#percakapan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ketika hujan deras dan tidak bisa pulang.
A: "Kisanak menunggu siapa?"
B: "Menunggu hujan."
A: "Hujan kok ditunggu?"
B: 😅
5 notes
·
View notes
Text
air: kayaknya move on dari kamu akan lama, tapi gapapa.. aku nikmatin tiap sakitnya, karna aku tau kalau aku kuat haha api: Semangaat
Tak sengaja aku membuka sebuah file yang berisikan secuil percakapan yang aku screenshot dari handphone yang tersimpan dalam laptop. Sengaja aku ibaratkan air dan api karena mereka tidak akan bisa menyatu, hehe
4 notes
·
View notes
Text
Calon
Diteras rumah dengan segelas kopi panas, ditemani senja sore yang menguning, aku terduduk sembari menghisap rokok, asap nikotin mengepul menuju langit terurai oleh udara sejuk daerah pegunungan,
ibu tertegun melihat tingkahku yang sudah lama membujang dan jarang bercengkrama dengannya, setelah sekian lama aku meninggalkan tanah kelahiranku, dimana tangis pertama aku lengkingkan, mulai remaja aku pergi ke sebuah daerah di jawa tengah bagian paling timur untuk menimba ilmu. Lalu ibu mendekatiku mungkin karna melihatku yang sudah lama membujang dan tak kunjung mengenalkan siapa sosok yang aku cintai.
ibu : "le ibu pengen weroh calonmu" (nak ibu pengen liat calonmu)
aku : "aku yo pengen weroh bu." (aku juga pengen liat bu)
seketika tawa meledak diantara kami berdua, diikuti bapak yang datang dengan segelas kopi panas, ingin ikut melihat senja sore yang menguning, dan ikut terduduk sembari menghisap rokok.
3 notes
·
View notes
Text
Percakapan [2] : Pasir
"Laki-laki itu seperti pasir. Semakin digenggam semakin banyak yang lepas."
"Kata siapa?"
"Kataku. Aku kan laki-laki."
"Hm. Mungkin tidak semua seperti itu. Ada yang seperti laut, yang tak bisa habis diraup airnya, yang tak bisa digenggam. Misteri. Tak bisa ditebak."
"Kata siapa?"
"Kataku. Aku kan perempuan yang bisa membaca laki-laki."
"Berarti aku adalah laut."
"Bukan. Kamu batu kerikil. Kecil, tidak terlihat, tapi seringnya membuat orang tersandung. Menyebalkan."
0 notes
Text
Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi adalah artikel yang trending di https://kepowin.com/cara-membuat-polling-di-whatsapp-grup-dan-percakapan-pribadi/ Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://kepowin.com/cara-membuat-polling-di-whatsapp-grup-dan-percakapan-pribadi/
0 notes
Text
Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi adalah artikel yang trending di https://kepowin.com/cara-membuat-polling-di-whatsapp-grup-dan-percakapan-pribadi/ Hingga kini topik tersebut saat ini ramai dicari dalam 1 jam. Untuk itu kami akan membahas Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi yang bisa kamu baca nantinya. Penasaran dengan Cara Membuat Polling Di Whatsapp Grup Dan Percakapan Pribadi? Jika benar yuk simak artikel tersebut di samping https://kepowin.com/cara-membuat-polling-di-whatsapp-grup-dan-percakapan-pribadi/
0 notes
Text
Acil Jukung Pasar Terapung Punya Mimpi Bisa Ngobrol Bahasa Inggris Bersama Anies di Istana
BANJARMASIN | KBA – Tercatat baru lima kali pertemuan dari 500 pertemuan yang direncanakan, para acil jukung pasar terapung di kawasan Lokbaintan, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), berani mempraktikkan percakapan dalam bahasa Inggris di lapangan. Sembari berjualan sayur dan aneka buah di atas jukung di Sungai Martapura, mereka tak ragu saling bercakap dalam bahasa…
View On WordPress
#Anies Baswedan#Jarnas Acil Jukung Pasar Terapung#Jarnas Anies Baswedan Kalsel#Lokbaintan#Percakapan Bahasa Inggris
0 notes
Text
Anak rogol mak
Aku adalah seorang ibu kepada tiga orang anak, ketiga-tiga anakku adalah lelaki iaitu Izra berumur 15 tahun, Izani berumur 13 tahun dan yang bongsu bernama Izie berumur 11 tahun. Namaku Yusna berumur 34 tahun, bekerja di sebuah bank sebagai akauntan dan suamiku Hamzah berumur 39 tahun bekerja di pembantu pengurus di sebuah pelantar minyak. Suamiku hanya bekerja dua minggu dalam sebulan dan dua minggu lagi adalah hari cutinya kerana tempat kerjanya tengah-tengah laut. Selepas melahirkan Izie, salur peranakanku telah di tutup kerana suamiku tidak mahu mempunyai anak lagi.
Pada suatu hari itu, aku tidak dapat ke tempat kerja kerana keretaku rosak dan setelah anak-nakku ke sekolah, aku menalifon bengkel kereta yang tidak jauh dari rumahku meminta mereka membaiki keretaku di rumah. Setelah datang ke rumahku dan selepas memeriksa kerosakan keretaku itu, keretaku terpaksa di bawa kebengkelnya untuk di baiki. Petang nanti keretaku akan di hantar kembali ke rumahku setelah siap di baiki. Aku terpaksa mengambil cuti pada hari itu dan kerana kebosanan tinggal seorang di rumah, aku mengambil keputusan untuk tidur kerana malam tadi aku tidak dapar tidur secukupnya.
Malam tadi nafsuku terangsang kuat kerana sebelum suamiku berangkat ke tempat kerjanya, aku tidak dapat bersetubuh dengan suamiku disebabkan aku masih dalam hari haidku. Aku yang baru bersih dari haidku merasa nafsuku sungguh terangsang membuatkan aku tidak dapat tidur lena. Aku asyik terbayangkan persetubuhanku dengan suamiku, alangkah indahnya jika suamiku ada di sisi namun suamiku akan pulang dua minggu lagi. Walaupun aku sudah mempunyai tiga orang anak, nafsuku masih kuat dan masih memerlukan satu persetubuhan yang memuaskan.
Sedang aku lena di buai mimpi, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara anak-anakku yang baru pulang dari sekolah. Pada mulanya aku ingin memarahi mereka kerana membuat bising tetapi tidak jadi setelah mendengar percakapan mereka. Anak-anakku tidak tahu aku tidak bekerja hari itu, aku menganmati percakapan anakku yang mencurigakan perasaanku itu.
“Abang… pasang la vcd tu, Izie nak tengok ni…” Kata Izie.
“Sabar la… kita makan dulu, buat apa nak cepat-cepat… ibukan tiada…” Jawab Izra.
“Abang nak makan, abang pergi la… kita orang nak tengok dulu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… jom kita tengok…” Jawab Izra lagi.
Aku mula mendengar cerita yang mereka tonton kerana suara dari tv itu agak jalas kedengaran. Aku mendengar bunyi yang selalu keluar dari mulutku ketika aku bersetubuh dengan suamiku. Aku bangun lalu membuka pintu bilikku perlahan-lahan dan alangkah terkejutnya aku apabila melihat cerita yang di tonton anak-anakku. Cerita yang mereka tonton adalah cerita lucah, aku dapat melihatnya kerana tv itu mengadap bilikku. Aku juga dapat melihat Izra sedang mengusap bonjolan batangnya di dalam seluar manakala Izani dan Izie memandang tv tanpa berkelip. Aku tidak dapat bersabar lagi dengan perangai buruk mereka.
“Izra… Izani… Izie… apa cerita yang kamu tengok ni…” Marahku setelah keluar dari bilikku, Izra cepat-cepat menutup tv lalu mengeluarkan vcd itu dari lalu di sorok di belakangnya. Aku terus meluru ke arah Izra dan terus merampas vcd itu dari tanganya. Mereka tertunduk dengan muka yang ketakutan, walaupun aku merasa kasihan melihat anak-anak kesanyanganku ketika itu, tetapi aku tidak dapart bersabar lagi.
“Kamu bertiga ni apa nak jadi… cerita tidak senonoh itu yang kamu tengok… bukannya mahu membaca buku… kamu siap la nanti… ibu akan bagitahu ayah kamu…” Bebelku panjang lebar, Izra dan Izani ttetap tertunduk tidak memandangku.
“Maafkan Izie ibu… jangan bagitahu ayah…” Rayu Izie sambil menangis teresak-esak membuatkan marahku hampir hilang. Izie adalah anak yang manja, Izie paling rapat denganku dan selalu bermanja denganku.
“Tahu takut… buat salah tak takut..” Marahku lagi tetapi nada suaraku reda sedikit.
“Ibu… maafkam Izra… Izra janji tak buat lagi…” Izra berkata perlahan.
“Izani pun sama ibu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… kali ini ibu maafkan… kalau buat lagi ibu akan bagitahu ayah… faham…” Perasaan marahku kini bertukar menjadi perasaan kasihan melihat ketakutan mereka. Itulah kelemahanku, aku tidak boleh melihat anak-anakku bersedih.
“Faham ibu…” Jawab mereka serentak.
“Sudah… pergi mandi, lepastu makan dan siapkan kerja sekolah. Ulangkaji pelajaran… jangan ingat nak main saja…” Kataku tegas.
Mereka bangun dan terus ke bilik mereka, mereka bertiga tidur sebilik kerana rumahku hanya mempunyai tiga bilik sahaja. Bilik depan adalah bilikku manakala bilik tengah adalah bilik mereka bertida dan satu bilik lagi iaitu bilik belakang di jadikan stor. Setelah anak-anakku menhilang, aku masuk bilik kembali lalu menyimpan vcd itu di dalam laci meja solekku.
Malam itu setelah makan malam, ketiga anak-anakku terus masuk tidur ke dalam bilik mereka walaupun masih awal. Tidak seperti biasanya kerana mereka akan menonton tv dahulu sambil berbual dengaku sebelum masuk tidur. Mungkin kerana mereka merasa bersalah dan takut aku memarahi mereka, awal-awal lagi mereka sudah masuk tidur. Malam itu juga aku tidak dapat melelapkan mataku kerana memikirkan perangai buruk anak-anakku dan ditambah pula dengan nafsuku yang masih lagi terangsang.
Puas aku cuba melelapkan mataku, tetapi mataku tetap tidak merasa mengantuk dan aku merasa tidak tentu arah kerana nafsuku membuak-buak terangsang. Aku mula teringatkan cerita lucah yang di tonton anak-anakku tadi. Aku bangun lalu menganbil vcd itu dari laci meja solehku lalu melihatnya. Aku melihat gambar yang di tampal di vcd itu, gambar itu menunjukkan dua orang lelaki yang masih remaja sedang bersetubuh serentak dengan seorang wanita yang sudah berumur.
Setelah melihat gambar yang ada di vcd itu, nafsuku semakin kuat terangsang dan aku perasaan untuk mengetahui jalan ceritanya membuatkan aku merasa ingin menontonya. Aku keluar dari bilikku dan terus ke bilik anakku untuk memastikan mereka sudah tertidur. Perlahan-lahan aku membuka pintu bilik mereka dan aku melihat mereka sedang nyeyak tidur.
Jam di dinding menunjukkan sudah pukul 12.20 pagi, aku kembali ke biliku lalu mengambil vcd itu dan terus ke ruang tamu. Aku memasang tv serta vcd player lalu duduk untuk menonton cerita lucah itu. Inilah kali pertama aku menonton cerita lucah seumur hidupku, selama ini aku hanya mendengar dari mulut kawan-kawanku sahaja. Cerita itu menayangkan dua orang remaja bersetubuh dengan gurunya di dalam sebuah hotel. Apabila melihat aksi persetubuhan itu, nafsuku tidak tertahan lagi.
Semakin lama menonton aku tidak dapat mengawal nafsuku lagi dan tanpa aku sedari, tanganku kini berada di celah kangkangku lalu menggosok-gosok cipapku dari luar kain batik yang aku pakai. Seperti selalu, malam itu aku tidak memakai seluar dalam serta tidak memakai coli kerana memang kebiasaanku tidur tanpai memakai pakaian dalam. Aku merasa cipapku mula basah, nafsuku yang terangsang kuat membuatkan aku terus baringkan tubuhku di atas carpet di ruang tamu rumahku.
Aku mula menyelakkan kain batikku keatas dan terus mengusap cipapku dan sebelah tanganku lagi meramas-ramas buah dadaku yang sudah menegang. Aku memasukkan dua batang jariku ke dalam cipapku lalu aku gerakkan keluar masuk, ketika atu aku sangat memerlukan batang lelaki untuk menujah cipapku yang berair dengan banyak itu. Kerana diriku sudah dikawal nafsu, aku tidak peduli lagi jika ada batang siapa sekarang, janji batang itu dapat memenuhi cipapku untuk memuaskan nafsuku yang tidak tertahan lagi.
Adengan di vcd itu menunjukkan dua remaja sedang menyetubuhi seorang perempuan yang sudah berumur, aku mula membayangkan perempuan itu adalah aku dan dua remaja itu pula adalah anak-anakku. Bayangan itu membuatkan nafsuku bertambah terangsang lagi dan tujahan dua jariku di dalam cipapku semakin laju. Aku membayangkan diriku sekarang sedang di setubuhi anakku sendiri dengan mataku yang terpejam.
Kerana kesedapan, aku mengerang dan mengeluh agak kuat, aku tidak peduli lagi keadaan rumahku ketika itu. Tiba-tiba aku merasa pehaku disentuh orang, dengan kelam-kabut aku membuka mata dan terus menurunkan kain batikku yang terselak ke pinggangku itu. Alangkah terperanjatnya aku apabila melihat Izra dan Izani sedang menyentuh pehaku yang putih dan gebu itu.
Aku terkedu dan tidak dapat berkata-kata, Izra dengan rakus memegang hujung kain batikku dan terus menyelak ke atas semula. Aku yang masih terangsang itu bagaikan terpukau kerana bayanganku kini benar-benar berlaku di depan mataku. Kerana itu aku membiarkan sahaja Izra dan Izani meraba-raba pehaku dengan penuh bernafsu. Izani menolak tubuhku terbaring di atas carpet dan Izra pula mula merapatkan kepalanya ke celah pangkal pehaku dan terus menjilat pehaku itu dengan rakus.
Aku tersentak apabila kurasakan lidah Izra menyentuh celah rekahaan bibir cipapku yang sudah basah itu. Izani pula sedang meramas-ramas kedua buah dadaku berkali-kali dengan agak kuat namun ramasan itu sungguh nikmat. Izani cuba menarik baju t-shirtku keatas dan aku yang seolah-olah mahu diperlakukan begitu mengangkat tubuhku untuk memudahkan Izani menanggalkan bajuku itu. Setelah bajuku terlepas dari tubuhku, terdedahlah kedua buah dadaku dengan puting yang sudah tegang itu di depan Izani. Izani dengan rakus terus menghisap puting buah dadaku sambil diramas-ramasnya.
Segalanya berlaku tanpa sebarang kata-kata dariku mahu pun dari ke dua anakku itu dan jilatan lidah Izra semakin dalam menujah rekahaan cipapku. Kepalaku terdongak ke atas apabila Izra menjilat sambil menggigit lembut kelentitku yang sudah mengembang itu..
“Erggghh… Izra….” Erangan kenikmatan mula keluar dari mulutku apabila keletitku di jilat oleh anakku sendiri.
Izani masih tetap meramas kedua buah dadaku membuatkan aku mula berada di alam khayalan. Tanpa disuruh aku mengangkangkan lagi kakiku agar Izra mudah mengerjakan cipapku dan Izra mula menurunkan jilatan lidahnya di antara cipap dan duburku. Jilatani lidah Izra menjalar turun ke bawah lagi dan lidahnya kini menyapu bibir duburku lalu di jilatnya.
Kenikmatan begini tidak pernah aku alami sehingga punggungku terangkat sedikit menahan kegelian bercampur nikmat di bibir duburku. Kakiku yang terkangkang luas itu menyenangkan lagi Izra menjilat bibir duburku. Izani yang dari tadi menghisap buah dadaku kini berdiri lalu melondehkan seluarnya dan tersembullah batangnya yang tidak berapa besar itu di depan mukaku. Izani menyuakan batangnya ke mulutku sehingga tersentuh bibirku lalu di tekan masuk ke dalam mulutku yang terbuka itu.
Izra mula menolak tubuhku menjadi meniarap, mukaku tetap menghadap ke arah Izani yang sedang meujahkan batangnya ke dalam mulutku. Izra menganggkat punggungku ke atas supaya punggungku itu tertonggek tinggi sedikit lalu menjilat kembali lubang duburku dan lidahnya kini di tekan masuk ke dalam lubang duburku. Sambil menjilat lubang duburku, Izra memasukkan dua batang jarinya ke dalam cipapku. Aku merasa sungguh nikmat sambil menggerakkan punggungku kedepan dan belakang manakala mulutku semakin laju menghisap batang Izani. Aku menghisap sehingga kepangkal batangnya dan Izani pula memegan kepalaku melajukan lagi gerakkan kepalaku itu.
“Izra… ibu tidak tahan lagi… masukkan batang Izra sekarang…” Aku meminta Izra memasukkan batangnya ke dalam cipapku kerana aku tidak dapat bertahan lagi dengan rangsangan yang aku alami sekarang ini.
Tanpa menjawab atau tanpa berkata-kata, Izra terus bangun lalu menanggalkan pakaiannya dan berlutut di belakang tubuhku. Izra menaikkan lagi punggungku sehingga kedudukanku menonggeng dalam keadaan merangkak. Izra meletakkan kepala batangnya di bibir cipapku dan mula menolak masuk ke dalam cipapku.
“Ahhhh…” Aku mengerang kenikmatan ketika batang Izra yang agak besar itu masuk ke dalam cipapku, walaupun batangnya tidak sebesar batang suamiku tetapi aku tetap merasa kenikmatannya. Batang Izra lebih besar dari batang Izani yang berada di dalam mulutku dan Izra semakin laju menujah cipapku dari belakang.
“Perlahan… perlahan sikit… nanti cepat keluarrrr… eeegggrh…” Tanpa disedari kata-kata itu keluar dari mulutku dan mungkin kerana tidak berpengalaman, Izra tetap menujah cipapku dengan laju.
Tiba-tiba Izra merapatkan batangnya sehingga terbenam rapat kepangkal dan aku merasa ada semburan hangat dalam cipapku. Aku tahu Izra sudah sampai ke puncak klimaksnya tetapi aku masih belum merasa puas lagi. Setelah Izra jatuh terduduk di atas lantai, aku terus berbaring lalu menarik tangan Izani agar menindihi tubuhku untuk menggantikan abangnya yang sudah tewas itu. Izani dengan segera merangkak ke atas tubuhku dan menggangkangkan kakiku supaya Izani berada di celah kangkangku.
Aku memegan batang Izani lalu aku memasukkan ke dalam cipapku dan Izani pula terus menekan batangnya masuk. Aku mengemutkan cipapku sambil menikmati tujahan batang Izani di dalam cipapku dan aku kini sudah hampir ke puncak klimaksku. Tubuhku mula mengejang dan aku terus menarik pinggang Izani rapat ke tubuhku agar batangnya masuk lebih dalam.
Serentak dengan itu, aku sampai ke puncak klimaksku dengan tubuhku tersentak-sentak. Izani yang tidak tertahan dengan kemutan kuat cipapku di batangnya semakin laju menujah batangnya ke dalam cipapku. Selepas beberapa tujahan, Izani mula memancutkan air maninya ke dalam cipapku sambil memeluk kuat tubuhku.
Aku yang sudah dapat memuaskan nafsuku mula tersedar dari kesilapanku kerana merelakan Izra dan Izani menyetubuhiku terus menolak tubuh Izani yang masih menindihi tubuhku.
“Apa yang kamu berdua lakukan pada ibu…” Aku memarahi mereka dengan suara yang tidak terlalu kuat kerana aku takut di dengari Izie yang sedang tidur di biliknya.
Aku terus mengambil bajuku lalu memakainya dan membetulkan kain batikku yang terselak di perutku. Izra dan Izani berlari masuk ke dalam bilik mereka meninggalkan aku yang mula merasa bersalah serta menyesal kerana membiarkan kedua anakku itu menyetubuhiku. Aku masuk ke dalam bilikku dengan fikiran yang bercelaru tetapi perasaan puas juga dirasaiku. Walaupun menyesal dengan apa yang terjadi, aku merasa sungguh puas dan nafsuku sekarang sudah reda.
Malam itu aku tertidur dengan perasaan menyesal dan dengan perasaan yang penuh kepuasan. Keesokkan harinya aku terjaga dari tidur agak lewat, ketiga anak-anakku sudah ke sekolah dan aku terus bersiap-siap untuk ke tempat kerja. Hari itu aku merasa sungguh ceria dan bersemangat kerana nafsuku sudah terpuas walaupun masih merasa menyesal.
Petang itu aku pulang dengan perasaan malu serta berdebar-debar, aku malu untuk berhadapan dengan Izra dan Izani. Sampai di rumah, aku membuka pintu lalu memerhatikan sekeliling ruang tamu rumahku. Aku melihat anak-anakku tiada di ruang tamu itu lalu aku terus masuk ke dalam bilikku.
“Ibu… bila ibu sampai…?” Tiba-tiba Izie menyapaku dari muka pintu bilikku kerana aku lupa menutupnya.
“Baru sekejap…” Jawabku sambil menanggalkan tudung yang aku pakai, Izie berdiri di situ agak lama memerhatikanku lalu masuk ke dalam bilikku. Izie menghampiriku lalu memeluk tubuhku dengan agak kasar dan menolakku rapat ke dinding.
“Izie… apa ni…” Marahku sambil menolak tubuh kecilnya dari terus memelukku.
“Kenapa ibu marah… abang boleh peluk ibu, kenapa Izie tak boleh…?” Tanya Izie dengan agak kuat.
“Bila pula abang peluk ibu…?” Tanyaku pula berpura-pura tidak tahu.
“Ala ibu… Izie dah tahu apa kita buat malam tadi…” Tiba-tiba Izra muncul di ikuti Izani dan mereka berdua mula menghampiriku.
“Apa kamu cakap ni… jangan buat ibu marah…?” Ugutku, Izie dengan pantas memeluk kembali tubuhku yang masih berdiri di tepi dinding bilikku.
Aku cuba menolak tubuh Izie yang memeluk kemas tubuhku dan aku agak terperanjat apabila Izra memegang tangan kananku manakala Izani pula memegang tangan kiriku lalu di rapatkan ke dinding. Tubuhku di pusing mendakap dinding membelakangkan anak-anakku dan aku memejamkan mata apabila merasa kain baju kurungku disingkap ke atas.
“Apa kamu lakukan pada ibu ni…” Marahku, namun aku tidak terdaya melakukan apa-apa kerana tenaga mereka bertiga lebih kuat dari tenagaku.
Aku mula merasa ada tangan-tangan anakku yang sedang meramas-ramas punggungku dari kainku yang tersingkap itu. Buah dadaku juga di ramas-ramas oleh anakku membuatkan rontaanku semakin lemah kerana diriku mula dirangsang nafsu. Walaupun dalam keterpaksaan, aku mula merasa kenikmatan menyelubugi tubuhku dan aku mula menbiarkan sahaja anak-anakku meraba-raba tubuhku. Keadaan menjadi sunyi sepi, aku memejamkan mataku menikmatai ramasan serta rabaan enam tangan di tubuhku. Seluruh tubuhku di raba dan punggung serta buah dadaku diramas serentak.
Aku tidak pernah dilakukan begini, kenikmatan yang aku rasakan sungguh berbeza dari bersetubuh bersama suamiku dan aku menikmati denga rangsangan nafsuku yang membuak-buak. Tubuhku tidak lagi dipeluk Izie, tanganku juga sudah bebas dari pegangan Izra dan Izani. Aku kini berdiri dengan penuh kerelaan kerana kenikmatan yang melanda diriku membuatkan aku pasrah.
Aku dapat merasakan seluar dalamku di tarik kebawah dan ramasan tangan anakku semakin kuat mencengkam daging pejal di punggungku. Aku tidak tahu tangan itu milik siapa kerana seluruh tubuhku dipenuhi tangan anak-anakku. Pinggangku di tarik kebelakang sambil tanganku masih menahan dinding menjadikan aku separuh menonggeng. Kain baju kurungku yang di selak itu diletakkan pada pinggangku dan aku terasa daging punggungku di jilat serta di gigit lebih dari seorang anakku.
Buah dadaku masih menjadi mangsa ramasan ganas anakku dan dari luar baju kurungku, aku dapat melihat tangan Izie dan Izani merayap menyelinap masuk ke dalam baju kurungku lalu terus ke bawah coliku. Buah dadaku semakin ganas di ramas Izie dan Izani membuatkan buah dadaku itu menjadi tegang. Alur punggungku hingga ke pangkal cipapku di basahi dengan air liur Izra yang kini berada di belakang punggungku.
Aku terkemut-kemut sambil menolak punggungku kebelakang agar jilatan Izra sampai ke bibir cipapku. Daging punggungku dikuak dengan agak ganas dan bibir duburku menjadi mangsa jilatan lidah Izra, aku tidak tahu dimana mereka belajar untuk meragsangku sehingga membuatkan aku semakin khayal. Aku tersedar dari khayalanku apabila tubuhku di pusingkan manakala tanganku pula di angkat ke atas oleh Izani dan Izie terus menanggalkan baju kurungku.
Aku dapat melihat Izra sedang membuka pengait kain baju kurungku lalu kain itu jatuh ke lantai, kini aku berdiri dalam keadaan bogel dan hanya mendiamkan diri sahaja. Izra menarik tanganku agar bergerak ke atas katil, aku yang diirngi Izani dan Izie hanya menuruti sahaja tarikan tangan Izra lalu dibaringkan telentang tubuhku di atas katil. Izra menggangkangkan kakiku seluas-luasnya dan terus menjilat cipapku, Izani pula sedang berdiri membuka seluarnya Izie kini sedang menghisap buah dadaku. Izie menhisap sambil meramas buah dada dan punggungku dengan ganas di ramas Izra yang sedang menjilat cipapku.
“Arrrhhhggghhh… mmmmm…” Tanpa sedar aku mengerang dengan mata terpejam kerana merasa sungguh nikmat dan apabila aku membuka mataku, aku melihat Izani menghulurkan batangnya ke mukaku.
Izani terus menujahkan batangnya masuk ke dalam mulutku yang terngangga itu, Izani mula mengerakkan batangnya keluar masuk ke dalam mulutku. Aku merasa sungguh nikmati dengan hisapan serta ramasan Izie di buah dadaku, cipapku yang dijilat Izra terkemut-kemut dan mulutku pula dipenuhi dengan batang Izani membuatkan aku tidak sedar bilakah ketiga anakku itu sudah berbogel. Izra mula menindihi tubuhku lalu menujahkan batangnya masuk ke dalam cipapku dengan ganas sementara Izie masih sibuk meramas buah dadaku dan Izani pula sedang menujah ganas mulutku.
“Abang… bagi Izani pulak… Izani dah tak tahan ni…” Kata Izani pada abangnya Izra.
Izra mencabut batangnya dari cipapku lalu menonggengkan tubuhku, Izani datang ke belakang punggungku lalu terus menujah cipapku dari arah belakang. Aku kini sedang menghisap batang Izie pula dan Izra mula menjilat serta meramas buah dadaku.Tak lama kemudian, Izani merebahkan tubuhnya lalu menarik tubuhku ke atas tubuhnya dan memasukkan batangnya ke dalam cipapku dari bawah. Aku mencapai puncak klimaksku yang panjang ketika Izani memecut laju menyetubuhiku ketika aku berada di atas tubuhnya.
“Izie… sekarang pergi masukkan batang kau kat sini…” Arah Izra pada Izie sambil memasukkan sebang jarinya ke dalam lubang duburku sambil di gerakkan keluar masuk jarinya itu. Aku yang mendengar Izra mengarahkan Izie memasukkan batangnya ke dalam duburku hanya diam sahaja seolah merelakan pula duburku di tujah Izie. Izie dengan cepat ke balakang punggungku lalu batangnya yang tidak beberapa besar itu terus dipacakkan ke duburku.
Aku membetulkan batang Izie agar mudah masuk ke lubang duburku. Sekarang Izie dan Izani melakukan tujahan serentak di cipapku serta di duburku, aku hampir menjerit kesedapan tetapi suaraku tidak keluar kerana di sumbat oleh batang Izra. Oleh kerana tidak tahan dengan kemutan yang kuat di dubur, Izie telah memancutkan air maninya di dalam duburku. Setelah batangnya dicabut keluar, Izra terus memasukkan batangnya kedalam duburku.
Aku yang sedang menikmati tujahan batang Izra di duburku serta tujahan batang Izani di dalam cipapku menggerakkan punggungku seiring dengan tujahan mereka. Aku sekali lagi telah hampir mencapai puncak klimaksku yang kedua. Aku kemutkan lubang dubur serta cipapku serentak dan Izani tidak dapat bertahan lagi apabila otot cipapku mengemut batangnya lalu memancutkan air maninya di dalam cipapku.
Izra masih laju menujah duburku yang mengemut ketat itu dan akhirnya Izra pun memancutkan air maninya ke dalam duburku setelah menujah dengan agak kuat. Aku tertiarap di atas katiku dengan ketiga anakku yang terbaring lemah disisiku. Begitulah kehidupanku bersama ketiga anak-anankku sehingga kini, aku merasa sungguh puas bersetubuh serentak dengan mereka dan aku tidak lagi mencapai kepuasanku ketika bersetubuh dengan suamiku.
893 notes
·
View notes
Text
Aku adalah seorang ibu kepada tiga orang anak, ketiga-tiga anakku adalah lelaki iaitu Izra berumur 15 tahun, Izani berumur 13 tahun dan yang bongsu bernama Izie berumur 11 tahun. Namaku Yusna berumur 34 tahun, bekerja di sebuah bank sebagai akauntan dan suamiku Hamzah berumur 39 tahun bekerja di pembantu pengurus di sebuah pelantar minyak. Suamiku hanya bekerja dua minggu dalam sebulan dan dua minggu lagi adalah hari cutinya kerana tempat kerjanya tengah-tengah laut. Selepas melahirkan Izie, salur peranakanku telah di tutup kerana suamiku tidak mahu mempunyai anak lagi.
Pada suatu hari itu, aku tidak dapat ke tempat kerja kerana keretaku rosak dan setelah anak-nakku ke sekolah, aku menalifon bengkel kereta yang tidak jauh dari rumahku meminta mereka membaiki keretaku di rumah. Setelah datang ke rumahku dan selepas memeriksa kerosakan keretaku itu, keretaku terpaksa di bawa kebengkelnya untuk di baiki. Petang nanti keretaku akan di hantar kembali ke rumahku setelah siap di baiki. Aku terpaksa mengambil cuti pada hari itu dan kerana kebosanan tinggal seorang di rumah, aku mengambil keputusan untuk tidur kerana malam tadi aku tidak dapar tidur secukupnya.
Malam tadi nafsuku terangsang kuat kerana sebelum suamiku berangkat ke tempat kerjanya, aku tidak dapat bersetubuh dengan suamiku disebabkan aku masih dalam hari haidku. Aku yang baru bersih dari haidku merasa nafsuku sungguh terangsang membuatkan aku tidak dapat tidur lena. Aku asyik terbayangkan persetubuhanku dengan suamiku, alangkah indahnya jika suamiku ada di sisi namun suamiku akan pulang dua minggu lagi. Walaupun aku sudah mempunyai tiga orang anak, nafsuku masih kuat dan masih memerlukan satu persetubuhan yang memuaskan.
Sedang aku lena di buai mimpi, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara anak-anakku yang baru pulang dari sekolah. Pada mulanya aku ingin memarahi mereka kerana membuat bising tetapi tidak jadi setelah mendengar percakapan mereka. Anak-anakku tidak tahu aku tidak bekerja hari itu, aku menganmati percakapan anakku yang mencurigakan perasaanku itu.
“Abang… pasang la vcd tu, Izie nak tengok ni…” Kata Izie.
“Sabar la… kita makan dulu, buat apa nak cepat-cepat… ibukan tiada…” Jawab Izra.
“Abang nak makan, abang pergi la… kita orang nak tengok dulu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… jom kita tengok…” Jawab Izra lagi.
Aku mula mendengar cerita yang mereka tonton kerana suara dari tv itu agak jalas kedengaran. Aku mendengar bunyi yang selalu keluar dari mulutku ketika aku bersetubuh dengan suamiku. Aku bangun lalu membuka pintu bilikku perlahan-lahan dan alangkah terkejutnya aku apabila melihat cerita yang di tonton anak-anakku. Cerita yang mereka tonton adalah cerita lucah, aku dapat melihatnya kerana tv itu mengadap bilikku. Aku juga dapat melihat Izra sedang mengusap bonjolan batangnya di dalam seluar manakala Izani dan Izie memandang tv tanpa berkelip. Aku tidak dapat bersabar lagi dengan perangai buruk mereka.
“Izra… Izani… Izie… apa cerita yang kamu tengok ni…” Marahku setelah keluar dari bilikku, Izra cepat-cepat menutup tv lalu mengeluarkan vcd itu dari lalu di sorok di belakangnya. Aku terus meluru ke arah Izra dan terus merampas vcd itu dari tanganya. Mereka tertunduk dengan muka yang ketakutan, walaupun aku merasa kasihan melihat anak-anak kesanyanganku ketika itu, tetapi aku tidak dapart bersabar lagi.
“Kamu bertiga ni apa nak jadi… cerita tidak senonoh itu yang kamu tengok… bukannya mahu membaca buku… kamu siap la nanti��� ibu akan bagitahu ayah kamu…” Bebelku panjang lebar, Izra dan Izani ttetap tertunduk tidak memandangku.
“Maafkan Izie ibu… jangan bagitahu ayah…” Rayu Izie sambil menangis teresak-esak membuatkan marahku hampir hilang. Izie adalah anak yang manja, Izie paling rapat denganku dan selalu bermanja denganku.
“Tahu takut… buat salah tak takut..” Marahku lagi tetapi nada suaraku reda sedikit.
“Ibu… maafkam Izra… Izra janji tak buat lagi…” Izra berkata perlahan.
“Izani pun sama ibu…” Kata Izani pula.
“Baiklah… kali ini ibu maafkan… kalau buat lagi ibu akan bagitahu ayah… faham…” Perasaan marahku kini bertukar menjadi perasaan kasihan melihat ketakutan mereka. Itulah kelemahanku, aku tidak boleh melihat anak-anakku bersedih.
“Faham ibu…” Jawab mereka serentak.
“Sudah… pergi mandi, lepastu makan dan siapkan kerja sekolah. Ulangkaji pelajaran… jangan ingat nak main saja…” Kataku tegas.
Mereka bangun dan terus ke bilik mereka, mereka bertiga tidur sebilik kerana rumahku hanya mempunyai tiga bilik sahaja. Bilik depan adalah bilikku manakala bilik tengah adalah bilik mereka bertida dan satu bilik lagi iaitu bilik belakang di jadikan stor. Setelah anak-anakku menhilang, aku masuk bilik kembali lalu menyimpan vcd itu di dalam laci meja solekku.
Malam itu setelah makan malam, ketiga anak-anakku terus masuk tidur ke dalam bilik mereka walaupun masih awal. Tidak seperti biasanya kerana mereka akan menonton tv dahulu sambil berbual dengaku sebelum masuk tidur. Mungkin kerana mereka merasa bersalah dan takut aku memarahi mereka, awal-awal lagi mereka sudah masuk tidur. Malam itu juga aku tidak dapat melelapkan mataku kerana memikirkan perangai buruk anak-anakku dan ditambah pula dengan nafsuku yang masih lagi terangsang.
Puas aku cuba melelapkan mataku, tetapi mataku tetap tidak merasa mengantuk dan aku merasa tidak tentu arah kerana nafsuku membuak-buak terangsang. Aku mula teringatkan cerita lucah yang di tonton anak-anakku tadi. Aku bangun lalu menganbil vcd itu dari laci meja solehku lalu melihatnya. Aku melihat gambar yang di tampal di vcd itu, gambar itu menunjukkan dua orang lelaki yang masih remaja sedang bersetubuh serentak dengan seorang wanita yang sudah berumur.
Setelah melihat gambar yang ada di vcd itu, nafsuku semakin kuat terangsang dan aku perasaan untuk mengetahui jalan ceritanya membuatkan aku merasa ingin menontonya. Aku keluar dari bilikku dan terus ke bilik anakku untuk memastikan mereka sudah tertidur. Perlahan-lahan aku membuka pintu bilik mereka dan aku melihat mereka sedang nyeyak tidur.
Jam di dinding menunjukkan sudah pukul 12.20 pagi, aku kembali ke biliku lalu mengambil vcd itu dan terus ke ruang tamu. Aku memasang tv serta vcd player lalu duduk untuk menonton cerita lucah itu. Inilah kali pertama aku menonton cerita lucah seumur hidupku, selama ini aku hanya mendengar dari mulut kawan-kawanku sahaja. Cerita itu menayangkan dua orang remaja bersetubuh dengan gurunya di dalam sebuah hotel. Apabila melihat aksi persetubuhan itu, nafsuku tidak tertahan lagi.
Semakin lama menonton aku tidak dapat mengawal nafsuku lagi dan tanpa aku sedari, tanganku kini berada di celah kangkangku lalu menggosok-gosok cipapku dari luar kain batik yang aku pakai. Seperti selalu, malam itu aku tidak memakai seluar dalam serta tidak memakai coli kerana memang kebiasaanku tidur tanpai memakai pakaian dalam. Aku merasa cipapku mula basah, nafsuku yang terangsang kuat membuatkan aku terus baringkan tubuhku di atas carpet di ruang tamu rumahku.
Aku mula menyelakkan kain batikku keatas dan terus mengusap cipapku dan sebelah tanganku lagi meramas-ramas buah dadaku yang sudah menegang. Aku memasukkan dua batang jariku ke dalam cipapku lalu aku gerakkan keluar masuk, ketika atu aku sangat memerlukan batang lelaki untuk menujah cipapku yang berair dengan banyak itu. Kerana diriku sudah dikawal nafsu, aku tidak peduli lagi jika ada batang siapa sekarang, janji batang itu dapat memenuhi cipapku untuk memuaskan nafsuku yang tidak tertahan lagi.
Adengan di vcd itu menunjukkan dua remaja sedang menyetubuhi seorang perempuan yang sudah berumur, aku mula membayangkan perempuan itu adalah aku dan dua remaja itu pula adalah anak-anakku. Bayangan itu membuatkan nafsuku bertambah terangsang lagi dan tujahan dua jariku di dalam cipapku semakin laju. Aku membayangkan diriku sekarang sedang di setubuhi anakku sendiri dengan mataku yang terpejam.
Kerana kesedapan, aku mengerang dan mengeluh agak kuat, aku tidak peduli lagi keadaan rumahku ketika itu. Tiba-tiba aku merasa pehaku disentuh orang, dengan kelam-kabut aku membuka mata dan terus menurunkan kain batikku yang terselak ke pinggangku itu. Alangkah terperanjatnya aku apabila melihat Izra dan Izani sedang menyentuh pehaku yang putih dan gebu itu.
Aku terkedu dan tidak dapat berkata-kata, Izra dengan rakus memegang hujung kain batikku dan terus menyelak ke atas semula. Aku yang masih terangsang itu bagaikan terpukau kerana bayanganku kini benar-benar berlaku di depan mataku. Kerana itu aku membiarkan sahaja Izra dan Izani meraba-raba pehaku dengan penuh bernafsu. Izani menolak tubuhku terbaring di atas carpet dan Izra pula mula merapatkan kepalanya ke celah pangkal pehaku dan terus menjilat pehaku itu dengan rakus.
Aku tersentak apabila kurasakan lidah Izra menyentuh celah rekahaan bibir cipapku yang sudah basah itu. Izani pula sedang meramas-ramas kedua buah dadaku berkali-kali dengan agak kuat namun ramasan itu sungguh nikmat. Izani cuba menarik baju t-shirtku keatas dan aku yang seolah-olah mahu diperlakukan begitu mengangkat tubuhku untuk memudahkan Izani menanggalkan bajuku itu. Setelah bajuku terlepas dari tubuhku, terdedahlah kedua buah dadaku dengan puting yang sudah tegang itu di depan Izani. Izani dengan rakus terus menghisap puting buah dadaku sambil diramas-ramasnya.
Segalanya berlaku tanpa sebarang kata-kata dariku mahu pun dari ke dua anakku itu dan jilatan lidah Izra semakin dalam menujah rekahaan cipapku. Kepalaku terdongak ke atas apabila Izra menjilat sambil menggigit lembut kelentitku yang sudah mengembang itu..
“Erggghh… Izra….” Erangan kenikmatan mula keluar dari mulutku apabila keletitku di jilat oleh anakku sendiri.
Izani masih tetap meramas kedua buah dadaku membuatkan aku mula berada di alam khayalan. Tanpa disuruh aku mengangkangkan lagi kakiku agar Izra mudah mengerjakan cipapku dan Izra mula menurunkan jilatan lidahnya di antara cipap dan duburku. Jilatani lidah Izra menjalar turun ke bawah lagi dan lidahnya kini menyapu bibir duburku lalu di jilatnya.
Kenikmatan begini tidak pernah aku alami sehingga punggungku terangkat sedikit menahan kegelian bercampur nikmat di bibir duburku. Kakiku yang terkangkang luas itu menyenangkan lagi Izra menjilat bibir duburku. Izani yang dari tadi menghisap buah dadaku kini berdiri lalu melondehkan seluarnya dan tersembullah batangnya yang tidak berapa besar itu di depan mukaku. Izani menyuakan batangnya ke mulutku sehingga tersentuh bibirku lalu di tekan masuk ke dalam mulutku yang terbuka itu.
Izra mula menolak tubuhku menjadi meniarap, mukaku tetap menghadap ke arah Izani yang sedang meujahkan batangnya ke dalam mulutku. Izra menganggkat punggungku ke atas supaya punggungku itu tertonggek tinggi sedikit lalu menjilat kembali lubang duburku dan lidahnya kini di tekan masuk ke dalam lubang duburku. Sambil menjilat lubang duburku, Izra memasukkan dua batang jarinya ke dalam cipapku. Aku merasa sungguh nikmat sambil menggerakkan punggungku kedepan dan belakang manakala mulutku semakin laju menghisap batang Izani. Aku menghisap sehingga kepangkal batangnya dan Izani pula memegan kepalaku melajukan lagi gerakkan kepalaku itu.
“Izra… ibu tidak tahan lagi… masukkan batang Izra sekarang…” Aku meminta Izra memasukkan batangnya ke dalam cipapku kerana aku tidak dapat bertahan lagi dengan rangsangan yang aku alami sekarang ini.
Tanpa menjawab atau tanpa berkata-kata, Izra terus bangun lalu menanggalkan pakaiannya dan berlutut di belakang tubuhku. Izra menaikkan lagi punggungku sehingga kedudukanku menonggeng dalam keadaan merangkak. Izra meletakkan kepala batangnya di bibir cipapku dan mula menolak masuk ke dalam cipapku.
“Ahhhh…” Aku mengerang kenikmatan ketika batang Izra yang agak besar itu masuk ke dalam cipapku, walaupun batangnya tidak sebesar batang suamiku tetapi aku tetap merasa kenikmatannya. Batang Izra lebih besar dari batang Izani yang berada di dalam mulutku dan Izra semakin laju menujah cipapku dari belakang.
“Perlahan… perlahan sikit… nanti cepat keluarrrr… eeegggrh…” Tanpa disedari kata-kata itu keluar dari mulutku dan mungkin kerana tidak berpengalaman, Izra tetap menujah cipapku dengan laju.
Tiba-tiba Izra merapatkan batangnya sehingga terbenam rapat kepangkal dan aku merasa ada semburan hangat dalam cipapku. Aku tahu Izra sudah sampai ke puncak klimaksnya tetapi aku masih belum merasa puas lagi. Setelah Izra jatuh terduduk di atas lantai, aku terus berbaring lalu menarik tangan Izani agar menindihi tubuhku untuk menggantikan abangnya yang sudah tewas itu. Izani dengan segera merangkak ke atas tubuhku dan menggangkangkan kakiku supaya Izani berada di celah kangkangku.
Aku memegan batang Izani lalu aku memasukkan ke dalam cipapku dan Izani pula terus menekan batangnya masuk. Aku mengemutkan cipapku sambil menikmati tujahan batang Izani di dalam cipapku dan aku kini sudah hampir ke puncak klimaksku. Tubuhku mula mengejang dan aku terus menarik pinggang Izani rapat ke tubuhku agar batangnya masuk lebih dalam.
Serentak dengan itu, aku sampai ke puncak klimaksku dengan tubuhku tersentak-sentak. Izani yang tidak tertahan dengan kemutan kuat cipapku di batangnya semakin laju menujah batangnya ke dalam cipapku. Selepas beberapa tujahan, Izani mula memancutkan air maninya ke dalam cipapku sambil memeluk kuat tubuhku.
Aku yang sudah dapat memuaskan nafsuku mula tersedar dari kesilapanku kerana merelakan Izra dan Izani menyetubuhiku terus menolak tubuh Izani yang masih menindihi tubuhku.
“Apa yang kamu berdua lakukan pada ibu…” Aku memarahi mereka dengan suara yang tidak terlalu kuat kerana aku takut di dengari Izie yang sedang tidur di biliknya.
Aku terus mengambil bajuku lalu memakainya dan membetulkan kain batikku yang terselak di perutku. Izra dan Izani berlari masuk ke dalam bilik mereka meninggalkan aku yang mula merasa bersalah serta menyesal kerana membiarkan kedua anakku itu menyetubuhiku. Aku masuk ke dalam bilikku dengan fikiran yang bercelaru tetapi perasaan puas juga dirasaiku. Walaupun menyesal dengan apa yang terjadi, aku merasa sungguh puas dan nafsuku sekarang sudah reda.
Malam itu aku tertidur dengan perasaan menyesal dan dengan perasaan yang penuh kepuasan. Keesokkan harinya aku terjaga dari tidur agak lewat, ketiga anak-anakku sudah ke sekolah dan aku terus bersiap-siap untuk ke tempat kerja. Hari itu aku merasa sungguh ceria dan bersemangat kerana nafsuku sudah terpuas walaupun masih merasa menyesal.
Petang itu aku pulang dengan perasaan malu serta berdebar-debar, aku malu untuk berhadapan dengan Izra dan Izani. Sampai di rumah, aku membuka pintu lalu memerhatikan sekeliling ruang tamu rumahku. Aku melihat anak-anakku tiada di ruang tamu itu lalu aku terus masuk ke dalam bilikku.
“Ibu… bila ibu sampai…?” Tiba-tiba Izie menyapaku dari muka pintu bilikku kerana aku lupa menutupnya.
“Baru sekejap…” Jawabku sambil menanggalkan tudung yang aku pakai, Izie berdiri di situ agak lama memerhatikanku lalu masuk ke dalam bilikku. Izie menghampiriku lalu memeluk tubuhku dengan agak kasar dan menolakku rapat ke dinding.
“Izie… apa ni…” Marahku sambil menolak tubuh kecilnya dari terus memelukku.
“Kenapa ibu marah… abang boleh peluk ibu, kenapa Izie tak boleh…?” Tanya Izie dengan agak kuat.
“Bila pula abang peluk ibu…?” Tanyaku pula berpura-pura tidak tahu.
“Ala ibu… Izie dah tahu apa kita buat malam tadi…” Tiba-tiba Izra muncul di ikuti Izani dan mereka berdua mula menghampiriku.
“Apa kamu cakap ni… jangan buat ibu marah…?” Ugutku, Izie dengan pantas memeluk kembali tubuhku yang masih berdiri di tepi dinding bilikku.
Aku cuba menolak tubuh Izie yang memeluk kemas tubuhku dan aku agak terperanjat apabila Izra memegang tangan kananku manakala Izani pula memegang tangan kiriku lalu di rapatkan ke dinding. Tubuhku di pusing mendakap dinding membelakangkan anak-anakku dan aku memejamkan mata apabila merasa kain baju kurungku disingkap ke atas.
“Apa kamu lakukan pada ibu ni…” Marahku, namun aku tidak terdaya melakukan apa-apa kerana tenaga mereka bertiga lebih kuat dari tenagaku.
Aku mula merasa ada tangan-tangan anakku yang sedang meramas-ramas punggungku dari kainku yang tersingkap itu. Buah dadaku juga di ramas-ramas oleh anakku membuatkan rontaanku semakin lemah kerana diriku mula dirangsang nafsu. Walaupun dalam keterpaksaan, aku mula merasa kenikmatan menyelubugi tubuhku dan aku mula menbiarkan sahaja anak-anakku meraba-raba tubuhku. Keadaan menjadi sunyi sepi, aku memejamkan mataku menikmatai ramasan serta rabaan enam tangan di tubuhku. Seluruh tubuhku di raba dan punggung serta buah dadaku diramas serentak.
Aku tidak pernah dilakukan begini, kenikmatan yang aku rasakan sungguh berbeza dari bersetubuh bersama suamiku dan aku menikmati denga rangsangan nafsuku yang membuak-buak. Tubuhku tidak lagi dipeluk Izie, tanganku juga sudah bebas dari pegangan Izra dan Izani. Aku kini berdiri dengan penuh kerelaan kerana kenikmatan yang melanda diriku membuatkan aku pasrah.
Aku dapat merasakan seluar dalamku di tarik kebawah dan ramasan tangan anakku semakin kuat mencengkam daging pejal di punggungku. Aku tidak tahu tangan itu milik siapa kerana seluruh tubuhku dipenuhi tangan anak-anakku. Pinggangku di tarik kebelakang sambil tanganku masih menahan dinding menjadikan aku separuh menonggeng. Kain baju kurungku yang di selak itu diletakkan pada pinggangku dan aku terasa daging punggungku di jilat serta di gigit lebih dari seorang anakku.
Buah dadaku masih menjadi mangsa ramasan ganas anakku dan dari luarbaju kurungku, aku dapat melihat tangan Izie dan Izani merayap menyelinap masuk ke dalam baju kurungku lalu terus ke bawah coliku. Buah dadaku semakin ganas di ramas Izie dan Izani membuatkan buah dadaku itu menjadi tegang. Alur punggungku hingga ke pangkal cipapku di basahi dengan air liur Izra yang kini berada di belakang punggungku.
Aku terkemut-kemut sambil menolak punggungku kebelakang agar jilatan Izra sampai ke bibir cipapku. Daging punggungku dikuak dengan agak ganas dan bibir duburku menjadi mangsa jilatan lidah Izra, aku tidak tahu dimana mereka belajar untuk meragsangku sehingga membuatkan aku semakin khayal. Aku tersedar dari khayalanku apabila tubuhku di pusingkan manakala tanganku pula di angkat ke atas oleh Izani dan Izie terus menanggalkan baju kurungku.
Aku dapat melihat Izra sedang membuka pengait kain baju kurungku lalu kain itu jatuh ke lantai, kini aku berdiri dalam keadaan bogel dan hanya mendiamkan diri sahaja. Izra menarik tanganku agar bergerak ke atas katil, aku yang diirngi Izani dan Izie hanya menuruti sahaja tarikan tangan Izra lalu dibaringkan telentang tubuhku di atas katil. Izra menggangkangkan kakiku seluas-luasnya dan terus menjilat cipapku, Izani pula sedang berdiri membuka seluarnya Izie kini sedang menghisap buah dadaku. Izie menhisap sambil meramas buah dada dan punggungku dengan ganas di ramas Izra yang sedang menjilat cipapku.
“Arrrhhhggghhh… mmmmm…” Tanpa sedar aku mengerang dengan mata terpejam kerana merasa sungguh nikmat dan apabila aku membuka mataku, aku melihat Izani menghulurkan batangnya ke mukaku.
Izani terus menujahkan batangnya masuk ke dalam mulutku yang terngangga itu, Izani mula mengerakkan batangnya keluar masuk ke dalam mulutku. Aku merasa sungguh nikmati dengan hisapan serta ramasan Izie di buah dadaku, cipapku yang dijilat Izra terkemut-kemut dan mulutku pula dipenuhi dengan batang Izani membuatkan aku tidak sedar bilakah ketiga anakku itu sudah berbogel. Izra mula menindihi tubuhku lalu menujahkan batangnya masuk ke dalam cipapku dengan ganas sementara Izie masih sibuk meramas buah dadaku dan Izani pula sedang menujah ganas mulutku.
“Abang… bagi Izani pulak… Izani dah tak tahan ni…” Kata Izani pada abangnya Izra.
Izra mencabut batangnya dari cipapku lalu menonggengkan tubuhku, Izani datang ke belakang punggungku lalu terus menujah cipapku dari arah belakang. Aku kini sedang menghisap batang Izie pula dan Izra mula menjilat serta meramas buah dadaku.Tak lama kemudian, Izani merebahkan tubuhnya lalu menarik tubuhku ke atas tubuhnya dan memasukkan batangnya ke dalam cipapku dari bawah. Aku mencapai puncak klimaksku yang panjang ketika Izani memecut laju menyetubuhiku ketika aku berada di atas tubuhnya.
“Izie… sekarang pergi masukkan batang kau kat sini…” Arah Izra pada Izie sambil memasukkan sebang jarinya ke dalam lubang duburku sambil di gerakkan keluar masuk jarinya itu. Aku yang mendengar Izra mengarahkan Izie memasukkan batangnya ke dalam duburku hanya diam sahaja seolah merelakan pula duburku di tujah Izie. Izie dengan cepat ke balakang punggungku lalu batangnya yang tidak beberapa besar itu terus dipacakkan ke duburku.
Aku membetulkan batang Izie agar mudah masuk ke lubang duburku. Sekarang Izie dan Izani melakukan tujahan serentak di cipapku serta di duburku, aku hampir menjerit kesedapan tetapi suaraku tidak keluar kerana di sumbat oleh batang Izra. Oleh kerana tidak tahan dengan kemutan yang kuat di dubur, Izie telah memancutkan air maninya di dalam duburku. Setelah batangnya dicabut keluar, Izra terus memasukkan batangnya kedalam duburku.
Aku yang sedang menikmati tujahan batang Izra di duburku serta tujahan batang Izani di dalam cipapku menggerakkan punggungku seiring dengan tujahan mereka. Aku sekali lagi telah hampir mencapai puncak klimaksku yang kedua. Aku kemutkan lubang dubur serta cipapku serentak dan Izani tidak dapat bertahan lagi apabila otot cipapku mengemut batangnya lalu memancutkan air maninya di dalam cipapku.
Izra masih laju menujah duburku yang mengemut ketat itu dan akhirnya Izra pun memancutkan air maninya ke dalam duburku setelah menujah dengan agak kuat. Aku tertiarap di atas katiku dengan ketiga anakku yang terbaring lemah disisiku. Begitulah kehidupanku bersama ketiga anak-anankku sehingga kini, aku merasa sungguh puas bersetubuh serentak dengan mereka dan aku tidak lagi mencapai kepuasanku ketika bersetubuh dengan suamiku
395 notes
·
View notes
Text
Apakah ada yang baca ini pakai nada? 😆
0 notes
Text
Postingan
Saya hanya mau bilang sedikit. Kalau lagi pakai media sosial, Instagram misalnya, selalu luangkan waktu untuk merespon postingan temanmu. Meski dengan sekadar celetukan lucu, pujian, doa, dan reply-reply random. Kadang kita tidak sadar telah menjadi zombie yang angkuh: hambar melihat aktivitas orang lain dan sentralistik egois terhadap diri sendiri. Ini yang menjadikan media sosial akhirnya penjara pikiran yang menyesatkan. Memuat jiwa-jiwa jadi kosong melompong.
Gunakan momen postingan tersebut untuk terlibat percakapan dengan mereka. Bahkan sekadar komentar receh pun tidak bermasalah. Kita bisa tetap jadi orang yang ramah tanpa perlu berpura-pura. Bukan buat siapa-siapa atau cari perhatian manusia. Bukan. Tapi untuk menjaga diri kita sendiri dari karakter yang tidak memanusiakan manusia.
Ambil bagian membentuk sirkel yang positif dan saling terhubung dengan kebaikan-kebaikan.
247 notes
·
View notes
Text
Mungkin, ada yang belum usai.
Percakapan yang tak sempat terucap, kabar yang tak sempat diberitahu, tanya yang tak sempat terjawab, ragu yang tak sempat teryakinkan, dan angan yang tak pernah disampaikan.
Banyak cerita yang memiliki momentum singkat. Jika tidak disampaikan secepat mungkin, kita mungkin tidak akan menemui momentumnya lagi.
Meski, di ujung hari, kisah itu akan tetap berlayar. Walau hanya di angan, walau tak pernah menemui tujuannya.
@faramuthiaa
Cranfield, 30 Agustus 2024 || 01.37 BST
84 notes
·
View notes
Text
ZIRAH MY MASTURBATION BUDDY - PART 2
Jadi lepas tu kitorang sambung borak lagi dan dia tanya macam-macam la..macam mana lelaki melancap?..tangan mana yang guna?..lepas pancut terus puas ke? perempuan pun melancap jugak ke? sama macam lelaki ke?...perempuan pun pancut jugak ke?..kalau dia nak buat aku boleh ajarkan ke? aku macam woww..serious ke zirah? dalam banyak-banyak soalan aku macam tak caya pulak dengan satu soalan cepu emas yang aku dapat dari dia malam tu..aku cuba tanya lagi untuk dapatkan kepastian..betul ke apa yang aku dengar ni? nak aku ajar camne nak lancap? kenapa tiba-tiba dia berminat nak tau pasal melancap ni padahal sebelum ni kita dah bincang pasal seks macam-macam topik..tapi topik melancap jadi kegemaran dia? Lepas tu dia cakap..ohh..takla sebelum tu dia kata aku nak tanya..perempuan kalau melancap memang akan kuat mendengus ke? aku jawab laa haa betul sebab dia tengah nak capai orgasme tu..sebelum klimaks memang perempuan akan mendengus menahan nikmat sebelum diakhiri dengan erangan dan badan menggigil sedap menandakan yang perempuan tu dah orgasme.
Soalan dia buat aku bertambah musykil dan ingin tahu..Kenapa ko tanya macam dah tau je? Pernah buat ke? Dia cakap ohh tak laa...Bila aku selidik dan tanya lebih lanjut rupanya dia bagitau aku yang ada satu malam tu dia tidur awal sebab letih..tengah-tengah malam dalam pukul 1.00-2.00 pagi lebih kurang dia terjaga dengar roomate dia katil sebelah mendengus sambil tangan pegang phone borak dengan boyfriend dia. Masatu tengah gelap sebab tutup lampu kan tapi dia ada pasang lampu malap yg kecik tu so nampak la sikit apa yg jadi, jadi dia dengar & nampak roomate dia tengah berborak dengan boyfriend dia dengan nada suara ghairah dan isi percakapan dorang tu agak lucah la macam B..b..syg dah tak tahan..ahh..ahh..b cepat b sayang dah nak pancut..sikit lagi..urhhh,,huh..ahh..b..cepat nanti roomate syg dengar..ahhh..ahhh..ahhh..yess..bb..bb syg dah keluar..ahh..masa part ahhh tu dia dengar kaki roomate mcm menendang hujung katil sambil katil tu bergegar diikuti bunyi lega dr roomate dia..ahhh yes..b..thank you b buat syg puas..hehehehe..lepastu dorg borak mcm biasa sbb roomate dia kata nk basuh bersih sebelum mandi then nak tido apa semua...lepastu dia perasan roomate dia macam nak alih pandangan kat katil dia macam nak pastikan dia masih tidur tapi dia awal-awal dah buat-buat lelap dulu sebab nak pastikan roomate dia tak malu kan..segan la nanti nak berhadapan..haha.. Jadi..bila aku dengar dia cerita macam tu...batang aku naik mencanak dah..aku dah boleh agak si zirah ni pun teruja dengar kawan dia melancap.. masa dia tgh syok cerita tu tangan aku dah dalam seluar gosok-gosok batang..aku dh keluarkan batang sambil lancap..dengar suara dia bercerita pasal tu pun dh buat aku stim sangat..tapi aku fikir sabar dulu..apa kata aku tunda pancut malam ni masa tgh borak dengan dia tu aku gosok-gosok batang aku sambil tanya dia apa yg jadi dengan lebih detail...last sekali kitorang decide utk stop borak & tido sebab dh lewat malam tapi masatu batang aku masih mencanak nak terpancut dah tapi aku tahan lagi..aku edging je dulu sebab aku percaya aku boleh pujuk zirah utk melancap bersama..masa tu aku akan pancut sepuas hati aku..jadi aksi malam tu aku tamatkan dengan konek aku yg tegang dan aku biarkan tegang sambil bayangkan apa yg mungkin bakal terjadi esok..aku tutup lampu dan tidur dgn batang yg tegang dan beransur lembik setelah tidak distimulasi lagi..payah bagi aku nak tido lepas apa yg aku dengar malam tu..hasrat aku agak kuat nak pancut jgk utk redakan nafsu yg tgh membuak-buam..tapi aku percaya kalau aku sabar dan tunggu aku boleh dpt pulangan yg lebih lumayan..
Keesokan paginya aku terlajak tidur..sampai pejabat hampir sikit lagi nak lewat dalam pukul 8.57 am..capping masuk 9.00 pagi lepas tu dikira lambat..merah la report bulanan kedatangan nanti..Selalunya aku akan sampai dalam 7.30 paling lambat pun sebelum pukul 8.00 am. Itu semua gara-gara borak dengan zirah sampai lewat malam. Aku borak dengan dia malam tu sampai ke topik melancap tulah. Subuh pun terlepas nasib baik sempat mandi, pakai baju, capai motosikal dan terus rempit pegi tempat kerja.. Sampai-sampai je si zirah ni dah tersenyum lebar nampak aku masuk mesti sebab isi perbualan kitorang semalam.
Aku dah tak sempat nak borak dengan dia lama-lama cukup sekadar hai hai je lepas tu aku terus on desktop buat kerja. Nak sarapan pun tak sempat sebab aku dah sampai pun dekat pukul 9.00 am. Zirah asyik menjeling ke arah aku macam bagi signal je pasal CD Blue yang aku ceritakan semalam tu.. Dia nampak teruja sangat..haha.. tepat-tepat 12.30 pm macam biasa dia terpacak dah depan meja aku senyum-senyum terus dia datang dekat nak berbisik tanya weh,,,bawak tak CD blue yang ko kata semalam tu..? hihi.. lain macam rupanya dia ni..masa aku kenal dia setahun lepas dia memang peramah tapi tak la seghairah macam ni..haha..mungkin dia excited kot nak tengok pasal melancap tu macam mana..dan mungkin akhirnya dia setuju nak tengok salah satu koleksi CD blue aku..Aku ada sebut kat dia yang aku ada simpan banyak koleksi video seks western / european kalau dia nak tengok & tau apa tu pornografi..tapi masatu dia kurang minat mungkin sebab dia segan..yelah perempuan tengok porn masa tu bagi aku sedikit taboo..selalunya lelaki yang layan...aku rasa dia nak jaga persepsi aku terhadap dia kot..haha..tapi setakat ni aku rasa terkejut dengan perkembangan dia pasal topik melancap tu..
Aku sambut pertanyaan dia dengan bukak beg aku lepastu keluarkan dvd blue tu yh aku letak dalam plastik hitam..Belum sempat aku nak hulur dia dh sambar dari tangan aku..keluarkan dr plastik lepas tu dia duk cakap woahh wahh besarnya eee camne dorg masukkan kuat-kuat..aku terkejut terus tegur dia woi CD blue tu jangan tayang-tayang kat office ni org perasan kang kantoi laaa..hahaha.. dia gelak..sorry weh..terus dia masukkan balik dlm plastik lepastu dia simpan dalam beg dia.. pastu aku terus ajak dia turun makan..
182 notes
·
View notes
Text
Dialog Masalah
Dok, nanti edukasi pasien ini nggak bisa pakai BPJS ya.
Eh kenapa?
Pasien anak SMA, minum obat xx hampir satu strip, untuk menggugurkan janinnya. Dibelikan pacarnya online.. Jadi masuk kategori pembunuhan terencana.
Ujar staff BPJS di RS-ku.
Dok, anak-anak di SD ini susah akademisnya. Banyak yang ditinggal orang tuanya ke Jakarta, atau single parent.
Seorang kepala sekolah cerita padaku setelah usai penyuluhan.
Dok, tolong periksa pasangan calon penganten ya.
Oke
Tapi sudah positif.
Eh positif apa?
Hamil.
Seorang bidan meminta tolong sambil tersenyum iba.
Dok minta tolong visum ya.
Pasien apa, Mbak?
Ibu-ibu di KDRT, sudah 13 tahun dipukuli suaminya. Hari ini akhirnya berani memeriksakan diri.
Ujar seorang perawat saat kami di IGD.
Dok ini pasien hamil risiko tinggi, jangan lupa dirujuk.
Kenapa Bu?
Usia 15 tahun, sudah hamil 5 bulan
Percakapan di poli KIA.
Iya dok, anak itu dibully temannya karena hitam kulitnya. Sedari kecil susah mengikuti pelajaran, sosial juga kurang. Ibu bapaknya juga sulit diajak kerjasama.
Curhatan seorang guru TK tentang muridnya usai skrining perkembangan.
Bu, Pak. Anda berdua positif terkena penyakit Gonorrhea. Secara objektif ini saya sampaikan ada kumannya.
Lah, Dok? Saya gak tau dok kenapa saya sakit gini setelah menikah dengan suami saya ini!
Saya yakin saya nggak ‘jajan’, Dok. Istri saya pasti yang bawa penyakitnya!
Pertengkaran suami istri di suatu poli Infeksi Menular Seksual (IMS).
Ya Allah.. memang saat ini ummat sedang sakit ya. Semoga pribadi kita dikuatkan, keluarga dikokohkan, dan semoga Allah lindungi ummat dari kemaksiatan.
Selamat terus “belanja masalah” yaa, dan semoga Allah takdirkan kita menjadi yang bisa memberi solusi dari masalah, bukan diam saja, apalagi memperkeruh. Huhu.
-h.a.
156 notes
·
View notes
Text
Percakapan [1] : Kalau saja
"Kalau saja kamu jadi ke Belanda dan aku tidak jadi ke Jakarta, apa kita tetap seperti ini?"
"Iya."
"Kamu yakin akan tetap menikah denganku meskipun kita tidak menjalani kisah yang sama?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Semesta pasti mempertemukan kita, apapun jalannya. Serta aku juga akan sepenuh hati mencarimu."
"Walau sulit?"
"Tidak ada yang benar-benar sulit saat kamu selalu membuatku tenang. Apapun yang terjadi aku akan selalu kembali padamu."
1 note
·
View note