#nama-nama bayi perempuan dalam al quran 2 kata
Explore tagged Tumblr posts
Text
Nama Bayi Perempuan Dalam Al Quran 2 Kata Terbaik Sepanjang Masa
Nama Bayi Perempuan Dalam Al Quran 2 Kata Terbaik Sepanjang Masa
Nama Bayi Perempuan Dalam Al Quran 2 Kata – namaanakperempuan.net. Ingin memberikan rangkaian nama bayi 2 kata? Jika memang benar, kini anda sudah berada di situs yang tepat lho. Karena disini kami telah merangkumkan beberapa pilihan nama bayi perempuan dalam al quran 2 kata. Nama bayi ini dijamin bagus, indah dan penuh makna. Sebab, semua nama-namanya dipilihkan dari bahasa islam dan alquran.…
View On WordPress
#nama anak perempuan 2 kata dari al quran#nama anak perempuan dalam alquran 2 kata#nama bayi perempuan dalam al quran 2 kata dan artinya#nama bayi perempuan dua kata dalam al quran#nama bayi perempuan menurut al quran beserta artinya 2 kata#nama-nama bayi perempuan dalam al quran 2 kata#rangkaian nama bayi perempuan dalam al quran 2 kata
0 notes
Text
Perempuan dalam Islam: Peran, Kemandirian dan Pemahaman yang Keliru dalam Konteks Keluarga
Apabila kita membahas sesuatu dalam Islam, kita tentu akan menemukan berbagai macam pembahasan dan diskusi tentang hal itu karena begitu komprehensif-nya Islam memandang sesuatu dan di saat yang sama begitu beragam penafsiran ulama atas hal tersebut (Lihat pandang saya berjudul “Islam: Ilmu Pengetahuan, Kewajiban dan Moderasi”). Hal tersebut juga berlaku dalam hal kita membahas peran dan posisi perempuan dalam Islam, serta berlaku pula apabila kita membahas peran dan posisi lelaki.
Dengan tidak menyampingkan berbagai pembahasan mengenai perempuan dalam Islam, dalam artikel berikut kita akan membahas secara khusus bagaimana Islam memandang peran dan kemandirian seorang perempuan.
Untuk membuka diskusi kita, saya ingin mengutip salah satu kisah yang diceritakan dalam Al Quran, yaitu kisah tentang keluarga Imran. Dalam akhir kisah ini, sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama, kita akan menemukan bahwa pada saat keadaaan lingkungan sekitar tidak mendukung peran perempuan dalam masyarakat seketika itu pula agama Islam membela dan mendukung posisi perempuan.
Keluarga Imran merupakan salah satu keluarga yang sangat mulia dalam sejarah manusia. Imran dan istrinya, Hanah, merupakan pasangan suami istri yang taat mengamalkan Taurat. Cukup lama mereka sabar menantikan seorang anak yang menjadi pelengkap kebahagiaan dalam keimanan. Agar doanya cepat dikabulkan, karena usia Hanah dan Imran tak lagi muda, mereka bernazar:
"Suamiku, kelak anak ini akan aku serahkan untuk mengabdi Baitul Maqdis. Biarlah dia menjadi manusia yang dekat kepada Allah." ucap Hanah,
Suatu hari, doa Imran dan Hanah terkabulkan dalam usia yang tak muda lagi, Hana hamil, sungguh, itulah janji Allah yang akan mengabulkan pinta hamba-hambanya. Namun, Imran sempat bertanya, akan nazar istrinya itu " Bagaimana jika anak kita perempuan?". Imran tahu betul kondisi di lingkungan Baitul Maqdis pada saat itu, karena dia adalah seorang pengajar Taurat di Baitul Maqdis. Ribuan pelajar yang berada di majelis ilmu itu semuanya laki-laki sehingga keadaan itu sangat tidak mendukung nazar Hannah apabila anak yang dilahirkan adalah seorang perempuan. Pertanyaan Imran tersebut ternyata merupakan takdir Allah swt., anak Imran dan Hana benar-benar terlahir perempuan. Kejadian ini diceritakan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 36 (QS 3:36):
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan….".
Para ulama memahami “وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ” tidak hanya berarti “lelaki tidaklah seperti perempuan” tetapi juga berarti sebuah penegasan (dalam konteks firman Allah swt. tersebut) bahwa perempuan memiliki hal-hal istimewa yang mana lelaki tak memilikinya dan perempuan yang dilahirkannya itu lebih baik dari bayi laki-laki yang dimintanya (lihat tafsir yang disampaikan Ust. Adi Hidayat dan Tafsir Al Misbah karya Prof. Quraish Shihab). Dalam ayat tersebut kita melihat bagaimana Allah swt. membela posisi bayi perempuan yang telah lahir tersebut dari keragu-raguan Ayah dan Ibu-nya akibat kondisi lingkungan yang dianggap tidak akan mendukung. Kemudian benar adanya, bayi perempuan tersebut akan diberi nama Maryam (ibunda dari Nabi Isa as.) dan menjadi salah satu perempuan paling mulia dalam sejarah manusia.
Dalam kisah yang lain, apabila kita mengacu pada kita suci Al-Quran, ditemukan citra perempuan yang terpuji, salah satunya, adalah yang memiliki peran dan kemandirian dalam berbagai dimensi kehidupan termasuk ekonomi dan politik. Al-Quran menceritakan bahwa anak-anak perempuan Nabi Syu’aib as., yang Ketika itu masih muda, bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan Ayahnya yang telah tua (baca QS al-Qashash [28]:23). Bahkan, Al-Quran berbicara tentang perempuan yang menjadi penguasa tertinggi negara sebagaimana terbaca dalam kisah ratu yang menduduki tahta negeri Saba’ yang konon bernama Balqis (baca QS An Naml [27]: 29 – 44).
Pada masa Nabi, yang mulia, Muhammad saw., para perempuan diberi oleh Al Quran dan Nabi saw., hak-hak kesetaraan dalam berbagai aspek. Hak ini tentunya setara dengan kewajiban sebagaimana dinyatakan dalam QS Al Baqarah [2]: 228:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf.”
Penggalan ayat di atas merupakan pengumuman menyangkut hak-hak perempuan. Ulama mengatakan bahwa didahulukannya penyebutan hak atas kewajiban menunjukkan betapa pentingnya hak itu diperhatikan. Hal ini merupakan antitesis dari keadaan masyarakat Jahiliah pada saat itu dimana hak-hak perempuan tidak diakui.
Hak perempuan di atas yang diberikan oleh Islam, dalam tataran implementasi, mewujudkan kebebasan perempuan di berbagai bidang. Dalam bidang perdagangan, istri Nabi saw., sendiri Khadijah binti Khuwailid r.ha., merupakan seorang pebisnis atau pengusaha yang sangat amat sukses. Dalam bidang politik dan pergerakan (bahkan perjuangan), Asma binti Abu Bakar As Shidiq merupakan pemegang peran penting dalam gerakan hijrah kaum muslimin, Umarah Anshariyah r.ha dan Nusaybah r.ha (lihat Himpunan Fadhilah Amal karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi), merupakan para tokoh perempuan di pasukan muslimin pada saat perjuangan di bukit uhud. Dalam bidang pemikiran dan filsafat, Rabiah Al-Adawiyah seorang wanita yang menjadi banyak rujukkan dalam ilmu tasawuf. Dalam bidang pendidikan, Fatima binti Muhammad Al-Fihriya yang mendirikan universitas pertama di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko pada sekitar tahun 800 Masehi.
Pembahasan di atas menunjukkan bagaimana Islam sangat mengakui kemandirian serta peran perempuan dalam masyarakat. Hal ini merupakan bukti kemajuan pemikiran Islam dibandingkan berbagai peradaban yang banyak tidak mengakui hak perempuan. Bahkan, sebagai contoh, jauh lebih maju dibandingkan Negara modern seperti Amerika Serikat yang baru mengakui hak politik perempuan pada tahun 1920 dalam Amandemen Konstitusi ke-19 (sekitar 300 tahun setelah Amerika merdeka).
Banyak pandangan yang keliru memandang bagaimana Islam memposisikan perempuan akibat norma dalam Islam yang memberikan posisi lelaki sebagai pemimpin (beserta kewenangannya) dalam keluarga. Oleh karena itu, kita akan membahas poin di atas secara spesifik.
Allah swt. berfirman dalam QS An Nisa ayat 34:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita”
Firman Allah swt. di atas sering kali dipahami tidak secara menyeluruh. Banyak pandangan di masyarakat bahwa ayat tersebut semata-mata memberikan posisi bagi lelaki sebagai pemimpin sehingga memiliki berbagai kewenangan pada dirinya. Padahal, ulama (lihat Tafsir Al-Wajiz karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dan Tafsir Al Misbah karya Prof. Quraish Shihab) mengartikan “قَوّٰمُونَ” tidak semata-mata pemimpin melainkan seseorang/posisi yang berperan melindungi, mengurus, menangani urusan-urusan perempuan (istrinya). Sehingga, ayat tersebut justru memberikan kewajiban kepada lelaki.
Dalam konteks menjalankan kewajiban di atas, Al-Quran maka memberikan beberapa kewenangan bagi lelaki untuk membimbing istri-nya. Namun, banyak sekali pandangan yang keliru mengenai bagaimana kewenangan tersebut dapat dipergunakan. Dalam contoh yang ekstrim, misalnya, Islam memperbolehkan seorang suami menasehati istri-nya secara fisik apabila sangat dibutuhkan, namun, untuk melakukan hal tersebut ada banyak sekali syarat yang harus dipenuhi Syarat tersebut antara lain adalah (1) Tindakan fisik tidak boleh sampai (dan dengan tujuan) menyakiti (lihat HR Muslim no 1218); (2) Tindakan fisik tidak boleh hingga menimbulkan bekas luka dan diarahkan ke wajah (lihat Hadits sahih. Riwayat Abu Dawud (VI/180 no 2128), Ibnu Majah (I/593 no 1850), dan Ahmad (IV/447), dari Mu’awiyah bin Hairah RA); (3) Tidak boleh menghina pasangan kita (lihat referensi Hadist sebelumnya); (4) Tidak boleh dilakukan apabila dinilai tidak akan bermanfaat. Imam ar-Ramli dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj menjelaskan. "Jika diketahui bahwa tindakan fisik tersebut tidak bisa memberikan efek, hal tersebut haram untuk dilakukan karena hukuman tersebut tidak berfaedah”, dan berbagai syarat lainnya.
Kalau Islam memberikan begitu banyak syarat yang membuat kewenangan tersebut sulit dilaksanakan, mengapa Islam memberikan kewenangan tersebut? Jawabannya sangat sederhana. Islam merupakan agama yang memahami realitas (Idrak Al Waqi) dan merupakan sebuah realitas bahwa terdapat berbagai macam keluarga serta banyak sekali fenomena dan persoalan di dalamnya. Sebagai perumpamaan, apakah jika Negara mengatur mengenai Lembaga pemasyarakatan berarti Negara menginginkan rakyatnya masuk ke lembaga tersebut? Jelas jawabannya tidak. Namun, adalah realitas bahwa akan ada saja masyarakat yang masuk kesana (karena beberapa alasan) sehingga hal tersebut harus diatur.
Hal di atas merupakan hal yang tidak diinginkan dalam Islam kita bisa lihat dalam kisah berikut. Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkisah dengan panjang yang penggalannya sebagai berikut.
“Kami orang- orang Quraisy mengalahkan istri-istri kami. Namun, ketika kami datang (ke Madinah) dan tinggal di kalangan orang-orang Anshar, kami dapatkan mereka itu dikalahkan istri-istri mereka. Mulailah istri-istri kami mengambil adab/kebiasaan wanita-wanita Anshar. Suatu hari, aku bersuara keras kepada istriku, ia pun menjawab dan membantahku. Aku mengingkari perbuatannya yang demikian.
“Mengapa engkau mengingkari apa yang kulakukan, sementara demi Allah, istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mendebat beliau, sampai-sampai salah seorang dari mereka memboikot beliau dari siang sampai malam,” kata istriku membela diri.
Berita itu mengejutkan aku, “Sungguh merugi orang yang melakukan hal itu dari mereka kepada Rasul saw.” kataku kepada istriku. Lalu kukenakan pakaian lengkapku dan turun menemui Hafshah, putriku.
“Wahai Hafshah, apakah benar salah seorang kalian ada yang marah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari siang sampai malam?” tanyaku.
“Ya,” jawab Hafshah.
Maka Umar ra. menasihati Hafshah agar tidak berlaku demikian kepada Nabi saw., yang mulia “Jangan kamu mendebat beliau dalam satu perkara pun dan jangan memboikotnya. Minta saja kepadaku apa yang ingin kamu minta.” (HR. al-Bukhari no. 4913, 5191 dan Muslim)
Dari Hadist di atas terlihat bagaimana Rasul saw. bersikap lembah lembut dan amat sangat penyabar kepada Istri-nya. Beliau menghargai dan bersabar (bahkan menerima ketika di-diamkan sampai harus orang lain yang meminta istri beliau tidak melakukan itu) atas tindakan istri-nya. Disisi yang lain, Rasul saw. mendahulukan kasih sayang hingga marah itu hilang karenanya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, satu kisah ketika Rasullullah saw. sedang ada sedikit perselisihan dengan istrinya, Aisyah rha. Rasulullah berkata kepada Aisyah supaya istrinya tersebut memjamkan matanya.”Pejamkanlah matamu” Lalu kemudian Rasulullah saw. mendekat ke arah Aisyah berdiri. Setelah tubuh beliau berdua berdekatan, Rasulullah saw. memeluk istrinya tersebut seraya berucap, ”ya Khumairaku, rasa marah telah pergi dariku usai aku memelukmu.” (HR Muslim)
Akhlak Nabi saw. di atas sesuai dengan hadist beliau, sebagaimana tertulis dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali:
“Sebaik-baiknya orang beriman adalah orang yang berakhlak baik kepada istrinya” (HR. Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i).
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan hadits shahih dalam kitab sunannya:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَ��َلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ.
“Muadz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rosululloh bersabda bahwa Alloh subhanahu wata’ala berfirman, ‘Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi)
Wallahualam bissawab.
2 notes
·
View notes
Text
23 Januari 2020 (00:22)
Masya Allah Tabarakallah Allahu Akbar
Alhamdulillah malaikat kecil yang selama ini jantungnya berdetak di tubuhku telah selamat lahir ke dunia.. membuatku juga terlahir kembali menjadi seorang ibu..
Amanah yang besar ini sudah Allah titipkan untukku dan sigit, doaku hanyalah semoga kami bisa menjaga amanah ini dengan baik.. membesarkannya hingga menjadi insan yang berguna untuk keluarga, bangsa, dan agama yang bisa menuntun kami kelak di Jannah Nya amiiin
Pada akhirnya aku merasakan perjuangan wanita lain yang sudah pernah merasakan nikmatnya melahirkan, kadang suka terharu melihat diriku sendiri bertumbuh dan terlahir menjadi diriku diriku yang baru. Menjadi istri menjadi ibu dan menjadi diriku diriku yang lainnya. Cuma bisa bersyukur masih diberikan kesempatan sama Allah untuk merasakan ini semua..
Cerita tentang kelahiran bayi perempuanku yang aku dan sigit beri nama GENDHISTYA KAIFIYA NURARINI 💕
Nama cantik ini bermakna :
Gendhis : manis (gula jawa) artinya anak ini hadir sebagai pemanis keluarga kecil kami yang hadirnya melengkapi kebahagiaan kami
Tya : berasal dari Al - fathihah yang artinya pembuka
Kaifiya : adalah nama yang berasal dari AL-Quran yang artinya bersemangat dan selalu ceria
Nurarini : nama ayah dan bundanya :)
Yuppp arti namanya : anak ini adalah pembuka yang hadir sebagai pemanis keluarga kecil kami sigit dan ambar yang selalu bersemangat dan ceria :) knapa semangat dan ceria ? Krna kami menginginkan kegigihannya dalam menjalani kehidupan, dengan semangat yang tak pernah padam apapun itu pasti bisa diraih :)
nama Gendhistya adalah nama yang sudah sigit pilihkan bahkan sebelum aku hamil 😂 untungnyaaa beneran anaknya perempuan..
Tanggal 22 Januari 2020
Pagi itu, sigit berangkat kerja seperti biasanya dan aku sudah cuti bekerja mulai Senin tgl 20 Januari 2020.. sebelum berangkat entah kenapa berkali kali dy bilang “pkonya kalo ada apa2 langsung telpon” krna memang posisinya aku d rumah sendirian, ibu mertuaku sedang d rumah kaka iparku dan bapak mertuaku juga pergi kerja. Aku agak heran kenapa sigit pagi itu bawel banget bilang kalimat itu berkali kali dan aku hanya mengiyakan. Setelah suamiku berangkat aku seperti biasa mau sapu sapu rumah abis itu mau mulai senam hamil dan birthing ball, karena baru bisa aku lakukan sekarang sekarang setelah cuti melahirkan dengan harapan melahirkan secara pervaginaan yang aman dan nyaman. Boleeeh kan usaha dulu, tapi mungkin terlambat 😅 memang sebelumnya sudah ada konstraksi palsu dan malemnya aku ngerasain bagian bawah itu nyeri banget, gak mules sih tp tulang panggul sampai vagina rasanya nyeri sekali. Aku paham sih krna memang kepala Dede sudah masuk panggul, pikirku mungkin di dalam dy sedang mendorong kepalanya dan cuma bisa berbisik “ayok de semoga ketemu ya jalan lahirnya”
Hari itu pas lagi sapu sapu tetiba aku ingin sekali BAB, setelah BAB aku merasa ada yg aneh ada cairan mengalir tanpa bisa aku kendalikan, beda saat ketika kita ingin pipis. Ketika bangun dari jongkok benar saja, ada cairan kuning bercampur darah mengalir bgtu saja tanpa bisa d hentikan. Dari ciri cirinya aku paham banget ini ketuban. Ya, ketubanku rembes di usia kehamilan 38 minggu menuju 39 minggu. Ingin telpon suami tp cairannya belum bisa d hentikan mengalir, aku tunggu hingga mereda, aku cepat cepat keluar kamar mandi meraih hp dan balik lg k kamar mandi krna cairan keluar lg. Aku tlpon suamiku dari dalam kamar mandi dan untungnya langsung diangkat aku minta dy segera pulang krna ketubanku sudah rembes dan aku minta dy gak panik krna rembesnya masih Ketahan bukan pecah ketuban. Lalu aku jg sambil whatsapp mamaku ngabarin klo ketubanku rembes. Aku langsung berpikir gimana caranya ke RS dalam keadaan rembes gini, bisa berceceran di jalan dan d mobil ko ya rasanya agak gimana gtu. Eh tp trnyata dengan menggunakan pembalut dan dalam posisi duduk bisa sedikit menghambat keluarny si cairan ketuban.
Gak lama, suamiku pulang sekitar pukul 9 pagi langsung buru buru masukin tas ku dan tas bayik yang alhamdulillah untungnya udah disiapin dari Kemaren 😂 termasuk birthing ball bola ku yang bisa membantu proses persalinan katanya. Kami brgkt menuju RS dan sampai d RS jam 10, aku masih bisa duduk duduk nunggu suamiku parkir mobil, eh tp trnyta aku salah wkwk kondisiku itu harusnya udh masuk IGD tp aku malah duduk di kursi depan RS, jarak IGD dr tmpat duduk aku lumayan harus jalan 😅 tp saat itu aku memilih jalan drpd harus d bawa pake kursi roda 😅 supaya memicu pembukaan juga.
Sampai di IGD, suamiku mengurus administrasi sambil menunggu bidan/perawat datang untuk memeriksa. Ketika di cek tensi, cek benar atau tidak itu cairan ketuban, dan di cek pembukaan aku diminta menunggu dan gak boleh pulang. Pdahal pembukaan baru pembukaan 2, tapi bidan gak berani untuk memulangkan aku krna kondisinya KPD (ketuban pecah dini). Rasanya disitu masih percaya gak percaya kalo diri ini mau melahirkan 😅 saat itu perawat pamit untuk ke dokter Andi fathimah melaporkan kondisiku, oiya dr. Andi ini memang SPOG yang biasa aku kunjungi jika kontrol. tapi aku sempat terkejut ketika hanya dikasih 2 pilihan oleh dokter yaitu mau induksi atau caesar. Hah ? Caesar ? Kenapa harus d caesar ? Baru Sabtu kemarin aku kontrol dokter Andi bilang kondisi bayiku baik kondisi rahimku baik hanya tinggal menunggu kontraksi. Lalu mengapa ada opsi caesar ? Jelas aku tolak aku mau lahiran normal ((((sebegitu idealisnya)))) dan kupilih induksi.
Kemudian aku d bawa ke ruang bersalin jam stgh 11, aku kabarin mamaku yg dr pagi tadi juga aku ngobrol via whatsapp ngasih kabar kondisiku dan gak lupa ngasih aku semangat 😊 sekitar jam 11.30 aku d cek bukaan dan ternyata sudah naik jadi pembukaan 3, alhamdulillah aku terus ngomong sm si Dede d dlm spya lebih semangat lagi. Aku terus terusan ngasih afirmasi positif ke Dede dan diriku sendiri. Tp yg buat aku agak ragu begitu masuk ruang bersalin aku sm skali gak diizinkan bergerak :(( alasannya takut ketubannya habis. Lah dalam hati aku ngomong kalo diem aja gimana bisa ngajak Dede keluar :( bahkan ke toilet pun aku gak boleh, sm skali gaboleh bangun dr tdur ya Allah itu pegel banget rasanya punggung , miring kanan kiri pun salaaaah. Mamaku dateng abis makan siang jam stgh 2, dan sebelum induksi aku d cek pembukaan lagi dan ternyata alhamdulillah naik sudah pembukaan 4. Infus induksi pun langsung d pasang dengan maksud mempercepat kontraksi, tp ketika sudah d pasang infus jam 3 jam 4 jam 5 aku mulai khawatir. Mules gak kunjung datang 😌 bidan jg nyindir nyaaa gtu “aduuuuh ibunya masih segerrr blm mules ya bu” huaaaah disitu pressurenya menjadi karna pas d cek pun bukaannya gak nambah :(( pdhl induksi udah 3 jam.. aku udh mulai curiga induksinya gak berhasil tp sekali lagiii harus berpikiran positif, aku keukeuh pengen bangun pengen jalan pengen d birthing ball, gimana caranya si Dede bisa ngedorong kalo ibunya diem aja cuma tiduran heuuuuuh disitu kesel bangeeet :(( pipis aja harus bgt d pispot dan itu susaaaaah bgt harus d angkat sm sigit huhu
Sampe abis magrib jam 7an gtu d cek bukaan blm naik juga, trus aku nanya kalo induksi bisa brapa jam, katanya maksimal 20 jam tp kebetulan besokannya itu dr.andi cutiiiii dan itu yg menambah keyakinan aku kalo ini ujung2nya caesar nh krna dr nya mau cutiii besok psti d paksa lahiran hari ini juga :( sampai akhirnya bidan blg jam 10 malem nanti hsil evaluasinya keluar. Jam 8an gtu aku di cek CTG lagi, tp aku jg bngung Dede gak gerak :( aku udh takut, udh ajakin Dede ngomong terus, sampe bidan ngoyak ngoyak perut aku dedenya ttp gak gerak d perut bidannya cm blg “dedenya tdurnya kuat ya” huaaaaaa perasaan udah campur aduk disitu. Jam 8 mlm mamaku pulang krna posisinya besok ada meeting dan adikku juga masih harus sekolah, cuma tinggal berdua dan gak lama bapak mertuaku dan saudara sigit datang. Jam 10 malem tiba dengan bukaan yang gak naik hasil CTG yang menunjukkan bayinya gak gerak :( untungnya detak jantung nya normal cuma gak gerak.
Sigit datang menghampiri aku dengan mukanya yang bingung gimana caranya ngomong sama aku, dy blg pelan pelan.. “beb ini kan hasil evaluasinya gak ada kenaikan bukaan dan posisinya ketubannya udh rembes, dr saranin untuk caesar aja krna kasian dedenya d dalem takut kenapa2, aku udah telpon mamamu juga untuk diskusi, kata mamamu apapun caranya yang terbaik untuk kamu dan Dede di dalem kamu udah berjuang sekuat tenagamu ko, mungkin jalannya memang harus caesar” saat itu gatau kenapa aku nangiiisss huhu aku kan yakinnya masih bisa induksi sampe 20 jam ini ko udh blg evaluasinya harus caesar. Tapi sigit terus ngeyakinin “kasian dedenya beb kalo ketubannya udah sedikit” terus gak lama bu bidan Neneng yang kebetulan dy itu bidan yang ngelatih aku senam hamil, jdi lebih kenal krna udah 3 kali ketemu juga ikut ngejelasin. Dy kasih liat grafiknya dan resiko resikonya juga apa, dan dy jg blg gapapa ko bu caesar sama sama perjuangan ibu. Dan akhirnyaaa aku nurunin idealisme diri untuk memilih yang terbaik, sekalipun gak tau juga sebenernya masih bisa d tungguin atau ngga. Bukaaan ko bukan soal sakitnya operasi caesar yg aku takutkan, cuma ya gimana ya pengen aja ngerasain lahiran normal pervaginaan, pengen juga tau rasanya ngeden tp ya ituuu keinginan sama kebutuhan kan harus kebutuhan yg menang. Bayi ini butuh untuk segera d lahirkan. Bismillah operasi caesar akan berjalan 1 jam lgi dari saat diputuskan, alhamdulillah nya respon rumah sakit cepat. Aku d bawa k ruang operasi jam 11.30 malem, pindahin tmpat tdur dan persiapan operasi segala macem nunggu tim dokter kumpul sampai jam 12 malam d tanggal 22 Januari 2020. Jam 12 lewat 10 aku d bius spinal oleh dokter anestesi.
Saat diruang operasi sigit gabisa ikut mendampingi karena kondisinya ruangan itu ruangan steril, cuma bisa nganterin sampe ruang pertukaran aja, aku di tensi di ruang pra dan pasca operasi. Pertama kalinya dalam hidupku aku masuk ruang operasi dengan keadaan dibius setengah badan hingga kakiku kebas dan gabisa d gerakin. Tangan kanan d pasang alat tensi d dada d pasang selang selang yang terhubung ke monitor untuk entah memantau apa, daaaaan tubuhku mulai menggigil tepat saat dokter mulai membedah.
Prosesnya tidak berlangsung lama, saat tubuhku mulai tak sadarkan diri krna amat sangat menggigil dr.Andi mengangkat seorang bayi perempuan yg aku ingat “alhamdulillah bu perempuan, normal, dan ketubannya sudah sedikit sekali bu” dan aku mendengar tangisan pertamanya... masya Allah aku meneteskan air mata, namun tubuhku payah. Setelah di cek kelengkapan bayiku d bersihkan, kemudian perawat mendekatkannya kepadaku, dengan kondisi hampir tidak sadarkan diri perawat bilang “bu, selamat bayi perempuannya normal tapi ibunya sudah kepayahan jadi tidak bisa IMD ya bu, silahkan dicium saja ini anaknya” dengan kondisi setengah Sadar ku cium anakku untuk pertama kalinya ::”) sekalipun aku kecewa sm diri sndiri knapa sepayah itu sehingga aku gabisa IMD, tapi apa daya memang aku payah menggigil parah rasanya sudah seperti hidup dan matiii seluruh tubuh bergetar gabisa berhenti, bahkan setelah operasi aku gakuat aku muntah muntah , di ruang pasca operasi menggigil ku semakin parah bahkan sudah d vakum panas pun tubuh ku masih menggigil bergetar gabisa berhenti. Sampai akhirnya aku d bawa ke ruang pertukaran dr ruang pra operasi dan akan d bawa k ruang perawatan baru menggigil ku hilang, tapi aku masih mau muntah hingga akhirnya aku muntah muntah lagi. Setelah selesai Lalu aku lihat suami dan bapak mertuaku di depan ruangan. Aku kemudian d bawa keluar dan aku mengantuk sepertinya d beri obat tidur sampai d ruang perawatan aku tertidur hingga paginya bayiku blm d bawa ke kamar. Kondisiku ? Huaaa raiso bergerak masih kebas kakiku tp perlahan kakiku bisa d gerakin.
Eitsss tp bukan maeeen gaboleh bergerak dulu, kaki boleh kalo sanggup, aku dipasangin kateter krna kepala belum boleh d angkat. Kalo d angkat akan mual katanya, minum aja baru boleh setelah bbrp jam . Yg aku khawatirkan nanti bayiku gmn ? IMD ngga trus nyusunya gimana :((( dr situ tekad aku bulat aku harus bisa setidaknya miring kalo ngga gimana aku bisa menyusui :( aku harus lawan rasa sakitnya 💪🏻
To be continued ~
*de gendhis bangun 😂*
0 notes
Text
Prinsip dasar FBE - Fitrah Based Education (Resume Seminar)
Bagi saya, mendidik anak itu harus dengan ilmu, tidak cukup dengan niat baik saja. Karena kita tidak bisa meniatkan sesuatu yang belum kita tahu.
Tanggal 24 Maret kemarin Allah memberikan saya kesempatan mengikuti seminar FBE (Fitrah Based Education) yang disampaikan oleh Ust Harry Santosa. Alhamdulillah banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan. Mudah-mudahan resume ini bisa memberikan insight bagi para orang tua :)
Ternyata, jika kita beranjak dari titik yang salah, kita akan kebingungan menemukan tujuan akhir yang benar.
Kita terlalu disibukkan memikirkan bagaimana cara mendidik yang benar, tapi kita tidak pernah berhenti sejenak untuk memikirkan, apa sih hakikat pendidikan?
Pendidikan sejiati adalah pendidikan yang ditujukan untuk peran peradaban yang selaras dengan tujuan dan maksud penciptaan manusia. Tujuan dan maksud adalaha dua hal yang terpadu. Lalu apa jadinya jika anak hanya dianggap seperti kertas kosong?
Pendidikan kita saat ini masih menganut konsep bahwa anak itu adalah kertas kosong. Tidak heran anak dijejali dengan begitu banyak pengetahuan. Semakin banyak diisi, maka anak dianggap akan semakin cerdas. Sehingga terjadilah fenomena outside-in (dari luar ke dalam). Metode outside-in akan hanya menghasilkan anak-anak yang kehilangan gairah belajar. Mereka sangat senang manakala bel pulang berbunyi. Namun mereka merana bila libur telah usai. Kata “belajar” jadi terdengar horor. Kata “sekolah” menimbulkan kesan capek, bosan, lelah.
Padahal, Setiap manusia yang lahir itu bukanlah kertas kosong yang bisa diisi oleh apapun. Allah sudah meng-install manusia dengan berbagai fitrah. Tugas orangtua adalah menumbuhkannya. Fitrah-fitrah itu adalah;
1. Fitrah Keimanan
Baby born as believer. Di dalam Al-Quran kita meyakini bahwa setiap manusia sebelum dilahirkan ke dunia pernah bertemu dengan Allah dan kita bersaksi bahwa Allah adalah Rabbnya (QS. 7:122). Fitrah keimanan yang tumbuh sempurna akan menumbuhkan anak-anak yang mencintai kebenaran dan tidak berhenti sampai di situ, mereka akan tergerak dalam menyampaikan kebenaran (dakwah islam). Buah dari fitrah ini adalah akhlak dan adab.
Pada fase 0-6 thn (fase konsepsi), tugas Orang tua adalah memberikan imaji-imaji positif tentang Allah, RasulNya, dan Islam sehingga anak tumbuh dewasa menjadi orang yang antusias dan memiliki ghairah kecintaan terhadap Allah, kecintaan terhadap RasulNya dan kecintaan terhadap Islam.
Sehingga saat baligh, mereka menjalani fase taklif dari titik keridhaan. Mereka beragama dengan sadar. Sadar bahwa mereka ridha Allah sebagai Tuhannya, Nabi Muhammad sebagai RasulNya, dan Islam sebagai agamanya.
Apa impactnya? Jika di fase konsepsi orangtua sudah berhasil menanamkan imaji-imaji positif di benak anak, maka dengan sendirinya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mencintai syariat. Mereka sadar bahwa syariat diciptakan untuk menjaga mereka. Bukan sebagai beban yang menjemukan.
2. Fitrah Belajar & Bernalar
Baby born as scientist. Setiap anak adalah pembelajar sejati yang tangguh. Tidak ada bayi yang terlahir bercita-cita ingin ngerondang seumur hidup, kan?
Jangan menggegas anak bisa cepat membaca, tapi buatlah anak agar mereka mencintai ilmu dan sumber ilmu (buku, kitab, guru dan ulama). Anak yang cinta ilmu akan membuat mereka membaca buku sepanjang hidupnya.
Fitrah belajar yang tumbuh paripurna akan menjadikan anak saat dewasa tidak kehilangan sifat-sifat ini:
• Intellectural Curriosity • Creative Imagination • Art of Discovery & Invention • Noble Attitude
3. Fitrah Bakat & Kepemimpinan
Setiap anak adalah unik. Maka setiap anak adalah ABK (anak berkebutuhan khusus) yang membutuhkan personalized curriculum. Talent mapping terbaik bagi anak adalah mata ayah dan ibu yang selalu mengobservasi perkembangan anak dari masa ke masa.
Bangkitkan lah kesadaran bakat anak melalui penghargaan atas sifat uniknya. Dokumentasikan bakat melalui jurnal pengamatan.
Jika fitrah bakat tumbuh dengan sempurna, maka anak akan menemukan panggilan hidupnya yang membawanya kepada peran spesifik peradaban. Bakat bukanlah hanya tentang passion semata. Tetapi bagaimana dengan bakatnya anak yang sudah dewasa dapat berkontribusi bagi ummat. Memberikan kemanfaatan yang akan memberatkan timbangan amalnya di akhirat kelak. Menggunakan potensi dirinya untuk menolong agama Allah.
4. Fitrah Seksualitas & Cinta
Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang lainnya, or in between. Jenis kelamin ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya. Anak perempuan akan menjadi ibu. Kenalkan anak-anak perempuanmu dengan peran keperempuanan dan kebundaan sejati. Sebaliknya, anak laki-laki akan menjadi ayah. Maka siapkan anak laki-lakimu untuk menjadi qowwam (pemimpin), pengayom dan imam bagi keluarganya kelak.
Anak perempuan membutuhkan 75% asupan feminitas dari ibunya dan 25% asupan maskulin dari ayahnya agar kelak tumbuh menjadi ibu yang memiliki sifat al wadud (lembut, sabar, dan berkasih sayang) dalam menghadapi suami dan anak-anaknya.
Anak laku-laki membutuhkan 75% asupan maskulin dari ayah dan 25% asupan feminitas dari ibunya agar kelak tumbuh menjadi pemimpin yang memiliki rasa empati.
Pendidikan fitrah seksualitas yang berhasil adalah dimana saat anak laki-laki beranjak dewasa, ia ingin seperti ayahmya. Dan anak perempuan yang telah dewasa akan menjadikan ayahnya sebagai benchmark dalam mencari pasangan. Anak perempuan bisa membedakan laki-laki dengan “tatapan ayah” dan mana laki-laki yang tidak punya “tatapan ayah”. Anak laki-laki yang tumbuh fitrah seksualitasnya akan siap menjadi ayah saat ia telah baligh. Begitupun dengan perempuan, ia akan siap menjadi istri dan ibu saat ia .
5. Fitrah Estetika & Bahasa
Setiap manusia sejatinya menyukai keindahan. Sedangkan bahsa berkaitan dengan ekspresi. DIharapkan anak memiliki ekspresi positif baik melalui imaji, logika, dan ruhani. Dan pada akhirnya, anak dapat memperindah peradaban melalui peran/misi spesifiknya dalam rangka Tauhidullah.
6. Fitrah Individualitas & Sosialitas
Manusia dilahirkan sebagai individu, sekaligus juga makhluk sosial. Seharusnya kita memahami ini, di bawah usia 7 tahun, anak mengalami fase individualitas yang sangat kuat. Mereka menjadi sangat pelit, egonya tinggi, membutuhkan pengakuan. Jadi jangan dipaksa mengalah. Seringkali anak pertama mengalami cidera ego saat ia tumbuh dewasa karena selalu dipaksa mengalah dan berbagi dengan adiknya.
Bukan berarti anak tidak boleh diajarkan berbagi ya.. Namun kita bisa mengajarinya dengan memberi imaji-imaji positif tentang berbagi, bukan dengan memaksa anak memberikan apa yang menjadi haknya kepada orang lain. Kita bisa mengajak anak kita ke panti asuhan dan menunjukkan kepadanya cara berbagi makanan, atau pakaian kepada anak-anak yang kurang beruntung.
Atau jika kasusnya adik berkelahi dengan kakak karena berebut mainan, bisa saja kita meluruskan dengan dialog seperti ini;
“adik, itu mainan punya kakak, adik mau main juga ya?”
“iya”
“adik, mainnya setelah kakak ya. Gantian ya. Kakak mau mainkan ini berapa menit lagi?”
Misal si kakak menjawab 10 menit. Oke kita sepakati 10 menit lagi giliran adik yang bermain. Biasanya anak akan memberikan mainannya kepada adik sebelum 10 menit, karena belum mengerti konsep waktu atau 10 menit itu selama apa :D
Bahkan untuk meminimalisir terjadinya perebutan mainan, setiap mainan hendaknya diberi nama pemiliknya. Sehingga kakak & adik bisa tahu mainan ini haknya siapa. Dan kita bisa mengajarkan anak untuk tidak mengambil hak orang lain. Kalau mau pinjam boleh saja, tapi harus izin kepada pemiliknya dulu.
Nah, jika fitrah individualitas tidak dibiarkan berkembang dengan baik, bisanya pada usia dewasa ia memiliki kesulitan mengembangkan fitrah sosialitasnya. Ciri-ciri anak yang cedera ego waktu kecilnya, saat dewasa dia menjadi individu yang minderan, merasa dirinya tidak berharga, ga punya prinsip, gampang kebawa arus, penakut, lamban mengambil keputusan, ga pede, sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan sulit bersosialisasi.
7. Fitrah Jasmani & Perkembangan
Setiap anak lahir dengan membawa fisik yang suka bergerak aktif. Lalu siapa yang menyuruhnya diam? Orangtuanya lah yang memberikannya gadget/game agar anak diam. Padahal di zaman ini kita membutuhkan ulama yang aktif bergerak mencerdaskan Ummat, aktif terjun ke lapangan dalam mencari solusi-solusi atas permasalahan ummat. Iya ga sih?
Bayi sudah terlahir tidak suka dengan najis. Tidak suka kalau badannya kotor/basah. Lalu siapa yang memberinya pampers sehingga anak-anak sekarang kehilangan rasa jijiknya dengan najis. *Jleb T_T
Kita perlu paham milestone/tahapan perkembangan anak agar sebagai orangtua kita tidak lebay dan panikan. Berikan stimulasi pada anak sesuai dengan fitrah-fitrah dan juga tumbuh kembangnya.
.
.
Fitrah itu ibarat benih. Ada tahapan untuk menumbuhkannya. Tidak bisa digegas. Tidak berlaku kaidah makin cepat makin baik.
Begitupun dengan menstimulasi anak untuk menjadi kreatif. Menstimulasi Fitrah belajar dan fitrah bernalar ini harus dibersamai dengan stimulasi pada fitrah-fitrah lainnya.
Dari sini kita jadi bisa antisipasi fenomena-fenomena 'aneh' yang berkembang di masyarakat. Dan kenapa itu bisa terjadi.
Contoh kasus ke 1
Apa yang terjadi jika fitrah keimanan anak tumbuh subur namun ia tidak mendapatkan stimulasi fitrah seksualitas? Hasilnya mengerikan! Bukankah akhir-akhir ini banyak data adanya praktik LGBT di pondok pesantren, bahkan di rumah tahfidz? Anak-anak itu walaupun diajarkan agama, mereka tetap membutuhkan sentuhan ayah dan ibu secara langsung, untuk memberikan pemahaman tentang peran seksualitas.
Sejujurnya, soal fitrah seksualitas ini, masyarakat kita masih punya banyak pr. Kalau dulu Ibu Elly Risman berkoar-koar bahwa Indonesia adalah negara fatherless, dimana ayah tidak mau terlibat soal pengasuhan. Padahal kita tahu baik anak perempuan maupun laki-laki membutuhkan supply ego dari Ayah. Di saat permasalahan tsb belum selesai, sekarang negara kita kembali dihadapkan oleh fakta baru yang pahit. Ternyata, kini Indonesia pun mengalami fenomena krisis Ibu, atau motherless country.
Banyak keluarga yang terlihat normal dari luar, yaitu terdiri dari seorang ibu dan seorang ayah, namun pada praktik pengasuhannya kedua orang ini adalah dua sosok yang maskulin. Ada kasus seorang anak SD yang mencederai temannya hingga temannya itu patah tulang. Ketika ditanya oleh gurunya apakah si anak merasa menyesal telah berbuat demikian, dengan lugasnya anak tadi menjawab dia sama sekali tidak menyesal. Temannya sekarat pun ia tidak menyesal. Dan anak itu tidak memperlihatkan wajah empati sama sekali.
Keanehan ini terjawab manakala sang guru mengunjungi keluarga anak tsb. Setelah diteliti, ternyata ibu sang anak adalah sosok yang berpendidikan tinggi, namun sangat maskulin, sangat kaku, sangat logis, dan dingin. Sifatnya seperti laki-laki. Banyak ibu-ibu yang kehilangan fitrah feminitasnya. Faktor penyebabnya bisa banyak. Tapi kebanyakan karena ibu zamanow terpaksa menjalani multi peran. Ibu yang mendidik anak, ibu yang mengambil rapot, ibu pula yang mencari nafkah. Tidak ada pembagian peran dalam pengasuhan.
Contoh kasus ke 2
Ada orang shalih yang fitrah keimanannya tumbuh subur, namun ia tidak mengenali fitrah bakatnya. Sehingga yang terjadi adalah, orang shalih yang tidak berkarya. Sehingga keshalihannya tidak banyak bermanfaat bagi kehihidupan ummat.
Contoh kasus ke 3
Ada seniman yang fitrah bakatnya tumbuh sempurna. Namun ia gagal menumbuhkan fitrah imannya. Yang terjadi ia tidak memiliki guide dalam membuat karya. Bukannya menolong agama Allah dengan skill seninya. Karyanya malah mengalirkan dosa jariyah yang merugikan dirinya sendiri di hari pengadilan Allah. Dia berhasil menjadi seniman sesuai dengan bakat unik yang Allah anugerahkan kepadanya, namun ia gagal menyelaraskannya dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Sehingga karya-karyanya menjadi bencana, bukan anugrah baik untuk dirinya sendiri maupun untuk peradaban.
.
.
Yang saya suka dari prinsip Fitrah Based Education adalah:
1. Sebagai orangtua tugas kita bukanlah mengantarkan anak menjadi sarjana atau PNS. Tetapi memelihara benih-benih kebaikan yang sudah Allah tanamkan pada anak kita. Benih-benih itu awalnya suci. Jangan sampai ketika kita kembalikan kepada Rabb-nya, benih itu berada dalam keadaan rusak dan hancur tergerus oleh kesalahan orangtua dalam menjaganya.
Orang tua harus percaya bahwa menikah adalah peristiwa peradaban. Allah pasti punya maksud, kenapa wanita diberikan rahim dan kelenjar susu? Kenapa Allah menjadikan laki-laki qowwam yang ditugaskan untuk menafkahi, mengayomi, dan memelihara perempuan? Kenapa keberadaan ayah dan ibu sangat penting bagi anak? Jika keberadaan orang tua tidak penting, Allah bisa saja menurunkan bayi melalui tabung-tabung yang diturunkan dari langit.
Kita adalah versi terbaik orang tua bagi anak kita. Dan anak kita adalah manusia versi terbaik yang Allah titipkan kepada kita. Ia adalah manusia yang tiada dua dari zaman Adam sampai akhir zaman. Jadikan lah anak kita versi terbaik dirinya, bukan versi kedua dari orang lain.
Selanjutnya, karena kita orangtua versi terbaik menurut Allah bagi anak yang menjadi anak kita, kita harus percaya diri bahwa kita adalah pendidik terbaik bagi mereka. Dan kita ga perlu lebay obsesif menjejalkan berbagai mata pelajaran, skill A-Z, macem-macem les kepada anak kita. Udah lah, rileks aja. Allah pasti memberikan kelebihan kepada anak kita. Fokus lah pada cahayanya sehingga gelap tidak lagi menjadi relevan.
Bimbing lah anak untuk mengenal bakat uniknya. Caranya dengan observasi menggunakan mata jeli kita, setiap hari. Inilah pendidikan yang inside-out. Yang berfokus kepada kelebihannya, bukan susah payah menambal kekurangannya.
2. FBE melihat pendidikan dari sudut pandang satelit. FBE mengaitkan pendidikan dengan peradaban. Kita salah selama ini jika menganggap menyekolahkan anak = mendidik anak. Menyekolahkan anak hanyalah mengajarkan anak. Sedangkan fungsi pendidikan adalah mentransformasi manusia sesuai dengan misi penciptaan dan tujuan penciptaannya. Ini selanjutnya akan saya bahas di artikel terpisah, tentang purpose, mission & vission.
Oleh Gita Pertiwi
0 notes
Text
Tulisan Ramadhan #11: Anak-Anak (Kita Kelak)
Tulisan ini adalah tulisan ke 11/30 pada Ramadhan. Semoga mampu meningkatkan produktivitas dan menjadi amal kebaikan di Bulan Ramadhan. Silahkan di share jika bermanfaat, karena kebaikan akan terasa kebermanfaatannya jika dibagikan ?
Tepat hari kamis kemarin, saya mendapat kesempatan mengisi kegiatan Pondok Ramadhan di MTsN I Malang, yaitu almamater saya dahulu. Saya masuk MTsN I Malang tahun 2006 dan lulus tahun 2009. Pada waktu itu saya sejujurnya saya merasa cukup berat. Sebab, baru H-2 dihubungi oleh Bu Rini, salah seorang guru saya. Namun entah mengapa saya merasa sungkan untuk menolak. Sebab di sekolah inilah saya dulu pernah menimba ilmu. Barangkali ini kesempatan untuk membalas jasa walaupun tentunya tidak sebanding dengan ilmu yang diberikan MATSANEWA kepada saya dahulu.
Akhirnya saya mendapatkan briefing singkat. Materinya tentang Character Building. *cukup susah juga ya kalau karakter building anak-anak SMP ini gimana*. Pada waktu itu para guru agama menjelaskan latar belakang pentingnya materi ini.
B : Dek, minta tolong ya dikasih materi yang bisa menyadarkan anak-anak MTs. F : Oh inggih Bu, memangnya kondisi adik-adik sekarang gimana Bu? B : Ya banyak Iz. Salah satunya ya itu Drakor yang di copy-copy. Drama Korea. Malah sekarang ada ekskul dance segala? F : Waduh ternyata Drama Korea udah sampai anak SMP ya sekarang Bu ==”. Hah MTs ada ekskul dance……… B : Iya Iz, serba salah emang, tapi daripada nggak terwadahi kan malah nggak bisa dipagari nantinya F : Ada kebiasaan yang lainnya Bu ? Yang mungkin bisa saya angkat besok? B : Hmm ini Iz, misalnya ini : 1. Sepak Bola waktu mau Shalat buat yang Cowok | 2. Drama Korea | 3. Nggak Sopan Sama Guru| 4. Game Online | 5. Guru di sindir di Medsos dengan kata-kata kurang baik (Ghibah) | 6. Pacaran F : ………………………… B : Iya sebenarnya drama korea nggak masalah Iz, tapi sering di Ma’had itu sampai pas waktu shalat dioprak-oprak, terus malamnya begadang nyeleseikan berbagai episode, akhirnya besok paginya ngantuk deh. F : Oh iya..iya bu.. ada lagi Bu ? B : Hmm ini Mas Faiz, yang jelas Pak Kamad (Kepsek) menghendaki biar anak-anak bisa lanjut ke madrasah yang berbasis agama. Kalau nggak, harapannya bisa mewarnai gitu di sekolah umum nanti. Kedua penyadaran diri bahwa bapak ibu guru dan ustadzh ma’had di MTs semua niatnya baik. Peraturan untuk kemaslahatan. Sooo jika ada yg kurang baik di anak-anak kemudian pihak skolah menyampaikan ke ortu itu bukan mengadukan tapi justru karena sayang kami kpd anak2. Ketiga Penyadaran JOMBLO is OKAY. Keempat seringkali mereka main-main ke plaza. Kelihatannya rame-rame ikhwan akhwat, padahal ternyata itu beberapa couple ._. F : Masya Allah, semoga saya bisa menjawab semua ekspektasi itu nggih bu…
Entah pada waktu itu saya seolah merasa berat dengan amanah semacam ini. Saya kemudian merenung. Di sebuah sekolah agama saja masih ada kejadian-kejadian seperti ini. Lalu apakah yang salah ini sekolahnya, atau anak-anaknya, atau mungkin yang lainnya?
Pada waktu itu entah pikiran saya melayang-layang membayangkan kondisi anak-anak remaja zaman sekarang. Zaman telah begitu berubah. Perkembangan media sosial seakan menjadi sarana cuci otak bagi barat untuk melemahkan moral umat islam. Benarlah dalam kajian akademi peradaban yang diselenggarakan di Masjid Manarul Ilmi, ITS beberapa waktu yang lalu bahwa peradaban memiliki kata dasar adab. Ya, sekali lagi adab. Karena adab lah sebuah bangsa akan menjadi maju. Pun demikian dengan para Ulama’-Ulama’ terdahulu. Bahkan mereka lebih lama mempelajari bagaimana adab dalam menuntut ilmu daripada ilmu itu sendiri.
Kembali ke masalah anak-anak. Fenomena sekarang yang terjadi barangkali anak-anak itu mungkin anak-anak yang kurang mendapat perhatian orang tuanya. Sekolah seolah menjadi pusat pendidikan dan pada akhinrya banyak sekolah yang menerapkan sistem full day school, masuk dari pagi hingga sore. Sebab salah satu alasan kadang orang tua memasukkan ke situ adalah karena sibuknya mereka bekerja dari pagi hingga sore, maka anak dicarikan kegiatan.
Hari itu saya belajar bahwa pendidikan sesungguhnya adalah dimulai dari keluarga. Sekolah hanya menawarkan pendidikan ilmu. Namun adab, akhlak, perilaku semua dimulai dari keluarga. Dimulai sejak kecil. Dimulai sejak pertama kali bayi itu terlahir di dunia. Bahkan dimulai sejak kita pertama memilih seorang wanita atau pria yang akan menjadi pendamping hidup kita.
Bahwa orang tua adalah sosok yang paling strategis dalam membina anak-anak nantinya. Ada yang bilang bahwa pendidikan di rumah adalah tanggung jawab ibu, sebab ada ungkapan Al-Ummu madrasatul ula’. Iya, memang benar, tapi maknanya adalah madrasah pertama. Bukan pertama dan seterusnya hingga membuat seorang ayah berlepas tangan dari tanggungjawab mendidik anaknya.
Al-Quran bahkan lebih banyak menyebutkan peran ayah terhadap mendidik anak-anaknya. Hal itu telah dilukiskan dalam Quran Surat Lukman, yang bercerita sosok Luqman Al-Hakim dalam mendidik anak-anaknya. Tepatnya pada ayat 13-19, Allah menuliskan melalui firmanNya tentang nasihat-nasihat Luqman terhadap anaknya. Bahkan di dalam Al-Quran terdapat 17 dialog yang mengajarkan mengenai pengasuhan anak. Dialog tersebut jika dirinci terdiri dari 14 dialog ayah + anak, 2 dialog ibu + anak, 1 dialog guru + murid. Hal itu sudah cukup menjadi bukti bahwa justru dalam konsep pendidikan islam peran ayah melebih sosok ibu dan guru.
Pun demikian ketika kita melihat sirah Rasulullah dahulu, bahwa bahkan ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat.
Penelitian dari barat mengatakan bahwa dari ayahlah anak-anak akan belajar setidaknya tentang keberanian, tanggung jawab, realistis, dan bergaul dengan dunia luar. Sedangkan dari ibu-lah anak-anak akan belajar mengenai kepekaan rasa. Dan islam mengajarkan ada 3 hak yang harus dipenuhi ayah kepada anaknya. Memilihkan ibu yang baik, memberikan nama yang baik, dan memberikan pengajaran adab dan Al-Quran.
Yah, sekali lagi entah saya merasa bersykur atas kesempatan mengisi di MTs kemarin. Ada sebuah ibrah yang saya ambil dalam mengondisikan anak-anak dengan kondisi tersebut. Ada sebuah pelajaran mendalam. Tentang bagaimana anak-anak seharusnya diperlakukan dan dididik kelak. Bahwa tugas seorang ayah bukan hanya menafkahi namun lebih dari itu juga mendidik.
Kelak barangkali tugas berat itu akan menimpa kita semua para calon ayah. Tugas yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Dan tugas terdekat bagi kita semua (termasuk saya) sekarang adalah bagaimana memenuhi hak anak yang pertama. Memilihkan calon ibu yang baik untuknya.
Lab, sambil ngerjain Bab IV Hari 11 Ramadahan 1437 H 21.45
0 notes
Text
Firhani
Aku selalu suka nama yang kearab-araban, terlebih nama yang diambil dari potongan ayat Al-Quran. Namaku, sama sekali tak disebut di dalamnya. Saat aku tanya pada Mama tentang arti namaku, Mama bahkan tak bisa menjawab. Tapi tak apa, katanya, nama itu adalah nama yang paling cocok untuk bayi perempuan terakhirnya. Pasti ada harapan baik juga di dalam namaku, meskipun tak tersirat pada setiap kata untuk panggilanku.
Perkenalan
Nama lengkapnya adalah Resty Ra'uf Firhani, atau lebih akrab disapa dengan Hani. Dia adalah salah satu ukhti kesayanganku, yang pernah ku sebut dalam catatan sebelumnya.
Allah mempertemukan kami dalam satu tugas wajib setiap mahasiswa bernama KKN. Di sana, aku ‘dipaksa’ untuk tinggal satu atap selama 45 hari bersama 7 kawan lainnya, salah satunya adalah Hani. Kenapa aku bilang ‘dipaksa’? Karena saat itu keadaanku sedang tak baik. Aku... sedang dalam ‘proses menyakitkan’ tahun kedua. Itu, ‘proses menyakitkan’ yang ku bahas juga di catatan sebelumnya. Aku menjadi satu-satunya mahasiswi yang sama sekali tak produktif, dalam timku. Aku saat itu, hanyalah badan bernyawa tanpa akal di kepala.
Oh, di sini aku mau ceritakan tentang Hani. Seseorang yang punya peran penting dalam hidupku, menuntunku untuk bangkit kembali dan mengenal Allah lebih dekat. Dialah yang mengajariku untuk mencintai Allah dengan sebegitunya. Tahu tidak? Hingga sekarang, menerima SMS atau chat dari Hani lebih membuatku deg-degan karena grogi, dibanding bila ada SMS dari dosen atau.. *uhuk* chat dari ikhwan yang terkadang menggoyahkan iman. *skip*
2 tahun lalu Hani dengan ramah berkenalan denganku, tapi aku menanggapinya dengan sikap dingin. Aku sudah membangun tembok setebal mungkin ketika melihat penampilannya untuk pertama kali.
Sebentar, biar ku jelaskan dulu bagaimana penampilan Hani.
Saat itu aku masih memakai kacamata jahiliyah. Aku masih memandang aneh kerudung lebar yang dikenakan Hani. Juga gamis longgar dan kaus kaki yang selalu membungkus kakinya. Dalam hatiku terbesit “Pasti anak rohis nih!”.
Dari awal kuliah, aku selalu jaga jarak dengan teman yang kerudungnya lebar, yang pakai gamis, yang selalu pakai kaos kaki, yang menutup rapat auratnya. Aku merasa tak cocok bergaul dengan mereka. Pertama, karena aku merasa minder, aku jelas bukan wanita sholihah selevel mereka. Kedua, karena aku merasa belum siap untuk membuka wawasan tentang ilmu agama lebih jauh lagi, bergaul dengan mereka artinya harus ‘mengupgrade’ diri. Ketiga, ah ini hanya common sense yang sama sekali salah. Saat itu, aku selalu menganggap mereka ‘sok’. Ya, namanya juga iri. Aku tak punyai apa yang mereka punya.
Aku punya teman anak rohis, hanya beberapa. Itupun hanya teman yang numpang absen nama dalam urutan daftar temanku. Hanya sebatas kenal, tahu nama, sekelas dalam satu makul, atau kenalan sesaat. Jadi, dapat teman KKN dengan penampilan begitu rasanya seperti penjara bagiku. Penjara 45 hari.
Tentang Firhani
Hani selalu dengan ikhlas memakai gamis dan kerudung lebarnya. Bahkan kadang saat tidur, dia hanya melepas kerudungnya saja. Itupun masih menyelimuti kepalanya dengan selembar kain. Saking takutnya kalau-kalau ada teman laki-laki yang nyelonong masuk ke kamar kami. Padahal kamar kami selalu terkunci, tertutup rapat untuk laki-laki.
Lokasi KKN kami berada di salah satu desa pesisir laut utara, kota Demak. Kami menghabiskan September-Oktober kami di sana. Akhir musim panas, pancaroba, menanti musim hujan yang tak kunjung tiba. Cuacanya sudah pasti sangat panas. Tapi Hani tak pernah sekalipun dengan sengaja membiarkan kulitnya disentuh angin segar di luar sana. Dia selalu melapisinya dengan kain tebal, pakaiannya.
Aku sempat bertanya-tanya dalam hati, “Emangnya gak gerah apa? Aku yang pake baju tipis aja gerah banget. Apalagi dia orang Wonosobo, habitat aslinya sejuk dan cenderung dingin. Terus sekarang di Demak cuacanya panas banget. Gak kaget apa?”
Kemudian, pertanyaan yang hanya ku simpan dalam hati itu dijawab olehnya dengan foto profil BBM dengan tulisan yang kurang lebih begini bunyinya;
“Aku berkerudung bukan karena aku sudah lebih baik. Aku berkerudung karena ini adalah bentuk baktiku kepada orangtuaku, upayaku melindungi mereka dari panasnya api neraka. Bentuk baktiku atas perintah Allah, Tuhanku.”
Hani juga sering berkata, “Tak apa kepanasan di dunia, insyaallah nanti di akhirat adem.” atau “Aku bukan anak rohis, Ema. Aku cuma mencoba berpakaian dengan benar, yang sesuai dengan syariat islam. Pak Ketua tu lho yang anak rohis heheh”.
Aku yang saat itu masih jahiliyah, masih sering buka tutup kerudung di depan laki-laki yang bukan mahram, menganggap tulisan dan perkataan itu sebagai sindiran untukku, yang ditujukan untuk menyudutkanku. Aku sama sekali tak menganggap tulisan dan perkataan itu sebagai reminder oleh sesama saudara muslim yang menyayangiku. Astagfirullahaladzim, maafkan buruk sangkaku kepadamu, Han.
Hani adalah gadis yang ceria. Dari sinar matanya, siapapun yang melihatnya pasti bisa merasakan semangat berapi-api. Dia selalu bergerak ke sana ke mari dengan gesit dan lincah. Hatinya lembut, siapapun yang berada di dekatnya pasti akan merasa disayangi olehnya. Terlebih dengan anak kecil, sepertinya Hani suka sekali dengan anak kecil. Aku percaya, Hani adalah calon ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak. Antusiasnya terhadap hal-hal baru membuatku ciut. Aku jelas berbanding terbalik dengan kepribadiannya yang energik tapi tetap hangat.
Meski demikian, aku pernah menemukan Hani tampak murung dan sedih di sudut kamar.
Saat itu angin kemarau sedang bertiup kencang. Melalui jendela kamar kami yang terletak di lantai 2 rumah posko KKN tempat kami tinggal, angin yang walaupun panas tapi terasa sejuk bagi kami, karena di kamar kami tak memiliki fasilitas kipas angin atau pendingin ruangan yang lainnya. Hani membuka jendela kamar lebih lebar, melongokkan kepalannya keluar. Anak rambutnya bergoyang-goyang menyambut angin senja yang menerpa. Di bibirnya tersunngging sebuah senyum, betapa nikmat dan syukur dapat dilihat melalui binar matanya. Tangannya menengadah ke luar jendela, membelai udara. Karena kamar kami terletak di lantai 2, membuka jendela lebih lebar agaknya tak akan menjadi masalah, orang lain tak akan bisa melihat dengan jelas ke arah kami.
Baru saja aku hendak ikut senyum, tertular kebahagiaan yang memancar dari wajahnya, air mukanya tiba-tiba berubah mendung. Secepat mungkin dia berusaha menutup jendela rapat-rapat. Wajahnya pucat, nafasnya memburu, panik bukan main. Lantas dia mengucapkan astaghfirullahaladzim sebanyak-banyaknya, terlihat jelas sekali ada penyesalan di sana.
Belum sempat aku bertanya mengapa, kawanku yang lain sudah jauh lebih dulu menanyainya.
“Ada Mas Vandra (nama disamarkan) di jendela sebelah. Yaa Allah aku lagi nggak pake kerudung. Rambutku terlihat olehnya. Astaghfirullahaladzim. Dia dadah-dadah. Yaa Allah..” Hani menjawab dengan gemetar, tangannya menelangkup ke dada. Sesal tiada tara tampak jelas di wajah yang biasanya ceria itu.
Sekali lagi, aku merasa tersindir. Hani baru sekali terlihat rambutnya oleh lelaki yang bukan mahramnya, itupun tak sengaja, dia sedih bukan main. Menyesal habis-habisan, bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Sedangkan aku, aku masih merasa biasa saja. Aku bahkan merasa tak punyai dosa, tak tau diri. Padahal berkali-kali auratku nampak di depan lelaki yang bukan mahramku.
Saat itu aku memang merasa tersindir, tapi bukan malu kemudian. Melainkan marah. Sungguh saat itu aku masih dalam kebodohan yang nyata. Hatiku sekeras batu, enggan menerima hidayah yang hadir melalui sikap, tingkah laku, perkataan, dan perbuatan Hani. Padahal jelas sekali saat itu Allah mengirimkan Hani untuk ku jadikan jalan pembuka menuju Allah. Tapi sekali lagi, aku benar-benar menolak semuanya. Aku jahiliyah.
“Yaudah sih, Mas Vandra kan emang iseng orangnya. Lagian juga dia gak sengaja lihatnya. Udahalah gakpapa.” Pikirku enteng.
“Aku selalu berusaha sekeras mungkin untuk melindungi diriku sendiri, melindungi orangtuaku, menjaga auratku. Kalau dia bangga bisa melihatku tanpa kerudung, maka sia-sia usahaku selama ini. Astaghfirullahaladzim, yaa Allah..” Baru kali itu, aku melihat Hani gusar, kecewa, dan marah pada dirinya sendiri dan teman-teman. Sekali lagi, aku tertampar.
Sepanjang hari, bahkan sampai pada hari terakhir KKN dan seterusnya, Hani bersikap dingin pada Mas Vandra. Mencoba lebih menjaga jarak dengan manusia tengil yang paling tua diantara kami. Hani merasa harga dirinya telah direnggut dengan kejadian di jendela sore itu.
Mengenal Allah
Setelah program KKN usai, hubunganku dengan Hani hanya sebatas teman yang ‘aku punya kontak hapenya’. Kami beda jurusan, beda gedung kampus, tak ada lagi urusan yang mengharuskan kami untuk bertemu. Masa penjara selama 45 hariku telah usai.
Lima bulan berlalu, hidayah menghampiriku, ku jemput ia di depan pintu. Aku mulai sadar untuk berbenah diri. Untuk pertama kalinya aku ke kampus dengan mengenakan kerudung lebar yang menutup hingga ke dada, rok, dan kaos oblong longgar yang membuatku tampak lebih mengembang. Aku malu, deg-degan. Aku sudah memperkirakan seluruh kata-kata kasar yang akan ditujukan padaku, meski maksud teman-temanku hanya bercanda. Tapi bercanda tak seserius itu, kawan.
Hatiku mulai menggigil, keistiqamahanku diuji, imanku goyang sedikit. Aku butuh seseorang untuk menguatkanku. Dari beberapa teman yang sudah berkerudung syar’i yang ku punya, entah mengapa saat itu yang terbesit dalam benakku hanyalah Hani. Sifat hangatnya masih bisa ku rasakan bahkan saat kami sudah tak pernah berkomunikasi.
Aku mendatanginya. Menerima kembali hidayah yang dulu Allah titipkan pada Hani melalui tutur kata dan perilakunya.
“Nanti datanglah ke kosku, aku punya sesuatu buat kamu.” Kata Hani melalui chat BBM.
Aku sudah menceritakan semuanya, niatku untuk berubah jadi lebih baik, juga cemoohan teman-temanku terhadap pakaian syar’iku. Meski hanya lewat tulisan dalam chat, aku bisa merasakan kebahagiaannya yang mengetahui perubahanku. Hani juga segera menghiburku dengan kata-kata dapat membuat tenang iman yang goyang.
Sore itu adalah pertemuan pertama kami setelah program KKN usai. Sepanjang jalan menuju kosnya hatiku tak berhenti berdebar-debar. Malu, penasaran, grogi, segala perasaan tercampur aduk dalam hatiku. Sesuatu apa yang mau diberinya untukku? Ah, aku selalu suka hadiah. Hani bilang mau beri sesuatu untukku, itu berarti hadiah. Kurang lebih ku artikan begitu.
“Assalamualaykum..”
“Waalaykumsalaam. Eeehh Ema! Sini, sini masuk!” Hani menyambutku dengan ceria. Dia tak banyak berubah. Hani masih orang yang memiliki hati selembut sutra. Di matanya sama sekali tak ada pandangan merendahkan atau mengejekku, seperti yang dilakukan beberapa teman kampusku. Dia bahkan seolah menganggapku sudah dari dulu berpakaian syar’i. Kekhawatiranku hilang, aku menghembuskan napas lega.
“Duduk dulu, Ma. Sebentar aku selesaikan nyapu dulu ya.” Gerakannya yang gesit dan lincah tak harus membuatku menunggu lama. Beberapa saat kemudian Hani menyalakan laptop. “Eh, yaa Allah aku lupa bilang! Kamu bawa flashdisk nggak? Aduh, flashdiskku lagi kepake soalnya. Maaf aku lupa bilang. Ada nggak kamu bawa?”
Flashdiskku memang biasanya selalu ada di tas dan ku bawa kemana-mana. Aku merogoh isi tasku dan memberikan benda kecil itu pada Hani. ‘Untuk apa? Sebenarnya apa yang mau dia kasih?’ Isi kepalaku sibuk dengan pertanyaan itu. Tak memperhatikan Hani yang sedang meng-copy sesuatu dari laptopnya ke flashdiskku. Basa basi bertanya kabar tentang diri sendiri dan kabar teman-teman lain membantu meredakan kecanggunganku.
Aku sudah bilang pada Hani, aku tak bisa berlama-lama karena aku akan pulang ke rumah. Takut kesorean. Hani yang memahami keadaanku segera mencabut flashdisk dari laptopnya yang baru saja di isi sesuatu olehnya. Flashdisk itu kemudian dimasukannya ke dalam sebuah godie bag kecil bersama sebuah benda lainnya. ‘Itu pasti hadiah buatku!’ Pikirku kekanak-kanakan.
“Itu tadi flashdisknya udah ku isi sama video-video kajian dari beberapa ustadz. Nanti bisa dilihat sendiri. Aku biasanya dengerinnya sambil nyapu, nyetrika, atau beres-beres kamar. Enjoy aja. Oh iya, sama ada kerudung buat kamu di dalem situ. Heheh.” Hani menyerahkan ‘hadiah’ itu untukku.
“Makasih, Han.” Aku hampir kehabisan kata-kata.
“Sama-sama. Semangat ya! Jangan takut, ada Allah.” Sekali lagi senyumnya mengembang, dari sana aku bisa merasakan ketulusannya. Hatiku terasa hangat dibuatnya. Jika saja aku tak malu untuk menangis, maka saat itu aku sudah menangis terharu.
Selama perjalanan pulang ke rumah aku memikirkan banyak hal. Aku menerka-nerka apa tema video kajian yang diberi Hani untukku? Aku memikirkan apa yang sebenarnya dirasakan oleh Hani ketika melihat perubahanku? Sebenarnya juga aku masih merasa malu berdiri dihadapannya, berlaku hingga sekarang. Sebelum bertemu dengannya, aku disibukkan dengan pikiran-pikiran negatif. Khawatir akan banyak hal yang mungkin terjadi ketika aku menemuinya. Tapi ternyata yang ditampilkan Hani hanyalah senyum dan dan sapa yang menghangatkan hati. Semua kekhawatiran yang ku pikirkan sebelumnya sama sekali tak terjadi. Maafkan aku, sudah suudzon padamu, Han.
Hani menjadi donatur semangat terbesar untukku. Menyarankanku untuk fokus pada hijrahku saja, jangan dengarkan cemoohan orang lain di luar sana. Hani memang tak banyak menjelaskan dengan rinci aku harus bagaimana, pun tak setiap hari dia bisa menyemangatiku. Tapi melihat Hani mencintai dan merawat dirinya sendiri karena Allah, membuatku sadar bahwa selama ini aku masih kurang banyak bersyukur. Aku kurang akrab dengan Allah. Aku terlalu sibuk dengan rasa sakit akibat patah hati yang ku alami, aku tak tahu jika ternyata Allah merindukanku, rindu akan tangisku untuk-Nya.
Melihat semangat dan ketulusan Hani untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang dia lakukan karena Allah, membuatku sekali lagi mengenal Allah lebih dekat. Mencintai karena Allah, melakukan sesuatu karena Allah, meninggalkan sesuatu yang dilarang-Nya, pun karena Allah. Bahwasanya Allah Maha Besar, Maha Melihat, Maha Teliti. Allah mengawasiku kapanpun dan dimanapun. Tak ada satupun yang bisa ku sembunyikan dari-Nya.
Pernikahan
Bulan September tahun 2016 Hani menikah. Dia berjodoh dengan orang Wonosobo, tepat seperti doa yang sering dia panjatkan pada Allah. Pertemuan pertama mereka terjadi di Masjid Ulul Albab - UNNES. Aku tak tahu bagaimana detail ceritanya, yang ku tahu, beberapa saat setelah pertemuan pertama tersebut, Mas Primasadi bertamu ke rumah Hani. Meminta izin pada kedua orangtua Hani untuk mempersunting putri sulung mereka.
“Akupun nggak nyangka kalo tahun ini bakal nikah. Pertemuan pertama di depan MUA coba. Yaa Allah sungguh nggak nyangka, MUA jadi tempat pertama kami ketemu.” Hani menceritakan sedikit kisahnya melalui chat BBM. Meski hanya sebatas tulisan, aku bisa memvisualisasikan bagaimana ekspresinya saat itu. Tentu saja dengan semangat berapi-api dan binar mata yang memancarkan kebahagiaan.
“MaasyaaAllah, surprise sekali ya Allah tu. Aku jadi penasaran, nanti ‘dia’ku datang dengan cara apa, hehe.” Balasku. Aku turut bahagia mengetahui bahwa beberapa hari kemudian dia akan resmi menjadi istri orang.
“Dengan cara apa? Waahh kejutan banget, Ma. Allah tuh ya ngasih kejutan nggak disangka-sangka.” *DEG* Berkat kata-kata Hani yang ini, aku jadi bisa lebih sabar menunggu ‘jemputan’ yang masih dirahasiakan oleh Allah.
Semarang - Wonosobo bukanlah jarak yang dekat. Butuh waktu sekitar 2-3 jam perjalanan kendaraan roda dua. Eh, motor ya, bukan sepeda. Tahu Hani akan menikah aku sangat excited sekali. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menghadiri pernikahannya. Jarak segitu bukanlah masalah. Masalahnya adalah, saat itu kebetulan sekali semua teman-teman se-KKN kami berhalangan hadir. Hanya aku yang punya waktu luang. Sempat goyah dan ragu, apakah aku akan ke Wonosobo sendirian? Setelah dipikir-pikir lagi, akhirnya aku nekad untuk pergi sendiri. Walaupun awalnya sempat dilarang oleh Mama, tapi bukan si bungsu namanya kalau tidak ngeyel.
Perjalanan ke Wonosobo mengingatkanku pada Sumbing, Sindoro, Sikudi, dan Pakuwojo yang pernah ku daki. Oh, dan Kawah Sikidang juga tentunya. Baru kali itu aku nyetir motor sendirian sampai ke Wonosobo. Biasanya ramai-ramai dengan teman, iring-iringan, dan aku berada di jok belakang. Kalau bukan karena nikahanmu, Han, aku tak akan pernah merasakan betapa asyik dan pegelnya naik motor sendiri dengan jarak sejauh itu.
Tiba di pernikahan Hani, aku seperti itik kehilangan induknya. Kondangan, di tempat yang jauh, sendirian. Bisa bayangkan? Dulu aku sempat punya phobia keramaian, aku tak bisa pergi ke tempat ramai sendirian. Kalau kumat phobianya bisa sampai bikin pusing, gemetaran, sesak napas, hingga lemas. Untung saja, hari itu aku tidak mengalami empat efek samping itu. Hanya saja antara malu, takut, tapi senang lihat Hani akhirnya bisa bergandeng tangan dengan Mas Primasadi. Seumur-umur aku kenal Hani, baru hari itu aku melihatnya bahagia dengan menggenggam tangan lelaki lain. Eh bukan lelaki lain ya, kan sudah sah jadi suami.
Hani menggenggam erat tangan suaminya. Maa syaa Allah, Hani yang selama ini menjaga dirinya, menjaga kehormatannya, bersikap tegas kepada lelaki yang bukan mahramnya, uring-uringan jika Mas Vandra dan Babas (teman KKN yang lainnya, nama disamarkan) sudah kelewatan jauh menggodanya, hari itu menggelendot manja di lengan suaminya. Sungguh pemandangan yang membuat hatiku semakin.... baper.
Betapa beruntungnya Mas Primasadi memiliki istri seperti Firhani. Betapa beruntung pula Firhani dinikahi lelaki pemberani seperti Mas Primasadi. Barakallahuma wa baraka 'alaika wa jamaa bainakuma fii khair.
Hani sudah memetik buah kesabarannya selama ini. Manis. Aku yang hanya penonton saja, dapat ikut menikmati kesegarannya. Melalui pemandangan ini pula, aku jadi lebih bersemangat untuk lebih tegas menolak bersalaman dengan lelaki yang bukan mahram. Demi kehormatan diriku, demi buah kesabaran yang akan ku panen, demi Allah.
Terimakasih, Firhani.
Untukmu, yang telah ditakdirkan Allah hadir dalam kehidupanku, terimakasih sudah menjadi inspirasi. Terimakasih sudah mengajari aku untuk mencintai Allah dengan sebegitunya. Terimakasih untuk tak pergi saat aku mencoba membangun tembok tebal di hadapanmu. Terimakasih atas kesediaanmu untuk menunjukkan betapa besar cinta Allah pada kita. Terimakasih untuk video kajian dan kerudungnya. Terimakasih..
Biarlah nanti Allah yang membalas kebaikanmu. Semoga tercatat dalam buku amal sholihmu. Untuk bekal perjalanan akhiratmu.
Jazakillah khairan katsiiraa, Resty Ra’uf Firhani.
Sudah baca, Han? Jadi gitu, Han. Ada yang salah ndak? Dimaafkan ya kalo ada yang salah. wkwk
Kalo mau ngerespon tulisan ini, nanti personal chat aja ya, hehe.
nb: Sebelum tulisan ini diposting, aku ijin dulu sama Hani untuk memosting tulisan tentang dia. Diijinkan, karena dia juga mau baca hahahahaah.
Sekian~
0 notes
Text
'Kalau doktor beri pilihan, abang tolong jawab selamatkan anak kita walaupun terpaksa 'lepaskan' saya...'
Dari Layar Minda Apabila menatap gambar-gambar ibu bersalin, teringat kembali detik-detik isteri aku ingin melahirkan zuriat pertama kami ke dunia. Ketika diberitahu isteri dimasukkan ke hospital pada jam 1 pagi, aku masih dibuai mimpi di rumah sewa berhampiran universiti. Keletihan akibat kuliah penuh sepanjang hari sebelumnya. Sebelum tidur, aku sempat berbalas SMS dengan isteri, bertanyakan keadaannya pada ketika itu. Katanya dia tidak makan sejak petang lagi. Aku menyuruh dia minum susu sebelum tidur. Isteri dimasukkan ke wad kerana air ketubannya telah pecah. Katanya bukaan baru 2 cm ketika itu dan meminta aku usah terlalu risau kerana masih belum ada rasa sakit nak bersalin. Pada keesokan harinya, barulah aku bertolak ke hospital untuk bertemu dengan isteri. Menatap wajahnya yang tidak bermaya, baru aku teringat yang dia masih belum menyentuh makanan sejak petang semalam. Aku suruh dia makan sedikit, tetapi ditolak kerana doktor menyuruh isterinya berpuasa bermula jam 6 pagi. Sayu melihat dirinya dalam keadaan yang lemah, aku hulurkan air minuman untuk membasahkan tekaknya. Tabahnya dirimu.
Bila jam menunjukkan jam 10 pagi dengan bukaan 4 cm, dia ditolak masuk ke labour room. Entah kenapa dengan bukaan seluas itu isteri sudah ditolak ke situ. Aku sendiri keliru. Setahu aku, bukaan yang sesuai untuk melahirkan anak ialah 10 cm. Aku dimaklumkan oleh pengawal keselamatan yang bertugas, isteri aku ditempatkan di bilik D. Katanya, kebiasaannya bilik itu akan dihuni oleh mereka yang mengalami masalah nak bersalin. Aku mula gelisah dan tak tentu arah. Mungkin itu hanyalah mitos yang direka oleh achi India itu berdasarkan pengalamannya sebagai senior guard di sana. Pujuk aku sendirian.
Berbekalkan Quran buruk yang dibawa bersama barang-barang isteri dan bayi yang bakal dilahirkan, aku selak helaian 440. Ya, aku mencari surah Yaasin. Pesan nenek, bacalah yaasin, semoga dengan berkat dan rahmat yang ada pada surah itu dapat membantu isteri aku bersalin secara normal. Aku mulakan dari al-fatihah dan disusuli surah karamah itu. Satu persatu perkataan dan ayatnya aku alunkan perlahan sambil di dalam hati tak berhenti-henti berdoa agar isteri dan anak kami selamat.
Selesai membaca Yaasin dan menunaikan solat Zohor, aku menunggu lagi. Achi India yang tadi memerhatikan gerak geri tingkat laku kemudian menegur aku. "Adik, mari ikut saya. Kita masuk ikut pintu belakang. Adik boleh jumpa isteri adik," pelawanya dengan ramah. Mungkin dia sedar aku sudah semakin gelisah dan asyik mengintai ke dalam labour room. Alhamdulillah kalau boleh jumpa, tenang sikit hati aku sebab dari tadi hanya berbalas sms sahaja. Keadaan isteri yang sebenar, aku tak tahu. Dari jam 10 pagi sehingga jam 4 petang, isteri ditahan. Bukaannya sekarang adalah 6 cm. Setelah diinduce kali kedua, bukaan rahimnya masih belum membenarkan bayi keluar. Akibat terlalu lama menunggu, doktor akhirnya membuat keputusan untuk membedah isteri aku. Ini kerana bayi di dalam kandungan isteri sudah menjadi semakin lemah.
Aku cuba mengawal diri agar tidak panik, tetapi tewas juga pada diri sendiri. Air mata yang cuba aku sekat agar tidak mengalir seolah-olah tidak dapat dibendung. Seolah-olah mata aku tidak ada penakung. Setiap kali aku bertutur, menenangkan isteri aku, setiap kali itulah air mata akan bercucuran jatuh ke tangannya. Mana tidaknya, dengan keadaan diri dia yang sudah tidak bermaya, ditambah pula dengan tangan dan kakinya sejuk bagaikan direndam dengan ais, tubuhnya menggigil. Dengan segala macam wayar berselirat di perut dan tangannya. Hati aku meruntun sayu. Para doktor meninggalkan kami berdua untuk meluangkan masa bersama. Mungkin ini adalah untuk kali terakhir aku boleh bercakap bersama isteri di mana doktor telah membuat keputusan yang isteri mesti dibedah untuk menyelamatkan bayi yang hampir lemas. Beralunkan surah Yaasin yang dipasang di bilik bersalin itu, mata kami bertentangan. Isteriku perasan mata aku kembali berkaca. Dia mula menuturkan kata-kata cinta bagi memulihkan semangat aku. "Abang, handsomenya abang hari ini. Abang suka tak dengan baju yang sayang belikan untuk abang itu?" soalnya.
Pada ketika itu juga aku tidak dapat menjawabnya tetapi aku rangkul dirinya sambil menangis teresak-esak seperti tiada lagi esok untuk kami terus bersama. Aku tidak mampu bersuara walaupun mengeluarkan sepatah kata. Tetapi dia mempunyai kekuatan yang amat luar biasa walaupun dia 'berpuasa'. Dia masih gagah, masih kuat untuk memulihkan semangat aku yang semakin luntur. "Abang, seandainya doktor memberi pilihan, siapa yang abang ingin selamatkan? Sayang atau anak kita? Abang tolong jawab selamatkan anak saya. Berilah anak kita peluang untuk merasai kebahagiaan hidup di dunia ini biarpun tanpa umminya di sisi," katanya. Sekali lagi aku menangis semahu-mahunya. Aku tidak mahu keadaan itu berlaku, aku mahukan isteri aku dan mahukan kedua-duanya berada di sisi aku. Membesarkan anak aku bersama insan pilihan aku. Tamat waktu bersama, isteri ditolak untuk dibawa ke bilik pembedahan. Aku menghantar dia dengan lirik mata berair sebelum berlalu ke musolla hospital. Aku berwudhuk, solat dua rakaat. Aku sujud lama-lama memohon keampunan untuk isteri juga untuk diri aku lebih-lebih lagi. Mungkin ini adalah kaffarah dosa aku selama ini. Aku menangis semahu-mahunya.
Sedar jam 4.30 petang, aku menanti dengan penuh sabar di luar bilik pembedahan. Aku telefon nombor keluar terdekat, sahabat dan rakan-rakan yang aku kenal. Aku mohon dan merayu dari mereka agar doa dikirim buat isteri aku yang sedang bertarung nyawa melahirkan seorang khalifah penambah umat Nabi tercinta. Mulut tak berhenti membaca Hizbul Bahri. Zikir berharga yang tiada nilainya yang aku terima ijazahnya dari Al-Allamah Syeikh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki.
Sejam sudah berlalu, mundar-mundir tidak mengeluh untuk aku duduk walaupun kaki aku lenguh berdiri sejak dari tadi. Tetapi perasaan ingin tahu tentang keadaan isteri melenyapkan semua keletihan itu. Akhirnya penantian aku berakhir, seorang jururawat menolak troli tertutup (incubator barangkali namanya) dengan seorang bayi mata bulat muka mirip anak cina. Oh! Rupa-rupanya bukan isteri aku seorang saja di dalam, ibu berbangsa Cina pun ada.
"Suami kepada Zulaikha! Suami kepada Zulaikha!" jerit jururawat mencari 'Yusuf' Zulaikha. ORang ramai yang turut sama mengintai bayi cina itu berpandangan antara satu sama lain termasuklah aku sendiri. Tiba-tiba aku teringat, akulah suami Zulaikha. Macam manalah boleh lupa pula pada waktu itu. Cuak sangat agaknya sampai nama isteri pun boleh lupa.
"Ye, saya kak. Saya suami dia," "Encik, ini anak encik. Encik boleh pegang dan azankan dia. Tetapi sebelum itu, encik kena kata apa?" soal jururawat.
Nak kata apa pula? Alhamdulillah ke? Terima kasih ke? Mana aku tahu. Sudahlah rasa macam tak percaya pun ada bahawa anak cina yang aku tengok tadi rupa-rupanya anak aku. Boleh dia dia tanya nak kata apa.
Mungkin jururawat itu perasan aku tengah keliru, dia pun selak kain bedung anak aku bagi menyatakan jantinanya. Rupanya dia nak suruh aku buat pengakuan yang anak aku ini perempuan. Barulah aku faham. "Perempuan, nurse," kata aku tersenyum malu.
Aku dakap anak aku, cium dahi dan kedua-dua pipinya lalu aku azan dan iqamatkan di kedua-dua belah telinganya. Allahurabbi. Comelnya anak aku. Mata hitam dia bulat besar, tak nak tutup pula. Alhamdulillah.
"Nurse, macam mana dengan keadaan isteri saya?" soal aku setelah sedar dari pukauan mata anak aku ini.
"Isteri encik selamat, dia sedang dijahit. Sebentar lagi dia keluar," jawabnya. Tidak lama selepas itu, isteri aku ditolak keluar. Alhamdulillah, syukur kepada Mu ya Allah. Biarpun Kau mentakdirkan dia bersalin secara caesar, namun aku bersyukur sangat-sangat kerana Engkau masih lagi memberikan kesempatan untuk aku berkasih-sayang dengannya. Hanya padaMu segala puji-pujian layak kami berikan.
Keluarnya isteri dari bilik pembedahan, bukannya dengan tangisan, malah tiada setitis air pun yang aku perasan membasahi matanya. Walaupun kesakitan, seukir senyuman dia hadiahkan kepada aku. Terharu, sungguh aku terharu. Aku kucup dahinya. "Terima kasih sayang kerana sanggup berkorban nyawa demi melahirkan zuriat abang,"
Wahai suami sekalian, hargailah isteri kita sebaik-baiknya. Apabila ada tercalit perasaan tidak puas hati dan ingin marah kepadanya, ingatlah akan pengorbanan yang telah dia berikan kepada kita. Zuriat keturunan kita yang lahir dari rahimnya. Diamkanlah diri, tenangkanlah hati. Bila keadaan kembali reda, bersuaralah. Nasihatilah mereka dengan hikmah hasanah, bukan dengan kekerasan yang bakal mengundang padah. Sesungguhnya wanita itu dijadikan dari tulang yang bengkok. Andai ditegakkan dengan kekerasan, nescaya akan patahlah ia. Akan tetapi ia dilentur dengan lemah lembut, dia akan menjadi bidadari kita bukan setakat di dunia tetapi di syurga yang kekal selamanya.
from The Reporter http://ift.tt/2qQAIqS via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat http://ift.tt/2plbGxP via IFTTT
0 notes
Text
6 Kewajiban Orangtua pada Anak
Banyak juga orang yang salah kaprah, menyangka putra-putrinya adalah miliknya, sehingga bebas diperlakukan sesuka hati. Padahal sebenarnya anak hanyalah titipan Allah yang sewaktu-waktu akan kembali pada Allah. Dan sebagai titipan, tentu saja kita yang diberi amanah memiliki kewajiban dalam menjaganya.
“Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu… Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya… [HR Bukhari juz 1, hal. 215]
Sahabat LAZiS, inilah 6 kewajiban orangtua pada anak yang perlu kita tanyakan ke diri sendiri sebagai bahan introspeksi, sudahkah kita melakukannya:
1. Memilihkan ayah dan ibu yang baik untuk anak (sebelum menikah)
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.” tuturnya kesal.
Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?”
Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Dari kisah Umar bin Khaththab tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ketika hendak menikah, jangan hanya memilih calon suami atau istri, tapi juga memilih calon ayah dan calon ibu yang baik untuk anak kita kelak.
Jika kita tidak bersungguh-sungguh dalam mencarikan calon orangtua terbaik untuk anak kita kelak, sama saja kita telah melanggar hak anak untuk dilahirkan dari rahim seorang ibu yang baik, dan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik dari sang ayah.
2. Memberinya nama yang bagus dan berarti baik
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian nama yang baik untuk anak bisa dilakukan sambil melaksanakan aqiqah.
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Anak itu tergadai dengan aqiqahnya, disembelih sebagai tebusannya pada hari ketujuh dan diberi nama pada hari itu serta dicukur kepalanya". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 38]
“Rasulullah Saw. Diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.Seperti dalam hadis yang disampaikan oleh aisyah ra.bahwa Rasulullah Saw. Biasa merubah nama-nama yang tidak baik.” (HR Tirmidzi)
Sahabat LAZiS, memberikan nama dengan arti buruk untuk anak sama saja berbuat durhaka pada anak kita. Misalnya memberi nama anak kata-kata yang ada dalam Al Quran, tapi ternyata artinya adalah nama neraka, atau nama setan, atau yang berarti buruk lainnya.
3. Memberi anak air susu ibu
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan.” (al-baqarah: 233)
Banyak penelitian ilmiah dan penelitian medis yang membuktikan bahwa masa dua tahun pertama sangat penting bagi pertumbuhan anak secara alami dan sehat, baik dari sisi kesehatan maupun kejiwaaan.
Ibnu sina, seorang dokter kenamaan, menegaskan urgensi penyusuan alami dalam pernyataannya, “Bahwasanya seorang bayi sebisa mungkin harus menyusu dari air susu ibunya. Sebab, dalam tindakannya mengulum puting susu ibu terkandung manfaat sangat besar dalam menolak segala sesuatu yang rentan membahayakan dirinya.”
Jika memang air susu ibu tidak keluar, maka carikanlah ibu susu dengan akhlak yang baik sebagaimana ibunda nabi Muhammad shalallaahu alaihi wassalaam melakukannya.
4. Mengajarkan Al Quran
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi saw bersabda, “Tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang baik.”
Thabrani meriwayatkan dari Jabir Bin Samurah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bahwa salah seorang di antara kalian mendidik anaknya, itu lebih baik baginya dari pada menyedekahkan setengah sha’ setiap hari kepada orang-orang miskin.”
Mengajarkan anak ayat dan juga akhlak alquran ini adalah kewajiban ibu dan bapak.
Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali ra, “ Ajarkanlah tiga hal kepada anak-anak kalian, yakni mencintai nabi kalian, mencintai keluarganya dan membaca al-qur’an. Sebab, para pengusung al-qur’an berada di bawah naungan arsy Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya, bersama para nabi dan orang-orang pilihanNya. Dan, kedua orang tua yang memperhatikan pengajaran al-qur’an kepada anak-anak mereka, keduanya mendapatkan pahala yang besar.”
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. 20:132)
Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap,berbicara, dan bertingkah laku, sehingga semua kelakuannya menjadi terpuji menurut Islam (H.R Turmuzy dari Jaabir bin Samrah)
Selain itu, orangtua juga perlu mengajarkan rasa malu sedini mungkin pada anak-anak.
Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zhaiirah dan selepas shalat isya’.(Al-qur’an surat Annuur ayat 56)
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, Rasulullah saw bersabda, “ perintahkanlah anak anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah agar mereka menunaikannya ketika berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” Yang ini orang tua harus menjadi contoh tauladan yang baik jangan hanya sekedar perintah.
5. Memberi nafkah dan makanan halal
Memberi nafkah hanya dengan harta yang baik dan dari mata pencaharian yang halal adalah kewajiban seorang bapak. Berdasarkan sabda Rasul saw: “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang ia kerjakan dengannnya, tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia pergunakan.” (H.R. Turmudzi)
Dan makanan yang diberikan kepada anak -anak hendaknya Makanan yang halal. Ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada Sa’ad Bin Abi Waqhas, “Baguskanlah makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan.” Karenanya, anak dibiasakan untuk mengkonsumsi makanan yang halal, mencari penghasilan yang halal dan membelanjakan kepada yang halal, sehingga ia tumbuh dalam sikap sederhana dan pertengahan, terjauh dari sikap boros dan pelit.
Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya di kala keluar mencari nafkah “Selamat jalan ayah! Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan thayyib saja! Kami mampu bersabar dari kelaparan,tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt. (H.R Thabraani dalam Al-Ausaath)
6. Menikahkan anak dengan calon suami/istri yang baik
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” QS. An-Nur:32
0 notes
Text
"Sekolah" para Ibu #NHW2
Ehhhmmm setelah seminggu full ini berkutat menjadi #emakemakmahasiswa. Setiap hari ke kampus bawa bayi, wajib pula ke kampusnya (karena belum nemu pengasuh). Nama keren nya residensi ada log nya, tanda tangan check in dan check out, peraturan baru buat mahasiswa pejuang tesis semester terakhir. #harusBersyukur Ah sudahlah tak usah dibahas, ini weekend saatnya refreshing otak dari baca paper yang bikin gregetan. Balik ke "Sekolah" para Ibu, seminggu ini group ini bener-bener dibaca disela—sela waktu banget, jadi gak fokus, ngerjain #NHW2 nya jadi tertunda mulu. Seminggu ini pulang dari kampus gak bisa ngapa2in lagi malam nya, langsung tepar, besok gitu lagi, sampe jumat. Akhir nya hari ini baru bisa "bertapa" mengerjakan #NHW2 ketika Humaira lagi bobok. NHW pekan ini tentang "Indikator Profesionalisme seorang perempuan sebagai 3I (individu, istri dan ibu)". Super sekali #NHW2 nya pemirsaaahh.. Yuk kita simak penjelasan #NHW2 ny 👇 📚NICE HOME WORK #2📚 Bunda, setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga. Pekan ini kita akan belajar membuat 📝✅“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”✅📝 a. Sebagai individu b. Sebagai istri c. Sebagai ibu Buatlah indikator yg kita sendiri bisa menjalankannya. Buat anda yang sudah berkeluarga, tanyakan kepada suami, indikator istri semacam apa sebenarnya yang bisa membuat dirinya bahagia, tanyakan kepada anak-anak, indikator ibu semacam apa sebenarnya yang bisa membuat mereka bahagia.Jadikanlah jawaban-jawaban mereka sebagai referensi pembuatan checklist kita. Buat anda yang masih sendiri, maka buatlah indikator diri dan pakailah permainan “andaikata aku menjadi istri” apa yang harus aku lakukan, “andaikata kelak aku menjadi ibu”, apa yang harus aku lakukan. Kita belajar membuat "Indikator" untuk diri sendiri. Kunci dari membuat Indikator kita singkat menjadi SMART yaitu: - SPECIFIK (unik/detil) - MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar) - ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah) - REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari) - TIMEBOND ( Berikan batas waktu) Itu dia #NHW2 nya, udah ngobrol sama pak suami, si pak suami cuma bilang mas cuma pengen istri yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan mas 😭. So sweet gak siih. Tapi ya namanya laki2, makhluk paling simple dan logis di dunia. Masih belum puas dengan jawaban suami, akhir nya si istri bawel ini nanya lagi, dan pak suami jawab sulit amat dek pertanyaannya 😂. Kalau goal akhirnya kata pak suami, semoga kita menjadi pasangan dan keluarga yang ahli bersyukur dan ahli sabar ya dek 😄😘. Aamiin ya Allah. Baiklah jawaban dari #NHW2 ini adalah, tapi ini bukan sekedar jawaban sih, tapi resolusi menjadi Ibu Profesional: >>>Sebagai Individu Ya sebagai individu tugas utama kita adalah sebagai makhluk yang bersyukur pada penciptanya, yaitu Allah. Banyak sekali cara bersyukur sebagai manusia terhadap tuhan nya, maka resolusi individu untuk menjadi Ibu prefosional: 1. Sholat wajib tepat waktu 30 menit setelah adzan berkumandang minimal 3 kali sehari 2. Tilawah Al—qur'an satu juz sehari 3. Al—matsurat minimal 1x sehari 4. Sholat tahajud minimal 2x seminggu 5. Menghafal ayat al—quran minimal 2 ayat sehari 6. Murajaah minimal sekali sehari 7. Sholat dhuha minimal 3x seminggu 8. Mengerjakan progres tesis minimal 5 jam/hari 9. Membaca berita nasional atau internasional seminggu sekali 10. Jalan kaki 15 menit per hari 11. Memberi hadiah sebulan sekali 12. Silaturahim seminggu sekali 13. Update tentang dunia bisnis seminggu sekali 14. Tersenyum dan besyukur di depan cermin sekali sehari 15. Me time dua bulan sekali 16. Scrol instagram 3x sehari maksimal 15 menit/setiap buka 17. Buka whatsapp 5x sehari maksimal buka 10 menit/setiap buka >>>Sebagai seorang istri 1. Menyiapkan sarapan dan makan siang sebelum berangkat ke kampus setiap hari 2. Melepaskan kepergian suami dengan salim dan cipika cipiki dan mendoakan suami setiap brangkt ke kantor 3. Curhat time minimal 30menit sehari 4. Melayani kebutuhan suami 5. Membuat rencana keuangan tiap bulan nya 6. Meminta izin setiap keluar rumah dan menerima tamu 7. Menambah ilmu tentang "dunia per—istrian" minimal sekali per 2 pekan 8. Mendoakan suami setiap berdoa 9. Evaluasi sebelum tidur >>> Sebagai seorang ibu 1. Mencium, mendoakan dan memeluk Humaira setiap habis bangun pagi 2. Membuat makanan Humaira untuk 3x makan setiap habis sholat subuh 3. Mempersiapkan keperluan Humaira setiap hari nya, ASIP, biskuit, buah dan memberitahu pada nenek dan pengasuhnya 4. Memandikan Humaira sebelum berangkat ke kampus 5. Setiap jam istirahat siang menanya kabar Humaira kepada nenek nya dan pumping ASI 6. Pulang dari kampus mencium Humaira 7. Mandi sore dan makan malam tidak sama pengasuh 8. Bercerita dan membaca kan buku sebelum tidur 9. Sebelum tidur membacakan alfatihah, annas, alikhlas, alfalaq, ayat kursi 3x dan doa mau tidur 10. Meminta maaf karena sudah meninggalkan seharian 11. Sabtu dan minggu hari bersama Mimo dari makan, main, baca buku, bobo, jalan—jalan dan no gadget Bismillah semoga bisa terlaksana. Tetap Istiqomah untuk menjadi Ibu Profesional Note: materi minggu ke dua lain waktu di post ya
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan 2 Kata Islami Dan Alquran Yang Cocok Jadi Pilihan
Nama Bayi Perempuan 2 Kata Islami Dan Alquran Yang Cocok Jadi Pilihan
Nama Bayi Perempuan 2 kata Islami Dan Alquran – namaanakperempuan.net. Saat ini, masih saja ada calon orang tua yang tidak memperhatikan betul-betul ketika memilih nama anak. Mungkin hal itu karena, mereka tidak punya banyak waktu mencarikan nama buat anaknya. Jadi supaya Anda tidak memerlukan waktu lama dalam memilih nama si kecil, Mama/Papa bisa langsung carikan namanya disini. Sebab pada…
View On WordPress
#nama anak perempuan 2 kata islami dan alquran#nama anak perempuan islami 2 kata dalam al quran#nama bayi perempuan 2 kata menurut islam dan alquran#nama bayi perempuan islam 2 kata dalam al quran#rangkaian nama perempuan islami al quran
0 notes
Text
Letter, Birthday Gift (part 1)
Dear Azmi Hafizhah, Teteh luangkan waktu untuk mengingat masa-masa kehadiran kamu, sayang. Selama Teteh masih bisa menyalurkan sedikit memori di otak ke tulisan dengan jemari ini dan menyimpannya di media tulis melalui si Rega (nama laptop Teteh). Sebuah kado yang mungkin terlambat 1 hari karena beberapa alasan. Sebatas seingat Teteh, tanpa konfirmasi ke pihak-pihak lain yang ada di cerita ini. Kamu tahu? Sebelum Azmi ada, di rumah kita tinggal ber-5. Papah yang setiap harinya ke kantor dengan motor putih unik, Mamah yang sibuk di rumah dengan segala hal yang Teteh kagumi, Aa yang senang main dengan teman-temannya, Teteh yang seneng numpang main di rumah orang sampai sore, & Ayang yang semacam kembaran Teteh, si bungsu. Oiya, sempat ada Bi Effi juga, adik Mamah yang ke-6, yang sempat tinggal di rumah. Teteh lupa dari kapan sampai kapannya. Tapi cukup lama sepertinya, makanya berasa deket banget sama Bi Effi, tempat curhat macem-macem. Seinget Teteh, dulu masih mengajar Bahasa Sunda di SD yang Aa, Teteh, Ayang sekolah. Sampai sekarang jadi guru macem-macem. Azmi, sebelum kamu ada, 2 kamar di rumah itu dimanfaatkan untuk hal lain, untuk kamar kosan karena mahasiswa di perguruan tinggi belakang kompleks. Sepertinya, hampir semua penghuni kosn itu laki-laki, karena mungkin jurusan di pergurun tinggi itu jurusan Teknik yang mayoritas tertarik sekolah di sana adalah laki-laki. Tapi, menjelang kamu ada, 2 kamar itu ditinggali oleh pegawai swasta yang pernah menjadi mahsiswa di perguruan tinggi itu. Seorang karyawan di Unilever yang tinggal di kamar Teteh sekarang dan seorang karyawan swasta entah dimana (Teteh lupa) yang tinggal di kamar Papah sekarang. Mungkin kamu masih ingat dengan penghuni kamar itu, karena sampai kamu lahir umur beberapa tahun, hanya si Kakak ini yang masih ada menempati kosan. Tak tahu kapan tepatnya Teteh mendengar kabar kehamilan Mamah, tapi itu hal mengejutkan karena saat itu umur Teteh sudah 9 tahun, dan hei itu jarak yang cukup jauh untuk mempunyai seorang adik kecil, bayi lucu. Senang rasanya, karena memang dari dulu hingga sekarang Teteh senang bermain dengan bayi & anak-anak. Teteh rasa begitu pun yang lain, merasa senang dengan kabar gembira itu. Tapi mungkin ada rasa insecure dari Ayang yang tidak lagi menjadi si bungsu, Ayang sebutan untuk Teteh mu juga, Azmi. Berasal dari kami yang memangilnya Sayang untuk si bungsu, hingga menjadi Ayang, sampai sekarang menjadi Teh Ayang. Saat hamil, bukan hal yang mudah buat Mamah, sering mual morning sick, yang memang awalnya Mamah tidak banyak makan menjadi lebih sulit lagi. Mamah juga mengidam, tapi jenis makanannya apa saja, tidak hafal. Pernah satu saat, Teteh pulang lomba atau pelatihan atau kunjungan Dokcil (Dokter Kecil) dari sebuah SD sekitar Pamulang, Teteh menemukan wafer coklat yang biasa Mamah makan jika sedang mual. Dengan uang jajan yang Teteh punya, Teteh beli dan bawa pulang untuk hadiah, berharap Mamah senang dan memakannya, dan sehat juga kamu di dalam perut Mamah. Dulu, di rumah kita tidak memiliki seorang asisten rumah tangga, hampir seua pekerjaan rumah dilakukan Mamah, pun saatt hamil. Tapi Aa, Teteh & Teh Ayang diberi tugas untuk belajar tanggung jawa mencuci piring, menyapu & mengepel. Pertama kali Teteh belajar dan senang mengepel lantai saat Mamah hamil kamu beberapa bulan. Bukan menggunakan tongkat pel, hanya sebuah kain dari baju bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Mengepel jongkok, dengan sabar Mamah memberi penjelasan cara-caranya dan menunjukan bagian-bagian lain yang harus dipel di rumah. Mamah lebih senang mengepel seperti itu, katanya seperti olahraga, juga untuk melatih kesehatan kamu yang ada di perutnya. Pokoknya ada otot (mungkin otot perut) yang terlatih dan baik untuk kondisi janin di dalamnya, Teteh malah lupa part penting dari ajaran Mamah. Di kamar tengah dulu, sempat ada tempat tidur tingkat. Teteh & Teh Ayang di kasur bawah dan Aa di kasur atas. Saat perut Mamah sudah membesar, Mamah masih suka naik ke atas kasur Aa yang berantakan, membereskan kasurnya. Saat itu juga, pernah perut Mamah menyangkut di pintu kasur atas >_< , duh Azmi sepertinya kamu dulu besar sekali ya, cepat tumbuhnya di perut Mamah. Untung saja, ga lama menyangkutnya dan Mamah bisa turun dan melanjutkan aktifitasnya. Sambil mengisi waktu luang, Mamah juga menjahit beberapa baju dan memfeston pinggiran kain agar rapih dengan jahitan tangannya sendiri. Sebelum berangkat ke Jepang, saat beberes lemari, Teteh menemukan beberapa baju bayi mungil, dan pesan Papah baju itu untuk disimpan kelak buat anak Teteh nanti, mungkin itu salah satu hasil tangan Mamah. Dulu perlengkapan bayi kamu sangat banyak, bermaca-macam. Celana, kain alas tidur, kain perlak dan lain-lain, sedikit-sedikit Mamah men-stock untuk kamu. Hal yang paling menyenangkan saat perut Mamah sudah sangat besar itu, saat memegang perutnya dan kamu sedang menendang-nendang. Perut Mamah berubah menjadi menjendol-jendol bergeliat. Senaang sekali kami memegang perut bulat keras secara langsung tanpa ditutupi baju. Senang mencoba menempelkan telinga ke perut Mamah untuk mencoba mendengar suara di dalamnya. Kami semua mengira kamu itu seorang bayi laki-laki lho! Karena sangat aktif bergerak menendang menonjok perut Mamah. Dulu, USG belum secanggih sekarang, apa-apa sudah ada USG 3D atau 4D yang bisa melihat dan memprediksi jenis kelamin. Jadi dulu kami belum tau jenis kelamin kamu apa, dan mungkin bukan hal medesak penting untuk mengetahui secepatnya. Tapi karena hasil tebak-tebakan dan keinginan, jadi banyak kain baju yang disiapkan berwara biru untuk sang jagoan. Jika kamu seorang laki-laki, maka pas lah anak Papah Mamah menjadi 2 pasang, yaitu 1 pasang anak laki-laki (aa & kamu), 1 pasang anak perempuan (Teteh dan Teh Ayang). Hari kelahiran, 22 Januri 2001. Menjelang Subuh, badan Teteh berada di Sukabumi, rumah nenek Tipar. terbayang susana di dapur, kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu di sana. Ada Aa, Teh Ayang, nenek dan entah siapa lagi. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis, kencang. Lama-lama seperti mengganggu dan membuat mata Teteh terbuka. Teteh kembali berada di kamar tengah, terbangun dari mimpi. Tapi suara tangis bayi itu nyata. Teteh langsung duduk dari posisi terlentang dan bangun menghampiri sumber suara. Di kamar belakang (yang sekarang menjadi kamar Tetehn& Ayang), sudah ramai orang, mungkin ada Mamah, Papah, ibu bidan, Bunda, Mbah Uti. Tak jelas siapa saja. Tapi ternyata kamu sudah lahir, Aa, teh Ayang jg bangun melihat bayi perempuan lucu. Katanya sehari sebelumnya, Mamah sudah datang ke bidan di dalam komplek untuk periksa, sudah pembukaan ke sekian. Mamah tidak stay di sana, tapi kembali ke rumah. Mendekati hari kelahiran, Mamah sering tidur di kamar belakang, di sana juga sudah ada tempat tidur bayi dari kayu untuk kamu, asalnya dari Sukabumi, sepertinya kasur itu menjadi kasur bergilir untuk cucu-cucu nenek Tipar. Pagi itu, tiba-tiba Mamah merasakan sakit perut yang sangat, kemudian digotonglah Mamah dari kamar itu menuju garasi mobil Bunda. Dulu, Ayah & Bunda masih ada mobil di garasinya. Bunda & Ayah, panggilan kita semua untuk tetangga sebelah rumah, sudah seperti orang tua kedua kita ya. Namun, belum sampai Mamah masuk dengan posisi yang baik & benar ke dalam mobil, kamu ngebrojol keluar dengan sempurna, melunjur di pintu mobil. Beruntung ada Mba Uti yang menangkap kamu. Mba Uti, memeluk & menggendong kamu. Sepertinya Bunda yang menelpon bidan, sampai akhirnya bidan datang dan mengurusi kelanjutan persalinannya, kembali ke kamar belakang. Cerita kelahiran kamu ini, Teteh hanya ingat mendengar ceritanya, bukan melihat langsung. Welcome to the real world, Azmi! Then, selisih umur Azmi dan `Aa 14 tahun kurang 9 hari. `Teteh 10 tahun kurang 1 bulan 5 hari `Teh Ayang 9 tahun kurang 26 hari Saat kamu lahir, tentu belum diputuskan namanya. Seperti nama anak-anak sebelumnya, Papah Mamah meminta saran dari kakek nenek & ustad. Katanya nama itu doa, menggambarkan orang itu. Baik nama Aa, Teteh, maupun Teh Ayang diambil dari bahasa Arab, saran dari alharhum kakek Enang, seorang ustad & adik nenek Tipar. Mungkin juga Mamah Papah meminta pendapat dari orang lain, tapi kakek memberikan pilihan, nama yang InsyaAllah artinya baik, yang diambil dari bahasa Arab, dan terpilihlah nama Azmi Hafizhah. Azmi berarti keteguhan hati. Kalau dari bahasa Arab berasal dari kata Al-azm yng berarti putusan atau ketegasan, dari kata lain Al-hazm yang berarti kokoh & tegar. Sedangkan Hafizhah berarti pemelihara, penghafal Al-Quran. Jadi kalau digabung namamu berarti apa, hei Azmi Hafizhah? -Hamamatsu, 23 Januari 2017
~~~~~continue to part 2~~~~~
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Islami Dalam Al Quran 2 Kata Terbaik
Nama Bayi Perempuan Islami Dalam Al Quran 2 Kata Terbaik
Nama Bayi Perempuan Islam Dalam Al Quran 2 Kata – namaanakperempuan.net. Ayah/Bunda mengidam-idamkan nama anak yang simpel, islami dan terdapat di kitab suci Al Quran? Jika iya, Anda tentunya sudah berada di tempat yang tepat lho. Karena, pada kesempatan ini kami telah mempersiapkan pilihan nama yang Anda cari. Yakni nama bayi perempuan Islam dalam Al Quran 2 kata. Nama ini bukan sekedar mampu…
View On WordPress
#nama anak perempuan islami alquran 2 kata#nama bayi perempuan 2 kata menurut islami dan al quran#nama bayi perempuan islam dalam al quran 2 kata#nama bayi perempuan islami 2 kata dalam al quran#rangkaian nama bayi perempuan islam dalam al quran 2 kata
0 notes
Text
Rangkaian Nama Bayi Perempuan Dalam Alquran Dari 2 - 3 Kata
Rangkaian Nama Bayi Perempuan Dalam Alquran Dari 2 – 3 Kata
Rangkaian Nama Bayi Perempuan Dalam Alquran – namaanakperempuan.net. Teruntuk Ayah/Bunda yang tengah mencari ide nama bayi perempuan, disini kami punya refrensinya lho. Dimana kami telah mempersiapkan artikel rangkaian nama bayi perempuan dalam Al-quran. Nama tersebut telah lengkap dengan makna baik. Sehingga Bapak/Ibu tidak perlu repot-repot mencarikan arti namanya. Selain itu, nama-nama ini…
View On WordPress
#rangkaian nama anak perempuan dalam al quran#rangkaian nama bayi perempuan dalam alquran 2 kata#rangkaian nama bayi perempuan dalam alquran dan artinya#rangkaian nama bayi perempuan dari alquran#rangkaian nama bayi perempuan diambil dari al qur&039;an#rangkaian nama bayi perempuan islam dalam alquran 3 kata#rangkaian nama perempuan dalam al quran
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Menurut Islam Disertai Rangkaiannya
Nama Bayi Perempuan Menurut Islam Disertai Rangkaiannya
Nama Bayi Perempuan Menurut Islam – namaanakperempuan.net. Berikut merupakan kumpulan nama anak perempuan islami yang menjadi rekomendasi terbaik bagi Ayah dan Bunda. Sehingga bisa dijadikan sebagai inspirasi nama bayi perempuan yang baru lahir. Bukan hal mudah memilihkan nama anak perempuan, sebab makin banyaknya pilihan yang membuat orangtua kebingungan.
Nah, nama islami untuk cewe ini tentu…
View On WordPress
#daftar nama perempuan islami dari a sampai z#nama anak perempuan menurut islam dan alquran#nama bayi perempuan menurut islam dalam al quran#nama bayi perempuan menurut islam dan alquran beserta artinya#nama bayi perempuan menurut islam dan artinya#nama bayi perempuan menurut islam yang bagus#nama bayi perempuan menurut islam yang modern#rangkaian nama bayi perempuan 2 kata islam#rangkaian nama bayi perempuan menurut islam 3 kata
0 notes
Text
Ide Nama Anak Perempuan islam Dalam Alquran 2 Kata
Ide Nama Anak Perempuan islam Dalam Alquran 2 Kata
Nama Anak Perempuan islam Dalam Alquran 2 Kata– namaanakperempuan.net. Alquran adalah sebuah kitab suci yang diturunkan untuk dijadikan petunjuk bagi seluruh umat islam yang ada didunia. Hal ini menjadi bukti betapa sangat pentingnya alquran untuk kehidupan para muslim dan muslimah yang termasuk dalam golongan umat islam. Bahkan kini tak jarang banyak orangtua yg sengaja mengambil nama dari…
View On WordPress
#gabungan nama perempuan islam dalam al quran 2 kata#nama anak perempuan islam dalam al quran 2 kata#nama bayi perempuan islam yang ada di al-quran#nama perempuan islam alquaran 2 kata dan artinya
0 notes