan Jayawardhana yang terus berjaya, tentu hidup seorang Miguel bisa dikatakan sudah aman. Masa depannya cemerlang, hanya perlu mengikuti jalan yang sudah dibangun oleh keluarganya.
Meski terlahir dengan sendok emas tak membuat Miguel menjadi orang yang sombong dan arogan. Sebaliknya, Miguel tumbuh menjadi anak yang ramah dan senang bergaul dengan banyak orang tanpa mempedulikan latar belakang mereka. Tapi ada satu yang paling menonjol dari Miguel, karena dirinya tumbuh di lingkungan yang nyaris sempurna membuatnya tone deaf—tak jarang mulutnya itu mengeluarkan pendapat yang nyeleneh. Bukan karena sombong, tapi karena hidupnya memang seenak itu.
Kekagumannya terhadap sang ayah membuat Miguel memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke Jurusan Hukum di salah satu Universitas ternama di Indonesia, Universitas Indonesia. Miguel menerima dukungan penuh dari keluarga terutama Papanya yang memang menginginkan Miguel untuk menempuh dunia hukum, berbeda dari Kakaknya yang fokus ke dunia bisnis.
Jadi, apa kamu siap mengikuti kisah Miguel?
0 notes
Text
Ikan Kecil di Laut Lepas
Sebagai anak daerah yang menginjak Pulau Jawa pertama kalinya untuk kuliah, saya punya harapan besar. Bagaimana tidak, mendapatkan kesempatan besar belajar di salah satu kampus terbaik (menurut Webometrics) adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya.
Namun, di balik perasaan bangga tersebut, saya kerap merasa kecil dibanding teman-teman yang lain. Terbiasa menjadi si nomor satu atau setidaknya selalu di lingkungan kelas unggul, serta dianggap cerdas, saya merasa kecil saat berada di kelas perkuliahan yang berisi putra-putri terbaik di penjuru negeri, terutama mereka siswa unggulan di Pulau Jawa. Jika perkuliahan adalah hamparan laut luas, saya hanya salah satu ikan kecil di dalamnya.
Saya tidak cukup pintar, tidak cukup mumpuni dan tidak cukup luar biasa untuk berbaur dengan teman-teman. Prestasi yang saya banggakan bukan apa-apa lagi. Saya ingat, sebelum memasuki kelas, grup begitu ramai dan kelihatan calon teman-teman saya punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan prestasi gemilang hingga tingkat nasional. Oh, saya ingat rasanya "kalah" sebelum memulai.
Selama perkuliahan, ternyata benar, saya kewalahan. Dari yang mengimpikan IPK 4 lalu digeser menjadi "minimal 3 aja deh." Saya senantiasa duduk di bagian tengah atau belakang agar tidak ada dosen yang menunjuk saya atau tidak perlu ada yang memerhatikan keberadaan saya. Padahal, selama sekolah, saya bisa bertengkar hanya untuk memperebutkan kursi paling depan. Belum lagi teman-teman saya ternyata punya daya analisis yang sistematis dan cepat, semua serba taktis, saya jelas tertinggal.
Di tengah perasaan kecil tersebutlah saya menjadi sekeliling saya sebagai inspirasi, bahwa setiap kami memiliki kelebihan dan kekurangan. Meski saya tidak terlalu unggul dalam hal akademik dan komunikasi, kemampuan saya beradaptasi juga tidak bisa diremehkan. Menggeser pikiran dari "Saya gak bisa seperti mereka" menjadi "Jika saya berusaha lebih keras, saya pasti bisa seperti mereka."
Saya belajar dari nol, terus bekerja keras mencapai sesuatu dan bertumbuh. Saya sadar bahwa Tuhan beri saya kesempatan untuk belajar di sana pasti karena suatu alasan yang tidak saya ketahui saat itu. Perasaan kecil itu datang menghampiri sesekali, namun perasaan itu membawa saya menikmati perjalanan perkuliahan yang menyenangkan dan mendapatkan kesempatan untuk mengenal banyak orang, menjelajah banyak tempat dan menemukan diri saya yang sekarang.
Maka saya bersyukur bertemu dengan teman-teman yang keren tersebut sebab secara tidak langsung mereka semua menjadi salah satu bagian berarti dari perjalanan hidup saya.
Pariaman. 3 Januari 2025. 22:50
0 notes
Text
HARGA TERMURAH! WA 0812-9627-2689 Produsen Bio Septic Tank Melayani Pamukan Selatan Kabupaten Kota Baru
"WA 0812-9627-2689 | Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Kepualauan Kabupaten Kota Baru, Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Tanjung Selayar Kabupaten Kota Baru, Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Tengah Kabupaten Kota Baru, Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Timur Kabupaten Kota Baru, Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Utara Kabupaten Kota Baru
DISTRIBUTOR PRODUK BIO SEPTIC TANK | CV MARVEL GOLDEN PROSPERO
Gg. Masjid al-Qasim Jl. Dongkal RT 001/RW 024 No. 84 Kel. Sukatani Kec. Tapos Kota Depok (Belakang TPA Darul Aulad)
Hubungi:
Bapak Nino
WA 0812-9627-2689 WA 0812-9627-2689 WA 0812-9627-2689
Atau Klik WA dibawah ini:
https://wa.me/6281296272689https://wa.me/6281296272689https://wa.me/6281296272689
ProdusenBioSepticTankMelayaniPamukanSelatanKabupatenKotaBaru, #ProdusenBioSepticTankMelayaniPamukanUtaraKabupatenKotaBaru, #ProdusenBioSepticTankMelayaniPulauLautKepualauanKabupatenKotaBaru, #ProdusenBioSepticTankMelayaniPulauLautTanjungSelayarKabupatenKotaBaru, #ProdusenBioSepticTankMelayaniPulauLautTengahKabupatenKotaBaru"
Posting by Evi Rahma Putri SMK Negeri 1 Cariu TA PKL 2024
#Produsen Bio Septic Tank Melayani Pamukan Selatan Kabupaten Kota Baru#Produsen Bio Septic Tank Melayani Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru#Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Kepualauan Kabupaten Kota Baru#Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Tanjung Selayar Kabupaten Kota Baru#Produsen Bio Septic Tank Melayani Pulau Laut Tengah Kabupaten Kota Baru
0 notes
Text
Gedung pada Sebuah Kabupaten
Sependek ingatan saya, saya jarang sekali menangis.
Tahun lalu, saya bisa menghitung dengan jari perihal seberapa sering saya menangis. Kalau diingat-ingat, tidak sampai sepuluh. Bahkan, sudah termasuk tangisan profesional saya karena terlalu menghayati pekerjaan sehingga rasanya segala apa yang saya kerjakan adalah bayi-bayi saya yang juga ikut tiada apabila saya tidak berhasil ‘menyelamatkan’ due date mereka; saya harus berhasil, tidak boleh gagal, tidak boleh ada kesalahan.
Saya punya tendensi takut ketika bepergian dengan kapal terbang. Tetapi, sejak tahun lalu, saya menikmatinya dengan sedamai-damainya. Rasanya saya sedang duduk di pangkuan anak pertama saya. Rasanya aman dan bangga melihat anak pertama saya bisa melanjutkan hidupnya.
Kadang-kadang ada perasaan bersalah ketika merumuskan sebuah kebijakan yang akan diimplementasikan secara nasional--yang mana kebijakan itu bertentangan dengan nilai-nilai yang saya yakini.
Pernah ada satu kebijakan yang sedikit banyak memberikan implikasi pada sebuah bidang spesifik yang mempengaruhi kemaslahatan hidup orang banyak, beberapa teman saya berkarir di bidang itu. Di waktu-waktu itu, saya kembali menonton televisi hanya untuk melihat berita yang disiarkan dan menyimaknya dengan nanar.
Hanya saja, lebih banyak kebahagiaan dan kebanggaan yang saya rasakan tahun lalu.
Dari sedikit air mata yang merembes turun di tahun itu, kebanyakan adalah air mata suka cita. Rasanya membahagiakan melihat hasil kerja saya bisa langsung dinikmati oleh banyak orang dari segala latar belakang.
Lalu, tahun ini, saya banyak menangis.
Sangat banyak.
Saya bisa menghitung jumlahnya dengan semua jari tangan dan kaki saya.
Hanya saja, bahkan dengan menggunakan jari-jari itu, semuanya tetap tidak bisa mengakomodir seberapa banyak jumlah tangisan saya.
Kalau ditanya apakah itu adalah sebuah tangisan duka, saya pikir demikian. Setidaknya hingga detik saya menuliskan kalimat ini.
***
Berdasarkan sebuah teori psikologi, setiap orang akan mengalami lima fase berduka. Fase-fase itu dimulai dari fase menyangkal (denial), marah (anger), tawar-menawar (bergaining), depresi (depression), hingga berakhir pada penerimaan (acceptance).
Saya pindah dari pulau satu ke pulau lain. Dari ibu kota ke sebuah kabupaten.
Kepindahan itu adalah kepindahan yang aneh. Tidak pernah direncanakan. Tiba-tiba. Kepindahan itu adalah sebuah ‘coba-coba yang berujung kejutan tidak disangka-sangka’.
Di sebuah kabupaten itu, saya memasuki sebuah gedung yang demi Tuhan tidak pernah terbayang oleh saya untuk berada di sana; termasuk segala apa-apa yang ada di dalamnya.
Saya menamai gedung itu sebagai “Gedung pada Sebuah Kabupaten”.
Pada bulan pertama, saya hanya menangis satu atau dua kali.
Suatu hari, ketika akan pulang, saya pernah menangis sekali di gedung itu. Sepertinya itu adalah tangisan pertama saya di sana.
Pagi hari pada hari itu, seorang rekan di tempat saya yang lalu menelepon saya. Dirinya menceritakan bagaimana pada townhall meeting dengan para profesional baru, setelah membahas perkenalan mereka, atasan saya menceritakan hal lain.
“Dia putri saya dari Pulau X,” setidaknya begitu rekan saya menirukan apa yang dikatakan oleh atasan saya hari itu, “keren banget, sih, lo bisa dideclare as his daughter. Oh! By the way, your personal assistant and your driver remember you very well. They mentioned your name (again) today. ” katanya kemudian.
Pada sore hari setelah telepon itu, saya merasakan perasaan yang aneh. Rasanya saya tidak berada di dunia saya yang seharusnya. Rasanya Gedung pada Sebuah Kabupaten bukan tempat saya.
Terlalu banyak hal yang harus saya ikhlaskan ketika saya berada di Gedung pada Sebuah Kabupaten. Saya tidak menyangka bahwa sistem di gedung ini akan seperti itu. Hal itu membuat saya marah dan sesak.
Kemudian, saya menangis.
Lalu, setelah itu, saya kembali masuk ke ruangan saya—di hari-hari berikutnya, ruangan itu kemudian hanya menjadi tempat saya untuk meletakkan vas kaca berisikan Gading Sirih di atas meja, serta tas saya yang juga hanya saya letakan pada minggu-minggu awal saya di sana. Sepertinya itu terjadi di bulan Juni, atau Juli, yang jelas sore itu saya kembali ke ruangan dan tersenyum seperti biasa sebelum akhirnya pulang.
Pada bulan-bulan berikutnya, saya semakin sering menangis.
Saya pernah mendengar seseorang berkata bahwa sebenarnya yang menyebabkan hati kita sakit adalah karena kita tidak bisa menerima ketetapan Tuhan.
Seandainya kita bisa menerima ketetapan-Nya dengan hati yang lapang dan legowo, seyogyanya kita tidak akan merasa kecewa. Dengan begitu, kita tidak akan sakit hati. Tentu, kemudian air mata yang jatuh karena hal itu tidak akan kita temui.
Saya rasa, mungkin memang demikian.
Saya masih tidak bisa menerima apa yang Tuhan tetapkan untuk saya di waktu-waktu itu sehingga saya masih sering menangis.
Di waktu lampau, saya sering membaca cuitan orang-orang tentang drama perkantoran; bagaimana topeng-topeng lebih tebal daripada lapisan bumi, bagaimana dinding kantor dipersonifikasikan memiliki indra, atau ujaran-ujaran kebohongan yang melayang dengan piawainya.
Di Gedung pada Sebuah Kabupaten itu, saya menemui banyak hal yang di waktu lalu hanya saya dengar mitosnya.
Saya pernah menjadi objek pelecehan non-verbal di sebuah grup obrolan WhatsApp yang ada di sana. Pernah ada seorang yang mengatakan hal yang berbeda ketika berbicara dengan saya. Lalu, pernah ada seseorang yang mengatasnamakan saya akan sesuatu yang saya tidak ingin hanya untuk menyelamatkan reputasinya. Saya juga menemui seorang NPD. Lalu, ada orang yang tidak malu mengakui hasil kerja orang lain sebagai miliknya di hadapan banyak orang. Bahkan, saya pernah diajak bicara oleh seseorang yang membicarakan saya dengan seorang lain. Lalu, ketika seorang lain itu menyampaikannya pada saya, semua yang dibicarakan menjadi berbeda dengan seorang lainnya. Ada beberapa keunikan yang baru saya temui, semuanya tentu terlalu banyak untuk dituliskan.
Saya tidak pernah menemui itu di tempat lalu. Mungkin, karena posisi saya.
Lalu, bisa jadi, karena di Gedung pada Sebuah Kabupaten itu saya adalah anak baru maka ada banyak hal yang dengan terpaksa, bagaimanapun juga, mau tidak mau, harus saya terima.
Saya berusaha sebisa saya untuk beradaptasi. Dari sekian adaptasi itu, ada beberapa hal yang tetap tidak bisa saya tolerir hingga akhir. Salah satunya adalah keyakinan saya bahwa sesuatu yang seksis adalah sesuatu yang nir pengetahuan. Pun adab serta etika. Saya tidak mau menjadi salah satu pelestari hal-hal yang demikian. Tinimbang lucu, hal itu lebih kepada sesuatu yang menjijikkan.
Selain itu, saya bukan penggemar orang-orang yang berlaku sesukanya dengan dasar yang tidak profesional. Saya meyakini dunia ini bukanlah dunia anak kecil yang baru merangkak dan seringnya diwajarkan jika berebut mainan dengan alasan bahwa akalnya belum terdevelop dengan sempurna.
Ada hari-hari di mana Gedung pada Sebuah Kabupaten itu terasa seperti tempat yang familiar; sibuk tetapi bisa diprediksi, rutinitas-rutinitas yang tidak ada bedanya dari hari ke hari, ekspektasi-ekspektasi yang jauh dari janji sebelum menginjakkan kaki di sini, makanan-makan ringan di dekat printer dan orang-orang yang berdatangan.
Satu truk penuh pertanyaan masih terparkir rapi di belakang otak saya perihal Gedung pada Sebuah Kabupaten. Salah satunya adalah, seberapa lama saya harus bertahan di sini?
***
Suatu kali, ada seseorang yang melemparkan kertas di meja depan saya.
Sejujurnya, ada banyak perasaan tidak mengenakkan yang harus saya tumpuk hanya karena alasan tidak masuk akal pun amat tidak profesional di Gedung pada Sebuah Kabupaten.
Ketika kejadian itu terjadi, saya teringat bagaimana kehidupan profesional berjalan semestinya. Hanya saja, dengan posisi saya saat itu, saya tidak dapat berbuat apa-apa.
Hal itu sungguh membuat saya kesal.
Setelah drama tidak penting itu, atasan saya mengajak saya untuk berbicara. Tentu ada pembicaraan dengan orang lain sebelum pembicaraan itu berlangsung.
Omong-omong, ada satu orang lain di ruangan yang ikut dalam pembicaraan itu.
Waktu itu, saya tahu akhirnya akan bagaimana. Sedikit-banyak, saya mulai tahu bagaimana gedung ini bekerja.
Maka, saya bicara seadanya. Struktur bicara saya tidak jelas, inti yang saya maksud entah tersampaikan atau tidak.
Saya ingat ketika berkata bahwa seandainya bisa, saya ingin pindah ke tim kerja lain.
Kalau diingat-ingat lagi, itu adalah suatu hal yang konyol. Itu bukan salah saya, kenapa saya yang harus berpindah?
Sekarang, saya benar-benar akan berada pada tim kerja yang baru. Saya sudah dengar rumornya sejak beberapa minggu lalu.
Saya mendengar beberapa cuitan perihal alasan penempatan saya pada tim kerja itu. Beberapa orang berusaha untuk membuat saya bersemangat, katanya itu adalah suatu hal yang mempersiapkan diri saya untuk posisi yang lebih tinggi di masa depan. Katanya, itu untuk pengembangan diri saya. Katanya, itu lebih baik karena tidak akan ada permasalahan ABDC lagi. Katanya, saya profesional dan tahan banting, maka semuanya akan baik-baik saja. Katanya, ada pertimbangan lain perihal seseorang yang seharusnya akan memegang posisi itu yang kemudian saya yang akan saya tempati.
Tahu apa yang saya benci setengah mati?
Saya benci orang-orang yang akibat ketidakprofesionalan dan ketidakpiawaiannya membuat orang lain harus ikut tertarik dalam membereskan masalah yang dibuatnya. Saya benci orang-orang yang tidak mau belajar padahal hal tersebut adalah tanggungjawabnya.
Pun orang-orang yang memperlakukan orang lain sesuka hatinya karena tahu orang itu tidak berdaya.
Selama ini, saya berusaha melakukan pekerjaan saya seprofesional mungkin. Saya tidak suka mencampuradukan urusan pribadi saya dengan urusan profesional.
Saya berharap, ketika sesuatu itu menyangkut hubungan profesional, semua orang yang terlibat bisa saling menghargai dan berusaha sebisanya.
Seorang senior saya di tempat yang lalu pernah berpesan ketika kami sedang makan siang bersama. Katanya, “Pesan gue cuman satu. Di manapun lo berada, lo harus profesional. Pegang itu baik-baik.”
Tidak semua orang bisa bersikap profesional, tetapi menjadi profesional adalah sebuah keharusan bagi semua orang.
***
Sependek ingatan saya, saya sempat berdoa kepada Tuhan di depan dinding bertuliskan ���SCBD’ dekat lampu merah di kompleks perkantoran SCBD pada suatu malam, sebelum saya menuju Gedung pada Sebuah Kabupaten.
Doa saya malam itu adalah, semoga saya ditempatkan di sebuah tempat yang membuat saya merasakan cinta kasih dan bisa membagikan cinta kasih.
Saya berdiri lama di penyeberangan lampu merah itu. Di tangan saya ada sebuah teh beraroma mawar dan vanilla yang baru saya beli dari The Papilion di Pacific Place Mall.
Beberapa hari belakangan, saya tiba-tiba menjadi semakin sering menangis.
Ketika mengganti air di dalam vas Sirih Gading yang ada di atas meja kerja saya, saya memperhatikan air yang dengan cepat memenuhi vas itu dengan derai air mata.
Pun ketika saya meletakkannya lagi di atas meja.
Meja itu adalah meja kerja pertama saya di Gedung pada Sebuah Kabupaten.
Di tempat lalu, saya menempati posisi yang diberikan privillege khusus, maka saya bisa bekerja dari mana saja sehingga saya tidak punya meja kerja.
Tetapi, di hari pertama saya memasuki sebuah ruangan di Gedung pada Sebuah Kabupaten itu, saya punya meja kerja.
Letak meja kerja itu di ujung ruangan, dekat sebuah telepon berwarna krem agak usang yang tertempel di dinding. Sejak hari pertama, saya sudah berandai-andai perihal meja kerja yang akan selalu saya gunakan untuk mengerjakan pekerjaan saya.
Hanya saja, mungkin, dengan segala hal yang terjadi, meja itu bahkan tidak bisa saya katakan sebagai meja kerja saya sejak awal.
Tadi malam, saya berbincang dengan seseorang di seberang telepon sambil terisak. Pembicaraannya adalah segala hal yang terjadi belakangan, salah satunya adalah tim baru itu.
“It’s bittersweet, isn’t it?” katanya, “Back then, saying you wanted to move felt like a way to escape a difficult situation. But, now, that it’s actually happening, it feels entirely different. It’s funny how life works like that sometimes.”
Saya masih terisak, “I think…, maybe deep down, I didn’t really want to leave the team itself; I just wanted relief from the challenges I were facing. I acted like a kid, it wasn’t look like me as it supposed to be. I hate that I’ve grown to care about the place and people here, despite the ups and downs. But it’s okay, that’s what makes I am so human.”
“It’s actually touching to hear that X thought about you…,” ujarnya, “You are so loved by many. You’ll find ways to handle this new chapter too. You’ve already navigated challenges before. You are forever a lawyer, right? You’ve got this. This just a piece of cake. C’mon.”
Ada banyak kekhawatiran yang tiba-tiba bermunculan. Misalnya, bagaimana jika saya tidak bisa melakukan hal-hal yang membuat saya tetap waras, yang selama ini masih dapat saya lakukan? Seperti satu truk pertanyaan saya tentang Gedung pada Sebuah Kabupaten, kekhawatiran saya juga sama banyaknya. Kesemuanya itu, tetap tidak cukup membuat saya tenang apabila saya tuliskan satu per satu.
Saya ingat setiap orang di Gedung pada Sebuah Kabupaten yang mengirimi saya pesan ketika saya sakit. Beberapa bahkan mengirimi saya pesan beruntun setiap hari, menanyakan bagaimana keadaan saya.
Atau, setiap orang yang menanyakan apa yang ingin saya makan pada hari pertama saya kembali masuk kerja. Pun setiap orang di hari itu yang mengirimi saya pesan dan menawarkan saya untuk beristirahat saja.
Saya juga ingat hari ulang tahun saya. Sekitar pukul delapan hingga sembilan pagi, saya mendapat pesan berisikan ucapan selamat ulang tahun dari beberapa orang di Gedung pada Sebuah Kabupaten.
Saya ingat bagaimana rekan kerja saya membeli kue ulang tahun untuk saya. Waktu itu, hujan sedang lebat-lebatnya. Berdasarkan cerita, rekan kerja saya hampir tidak menemukan toko kuenya. Lalu, mereka lupa membawa payung padahal hujan lebat sedang turun. Ketika berhasil mencapai toko, terjadi kesulitan dalam hal bayar-membayar melalui mbanking sehingga mengharuskan menghubungi seseorang yang ada di Gedung pada Sebuah Kabupaten. Ada banyak cerita lucu sebelum dan sesudah semua itu terjadi. Ingatan akan semua hal itu sudah saya simpan di laci ingatan saya dengan baik.
Mempunyai perasaan tidak terikat dan mudah melupakan segala sesuatu yang telah lalu adalah keahlian utama yang harus dimiliki setiap orang yang ada di dalam Gedung pada Sebuah Kabupaten. Setiap orang yang ada di sana tidak akan tahu kapan hari terakhir mereka menginjakkan kaki sebelum besok hari memasuki gedung lainnya.
Sayangnya, saya adalah seseorang yang benci akan perpisahan.
Saya rasa, saya tidak mampu untuk melambaikan tangan lebih banyak lagi.
Tetapi, lagi-lagi, Gedung pada Sebuah Kabupaten memaksa saya untuk menjadi sebuah batu karang yang steady and firm di tengah samudra luas yang dalam.
Lalu, katanya, tidak akan menjadi keluarga orang-orang yang ada di sana. Semuanya hanya sejumlah orang yang tidak sengaja berpapasan. Hal ini sangat kontras dengan apa yang selalu digaungkan. Bisa jadi saya yang terlalu naif. Atau, bisa jadi, saya terkejut karena berada di kubangan yang cinta dan kasih tulusnya adalah suatu hal yang langka didapati; tetapi, sungguh, bagi saya, bisa saya dapati segala cinta kasih itu setiap hari.
Seperti apa yang dikatakan oleh seorang bijak, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Bersamaan dengan itu, tidak semua berjalan seperti keinginan manusia.
Untungnya, sepertinya Tuhan mengabulkan sebagian doa saya malam itu meski saya masih tetap terlalu sombong dan angkuh untuk menyadarinya.
I hate that I’ve grown to care about the place and people here, despite the ups and downs….
Saya kira, Gedung pada Sebuah Kabupaten berhasil menjadi sebuah ekosistem yang penuh pembelajaran di hidup saya pada tahun ini.
This place wasn’t my first love. I didn’t choose this place. I even hated it during my early days here. I’ve once grown from a place which full of pride and everything in between. Yet, this new place has shaped my experience at work.
Sejak detik pertama saya menginjakkan kaki di Gedung pada Sebuah Kabupaten, saya tahu bahwa saya adalah seseorang yang berbeda dengan saya yang ada di tempat lalu.
Di Gedung pada Sebuah Kabupaten, orang-orang berkata saya adalah seorang yang ceria, tangguh, tahan banting, suka belajar. Semuanya juga saya di tempat lalu, kecuali bagian yang ceria satu itu—dulu, saya punya keyakinan bahwa lebih baik energi saya dialokasikan untuk mengerjakan segala yang belum terselesaikan. Sebenarnya, kalau boleh jujur, Di Gedung pada Sebuah Kabupaten saya adalah kebalikan dari apa yang dideskripsikan; fragile, bisa juga terenyuh, tidak selalu tahan banting, kadang-kadang saya ingin bersantai juga seperti yang lainnya.
Seorang rekan kerja pernah berkata pada saya bahwa saya sangat keras kepala dan terlalu banyak ide. Katanya, karena hal demikian, saya jadi gampang menangis. Saya tertawa ketika mengingat ini.
Di Gedung pada Sebuah Kabupaten, saya menemukan versi diri saya yang lain; saya yang seperti anak kecil dan masih naif akan dunia.
***
Membicarakan lima fase duka yang tertera di awal tulisan, entah di fase mana saya sekarang berada.
Satu hal yang pasti adalah, Gedung pada Sebuah Kabupaten menjadikan tahun ini sebagai tahun yang tidak hanya berkutat pada pengujian. Pun kemenangan besar—hasil kerja saya yang dulu selalu langsung bisa saya lihat dampaknya pada orang banyak.
Lebih dari itu, ternyata juga ada banyak kemenangan yang terjadi, tidak peduli seberapa kecil kemenangan itu terlihat.
Pada suatu hari, kemenangan kecil itu berupa tawa saya pada obrolan-obrolan yang terjadi di Gedung pada Sebuah Kabupaten. Pada hari lain, kemenangan itu adalah pewangi berbeda yang saya gunakan setiap harinya. Di hari lainnya, kemenangan itu adalah air di dalam vas Gading Sirih yang saya ganti dan kembali saya letakan di atas meja. Kemenangan kecil itu juga bisa berupa bulir-bulir air mata yang beberapa jam setelah itu akan membuat saya tertawa perihal latar belakangnya.
Di Gedung pada Sebuah Kabupaten, saya menjadi lebih seperti manusia.
Ternyata, Gedung pada Sebuah Kabupaten mengajarkan saya bahwa semua yang terjadi bukan hanya tentang memaafkan dan melupakan; semuanya adalah tentang mencari keseimbangan. Segala sesuatu yang terjadi akan menyatu pada nadi saya dan menjadi mozaik pelajaran yang saya ilhami selamanya.
Selain itu, ternyata Gedung pada Sebuah Kabupaten mengajarkan saya akan ketikdakmelekatan. Serta, ternyata, saya memang tangguh dan bahkan lebih tangguh dari prakiraan awalnya.
Karena diri saya di Gedung pada Sebuah Kabupaten adalah seorang anak kecil yang naif, rasanya melegakan ketika menemui bahwa ada bagian diri saya yang kembali seperti diri saya sebelum saya berada di gedung itu.
Selamat menyambut 2025. []
***
22.12.2024.
0 notes
Text
Mengenal Moana: Petualangan Gadis Pemberani dari Lautan Pasifik
Moana adalah salah satu film animasi Disney yang mencuri perhatian banyak penonton sejak pertama kali dirilis pada tahun 2016. Film ini disutradarai oleh Ron Clements dan John Musker, yang juga dikenal lewat karya-karya klasik seperti The Little Mermaid dan Aladdin. Dengan latar budaya Polinesia yang kaya, kisah Moana mengangkat tema keberanian, cinta terhadap alam, dan pencarian jati diri. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan pesan inspiratif yang relevan untuk segala usia.
Sinopsis Cerita Moana
Moana bercerita tentang seorang gadis muda bernama Moana Waialiki, putri kepala suku di sebuah pulau kecil bernama Motunui. Sejak kecil, Moana memiliki hubungan yang mendalam dengan lautan. Ia selalu merasa terpanggil untuk menjelajahi samudra, meskipun ayahnya melarangnya untuk pergi jauh dari pulau.Ketika bencana mulai menimpa desanya—tanaman mati dan ikan sulit ditemukan—Moana menyadari bahwa lautan memanggilnya untuk menjalankan tugas besar. Ia harus mengembalikan jantung Te Fiti, sebuah batu hijau bercahaya yang dicuri oleh dewa setengah manusia bernama Maui. Batu tersebut adalah sumber kehidupan bagi alam, dan hilangnya jantung Te Fiti menyebabkan kehancuran di sekitarnya.Dalam petualangannya, Moana menghadapi berbagai tantangan seperti badai laut, monster raksasa, dan pertempuran dengan kepercayaan dirinya sendiri. Ia bertemu dengan Maui, yang awalnya enggan membantunya, tetapi akhirnya menjadi sekutunya. Bersama, mereka menghadapi makhluk lava raksasa bernama Te Kā, yang ternyata adalah manifestasi dari Te Fiti tanpa jantungnya. Dengan keberanian dan keyakinannya, Moana berhasil mengembalikan jantung Te Fiti, memulihkan keseimbangan alam, sekaligus menemukan jati dirinya sebagai seorang pelaut.
Karakter Utama dalam Film Moana
Moana Waialiki Moana adalah tokoh utama dalam cerita ini. Ia digambarkan sebagai gadis yang pemberani, penuh semangat, dan memiliki hubungan mendalam dengan lautan. Ia tidak hanya menjadi pemimpin untuk desanya, tetapi juga simbol keberanian dan cinta terhadap alam.
Maui Maui adalah dewa setengah manusia yang memiliki kekuatan luar biasa, termasuk kemampuan untuk berubah bentuk. Ia adalah karakter yang humoris, tetapi juga memiliki sisi emosional yang mendalam. Perjalanan bersama Moana mengajarkannya tentang tanggung jawab dan kerja sama.
Gramma Tala Nenek Moana adalah sosok yang bijaksana dan mendukung impian Moana untuk menjelajahi lautan. Ia adalah orang pertama yang percaya bahwa Moana memiliki takdir besar untuk menyelamatkan dunia.
Te Fiti / Te Kā Te Fiti adalah dewi pencipta yang memberikan kehidupan kepada dunia. Ketika jantungnya dicuri, ia berubah menjadi Te Kā, makhluk lava yang penuh amarah. Transformasi ini menunjukkan bagaimana ketidakseimbangan alam dapat membawa kehancuran.
Hei Hei Ayam peliharaan Moana yang konyol dan sering kali membuat masalah. Meski terlihat tidak berguna, Hei Hei menjadi elemen komedi yang menyegarkan dalam cerita.
Pesan Moral dari Moana
Film Moana tidak hanya menghadirkan petualangan seru, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan penting, seperti:
Percaya pada diri sendiri Moana menunjukkan bahwa keyakinan pada diri sendiri adalah kunci untuk mengatasi tantangan. Meskipun banyak orang meragukannya, ia tetap berani melangkah menghadapi ketidakpastian.
Hubungan dengan alam Moana mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Kehilangan jantung Te Fiti adalah simbol bagaimana keserakahan dan ketidakpedulian terhadap alam dapat membawa kehancuran.
Mengikuti panggilan hati Moana memilih untuk mengikuti panggilannya meskipun ia harus melawan ekspektasi orang di sekitarnya. Ini mengajarkan bahwa menemukan jati diri adalah perjalanan yang penting dalam hidup.
Kerja sama dan pengampunan Hubungan Moana dan Maui menunjukkan bagaimana kerja sama dapat membawa kekuatan besar. Selain itu, Moana juga mengajarkan pengampunan ketika ia menyadari bahwa Te Kā hanyalah Te Fiti yang terluka.
Keunikan Film Moana
Mengangkat Budaya Polinesia Salah satu daya tarik utama Moana adalah latar belakang budaya Polinesia yang kental. Lagu-lagu dalam film, seperti How Far I'll Go dan We Know the Way, diiringi dengan bahasa asli Polinesia. Desain visual film ini juga terinspirasi dari seni dan tradisi masyarakat kepulauan Pasifik.
Musik yang Memukau Soundtrack Moana diciptakan oleh Lin-Manuel Miranda, Opetaia Foa'i, dan Mark Mancina. Lagu How Far I'll Go, yang dinyanyikan oleh Moana, menjadi salah satu lagu Disney yang paling ikonik dan meraih nominasi Oscar.
Tokoh Utama yang Mandiri Tidak seperti beberapa film Disney klasik, Moana adalah karakter yang tidak bergantung pada pangeran atau kisah cinta. Fokusnya adalah pada petualangan, keberanian, dan pencarian jati diri.
Pengaruh Moana di Dunia
Moana berhasil menjadi salah satu film animasi Disney yang tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap representasi budaya. Film ini membuka mata dunia terhadap kekayaan budaya Polinesia dan pentingnya menghormati tradisi lokal.Sebagai karakter, Moana menjadi inspirasi bagi banyak anak perempuan di seluruh dunia. Ia adalah contoh bahwa seorang pemimpin bisa berasal dari siapa saja, selama mereka memiliki keberanian dan ketulusan hati.
Kesimpulan
Moana adalah film yang menginspirasi, menghibur, dan penuh dengan pesan moral yang relevan untuk segala usia. Dengan visual yang memukau, musik yang indah, dan karakter yang kuat, film ini membuktikan bahwa keberanian, cinta terhadap alam, dan mengikuti panggilan hati adalah langkah penting untuk mencapai tujuan besar.Jadi, jika Anda sedang mencari film yang tidak hanya menyentuh hati tetapi juga memberikan semangat, Moana adalah pilihan yang tepat. Seperti kata Moana dalam lagu ikoniknya, "The line where the sky meets the sea, it calls me!" 🌊
0 notes
Text
Hey 2024, iniloh aku umur 24 tahun, skrg masih 34 thn menjelang 35 issshhh. Yang atas masih 23 jalan 24 2 mingguan kemudian haha. Ceritanya tahun 2012 nya puasa konser, palingan lokal aja di Bdg. Fokus nyari uang dan kerja buat diabisin di 2013 wkwk cemana.. Karena wkt 2011 itu belom kerja dan duit konsernya pun hasil tabungan dari uang saku yg dikasih ortu. Sepanjang 2013 alias umur 24 thn ini pure duit hasil kerja sendiri. Vacationnya udah di tahun 2012 ikut trip ke pulau putri di kep. Seribu. Begitulah masa muda spending uangnya seputaran itu aja, gakepikiran nabung buat masa depan, nikah atau apapun. Ya emg nyeselnya skrg yah huhu. Circle jg msh jarang yg nikah di umur 24 kaya belom kabita amat buat nikah, umur 25 dan 26 baru tuh murudul yg nikah kaya tiap bulan gituloh ada aja undangan nikah haha ajegileee.. Untung dah punya pacar, wlpn belom mau ngawinin w saat itu wkwk.
Fotonya mayan cekas yaa itu dari camdig loh, yg 2 terbawah hasil iphone 3gs milik pribadi, pake filter, padahal kayanya ngga burem2 amat sebetulnya sih haha. 2013 masih usum path yah, seru tuh aplikasi lebih privat. Ini kalo gasalah diposting jg ke path.
Umur 24 tahun masih jomblo, deket sama cowo ya ada ajalah. Yang pasti umur 24 tahun ngga terjebak sama jerat racun pelarian suami org yah yg umurnya terpaut jauh 9 tahun, akusih takut kalo dideketin om om apalagi beristri duh mau cari mati kali ya atau bosen hidup? Kasian ah istri anaknya gatau menau eh dijahatin, hemm jadi inget cerita siapa yaa~ yang pasti otak aku ngga sedangkal itu buat keputusan bodoh, udah dewasa dong ngga ngandelin nafsu dan tone deaf kalo kata anak jaman skrg mah..
Masih dalam fase berduka, baru 3 tahun ditinggal ibu. Masih belom ikhlas dgn semuanya. Ya melakukan hobi itulah utk pengalihannya. Aku harus happy, aku harus happy gitu terus afirmasinya..
Sebetulnya foto2 umur 24 thn banyak tp laptop lama belom di backup. Jadi nemunya itu dikit dan semuanya tentang perkonseran dari awal tahun sampe tengah tahun. Weezer JKT januari 2013, Java Jazz fest maret 2013, Blur JKT Mei 2013. Padet ya brooo bulak balik jakarta ngabisin duit tapi happy hahaha alhamdulillah gpp lah masa muda namanya jg. Coba dari dulu udah ada MRT kayanya jauh lebih gampang aksesnya kalo pake umum. Eh wkt ke JJF mah pake mobil pribadi sih sama persepupuan.. Sisanya sendirian aja dari Bdg pake umum, soalnya temen2 nonton konsernya rata2 tinggal di Jkt.
Kalo lagi nostalgia masa muda tuh suka pgn ngulang lagi ya betapa beban dulu ngga seberat skrg, masih single happy gamikirin apa2 haha. Skrg beban berat, tanggungjawab berat, konflik semakin kompleks dan bahagianya dengan cara berbeda gituloh. Lebih mengapresiasi bahagia hal hal yg sederhana.. Yes cause we're growing up, honeeyyyy!
4 notes
·
View notes