#orang mawas
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cryptid of the Day: Orang Mawas
Description: A massive, 10-foot-tall Sasquatch called the Orang Mawa is rumored to live in the Johor jungle of Malaysia. Some think the stories are folk memory of when Gigantopithecus roamed the woods, while others think it’s a misidentified sun bear. The Orang Asli people call the creature “hantu jarang gigi”, which means “snaggle-toothed ghost”.
50 notes
·
View notes
Text
Orang-orang yang pernah kukenal dalam hidup ini tidak semuanya harus menjadi karib. Ada yang cukup untuk kenal, cukup untuk bekerja, cukup untuk hal-hal tertentu saja. Karena memang kehadirannya untuk bersinggungan takdir, mungkin sehari, seminggu, atau beberapa saat. Maka dari itu, tidak perlu terlalu mengambil hati apa-apa yang hanya lewat itu. Apalagi jika yang hanya lewat sebentar itu, membuatmu tidak nyaman sepanjang waktu dan kamu memeliharanya dalam pikiranmu bertahun-tahun.
Jangan sampai, sesuatu yang hanya sebentar, mengganggumu seumur hidup. Perasaan kagum, cinta, kasihan, marah, dan semua hal yang naik turun di dalam hatimu. Tidak perlu terlalu diambil hati. Lain kali, lebih hati-hati. Lain kali, lebih mawas diri.
953 notes
·
View notes
Text
Diuji
Yang sudah belajar aqidah dengan benar, bisa diuji dengan akhlak buruk dan penyakit hati. Yang sungguh-sungguh ibadahnya, bisa diuji dengan aqidah yang menyimpang. Yang baik dan santun akhlaknya, bisa diuji dengan meremehkan perintah dan kewajiban agama.
Semoga kita ini lebih mawas pada diri sendiri; lebih banyak mengintrospeksi diri. Apabila kita mendapat ujian, bisa jadi Allah sedang menegur kita juga.
Semoga Allah karuniakan hati kita ini hati yang bersih, mudah melihat aib dan kesalahan sendiri, mudah menerima, mudah berbaiksangka, dan mudah memaafkan orang lain.
Allahummaghfirlanaa dzunuubanaa..
- repost @penaimaji
63 notes
·
View notes
Text
Tentang nilai dari sebuah jiwa...
Tahukah, bahwa berusaha untuk terus membanggakan itu melelahkan?
Ketika kita sempat berada pada sebuah sudut kehinaan, ada keinginan untuk bisa bangkit dan keluar dari sana. Namun, yang tidak kita sadari adalah kita berusaha terlihat baik hanya demi memperjuangkan harga dan nilai diri.
Hingga tanpa sadar kemilau-kemilau pencapaian membuat rasa syukur kita memiliki kriteria yang semakin rumit.
Jika hasil yang dicapai tidak persis seperti yang kita mau atau yang orang lain harapkan, maka kita merasa telah gagal total. Padahal mungkin hasil yang diperoleh tidak seburuk itu.
Pun, kita jadi terus merasa berambisi dengan pencapaian-pencapaian yang besar, sehingga pencapaian yang kecil dan sederhana tidak lagi bermakna.
Padahal realita itu tidak selalu berbanding lurus dengan harapan dan impian. Sering kali kita merasa kecewa dengan apa yang kita peroleh, ketika membandingkannya dengan besaran usaha yang sudah dilakukan.
Semua itu adalah lingkaran dengan pemahaman yang salah. Ketika kita menjadikan dunia dan validasi sebagai patokan, maka kita tak lagi menjadi pribadi yang mawas diri.
Harus terus dipahami dan disadarkan bahwa ranah hasil adalah ranahnya Allah semata. Seseorang bisa saja berjuang sekeras mungkin, namun hasilnya tidak seperti yang ia harapkan.
Bukan artinya kita lantas tak perlu berusaha atau menjadi pemalas, tapi hendaknya kita memisahkan antara usaha dengan hasil yang didapat.
Hasil yang cemerlang tidak serta-merta didapatkan dari usaha. Selalu harus kita ingat bahwa Allah selalu berperan dalam setiap jengkal kehidupan.
Ketika kita menyandarkan semua hal kepada kemampuan diri sendiri, maka kita akan menjadi hamba yang ujub dan merasa kesempurnaan adalah wilayah kita sebagai makhluk.
Padahal Dialah yang Maha berkehendak dengan apa yang Dia inginkan. Kesempurnaan adalah milik-Nya semata, sedang kefakiran dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk.
Ketika Allah menguji kita dengan kemunduran, kegagalan dan berada pada situasi yang tidak bisa memuaskan ambisi kita, maka kita akan rentan mengalami depresi, kalau kita masih menyandarkan semuanya kepada diri kita sendiri.
Berusaha adalah bagian dari perintah-Nya, namun yang perlu diingat, hasil adalah bagian dari ketetapan-Nya.
Allah yang telah mengatur semuanya. Tugas kita adalah berikhtiar dengan apa yang mampu kita lakukan, tanpa menuntut hasil yang harus sesuai keinginan kita.
Ketika seorang hamba menyadari bahwa ikhtiar itu bernilai ibadah, maka tawakallah mahkotanya. Bukan semata-mata percaya diri akan kemampuan dan potensi pribadi, hingga menjadi hamba yang abai pada kuasa-Nya.
Ketika kita mengalami fase kritis karena tidak lagi merasa produktif dan berprestasi seperti dahulu kala, maka saatnya kita menata diri kita di dalam mengenal dan mentauhidkan-Nya.
Mengenal itu tidak cukup dengan mengimani bahwa Allah itu ada. Melainkan kita harus belajar memahami nama, sifat dan perbuatan-Nya dari apa yang telah Dia kabarkan.
Ketika iman kita baru sekadar beriman akan keberadaan-Nya, maka kita akan terus sulit menerima Maha Kesempurnaan-Nya di dalam menetapkan ukuran dan jalan.
—SNA, Ruang Untukku #139
Senin, 09-09-2024 | 18.22
Venetie Van Java,
Kembali melihat porak porandanya diri yang selalu berada pada titik kejenuhan yang sama. Semoga Allah berikan pertolongan.
8 notes
·
View notes
Note
https://youtu.be/jmCorgNmy2E?si=-oKYCzJt1bd4I3mX
What about this silly lil guy
SMALL FROM BIG AND SMALL
from @unverified-mawa
Design; 6/10 - while I love the goober, he is still slightly unsettling. I really like the expressiveness his little lip flap along with his ears give him, but other than that he's just an orange blob. Lots of children's characters suffer from a trait I've named tinypupilbigeye syndrome, and small is not exempt from this.
Effectiveness/Purpose; 9/10 - (I've never watched this show, feel free to correct me in comments or rbs :] )
Small seems to be designed for the one sole purpose of being the chaotic "source of the issue" character in big and small, directly in contrast to big's gentle demeanor. I'm sure all of you have seen the
toothpaste incident
and that is just an example of his behavior. I did play the game and can confirm he acts like that for most of it. Anyways he pulls off the demonic gremlin swag very well and is great character writing (from what I've seen)
Overall; 7.5/10 - uh oh, you found the toothpaste
#rating#rating animals#ask me stuff#ask box#big and small#small from big and small#uh oh you found the toothpaste#thanks to unverified mawa for this#the video link is just “uh oh#you found the toothpaste“#for those curious#also#i need a better pfp#if you have any ideas feel free to dm me or whatever else works for you :]#ok thats all for now
30 notes
·
View notes
Text
Renungan Diri
Setahun yang agak lain, dengan kondisi yang lebih disyukuri dibanding 2023, namun ada hal-hal yang membuatku merenung lebih lama dari biasanya. Pikiranku bermuara pada sebuah kesimpulan: ada bagian diriku yang harus kubenahi.
***
1. Rezeki dan gaji
Pada tahun 2024 saya mengajukan untuk alih jabatan ke fungsional dengan harapan bisa nambah penghasilan karena jafung dinilai lebih bersih ketimbang jabatan struktural. Sederhananya, saya nggak mau jadi pejabat struktural selama masih ada budaya "macul" dan "setor".
Setelah melewati serangkaian proses dan berujung kegagalan, saya kecewa karena sebelumnya sempat pede akan lolos, namun ternyata kandas lantaran alasan yang tak jelas.
Rencana naik tunjangan gagal karena alasan yang nggak bisa saya terima. Setelah selesai dengan segala upaya, saya hanya bisa menerima bahwa belum rezeki saya untuk nambah penghasilan dari alih jabatan. Mungkin belum saatnya, bukan dari cara itu, atau mungkin bukan itu rezeki yang disiapkan untuk saya.
***
2. Terancam obesitas
Memang nggak bisa dipungkiri bahwa badan menggemuk, dan dampaknya sangat dirasakan saat main bola. Jadi lebih lambat, kurang kuat sprint, badan lebih kaku, dan tentu saja lebih rentan cedera.
Sebenarnya saya sudah berusaha untuk lebih banyak bakar kalori, tapi tak semudah yang dikira. Bulan Ramadhan tentunya strategis untuk bakal kalori dengan cara jalan kaki lebih intens, yang saya programkan tiap pulang dari kantor ke rumah. Berangkat ngangkot, pulangnya jalan kaki sekitar 4 km. Karena komit untuk olahraga (porsi laki-laki), istri marah, mengeluhkan, dan minta untuk jangan begitu lagi.
Pasca Ramadhan, istriku baru sadar salah satu sumber penyakitku adalah dari badan yang menggemuk. Namun cara bakar lemak paling benar adalah saat perut kosong, dan itu adalah saat ngabuburit selama Ramadhan.
Ini juga soal lifestyle. Pembiasaan pola makan, menahan diri untuk makan hanya seperlunya, dan berolahraga. Lagi-lagi, bulan Ramadhan adalah bulan yang paling support untuk itu.
***
3. Batasan pikiran
This is the most important of all. Saya harus selalu mawas diri bahwa nggak semua hal perlu saya ketahui, nggak segala hal perlu saya pikirkan, jadi nggak semuanya harus saya kepoin, karena nggak semua hal akan berpengaruh pada hidup saya.
Isi pikiran ini memang baiknya sebatas apa yang saya jalani, apa yang berkaitan dengan yang saya jalani, dan apa yang bisa mempengaruhi kehidupan saya. Sudah hanya itu. Jadi tak berlanjut pada prasangka, dan perasaan negatif akibat prasangka itu.
Di tengah kondisi yang tak baik, semoga bisa tetap menjadi orang baik.
2 notes
·
View notes
Text
[fic][ShunryuTaiga] : Palung Sungai (2013)
257 words. Bahasa Indonesia. Publish Jan 15, 2013.
Tentu saja, kakaknya yang mawas dengan gampang sadar kalau adiknya menemukan ‘mainan baru’. Tapi seperti biasa ia hanya melipat tangan di depan dada, mencari tempat teduh dan menonton dengan tenang. Wajahnya tetap kalem, kalau bukan tidak terbaca. Sang adik tidak pernah menemukan ekspresi selain senyum menenangkan disana. Makanya si adik yang gampang mendesis dan terlonjak karena kejutan-kejutan kecil dan lingkungan baru, setidaknya bisa rileks kalau di depan kakaknya, melepaskan pakaian perang dan tameng berat yang selalu dibawanya kemana-mana. Dia percaya penuh pada kakaknya. Sebuah keputusan yang tidak bijaksana.
Karena siapa yang tidak tahu peribahasa air tenang menghanyutkan?
Si kakak sudah bertahun-tahun berlatih. Menahan diri. Hidup dalam selaput berlapis-lapis, berhati-hati memilah persona mana yang akan dipakai untuk kesempatan apa. Topengnya sempurna dan telah teruji. Senyum teduh yang senantiasa dipakainya adalah pertahanan paling ampuh.
Karena dia tidak tahu apakah bisa menyalurkan kemarahan itu kemana tanpa menghancurkan apa-apa yang disayanginya: keluarganya yang bahagia, harapan orang tua angkatnya, dan adiknya naif dan tidak tahu menahu.
Mereka ada untuknya. Keluarga, teman-teman, dan staf pengajar.
Tapi mereka tidak tahu apa-apa.
Seluruh dunia adalah musuhnya. Dan dia sama sekali sendirian.
Tidak ada yang bisa dipercaya.
Karena semuanya palsu.
Makanya dia bisa berdiri melipat tangan dan bersender dengan tenang melihat adiknya bermain dengan mainan baru, terpancing dan marah-marah sendiri menghadapi mainannya balas menggigit tidak kalah ganasnya. Si kakak tersenyum, menyejukkan, saat adiknya frustasi dan berlari kepadanya. Si kakak tersenyum justru mentertawakan adiknya yang tidak tahu menahu. Begitu polos, begitu percaya pada semua kata-katanya, begitu setia dan memujanya.
Katanya, air tenang menghanyutkan.
Kalem.
Kelam.
2 notes
·
View notes
Text
Nyatanya kita hanya dipaksa untuk mengerti orang lain yang kadang merasa benar atas keputusannya. Sebetulnya tidak apa-apa ketika orang lain memilih jalannya sendiri...
Tapi rasanya perlulah mawas diri ketika keputusan itu berimbas pada orang lain. Perlulah memahami mana yang mendesak dan tidak.
Jangan salah ambil langkah.
2 notes
·
View notes
Text
Sebagai manusia terkadang kita perlu belajar ilmu kepekaan. Peka terhadap apa-apa yang kita lakukan itu melukai orang lain atau tidak.
Menimbang setiap perbuatan yang kita kerjakan jika orang lain yang melakukannya terhadap kita, apakah kita nyaman atau tidak dengan hal tersebut. Sehingga kita bisa lebih berhati-hati dalam bersikap dan lebih mawas diri.
3 notes
·
View notes
Text
87.
Kalau kata temanku dulu, oranglah yang menilai kamu, bukan kamu yang menilai dirimu sendiri. Semakin lama bertahun-tahun aku tetap mengingat itu dan benar adanya. Kadang kita menilai kita baik, betul dan tanpa cela. 'Mengaku-ngaku' baik, lebih tepatnya. Namun, penilaian orang lah yang sebenarnya bisa menyadarkan kita, menunjukkan buruknya kita yang tidak disadari. Bukan untuk ejekan dan bahan tertawaan, tapi untuk bahan evaluasi diri agar lebih mawas dan memperbaikinya.
23 notes
·
View notes
Text
sesungguhnya manusia emang ga lepas dari kesalahan, terutama manusia yang modelannya kaya aku :((
tapi aku berharap bgt dapet rahmat dari Allah, semoga jangan sampe aku ngelakuin kesalahan yang tanpa sadar bisa bikin boncos di akhirat. semoga bisa sadar dan mawas diri terus, jadi masi sempet evaluasi diri, mohon maaf sama orang lain, dan mohon ampun sama Allah.
2 notes
·
View notes
Text
Rezeki yang Utuh
Pasti ada momen dalam hidup ini, kita merasa kurang. Khususnya kurang harta. Saat pengin sesuatu, ternyata tidak cukup. Atau sesuatu yang kita miliki sebelumnya kemudian berkurang, misal karena berganti pekerjaan, perdagangan yang lagi sepi, dan sebagainya. Rasa kurang itu, kalau tidak terkelola dengan baik akan mempengaruhi cara pandang kita di kemudian hari. Cara pandang kita terhadap harta.
Lalu seiring berjalannya waktu, ngobrol kesana kemari, nemu satu perspektif yang menarik. Bahwa rezeki yang kita terima ini selalu utuh. Tidak dikurangi dan juga tidak dilebihkan. Apa yang kita terima saat ini adalah rezeki kita, berapapun itu jumlahnya. Kita diminta untuk mensyukurinya agar nikmat dari rezeki itu bertambah. Nikmatnya yang ditambahkan, bukan serta-merta jumlah yang kita terima saat itu yang kemudian bertambah. Jika kita bisa menikmati rezeki yang kita dapatkan, di situlah keberkahannya.
Perspektif yang kutemukan ini menegaskan kembali hal-hal yang mungkin sering kita amati, mengapa orang tua kita mungkin atau orang lain yang kita kenal, yang total pendapatannya tidak sebanyak kita ternyata bisa menyekolahkan kita atau anak-anak mereka begitu tinggi dan berhasil. Lebih bahagia, bisa memiliki sesuatu yang bagi kita rasanya mustahil sekarang ini. Bahkan dengan apa yang kita dapatkan saat ini, kita ragu apa bisa beli/bangun rumah, bisa gak ngasih pendidikan yang baik dan layak buat anak-anak nanti, dsb.
Perspektif yang juga sangat menegaskan bahwa ukuran rezeki setiap orang itu telah diatur sedemikian rupa dan kita tidak akan dimatikan hingga seluruh rezeki yang menjadi jatah kita, kita dapatkan. Tinggal kitanya yang lebih mawas diri terkait jalan apa yang mau kita tempuh untuk meraih rezeki tersebut dan bagaimana kita menggunakannya. Mudah-mudahan kita semua diberikan perasaan cukup, kemudahan dalam bersyukur, dan keberkahan. Aamiin
283 notes
·
View notes
Text
Kursi Duduk Prioritas
Kalau naik angkutan umum seperti bus atau kereta pasti akan melihat ada beberapa bangku yang diberikan warna berbeda, atau ada himbauan untuk dapat memberikan tempat duduk kepada bagi ibu hamil, lansia, penyandang disabilitas, dan orang tua yang membawa anak kecil. Kemudian untuk menandakan siapa yang berhak untuk diprioritaskan tempat duduk dengan pin.
Saya kalau naik angkutan umum sebisa mungkin menghindari kursi prioritas selain karena bukan hak saya, duduk dikursi tersebut berarti siap tersingkir dan berdiri sewaktu-waktu hehe, tapi tak jarang kursi prioritas itu juga penuh jadi terkadang juga harus mawas diri dan berpasrah jika memang ada yang membutuhkan meski badan juga rasanya lelah, saya bukan malaikat jadi bohong kalau hampir semua proses pergantian kursi itu dilalui dengan lapang hati haha tapi bukan pula jadi pihak yang mengutarakan keberatan secara langsung. Nah, seringkali terkadang di media sosial masih viral disorot orang-orang yang menunjukkan keberatan secara langsung tidak mau memberikan orang yang seharusnya berhak untuk duduk secara prioritas. Kalau udah sering trus ngapain ditulis? karena qadarullah saya akhirnya berganti posisi untuk sementara waktu dari penumpang biasa menjadi yang diprioritaskan, karena peralihan tersebut akhirnya membuat saya sedikit banyak memahami perasaan penumpang-penumpang lain dan juga komentar netizen yang sliweran di konten viral terkait dengan selipan pengalaman saya
Kalau dulu fokusan saya kepada komentar-komentar yang menyalahkan pihak yang tidak memberikan kursi kepada yang membutuhkan, tapi kemudian menariknya baru-baru ini saya menemukan postingan yang berkomentar sebaliknya semisal 'itu bukannya gak mau ngasih duduk tapi gak sadar, harusnya ya minta aja jangan playing victim atau membuat kesannya udah gak ada orang baik lagi' atau 'saya lebih heran sama yang ngerekam, kenapa ga maju aja bantuin cari kursi' atau 'lah si mbak nya gak pakai pin prioritas gimana tahu butuh duduk'.
Pin, oke saya share dulu gimana cara dapat Pin Prioritas untuk di Jakarta karena pas di busway atau kereta masih ada ibu-ibu yang nanya caranya dan gak tahu. Alhamdulillah kayaknya sistem sekarang lebih rapi karena pengalaman kakak saya dan juga ada teman saya, sampai lahiran juga kagak ada panggilan masalah pin tersebut. Kalau mau mengurus pin prioritas untuk naik busway itu bisa isi link berikut http://bit.ly/peristaTJ. Dokumen yang harus disiapkan yakni KTP. Bagi lansia dan penyandang disabilitas diminta menyiapkan kartu layanan gratis. Selain itu penyandang disabilitas juga diminta menyediakan surat keterangan dari RT/RW. Sementara itu, untuk ibu hamil diminta untuk menyertakan hasil USG/HPL. Perlu diketahui juga, layanan registrasi Pin Pelanggan Prioritas Transjakarta dibuka pukul 08.00-17.00 WIB jadi pastikan masalah waktu ini. Nanti bakal dapat email info pengambilan dan ikutin aja instruksinya Sedangkan kalau yang mau ambil pin prioritas untuk naik KRL di wilayah jakarta bisa isi link http://bit.ly/30DZ20k dan dokumen yang disiapkan kurang lebih sama dengan pin prioritas untuk naik busway. Oh ya jangan lupa saat pengambilan bisa disiapkan bukti pendukung seperti KTP, hasil USG, surat keterangan dokter, atau buku KIA (untuk yang ibu hamil ya)
Pengalaman naik transportasi umum saat hamil, jujur ternyata kultur memberikan duduk prioritas itu lebih kerasa di KRL apalagi kalau udah menggunakan Pin Prioritas, Petugasnya hampir ada disetiap gerbong atau terlihat jadi kita bisa nih naik deket petugas tersebut dan bakal dibantu. Penumpangnya juga sigap dan gak banyak tanya jadi langsung ngasih duduk, ini mungkin alhamdulillah nasib saya sejauh ini baik ketika naik kereta, belum pernah tuh kena bentak dst kayak divideo yang viral-viral
Sedangkan naik transjakarta tidak semenyenangkan naik KRL, petugas gak semua standby ketika mau naik kendaraan dan bahkan ada terminal yang cuman ada 1 petugas yang jaga dibagian masuk jadi manamungkin bisa bantu nyariin duduk. Alhasil saya pernah ngalamin berdiri 3-4 terminal gak dapat duduk walau udah pakai pin prioritas (antara yang pura-pura tidur atau beneran, dan sangking ramenya gak keliatan), atau saya pernah dapat duduk tapi dapat nyinyiran yang gak sampai viral tapi mirip (didramatisir pula dengan hormon hamil, sempat bikin saya males naik transportasi umum)
Obrolan ibu-ibu terutama yang ngasih duduk di busway itu lebih bervarian dari yang niatnya baik sampai ngedumel, jadi kadang antara nyaman dan tidak nyaman menerimanya. Saya pernah dapat dari yang 'alah hamilnya masih kecil juga udah manja mesti duduk', atau kalimat 'kalau hamil ya dirumah aja gak usah kemana-mana, emang suaminya gak ada sampai ngoyo banget harus kerja', atau yang terkoplak ada yang nawarin jimat/bangle sampai ngasih link shopee sambil cerita wejangan hamil gak boleh ini dan itu. Saya hanya bisa menghela napas kalau ketemu model-model ini yang gak cuman sekali dua kali.
Nah kalau misalnya busway lagi penuh tapi tetap masuk akan banyak mata melirik bahkan ada yang berbisik 'udah tau hamil masih maksa masuk'. HALOOOO, perlu diketahui kalau transportasi umum itu alhamdulillah selalu rame, dan untuk saya kejadiannya itu udah terlewatkan pasti 2 sampai 3 bus dengan kondisi lebih padat, kalau saya nunggu sepi, bisa-bisa saya baru pulang itu pukul 21.00 pas sepi dah itu. Jadi bukan maksa tapi gak ada pilihan lain tersedia.
Perasaan saya kalau naik transportasi umum saat hamil jadi campur aduk. Berharap orang langung notice/sadar kalau saya lagi hamil dan menggunakan pin prioritas jadi mempersilahkan duduk, itu juga udah sambil minta maaf ama makasih sangking sungkannya. Nah, saya itu termasuk pribadi yang gak enak mau ngomong, anti konflik hahah jadi sekadar untuk bilang 'maaf saya lagi hamil boleh minta bangkunya' itu bueraaaaat banget, tapi sekarang karena perut makin buncit, pinggang makin sakit, kaki makin bengkak haha kepribadian itu mulai berubah demi kenyamanan. Jadi terkadang ibu hamil/orang tua itu bukan gak mau minta kursi duluan, tapi sungkan merepotkan. dan untuk ibu hamil/orang tua memang harus menyiapkan respon apa yang diperoleh hhe :")
Terus buat yang nyinyir kok ibu hamil masih berpergian, duh percayalah kalau bisa kita juga pengennya dirumah dan rebahan namun hidup kan bukan dagelan. Sebelum hamil, sudah ada tanggung jawab yang melekat sebagai pekerja yang gak mungkin semena-mena ditinggal karena hamil, dan peraturan juga mengakomodir cuti hanya 3 bulan. Kalau dengan hamil terus langsung dirumahkan, saya jamin habis ini gak lagi rekruitment pekerja wanita (sekarang aja kadang udah lebih banyak lowongan buat kaum pria). Dan bukan gak ada suami jadi harus kerja, ada banyak alasan perempuan bekerja selain membantu ekonomi keluarga, bekerja juga menjadi sarana aktualisasi diri buat sebagian orang dan itu perlu loh (saya sangat salut kalau ada yang jadi ibu rumah tangga, tapi jangan diperdebatkan masalah wanita bekerja dan dirumah, karena keduanya sama-sama keren buat saya)
Tulisan ini saya tutup 'mari salling berdampingan dalam kebahagiaan', dan tulisan ini semata hanya pendapat pribadi saya, kalau ada yang tidak berkenan mohon dimaafkan. Doakan saya dan adik bayi sehat hinggal lahiran dan seterusnya ya :)
2 notes
·
View notes
Text
Dakwah harus didasari dengan ketulusan dan keikhlasan. Salah satu tekniknya adalah sebuah teknik exposure yang diiringi kasih sayang dan cinta.
teknik ini berusaha menemukan cahaya dalam diri seseorang dengan memberikan exposure dan membantu menemukan kebaikannya, bukan mengolok-olok kesalahan pada dirinya. bukan pula tentang ceramah pada tingkat wacana. teknik yang dapat dianalogikan sebagai menyelamatkan seseorang di lumpur. pengguna kadang terciprat atau harus masuk dalam lumpur.
pengguna teknik ini senantiasa dapat memisahkan antara individu dan kesalahannya. satu hal lagi yang perlu diingat, jangan mencoba menasihati di ranah publik. lebih mawas diri menahan alam sadar untuk segera mengoreksi atau pun malah ikut melakukan kesalahan. jangan lupa membentengi diri dengan terus meningkatkan maqom diri sendiri. ilmu, ilmu, ilmu. oiya, tiga hal penting lainnya, komunikasi asertif, ketawadhuan, dan kesabaran.
gak semua orang bisa melakukan teknik exposure. teknik ini bukan untuk orang-orang biasa. ini teknik bagi yang sudah mampu menjaga hati dan kokoh pemikirannya. teknik ini pernah digunakan oleh Jalaluddin Rumi. orang awam pernah mencoba melakukannya, dan berakhir runyam. jadi berhati-hatilah saat menggunakan. ketahui kapasitas diri terlebih dahulu, karena semua gak cukup dengan niat kebaikan.
2 notes
·
View notes
Text
Melawan orang yang punya hal lebih dariku? Pernah.
Ya. Mereka punya lebih banyak power. Lebih terkenal. Lebih tersohor. Lebih terpandang. Lebih berkecukupan. Lebih masyhur. Lebih segala-galanya.
Lalu, kenapa? Apa yang salah?
Ketika kita berada di atas kebenaran, maka tidak ada yang perlu kita takutkan. Mereka mungkin orang-orang yang punya kuasa. Tapi sehebat apapun kuasa mereka tidak akan ada yang bisa menandingi kuasa Allah.
Kita itu sama. Sama-sama makhluk ciptaan Allah. Sama-sama akan menemui ajal. Dan kelak akan berada di dalam pengadilan Allah al-Hakim.
Lalu, kenapa? Apa yang perlu ditakutkan? Aku tidak ada urusan dengan kecondongan hati manusia, ke arah mana mereka akan memberi dukungan dan seburuk apa mereka akan mencelaku.
Aku tidak peduli sama sekali.
Negeri kita tidak kekurangan orang pintar, akan tetapi kekurangan orang yang jujur.
Jadi, mau sampai kapan kita menimbang sebuah kebenaran dilihat dari seberapa terkenalnya seseorang? Dilihat dari seberapa berpengaruhnya dia? Dilihat dari seberapa bagusnya retorika yang dia punya?
Setiap pendusta adalah penyakit. Mau sebaik apapun dia memoles dirinya di hadapan orang banyak. Mau semanis apapun mulutnya berbicara, tetap saja apa yang dia keluarkan adalah dusta. Kotoran yang tidak ada harganya.
Melihat orang yang gemar berdusta saja tentu membuat kita jengkel. Apalagi jika kedustaannya itu dibalut oleh syari'at Allah.
Aku memerangi kedustaan yang menunggangi amal shalih.
Aku memerangi kedustaan yang dibalut kesan agamis demi meraih keuntungan pribadi.
Aku memerangi kedustaan, tidak peduli siapapun orang yang melontarkannya.
Cukup dengan menjadi hamba Allah aku mengikrarkan diriku untuk berada di jalur yang berseberangan dengan dia.
Menjaga jarak adalah jalanku untuk bisa menjaga hati dan diriku. Memilih sikap tidak mau mendekat adalah jalanku untuk menjaga diriku sendiri.
Aku tidak membenci pelakunya. Aku membenci perilakunya.
Aku tidak memvonis dengan neraka, karena aku paham hidayah itu adalah milik-Nya semata.
Namun, aku berprinsip, selama pendusta itu masih gemar berdusta dan belum terang benderang perubahan dari dirinya ke arah yang lebih baik, maka aku akan tetap menjaga jarak.
Kenapa? Apakah karena hasad? Oh, jelas bukan. Ketahuilah bahwa kedustaan yang dibalut dengan tameng agama, adalah kedustaan yang bisa merusak keselamatan agama bagi orang banyak. Manusia tipe ini gemar bermain peran, gemar menyebarkan fitnah, gemar mencari muka, gemar memanipulasi orang lain dan sangat sulit menemukan keaslian, ketulusan dan kejujuran dalam dirinya.
Sikap ini bisa menjadi virus berbahaya bagi orang-orang yang sedang belajar ilmu syar'i. Merusak hati, akal dan jiwa seseorang.
Jadi menjaga jarak adalah jalanku untuk tetap mawas diri. Bahwa aku tidak bisa mempercayainya apalagi mendekat padanya.
Allah adalah al-'Alim. Kelak akan Allah bongkar makar-makar dari manusia yang hendak menodai agama-Nya.
Jangan pernah bermain-main dengan agama Allah. Pembalasan itu pasti ada, kekalahan itu akan terjadi, meskipun saat ini seakan-akan kedustaan itu yang dimenangkan, ketahuilah hakikatnya Allah sedang membalas kedustaan mereka dengan fatamorgana yang sebentar lagi akan sirna.
Tunggulah! Sesungguhnya akupun sedang menunggu.
Jika bukan di dunia ini, maka di akhirat kelak.
—SNA, Ruang Untukku #123
Kamis, 14-09-2023 | 01.13
Venetie Van Java,
Sebuah ikrar yang akan terus tertanam, sembari melangkah maju dan terus bertumbuh.
3 notes
·
View notes
Text
Manusia Itu Abu-abu
Bumi dengan segala drama cerita manusia tidak akan lepas pada kepura-puraan dan kepalsuan. Beberapa orang akan berdiri dengan topeng, sengaja karena berniat mencari pengakuan, dan tidak sama sekali karena sudah terlanjur menjadi kepribadian.
Kadang aku bertanya pada diri sendiri, seperti apakah wajah yang ku pakai dihadapan manusia lainnya? Apakah yang ku tampakkan selama ini benar-benar sama dengan isi hati ku? Pada segala niat yang ku anggap akan berdampak baik, entah untuk aku sendiri dan mungkin baik untuk orang lain. Atau bisa jadi sebaliknya? Penuh dengan tipu daya, meninggalkan luka sana-sini tanpa menyadari dengan penuh.
Kenyataannya kita seringkali dianggap gagal untuk tampak sesuai dengan isi hati kita sendiri. Kita sering menganggap segala bentuk yang lahir dari tampang adalah kebaikan, namun nyatanya orang lain menganggap kebalikannya. Bahkan seringkali dilabeli sebuah kepura-puraan paling nyata.
Analisanya, pertama, tidak semua orang mau menerima niat baik. Manusia dengan segala persepsinya bisa menganggap satu kerutan wajah menjadi ribuan makna. Kedua, bisa jadi kita lupa meintrospeksi diri bahwa kenyataannya kita hanyalah manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah.
Tidak ada manusia yang benar-benar baik.
Pun demikian, tidak ada manusia yang benar-benar buruk.
Baik menurut ku bisa jadi terlalu jahat bagi mu. Baik menurut mu bisa jadi sangat keliru dimata ku.
Lalu bagaimana akhirnya kita harus bersikap?
Menjaga persepsi kita untuk menganalisa secukupnya.
Jikapun kita menyetujui segala sikap seseorang, hargai sewajarnya. Tidak mendewakan nilai kebenaran yang mereka yakini, karena kita tidak cukup tau cerita dipihak lain.
Jikapun kita tidak menyukai, tolaklah secukupnya. Bisa jadi keputusan seseorang yang kita anggap tidak baik itu adalah reaksi dari segala perasaan dia yang tidak bisa kita pahami dengan penuh.
Akhirnya, hidup ini hanyalah soal persepsi. Bagaimana kita memandang dunia dan wajah jutaan manusia. Kalau kita terlalu sering melihat keburukannya saja, kita akan terpenjera pada penyakit hati yang menjauhkan dari ketentramam jiwa. Dan kalau kita terlalu terlena pada kebaikan dan menutup kemungkinan buruknya, kita akan gagal mawas diri dan beresiko tenggelam dalam ekpetasi.
Dalam menilai lakukan secukupnya. Dalam bertindak lakukan paling tulus setulus-tulusnya.
Bukan untuk orang lain, tapi untuk Allah. Ia adalah sebaik-baiknya tujuan dalam bersikap.
nuritawa
3 notes
·
View notes