Menara Syahbandar (Uitkijk) merupakan menara pemantau setinggi 12 meter yang berfungsi untuk mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Batavia dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Bangunan ini juga berfungsi sebagai kantor pabean, yaitu tempat untuk pengumpulan pajak bagi komoditi yang di bongkar muat di Pelabuhan Sunda kelapa. Menara ini dibangun pada 1839, menempati bekas bastion Culemborg yang telah ada sejak tahun 1645. Pada lantai dasar menara terdapat pintu besi yang merupakan jalan masuk lorong bawah tanah menuju benteng Fredderik Hendrik (Masjid Istiqlal) yang saat ini telah ditutup.
Tampak Depan Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
Untuk mencapai Menara Syahbandar dari Jembatan Kota Intan, kita dapat menyusuri Jl. Kakap atau tepian Kali Krukut sejauh 500 m—setelah menyeberangi Jl. Tiang bendera lalu melintas di kolong rel kereta dan Jl. Tol Pelabuhan. Saya dan teman saya memilih untuk menyusuri trotoar di tepi Kali Krukut. Namun sepertinya ini rute yang kurang bagus, karena harus melewati pasar dan terdapat aroma yang kurang sedap.
Trotoar ini akan menghantaran kita ke ujung Jl. Kakap dimana gedung Galangan VOC berada. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, gedung Galangan VOC ini dimanfaatkan untuk aktifitas bongkar muat barang bagi kapal-kapal dagang yang membawa komoditi berharga seperti rempah-rempah, keramik dan kain. Saat ini bangunan ini dijadikan restoran dan cafe, arsitektur bangunan yang unik ini juga sering dijadikan spot foto prewed.
Sumber: Dumentasi Penulis
*penting nggak sih foto ini dipajang.
Di ujung Jl. Kakap ini kita bisa melihat sebuah bangunan berbentuk persegi dengan tembok berlapis cat putih dan merah pada bagian atasnya. Bangunan ini berada tepat di sisi utara Jalan Pakin, kita perlu hati-hati saat menyebrengai jalan ini, karena banyak truk besar lalu lalang. Untuk melihat-lihat ke dalam bangunan kita hanya perlu membeli karcis seharga Rp.5000 rupiah, yang bisa dipakai sebagai tiket terusan ke Museum Bahari.
Tampak belakang Menara Syahbandar dari ujung Jalan Kakap Sumber: Dokumentasi Penulis
Menara Syahbandar ini berada dalam satu komplek area yang terdiri dari 3 bangunan terpisah. Di depan halaman bangunan kita langsung disambut dengan meriam dan tugu berbentuk jangkar kapal. Setelah menaiki tangga serambi halaman, sisi depan bangunan Menara Syahbandar yang sederhana dengan Pintu dan Jendela berwarna hijau dan merah akan langsung memanjakan mata.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Ditengah area kompleks berdiri sebuah tugu prasasti yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 1977 menandai titik nol kilometer Jakarta pada waktu itu. Bangunan di kompleks menara Syahbandar menyimpan koleksi kepelabuhan dan alat bantu pelayaran seperti lampu mercusuar, alat ukur kedalaman laut, dan teropong pandang yang biasa digunakan di pelabuhan pada jaman dulu. Selain itu pada dinding bangunan juga terpajang beberapa lukisan yang menggambarkan situasi Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gudang VOC pada abad ke-18.
Beberapa Koleksi di Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Pribadi
Beberapa Koleksi di Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Pribadi
Beberapa Koleksi di Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Pribadi
Daya tarik lain dari bangunan ini adalah pengalaman menaiki tangga kayu menuju jendela pandang yang berada di Lantai empat bangunan. Menaiki tangga menara ini buat saya cukup memacu adrenalin, karena bangunan tua berusia sekitar 180 tahun ini sudah terlihat miring kearah selatan, hingga membuatnya dikenal sebagai “menara miring”. Belum lagi, kendaraan besar yang lalu lalang di sisi jalan kerap membuat bangunan ini terasa bergoyang. Jujur saja saya cukup ragu, khawatir bangunan ini tiba-tiba roboh ketika kami berada di atas. Ditambah lagi sebelumnya kami sempat diperingatkan oleh warga sekitar waktu menuju kemari agar tidak menuju puncak menara. Namun kawan saya meyakinkan bangunan ini aman, karena belum ada papan bertuliskan “Dilarang Naik”. Akhirnya rasa takut itu pun kalah oleh rasa penasaran.
Susana di Lantai 4 Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
Susana di Lantai 4 Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi PenulisSusana di
Susana di Lantai 4 Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
Susana di Lantai 4 Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
Setibanya di lantai empat, rasa cemas masih sedikit hadir.
Bukankah kecelakaan seringkali menimpa mereka yang sulit diperingati. Kedua bapak yang telah memperingati kami berdua akan jadi saksi kunci jika tiba-tiba kecelakaan seperti yang mereka takutkan terjadi pada kami.
Rasa cemas itu akhirnya terusir oleh pemandangan yang bisa kami saksikan dari jendela-jendela di menara pandang. Meskipun tidak terlalu tinggi, dari jendela pandang kami bisa memandang jauh ke sekitar kawasan Sunda Kelapa dan Museum Bahari serta Galangan VOC. Angin bertiup kencang dari jendela menara yang terbuka lebar. Di lantai empat ini ada satu lagi tangga menuju tempat jendela teropong yang lebih tinggi. Di belakang tangga ini terbuka jendela pandang lebar yang siap meloloskan diri kalian ke Jl. Pakin seumpama kalian terpeleset dari tangga. Haha. Karena itu sebaiknya berhati-hati ketika menaiki tangga menuju jendela teropong, dan sebaiknya jauhi dari jangkauan anak kecil. Lewat jendela teropong itu kapal-kapal phinisi yang berlabuh di dermaga pelabuhan sunda Kelapa akan lebih jelas terlihat. Sayangnya, jendela itu kini ditutup, mungkin teropongnya juga sudah dicopot.
Pemandangan yang terlihat dari atas Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
Usai menuruni menara Syahbandar sudah masuk waktu dzuhur, kami mampir di musholla kecil yang berada di belakang Menara Syahbandar. Musholla ini cukup nyaman dan sudah dilengkapi pedingin udara, toiletnya pun cukup bersih. Selesai sholat dan beristirahat barulah kami bergerak ke Museum Bahari yang berada 50 meter di sebelah area Menara Syahbandar.
Musholla di komplek Menara Syahbandar Sumber: Dokumentasi Penulis
***
Sebelumnya:
Wisata Bahari di Utara Jakarta
Toko Merah
Jembatan Kota Intan
Selanjutnya:
Museum Bahari
Menara Syahbandar Menara Syahbandar (Uitkijk) merupakan menara pemantau setinggi 12 meter yang berfungsi untuk mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Batavia dari Pelabuhan Sunda Kelapa.
0 notes
7+ Foto Prewedding Pelaut Pelayaran Sunset Outdoor Muslim Hijab Romantis di Gumuk Pasir Jogja: Prewed Photos Vita+Beno
7+ Foto Prewedding Pelaut Pelayaran Sunset Outdoor Muslim Hijab Romantis di Gumuk Pasir Jogja: Prewed Photos Vita+Beno
Artikel ini berisi 7+ Foto Prewedding Pelaut, Foto Prewed Pelayaran, Foto Prewedding Sunset, Foto Prewed Outdoor, Foto Prewedding Muslim, Foto Prewed Hijab, Foto Prewedding Romantis, Foto Prewed di Gumuk Pasir Jogja (Sand Dunes Jogja), Gurun Pasir Jogja, Padang Pasir Jogja. Jogja Sunset Pre Wedding Photos for Vita+Beno by Poetrafoto Photography, Fotografer Prewedding Jogja, Yogyakarta Pre Wedding…
View On WordPress
0 notes