#pengendalian diri
Explore tagged Tumblr posts
meng-u-las · 14 days ago
Text
Keterampilan Emosi
Tumblr media
Photo by Nik on Unsplash
Membaca artikel di Kompas Sabtu 7 Desember 2024 yang berjudul "Pemimpin, Pentingkah Menyentuh Hati Anak Buah", yang kurang lebih menjelaskan mengenai gaya kepemimpinan dengan "Emosi" biasanya memberikan nilai tambah antara pemimpin dan anak buah, karena anak buah jadi bisa lebih berempati dengan pimpinannya, namun kemampuan mengelola emosi dari pemimpinnya juga menjadi sangat penting, karena anak buah tentu tidak suka pemimpin yang terlalu mencla-mencle ataupun sebaliknya terlalu tegas dan tidak pernah ada waktu dimana si pemimpin bisa didekati. Faktor emosi ini yang sering terlewat oleh kita yang terbiasa bekerja dengan ritme pekerjaan yang struktural, dimana ketepatan dan keteraturan sering menjadi kunci, padahal yang membedakan kita dengan mesin adalah emosi, yang membuat suatu brand dapat survive dan menjadi besar, lagi-lagi adalah keterikatan emosi antara si brand dan si konsumennya. Melihat sebetulnya emosi memegang peranan penting dalam pekerjaan, lantas apakah emosi juga penting dalam kehidupan?
Pernah tidak kita mendengar, dalam hidup kita harus memiliki empati, kalau sahabat sedang bersedih harus berempati, atau berempatilah ketika melihat orang lain yang sedang kesusahan, empati sendiri merupakan bentuk dari keterampilan beremosi, sehingga kita bisa merasakan emosi dari sahabat atau lawan bicara kita, tujuannya adalah untuk membangun kedekatan secara personal dengan pihak lain yang sedang berinteraksi dengan kita, dan dengan kedekatan tersebut, hubungan kita bisa menjadi lebih personal. Tujuannya apa sih hubungan yang personal ini? kalau dalam relasi pimpinan dan anak buah, tentu agar anak buah bisa merasakan atau mempercayai visi yang dimiliki oleh pimpinannya, karena pesannya tersampaikan secara emosi, kalau dalam bidang penjualan, kedekatan emosi antara si penjual dan pembelinya menimbulkan rasa percaya, dan ini penting, karena si pembeli mempercayakan uangnya ke si penjual karena yakin si penjual bisa membantunya mencapai apa yang diinginkan, sampai sini kurang lebih kita bisa membayangkan bagaimana pengelolaan emosi yang tepat, bisa membantu kita dalam kehidupan.
Apakah penggunaan emosi ini juga memiliki efek buruk? tentu saja, ketika emosi tidak bisa dikendalikan, kita mengenal istilah seperti baper atau bawa perasaan, karena segala macam hal dimasukkan ke hati, bercandaan sederhana saja membuat mood jadi buruk, penolakan sedikit saja membuat kita tidak bisa makan dan tidur berhari-hari dan banyak hal lainnya, maka dari itu kita memerlukan yang namanya "Self Regulation" atau "Pengendalian diri", karena emosi yang terlalu sering naik turun, atau kebaperan kita, bisa membuat orang lain justru tidak percaya kepada diri kita dan cenderung menjauhi, karena siapa sih yang suka berinteraksi dengan orang yang sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit baper? tentu sangat tidak menyenangkan, sehingga pentingnya kita "beremosi" dengan "batasan". Manusia beremosi mungkin tidak terlalu sulit, karena sejak kecil kita sudah mengenal perasaan senang, sedih, kecewa dan lainnya, tetapi menjadi dewasa dengan berbagai macam tuntutan, membuat kita tidak bisa beremosi secara lepas dan apa adanya, terkadang demi menyenangkan perasaan orang lain, kita menahan rasa kecewa kita, atau ketika kita melihat orang lain sedang senang (meskipun sedang sedih) kita juga memaksa untuk terlihat senang, meskipun kita paham hal seperti ini tidak baik, terkadang yang dibutuhkan memang hal itu, karena ketika kita tidak merasa yakin dengan suatu keputusan, tetapi kita tahu tujuan akhirnya baik, terkadang hal semacam ini menjadi pil pahit yang harus kita pilih, demi menaikkan moral seluruh anggota tim. Sampai disini kita melihat bahwa emosi harus dikendalikan, terutama ketika menyangkut orang banyak, tentu sangat jarang kita melihat pemimpin kita yang tiba-tiba berteriak atau menangis terisak-isak ketika menghadapi tekanan bukan? bagaimana kesan yang timbul ketika pemimpin kita tiba-tiba menangis, berteriak atau marah-marah saat kondisi krisis?
Melihat dampak baik dan buruknya dari emosi, kita sebagai individu bisa melatihnya dalam interaksi sehari-hari, tentunya tahap awal adalah bagaimana kita bisa mengenali emosi secara sebenar-benarnya, kecewa, sedih, senang dan lainnya, sebagaimana sebuah skill atau keterampilan, emosi ini bisa dilatih, dan hasil latihannya bisa diterapkan dalam keseharian kita, tujuannya adalah agar pesan yang kita sampaikan, bisa tersampaikan dengan baik ditambah dengan kesan tambahan dari emosi yang ada, mungkin contoh terbaiknya adalah ketika menonton film, dimana sang aktor bisa menyampaikan pesan dari si tokohnya dengan baik, kemudian kita juga harus mampu melihat situasi dan keadaan untuk memberikan reaksi emosi terbaik yang sesuai dengan keadaan, sangat boleh kita menunjukkan sisi lemah kita yang larut dalam emosi, tetapi ketika dibutuhkan, kita bisa mengeluarkan ketegasan kita juga, memang seperti kata lagu, "Dunia ini panggung sandiwara", disekitar kita banyak yang sedang bersandiwara dengan emosi nya, makanya menjadi pribadi yang bisa secara lepas menunjukkan emosi nya adalah suatu keberkahan, tapi sayangnya berkah tersebut mungkin tidak dimiliki pemimpin-pemimpin kita di masyarakat.
Tulisan ini merupakan tulisan iseng saya yang terinspirasi dari artikel dari Kompas, tentunya dengan pandangan saya pribadi, semoga bisa terhibur dan bermanfaat untuk kita semua.
0 notes
mariafraniayu · 4 months ago
Text
Kontrol Diri.
Kontrol diri (self-control) atau pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur emosi, pikiran, dan tindakan mereka, terutama dalam situasi yang memancing respons impulsif. Dalam kehidupan sehari-hari, self-control memungkinkan seseorang untuk membuat keputusan yang lebih bijak, menjaga hubungan yang sehat, dan mencapai tujuan jangka panjang. Pengendalian diri tidak hanya berarti…
0 notes
langitawaan · 1 month ago
Text
198.
Perjalanan memaafkanmu adalah yang paling panjang.  Bagaimana aku berusaha melupakan, ah bukan melupakan mana bisa aku melupakan segala bentuk tentangmu. Mungkin, lebih tepatnya, mengganti ingatan tentangmu dengan ingatan baru sehingga tentangmu, pelan, menjadi pudar.
Dan memaafkanmu berarti aku juga memaafkan diriku sendiri. Memaklumi bentuk kesalahan yang pernah aku lakukan tersebab terlalu mencintai makhluk-Nya, tak mau lagi aku begitu. Bodoh jika kesalahan itu berulang, artinya aku tidak belajar.
Perjalanan memaafkanmu adalah bentuk pendewasaan diri. Aku memahami, ego manusia teramat besar, nafsu pun demikian. Pengendalian diri adalah sabuk pengaman. Semuanya harus imbang. Pincang salah satu, rusak sudah semuanya.
Perjalanan memaafkanmu adalah tentang penerimaan. Aku berlapang dada. Segala suka cita dan duka lara sudah aku rayakan bersama semesta. Kehilanganmu sebagai sosok yang ku impikan sudah aku relakan meski dengan tumpahan hujan deras dalam gubuk derita.
Aku ingin tegar dengan tidak menjadi seorang pendendam. Aku ingin bisa membuka hatiku dan menerima uluran tangan seseorang. Aku tidak mau membohongi diriku lagi dengan berkata aku tidak butuh seseorang itu. Salah besar. Aku ingin hidup dengan mencintai dan dicintai. Aku ingin berbagi kasih tanpa syarat.
Perjalanan memaafkanmu telah selesai. Aku berdamai. Maaf pernah berdoa tidak baik, untukmu. Kini, ku doakan bahagia selalu menyertaimu.
Riuh, 00.04 | 24 November 2024.
76 notes · View notes
dedehighdream · 1 year ago
Text
Aku sengaja membiarkan beberapa orang berfikir keliru. Aku diam sebenernya bukan karena takut atau tidak berdaya.
Melainkan hasil dari pengendalian diri.
Aku ingat bagaimana aku dibicarakan, aku juga memahami dengan baik bagaimana aku di perlakukan.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lebih sulit tidak membalas ketimbang membalas. Lebih tangguh tidak goyah daripada terpancing marah.
Ilmu tenang itu mahal, datangnya dari badai yang hebat. Tidak semua orang mampu memilikinya.
Ruangsemesta, 26 Aug 2023
482 notes · View notes
bayuvedha · 1 month ago
Text
Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.
Pernahkah kena panict attack? tiba-tiba tidak bisa menguasai diri, tubuh terasa berat, napas tersengal, dan pikiran tak lagi jernih? Panik itu, meski terlihat sederhana, bisa menjadi akar dari banyak masalah kesehatan, baik fisik maupun mental.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita melalui sebuah kebijaksanaan, “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.” Ucapan ini tak hanya sarat nilai spiritual, tetapi juga selaras dengan temuan ilmiah modern.
Kepanikan sebagai Separuh Penyakit
Dalam dunia medis, kepanikan dikaitkan dengan peningkatan hormon stres, yaitu kortisol dan adrenalin. Ketika kita panik, detak jantung meningkat, tekanan darah melonjak, dan sistem kekebalan tubuh melemah. Studi yang dipublikasikan di Journal of Psychosomatic Medicine menyebutkan bahwa stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan jantung, pencernaan, hingga kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Namun, Islam mengajarkan kita untuk menjadikan ketenangan sebagai tameng. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan sebagai Separuh Obat
Ketenangan adalah penawar alami bagi gejolak emosi dan fisik. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Harvard Health Publishing, teknik pernapasan dalam, dzikir, dan meditasi terbukti mampu menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, meredakan kecemasan, dan meningkatkan konsentrasi.
Rasulullah ﷺ juga memberikan contoh untuk selalu tenang dalam menghadapi situasi sulit. Ketika para sahabat merasa ketakutan saat hijrah, Rasulullah dengan tenang berkata kepada Abu Bakar: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Kesabaran sebagai Awal Kesembuhan
Kesabaran bukan sekadar pasrah, melainkan sebuah langkah aktif untuk menerima, bertahan, dan berusaha mencari solusi. Dalam psikologi modern, kesabaran berhubungan dengan resilience atau ketangguhan, yakni kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kesabaran adalah cahaya.” (HR. Muslim)
Kesabaran membawa kita pada pengendalian diri, memberikan ruang bagi pikiran jernih, sehingga tubuh dan jiwa memiliki waktu untuk menyembuhkan diri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Maka itu,
Kepanikan boleh jadi separuh penyakit, tetapi ketenangan adalah setengah dari perjalanan menuju kesembuhan. Dan kesabaran? Itulah awal dari segala solusi. Dalam menghadapi hidup, belajarlah untuk menenangkan hati, mengingat Allah dalam setiap keadaan, dan bersabar atas segala ujian.
Nikmati prosesnya. Karena seperti kata Ibnul Qayyim: “Sabar itu seperti kepala bagi tubuh. Jika kepala hilang, maka tubuh pun mati. Begitu pula jika kesabaran hilang, maka seluruh amalan akan hancur.” 🌿
20 notes · View notes
yonarida · 8 months ago
Text
Cara Membuat RAB Keluarga
Penting untuk mempelajari dan menerapkan budgeting keluarga untuk kondisi finansial yang sehat. Tujuan: tidak ada yang namanya tanggal tua tidak punya uang. Semua tanggal sama saja. Karna dari awal kita sudah membuat pos-pos anggarannya. Selebihnya adalah pengendalian diri kita. Teknis: 1. Catat total income bulanan 2. Catat pengeluaran bulanan *tulis masing2 berapa rupiah anggarannya Kaidah ideal: Pos need: 50% Pos want: 15% Pos debt: - Pos saving: 15% Post Invest: 20% or Pos need: 50% Pos want: 10% Pos debt: 30% Pos saving: 10% Pos invest: - Rancangan Anggaran Belanja Bulanan: 1) Saving simpan di tabungan sendiri2 - tabungan pendikan anak - dana darurat - tabungan hari tua 2) Pengeluaran rutin, misal: - listrik - wifi - ke ortu - sedekah - gas LPG - transportasi - belanja mingguan - belanja bulanan - SPP anak - jajan anak Jumlah: 3) Pengeluaran tidak rutin, misal: - belanja online - hiburan/ jajan/ jalan-jalan - dana tak terduga - dana sosial Detailkan: Belanja Mingguan, misal: 1. Konsumsi: buah-buahan, bahan makanan dan minuman Belanja Bulanan, misal: 1. Kebersihan: body care (sabun, shampo, pembersih gigi, dll) 2. Home care (pembersih lantai, sabun cuci piring, deterjen, pewangi pakaian, pembersih kaca Masukkan uang per pos ke dalam wadah tertentu/ dompet organizer keuangan/ amlop2 yang berbeda. Jika ada pengeluaran yang lebih dari anggaran, maka bisa subsidi silang dari anggaran pengeluaran pos lain/ untuk menutupi kekurangan. Ref: https://www.youtube.com/watch?v=Npy4HiP44BE
18 notes · View notes
rumelihisari · 5 months ago
Text
terlalu banyak yang tertinggal di setengah tahun terakhir ini. sebab terlalu sibuk menyembuhkan beberapa luka dengan tingkatan yang cukup parah. walau begitu tetap ada banyak kebaikan yang didapat, tidak selalu berbentuk materi memang, bisa juga berupa pengendalian dan penerimaan diri.
selamat menghidupkan semangat kembali, Rum.
10 notes · View notes
elangfatah · 5 months ago
Text
Stoikisme [1]
Sudah dua tahun ini cukup penasaran dengan stoikisme, aliran filsafat yang masih menarik dibicarakan oleh anak muda saat ini.
Pas jalan-jalan ke Gramedia, buku Filosofi Teras selalu ada di rak buku-buku terlaris. Ingin sekali rasanya beli buku itu. Tapi ada semacam kekhawatiran kalau-kalau bahasanya cukup rumit untuk dipahami, karena biasanya kerumitan itu membuat rasa bosan lebih cepat datang.
Atas alasan itu jadilah aku beli buku lain dengan tema yang sama, yaitu "Manusia Stoik" karya Dewi Indra P. Hitung-hitung sebagai pemanasan sebelum buku Filosofi Teras terbeli, dan barangkali ada perbedaan persepsi antara para penganut stoik terhadap ajaran stoikisme itu sendiri.
Jauh sebelum beli buku itu aku sudah mencoba memahami apa itu stoikisme. Kurang lebih stoikisme adalah salah satu aliran filsafat yang mengajarkan soal pengendalian diri. Soal bagaimana kita mengubah perspektif tentang hidup dan mampu menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih bijaksana dan tenang.
Di bagian kata pengantar buku Manusia Stoik disampaikan beberapa penerapan ajaran stoikisme, yaitu:
Fokus pada apa yang bisa dilakukan : abaikan hal-hal yang diluar kendali kita
Jaga waktu anda : waktu adalah aset paling berharga yang tidak bisa terulang
Jangan mengalihdayakan kabahagiaan : tidak perlu validasi orang lain untuk bahagian
Fokus menghadapi rintangan : segala sesuatu harus punya tujuan
Buang ego dan kesombongan
Konsolidasikan pikiran dengan menulis : refleksi dan mengenali diri
Bayangkan hal terburuk yang bisa terjadi : premeditatio malorum
Ingatlah bahwa tidak ada yang bertahan : tidak ada suatu hal yang kita lakukan itu benar-benar penting karena semua itu hanya ada dalam persepsi kita. Kita adalah pemeran utama dalam kisah kita, dan ingat bahwa semua orang berpikir demikian.
Tumblr media
8 notes · View notes
tkimpianku · 6 months ago
Text
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu: Pondasi Etika dalam Pendidikan
Adab, atau etika, adalah prinsip-prinsip perilaku yang baik yang membentuk dasar dari interaksi manusia. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki adab yang baik adalah hal yang esensial. Dalam konteks pendidikan, pentingnya adab sebelum ilmu sangatlah signifikan, karena adab adalah fondasi yang kuat bagi pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Artikel ini akan membahas mengapa adab sebelum ilmu sangat penting dalam pendidikan, bagaimana adab memengaruhi pembelajaran, dan bagaimana kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai adab ke dalam lingkungan pendidikan.
Mengapa Adab Sebelum Ilmu Penting dalam Pendidikan?
Membentuk Karakter yang Baik: Adab membantu membentuk karakter individu. Sebelum seseorang memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu, memiliki karakter yang baik adalah hal yang penting. Adab mencakup nilai-nilai seperti kesopanan, kerendahan hati, kejujuran, dan empati, yang merupakan landasan bagi karakter yang baik.
Membangun Lingkungan Belajar yang Positif: Adab menciptakan lingkungan belajar yang positif di mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Ketika siswa, guru, dan staf pendidikan mempraktikkan adab yang baik, suasana di dalam kelas dan di sekolah secara keseluruhan menjadi lebih harmonis dan produktif.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih fokus dan terlibat dalam pembelajaran. Mereka belajar untuk mendengarkan dengan baik, berbicara dengan sopan, dan menghormati pendapat orang lain, yang semuanya merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Membantu Menciptakan Hubungan yang Baik: Adab membantu dalam membangun hubungan yang baik antara siswa dan guru, serta antara siswa satu sama lain. Ketika setiap individu mempraktikkan adab yang baik, hubungan di antara mereka menjadi lebih saling menghargai dan menguntungkan.
Persiapan untuk Kehidupan di Masyarakat: Mengajarkan adab sebelum ilmu membantu menyiapkan siswa untuk kehidupan di masyarakat. Keterampilan sosial dan emosional yang mereka pelajari melalui adab membantu mereka berinteraksi dengan baik dengan orang lain di berbagai situasi, baik di sekolah maupun di luar.
Menanamkan Kesadaran Etis: Adab juga mencakup kesadaran etis, yaitu kesadaran tentang apa yang benar dan salah. Memiliki kesadaran etis yang kuat membantu siswa membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Bagaimana Adab Memengaruhi Pembelajaran?
Menciptakan Kehadiran Mental yang Positif: Ketika siswa mempraktikkan adab, mereka menjadi lebih terbuka terhadap pembelajaran dan memiliki kehadiran mental yang positif. Mereka merasa nyaman dan aman dalam lingkungan belajar, yang memungkinkan mereka untuk fokus pada pembelajaran.
Meningkatkan Partisipasi: Adab yang baik mendorong partisipasi aktif dalam kelas. Siswa yang menghormati pendapat orang lain dan berbicara dengan sopan lebih cenderung untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dan berbagi ide-ide mereka.
Memperkuat Komunikasi: Adab yang baik memperkuat komunikasi antara siswa dan guru. Ketika siswa menggunakan bahasa yang sopan dan menghargai waktu dan ruang belajar guru, komunikasi antara keduanya menjadi lebih efektif dan produktif.
Meningkatkan Kolaborasi: Adab yang baik juga membantu meningkatkan kolaborasi di antara siswa. Ketika siswa menghargai pendapat dan kontribusi satu sama lain, mereka lebih mungkin bekerja sama dalam proyek-proyek kelompok dan mencapai hasil yang lebih baik.
Membangun Keterampilan Sosial dan Emosional: Praktik adab membantu membangun keterampilan sosial dan emosional siswa, seperti empati, pengendalian diri, dan kerjasama. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Integrasi Nilai-Nilai Adab ke dalam Lingkungan Pendidikan
Program Pembinaan Karakter: Sekolah dapat mengembangkan program pembinaan karakter yang melibatkan pelatihan adab sebagai bagian integral dari kurikulum mereka. Program semacam itu dapat mencakup pelatihan dalam hal-hal seperti sopan santun, kerendahan hati, kejujuran, dan empati.
Pendidikan Etika: Sekolah juga dapat memasukkan pendidikan etika ke dalam kurikulum mereka, yang mencakup pemahaman tentang prinsip-prinsip etika dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Model Perilaku Positif: Guru dan staf pendidikan dapat berperan sebagai model perilaku positif dengan mempraktikkan adab yang baik dalam interaksi mereka dengan siswa dan sesama staf.
Penghargaan dan Pengakuan: Sekolah dapat memberikan penghargaan dan pengakuan kepada siswa yang menunjukkan adab yang baik. Ini dapat menciptakan insentif tambahan bagi siswa untuk mempraktikkan adab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Partisipasi Orang Tua: Orang tua juga dapat berperan dalam mengajarkan adab kepada anak-anak di rumah. Mereka dapat memberikan teladan yang baik dan mendukung upaya sekolah dalam membangun budaya adab yang positif.
Untuk artikel lain, silahkan kunjungi website KB-RA Impianku Malang
7 notes · View notes
meng-u-las · 5 months ago
Text
Review Buku - How will you measure your life?
Tumblr media
Buku tulisan dari Clayton Christensen ini seperti menggabungkan dua jenis buku yang berbeda, buku tentang bisnis dan buku tentang keluarga atau pengembangan diri, dengan latar belakangnya sebagai akademisi, secara khusus professor administrasi bisnis di Harvard, beliau mengajak kita menyelami sudut pandangnya tentang kehidupan dari kacamata bisnis. Aneh dan unik, begitu juga kesan saya dalam membaca buku ini, karena saya dapat mendapatkan perspektif baru tentang dunia bisnis dan personal atau keluarga. Dari judulnya mungkin kita bisa meraba isi dari buku ini, biasanya dalam dunia bisnis, kita suka sekali mengukur segala sesuatunya, perusahaan yang sukses adalah yang memiliki revenue atau profit senilai X, atau EBITDA senilai Y dan lain sebagainya, membuat metriks atau pengukuran adalah hal yang dijumpai sehari-hari dalam pekerjaan, lantas dalam kehidupan ini, apakah kita bisa menerapkan hal yang serupa?
Saya ingat ada tulisan (kalau gak salah di buku ini juga ditulis), saat orang tidak memiliki hal dan pencapaian lain selain materi, ujung-ujungnya dia hanya mengukur kesuksesan dirinya dari jumlah materi yang dimiliki, tapi dengan demikian, kita tahu ujungnya, selalu ada yang lebih "Tajir" dibandingkan diri kita, kalau terus demikian, ujungnya pasti kita tidak pernah merasa puas dan bahagia akan kehidupan yang dimiliki, karena kita cuma fokus ke uang dan cuan melulu, dan tentunya sebagai seorang manusia, orang yang seperti ini sangat tidak enak dijadikan teman, setuju kah?
Ide ini jugalah yang dijadikan dasar dari buku ini, lantas kalau bukan materi, dengan cara apa kita mengukur kehidupan kita ini? dari sinilah kepakaran sang penulis dan pengalaman hidupnya sebagai kepala keluarga dituangkan kedalam tulisannya dan dari bab ke bab, kita diajak untuk mendalami kehidupannya dan kehidupan kita sendiri, kita diajak untuk melihat, apa sih yang sebetulnya memberikan semangat atau dorongan kepada kita dalam menjalankan pekerjaan kita sehari-hari, apakah semata-mata materi? dengan bonus berlipat ganda lantas kita dengan sukacita melakukan segala pekerjaan (above and beyond) atau sebetulnya ada dorongan lainnya seperti faktor keluarga, dimana kita harus menghidupi keluarga kita yang kita sayangi dan tidak ingin mereka hidup susah kedepannya?
Salah satu contoh kasus yang cukup melekat dalam benak saya ketika membaca buku ini adalah contoh kasus mengenai raksasa komputer, Dell, sampai hari ini tentu kita mengenal brand yang satu ini, tidak sulit melihat logo bundar dengan tulisan DELL ditengahnya, tetapi mungkin jarang kita ketahui, sempat terjadi masa dimana Dell mendapatkan pelajaran berharganya dengan melahirkan saingan yang boleh dikatakan terbesar, terutama di pasar asia, yaitu Asus. Dulu ketika biaya produksi perangkat Dell semakin mahal, perusahaan memutuskan untuk melakukan "alih daya" atau "Outsource" ke pabrik perakitan elektronik di Taiwan, mulai dari komponen Motherboard, Memory, dan lainnya. Bukan hanya berhasil menurunkan ongkos produksi secara signifikan, tetapi hasil kerja-nya juga sangat memuaskan, sehingga tidak heran, semakin banyak hal yang di alih dayakan ke perusahaan yang berada di Asia ini. Secara performa keuangan, Dell mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa, ongkos operasionalnya turun, dan mereka bisa fokus meningkatkan penjualannya, yang menghasilkan margin atau keuntungan yang lebih besar, yang tidak disadari adalah beberapa waktu berikutnya, perusahaan di Taiwan ini memutuskan untuk menjual perangkat miliknya sendiri dengan brand "Asus", karena mereka tentu sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang di alih dayakan dari "Dell". Dalam kehidupan kita pun, karena kesibukan kita sehari-hari, secara tidak sadar ataupun sadar, kita sering mengalih dayakan tugas kita untuk mendidik anak (kebetulan contoh tulisannya juga tentang anak), kita terbiasa menyerahkan pendidikan anak entah ke Daycare ataupun ke Suster , memang kehadiran mereka sangat membantu (saya juga salah satu pengguna jasanya), tapi patut disadari, semakin sedikit waktu yang kita habiskan dengan anak, tentu membuat semua orang bertanya-tanya, si anak akan lebih mirip orang tua nya atau suster atau pengasuh yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya?
Sebagai seorang pakar bisnis, Professor Clayton Christensen memberikan berbagai kebijakan bisnisnya dalam buku ini yang bisa kita serapi dan renungkan untuk diterapkan, dan sebagai seorang kepala keluarga, kita juga bisa melihat pengalaman dan kebijaksanaannya untuk kita pelajari sebagai generasi yang lebih muda. Saya pribadi menyukai buku ini yang banyak contoh kasus yang bikin penasaran, tetapi sekaligus mendidik kita secara halus tanpa gaya menggurui untuk mendidik atau membimbing anggota keluarga kita kearah yang lebih baik. Tentu kita sama-sama setuju, selain uang dan waktu, keluarga kita dan orang yang kita kasihi adalah hal yang paling berharga dalam hidup, sehingga sukses atau tidaknya kita dalam hidup, tentu berkaitan erat dengan orang-orang tersebut, jadi apakah kita siap untuk "mengukur kehidupan kita" saat ini? Silahkan temukan banyak hal menarik lainnya dari buku ini yang tentunya sangat menarik untuk dibaca dan direnungkan. Selamat Membaca!
0 notes
sunda-akur · 10 days ago
Text
Dalam konteks tasawuf dan falsafah Islam, empat istilah tersebut merujuk pada tingkatan kesadaran spiritual dan pemahaman tentang diri dan realitas:
Tingkatan Kesadaran Spiritual
1. *Nafsiah* (نفسية): Tingkatan kesadaran diri yang terkait dengan jiwa atau nafsu. Fokus pada pengendalian nafsu dan keinginan.
2. *Salbiyah* (سلبية): Tingkatan kesadaran diri yang terkait dengan pengosongan diri dari sifat-sifat negatif. Fokus pada kesabaran dan keikhlasan.
3. *Maani* (معنى): Tingkatan kesadaran diri yang terkait dengan pemahaman makna dan hakikat. Fokus pada pemahaman spiritual dan kebijaksanaan.
4. *Maknawiyah* (معنوية): Tingkatan kesadaran diri yang terkait dengan pemahaman hakikat yang lebih dalam. Fokus pada kesadaran spiritual yang mendalam dan penyatuan dengan Allah.
Karakteristik Tiap Tingkatan
1. Nafsiah: Pengendalian nafsu, kesabaran, keikhlasan.
2. Salbiyah: Pengosongan diri, kesabaran, kepercayaan diri.
3. Maani: Pemahaman spiritual, kebijaksanaan, kesadaran.
4. Maknawiyah: Kesadaran spiritual mendalam, penyatuan dengan Allah, kebahagiaan spiritual.
Sumber
1. Al-Qur'an.
2. Hadits Shahih.
3. Kitab "Al-Hikam" oleh Ibn Ataillah.
4. Kitab "Al-Manazir" oleh Al-Qushayri.
5. Fatwa-fatwa ulama tasawuf terpercaya.
2 notes · View notes
elgenistyping · 18 days ago
Text
APD Di Tempat Kerja : Pelindung Nyawa Yang Sering Dilupakan
Elgen R. Matindas – Prodi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan
Tumblr media
 Tahukah Anda?
Di antara banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, keselamatan kerja merupakan salah satu faktor penting yang sering dianggap remeh oleh para pekerja. Seharusnya keselamatan kerja perlu dijadikan prioritas utama dalam dunia kerja. Namun, faktanya di lapangan kita sering dipertunjukan dengan hal yang berbanding terbalik dengan yang semestinya.
Dampak yang akan terjadi apabila pekerja tidak mematuhi penggunaan APD di lapangan kerja adalah jika terjadi suatu kecelakaan kerja, kecelakaan tersebut dapat menyebabkan suatu cedera. Cedera ini akan berdampak pada produktivitas pekerja, seperti tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri. Mengapa demikian? Karena cedera atau luka yang timbul oleh kecelakaan kerja dapat berupa cedera ringan dan berat seperti anggota tubuh yang tidak lengkap (cacat) hingga meninggal dunia. (Arifin & Susanto, 2013)
Tumblr media
Sebagai contoh masih banyak terjadi kecelakaan pada pekerja nelayan di Desa Malompor Timur ada sekitar 170 nelayan, pada kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2018 di mana terdapat satu orang pekerja nelayan yang mengalami kecelakan hingga menyebabkan satu tangannya terputus akibat mesin yang ada di perahu.(Ngongoloy dkk., 2023).
Dari data dan kejadian-kejadian yang telah terjadi, lantas mengapa masih banyak pekerja yang mengabaikan Alat Pelindung Diri (APD) ini? Dan apa yang harus kita lakukan untuk mengubah pola pikir tersebut? Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pentingnya APD, mengapa hal ini sering dilupakan, dan bagaimana cara kita untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan kerja khususnya keselamatan kita sendiri.
Tumblr media
Seberapa Penting APD?
Sebelum kita membahas mengenai topik utama mengapa APD sering dilupakan, kita perlu memahami terlebih dahulu mengenai seberapa penting APD bagi pekerja. Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada lebih dari 340 juta kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, terdapat lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya pada tempat kerja, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah sebanyak 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja dan sakit di tempat kerja. (Situngkir dkk., 2021)
Dari data di atas kita bisa mengetahui bahwa bahaya di tempat kerja bukanlah sesuatu yang dapat kita remehkan atau kita abaikan. Pengendalian bahaya pada sumber kecelakaan perlu kita hidupkan dalam lingkup dunia kerja. Seperti penambahan fitur keamanan untuk alat yang sudah ada, membuat ulang rencana kerja, isolasi tempat kerja dari bahaya, hingga pembelian alat baru. Metode ini akan menghilangkan bahaya atau mengisolasi bahaya dari pekerja. Namun, ketika bahaya tidak dapat dihilangkan atau tidak mampu dikontrol, maka Alat Pelindung Diri (APD) solusinya. APD harus dianggap menjadi tingkat akhir dari perlindungan apabila semua metode menghilankan tidak dapat digunakan atau tidak memungkinkan digunakan.
APD memiliki fungsi utama sebagai pelindung pekerja dari berbagai bahaya di berbagai tempat kerja terutama di tempat-tempat kerja yang memiliki risiko tinggi, seperti  manufaktur, kontruksi, pertambangan, kesehatan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, APD merupakan elemen terpenting dalam menjaga keselamatan pekerja.
Tumblr media
 Mengapa?
Lantas, apa alasan APD sering dilupakan dan diabaikan oleh pekerja dan perusahaan, padahal APD merupakan salah satu elemen penting dalam menjaga keselamatan pekerja? Hal ini menjadi salah satu tantangan utama bagi perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari kecelakaan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa APD sering dilupakan dan diabaikan oleh pekerja dan perusahaan :
1) Kurangnya pemahaman tentang pentingnya APD
>  Menurut penelitian dari Sovian Piri, Bonny F. Sompie, dan James A. Timboeleng yang membahas mengenai pengaruh kesehatan, pelatihan dan penggunaan alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi di kota Tomohon di sana diperlihatkan bahwa sekitar 96,4% pekerja belum pernah bahkan tidak pernah mengikuti pelatihan kerja.(Piri dkk., 2012).
2) Rasa tidak nyaman atau merasa tidak terbiasa
> Beberapa APD merasa tidak nyaman atau mengganggu ketika digunakan saat bekerja. Seperti contoh, masker dan kacamata pelindung. Masker dapat menyebabkan sesak nafas dan kacamata pelindung dapat menghalangi penglihatan pekerja. (A2K4., 2023).
3) APD tidak tersedia atau tidak memadai
> Ada situasi di mana APD tidak disediakan atau tidak dapat digunakan secara maksimal karena sudah lama. Namun, perusahaan atau orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan pekerja tidak mengganti atau menyediakan hal tersebut yang membuat banyak pekerja tidak dapat menggunakan APD.  (A2K4., 2023).
4) Kurangnya pengawasan
> Kurangnya pegawasan atau penegakan peraturan yang tidak ketat terhadap penggunaan APD dapat menyebabkan pekerja lalai dalam menggunakan APD. Seandainya, di suatu perusahaan ditegakan peraturan yang tegas dan jelas lalu pekerja juga diawasi dengan ketat, mungkin pekerja tidak akan lupa dalam penggunaan APD. (A2K4., 2023).
Tumblr media
Bagaimana?
Setelah kita mengetahui beberapa alasan mengapa pekerja enggan untuk menggunakan APD saat bekerja, lalu apa yang harus kita lakukan untuk bisa meningkatkan kesadaran akan menggunakan APD untuk menjaga keselamatan di lingkungan kerja?
Ada beberapa cara atau strategi untuk meningkatkan kesadaran pekerja dalam menggunakan APD diantaranya melibatkan pendekatan pelatihan, kampanye kesadaran risiko, penjagaan dan perbaikan kualitas APD, dan perubahan budaya atau kebiasaan dengan keterlibatan aktif dari seluruh pihak yang terlibat. (Azhari & Mustofa, 2023)
Kesimpulan
Jadi, Alat Pelindung Diri (APD) memiliki peran penting sebagai pelindung nyawa yang tidak boleh disepelekan atau diremehkan. Akan tetapi, ada berbagai alasan seperti minimnya pengetahuan, rasa mengganggu dan tidak nyaman, serta lemahnya budaya keselamatan kerja sehingga membuat hal ini sering dilupakan. Dengan strategi yang benar dalam hal pendekatan, kita bisa mengubah cara pandang ini dan membangun lingkungan kerja yang memberikan suasana kerja yang aman untuk semua. Karena akhirnya, keselamatan adalah tanggung jawab Bersama.
REFRENSI
Arifin, B., & Susanto, A. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI BAGIAN COAL YARD PT X UNIT 3 & 4 KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2. https://www.neliti.com/publications/18861/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-kepatuhan-pekerja-dalam-pemakaian-alat-pel#id-section-title
Azhari, F. M., & Mustofa, I. (2023). Strategi Meningkatkan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Proyek Konstruksi di Tulungagung. 5(3), 2714–2755. https://doi.org/10.556442
Ngongoloy, G. N., Pinontoan, O. R., & Kawatu, P. A. T. (2023). Gambaran Pengetahuan Dan Tindakan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Nelayan Perahu Besar Di Desa Molompar Timur Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Teggara. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 12(1). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/46308
Piri, S., Sompie, B. F., & Timboeleng, J. A. (2012). PENGARUH KESEHATAN, PELATIHAN DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI KOTA TOMOHON. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 2(4). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/view/4246
Situngkir, D., Rusdy, M. D. R., Ayu, I. M., & Nitami, M. (2021). SOSIALISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) SEBAGAI UPAYA ANTISIPASI KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK). JPKM : Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 2(1), 64–72. https://doi.org/10.37905/jpkm.v2i1.10242
A2K4. (2023) Ini Alasannya Kenapa Para Pekerja Tidak Pake APD?https://pakki.org/berita_detail/ini-alasannya-kenapa-para-pekerja-tidak-pake-apd
3 notes · View notes
yudhistirarwr · 28 days ago
Text
PERAN PENDIDIKA AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI Z
Gilang Yudhistira
UIN RADEN FATTAH PALEMBANG
Generasi Z (Gen Z) merujuk pada kelompok usia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah anak-anak yang tumbuh besar di era digital dengan akses informasi yang sangat mudah melalui internet dan media sosial. Keberadaan teknologi yang sangat maju membuat Gen Z memiliki karakter yang khas, dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan teknologi serta kecenderungan untuk lebih mengutamakan individualisme dan kebebasan berekspresi. Namun, di sisi lain, mereka juga menghadapi tantangan besar terkait moralitas, etika, dan nilai-nilai hidup yang semakin terkikis di tengah derasnya arus globalisasi dan hedonisme.
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moralitas generasi ini. Karakter yang baik, berdasarkan prinsip-prinsip agama Islam, dapat membekali Gen Z dengan landasan yang kokoh untuk menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang teori-teori agama, tetapi juga membentuk sikap, perilaku, dan kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti akhlak mulia, tanggung jawab sosial, dan pengendalian diri.
Tulisan ini akan membahas peran pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter generasi Z, mengkaji tantangan yang dihadapi oleh Gen Z, serta bagaimana pendidikan agama Islam dapat menjadi solusi dalam menciptakan generasi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan siap menghadapi dinamika kehidupan.
Generasi Z hidup dalam era yang serba canggih dengan berbagai tantangan yang tak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya. Salah satu tantangan terbesar adalah pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan media sosial. Informasi yang begitu mudah diakses mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi sosial generasi ini. Di sisi lain, media sosial juga mempengaruhi pembentukan identitas diri mereka, yang kadang kala mengarah pada pencarian pengakuan dan kebahagiaan sesaat, seperti yang terlihat dalam fenomena influencer atau pencitraan diri yang berlebihan.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Gen Z adalah tekanan untuk tampil sempurna, terutama dalam hal penampilan fisik, status sosial, dan kesuksesan materi. Dalam masyarakat yang semakin materialistis, generasi ini cenderung terjebak dalam gaya hidup konsumeristik yang mengutamakan kepuasan sesaat dan konsumsi barang-barang mewah. Hal ini seringkali mengabaikan nilai-nilai spiritual, etika, dan moralitas yang sejatinya lebih penting untuk membentuk kepribadian yang kuat dan positif.
Selain itu, Gen Z juga mengalami tantangan dalam hal kesehatan mental. Dengan berbagai tekanan sosial dan akademik, ditambah dengan tuntutan di dunia maya, banyak dari mereka yang merasa tertekan, cemas, bahkan depresi. Keseimbangan antara kehidupan nyata dan dunia maya seringkali sulit dicapai, yang menyebabkan masalah kesehatan mental semakin meningkat di kalangan remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan akademik, tetapi juga pembentukan karakter yang mampu menjaga kesejahteraan mental dan spiritual mereka.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pendidikan agama Islam dapat memberikan solusi yang efektif dalam pembentukan karakter generasi Z. Pendidikan agama Islam tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama, tetapi juga untuk membentuk akhlak, moralitas, dan etika yang dapat membantu mereka menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Beberapa aspek penting yang dapat diperoleh dari pendidikan agama Islam antara lain adalah pembentukan akhlak mulia, penguatan nilai-nilai spiritual, dan penanaman sikap tanggung jawab sosial.
Akhlak adalah salah satu aspek terpenting dalam ajaran agama Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam dapat membimbing generasi Z untuk mengembangkan sifat-sifat mulia, seperti jujur, amanah, rendah hati, sabar, dan toleran. Di tengah era yang penuh dengan pergaulan bebas dan hedonisme, pendidikan agama Islam dapat menjadi penyeimbang yang membantu mereka untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.
Dengan menanamkan prinsip-prinsip akhlak yang baik, generasi Z akan lebih mampu menjaga sikap dan perilaku mereka dalam berbagai situasi. Misalnya, dalam pergaulan di dunia maya, mereka akan lebih mampu menjaga diri dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti bullying, fitnah, atau konten-konten yang tidak mendidik.
Pendidikan agama Islam juga sangat penting dalam membangun kesadaran spiritual yang dapat memberikan kekuatan batin. Dalam kehidupan yang serba materialistik, generasi Z sering kali lupa akan makna kehidupan yang lebih mendalam. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan tujuan utama hidup adalah untuk beribadah kepada Allah dan mencapai kebahagiaan di akhirat.
Generasi Z yang dibekali dengan nilai-nilai spiritual yang kuat akan memiliki pandangan hidup yang lebih luas dan tidak terjebak dalam pencarian kebahagiaan duniawi semata. Dengan mempelajari konsep-konsep dalam Islam seperti takdir, tawakkal, dan sabar, mereka akan lebih mudah menerima kenyataan hidup dan tidak mudah terpuruk dalam kesulitan. Mereka juga akan lebih mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan ketenangan.
Islam mengajarkan pentingnya hidup bermasyarakat dan peduli terhadap sesama. Konsep amal jariyah, sedekah, dan tolong-menolong sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Pendidikan agama Islam dapat menanamkan kesadaran kepada generasi Z akan pentingnya tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain, baik itu dalam konteks keluarga, masyarakat, maupun negara.
Dalam dunia yang semakin individualistis, sikap peduli terhadap sesama seringkali terabaikan. Namun, dengan pendidikan agama Islam yang mengajarkan untuk berbagi dan membantu orang yang membutuhkan, generasi Z akan tumbuh menjadi individu yang lebih empatik, peduli, dan bertanggung jawab. Hal ini dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.
Dalam era yang penuh dengan tekanan mental, pendidikan agama Islam juga dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung kesehatan mental generasi Z. Islam mengajarkan konsep tawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. Dengan memahami konsep ini, generasi Z dapat belajar untuk tidak terlalu terbebani oleh tekanan hidup dan merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah.
Selain itu, melalui ibadah-ibadah seperti salat, puasa, dan dzikir, generasi Z dapat merasakan kedamaian batin yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental mereka. Salah satu cara Islam untuk mengatasi stres adalah dengan memperbanyak doa dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. Ini dapat membantu mereka untuk tetap positif dalam menghadapi tantangan hidup.
Salah satu ajaran utama dalam Islam adalah tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Dalam Surah Al-Ahzab (33:72), Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, namun dipikul oleh manusia." Ayat ini mengingatkan Generasi Z tentang pentingnya mengambil tanggung jawab dan tidak menghindar dari tugas atau kewajiban, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun di tengah masyarakat.
Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Dalam Surah Al-Alaq (96:1-5), Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membaca dan menuntut ilmu. Pendidikan agama Islam dapat memberikan motivasi bagi Generasi Z untuk terus belajar, berkembang, dan tidak hanya terfokus pada pencapaian duniawi, tetapi juga memahami makna hidup yang lebih dalam. Generasi Z yang cenderung mudah terpengaruh oleh tren media sosial dan informasi yang tidak selalu akurat, perlu diajarkan untuk selektif dalam menerima informasi dan mencari kebenaran.
Meskipun pendidikan agama Islam memiliki potensi besar dalam membentuk karakter, ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah pengaruh negatif dari media sosial yang seringkali tidak sejalan dengan nilai-nilai agama. Untuk itu, pendidikan agama Islam harus diintegrasikan dengan teknologi dan media sosial yang bijak, sehingga Generasi Z dapat memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa kehilangan jati diri dan nilai-nilai moralnya.Penting juga untuk melibatkan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan agama. Keterlibatan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam akan memberikan dampak yang lebih besar, terutama dalam lingkungan yang semakin terbuka terhadap budaya luar.
𝙆𝙚𝙨𝙞𝙢𝙥𝙪𝙡𝙖𝙣
Pendidikan agama Islam memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter generasi Z. Dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital dan globalisasi, pendidikan agama Islam dapat membekali mereka dengan akhlak mulia, nilai-nilai spiritual, serta sikap tanggung jawab sosial yang akan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan lebih siap menghadapi dinamika kehidupan. Melalui strategi implementasi yang tepat, pendidikan agama Islam dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam moralitas dan spiritualitas.
𝙍𝙚𝙛𝙧𝙚𝙣𝙖𝙘𝙚𝙨
Al-Quran Surah al-Luqman (31:12),Surah al-Ahzab (33:72),Al-ashr (103:1-3).
Al-Hadits nabi Muhammad saw.
Rahmawati, A., Astuti, D. M., Harun, F. H., & Rofiq, M. K. (2023). PERAN MEDIA SOSIAL DALAM PENGUATAN MODERASI BERAGAMA DI KALANGAN GEN-Z.
𝙀𝙨𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨𝙖𝙣
Essai pendidikan ini merupakan tugas yang di berikan kepada kami fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan UIN raden fattah Palembang,dengan judul "Pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter generasi Z" yang bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya peran pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter Gen Z.
Esensi penulisan tentang tulisan ini adalah untuk menggali bagaimana pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan ajaran ritual, tetapi juga menjadi pilar dalam membangun karakter generasi Z yang cerdas, berakhlak mulia, dan mampu menjaga integritas di tengah arus informasi yang tak terbatas.
Pendidikan Agama Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, serta empati, yang sangat relevan untuk membentuk pribadi yang tidak hanya unggul di dunia akademik atau karier, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan spiritual. Di sisi lain, dunia digital yang kerap kali menawarkan hiburan instan dan interaksi yang superficial, menjadikan pendidikan agama sebagai penyeimbang yang mampu memberi arah dan tujuan yang lebih bermakna.
Dengan pendekatan yang kontekstual dan relevan terhadap tantangan zaman, pendidikan agama Islam dapat menjadi bekal yang kuat dalam mencetak generasi Z yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Pembentukan karakter melalui ajaran agama Islam akan memberikan landasan yang kokoh bagi mereka untuk menghadapi tantangan global, sambil tetap mempertahankan identitas dan moralitas yang baik.
2 notes · View notes
segudangpikiran · 1 year ago
Text
Melihat kehidupan orang lain yang begitu indah secara kasat mata itu sering membuat diriku berpikir bahwa kehidupanku tidak sebagus bila dibandingkan dengan orang lain. Hal ini sering terjadi dalam diriku namun hanya berlangsung beberapa saat saja karena aku mampu mengendalikan diriku. Itulah gunanya pengendalian diri yang akan membuat kepribadian ini menjadi lebih dewasa.
20 notes · View notes
yonarida · 6 months ago
Text
Merasa Menang
Pagi ini aku merasa menang, oleh musabab telah berhasil mengalahkan amarahku yang sempat bergejolak oleh karna user yang salty sekali. Memanglah manusia beraneka rupa, ada yang baik sekali, ada yang baik, ada yang normal, ada yang salty. Ada yang pandai meredam emosinya, ada yang begitu saja diungkapkan, ada yang bisa menahan kata-katanya, ada yang begitu saja diluapkan dan membuat teririsnya hati orang lain. Memanglah ini urusan profesional, tapi namanya manusia berhadapan dengan manusia, kemudian ada kata-kata salty, terkadang baper juga, sebal juga. Ya, manusiawi.... Memanglah tidak nyaman berada dalam kondisi demikian, tetapi ingatlah, bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Jangan lupa berdoa. Ya Allah, lembutkanlah hatiku. Ya Allah, jangan biarkan emosiku lebih dominan daripada pengendalian diriku. Ya Allah, jaga keinginanku agar tidak menyerangnya balik, karena itu tak akan berakibat apapun kecuali lebih buruk. Dan memang benar saja, bahwa ketika salah satu sedang menjadi api, lainnya harus menjadi air yang memahami dan menyejukkan. 1. Pertama, handle diri terlebih dahulu. Konteksnya aku via chat ketika berhadapan dengan user, maka, pergilah dulu sejenak barang semenit. Tarik nafas panjaaaang, hembuskan. Ingat, jangan pernah bereaksi atau membalas apapun ketika diri kita sedang bergejolak, ketika emosi sedang tidak stabil. Lebih baik diam dulu. Tarik diri dulu sejenak. 2. Buat kemungkinan-kemungkinan, mungkin dia tidak bahagia, mungkin dia sedang stress, mungkin dia sedang ada masalah lain. 3. Rendahkanlah hati kita. Minta maaflah. Tidak ada salahnya kita meminta maaf. Apalagi memang ada part yang membuat user tidak nyaman dengan produk atau pelayanan kita, sedang mengalami kendala. Merasa bertanggung jawablah pada pengalaman dia.
4. Jangan sampai terpancing ya, duhai diri. Karna emosi itu menular. Batu ketemu batu akan jadi ambyar. Ada akibat lebih buruk manakala kita ikuti emosi sesaat kita. Lembutkanlah hatimu...
5. Beri solusi terbaik
2 notes · View notes
al-ayubisyam · 1 year ago
Text
8) Things You Can Control (dalam Tiga Puluh Hari Bercerita)
"Bagaimana jika dia menertawai model rambut saya? Bagaimana jika dia mengejek pakaian saya? Bagaimana jika dia tidak senang ketika saya berbuat A? Bagaimana kalau dia sedih apabila saya melakukan B?
Dalam prinsip Stoic dikenal "Things you can control and not". Ada hal yang bisa kita dikendalikan dan ada yang tidak. Dalam ajarannya, Pikiran dan Tindakan adalah dua hal yang berada dalam kuasa kita.
Falsafah Stoikisme banyak terkait dengan pengendalian emosi, sehingga memahami bentuk pengendalian "pikiran" harus dijauhkan dari ikatan hawa nafsu. Menghakimi suatu kejadian yang menimpa kita, sepenuhnya berada dalam kendali kita yang kemudian hadir dalam bentuk respon. Ketika mengesampingkan hawa nafsu, maka saat itulah kita sepenuhnya menguasai pikiran dan dapat menghasilkan respon yang tepat. Dari Pikiran menjadi Tindakan.
Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, "Seorang terpelajar mesti adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan". Kedua hal tersebut lagi-lagi adalah apa yang dapat kita kendalikan sesuai prinsip Stoic. Pikiran dan Tindakan. Sehingga secara garis besar, respon kita terhadap sesuatu sepenuhnya menjadi hak bagi diri kita.
Ketika seseorang tidak suka, memaki-maki, dan nyinyir kepada kita, itu adalah tindakan yang berada dalam kendali dan kuasa mereka. Namun, kita merespon dengan hal sama atau tidak itulah yang berada dalam kendali kita. Sebab sekali lagi kita tidak dapat mengendalikan semua hal, maka kendalikan hanya dua dalam diri kita; Pikiran dan Tindakan.
Memahami pendapat orang lain memang perlu, tetapi terlalu memikirkan pendapat orang lain adalah hal yang tidak tepat apalagi sampai memberi respon secara tidak logis.
– al ayubi
#30hbc2408 #30haribercerita @30haribercerita
3 notes · View notes