Tumgik
#pengurusan jenazah
mibeau · 2 years
Text
Tumblr media
THE ULTIMATE BOOKLET.
Buku mesti milik untuk setiap rumah!
Lengkapi diri kita dengan salah satu asas ilmu fardhu kifayah. Walaupun, hanya dari segi teori, sekurang-kurangnya kita faham apa yang berlaku jikalau kita ada dalam situasi yang mengkehendakinya.
Buku ini juga sebuah tazkirah. Peringatan buat kita sendiri; yang kematian itu pasti.
.
Meliputi segala hal berkaitan bakal jenazah, jenazah; bayi & dewasa; sempurna anggota mahupun tidak. Perkara sunat, harus, wajib dan lain-lain. Solat, gali kubur, talqin. Setiap langkah dituntun!
Overview yang jelas, pembahagian topik yang sesuai, illustrasi penjelasan yang menarik , ringkas & padat. Bahasa mudah difahami. Pelajari dan “recap” adab-adab dan tatatertib yang disyariatkan oleh agama, bukan adat. Sumber rujukan dilampirkan.
.
Subhanallah, mashaAllah, Tabarakallah! Saya berasa sebak, sesungguhnya mayat seorang Muslim amat dimuliakan Allah SWT! Kita dianjur supaya diuruskan selembut mungkin, dipakai wangian, disolatkan buat kali terakhir, dikafankan dengan pakaian yang selesa dan ditempatkan di “rumah” terakhir kita di bumi ini yang inshaAllah aman dan “bernafas”. Aduhai!
.
Alhamdullilah, terima kasih ada wujudnya booklet ini, membantu.
Harga sangat, sangat, SANGAT BERBALOI! Ilmu asas inshaAllah penuh di dada.
.
Tumblr media Tumblr media
---
● Beli di:
atau layari Book Cafe untuk lebih banyak lagi buku agama!
1 note · View note
Text
Halo tuan, entah keberapa kalinya saya menuliskanmu.
Halo tuan, saya selalu yakin kamu kuat.
Hari ini, mendengar kabar duka Bapakmu adalah sesuatu yang membuatmu pasti sangat terpukul. Masih jelas teringat waktu dalam pengurusan, memberitahukan tidak ingin melanjutkan. Sebab, orangtua sedang sakit.
Tuan baik, kau tahu doa baik selalu bersamamu. Kau tahu, melihatmu tersenyum disaat keadaanmu sedang tidak baik-baik saja, membuatku bersedih.
Bagaimana tidak, tuan sepertimu pasti paham rasanya ditinggalkan. Karena tugasmu sama denganku ialah menyaksikan/mengurus jenazah yang dimana selalu melihat orang-orang terpukul karena kehilangan. Dan hari ini, kaupun merasakannya.
Hari ini melihat keluarga besarmu, bahkan melihat sesosok ibumu secara langsung dan melihat Bapakmu rahimahullah.
Melihat ibumu yang masih kuat menyambut pelayat yang begitu banyak datang. Senyum kecil ibumu malam ini menutup segala lukanya. Mengambil tangannya untuk salam, sembari memeluknya dan berbisik; semoga dikuatkan bu.
Memberanikan diri untuk datang, walau tangan keringat dingin dan kaki gemetar.
Tuan, semoga Allah selalu menguatkanmu. Bersama ataupun tidak nanti, semoga kebahagiaan dan kemudahan selalu membersamaimu.
Semoga Bapak Rahimahullah, ditempatkan ditempat terbaikNya. Ibumu selalu dikuatkan serta saudaramu senantiasa diberikan ketegaran.
3 notes · View notes
nonaatata · 2 years
Text
Di Upacara Kematian
Aku mendengar bunyi pesan masuk dari telepon pintarku. Tanganku yang sibuk mengetik seketika terhenti. Kemudian beralih mengambil telepon pintar yang barusan berbunyi.
'Mbak, Mbok Sri baru saja berpulang'
Sepenggal pesan singkat dari adik membuatku terjeda dari aktivitasku bekerja. Aku menghela napas panjang, berdoa, baru setelahnya kukirim pesan balasan. Lalu mulai berkemas untuk segera pulang ke rumah. Aku berharap tidak melewatkan proses merawat hingga mengantarkan jenazah sampai liang lahat.
Harapku terwujud, aku mengikuti serangkaian proses merawat jenazah. Selesai memandikan aku beranjak untuk menemani proses pengkafanan. Sebab begitu banyak orang yang menemani proses ini, aku menepi. Berdiri menyaksikan prosesi itu dari belakang orang-orang yang sudah 'sepuh'.
“Benarkan ceritaku”. Seseorang yang berdiri tepat di depanku berbisik. Memastikan bahwa cerita yang disampaikannya benar adanya.
"Iya. Kasihan, ya."
Kemudian berlanjut percakapan yang tidak elok untuk diucapkan, lebih-lebih di upacara kematian.
Sedari tadi mendengarkan percakapan itu aku tahu mereka sedang membicarakan siapa. Sesuatu yang aku risih mendengarnya, namun aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Di sepanjang proses pengurusan jenazah sisanya, pikiranku penuh. Didominasi oleh banyak pertanyaan. Mulai pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang membuatku pusing kepala. Akankah, bisakah, dan lain sebagainya.
“Mbak, mari pulang. Besok kita bisa ke makam lagi.”
Adik menyentuh lenganku, membuatku tersadar bahwa proses pemakaman dan doa setelahnya telah selesai. Ku lempar segumpal tanah ke makam almarhumah. Kemudian beranjak pulang ke rumah.
2 notes · View notes
telkomuniversityputi · 2 months
Text
Kematian Adalah Suatu Kepastian | Almanhaj
DAFTAR ISI Mengingat Maut Renungan Tentang Kematian Kematian Adalah Sebuah Kepastian Awas Kematian Mendadak! Seribu Satu Sebab Kematian Manusia Pengurusan Jenazah Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah (مختصر الفقه الإسلامي) Manusia hidup di dunia ini telah ditentukan ajalnya, telah dijatah lama kehidupannya. Dengan berjalannya hari-hari, berlalunya…
0 notes
himawariqurrotaaini · 3 months
Text
Tiba-Tiba Melayat (lagi).
Pontianak. 16:56. 04072024.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillaah 'ala kulli haal.
Beginilah nasibnya kenal banyaaaaak manusia... mesti siap-siap juga dengan banyaaaaak kehilangan.
Heheheeheheh... sedih.
Berkat Allaah mudahkan, alhamdulillaah berkesempatan hadir ke pemakaman seorang Ibu yang beberapa tahun lalu cukup banyak berinteraksi dalam dunia kerja dengan saya.
Serasa baru kemarin, beliau banyak sekali membantu dalam pengurusan bansos untuk warga yang berhak. Ketika Ramadhan tiba, beliau Rahimahullaah bersama para istri pegawai kantor suaminya berkunjung ke kantor kami, tarik menarik dalam kebaikan, menjadi perantara titipan rezeki dari Allaah kepada warga dhuafa.
Allaah mudahkan beliau menjadi perantara nasihat yang meresap di hati, sehingga pertemuan-pertemuan dengannya adalah pertemuan yang menyenangkan tidak berbekas luka.
Ketika Beliau Rahimahullaah berpulang, Allaah takdirkan suami dan anaknya masih berada di Madinah, sungguh keadaan yang tidak mudah bagi hitung-hitungan logika dangkal saya. Namun bukankah mereka pun berada pada tempat terbaik di bumi? Tempat istimewa mustajabnya doa-doa? Anaknya memenuhi panggilan Allaah berhaji sebagai ganti dari beliau yang dalam keadaan sakit di sini. Begitu indahnya Allaah menalikan hubungan orang tua dan anak ini, koneksi yang semoga menjadi pengingat sungguhlah dunia sementara, akhirat selamanya. Hadiah terindah dari seorang ibu untuk anaknya.
Tumblr media Tumblr media
Beliau Rahimahullaah bukan seorang pejabat, namun sepanjang pengalaman saya yang sebenarnya pendek, ramaaaaaiii sekali yang menshalatkan, suatu kemewahan yang biasanya dimiliki oleh para pemimpin, sebanding dengan beratnya tanggung jawab akhirat yang semestinya mereka sadari. Waaah nangis saya ketika Ustadz Didik Hafidzahullaah sebagai imam shalat jenazah tadi bilang, "Waktu terbaik untuk berdoa adalah di dalam shalat, mari doakan Rahimahullaah dengan memperpanjang rakaat 3 dan 4 kita."
Sebagaimana pemakaman, di situlah tempat memungut nasihat, berjumpa mantan atasan saya yang berpesan, "Lihatlah bagaimana ketika kita pulang, Allaah pun menunjukkan bagaimana kita bersikap dulu."
Tumblr media
Inilah diri, lupa bersungguh hati minta-minta diwafatkan husnul khotimah, meminta akhirat, dunia pasti mengikuti. Bukankah itu merangkum bagaimana kita memanfaatkan hidup? InshaAllah berpulang dalam sebaik-baiknya keadaan. Semoga Allaah meridhai.
---
Innalillahi wa inna ilaihi roojiun.
Indeed, to Allah we belong and to Him we shall return.
"Ibu Neny yang baik, saya bersaksi kebaikan Ibu, udah ndak sakit lagi ya Bu? Ibu Neny yang baik, kalau di surga nanti ndak ketemu saya, cari-cari yaaa... ayuprissa yang pelupa ini.... Semoga Allaah meridhai."
Salam,
ayuprissakartika.
1 note · View note
loriestory · 3 months
Text
Tumblr media
Hari ini aku menemukan berbagai orang dengan kesedihan masing2 mengikhlaskan orang yg dicintai pergi untuk selama2nya setelah bertahan beberapa hari di ICU.
Dengan rentan usia sangat muda 21 sampai 40 beberpaa orang meninggal akhir2 ini membuat ku merasa harus merefleksikan diri dan mengingat2 bahwa kematian bukan perkara tua kematian datang tidak ada yg tahu, jadi berbuat baik menjaga iman islam harus tetap menjadi pondasi utama karna tidak ada yg kekal di dunia ini.
aku yg menemui beberapa keluarga pasien ikut mengucap belasungkawa dan ikut merasakan bagaimana kesedihannya.
Ada anak remaja kisaran 15 thn menggandeng adik kecilnya yg mungkin 8 atau 9 tahun mengurus ibunya yg meninggal datang dengan raut wajah yg menahan tangis dengan terus memegang erat tangan adiknya sambil ku tanya "sakit apa dek ibunya?"
"Jatuh dari kamar mandi bu, tau2 engga sadar tapi ibu sering di rawat karna penyakit jantung"
Lalu aku menjelaskan tentang alur pengurusan jenazah. Tak lama anak itu pergi aku terbayang diriku kecil ketika di paksa terbangun dari tidur siangku karna harus lari ke wartel untuk menghubungi budhe2 ku selepas pulang dari wartel tiba2 rumah sudah penuh dengan tetangga dan aku kecil itu tidak tau harus mengekspresikan diri, seperti apa perkara kematian saja masih blm ku tau jelas apa itu.
Dan setelah itu adalagi 3 orang datang untuk mengurus administrasi kepulangan jenazah, seorang anak laki2 17 thnan seorang istri 40 thnan dan seorang ibu paruhbaya. Seorang ibu yg lemas di rangkul cucu dan anaknya. Ku jelaskan berbagai macam prosedurnya lalu aku menanyakan "maaf ibu siapanya pasien?"
"Saya istrinya mbak" sambil menahan air mata
"Bapak masih muda yah bu" saat itu aku melihat keterang usia 41 th (aku terbayang dengan bapakku yg meninggal di 42 th, dan aku melihat sosok ibuku ada di dalam diri ibu2 itu)
"Iyaa mbak, koma sudah dari 4 hari yg lalu tetapi sempat ada pergerakan kemarin eh malah meninggal hr ini"
Reflek tanganku bergerak ke ibu sambil mengelus tangannya "yg sabar yaa bu"
Aku melihat sosok kuat dari seorang wanita itu di saat hati sedang patah hancur dan mungkin tak tahu arah karna orang yg paling ia cintai dan paling di andalkan pergi selama2nya ia masih mampu memopoh mertuanya yg lemas karna kehilangan anaknya.
Dibelahan bumi manapun kebahagian selaras dengan kesedihan, aku belajar untuk memandang dari segala macam prespektif kehilangan memang bukan hal mudah untuk bangun dan menatap sekeliling rumahpun bukan hal mudah pasca kehilangan, jadi biarkan, biarkan ia dengan sendirinya selesai dengan kehilangan membuat ia belajar cara menguatkan diri sendiri, cara berjalan walau mengguanakan 1 kaki, tetap melangkah walau ada genangan. Selagi Allah masih memberikan nafas untuk manusia Allah tidak akan meninggalkan.
0 notes
realita-lampung · 1 year
Text
TP PKK Gelar Pelatihan Tata Cara Pengurusan Jenazah
Tumblr media
Demi meningkatkan kapasitas SDM di bidang keagamaan, Tim Penggerak PKK Provinsi Lampung bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung menggelar Pelatihan Tata Cara Pengurusan Jenazah, di Hotel Horison Bandar Lampung, Senin (18/9/2023). Kegiatan yang berlangsung 18-21 September 2023 ini dibuka Ketua TP PKK Ibu Riana Sari Arinal dan dihadiri para Kader PKK Kabupaten/Kota. Ibu Riana mengatakan Pemerintah Provinsi Lampung memiliki komitmen yang kuat dalam memajukan kehidupan beragama bagi seluruh masyarakatnya. Salah satunya kegiatan Pelatihan Tata Cara Pengurusan Jenazah ini dalam upaya peningkatan kapasitas SDM di bidang keagamaan. "Ini menjadi hal baru bagi anggota Tim Penggerak PKK di Kabupaten/Kota dan hari ini angkatan yang pertama. Semangat mengikuti pelatihan ini," ujar Ibu Riana. Ibu Riana menuturkan melalui pelatihan ini, nantinya para kader PKK mempunyai ilmu tata cara dalam pengurusan jenazah dengan baik dan benar sesuai syariat Islam yang kemudian bisa di mempraktikan dan menularkan ilmu yang telah diterima. "Sehingga nantinya akan semakin banyak orang yang bisa mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengkafani dan menshalatkan sesuai dengan tuntunan dan syariat Islam apabila ada saudara, tetangga, maupun kerabat yang meninggal dunia," katanya. Menurut Ibu Riana, dari niat baik dan menyebarluaskan ilmu dari pelatihan ini, akan memberikan kebaikan dan manfaat serta menjadi amal ibadah. "Insya Allah dari niat ibu ikut pelatihan ini hingga mempraktikannya dan menularkan ilmu yang didapatkan, Insha Allah akan menjadi amal ibadah," pungkasnya.(Adpim) Read the full article
0 notes
segitarius · 1 year
Text
Pulangnya Asril
“Kalau beginimi kondisinya, banyak-banyakki berdoa dii”, kata perawat perempuan berkacamata yang duduk di sebelah kiri Sariandi. Mendengar itu, Sariandi dan saya sejenak saling memandangi tanpa kata. Lalu kembali dengan isi kepala masing-masing.
Dari depan puskesmas, sehabis magrib, ambulans membawa kami melaju keluar jalan kecamatan menuju rumah sakit di kabupaten. Sirine mobil itu meraung-raung membelah gelap malam yang sedang gerimis.
“Kalau bagusmi jalanan e, balap ki nah!”, minta perawat berkacamata ke supir ambulans.
Di samping supir, duduk satu perawat perempuan. Sementara saya di belakang. Di samping kiri saya ada Sariandi, lalu perawat perempuan berkacamata tadi. Kami bertiga duduk persis seperti orang di dalam angkot. Dan di depan kami, Asril terbaring kritis tidak sadarkan diri. Dia dibantu bernapas menggunakan tabung oksigen. Satu botol air infus terpasang di punggung telapak tangan kirinya. Pada jari tengah tangan kanannya dijepiti semacam stapler kecil warna hitam. Monitor “stapler” itu menunjukkan angka 89. Sementara saluran kemihnya dipasangi selang yang terhubung ke kantong penampung urine. Perawat berkacamata sesekali membersihkan cairan yang keluar dari mulut Asril menggunakan kapas.
Kira-kira 40 menitan berlalu, ambulans tiba di depan IGD rumah sakit kabupaten. Kami turun. Supir ambulas mendorong Asril menggunakan kereta pasien menuju ruangan resusitasi. Sementara dua perawat dari puskesmas tadi menyerahkan kertas ke dokter yang duduk di belakang meja depan ruangan resusitasi. Setelah itu, merekapun pulang.
Dalam ruangan resusitasi, Asril masih dibantu bernapas menggunakan oksigen. Di dadanya terpasang kabel-kabel beragam warna yang terhubung ke monitor. Jari tengahnya dipasangi “stapler” yang juga terhubung ke monitor.
Di meja dekat pintu masuk Sariandi mengurus segala administrasi. Lalu memberi tanda tangan pada sebuah kertas sebagai perwakilan keluarga Asril. Saya juga diminta bertanda tangan. Pengurusan administrasinya cepat selesai.
Sariandi mulai menghubungi satu persatu kerabat Asril. Dia menelepon sepupu dan anaknya di Kalimantan, adik laki-lakinya di Wajo, dan istrinya di Papua. Tidak ada satupun yang bisa datang.
Kami mulai bingung. Siapa yang akan kami temani bergantian menemani Asril selama di rumah sakit sekaligus mengambil obat di apotik ketika diminta oleh dokter? Untuk malam ini, kami bisa menemani Asril. Tapi bagaimana dengan besok? Sementara besok siang sampai sore Sariandi ada kerjaan. Sedangkan saya harus balik ke Makassar.
Jelang tengah malam, Asril dipindahkan. Dari IGD dua perawat mendorongnya ke gedung Asoka tempat kamar ICU berada. Sariandi dan saya mengikuti dari belakang.
Di kamar ICU ada pasien lainya. Satu orang tua kritis tidak sadarkan diri, di sampingnya terbaring kritis seorang anak juga tidak sadarkan diri. Dan satu lagi pemuda yang juga kritis tapi masih bisa duduk.
Menjelang tengah malam orang tua itu meninggal. Istri dan keluarganya menangis. Lalu disusul kematian anak kecil itu. “Makecce tongen ni ale na anakku kasi”, nenek anak itu terisak. Tangisan dua keluarga terdengar sampai di luar kamar ICU. Suasana seperti itu buat saya lemas.
Di luar ICU, Sariandi dan saya coba mencari solusi yang buat kami tadi bingung sampai pusing. Saya putuskan besok tidak ke Makassar dulu. Tapi Sariandi tidak bisa menunda kerjaya besok siang. Sedangkan saya tidak berani sendiri menjaga Asril yang seadang kritis kalau Sariandi pergi kerja.
Kami dihinggapi capek dan belum tau besok siapa yang akan menemani Asril? Lalu tertidur di emperan lantai rumah sakit tanpa alas. Dua jenazah di ICU sudah dipulangkan oleh keluarganya masing-masing.
Belum hilang kantuk kami ketika terbangun oleh suara pekerja kebersihan rumah sakit yang menyapu halaman dan membersihkan lantai.
Matahari sebentar lagi muncul. Tapi kami belum menemukan solusi dari kebingungan semalam. Setelah berdiskusi sejenak, kami mantap pada pilihan kami, mengeluarkan ‘paksa” Asril dari rumah sakit.
Sariandipun menjelaskan alasan kenapa Asril hedak kami pulangkan ke perawat yang masih piket dari semalam. Perawat itu tidak membolehkan. Namun pada akhirnya Sariandi dan saya bertanda tangan di atas sebuah kertas. Kami tetap mengeluarkan ‘paksa” Asril.
Sementara untuk ambulans yang akan mengantar kami ke kecamatan, perawat itu menyarankan menggunakan ambulance milik Kurir Langit atau IBS (Indahnya Berbagi Sesama). Ambulans ini tidak dikenakan biaya. Ambulans IBS bersedia mengantar kami.
Kami duduk di emperan lantai rumah sakit menunggu ambulans datang. Lalu tiba-tiba, tanpa diduga dari belakang datang om tante saya, Munawir dan Syamsiah. Seketika saya merasa legah.
Mereka datang setelah mendengar kabar kalau Asril masuk rumah sakit dan cuman kami berdua yang menemaninya. Lalu kami bilang ke mereka kalau kami sudah tanda tangan untuk mengeluarkan Asril dari rumah sakit dan membawanya pulang kembali ke kecamatan. Belum selesai penjelasan kami ke mereka, Sariandi dan saya sudah kena bentak. Kalau tidak ada keluarga Asril bersedia menemaninya di rumah sakit, Munawir dan Syamsiah bersedia menemaninya.
Sariandi dengan cepat kembali menemui perawat tadi lalu bilang Asril tidak jadi kami pulangkan. Sementara tiga perempuan dengan bordiran IBS dibelakang bajunya juga baru saja tiba. Asril tetap dirawat di ICU.
Setelah dari semalam Sariandi menelepon keluarga Asril satu persatu dan tidak ada dari mereka memberi kepastian untuk datang, kali ini, Munawir dan Syamsiah yang bergantian berkomunikasi dan memarahi istri, adik, anak, tante dan sepupu Asril. Barulah kemudian istri Asril bilang akan datang Jumat, adiknya bilang akan datang lusa dan tantenya bilang akan datang siang nanti. Sementara anak-anak Asril tidak bisa datang.
Matahari sudah muncul.
Sariandi dan saya pamit ke Munawir dan Syamsiah. Saya masuk ke kamar ICU hendak pamit juga ke Asril. Dia belum sadarkan diri. Saya panggil beberapa kali namanya. Lalu di dekat telinganya saya perlahan bilang “Sril, ewai ale mu dii”. Saya pegangi telapak kaki kirinya, dingin. Telapak kaki kanannya, hangat.
Sariandi dan saya balik ke kecamatan.
Di jalan, perkataan “Makecce tongen ni ale na anakku kasi” nenek yang meninggal cucunya tadi malam, terus terngiang. Kaki kiri Asril juga dingin. Saya waswas. Sampai di kecamatan saya putuskan menunda ke Makassar.
Sore saya kembali lagi ke rumah sakit. Di kamar ICU saya pegangi kaki kiri Asril, masih dingin. Kaki kanannya masih hangat.
Malam ini saya lalui dengan masih terus terngiang oleh perkataan nenek itu pada malam sebelumnya. Setiap masuk kamar ICU saya pegang lagi kaki Asril. Sampai pagi suhu kaki kiri dan kaki kanannya masih sama.
Lalu saya kembali ke Makassar.
Di Makassar, saya kirim pesan ke Sariandi menanyakan suhu kaki Asril.
“Makacici mopa segi”, balasnya.
Tiga puluh menit kemudian, pesan dari Sariandi masuk lagi, “Nasalaini maie”.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Selamat jalan, Sril.
0 notes
andisuryady · 2 years
Photo
Tumblr media
29.1.2023 12.00pm | Kursus pengurusan jenazah. DariNya kita datang, kepadaNya juga kita akan kembali. Terima kasih kepada peserta dan semua yg menyertai kursus ini https://www.instagram.com/p/Cn_1b83Pmps/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
syam1974 · 2 years
Photo
Tumblr media
mengambilhikmah Sangat ditekankan bahkan bisa menjadi wajib bila seseorang yang tahu keluarganya masih melakukan bid’ah, agar berwasiat supaya dirinya jika wafat dikuburkan dengan tata cara sesuai sunnah. Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Sangat ditekankan orang yang (telah melihat tanda-tanda) akan meninggal dunia, agar berwasiat untuk menjauhi berbagai bid'ah yang telah menjadi tradisi saat pegurusan jenazah. Dan hal tersebut hendaklah dilakukan lewat perjanjian". (Al-Adzkaar, karya Imam Nawawi rahimahullah, hal.142). Syaikh Al Albani rahimahullah bahkan menyatakan hal tersebut sebagai wajib, beliau berkata: "Saat manusia di zaman ini mayoritas melakukan bid’ah dalam mengaplikasikan agamanya, teristimewa yang menyangkut pengurusan jenazah, maka termasuk perkara yang wajib dilakukan seorang islam untuk berwasiat agar mayatnya diurus dan dikuburkan sesuai dengan cara sunnah. Hal ini sebagai bentuk pengamalan Firman Allah Ta’ala dalam QS. At-Tahrim: 6 (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (Ahkaamul Janaa’iz wa Bidaa’uhaa, karya Al Albani rahimahullah, hal.17, no.12) ✍🏻 Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah 🍓 Saling mengingatkan dalam kebaikan, Yuk follow: @MengambilHikmah Yuk follow: @MengambilHikmah Yuk follow: @MengambilHikmah . Sumber: @ittibarasul1 #salaf #sunnah #dakwahtauhid #manhajsalaf #mutiarasalaf #sunnahstori #dakwah #tauhid #thesunnah_path #salafi #tadabbur #quotesalaf #mcc_pixellab #kreatifbersamamcc #abudaffa_ #dakwahsalaf #quotedakwah #qurandaily #tafsirquran #hijrah view all 8 comments (di Banjarmasin) https://www.instagram.com/p/Cm_UNTRPTt_/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
brendasusanti · 4 years
Link
0 notes
hazumio · 2 years
Text
Belajar dari Proses mengurusi Jenazah
Merasa susah, cape dan ingin menyerah dalam menjaga aurat dan menutupinya? Rajin-rajinlah nyaksiin proses pengurusan jenazah Muslimah, bagi yang pernah menyaksikan pasti bisa mengambil pelajaran, kalau sampai ga bisa mengambil hikmah dari proses pengurusan jenazah  benar-benar keterlaluan.
"jangan divideo auratnya nanti keliatan" "yang laki-laki tolong keluar ruangan mayatnya mau diangkat dari tempat dimandikan ke tempat dikafani" 2 ucapan yang bikin saya tertegun saat menyaksikan bagaimana proses pengurusan jenazah saudara sepupu saya.
Hal yang selalu saya dapati hikmahnya dari menyaksikan proses pengurusan jenazah penjagaan terhadap aurat mayit luarbiasa ketat.
Yang membuat saya sadar Aurat wanita muslim pasti ditutup entah oleh kematian atau oleh kesadaran.
Saat dimandikan tubuhnya ditutupi kain yang auratnya tak boleh Nampak, penjagaan aurat pada mayit dalam Islam ini seharusnya membuat kita yang masih hidup mau berfikir, bayangkan yang memandikan padahal sesama perempuan, mata yang memandikan tak boleh melihat tubuh telanjang si mayit karena tubuh si mayit ditutupi kain, tangan yang memandikan hanya menggosok dan menerka tempat yang jadi bagiannya untuk dibersihkan.
Dari proses dimandikan lanjut proses dikafani, dalam proses yang sangat meminimalisir keterlibatan lawan jenis ini seharusnya bisa membuat kita berfikir, kalau yang sudah meninggal saja, tubuhnya tak lagi punya ruh, tak lagi bernyawa, harus diperlakukan seperti itu, apatah lagi yang masih hidup?
Pantas saja kita disuruh untuk sering-sering mengingat kematian, ternyata banyak sekali hal yang bisa kita pelajari dari kematian, bahkan dari kematian orang lain kita belajar bahwa mati tak kenal usia sehat ataupun sakit, dan bisa terjadi pada siapapun.
Al-'Ankabut - 29:57
كُلُّ نَفۡسٍ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ
English - Ibn Kathir
Everyone shall taste death. Then unto Us you shall be returned.
meaning, `wherever you are, death with catch up with you, so always obey Allah and be where Allah commands you to be, for this is better for you. Death is inevitable and there is no escape from it, and then you will return to Allah, and whoever was obedient to Him will have the best reward.'
Ketika tubuh kita telah kehilangan kehidupan tak ada lagi my body my authority, my body my choice, hijabin hati dulu baru hijabin diri, karena pada akhirnya kita pasti berhijab, ya kain kafan pasti akan jadi hijab kita, karena mati itu nomor cabut, syarat mati tak harus tua atau sakit, mati bahkan tak pernah peduli dengan apakah kita sudah siap atau belum.  
55 notes · View notes
Text
Kecewa.
Kadang terheran-heran dengan sikap manusia yang merasa memiliki andil dalam hidup manusia lainnya, padahal ga punya kontribusi yang berarti dalam hidup manusia lainnya tersebut.
Suatu hari lagi cerita-cerita tentang pernikahan sama sodara yang dimana kita bisa sepupu’an itu dari jalur alm. Mami. Sebut aja Mrs. X. Mrs. X ini bilang, “Nanti kalo adik mu nikah jangan sampe kayak kamu dulu. Kami kecewa sekali sama papi mu. Memutuskan semua secara sepihak”.
Dalam hati ku like WTF! Who the heck you think you are?!! Ini orang pendendam apa gimana ya, karena pernikahan aku sudah sekitar setahun yang lalu dan sekarang dia baru bahas. Tapi aku cuma bisa balas, “Hehehe”.
Jadi, Mrs. X dan “keluarga” lainnya dari pihak alm.Mami merasa kecewa karena merasa tidak dilibatkan dalam pengurusan pernikahan ku. Padahal nih ya, saat mulai diskusi keluarga, itu semua orang-orang diundang kok. Waktu itu rencana awal pernikahan dilangsungkan di Medan dan setelah melewati banyak perdebatan alot, papi ku setuju (Biar gimanapun, papi mikirin aku juga lah. Ini anak ku gimana kalo semua pada berkeras hati. Ujung-ujungnya semisal ga jadi nikah, siapa yang mau tanggung jawab dengan perasaan ku? Akhirnya papi ku ngalah dan setuju). Sedangkan pihak keluarga alm. Mami tidak setuju. Di sini mereka merasa tidak dilibatkan hanya karena kemauan mereka yaitu “tidak setuju nikah di Medan” tidak dikabulkan. Oh ya dan satu lagi, Mrs. X merasa “kecewa” karena ibarat kata, aku dan papi ga ada dateng ke mereka untuk minta pendapat. Like what?! Yang bener aja. Lu sapa dah. Papi lebih tua loh. Orang tua ini. Kamu orang seharusnya cukup tau dan mendukung. Iya kalo mendukung finansial juga, ini kagak ada juga. Terus merasa diri berhak kecewa. Hell no. Lagian aku ini masih punya ayah. Kecuali aku yatim piatu, okelah minta pendapat yang dituakan entah dari keluarga papi atau keluarga alm. Mami. Di sini aku malah merasa kalian ini siapa kok ga ada respect nya sama papi. Kan lucu ya kalo ceritanya jadi gini: Aku ujug-ujug dateng ke mereka minta pendapat sementara aku masih punya ayah dan aku ga minta pendapat ke ayah ku. Ga lucu sih itu, tapi lebih ke durhaka jadinya!
Selama masa-masa mami sudah ga ada di dunia ini, kalian ga pernah ada dalam hidup ku, papi dan adik-adik ku. Nanya kabar pun ada kah? Mungkin pernah tapi kayaknya sangat jarang sampe-sampe aku ga punya memori tentang kontribusi kalian dalam hidup ku. Atau gini, ga usah ke aku deh. Waktu aku dan adik-adik ku tidak tinggal di kota ini, setidaknya perhatikanlah papi ku. Kenyataannya? Mana ada! Saudara-saudara kandung papi yang taking care of him (yang membuatku lebih respect dengan beliau-beliau). Lalu giliran hal-hal sukacita seperti aku mau menikah, langsung semua merasa punya andil. Kalian itu siapa?
Yah intinya, kalo kamu orang ga pernah berkontribusi dalam hidup kami, pantaskah kamu merasa kecewa?
Oh iya berkontribusi itu bukan hanya masalah finansial ya, tapi hal lain sesimple seperti menanyakan kabar, yang mungkin dia anggap sepele. Mrs. X memang punya sedikit andil dalam masalah finansial kami. Tapi itupun dia dapat dari perusahaan alm. Mami yang dia kerjakan. Itu kewajiban, karena dia mengelola perusahaan milik ibu kami, dan kami berhak atas itu.
Masalah finansial, aku ga meminta banyak. Untuk perusahaan, silakan lanjutkan karena bagaimanapun mami memercayakan atas nama Mrs. X karena alm. Mami merupakan seorang ASN yang tidak boleh menjadi direktur pada perusahaan swasta dan kebetulan Mrs. X memiliki kompetensi untuk mengelola perusahaan tersebut. Juga, waktu itu, kami anak-anak masih sangat kecil. Sehingga Mrs. X yang dipercayakan. Adik ku bahkan ingat bahwa Mrs. X ini pernah berjanji di depan peti jenazah mami bahwa dia akan taking care of us. Keinginan ku sederhana: Selesaikan tanggung jawab biaya untuk adik ku menyelesaikan pendidikan di Eropa bagaimanapun kondisinya, karena kamu, Mrs. X, sudah komitmen untuk itu. Kenyataannya, people do change. Bertahun-tahun kemudian, adik ku meminta tanggung jawab biaya, dibalas bahwa tidak punya uang. Hal ini yang menyebabkan adik ku sangat kesusahan menyelesaikan pendidikan di sana karena dia tidak punya biaya. Mau pulang saat itupun biaya tidak ada. Tapi syukurlah, Tuhan pelihara adik ku dan kami. Tiba-tiba ada yang membeli aset papi sehingga kami bisa kirimkan biaya untuk adik ku dan di sanapun dia mendapatkan pekerjaan sehingga biaya pendidikan dapat diselesaikan dan adik ku berhasil lulus. Dibalik penderitaan adik ku di sana yang bisa-bisa tidak makan dalam sehari karena kekurangan uang, faktanya, dalam setahun, Mrs. X dan keluarga kecilnya bisa pergi holiday ke luar negeri sebanyak 2 kali. Kalau mau dibilang kecewa, seharusnya itu kami. Bukan kamu.
Yang bisa kulakukan sekarang hanya diam, pretending and faking smile in front of them, karena aku ga suka kekisruhan.
But, let karma do the rest. Aku menunggu.
2 notes · View notes
naaaaad · 3 years
Text
Tumblr media
Dapat PR menyebutkan apa saja yang sudah saya capai di tahun ini.
Rasanya kebanyakan tahun ini hanya dilalui dengan menangis, mengeluh, dan ingin menyerah.
Pertengahan tahun ini menjadi yang tersulit.
Bukan hanya aku, tapi semua orang.
Ketika setiap hari kita dengar sirine ambulans bersautan,
suara pengeras masjid memberitakan duka cita,
rumah sakit lebih ramai daripada pasar menjelang lebaran,
permintaan peti mati dan pengurusan jenazah menunggu hingga tengah malam karena mengantri.
Apa kabar fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti kami yang tak punya IGD atau tempat isolasi, sepertinya lebih santai?
Sembilan dari 25 rekan sekantor kami isoman, ada yang bergejala ringan, ada yang sesak namun kami nakespun tidak serta merta dengan mudahnya mendapatkan perawatan di RS. Tak banyak yang bisa kami bantu karena segalanya serba terbatas.
Pelayanan swab yang sampai 200 orang sehari di lingkup puskesmas kelurahan,
permintaan obat yang tak berhenti sampai kumandang adzan maghrib,
konsultasi kegawatdaruratan yang terus berdering dari HP kami,
permintaan pemulasaran jenazah yang tak kenal waktu.
Beban kerja saat itu mungkin bertambah sampai 1000%, dengan tenaga yang tersisa sekitar 60%. Suara tinggi, menangis, mengeluh, kesel menjadi makanan yang lebih banyak kita makan saat itu.
Sebatas bisa tidur, bangun, dan kembali ke kantor setiap pagi menjadi pencapaian terbesarku dan teman-teman kerjaku di pertengahan tahun ini.
Hari ini semuanya sudah berlalu.
Jangan lupa bersiap menuju akhir tahun, ketika yang kusebutkan tadi memang tidak berarti capaian, karena pada akhirnya angka rendah yang hanya akan terlihat.
3 notes · View notes
laelanurulk · 3 years
Text
Nasihat dari Kematian
Benar bahwa kematian adalah nasihat terbaik bagi kita. Benar juga kata Rasul, bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang sering mengingat kematian. Karena kematian menggambarkan diri kita selama hidup di dunia. Jika baik, maka baik akhirnya, begitu juga sebaliknya.
Kedua orangtua saya biasa mengurus jenazah di lingkungan sekitar. Jam berapapun dihubungi, insyaAllah siap untuk mengurusnya dari mulai memandikan hingga menguburkan. Untuk menguburkan biasanya bapak saja yang ikut.
Suatu hari, datang seorang pria ke rumah untuk mengabarkan kematian tetangganya. Ia meminta tolong untuk diurus masalah pemakamannya. Namun ada permasalahan besar, jenazah bukan seorang muslim. Dahulu memang jenazah tersebut beragama Islam, namun murtad karena mendapat bantuan ekonomi dari seseorang. Sempat bapak merasa kebingungan, apakah akan diurus sesuai cara Islam, atau tidak mengurusnya sama sekali. Namun atas dasar kemanusiaan, akhirnya bapak mengurus jenazah secara Islam (dimandikan dan dikafani), namun tidak dishalatkan. 
Setelah semua urusan selesai, terungkap sedikit kisah di balik pengurusan jenazah tersebut. Ternyata sebelum memanggil bapak, istri jenazah tersebut sudah menghubungi pihak gereja mengenai kematian suaminya. Namun pihak gereja menyerahkan pengurusannya kepada warga setempat, karena jenazah tersebut saat masih hidup sudah tidak aktif di gereja. Padahal mereka tahu betul kalau lingkungan sekitarnya mayoritas beragama Islam. 
Selain itu, ustadz yang menguburkan jenazah pun bercerita. Saat memasukkan jenazah ke liang lahat, ia berdo’a untuk seluruh muslim di dunia, bukan untuk jenazahnya. 
Maka pelajaran yang bisa kita ambil adalah jangan setengah-setengah dalam beragama. Sehingga ketika kita mati nanti, orang-orang di sekitar akan paham bagaimana mengurusnya.
Lain lagi dengan cerita satu ini. Ada seorang pria berusian lebih dari 60 tahun, meninggal setelah sakit selama satu minggu. Selama hidupnya, beliau rajin sekali shalat lima waktu di masjid, datangnya pun sebelum adzan berkumandang. Seseorang yang baik dan suka bercanda. Hampir semua orang di RW kami mengenalnya, sehingga saat beliau meninggal, banyak sekali warga yang datang takziah.
Seperti biasa, bapak ikut mengurus pemakamannya. Jenazah sudah dishalatkan di rumahnya saat subuh, namun sebelum dibawa ke pemakaman, dibawa ke masjid untuk dishalatkan lagi. Katanya karena beliau semasa hidup selalu ke masjid, sehingga harus dishalatkan di masjid. Maa syaa Allah... Merinding. Tentu akan lain ceritanya jika beliau semasa hidup sering pergi ke tempat maksiat.
Dari dua kisah ini, mudah-mudahan bisa diambil pelajarannya dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Bandung, 24 Juli 2021
4 notes · View notes
silkpunk · 5 years
Video
youtube
Understanding Islamic Funeral Rituals
Death may be a taboo topic for many but for the people at Pengurusan Jenazah Sinaran Baharu, death is a part of their profession as they facilitate Islamic funerals every day. 
When Haji Roslan and Intan first provided the service in 1997, they never imagined that one day, they too would perform the Jenazah for their mother, even showering her body as part of the final rites. The siblings realised the importance of providing a dignified funeral, a final act of love.
Source:  Our Grandfather Story
35 notes · View notes