#pos pengungsian
Explore tagged Tumblr posts
mediaban · 2 months ago
Link
0 notes
dewi-drupadi · 15 days ago
Text
Menanti mati
Photo: pinterest.com/das universum Tubuhku dipeluk debu.Doa-doa gugur,ditembak jarak dan api. Dan,yang aku inginkan sekarang adalah mencium bibirmu,jeda yang tak lagi kutahubagaimana rasanya. Aku ingin menangis sebenarnya,tapi Tuhan menitipkan airmataku di samudra.Penderitaan berjalan terseok,melewati pos-pos penjagaan,tersesat di labirin pengungsian,hilang, tertinggal di jalan, ditembus …
2 notes · View notes
fajarrpriyambada · 2 years ago
Text
Beliefs : Guncangan Kedua
Tumblr media
Selamat Pagi…
Pagi yang begitu indah, Rinjani pagi ini terlihat megah dan gagah, berpadu padan dengan birunya langit pulau Lombok. Hanya sepasang awan berbentuk merpati yang menghiasi langit mala mini. Bola plastik tiba-tiba terbang di depan mukaku, “mengganggu orang melamun saja”, batinku. Rupanya bocah-bocah ini lagi asyik bermain bola sepak, meski mereka kemarin dilanda bencana yang cukup dahsyat, mereka masih bisa menikmati kehidupan. “Ahh enaknya jadi bocah, yang pikirannya cuma main dan main..”, aku tersenyum sambil membayangkan kembali masa-masa kecil dulu.
“Permisi Pak.. dari BMKG ya?”, Aku menoleh ke arah sumber suara. Sepersekian detik aku terpaku melihatnya, suaranya yang lembut serasi dengan senyumnya yang menyejukkan. Seorang gadis berkerudung merah maroon, sangat serasi dengan wajahnya yang indah nan cerah.
“Ehh… Iya kak.. bagaimana? Ada yang bisa kami bantu?”, Aku segera tersadar, canggung rasanya kalau ketahuan aku mengagumi kecantikannya.
“Pak, kira-kira sampai kapan ya gempa susulannya akan terus ada? Kami hendak mengambil barang ke rumah, tapi khawatir tiba-tiba ada gempa susulan?”. Tanya Gadis itu.
“eh kami?? Astaga, ternyata dia tidak sendiri, dia kesini bersama temannya!”. Kataku dalam hati, aku benar-benar tidak fokus sehingga tidak menyadari kalau dia datang bersama kedua temannya.
“Kalau untuk gempa susulannya, kemungkinan masih ada sampai beberapa hari kedepan. Tapi kalau dirasa bangunannya masih aman, berdiri kokoh, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau keretakan pada dinding-dindingnya, tidak apa-apa kalau cuma ambil barang sebentar”. Kataku menjelaskan kepada mereka.
“Oh begitu ya Pak. Baik terimakasih atas penjelasannya.”, kata Gadis tersebut.
“Sama-sama kak”. Jawabku.
Ketiga gadis tadi langsung pergi setelah kuberi penjelasan singkat. Memang disaat-saat seperti ini, rawan sekali bangunan runtuh akibat gempa susulan. Gempa memang sifatnya suka datang tiba-tiba, bahkan para ilmuwan di bidang gempa pun sampai saat ini belum ada yang bisa memprediksi kapan dan dimana datangnya gempa.
Keesokan harinya, tim kami dibagi dua, aku bersama tiga orang tim berangkat survey ke Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Sisanya tetap tinggal di Camp, menjaga alat survey kami yang terpasang. Pelabuhan Bangsal yang menjadi tempat penyebrangan tidak jauh dari sini, hanya sekitar 15 menit. Kami menyewa kapal cepat untuk survey di tiga pulau tersebut.
“Kalau saja kesini tidak karena bencana, tentu aku akan sangat menikmati keindahan deretan pulau Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.”, kataku dalam hati.
Beningnya lautan Gili berpadu dengan cerahnya langit biru, semakin romantis dengan kehadiran ribuan ikan yang bisa dilihat langsung dari atas permukaan. Hampir setiap jam helikopter mendarat di Gili Trawangan, kebanyakan memang sengaja disewa untuk mengevakuasi turis asing yang terisolasi akibat gempa kemarin. Bantuan dari pemerintah belum banyak yang masuk ke wilayah ini. Sorenya kami langsung kembali ke Camp kami di Alun-alun Tanjung.  
Sudah empat hari semenjak kami datang kesini, gempa susulan masih terus berdatangan silih berganti. Terkadang ia datang dengan kekuatan yang relatif cukup besar, terkadang hanya terasa seperti truk yang lewat. Pagi ini, suara ambulan yang bersliweran masih terus menghiasi hari-hari kami. Mereka membawa korban-korban longsor dari Pos di Gunung Rinjani, saat kejadian gempa kemarin mereka sedang melakukan pendakian.
“Mas, saya dapat info dari Pak Abdul, ibu kepala katanya mau kunjungan kesini mas”, Ucap Faqih saat mendatangi tendaku.
“Oh iya, kapan?”. Tanyaku ke Faqih
“Nanti sekitar pukul 16.00 WITA”, Jawab Faqih singkat
“Oke, aku akan berkoordinasi dengan Koordinator lapangan dari BPBD yang ada disini, siapa tahu ibu mau konferensi pers juga”, jawabku sambil bersiap untuk koordinasi dengan BPBD.
Selepas Ashar, rombongan Kepala BMKG dan jajarannya datang untuk mengunjungi lokasi pengungsian. Kami menyampaikan apa-apa saja yang kami dapatkan setelah survey disini, dan kami senang karena Ibu Kepala mengapresiasi apa yang sudah kami lakukan disini. Beliau selanjutnya berkoordinasi dengan stakeholder setempat, memberi informasi terkait gempa susulan, dan apa saja yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
***
5 Agustus 2018,
Aku masih di Camp Pengungsian, beberapa titik survey di Lombok Utara sudah kami kunjungi. Banyak pengalaman yang ku dapatkan semenjak tiba disini. Ternyata tidak hanya dari tim BMKG saja, beberapa kampus ternama di Indonesia juga melakukan survey disini. Salah satunya adalah almamaterku dulu saat masih menjadi mahasiswa di kampus ternama di Kota Bandung.
“Permisi, sepertinya tidak asing dengan pak Dosen muda ini”, aku menyapa salah satu dari mereka
“Lho Roy, Loe disini juga?!”, Jawab Dosen Muda tersebut. Gibran, adalah nama dosen muda tersebut. Sahabatku semenjak kami ospek bersama, kebetulan juga kami di jurusan yang sama. Sosok Sahabat yang juga jadi “role model”. Dia mendapatkan predikat lulusan terbaik saat kami Wisuda, karena kecerdasannya itu dia mendapatkan beasiswa sampai jenjang S3. Sekarang dia mengabdi sebagai dosen muda di almamater kampus kami tercinta.
“Haha, iya Gib, sudah lama tidak bertemu. Gimana kabar loe?”. Aku mendekatinya sembari memeluknya, sebuah kebiasaan yang sedari dulu kita lakukan kalau bertemu.
“Puji Syukur Alhamdulillah baik..” Jawabnya
Kami melanjutkan obrolan, kebetulan juga timnya sedang beristirahat. Dia bercerita banyak hal, mulai dari pengalamannya sebagai dosen, ketemu mahasiswa baru setiap tahunnya, hingga bercerita tentang kehidupan pribadinya. Dia menikahi pujaan hatinya yang sudah dia dekati semenjak masa-masa kuliah dan dikaruniai anak yang cantik dan lucu.
“gue udah dengar tentang kabar loe dengan si Putri, aku turut berduka atas kegagalan itu”, Ucap Gibran
“Ahh gak papa bro.. udah cerita lama”, jawabku
“Ya walaupun cerita lama, tapi kan loe masih belum bisa move on, buktinya masih jomblo sekarang”, kata Gibran sambil bercanda
“Ahh sial loe, gue masih cari yang terbaik, dan masih belum menemukan sampai sekarang”. Jawabku dengan nada layaknya seorang diplomat.
“masa gak ada sih satupun, itu lho banyak cewek”, kata dia sambil menunjuk remaja-remaja putri yang sedang bersenda gurau.
“Hahaha, emangnya gampang tinggal comot”, balasku
Percakapan kami berakhir saat adzan Maghrib berkumandang, kami berjanji untuk bertemu lagi kalau nanti ada kesempatan.
Aku tetiba kepikiran gadis cantik berkerudung merah maroon yang waktu itu menanyaiku di Camp. Usianya ku perkirakan antara 22 – 25 tahun, sepertinya bukan berasal dari sini, karena tidak ku temui perempuan sini yang tipe mukanya seperti dia. Aku juga sedikit menyesal karena lupa menanyai nama gadis tersebut,
Pukul 19.45 WITA
Selepas Sholat Isya’ berjama’ah, kami terbiasa duduk bersama para pengungsi untuk mendengarkan ceramah di Musholla darurat tadi. Anak-anak berlarian di tengah lapangan, meski hanya bercahayakan rembulan. Hal-hal sederhana yang bisa membantu menyembuhkan trauma mereka akibat gempa.
Tiba.. Tiba..
“Gluruk..Gluruuk….” Suara batuan yang saling bertubrukan dari dalam bumi..
GEMPAA!!!
Anak-anak yang tadinya berlarian langsung terduduk, orang-orang dewasa yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing pun segera keluar dari tempat berteduh mereka. Guncangan gempa yang sangat dahsyat, listrik yang tadinya digunakan untuk menyalakan lampu langsung padam. Gelap.. Gelap Gulita, semua langsung menyebut nama Tuhan, berdo’a, memohon  ampunan. Teriakan histeris terdengar dari seluruh penjuru kota. Bangunan Ruko 2 lantai di depan alun-alun tersebut runtuh, hanya tersisa 1 lantai. Aku pun merasa sangat takut, ini pertama kalinya kurasakan gempa selama hidupku. Beginikah Kiamat itu?
6 notes · View notes
holopiscom · 20 days ago
Text
120 Warga Lakukan Evakuasi Mandiri Pasca Erupsi Gunung Ibu
JAKARTA – Bencana erupsi Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara membuat kondisi sejumlah warga menjadi panik dan melakukan evakuasi mandiri. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, setidaknya ada sebanyak 120 warga desa mengungsi sementara. “Warga pindah ke Pos Pengungsian di Gereja Tongotesungi di Desa Akesibu Kecamatan Ibu,…
0 notes
jurnalsultra · 3 months ago
Text
Gibran Tinjau Lokasi Pengungsian Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi
Flores Timur, JurnalSultra.com – Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming, melakukan kunjungan ke lokasi pengungsian terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (14/11). Dalam kunjungan tersebut, Gibran meninjau langsung kondisi pengungsi di sejumlah pengungsi antara lain Pos Lapangan Konga, Kobasoma, Lewolaga, dan Lewoingu.…
0 notes
cyberdelusiondream · 11 months ago
Text
Bupati Sukabumi Pastikan Warga Terdampak Bencana Tanah Longsor Kebutuhannya Terpenuhi
berantasonline.com (Sukabumi) Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami memastikan berbagai kebutuhan masyarakat yang terdampak bencana tanah longsor di Kampung Cibatuhilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang mengungsi di pos pengungsian terpenuhi. “Kedatangan kami ke lokasi pengungsian penyintas bencana tanah longsor di Kampung Cibatuhilir ini memastikan masyarakat yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
baliportalnews · 1 year ago
Text
Dinas Kesehatan Kota Denpasar Buka Pos Kesehatan Bagi Petugas di TPA Suwung 
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Dalam upaya penanggulangan dampak kesehatan akibat kebakaran di TPA Suwung, Dinas Kesehatan Kota Denpasar membuka pos kesehatan di dua lokasi, yaitu TPA Suwung dan tempat pengungsian di Kelurahan Serangan, pada Rabu (1/11/2023). Adapun jam operasional pos kesehatan di TPA Suwung dibuka selama 24 jam, yang terbagi ke dalam tiga shift penjagaan.  Sedangkan di tempat pengungsian Kelurahan Serangan dibuka dua shift, yakni pagi dan sore hari. Petugas medis yang terlibat di pos-pos kesehatan itu adalah berasal dari Puskesmas se-Kota Denpasar, RSUD Wangaya, PMI, BPBD dan bantuan dari klinik Kimia Farma yang sebelumnya telah dibuka selama 4 hari sejak kejadian bencana kebakaran di TPA Suwung. Kegiatan pemeriksaan kesehatan kepada petugas di TPA Suwung melibatkan 4 orang dokter yang terdiri dari 3 orang dokter umum dan 1 orang dokter spesialis paru dengan dibantu oleh tenaga paramedis. Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. A.A. Ayu Candrawati saat dihubungi mengatakan, kasus yang banyak dikeluhkan akibat dampak dari kebakaran itu meliputi batuk, pilek, sesak, mual, dan juga diare. "Tadi pagi sdh dilaksanakan pemeriksaan kesehatan massal kepada petugas di TPA Suwung, dan kasus yang banyak dikeluhkan adalah batuk, pilek, sesak , mual, dan juga diare," ungkapnya. dr. Candra menambahkan, dari hasil kegiatan pemeriksaan kesehatan kepada 50 orang petugas di lokasi, tindakan medis telah diberikan berupa pemeriksaan tensi dan pemberian obat sesuai indikasi penyakit. "Pos kesehatan ini tetap akan dibuka sampai tanggal 8 November 2023 sesuai dengan adanya surat pernyataan tanggap darurat," tutup dr. Candra.(bpn) Read the full article
0 notes
realita-lampung · 2 years ago
Text
Respon Cepat Datangi Lokasi Longsor, Warga Sampaikan Apresiasi
Tumblr media
LAMPUNG BARAT - Bencana alam tanah longsor yang terjadi diwilayah Pekon Sidumulyo, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat mengakibatkan 17 rumah warga tertimbun. Mendapatkan kabar itu Kapolres Lampung Barat AKBP Heri Sugeng Priyantho, S.IK, MH, bersama jajarannya dan anggota Kodim 0422/LB dan BPBD Pemkab Lampung Barat langsung mendatangi lokasi. Akibat tanah longsor itu selain menimbun 17 rumah warga juga mengakibatkan tertutupnya akses jalan dan rusaknya perkebunan kopi milik warga setempat. Atas respon cepat Kapolres Lampung Barat itu, Safar salah seorang warga Pemangku IX Pekon Sidomulyo, Kecamatan Pagar Dewa menyampaikan apresiasi warga kepada jajaran Polres Lampung Barat, Kodim 0422/LB dan BPBD Pemkab Lampung Barat yang dengan cepat turun langsung membantu evakuasi warga dan mendirikan pos pengungsian dengan memberikan bahan makanan. Diketahui bencana alam tanah longsor di Pekon Sidomulyo itu terjadi diakibatkan curah hujan tinggi yang terjadi pada hari Kamis 9 Maret 2023 sekira pukul 06.30 WIB. Untuk wilayah yang terdampak bencana alam tanah longsor tersebut merupakan daerah perbukitan yang terdapat pemukiman warga dan perkebunan kopi. Meski kejadian bencana alam tanah longsor ini tidak ada korban jiwa, tapi sebanyak 61 kepala keluarga terkena dampaknya dan saat ini sedang mengungsi di 6 titik lokasi pengungsian. Kapolres Lampung Barat mengimbau kepada seluruh warga yang masih menempati rumahnya di wilayah rawan longsor agar bisa ikut mengungsi sementara waktu ke tempat kerabatnya yang lebih aman. Saat ini Polres Lampung Barat bersama Satuan Brimobda Polda Lampung kembali lagi ke lokasi pengungsian untuk memberikan bantuan evakuasi kepada warga. (Yosan) Sebelumnya : Kapolres Lampung Barat Tinjau Lokasi Tanah Longsor Read the full article
0 notes
jalan-yang-lurus · 5 years ago
Text
Pembantaian Ludd; 426 Muslim Palestina Sahur di Bumi, Berbuka Puasa di Langit ( 3 tahun setelah indonesia merdeka )
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Sore itu, penduduk Kota Ludd dan Ramallah baru saja menjalani hari kelima puasa Ramadhan. Makanan takjil sudah siap di masing-masing ruang tamu, masjid-masjid dan fasilitas umum. Namun suasana seperti berbeda, ketika letusan senjata berkali-kali mengotori langit kota.
Ternyata benar, si Moshe Dayan, panglima tertinggi angkatan bersenjata zionis israel telah bersiap melahap kota. Mereka datang dengan tujuan yang bengis; hanya untuk membantai penduduk Palestina, muslimnya dan nasraninya.
Sepanjang jalan Kota Ludd dan Ramallah, terlebih di jalan raya antara Kota Yafa dan Baitul Maqdis jenazah-jenazah muslimin terbujur kaku, penuh darah dan terkoyak. Inilah pertama kalinya serangan udara zionis di bumi Palestina. yitzhak rabin mengutus yagil alon untuk memimpin serangan udara.
Di saat yang sama, gerombolan pasukan bersenjata zionis menyerang darat. Hal ini menyebabkan relawan kemanusiaan dan pasukan perdaimaian Arab berjaga-jaga di pinggiran Lod. Tapi, Inggris menginstruksikan agar mereka angkat kaki dari sana.
Bandara sengaja diblokade oleh tentara zionis, semata-mata dengan tujuan untuk memutuskan suplai bantuan bagi masyarakat Ramallah dan Ludd. Akhirnya kedua kota ini pun dikuasai penuh. Para aktivis tak mampu menahan serangan artileri dan tank-tank Yahudi.
Beberapa remaja pejuang berjaga-jaga di masjid sebagai pos pertahanan. Namun amunisi mereka tidak cukup menahan serangan zionis. Di senja menjelang berbuka, teroris zionis masuk dan membabi-buta melakukan pembantaian. Masjid-masjid penuh darah, aktivis remaja syahid di tiang-tiangnya, dalam keadaan shaum.
Moulay Cohen mencatat kengerian yang luar biasa dalam tragedi pembantaian di Kota Lod dan Ramallah ini. Ia menyebut peristiwa yang mengakibatkan ratusan nyawa melayang dan pengungsian ini dengan kejahatan perang.
Hari itu, 11 Juli 1948 bertepatan dengan 5 Ramadhan 1367 Hijriah, 426 mujahid makan sahur di bumi, dan berbuka puasa di akhirat. zionis merasa dirinya menang telak. Padahal mereka yang syahid hari itu tidaklah wafat. Mereka hidup di sisi Tuhannya. Jasadnya memang tiada, tapi semangatnya telah menular pada 1000 generasi setelahnya!
.
Referensi :
1. http://islamstory.com/-5_رمضان_مجزرة_اللد
2. www.kisahmuslim.com
Tumblr media
7 notes · View notes
yudaaldurra · 5 years ago
Photo
Tumblr media
ASESSMENT KRC OPERASI PEDULI GEMPA MALUKU 1. a. Lokasi Posko dan Pengungsian : Pulau Haruku, Maluku Tengah b. Kondisi : hujan dan gempa susulan c. Waktu Operasi : fleksibel d. Sasaran Operasi : Pemberian Bantuan dan Motivasi. e. Jumlah Tim : 2 orang f. Jumlah Pengungsi : 3000 Jiwa g. Masa Tanggap Darurat : 26 september -9 oktober 2019 Catatan Relawan KRC di Pengungsian : PENDAHULUAN 2. Program Emergency Responce  Buka Posko  Pengiriman Bantuan  Trauma Healing DOKUMENTASI 1. Mempersiapkan peralatan dokumentasi 2. Pengambilan foto-foto kegiatan dengan pembagian sbb :  Kegiatan Trauma Healing  Kegiatan Dapur Air dan Bantuan Logistik  Kegiatan Layanan Pengobatan 3. Pemilahan dan Pemilian foto dan video KERJASAMA 1. Pembuatan Rilis dan pengiriman berita 2. Koordinasi LOGISTIK 1. Mensuplai kegiatan tim terutama tim di lapangan 2. Mempersiapkan barang bantuan (bantuan yang sudah ada didistribusilkan) 3. Merapikan barang bantuan 4. Mengatur arus barang masuk dan keluar ADMINISTRASI 1. Melengkapi administrasi standar posko seperti buku tamu 2. Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana 3. Membuat Laporan kegiatan yang telah dilakukan (dokumentasi) 4. Memcari pos logistic yang strategis KEBUTUHAN SAAT INI: 1. RENCANA 1. Koordinasi dengan Lembaga NGO 2. Penyaluran bantuan Bertahap 3. Trauma Healing Bersama Keterangan : Rencana Jumlah SDM yang akan melakukan aksi dengan rincian sbb: Kerusakan rumah ringan 222 unit, sedang 67 unit, berat 20 unit Jumlah total lansia (lanjut usia)=243 Jumlah balita (207) Catatan resahan dan kebutuhan penyintas: 1. Layanan Psikososial 2. Layana Kesehatan 3. Dapur Umum 4. Dapur Air 5. Selimut 6. Air Mineral 7. Makanan Sehat Instan 8. Kebutuhan Ibu Hamil 9. Matras / Tikar 10. Obat-obatan Yuk terus support relawan dan warga terdampak untuk meminimalis dampak dari gempa dengan berdonasi melalui : Bank Mandiri 124000 7828842 a.n Korps Respon Cepat. Kode unik 999 Jangan lupa untuk konfirmasi 0853-7015-2310 #PanjangUmurPerjuangan #PanjangUmurKemanusiaan #gempaMaluku #gempaAmbon #Peduli #kemanusiaan #PeduliMaluku #relawanKemanusiaan #relawanKRC Ttd Koordinator Lapangan NENGSIH KLEDAR +62 821-5070-5519 (at Haruku, Maluku, Indonesia) https://www.instagram.com/p/B3Du2M0nVwW/?igshid=19s28kj2l4r3r
1 note · View note
khoiriyalatifa · 6 years ago
Text
Cerita Perjalanan: 21 Hari di Lombok
Belum selesai duka Lombok, Palu dan Donggala sudah memanggil kita. Ekspresi pertama saya dan kawan-kawan ketika mendengar berita gempa dan tsunami Palu pertama kali adalah “Allahu Akbar, kasihan sekali negara ini.” 
Pasalnya, kami tahu betul bahwa semua anggaran nasional untuk penanggulangan bencana (selama tahun 2018) beserta sumberdaya manusianya hampir seluruhnya terkonsentrasi ke Lombok. Lalu, sedetik setelah gempa terjadi, kantor ribut setengah mati (Oiya, saya kerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana, biasa disebut BNPB). Seperti itulah setiap ada bencana besar terjadi. Notifikasi grup di handphone tidak berhenti sampai tengah malam, sampai keesokan harinya, sampai saat ini.
“Yaya, standby ya, kemungkinan berangkat besok pada kesempatan pertama, penerbangan paling pagi.” adalah kata-kata yang familiar, yang artinya kita harus siap untuk tinggal lama di lokasi bencana.
atau, pernah lebih ekstrim lagi seperti ini.
“Yaya siap rolling ke Lombok, berangkat malam ini.” disampaikan siang hari menuju sore yang artinya nggak ada banyak waktu lagi buat packing, alhasil bawa baju minimal yang kemudian menjadi itu-itu lagi yang dipakai.
Karena tidak diterjunkan ke Palu, saya ingin berbagi cerita dengan kawan-kawan tentang pengalaman saya terjun di tanggap darurat Gempa Lombok. Dengan mendapat gambaran di Lombok, kawan-kawan dapat membayangkan sendiri bagaimana tanggap darurat di Palu akan dilakukan.
Kenapa saya akhirnya ingin cerita? Karena banyak orang yang ternyata cuma bisa nyinyir tanpa tahu bahwa pemerintah sudah bekerja semaksimal mungkin. Sedih sekali.
APA YANG BNPB LAKUKAN?
Banyak yang tidak mengetahui apa itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kami seringkali disamakan dengan BASARNAS (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan). Memang sih, seragam lapangan kami sama-sama oranye, tapi tugas kami jauh berbeda. BASARNAS bertugas secara teknis mencari dan menyelamatkan korban bencana. Terjun langsung dan menyebar ke lokasi-lokasi dengan kerusakan paling parah adalah tugas BASARNAS selama bencana. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (dan Dinas Kesehatan setempat) bertugas mengkoordinasikan semua sumberdaya kesehatan dan mendirikan Rumah Sakit Darurat jika Rumah Sakit di lokasi bencana tidak dapat dimanfaatkan. Korban terluka dan meninggal yang ditemukan oleh BASARNAS kemudian diserahkan kepada Kemenkes untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
Dua tugas tadi seringkali disematkan pada BNPB. “Oh, mbak kerja di BNPB bagian kesehatannya?” adalah pertanyaan yang seringkali terlontar ketika naik ojol. Kemudian saya bingung jawabnya wkwk.
Pemahaman ini nggak bisa disalahkan juga sih. Pengetahuan umum masyarakat tentang penanganan bencana memang masih mentok pada dua hal itu, pencarian dan penyelamatan korban serta pengobatan. Tapi, sebenarnya ada hal yang lebih besar yang menaungi semua kegiatan itu, namanya manajemen tanggap darurat bencana. Dan, BNPB adalah yang diamanahkan untuk itu. 
Dalam Instruksi Presiden No 5 Tahun 2018, BNPB bertugas mengkoordinatori seluruh Kementerian dan Lembaga untuk mempercepat penanganan darurat dan transisi darurat ke pemulihan di Lombok. Arah gerak Kementerian dan Lembaga Nasional direkam oleh BNPB kemudian dilaporkan kepada Presiden setiap bulan selama masa tanggap darurat (biasa disingkat TD) dan selama masa rehabilitasi dan rekonstruksi (biasa disingkat RR).
BAGAIMANA MANAJEMEN TD BENCANA DILAKUKAN?
Sebelumnya saya ingin menjelaskan sedikit tentang struktur organisasi penanggulangan bencana yang dilakukan di Indonesia. Komando Tanggap Darurat bencana ada di tangan TNI. Jika status bencana adalah bencana daerah, maka posisi ini biasanya dipegang oleh Komandan Kodam atau Komandan Kodim. Jika status bencana adalah bencana nasional (atau status tetap bencana daerah namun membutuhkan bantuan nasional) maka posisi ini dipegang oleh Panglima TNI atau yang ditunjuk mewakilinya.
BNPB dan kementerian/lembaga lain sebagai pihak sipil memposisikan diri di samping TNI sebagai pendamping, pemberi masukan, perencana dan pendukung finansial. BNPB biasanya mendirikan POSPENAS (Pos Pendamping Nasional) yang bertugas memberikan pendampingan kepada TNI beserta sturktur di bawahnya dalam penanggulangan bencana. Kalau teman-teman pernah nonton Descendant of The Sun, ya gambarannya macam itu lah ya. Kalau di drama itu pihak sipilnya pakai rompi-rompi yang menunjukkan identitas gitu, begitu jugalah kami setiap terjun ke lokasi bencana wkwkwk (merasa mirip :P).
BNPB sendiri terbagi menjadi empat kedeputian dengan tugas yang berbeda serta mempunyai dua pusat, yaitu Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) dan Pusat Data, Informasi dan Humas (Pusdatinmas). Empat kedeputian dan dua pusat itu ketika terjun ke lapangan dinaungi oleh satu pos, yaitu Pos Pendamping Nasional, bersama dengan kementerian dan lembaga lain.
Saya bertugas di kedeputian satu, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Kedeputian ini mempunyai satu pusat baru yang dikembangkan guna mendukung analisis bencana, namanya Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana). Tugas Pastigana dalam tanggap darurat adalah memberikan analisis cepat terkait bencana yang terjadi. Kami biasa bekerjasama dengan BMKG, PVMBG, Badan Geologi, BIG, PU, KLHK dan kementerian/lembaga lain untuk menghasilkan analisis yang akurat. Makanya, kami tuh broooo banget wkwkwk.
Salah satu analisis cepat yang dihasilkan adalah analisis perkiraan jumlah penduduk terdampak. Analisis ini bermanfaat sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan dalam menerjunkan pasukan atau bantuan. Tentu banyak analisis lain yang dilakukan yang kepentingannya untuk pengambilan keputusan yang lain. 
Ketika terjadi bencana besar, jangan ditanya lagi kapan kami pulang. Gempa Lombok yang lalu, teman-teman kami yang mendapat shift malam harus menginap di kantor hingga jam 2 pagi, pulang ke kos untuk bersih-bersih kemudian harus sampai ke kantor lagi jam 7 pagi. Kebetulan, gempa lombok lalu terjadi saat weekend (dan kebanyakan bencana besar terjadi saat weekend. Ini sih misteri yang sampai saat ini belum kejawab juga). Tim yang sedang libur dengan sangat terpaksa harus dipanggil untuk merapat ke kantor, ikut lembur dan menginap. Jika BNPB saja seperti ini, BMKG (yang dari kemarin dinyinyiri terus karena sistem EWS tsunaminya itu) lebih-lebih lagi. Di BMKG, sistem shift adalah makanan sehari-hari. Jangan tanya hari libur, mereka nggak kenal hehe.
Selama di lapangan, Pastigana bertugas menganalisis data yang terus bergerak selama proses tanggap darurat. Contoh riilnya selama di Lombok kemarin kami menganalisis sebaran bantuan dana stimulan rumah rusak berat: wilayah mana yang sudah mendapat bantuan, wilayah mana yang belum, apakah sebarannya sudah merata, apakah terjadi terjadi dobel bantuan dan hal lainnya. Analisis dilakukan hingga skala desa, daftar nama diberikan kepada pihak nasional untuk kemudian diterbitkan buku tabungan guna penyaluran dana bantuan. Analisis-analisis tersebut disampaikan dalam tabulasi dan peta-peta. Kenapa harus dalam peta? Jawabannya agar sebarannya terlihat secara spasial dan mudah dimengerti. Nah, makanya ayo kuliah di Fakultas Geografi UGM #lohh
Sampai di sini, cukup dimengerti ya bahwa penanggulangan bencana tidak hanya hal teknis terkait penyelamatan korban. Ada pihak-pihak yang fungsinya penting namun tidak nampak oleh masyarakat, kayak PVMBG contohnya. Tugas PVMBG (biasanya bekerjasama dengan BMKG) dalam penanganan bencana sama sekali tidak menyentuh ranah teknis. Mereka terjun ke lapangan untuk menganalisis kejadian dan menyampaikannya kepada Presiden guna pengambilan keputusan. Misalnya, analisis risiko bencana kedepan berdasarkan letak sesar dan kekuatannya yang berguna bagi keputusan pemindahan lokasi perumahan. Kementerian PUPR yang menyiapkan desain rumah tahan gempa untuk persiapan masa rekkonstruksi dan rehabilitasi. Pada dasarnya, semua kementerian dan lembaga bahkan lembaga usaha di negara ini bergerak untuk mengatasi bencana sesuai dengan UU No 24 Tahun 2007.
21 HARI DI LOMBOK
Sejak mendapat arahan untuk rolling dengan kawan yang di Lombok, sudah firasat bakal lama di sana. Dan ternyata iya. Dua puluh satu hari itu lama bagi saya, tapi tentu ada yang lebih lama, 2 bulan.
Selama di Lombok, kami berkantor di Pos Pendamping Nasional di bekas Bandara Selaparang (bandara lama sebelum ada Lombok Praya International Airport) bersama TNI dan kementerian/lembaga lain. Kondisi Bandara Selaparang saat kami gunakan lumayan baik, cuma atap-atapnya aja yang jebol wkwk. Seringkali atapnya bergetar ketika ada angin kencang. Hal itu bikin insecure karena bisa saja tiba-tiba lepas seng dan jatuh ke bawah.
Oiya, mendengar pesawat hercules atau helikopter TNI hilir mudik dari Halim Perdanakusumah ke Selaparang adalah hal biasa. Melihat Asisten Operasi TNI marah-marah ke pasukannya juga adalah hal biasa. Lari-lari dikejar deadline laporan ketika Presiden mengabarkan datang juga adalah hal biasa. Jalan jauh dulu demi ke toilet juga hal yang biasa. Dilarang masuk apel oleh Paspampres karena telat akibat salah jalan juga biasa. Di Bandara Selaparang, air wudhunya bercampur besi, dan itu juga biasa wkwkwk. 
Oiya, kalau orang-orang ke Gili Trawangan demi liburan, kami demi rapat dengan Pak Luhut. Wkwkwk. Kalau ini sih luar biasa. Demi rapat doang doong harus ke Gili hhhmm. Perjalanan pulang dua jam naik kapal itu bikin salah satu teman masuk angin. “Aku rasanya almost die.” katanya, yang bukanya dikasihani tapi malah diketawain.
Setiap turun dalam tanggap darurat bencana, kami selalu ditekankan untuk menjaga diri sendiri. Maka dari itu, kalau ditanya tidur di mana, kami selalu tidur di penginapan, bukan di tenda pengungsian bersama masyarakat. Kami selalu diberi pesan seperti ini “Jaga diri sendiri, jangan lupa istirahat. Kalau kalian kena musibah atau sakit, siapa yang akan mengurus Indonesia?” wkwkwk asik banget kalimatnya. Namun, hal itu bukan berarti kami tidak ikut merasakan kesedihan. Jika ada kesalahan kebijakan sehingga menyebabkan masyarakat menderita, BNPB adalah pihak pertama yang merasa bersalah.
Jadi, inti dari tulisan panjang ini apa ya?
Intinya adalah kritik kepada pemerintah itu boleh, tapi sampaikanlah dengan bijak. Kita tidak tahu orang-orang dalam pemerintahan ini sudah bekerja sekeras apa untuk membantu orang lain. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa dalam setiap lembaga ada saja oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal itu tentu bukan menjadi harapan kita bersama.
Oiya, kalian tahu Pak Sutopo Purwo Nugroho? Kalau belum, coba buka akun twitter beliau di @Sutopo_PN. Beliau adalah Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB juga salah satu alumni Geografi UGM yang kece banget luar biasa masyaa Allah! #lahpromosi. Beliau adalah penyintas kanker paru-paru stadium 4B yang setiap bencana terjadi selalu standby memberikan informasi. Meskipun metastase penyakitnya sudah sampai pada tulang belakang, beliau tidak meninggalkan tanggung jawabnya. Sabtu kemarin di saat orang-orang libur bekerja, beliau menggelar konferensi pers di lobby kantor seharian penuh. Tapi, walau sudah seperti itu, masih ada saja yang nyinyir bahwa info bencana telat disebarluaskan. Kayak pengen bilang “Mas, infonya telat bukan karena kita nggak kerja, tapi karena jaringan di sana rusak berat, komunikasi kami terputus sehingga update tersendat.” ke depan mukaknya.
Kita sungguh tidak pernah tahu seberapa besar orang lain sudah berbuat. Setidaknya, dengan menyampaikan kritik dengan baik, kita membantu keadaan selama tanggap darurat bencana tetap tenang, tidak memprovokasi masyarakat untuk tidak percaya kepada pemerintah dan tidak mempersulit keadaan. Sia-sia jika kritik disampaikan dengan nyiyir karena dengan demikian kalian sebenarnya tidak sedang membantu apapun.
Cukup sekian. Salam Tangguh! Salam Kemanusiaan!
Perlu dikasih dokumentasi biar nggak hoax wkwk
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Foto terakhir adalah upaya kami mengusir penat dengan bercanda wkwkwk
55 notes · View notes
liensu · 6 years ago
Text
Kulawi dan Perjalanan yang Mendebarkan
Sabtu, 13 Oktober 2018. Aku, mules, cawet, kak sukma, kak lapi, supir ambulance yang bernama arfa dan satu pemuda Silae melakukan perjalanan ke Kecamatan Kulawi. Tempat yang terbayang bayang dari semalam karena sebelumnya aku mencari data dan deskripsi keadaan wilayah di beberapa pos dari mulai posko pusat korem 132, posko Kab. Sigi sampai Posko Mapala. Daerah yang selalu dideskripsikan mengerikan, banyak kerugian dan aksesnya yang sulit. Hal ini semua yang memenuhi pikiran aku sejak mendapatkan data hingga keberangkatan pagi ini menuju posko Mapala.
Sebelum bertolak ke posko Mapala, aku dan ke 3 temanku membeli beberapa kebutuhan untuk penyintas yang akan kami distribusikan ke daerah Kulawi. sekitar pukul set 12 siang kami berangkat menuju posko Mapala, aku dan beberapa kawan kawan mapala telah menyepakati untuk berangkat bersama menuju Kulawi pada pukul 11 siang namun kenyataannya tidaklaah semudah itu fergusoo...., yaaap sekali lagi itu laah kelebihan orang indonesia apalagi mapala suka sekali melebih lebihkan jam yang telah disepakati. tapi itu semua tidaklah jadi masalah, sembari menunggu kami bercengkrama dengan beberapa mapala lain yang menjadi relawan, sedangkan aku hilir mudik mencari keterangan lebih lanjut mengenai akses menuju kulawi ke ketua posko mapala dan kawan kawan mapala Tadulako lainnya yang tempat tinggalnya di daerah Kulawi. Lagi lagi keterangannya tetap sama "daerah ini itu daerah yang rawan longsor mba, kanan jurang kiri tebing, jangankan abis gempa mba, hari biasa kalau hujan aja tebingnya sering longsor" itu adalah kalimat yang di lontarkan oleh seorang wanita dari jurusan perternakan yang merupakan orang asli kulawi. Semakin banyak cerita yang didapat, semakin penasaran dan berdebar hati ini menantikan betapa serunya perjalanan menuju Kulawi nanti.
Setelah makan biskuit yang disuguhkan oleh rekan rekan mapala, aku pamit izin sholat dzuhur. kembali lagi dengan muka sedikit segar dan lagi-lagi menunggu kesiapan teman mapala untuk menuju lokasi yang sama. sempat terlontar olah senior aku, dia bilang "kenapa kita ngk berangkat duluan aja, kan ada orang Palu yang tau medan?" dengan tegas aku menjawab: "ngk bisa kak, yang tau medan ketika setelah terjadinya gempa itu anak mapala. aku ngk mau ambil risiko lebih besar dengan kesana sendiri tanpa rombongan, jadi sabar aja demi kebaikan kita" yaaap benar aku terlalu cupu untuk berjalan dengan rombongan sendiri terlebih lagi otak aku dipenuhi dengan segala data dan deskripsi orang orang yang telah bercerita tentang akses ke Kulawi. Adzan Ashar berkumandang dan aku kembali izin sholat, setelahnya sempat berdoa untuk keselamatan perjalanan kami.
Tepat pukul 15. 20 WITA, kami berangkat menuju Kulawi, sebuah negeri yang penuh misteri hingga sesekali membuat risau hati bagi siapa yang mendengar deksripsinya. Mobil ambulance yang menjadi kendaraan kami melaju duluan disertai mobil truck putih berisi logistik dan relawan mapala yang mengabdikan diri membantu kulawi nantinya. Jalan terus kita lalui dari universitas tadulako, memasuki wilayah sigi biromaru dan kami pun di sambut dengan hujan ringan memasuki kabupaten Sigi. Hujan tidak menghentikan perjalanan kami, perjalanan dilanjutkan melalui sibalaya, dolo. Memasuki wilayah Tuva hingga Salua terlihat pemandangan yang kehancuran akibat gempa yang parah, kana kiri jalan dipenuhi dengan runtuhan bangunan hampir rata dengan tanah dan tenda tenda pengungsian, banyak anjing anjing yang berkeliaran dijalan. Sesekali melihat beberapa gereja yang hancur, daerah ini mayoritas menganut agama kristen oleh sebab itu banyak sekali anjing dan gereja disepanjang jalan.
Memasuki desa Salua, salah satu desa Di kecamatan Kulawi yang sering dilanda banjir bandang dan longsor karena berada di lembahan. Melewati desa ini semakin terasa petualangan menegangkan pasalnya kontur daerah sudah mulai berubah tak lagi datar, sedikit menyulitkan berkendara. Jalan terus dilalui, kami mulai melewati rumah rumah penduduk dan memasuki hutan dengan tebing di sebelah kiri dan jurang di sebelah kanan. Awalnya jalan raya Poros Kulawi ini nampak biasa, setelah kurang lebih 10 menit melalui hutan baru laaah aku membuktikan apa yang dikatakan orang orang tentang akses menuju Kulawi. Selamat datang di Kawasan Wisata Kab. Sigi, yaaa itu adalah tugu selamat datang sekaligus menandakan perjalanan yang amat mendebarkan akan dimulai. Jalan aspal mulai sempit akibat longsoran sari arah kiri jalan, dipenuhi tanah coklat yang licin akibat hujan. beberapa Longsoran sudah kami hitung, kurang lebih ada 13 longsoran telah kami lalui dengan lancar walau jantung berdegup kencang. Longsoran selanjutanya lebih mengerikan, longsoran yang tepat terjadi di tikungan dengan banyak pohon melintang memenuhi longsoran menimbulkan gundukan tanah licin menikuk yang harus dilalui truck putih dengan bobot sembako dan bantuan lainnya harus melaju melewatinya. beberapa kali supir berusaha keras menekan pedal gas namun tak sanggup pula melaluinya, dan ambulance yang menjadi tumpangan kami yang tepat berada di belakangnya pun heboh dengan suara suara istigfar dan teguran kepada arfa sang supir untuk menjauhi truck karena kami semua takut truck itu tergelincir dan menimpa mobil ini. melihat dengan mata kepala sendiri tepat di depan truck besar tak bisa menaiki jalan dengan gundukan longsor di jalan menukik membuat seisi mobil memasang wajah pucat, gemetar tak karuan. Tak tahan kami duduk di dalam mobil dengan was was, akhirnya seisi mobil keluar. Tak kalah mendebarkannya di luar mobil, pandangan semakin luas melihat semua longsoran di tebing dan jalan yang licin serta jurang yang diselimuti pohon lebat amat dalam di sisi kanan membuat wajah nampak tak karuan, menginjakkan kaki di tanah licin dengan dibahasi rintikan hujan dengan sesekali melihat batu bergelimpangan jatuh dari atas tebing mahkota longsor membuat aku semakin berdebar. Rasa takut, rasa tak percaya telah melakukan perjalanan gila mengambil risiko tinggi mengancam nyawa. dengan ditutupi masker aku menahan takut dan pucat diwajah melihat segala medan yang dilalui. Menyaksikan beberapa kali truck berusaha melewati gundukan longsor licin dengan jalan menukik dan akhirnya bisa dilalui kemudian diikuti oleh mobil ambulance dengan pengendara arfa sekali menekan gas langsung bisa terlewati. sedangkan se-isi mobil ambulance lainnya menegarkan kaki untuk melangkah melewati longsoran tinggi menukik ini dengan berjalan kaki karena tak sanggup menahan ketakutan didalam mobil.
Tumblr media Tumblr media
Longsoran berikutnya kami lalui dengan mulus, tak terasa senja mulai sirna. Diantara longsoran ke 20 kami beristirahat menghela nafas panjang dengan segala ketakutan yang ada. Setelah melewati tebing dengan dipenuhi longsoran di jalan yang berliku-liku ditemani rintikan hujan, beberapa orang menggelar tikar plastik untuk menunaikan sholat maghrib. Di tanah yang datar antara tebing dan jurang dengan sinar fajar yang hampir terbenam menyaksikan dengan jelas longsor didepan dan dibelakang jalan yang dilalui dan bukit bukit yang dihiasi longsor mengelilingi tempat ini. Berbekal air minun di tempat kuning bergambar minion dan senter yang dipinjamkan oleh dukaca (ketua umum yang mempercayakan aku sebagai leader tim) kami berwudhu. Di sini, ditempat menegangkan ini, aku bersujud kepadaMu wahai Illahi dan memanjatkan doa meminta keselamatan dan ketabahan hati melalui jalan ini. Sembari berdoa, aku sadar bahwa kita hanyalah manusia yang sangat kecil, bila Allah berkehendak hanya dengan longsoran tebing yang berada disebelah kiri kami semua akan binasa. Betapa kecilnya manusia dengan segala cobaan yang ada.
Ditemani malam gelap gulita dengan medan yang semakin lama semakin menantang. Karena seringnya truck mundur tak kuat melewati longsor, akhirnya aku yang duduk didepan dipindahkan ke belakang bertukar dengan mules untuk siapsiaga turun bila dan mendorong truck bila butuh bantuan. Ternyata duduk dibelakang lebih mendebarkan, tidak ada mobil di belakang mobil kami, aku hanya bisa melihat kegelapan. Sesekali aku melihat seorang TNI denga motor trailnya berpatroli di daerah ini, membantu orang orang yang mengakses jalan di gunung potong ini, Salut hati ini melihat bapak TNI bertugas. Semakin lama hujan semakin deras, suasa semakin mendebarkan. Beberapa kali kami melewati longsor dan aku menyaksikan tepat disamping kiri aku duduk badan ambulance ini dijatuhi batuan batuan dari atas longsoran, setiap dentuman batu itu membuat jantungku tambah berdegup kencang. Entah di longsoran ke 20 berapa kami menyaksikan dua sepotong kain putih berkibar pada satu ranting tertanam di gundukan tanah longsor yang kami lalui, seketika bulu bulu di tubuh ini berdiri ketakutan dengan detak jantung tak menentu sambil memegang kardus ikan kaleng yang hampir jatuh bila tak ditahan tangan ini ketika mobil menanjak dan menikuk melewati gundukan tanah dengan ranting diikat kain putih itu. Ranting yang tertanam dengan ikatan kain putih itu menandakan ada dua orang yang tertombun longsor pada kemarin. Istigfar terus dipanjatkan di dalam hati untuk mengurangi sedikit rasa takut yang ada. Tak tahan dengan kegelapan dan ketakutan yang ada, arfa sang supir menyetel lagu keras keras demi memecah kesunyian yang ada. Sedikit membantu memecah keadaan ketakutan ini dengan alunan nada yang cepat gembira, namun tetap ketakutan dan ketegangan ini tak mudah hilang hanya dengan alunan nada itu.
Longsoran ke 25 telah kami lewati, akhirnya terdapat juga kehidupan lain selain truck putih dan ambulance yang kami tumpangi. Terdapat beberapa antrian kendaraan yang mau memasukin desa Namo, merupakan pertanda berakhirnya petualangan menegangkan melalui gunung potong. Sedikit lega sudah melalui 25 longsoran luar biasa itu, namun perjalanan masih panjang untuk sampai ke desa Bolapapu yang merupakan ibukota dari kec. Kulawi. Antrian panjang mulai terlerai, kami pun perlahan melaju menuju Bolapapu. Tepat Pukul 8 malam kami sampai di desa Bolapapu, berhenti di dekat lapangan besar dan singgah di gudang logistik untuk meregangkan kaki dan mengembalikan detak jantung. Ingin rasanya langsung memejamkan mata, namun tugas belum usai kawan. Kami harus mencari data dan tempat menginap karena kami tak mungkin bersatu dengan mapala lain, sekali lagi karena kami punya misi sendiri. Akhirnya mules dengan segala ketidaksengajaannya bertemu dengan kepala desa Boladangko. Kemudian mengajak aku untuk mewawancara bapak Thomas kepala desa Boladangko untuk mengetahui data dampak dan kebutuhan desa ini. Dengan sigap aku dan kawan lainnya melangkah menuju pengungsian pak Thomas. Obrolan dibuka dan aku pun mulai menyalam mencari data dari pak Thomas. Dengan ditemani gonggongan anjing dan secangkir teh serta kopi hangat kami bercengkrama.
Tumblr media
Perut yang sedari siang lapar terisi dengan mie instan dan nasi, sayangnya hanya aku yang tidak bisa menyantap mie dengan kuah hangat karena usus yang bermasalah ini alhasil aku hanya bisa menikmati hangatnya nasi yang dibasahi kuah mie. Tak jadi masalah bagiku asal masih bisa makan di daerah terdampak seperti ini saja sudah bersyukur. Malam sudah mulai larut, kami pun ditawarkan untuk menginap di salah satu rumah tingkat kayu yang tidak hancur akibat gempa 28 september silam. Diantarlah kami oleh seorang bapak bertubuh gemuk ke rumah kayu yang terletak di depan kantor koramil dekat lapangan desa Bolapapu, sesampainya didepan halaman rumah kami disambut dengan gonggongan keras beberapa anjing. Dipersilahkanlah kami memasuki ruang tamu dilantai 2. Daerah ini tak ada listrik semenjak gempa terjadi, masyarakat hanya mengandalkan genset untuk menerangi pengungsiannya. Kebetulan rumah ini tidak dialiri listrik dari genset yang ada di pengungsian karena jaraknya yang cukup jauh menghabiskan banyak kabel bila ingin dialiri listrik dengan genset. Senter tenda dari dukaca sekali lagi berguna untuk kami memgambil air wudhu sebelum menunaikan sholat Isya. Satu buah cahaya senter yang menerangi ruangan cukup besar menemani kami beribadah. setelah berdoa kami pun beranjak untuk tidur, aku menyinari seluruh ruangan untuk mencari posisi tidur yang nyaman. Senter pun aku arahkan kearah tembok sebelah barat terkejut aku ketika menyaksikan beberapa lukisan yesus dan salib di tembok, tepat menghadap lukisan yesus itu kami ngenghadap untuk solat isya tadi. Tak disangka tak diduga kami solat didepan lukisan yesus. Disinilah kami belajar untuk saling menghargai dan toleransi beragama. Asalkan tidak saling mengganggu dan menjelekkan agama masing-masing kita dapat hidup berdampingan.
Sekali lagi yang aku sukai dari petualangan ditengah bencana adalah mereka semua saling membantu tanpa mempertimbangkan suku, bangsa dan agama bersatu demi bertahan hidup dan menjalankan aktivitas dengan normal.
Kulawi, membuat aku yang kata orang lain kuat sekekita terlihat lemah. Perjalanan mendebarkan dan memberi katakutan yang amat sangat dalam hidup ini. Lika-liku jalan yang luar biasa, mengajarkan untuk tetap tegar dengan segala situasi dan ketakutan yang ada.
2 notes · View notes
qurrotaa-yunilf · 6 years ago
Text
Jurnal (Relawan)
Setelah sekian lama melanglang buana di situ situ aja dengan dokumentasi sekedar foto dan tulisan singkat di media sosial instagram, akhirnya gue kembali lagi ke akun tercinta ini yang sudah menemani gue selama kurang lebih enam tahun. Lima tahun sih sebetulnya kalau aja tumblr ga di banned tahun lalu dan gua baru tau di tahun ini tumblr udah bisa digunain lagi.
Setelah banyak pula reblog, gue pun akhirnya ‘nulis’ lagi di sini.
Sebetulnya (lagi), ini tulisan gue di akun blog baru gue (iya baru, yg lama lupa passwornya) di platform satunya lagi karena belum tau kalau tumblr udah bisa dipakai lagi. Jadi baru ini gue sempat migrasiin tulisan yg agak layak untuk dipublish. Hahaha
Beberapa waktu lalu, gue beranjak dari rumah untuk menjadi relawan atas bencana di sedikit pesisir pantai Banten. Kenapa gue bilang sedikit? Karena memang gak menyeluruh. Kalau bisa si jangan menyeluruh atau jangan ada bencana.
Tapi sangat disayangkan, gue berangkat bukan dari 'rumah' tempat gue lahir dan berlindung. Karena satu dan lain hal, gue ikut menjadi relawan lembaga lain. Lembaga yg sudah besar dan punya nama di Indonesia. Maaf, gue ga akan sebut namanya, pokonya ****. Nahloh, apaan tuh. Apapun itu, YG terpenting, selama bermanfaat bagi sesama makhluk Allah, gue akan coba lakukan yg terbaik.
Di 'rumah', gue diajarkan bahwa definisi singkat kemanusiaan adalah memanusiakan manusia. Sedangkan dalam konteks lingkungan hidup, menjaga kelestarian lingkungan dimulai dari hal kecil dan diri sendiri. Sebelum melangkah lebih jauh, hal-hal itulah yg selalu gue tanam di kehidupan gue. Ya, secara ga langsung dan sadar ga sadar, seperti itu.
Baiklah.. mungkin temen-temen masih banyak yg belum tau, ya. Kalau di Indonesia itu ada banyak lembaga kemanusiaan. Termasuk organisasi gue, walaupun di bawah naungan kampus. Namun dari banyak itu, yg terkenal hanya beberapa. I won't mention it. You can search for it. Sebagian besar pasti membuka posko di lokasi dan menggalang donasi di 'kantor' pusat masing-masing.
Namun, saat ini posko bantuan yg berada di lokasi bencana itu ada buanyak banget! Bukan hanya dari lembaga kemanusiaan aja, tapi dari parpol pun ada. Ya, itu hak si.. tp gue harap, gaada yg namanya kampanye terselubung di momen spt itu, ya. Walaupun kata orang kehidupan kita itu berpolitik, tapi gue gak suka itu saat momen itu. Cukup jadi obrolan-obrolan ringan aja di warung kopi atau di kosan bareng temen-temen. Hehe
Oke. Apa aja si yg gue lakukan selama di lokasi bencana? Banyak. Tp ga banget. Karena setiap orang udah memiliki tupoksinya masing-masing. Jadi ga perlu bingung mau ngapain, apalagi yg sebelumnya udah pernah ke lokasi bencana, mungkin akan lebih paham dengan keadaan.
Tapi, apa yg gue rasain? Gue bingung. Hahah
Jadi gini. Untuk memberikan bantuan kepada penyintas dengan tepat sasaran, kita memerlukan yg namanya pencarian data (assessment). Nah, assessment ini terbagi menjadi.. gue lupa. Tiga atau empat gitu. Paling mendasar itu kita perlu melakukan rapid assessment, lalu selanjutnya (lupa lagi hehe) ada need dan indeep assessment. Entah ada lagi atau cuma tiga itu. Masing-masing assessment ini beda-beda tujuannya. Masing-masing lembaga pun juga sepertinya beda-beda formatnya.
Yg bikin gue bingung saat pertama kali bergabung di sini, gue ikut dengan tim assessment. Salahnya di awal, gue dan beberapa kawan ga ditunjuk langsung di tim apa. Kita jalan aja sesuai kemampuan yg kita punya di bidang disaster management ini. Dan ternyata... Itu assessment utk psikologis! Ada rapid assessmentnya juga sih, singkat. Tapi asli gue ga ngerti sama sekali dan.. pencarian data dilakukannya ke posko-posko penyintas. Bukan ke.. apa deh bahasanya. Sektor pemerintah terkecil mungkin. Karena ya mungkin berkaitan dengan psikologis, harus berhadapan dengan penyintasnya langsung. Idk 
FYI, penyintas (gubahan dari kata korban pengungsian) bencana di Banten kemarin itu gak kumpul di satu titik. Melainkan nyebar ke rumah-rumah yg berada di ketinggian/bukit-bukit atau tempat teraman yg sekiranya jauh dari bibir pantai. Lebih parahnya lagi, mengungsinya ke beda kecamatan. Nah! Itu yg amat sangat menyulitkan pencarian data. (Mungkin di beberapa kasus bencana juga banyak yg seperti ini, Cuma gue masih kurang jauh mengeksplor dan melangkah)
Setelah tim assessment yg beda itu selesai tugas di satu pos, mereka pindah ke pos di daerah lain yg juga terdampak. Alhasil, tim semakin sedikit.
Gue yg terdaftar sebagai relawan selama sepekan, jd seperti hilang arah. Gue berada di bawah naungan lembaga lain yg gue gabisa semerdeka gue melakukan apa yg menurut gue benar di bawah ajaran 'rumah' gue. Alhasil, ditunjuklah gue jadi koor. logistik bantuan. Gue peralihan gitu. Asli. Pencatatan sebelumnya menurut gue amat sangat membingungkan. Jujur saat itu gue pun lupa gimana gue mendata bantuan saat di posko longsor Purworejo tiga tahun lalu. Alhasil gue minta tolong sana sini di pos itu yg kebanyakan juga baru. Mau nelpon sohib gue, tp masih di gunung. Apa udah turun tp blm aktif gitu ya orangnya.
Setelah beberapa masukan, gue membakukan catatan logistik versi gue.
Jadi koor logistik itu enak gak enak. Enaknya, bisa memerintah para lelaki utk jadi kang panggul logistik (kapan lagi kan bisa 'nyuruh2' hahaha), menunjuk orang menjadi pj (di bagian ga enak akan ketauan tugas2nya), dan berwenang utk menyetujui keluarnya logistik. Ga enaknya... udah tentu bertanggungjawab dengan hal2 yg berhubungan dengan logistik seperti ruang penyimpanan logistik bantuan dan relawan, konsumsi relawan dari pagi sampai malam, transportasi mobile di posko, bahkan ruang utk tidur, tuh, logistik juga tu yg ngatur.
 O ya, mungkin temen-temen juga belum tau, ya. Kalau relawan terdaftar lembaga besar itu, punya tempat khusus sendiri utk singgah dan istirahat. Bisa rumah warga yg masih dalam keadaan baik, atau barak sendiri. Ga nyatu dengan penyintas. Begitu si menurut pengalaman gue dan kawan-kawan yg sempat tergabung dengan lembaga besar. Jadi kalau nanti kalian terdaftar di suatu lembaga utk jadi relawan, jangan khawatir! Aktrans dan konsumsi kalian terjamin! ;)
 Kembali ke tugas gue sebagai koor logistik, yah, gue benar-benar menyesal sih. Gak bisa menghendel semua dengan baik. Yg paling gue nyesel-nyesel banget. Gue gak berhadapan dan berkomunikasi langsung dengan penyintas. Satu, karena mereka mengungsi di tempat-tempat terpisah. Bahkan siang entah dimana, sudah melakukan aktifitas biasa, tp malam di pos pengungsian yg terpisah-pisah itu. Dua, tupoksi gue ‘memaksa’ gue untuk terus ada di posko. Padahal gue udah bikin semacam form untuk pendataan apabila ada barang masuk dan keluar. Jadi bisa dibackup juga untuk yg lain urus logistik karena pasukannya saat itu cukup lumayan membantu. Tiga, logistik yg kita distribusikan, dikelola lagi dengan pemangku desa. Ga bisa langsung ke penyintas. Ga bisa mengajak mereka untuk ‘gerak bareng’. Jadi gue pikir, ini ibarat toko yg disuplai dari para donatur, kemudian didistribusikan lagi ke Cabang. Maaf kalau mungkin diksi gue ini kurang tepat. Di sini gue hanya masih belum menemukan makna dari memanusiakan manusia. 
Beberapa hari pertama, gue senang udah bisa ngebaur dengan yg lain. Tapi silih berganti, gue jadi bosen banget dengan peralihan orang-orang baru. Walaupun alhamdulillah cpt akrab. Tapi ga se-akrab dan se-menyenangkan tim pertama. Sorry
Satu persatu relawan balik kanan. Perempuan yg tersisa di posko tinggal gue dan dua orang teman gue. Saat itu gue lagi pusing-pusingnya. Lalu, temen gue ini bisa dikatakan relawan lokal yg terdaftar. Jadilah gue dan sebut saja Syakib, pergi ke fotokopian dengan naik motor lalu belok ke pantai.
Gak lama sih. Cukup mengobati kepenatan gue yg sebenarnya emang pengin banget ke pantai. Tapi buat liburan, bukan jadi relawan. Hehe. Tapi gapapa. Kata Bapa kudu ikhlas. :')
 Btw, jadi keinget setiap Bapa ngasih wejangan di pesan singkat saat di lokasi, gue mau nangis. T__T
Sama kalau Bapa mau tf uang. Mau nangis juga. Dengan halus gue tolak. Kenapa?
Bukan, bukan sok, ya. Tp mesin ATM terdekat di sana saat itu lagi rusak. Ga bisa dipake. Ini serius.  Saldonya malah berkurang. Hahaha
 Ah! Penting. Pesan gue untuk siapapun dengan jabatan setinggi apapun. Saat di lokasi bencana, saat kalian memutuskan untuk jadi relawan, kalian gak bisa ya yg namanya benar-benar hidup enak. Nyari nyaman bole. Tapi gak nyusahin orang lain. Pinter-pinter liat sikon dan kondisi lagi berada dimana. Kalau mau makan tidur mandi enak dan nyaman, ya di rumah aja.
Yg terpenting dari semua itu si... adalah mental. Harus kuat-kuat ngadepin berbagai karakter baik sesama relawan maupun masyarakat atau penyintas dan pinter-pinter baca tanda alam.
 Sejauh-jauhnya kaki melangkah, senyaman-nyamannya tempat tujuan. Tempat kembali ternyaman ya rumah. Gatau ini kata siapa. Tapi bener banget.
Yah, gue pun kembali ke 'rumah'. Tapi bukan ke Tangsel. Melainkan ke daerah Sumur. Kalau kalian lihat berita, kalian pasti tau Sumur itu di mana, gimana, dan kenapa.
FYI, Sumur ini lokasinya sebetulnya ga jauh-jauh amat. Dari Tanjung Lesung, kira-kira satu jam perjalanan normal. Tapi jalurnya itu lho. Bikin meringis mau nangis.
 Gue ngapain sih ke Sumur? Well, di sana ada saudara-saudara gue dari 'rumah' yg sama. Gue udah bilang ke tim kampus kalau gue kondisinya lagi ga fit saat itu karena ‘kecelakaan’ kecil. Tp mereka memohon, utk sehari aja gue berada disana dengan suatu alasan. Baru setelah itu gue balik lagi ke Tangsel. Dan.. waw banget sih. Serem! Gimana keadaannya, akan gue tulis di postingan selanjutnya, ya. Yg pasti, saat bersama mereka lagi, meskipun di tempat yg cukup mencekam, kehidupan kerelawanan gue jadi lebih berwarna. Hehe
Itu tadi sedikit gambaran pengalaman gue saat jadi relawan. Ga banyak, tp semoga bermanfaat, yes.
Jika ingin bertanya yg berkaitan dengan tulisan, sila komen atau dm, ya.
Selamat malam, selamat istirahat!
 Februari 2019
With Love,
QAF
2 notes · View notes
holopiscom · 2 months ago
Text
BNPB : 2.500 Korban Banjir Sukabumi Harus Segera Direlokasi
JAKARTA – Kepala BNPB Letjen Suharyanto memastikan bahwa jalur transportasi ke wilayah terdampak bencana di Sukabumi sudah terhubung dengan lebih baik, meskipun masih ada tantangan di beberapa lokasi. Hal itu disampaikan Suharyanto usai kembali meninjau sejumlah posko pengungsian yang ada di kawasan Sukabumi. “Kami terus memonitor perkembangan pemulihan infrastruktur, dan akses menuju pos…
0 notes
risnawati-nurlatifah03 · 2 years ago
Text
Tetap Bagikan Bantuan Logistik, MTTG Berkolaborasi dengan LAZ Al Azhar Bangun Dapur Umum di Cianjur
Tumblr media
Bantuan yang ditujukan untuk para penyintas gempa Cianjur terus dikirimkan oleh LAZ Al Azhar yang berkolaborasi dengan Majelis Taklim telkom Group (MTTG). Pengiriman dilakukan melalui tim Formula Tanggap Bencana yang langsung terjun ke daerah Cianjur, dengan membawa bantuan logistik, penyaluran paket siap saji sebanyak 1500 lebih. Selain itu, pelayanan medis, pembangunan dapur umum dan pendirian posko pun dilakukan untuk menunjang para penyintas yang sudah hampir satu bulan pascagempa belum memiliki tempat tinggal yang layak.
Gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat beberapa minggu lalu dengan magnitude 5,6 mengakibatkan kerusakan parah di rumah-rumah warga, hancurnya fasilitas umum, terputusnya akses jalan di beberapa titik akibat longsor bahkan hingga merenggut ratusan korban jiwa. 
Ribuan warga terpaksa harus mengungsi di tenda-tenda pengungsian dan berhimpitan dengan pengungsi lainnya. Kondisi tersebut tentu sangat memprihatinkan dan menjadi kewajiban bersama untuk meringankan beban para penyintas gempa Cianjur. 
Dofi Ridofilah, Koordinator tim Formula LAZ Al Azhar mengatakan penyaluran bantuan logistik langsung diberikan di pos induk LAZ Al Azhar yang berada di beberapa lokasi yaitu Kampung Cibulakan Kecamatan Cigeunang, Kampung Margaluyu Desa Nagrak, dan Kampung Selahuni Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 
“Kolaborasi kemanusiaan yang terjalin telah memberikan kebahagiaan para penyintas di sini. Hadirnya bantuan baik itu berupa sembako dan dapur umum juga dapat menjadi sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi para warga terdampak yang masih bertahan di pengungsian dan relawan yang masih bertugas,” ujarnya.
Di samping itu, kegiatan aksi medis juga turut dilakukan di 4 lokasi yang berbeda. Hal ini dilakukan agar warga yang mengalami keluhan penyakit dapat segera mendapatkan pertolongan medis. Dibantu oleh dokter dan petugas kesehatan setempat gerakan aksi medis dapat berjalan dengan baik. Pemeriksaan dilakukan kepada warga yang mengalami berbagai macam keluhan seperti pusing, sesak, batuk, gatal-gatal, dan luka ringan dengan prioritas anak-anak dan lansia.
0 notes
borobudurnews · 2 years ago
Text
Pemkab Lumajang Tetapkan Tanggap Darurat Erupsi Semeru Selama 14 Hari
Pemkab Lumajang Tetapkan Tanggap Darurat Erupsi Semeru Selama 14 Hari
BNews—NASIONAL— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, menetapkan masa tanggap darurat bencana akibat erupsi disertai awan panas guguran (APG) Gunung Semeru selama 14 hari.“Tanggap darurat 14 hari sejak hari ini. Dan SK Bupati segera saya tanda tangani,” kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq saat dikonfirmasi di Pos Pengungsian Desa Penanggal Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes