Tumgik
#pengantin bugis hijab
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Wedding Sukoharjo dg Baju Adat Bodo Pengantin Bugis Muslim Berhijab Foto Pernikahan Nisa+Zenith) 😍 Wedding Sukoharjo dg Baju Adat Bodo Pengantin Bugis Muslim Berhijab Foto Pernikahan Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/wedding-sukoharjo-dg-baju-adat-bodo-pengantin-bugis-muslim-berhijab-foto-pernikahan-nisazenith/
#Wedding #WeddingSukoharjo #AdatBugis #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #BajuBodo #PengantinBugis #PengantinAdatBugis #PengantinMuslim #PengantinBugisHijab #Bugis #BugisWedding #WeddingHijab #WeddingBerHijab #WeddingBugisHijab #WeddingBugisMuslim #PengantinBugisMuslim #Pernikahan #Pengantin #PernikahanBugis #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugisHijab #PernikahanBugisMuslim #PernikahanSukoharjo #PengantinSukoharjo
4 notes · View notes
jasamakeupakadnikah · 3 years
Text
Tumblr media
WA 0896-9609-1425, Harga Make Up Pengantin Natural Modern Buahbatu Bandung
"KLIK https://wa.me/6289696091425, Make Up Anti Luntur, Make Up Pengantin Bugis, Riasan Sunda Siger Hijab, Harga Make Up Artist, Make Up Pengantin Modern
KASATO MUA, rias pengantin berpengalaman, melayani riasan, make up artist, ngerias buat hajatan, pernikahan, kawinan, prewedding, lamaran, siraman, tunangan, wisuda, pesta, ulang tahun dll.
Kasato Make Up,
Jln. H. Pahruroji No.7
Gang Tamim pasar baru
Bandung
(Belakang BANK BUMI ARTA)
Silfiani 0896-9609-1425
https://wa.me/6289696091425
https://pusatriaspengantinbandung.blogspot.com
https://www.instagram.com/pusatriaspengantin/
https://www.facebook.com/profile.php?id=100073425925280
#riaspengantinadat #riaspengantinaceh #riaspengantinadatjawa #riaspengantinambarawa #riaspengantinajibarang #riaspengantincimahi #riaspengantincikarang #riaspengantincibinong #riaspengantindepokbagus #riaspengantindandekorasi"
0 notes
WA 0896-9609-1425, Jasa Rias Pengantin Sederhana Bandung Kulon
KLIK https://wa.me/6289696091425, Make Up Anti Luntur, Make Up Pengantin Bugis, Riasan Sunda Siger Hijab, Harga Make Up Artist, Make Up Pengantin Modern
KASATO MUA, rias pengantin berpengalaman, melayani riasan, make up artist, ngerias buat hajatan, pernikahan, kawinan, prewedding, lamaran, siraman, tunangan, wisuda, pesta, ulang tahun dll.
Kasato Make Up,
Jln. H. Pahruroji No.7
Gang Tamim pasar baru
Bandung
(Belakang BANK BUMI ARTA)
Silfiani 0896-9609-1425
https://wa.me/6289696091425
https://pusatriaspengantinbandung.blogspot.com
https://www.instagram.com/pusatriaspengantin/
https://www.facebook.com/profile.php?id=100073425925280
#riaspengantinsidoarjo #riaspengantinsalatiga #sriaspengantincepueputargrobogan #riaspengantintuban #riaspengantintradisional #riaspengantintemanggung #triaspengantindelanggu #riaspengantinungaran
0 notes
Text
WA 0896-9609-1425, Jasa Make Up Pengantin Natural Modern Arcamanik Bandung
"KLIK https://wa.me/6289696091425, Rias Pengantin Sunda Hijab Modern, Pengantin Sunda Putri, Make Up Pengantin Jawa Tradisional, Rias Solo Putri Modern, Make Up Pengantin Bugis
KASATO MUA, rias pengantin berpengalaman, melayani riasan, make up artist, ngerias buat hajatan, pernikahan, kawinan, prewedding, lamaran, siraman, tunangan, wisuda, pesta, ulang tahun dll.
Kasato Make Up,
Jln. H. Pahruroji No.7
Gang Tamim pasar baru
Bandung
(Belakang BANK BUMI ARTA)
Teteh Silvi 0896-9609-1425
https://wa.me/6289696091425
https://pusatriaspengantinbandung.blogspot.com
https://www.instagram.com/pusatriaspengantin/
https://www.facebook.com/profile.php?id=100073425925280
#hmakeupartistphilippines #hmakeupartis #hmakeupartistry #hmakeupartistbali #makeupartisi #makeupartisit #makeupartisindo #makeupartisindonesia🇮🇩 #imakeupartist #imakeupartistry
Tumblr media
0 notes
magfirahnurlaila · 7 years
Text
Cerita Tanggal Enam (12) Satu Tahun di Tanggal Yang Sama
Tanggal ini, setahun lalu, saya bangun pagi dengan suasana biasa saja. Ya, sampai hari H, deg-degan belum juga terasa. Padahal segala tenda, pernak pernik acara pernikahan dan acara mapacci’ semalam harusnya sudah cukup membuat saya berdebar. Tapi belum. Saya tidur sudah cukup larut. Jam 1 lewat dini hari. Padahal, saya sudah disuruh masuk kamar untuk istirahat sejak jam sebelas. Karena saya masih sibuk memastikan banyak hal berjalan semestinya hari ini lewat telepon selular. Memastikan teman-teman yang sejak sebulan belakangan sudah saya repotkan siap kembali menjalankan tugas di hari H. Memastikan keluarga calon pria juga sudah tidak mendapat masalah, dan hal-hal kecil yang mungkin luput. Dan tentu saja saya tidak bisa tidur jika tau keluarga saya masih sibuk berkelana mengurus semuanya. Saya yang katanya calon pengantin harus istirahat. Mana bisa? Adzan subuh berkumandang. Mungkin dalam alam bawah sadar, saya sudah berdebar. Cuma otak dan hati saya terlambat merespon. Hingga satu pesan BBM masuk. Dari capten. “Assalamualaikum” saja. Tapi, sukses membuat saya akhirnya berdebar. Ada apa? Terakhir berkomunikasi itu kemarin sore, setelah siangnya mereka tiba dan briefing keluarga untuk persiapan acara besok –saya dan capten tentu tidak bertemu—untuk saling memastikan kesiapan di masing-masing keluarga. Hingga mereka menempati tempat penginapan yang sudah kami siapkan, kami terus berkomunikasi lewat chat tentang apa saja yang kurang disana, hal-hal yang mungkin belum dimengerti saat briefing, dan lain-lain. Harap maklum. Sejak pelamaran, kedua keluarga besar kami sepakat memberikan mandat untuk menjadikan kami penghubung komunikasi segala persiapan untuk dua keluarga, dan membiarkan kami memutuskan segalanya. Mengingat keluarga tinggal di kota berbeda dan agar meminimalisir terjadi salah paham. Waah, harusnya sudah tidak ada lagi komunikasi menjelang akad. Kami sudah sepakat. Kenapa tiba-tiba nge-chat pagi-pagi begini? Sedikit heran dan sedikit geer. Kali aja mau kasih kata-kata memotivasi atau semangat. Meski sedikit yakin capten bukan tipikal seperti itu. Saya membalas, “Ada apa kak?”. Beberapa menit tak ada balasan. Keterangannya “Abdul is writing a message”. “Panjang nih, kayaknya”, pikirku. Tak lama, pesan balasannya masuk. “Dek, airnya ndak ngalir. Keran meterannya dimana yah?” itu balasan capten. Oke. Itu adalah tanda saya benar-benar harus bangun dan berdebar. Ditambah panik. Lupakan segala kata-kata penyemangat. Setelah shalat subuh dan berkonsultasi dengan orang rumah, sambil terus berkomunikasi dengan capten tentang situasi air disana, saya juga harus bersiap untuk ke salon. Masalah air dibereskan kedua orangtua saya yang segera ke rumah penginapan capten dan keluarga besarnya. Sekalian berkunjung untuk memastikan mereka sarapan. Kebetulan tempat mereka nginap itu milik keluarga mama saya. Setelah itu, saya tidak tau lagi perkembangan persiapan mereka kecuali mendengar dari adik bungsu saya yang sesekali berkunjung ke salon. Bukan berkunjung sebenarnya. Tapi dia sudah berapa kali bolak balik mengurus banyak hal di rumah, di tempat nginap capten, dan salon. Kebetulan salon itu milik keluarga dan dekat dari tempat nginap keluarga capten. Jadi beberapa barang persiapan acara juga ada di salon. Saat saya sudah setengah jadi dirias, saya sempat mendengar sedikit kegaduhan dari bawah. “Bukan, bukan diatas. Jangan naik. Dia dibawah. Masa satu ruangan. Kan tidak boleh ketemu.” Itu kata-kata yang saya dengar dari orang salon yang sedikit panik. Adik saya lagi rupanya. Kali ini mengantar capten yang juga harus dirias. Karena akad kami menggunakan pakaian adat bugis. Jadi memang dia harus dirias juga di salon. “Belum sah, ndak boleh dirias bareng. Sebentar siang saja baru dirias bareng untuk resepsi.” Ujar perias saya sambil tertawa kecil melihat insiden itu. “Sudah sampai keatas dia, mbak?” tanya saya sedikit khawatir karena sedang tidak mengenakan hijab. Pintu ruangannya menggunakan kaca transparan. Jadi kalau orang datang dari bawah untuk masuk ruangan, jelas terlihat ke dalam. “Belum, tadi adikmu yang sudah mau buka pintu.” Dia tertawa lagi. Fiuh, hampir saja terjadi kesalahan, kan. Waktu bergulir. Saya benar-benar tidak lagi mendengar kabar terbaru tentang persiapan. Sudah dilarang pegang hape. Kata periasnya, “Pengantin tenang saja, tida boleh stres, gak usah lagi ngangkat telepon dan urus ini itu. Relaks dong. Kan mereka sudah ngurus. Beres kok.” Ya sudah, saya berusaha fokus. Jam delapan lewat sedikit, saya diperbolehkan pulang karena sudah selesai dirias. Saat tiba, rumah sepi sekali. Tapi segalanya disitu memang sudah siap. Apalagi karena konsumsi diurus catering, biar keluarga memang hanya fokus dipersiapan akad dan keluarga capten yang notabene bukan orang sini. Saya hanya disambut fotografer yang khusus disiapkan untuk acara ini. Yang ramai pasti di kediaman keluarga mempelai pria. Ada beberapa keluarga dan teman-teman saya yang stand by disana dan mengurus persiapannya. Mereka juga tengah mempersiapkan diri dan gantian ke salon yang tadi. Lumayanlah, saya bisa relaks sedikit. Sambil mengecek lagi telepon selular dan melihat perkembangan melalui grup chat teman-teman saya yang membantu persiapan di tempat mempelai pria. Menjelang pukul sembilan, rumah ramai lagi. Saya sedari tadi ada di kamar pengantin bersama fotografer dan salah satu teman yang sejak pagi sudah nangkring di rumah saya menemani. Dia khusus cuti kerja untuk acara saya. Padahal kerjanya diluar kota dan itu hari senin. Hiks, kuterharu. Tiba-tiba saya disuruh pindah. Ada diskusi kecil yang terjadi diluar. Keluarga dari bapak saya. Menurut mereka, sesuai adat bugis, karena pernikahan saya belum berjarak setahun dari pernikahan kakak saya, kamar pengantin untuk sebentar menyambut mempelai pria harus berbeda katanya. Tidak tahulah saya bagaimana itu. Tapi agar tidak panjang urusan, kami sebagai anak dan keluarga mama yang bukan orang bugis nurut saja. Wkwk. Jadilah saya dipindahkan di kamar lain di rumah sebelah. Qadarullah, itu rumah sudah dibeli oleh Paman saya dan ditinggali anaknya yang kuliah di Kendari. Jadi kamarnya bisa dipakai. *Ini penjelasan bagi yang dulu sempat bertanya-tanya dan atau melihat foto saat mempelai bertemu setelah ijab kabul, kenapa kamar pengantinnya tidak ada riasan sama sekali, padahal orang bugis. Wkwkwk. Satu persatu tamu berdatangan. Teman-teman perempuan saya juga sudah ramai mengerubungi di kamar. Setelah sedikit heran kenapa saya ada di rumah berbeda tanpa riasan kamar pengantin, mereka kemudian berisik sendiri. Bertanya bagaimana perasaan saya, mengambil foto, memberi wejangan, berkenalan bagi mereka yang tidak saling kenal. Jujur saja, mereka lebih heboh saat itu. Lebih sering berekspresi kalau mereka deg-degan. ada yang memandang saya penuh arti dengan mata sedikit berkaca-kaca, sedang saya duduk santai saja sambil memperhatikan tingkah mereka. Ya, saya kembali pada situasi tidak merasa gugup sama sekali. Biasa saja. Hingga sebutan “dasar batu” kembali mereka lontarkan. Kurang lebih jam sepuluh, terdengar MC sudah memulai acara dan menyambut kedatangan mempelai pria dan keluarga serta iring-iringannya. Saya cuma mendengar samar-samar. Tapi ada teman saya yang terus bolak balik dari luar ke dalam kamar untuk memberitahu perkembangan. Yang lain bersiap meski tetap menemani saya di kamar. Tidak satupun dari mereka yang terlihat tenang. Semua tegang. Semua menarik nafas dan memandang saya penuh arti. Beberapa di dekat saya meremas tanganku tanda gugup. Yang sebelumnya tidak saling kenal pun jadi dekat secara emosional saat itu. Seperti saling memahami perasaan masing-masing. Harusnya saya terharu karena mereka benar-benar teman yang baik. Tapi itu malah kelihatan lucu. Lah, siapa yang mau akad siapa yang deg-degan. Setelah beberapa salam pembuka, dan lantunan ayat suci al-qur’an, tibalah di acara puncak. Teman-teman saya sekali lagi memberi wejangan agar saya diam, saya melototi mereka. Perasaan daritadi yang berisik mereka. Saya kan memang sudah disuruh kunci mulut oleh seorang puang nenek keluarga saya sejak mempelai pria dinyatakan datang. Saya pandangi mereka satu-satu. Mama saya juga sudah bergabung dan berada disebelah saya. Serius, saya ingin tertawa memandangi mereka yang kelihatan sekali tegangnya. Saat ijab kabul dilaksanakan, dan sampai capten mengikrarkannya, semua orang didalam ruangan –saya tidak tau situasi diluar—menahan nafas. Saya?? Sumpah, entah karena samar terdengar. Saya sama sekali belum merasa deg-degan. Tidak berdebar. Meski tentu saja saya mendoakan semoga capten lancar. Hingga teman saya yang sedari tadi memantau keluar dan masuk lagi sambil berkata, “Sudah sah!” semua bergumam alhamdulillah. Beberapa menitikkan air mata sambil memandang saya. Mama meremas pundak saya dan juga tersenyum lega. Saya?? Menertawai mereka yang menangis terharu. Sungguh menurut saya momen itu justru menjadi momen komedi. Beberapa memandang saya kesal sambil menggumamkan sebutan “batu!”. Ya, hingga ijab kabul selesai, saya belum berdebar sama sekali. Saat saya masih menggoda teman-teman yang menangis dan tertawa-tawa bersama, terdengar suara dari luar. Katanya, pengantin pria akan masuk. Saya mendadak bungkam. Hilang sudah tawa saya. Kaku. What???? Terus saya harus bagaimana? Menyambut dengan ekspresi apa. Saya memandang sekeliling. Melihat mereka dengan tatapan, “Bagaimana ini?” giliran mereka melemparkan pandangan jahil seperti hendak mengatakan, “Kena kau sekarang!” Kamera dari handphone mereka standby di tangan masing-masing. Rangkaian adat selanjutnya. Mempelai pria mengetuk pintu sambil salam dan memohon izin masuk. Bukan saya yang menjawab. Keluarga yang menjaga pintu dan mengerti adat. Puang nenek saya membisikkan beberapa hal untuk saya baca saat pengantin pria masuk sampai nanti duduk berhadapan dengan saya. Mama tidak henti-hentinya meremas tangan atau pundak saya disebelah lainnya. Sungguh saya hanya menyimak mereka separuh. Karena kali ini saya benar-benar gugup. Harus berhadapan dengan capten pertama kali sebagai SUAMI. Saya saja bertemu dia sebagai CALON SUAMI itu tiga bulan lalu saat dia datang melamar dengan keluarganya. Sampai pintu akhirnya bisa dibuka mempelai pria, saya hanya tertunduk. Yang menemani dia juga ramai. Ada kakak dan adik-adik saya juga. Dan fotografer, saksi nikah, dan beberapa teman lainnya. Entah muka saya sudah berubah atau bagaimana, tapi terdengar bisik-bisik teman saya yang beberapa kali menyebut nama saya sambil saling mengkode. Maksudnya, lihat Fira sekarang tidak berkutik. Saya nyengir ke mereka sambil tetap menunduk. Hingga capten sudah duduk di depan saya sambil terus diberikan arahan oleh keluarga, perasaan saya campur aduk. Dia juga kikuk. Salah tingkah. Apalagi dengan keramaian ini dan banyaknya seruan godaan mereka ke kami. Mama beberapa kali meremas pundak. “Baru mau kenalan.” Ujar mama ke hadirin yang disambut tawa mereka. Memaklumi kekikukkan kami. “Mam, saya sudah kenal dia kok mam, cuma ini beda.” ujar saya dalam hati. Hingga segala prosesi kami jalankan, termasuk mencium tangannya dan dia mencium kening saya yang semua sesuai arahan menjadikan kami bahan tertawa mereka. Jelas saja. Semua dilakukan dengan sikap kaku. Menatap pun kami hanya mencuri-curi. Terus senyum-senyum canggung. Yang sialnya, hal itupun ditangkap oleh hadirin dalam ruangan hingga “cieh-cieh” tak henti-henti terdengar. Oh, ayolah. Saya benar-benar kena batunya saat itu. Momen canggung itu kemudian berganti menjadi momen yang ‘benar-benar’ mengharukan dan emosional. Saat saya dan capten menuju pelaminan untuk bersalaman dan bersimpuh pada keempat orangtua kami. Ya, sebatu-batunya saya, jelas saja hal seperti itu juga akan membuat saya menangis. Untuk kali pertama saya juga melihat capten menangis. Diapun mungkin begitu. Dan memang hari itu semua hal menjadi yang pertama bagi kami. Di selanjutnya hingga kini setahun pernikahan, saya tidak pernah lagi melihat capten menitikkan air mata atau sekedar terharu dan berkaca-kaca. Sedang dia sudah beberapa kali melihat (dan membuat) saya menangis. Wkwkwk. Percayalah, tidak lagi kalian dapati Fira si manusia batu setelah menikah. Karena jika diingat kembali, hal-hal yang membuat saya menangis kadang sebenarnya mungkin bukanlah masalah besar. Wanita! Acara berlanjut. Dari menyalami satu-persatu tamu, makan siang, sesi foto-foto, hingga melepas mereka pulang dan mungkin akan berjumpa lagi di malam hari acara resepsi. Selama di pelaminan, saya bisa relaks dan tidak canggung ngobrol dengan capten. Meski itu lagi-lagi menjadi kali pertama kami bicara sedekat itu (sambil pegangan tangan dengan gaya kaku). Dan, hal menarik lainnya adalah, capten selalu tidak pernah menatap saya lama. Atau tepatnya dari akad sampai di beberapa bulan awal pernikahan, dia hampir tidak pernah menatap saya bahkan saat dia bicara denganku. Maksudku, menatap itu ya menatap ke bola mata. Menatap lekat-lekat. Hingga kemudian itu menjadi bahan candaan saya untuk membuatnya salah tingkah jika kami mengobrol, saya sibuk mencari dan berusaha menatap matanya. Sekarang?? Aduh, jangan ditanya. Sayalah yang kemudian sibuk menghindar dari tatapannya yang kadang membuat saya salah tingkah. Apalagi saya memang selalu salah tingkah kalau diliati oleh siapapun itu. Termasuk perempuan. Balas dendam kah? Setelah tamu pulang, sekitar jam satu siang kami disuruh beristirahat sejenak sambil menunggu waktu ashar untuk bersiap acara resepsi malam. Kami duduk sebentar di ruang keluarga membahas sedikit teknis untuk sebentar malam. Keluarga capten sudah kembali ke penginapan juga untuk beristirahat. Berbincang sedikit, kemudian kami dipersilahkan masuk ke kamar untuk istirahat. Capten memohon izin ke toilet. Sekalian berwudhu untuk shalat dzuhur. Saat dia membuka sarung adatnya, saya kemudian tersadar. Ya, pakaian adat ini harus dilepas. Saya juga belum shalat. Dan astaga, banyak sekali pernak-perniknya. Maka ketika dia ke toilet, saya buru-buru ke kamar dan memanggil kakak dan sepupu saya. Agar membantu saya melepas segala pernak-pernik pakaian pengantin itu. Bukan bantuan yang saya dapatkan, tapi ledekkan. “Ih, tunggu suamimu toh. Jangan kami yang lepas.” Kata mereka. Nah, justru itu yang saya hindari. Bagaimana mungkin saya meminta tolong laki-laki yang baru saya kenal. Meski ehm, dia sekarang suami saya. Mereka sampai tega menutupkan saya pintu agar saya tetap di kamar. Karena sebelumnya, saya berniat pindah ke kamar mama untuk bergantian dan meminta tolong mama saja melepas segala pernak-pernik ini. Mereka baru berhenti meledek saya ketika capten kembali dari toilet dan melaksanakan shalat di ruang tengah. Saya belum bisa shalat karena sungguh sulit sekali melepas pernak-pernik ini tanpa bantuan. Sayangnya, baik kakak, sepupu bahkan mama tidak mau membantu saya. “Tunggu suamimu.” Katanya. Baiklah, kalau mereka tidak mau membantu, saya berusaha melepas pernak pernik dikepala saya sendiri di kamar. Saya tidak jadi pindah kamar karena mereka melarang dan menutupkan pintu dari luar. Saya berusaha cepat sebelum capten selesai shalat. Tapi, sekali lagi, itu sulit sekali. Terlalu banyak jarum dan peniti. Saya juga tak dapat menjangkau semua bagian. Utamanya dibelakang kepala. Saya masih jauh dari selesai sampai pintu kamar diketuk. Samar-samar terdengar suara kakak, mama dan sepupu yang menyuruh agar masuk saja. “Dek, saya masuk ya.” Capten bersuara dengan setengah tertawa. Mati aku! Saya mengiyakan dengan suara yang berusaha tenang. Memasang gaya sok cool saat dia masuk dan menutup pintu. Saya kembali berkutat dengan pernak pernik yang saya lepaskan. Dia duduk memperhatikan. Duh, saya itu selalu salah tingkah kalau dilihatin. Semua yang saya sedang kerjakan akan kacau jika diperhatikan. Makanya, yang tadinya saya tenang dan bisa, jadi gagap dan sangat terlihat butuh bantuan. “Saya bantu, dek.” Katanya. Sebelum saya mengiyakan, dia sudah bergerak mendekat. Refleks saya bergerak ingin menjauh. Tapi tidak jadi. Takut dia tersinggung, saya balik nanya, “Bisa? Susah ini, banyak penitinya. Atau biar sama mama saja kali yah?” saya bertanya. Dia menggeleng. “Biar saya saja. Bisa. Belum shalat juga kan. Biar cepat selesai.” Katanya. Lebih seperti kalimat perintah. Saya (terpaksa) pasrah. Kami yang saat di pelaminan tadi bisa bebas lepas berbincang dan tertawa, kini kembali masuk ke momen canggung berikutnya. Diam. Sambil dia dan saya berusaha melepaskan segala pernak-pernik di kepala saya. Cuma ada suara kipas angin. Saya tidak tau bagaimana dia, tapi sumpah saat itu saya benar-benar gugup. Tapi tampangnya serius sekali memperhatikan dan membantu saya. Tidak kelihatan canggung. Lebih seperti dia kelihatan sedang memecahkan soal fisika rumit. Mungkin saya saja memang yang berlebihan gugupnya. Makanya, kemudian saya berusaha rileks. Beberapa menit kemudian, akhirnya segala pernak-pernik itu terlepaas sudah. Setelah memastikan bahwa sudah tak ada lagi peniti atau pentul yang tertinggal, ekspresinya kemudian kembali santai sambil berkata, “Sudah selesai.” Dia tersenyum. Tapi saya kembali canggung, karena pakaian saya belum dilepas. Make-up pun belum dibersihkan. Ada beberapa pernak pernik juga. Dan resleting belakang mesti dilepas. Tapi bukan itu masalah saya. Saya cukup tolerir membiarkannya membantu saya dibagian kepala, tapi dibagian baju? Saya sangat belum siap. Maka saat dia duduk dan diam saja, saya kemudian kelabakkan mengambil baju ganti dan meminta izin keluar kamar untuk bergantian di kamar sebelah. Dia tertawa kemudian mengangguk. “Sekalian bersihkan make-up dan shalat, dek.” Katanya lagi. *Di besok-besok saat kami kembali membicarakan ini, capten memberi komentar seperti ini, “Padahal saya menawarkan bantuan itu karena pikirku bakal saya bantu buka semua sampai bawah. Ternyata malah dilarikan pas dibagian pentingnya.” Yang kemudian membuat saya mencubit atau memukul lengannya. Saya keluar. Semua di ruang keluarga heran dan kemudian mencerca kenapa saya keluar dan pakaian saya belum berganti. Saya melotot dan kemudian masuk ke kamar mama sambil menutup pintu. Kudengar mereka tertawa diluar sana. Untunglah tidak terlalu sulit melepaskan baju adat itu, jadi bisa sendiri. Setelah membersihkan make-up, saya kemudian ke toilet dan berwudhu. Kejadian lucu lainnya adalah saat saya keluar kamar untuk berwudhu, saya refleks bertanya ke mereka yang di ruang keluarga, “Ndak ada kak abdul, kan?” karena saya tak berhijab makanya saya bertanya. Mereka memandang sinis sambil tertawa. “Kenapa? Kan suamimu.” Saya menepok jidat. Lupa. Selesai shalat, saya kembali ke kamar dan mendapati Capten tertidur. Di lantai. Astaga. Kenapa di lantai. Kenapa bukan di tempat tidur. Konyol sekali dia. Untung lantainya berkarpet. Saya membangunkan, maksudnya menyuruh pindah. Dia bangun, bertanya ada apa. “Ayo, ke tempat tidur.” Kataku. Hening sesaat. Saya kemudian menepuk mulut pelan. Sepertinya sudah salah bicara. Dia sedikit tertawa. Kemudian yang terjadi adalah adegan saling membujuk. Dia yang ngotot tidur di lantai biar saya ditempat tidur saja. Saya yang kekeuh bilang merasa tidak enak tidur diatas kalau dia di lantai. Saya juga berkeras tidak bisa tidur karena waktunya sudah mau dekat ashar, dan masih canggung tidur sekamar dengan laki-laki. Makanya saya persilahkan dia saja yang tidur diatas. Biar saya dibawah duduk. Kami sama-sama keras saling membujuk. Hingga dia bilang, “Ndak ada bisa istirahat ini dek kalau berdebat begini terus.” Saya menimpali, “Ih, saya kan ndak mau tidur. Jadi kakak saja yang di tempat tidur.” Dia membalas, “Masa saya enak-enak tidur di tempat tidur baru adek di bawah. Biar lagi ndak tidur.” “Ya sudah sama-sama ke tempat tidur saja.” Saya nyeletuk spontan lagi. Kemudian menepuk mulut lagi. Dia tertawa. “Biar dibawah saja ya dek, saya juga ndak tidur, Cuma mau tutup mata saja. Takut bablas.” Katanya menengahi. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk di lantai juga menemaninya. Jadilah tempat tidur yang sudah dirias sedemikian rupa itu nganggur. Karena malam harinyapun kami tidak tidur disitu. Ada rekanan kerja saya yang baik hati memberikan tiket hotel gratis (yang di kota saya, hotel itu menjadi salah satu yang terbagus) selama dua malam sebagai hadiah pernikahan. Beberapa menit kemudian, saya juga mulai merasa ngantuk dan nyaris tertidur. Meski berusaha saya tahan, tapi mungkin capten menyadarinya dan mengisyaratkan agar saya menyandarkan kepala disisinya. Saya nurut karena sudah tak bisa menahan kantuk. Namun, baru beberapa menit, pintu kami diketuk kakak saya. Katanya sudah harus bersiap ke salon. kami disuruh mandi dulu dan shalat ashar. Kami terbangun dan baru sadar ternyata dia menggenggam tangan saya. Wkwkwk. *Di besok-besok, dia menjelaskan yang membuatnya berkeras tidur di lantai itu berkaitan dengan menahan diri dan pengendalian diri terhadap sesuatu yang belum tepat waktunya. Untuk saya yang kadang lambat mencerna, saya mesti dijelaskan sejelas-jelasnya dulu untuk mengerti maksudnya. Wkwkwkwk. Dan begitulah momen setahun lalu. Tentu masih banyak momen-momen canggung dan lucu lainnya jika harus diceritakan. Apalagi masih ada kejadian ke salon sebelum resepsi, saat akan ke acara resepsi, saat di hotel, dan lain-lain. Tapi karena ini tanggal akad, jadi ceritanya cukup sampai di setelah akad saja. Percayalah, saya menulisnya hanya untuk menolak lupa. Saya saja harus berusaha keras mengingat sambil menuliskan ini. Agar tidak ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan. Ada beberapa momen hanya akan manis jika diingat kemudian ditulis. Menulis untuk menolak lupa. Karena momen berharga sungguh sangat berharga untuk hanya sekedar tersimpan dan terlupa dalam memori. Karena manusia itu dasarnya meninggalkan. Melupakan. Dan kadang kenangan akan membuatnya sadar untuk kemudian kembali dan menyegarkan cintanya lagi. Saya merasa harus begitu. Kenangan ini harus dirawat jika ingin terus utuh. Karena saya tau, kami berdua seperti apa dalam menyikapi kenangan. Dan menulis adalah salah satu cara saya agar kami tak saling meninggalkan. Semoga. Bukankah satu tahun itu masih terlalu muda? Ya. Banyak hal besar dan sulit yang akan menanti ke depan. Semoga kami dan kita semua mampu merawat kenangan. Mampu terus menyegarkan cinta. Bersama partner hidup masing-masing. Sampai nanti Tuhan berkata cukup. dan kami harus kembali pada-Nya. *nurlail
3 notes · View notes
Text
(WA) 0812 4624 7170 - Sanggar Rias Pengantin Jakarta Selatan, Rias Pengantin Muslim Jakarta Timur,
sanggar rias pengantin jakarta selatan, rias pengantin muslim jakarta timur, rekomendasi rias pengantin jakarta, rias pengantin jawa jakarta, rias pengantin murah jakarta selatan, rias pengantin daerah jakarta, salon rias pengantin jakarta selatan, tata rias pengantin jakarta barat, rias pengantin aceh di jakarta, rias pengantin adat bugis di jakarta.
Tumblr media
Hallo kak
Cari rias pengantin bagus jakarta?
Make up by Ima adalah rias pengantin jakarta, makeup by ima menawarkan paket harga untuk rias pengantin jakarta dengan harga yang murah dan makeup yang bagus. Pernikahan adalah ritual yang skakral dalam ke hidupan ini, tata rias banyak rekomen dari banyak klien kami. make up by ima mendapatkan feed back yang bagus.
Mungkin banyak salon / sanggar rias dan jasa rias lain yang menawarkan jasa serupa dengna kami. namun kami mengutamakan pelayanan dan kepuasan klien make up pengantin jawa. oleh karena itu kami mendapatkan rekomendasi di daerah jakarta. Biaya yang kami tawarkan dalam setiap paketnya sangat terjangkau dan bnyak pilihan paket nya.
jasa rias pengantin yang kami tawarkan
rias pengantin muslimah
rias pengantin adat bugis 
rias pengantin paes ageng 
rias pengantin adat jawa 
rias pengantin adat palembang 
rias pengantin adat banjar 
rias pengantin adat bali 
rias pengantin adat aceh 
rias pengantin adat batak 
rias pengantin sunda
rias pengantin hijab
rias pengantin india
rias pengantin jogja 
rias pengantin minang
Daerah jangkau rias dan busana pengantin kami di  jakarta timur, jakarta selatan, jakarta barat, jakrta utara, dan jakarta pusat. anda cukuo memberikan alamat lengkap anda. Anda tidak perlu datang ke griya kami, kami akan datang ke rumah/tempat anda. kami akan meng rias anda sesuai permintaan anda, modern, muslim atau tradisional. kami juga bisa melakuakn kreasi jilbab,kami akanberusaha yang terbaik untuk penampilan anda di pelaminan
Tumblr media
Untuk pemesanan hub dan informasi
WA 0812 4624 7170 - rias pengantin IMA
0 notes
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith) 😍 Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/wedding-adat-bugis-baju-bodo-pengantin-muslim-hijab-di-gedung-pernikahan-sukoharjo-nisazenith/
#Wedding #WeddingAdat #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #BugisWedding #BajuBodo #BajuWedding #BajuWeddingBugis #PengantinAdatBugis #PengantinBugis #PengantinAdat #PengantinAdatBugis #GedungPernikahan #GedungPernikahanSukoharjo #PernikahanSukoharjo #WeddingSukoharjo #PengantinSukoharjo #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis  
4 notes · View notes
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Fotografer Wedding Sukoharjo di Pernikahan Adat Bugis Pengantin Baju Bodo Hijab Muslim Zenith+Nisa) Fotografer Wedding Sukoharjo di Pernikahan Adat Bugis Pengantin Baju Bodo Hijab Muslim Zenith+Nisa
https://poetrafoto.wordpress.com/fotografer-wedding-sukoharjo-di-pernikahan-adat-bugis-pengantin-baju-bodo-hijab-muslim-zenithnisa/
#FotograferWeddingSukoharjo #FotograferPernikahanSukoharjo #FotoWeddingSukoharjo #FotoPernikahanSukoharjo #FotoPengantinSukoharjo #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis #PengantinAdatBugis #PengantinBugis #BajuBodo #BajuBodoAdatBugis #BajuBodoBugis #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab
4 notes · View notes
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Wedding Bugis Baju Adat Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith) 😍 Wedding Bugis Baju Adat Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/wedding-bugis-baju-adat-bodo-pengantin-muslim-hijab-di-gedung-pernikahan-sukoharjo-nisazenith/
#WeddingBugis #Wedding #Bugis #BajuBodo #WeddingAdatBugis #BugisWedding #WeddingMuslim #WeddingHijab #BajuBodoMuslim #BajuBodoBugis #BajuBodoHijab #AdatBugis #PengantinBugis #Pengantin #PengantinAdatBugis #PengantinMuslim #PengantinHijab #WeddingSukoharjo #PengantinSukoharjo #PernikahanBugis #Pernikahan #PernikahanAdatBugis #PernikahanMuslim #PernikahanHijab #PernikahanSukoharjo
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab Foto Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith) 😍 Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab Foto Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/wedding-adat-bugis-baju-bodo-pengantin-muslim-hijab-foto-pernikahan-sukoharjo-nisazenith/
#WeddingAdatBugis #WeddingBugis #AdatBugis #Wedding #Bugis #BajuBodo #BajuWeddingBugis #BajuPengantinBugis #PengantinAdatBugis #PengantinBugis #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis #BajuPernikahanBugis #BajuPernikahan #BajuPengantin #BajuWedding #WeddingSukoharjo #PernikahanSukoharjo #PengantinSukoharjo #SukoharjoWedding #BugisWeding
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Pernikahan Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Wedding Sukoharjo Nisa+Zenith) 😍 Pernikahan Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Wedding Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/pernikahan-adat-bugis-baju-bodo-pengantin-muslim-hijab-di-gedung-wedding-sukoharjo-nisazenith/
#PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis #BajuPernikahanBugis #BajuBodo #BajuPengantinAdatBugis #BajuPengantinBugis #PengantinAdatBugis #PengantinBugis #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #PernikahanSukoharjo #PengantinSukoharjo #WeddingSukoharjo #SukoharjoWedding #GedungPernikahanSukoharjo #BajuBodoBugis #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab #BajuBodoAdatBugis
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Fotografer Pernikahan Sukoharjo di Wedding Adat Bugis Pengantin Baju Bodo Hijab Muslim Zenith+Nisa) Fotografer Pernikahan Sukoharjo di Wedding Adat Bugis Pengantin Baju Bodo Hijab Muslim Zenith+Nisa
https://poetrafoto.wordpress.com/fotografer-pernikahan-sukoharjo-di-wedding-adat-bugis-pengantin-baju-bodo-hijab-muslim-zenithnisa/
#FotograferPernikahan #FotograferPernikahanSukoharjo #FotograferSukoharjo #PernikahanSukoharjo #FotoPernikahanSukoharjo #FotograferWeddingSukoharjo #WeddingSukoharjo #FotograferWedding #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #PengantinAdatBugis #PengantinBugis #AdatBugis #BajuBodo #BajuBodoBugis #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Foto Wedding Sukoharjo dg Baju Bodo Pengantin Adat Bugis Muslim Berhijab Pernikahan Nisa+Zenith) Foto Wedding Sukoharjo dg Baju Bodo Pengantin Adat Bugis Muslim Berhijab Pernikahan Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-wedding-sukoharjo-dg-baju-bodo-pengantin-adat-bugis-muslim-berhijab-pernikahan-nisazenith/
#FotoWeddingSukoharjo #FotoWeddingAdatBugis #FotoWeddingBugis #FotoWeddingMuslim #FotoWeddingHijab #BajuBodo #FotoPengantinSukoharjo #FotoPengantinAdatBugis #FotoPengantinBugis #FotoPengantinMuslim #FotoPengantinHijab #FotoPernikahanSukoharjo #FotoPernikahanAdatBugis #FotoPernikahanBugis #FotoPernikahanMuslim #FotoPernikahanHijab
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Foto Wedding Sukoharjo dg Baju Adat Bodo Pengantin Bugis Muslim Berhijab Pernikahan Nisa+Zenith) Foto Wedding Sukoharjo dg Baju Adat Bodo Pengantin Bugis Muslim Berhijab Pernikahan Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-wedding-sukoharjo-dg-baju-adat-bodo-pengantin-bugis-muslim-berhijab-pernikahan-nisazenith/
#FotoWeddingSukoharjo #FotoPengantinSukoharjo #FotoPernikahanSukoharjo #FotoWeddingBugis #FotoPengantinBugis #FotoPernikahanBugis #BajuAdatBugis #BajuBodoBugis #BajuBodoAdat #BajuBodoAdatBugis #BajuBodo #AdatBugis #FotoWeddingAdatBugis #FotoPengantinAdatBugis #FotoPernikahanAdatBugis #FotoWeddingMuslim #FotoPengantinMuslim #FotoPernikahanMuslim #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab #BajuBodoBerHijab
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Foto Wedding Bugis Baju Adat Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith) Foto Wedding Bugis Baju Adat Bodo Pengantin Muslim Hijab di Gedung Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-wedding-bugis-baju-adat-bodo-pengantin-muslim-hijab-di-gedung-pernikahan-sukoharjo-nisazenith/
#FotoWeddingBugis #FotoPengantinBugis #FotoPernikahanBugis #BajuAdatBugis #BajuBodo #BajuPengantinAdatBugis #BajuPengantinBugis #FotoWeddingSukoharjo #FotoPengantinSukoharjo #FotoPernikahanSukoharjo #BajuBodoBugis #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab #GedungPernikahanSukoharjo #FotoWeddingMuslim #FotoPengantinMuslim #FotoPernikahanMuslim #FotoWeddingHijab #FotoPengantinHijab #FotoPernikahanHijab
1 note · View note
poetrafoto · 4 years
Photo
Tumblr media
(via Foto Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith) Foto Wedding Adat Bugis Baju Bodo Pengantin Muslim Hijab Pernikahan Sukoharjo Nisa+Zenith
https://poetrafoto.wordpress.com/foto-wedding-adat-bugis-baju-bodo-pengantin-muslim-hijab-pernikahan-sukoharjo-nisazenith/
#FotoWeddingAdatBugis #FotoWeddingBugis #WeddingAdatBugis #WeddingBugis #BajuBodo #BajuBodoBugis #FotoPengantinAdatBugis #FotoPengantinBugis #PengantinAdatBUgis #PengantinBugis #FotoPernikahanAdatBugis #FotoPernikahanBugis #PernikahanAdatBugis #PernikahanBugis #FotoWeddingSukoharjo #FotoPengantinSukoharjo #FotoPernikahanSukoharjo #BajuBodoMuslim #BajuBodoHijab
1 note · View note