#menyebalkan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Doakan Anak Kita
Di tengah gempuran ilmu parenting, juga banyaknya informasi terkait pertumbuhan dan perkembangan anak, ada satu hal yang paling penting dari semuanya, yaitu jangan lupa untuk terus mendoakan anak kita. Doakan anak kita agar menjadi generasi shalih dan teladan ummat. Ada banyak referensi doa untuk anak di dalam Al-Quran. Meski seringkali tingkahnya menyebalkan, membuat orang lain tidak nyaman, bahkan sampai tidak suka. Jangan sampai kita sebagai orang tua ikut memarahinya.
Barangkali kita lelah; kita merasa sudah berupaya semaksimal mungkin untuk terus membersamainya; mengupayakan ikhtiar tumbuhkembangnya. Jangan lupa, kembali pada agama—Ia yang membuat hati kita tenang. Bekalilah ia ilmu agama, ajak ia agar terus mengingat Allah. Jadilah orang tua teladan dalam beribadah di kehidupan sehari-harinya.
Jalani apa yang sudah digariskan oleh-Nya. Semuanya takdir, dan tidak bisa kita menyalahkan apa yang menjadi penyebabnya. Padahal kalau kita mau melihat diri sendiri, harusnya begitulah yang perlu dikoreksi. Apapun yang terjadi pada kita, akan kembali pada diri kita sendiri.
Barangkali, energi kita banyak terkuras; memiliki sedikit waktu untuk aktualisasi diri; kehilangan banyak hal, tapi pahamilah bahwa kita tidak kehilangan apapun, dan itu bukan pengorbanan, melainkan kewajiban kita sebagai orang tua. Betapa besarnya pahala jikalau kita mau memaknai dan bersabar.
Imam besar Masjidil Haram, Syaikh Sudais. Saat kecil beliau sering membuat geram ibunya karena ulah dan perangainya. Namun, sang Ibu tidak pernah melontarkan kata-kata buruk, justru saat memarahi beliau dengan terus mendoakannya. MaasyaaAllaah semoga kita bisa seperti ibunda beliau, yang lisannya dipenuhi dengan doa-doa.
Jangan sekali-kali kita membenci anak kita sendiri, hanya karena perlakuan orang lain. Semoga Allah memberi kita kesabaran seluas -luasnya untuk mendidik anak kita. Tanpa pertolongan Allah, kita tidak mampu. Ikhtiar sebaik apapun, akan percuma jikalau kita tidak melibatkan Allah.
Ingatlah, kalau kita lelah fisik dan mental, kembalilah dan mendekat pada Allah—Rabb Semesta Alam. Semoga Allah meneguhkan hati kita, menahan amarah kita, menjadikan kita sosok yang lembut dan penyabar. Semoga kita tidak lupa, bahwa ada Allah, ada Allah, akan selalu ada Allah yang membantu apa yang sulit, menjadi mudah bagi kita.
Allahumma baarik~
Jakarta, 27 Mei 2024 | Pena Imaji
183 notes
·
View notes
Text
Lelakiku : dalam diamnya ternyata dia juga berusaha
Kupikir keluhku tak di dengar, tangisku tak berarti, omelanku bagai angin lalu. Karena dia diam tidak membatah, tidak mencari alasan, tidak meng-iya-kan, tidak juga berusaha menenangkanku. Terasa menyebalkan memang.
Tapi ternyata diam-diam dia belajar, diam-diam dia berusaha, diam-diam dia menyesuaikan diri. Apa yang kukeluhkan ternyata dia mendengarkan.
Akupun harus menyesuaikan diri, berusaha memahami. Sabar menunggunya keluar dari goa ke-diam-annya. Memberinya ruang untuk berpikir. Belajar menyampaikan perasaan dengan cara yang baik di waktu yang tepat. Satu lagi : memahami bahwa laki-laki adalah makhluk yang kurang ekspresif.
Aku tahu perempuan memang makhluk pencerita. Mencari lega dengan bercerita. Tapi egois jika bercerita tanpa memperhatikan kondisinya.
Pahami perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan. Perempuan mencari lega dengan bercerita. Laki-laki menenangkan diri dalam diamnya. Temukan titik tengahnya.
Terkadang laki-laki yang harus mengalah menyiapkan pundak dan telinga untuk mendengar cerita perempuan, bolehlah sesekali memberi semangat. Karena sesungguhnya dia hanya butuh telinga. Sederhana
Dan sebaliknya, kadang perempuan perlu memberi laki-laki ruang untuk menenangkan diri. Paham bahwa mendengar cerita juga bukan hal yang mudah. Apalagi di saat lelah. Biar kan dia tenang dulu. Sama-sama sederhana
"Berikan lali-laki ruang untuk menenangkan diri, insyaAllah dia akan memberimu telinga untuk mendengar cerita."
"Berikan perempuan telinga, dengarkan ceritanya. InsyaAllah dia akan memberimu ruang untuk menenangkan diri."
Turunkan ego, jangan tunggu siapa yang memulai duluan.
~a self reminder
Merauke, 3 Maret 2024
239 notes
·
View notes
Text
Pulang
Aku memutuskan pulang ke rumah, di pelosok yang akses apapun susah. Hidup layaknya orang desa yang bergantung kepada hasil tani.
Dulu saat aku pertama kali pulang dari rantau, tahun 2018, aku masih 23 tahun, baru lulus, emosi nggak stabil dan masih butuh validasi sosial bahwa aku sarjana yang bisa mengubah hidup keluarga.
Sekarang saat aku melakukannya ketiga kali, aku sudah belajar banyak soal pilihan hidup, soal jalan manapun yang kita tempuh adalah baik, selama prosesnya kita tidak mengkhianati hal-hal fundamental dalam hidup. Aku juga sudah tidak memiliki lingkungan yang ingin aku beri kesan, aku tahu apa yang kuinginkan.
Bila harus jujur apa rasanya lebih baik di rumah, tergantung kau mau dengar dari sisi mana. Jika dari akses senang-senang, aneka makanan yang menyenangkan dan tempat estetik, tentu tidak. Aku yang menerapkan lebih banyak mengonsumsi protein dan intermediate fasting setengah tahun belakangan, sekarang kembali ke porsi tiga kali sehari dan kadang hanya pakai sayur daun ubi rebus pakai sambal terasi.
Tapi jika kau bicara tentang kenyamanan lain, aku lupa kapan aku tidur senyenyak sekarang meski udara malam di desaku dinginnya tak bersahabat. Aku terbangun tidak lagi dengan perasaan kosong. Jam 10 malam aku sudah terlelap, pukul 5 aku sudah bangun dengan perasaan yang baik. Aku memasak, aku membereskan rumah, menyiapkan kebutuhan adikku sekolah, kebutuhan ayahku ke sawah, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Dan aku merasa lebih baik.
Setiap hari aku menemukan satu hal baru untuk aku kerjakan. Selama ini keluargaku di rumah hanya bertiga, ayah, abang dan adek lelakiku. Jadi kalian bisa bayangkan seberapa banyak sudut rumah yang berdebu, perabotan yang sudah lama tidak dibersihkan.
Meski ini bukan pertama kali aku di rumah dan mengurus ketiga lelaki ini, rasanya ini masa di mana aku melakukannya dengan perasaan yang lebih ringan dan menyenangkan. Mungkin, mungkin saja aku sudah sesiap itu jadi ibu rumah tangga yang baik, hehehe.
Tetangga masih saja ada mengeluarkan kata yang tidak menyenangkan, tapi sekarang aku tahu cara membuat mereka paham tanpa harus bersusah payah bersikap menyebalkan untuk membungkam mereka. Toh pada akhirnya mereka juga mampu membuka diri, bahwa hidup ini tak selalu seperti orang lain dan hidup secara ideal sebagaimana perempuan berpendidikan dari desa dengan usia 29 tahun.
Di rumah aku tetap ke sawah, tetap ke kebun, tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan tetap menulis. Dibandingkan dengan saat bekerja kepada orang lain, aku merasa masa ini aku mampu menggunakan waktuku sebaik mungkin. Perbedaannya, jika dulu aku bekerja demi memenuhi perut sekarang aku melakukannya dengan sukarela.
Mungkin terlalu dini mengatakan ini sebagai rasa betah dan nyaman, mengingat aku baru dua minggu di rumah. Entah nanti bagaimana, tapi di tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia ini, aku sudah menemukan jalan yang kuinginkan sebagai diri sendiri.
Pedalaman Negeri, 02 Juni 2024
83 notes
·
View notes
Text
Wanita satu ini rumit, kadang dia terlalu banyak mengungkapkan perasannya dalam bentuk yang menyebalkan bagi orang lain. Kadang dia menangisi dirinya yang sukar dimengerti dan terlampau jauh ketakutannya. Kadangpula, demi menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi, maka menyerahkan dirinya pada nasib yang malang menjadi begitu ringan untuk ia lakukan.
Lama-lama ia hancur, terlahap habis oleh pikirannya yang kacau. Kini yang tersisa darinya hanyalah puing-puing perasaan sesal yang tak berarti apapun.
20 notes
·
View notes
Text
Mendewasa Dengan Kesadaran
Bila ada sesuatu yang bisa kupelajari dengan baik berdasarkan pengalaman, itu ialah pemahaman bahwa tidak semua orang bersedia menjadi lebih dewasa dengan kesadaran.
Umur yang semakin menua, dengan pengalaman hidup yang telah dilewati, tak lantas membuat seseorang menjadi lebih bijaksana, apalagi berubah menjadi lebih baik dari dirinya yang sebelumnya. Perubahan mungkin saja terjadi, tetapi malah perubahan ke arah yang lebih buruk. Segala sifat kanak-kanak yang ada pada dirinya menjadi berkali-kali lipat menyebalkan dari yang sebelumnya.
Memang benar kata orang-orang, bahwa usia tidak selalu mencerminkan kedewasaan seseorang. Karena banyak anak kecil kita dapati memiliki kebijaksanaan jauh dari usianya, banyak pula orang yang sudah tua, tetapi kelakuannya seperti anak balita.
Menjadi lebih dewasa ternyata tak serta merta terbentuk begitu saja dari pengalaman dan juga kehidupan yang telah dilalui. Namun, menjadi lebih dewasa baru akan terjadi kepada seseorang, jika dia memiliki kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadikan segala pengalaman yang dilaluinya sebagai bekal dan juga pelajaran yang amat berharga. Sayangnya, jangankan mendewasa dengan kesadaran, mempunyai keinginan untuk berubah menjadi lebih baik saja tak dimiliki semua orang.
Semoga Allah melembutkan Hati-hati kita. Menjadikan kita sebagai manusia yang pandai mengambil hikmah dari setiap kejadian. Karena betapa sia-sianya segala ujian dan pengalaman yang diberikan-Nya, jika itu semua tak mampu juga membuat kita menjadi sadar, dan belajar untuk tidak lagi menjadi orang yang sama.
@milaalkhansah
31 notes
·
View notes
Text
Dulu, rumah yang berantakan adalah hal yang menyebalkan. Sedang sekarang menjadi hal paling dirindukan.
Sebagai tanda bahwa di rumah ada kehidupan.
Semakin beranjak umur penghuni rumah, tiada anak kecil; rumah itu jadi selalu rapi dan bersih. Tapi seperti tak berpenghuni. Sepi dan hening. Penghuninya sibuk kerja. Menjalani perannya masing-masing di luar rumah.
Nyatanya, kita seringkali terlambat mensyukuri yang ada. Kita seringkali meratapi apa yang telah berlalu.
105 notes
·
View notes
Text
Low Maintenance
Kapan hari denger orang membicarakan perkara urusan di usia dewasa. Rumit, ya? Lebih menyebalkan lagi, gak ada yang ngasih tau urusan begini. Seakan harus belajar otodidak tapi gak boleh salah, gak boleh gagal.
Urusan orang dewasa memang banyak. Panjang kalau dibikin daftar. Lama kalau dijelaskan. Itulah alasan yang membuat sebagian orang memilih untuk menghindari konflik. Bukan tentang debatnya, tapi urusan setelahnya biasanya terjadi lebih pelik.
Sebagian orang sepakat, orang dewasa yang gak mendewasa mentalnya susah dihadapi. Ibarat menghadapi ego anak-anak di tubuh yang besar. Mau memaklumi ya gak bisa, mau dihadapi tapi sulit. Manusia dewasa membutuhkan hubungan yang low maintenance. Karena itu mencari teman yang se-frekuensi, minim drama, saling mengerti dan berkali-kali saling memaafkan.
Barangkali sudah saatnya menjadi orang yang memudahkan. Bukanya Allah memberikan jalan pintas ke surga bagi 4 golongan yang salah satunya adalah "sahl"?
Sahl berbeda dengan yusra.
Sahl itu kemudahan yang memang Allah jadikan mudah. Sedangkan yusra adalah kemudahan yang didapat setelah melewati kesulitan. Kontras, kan?
18 notes
·
View notes
Text
Kita hidup di standar kita sendiri, bukan orang lain
Sering sekali orang-orang di sekitar kita menjadi tak bersahabat dengan kita. Apa yang mereka katakan sering kali tak sengaja menyakiti hati kita tanpa mereka tau.
Atau yang lebih parah lagi, mereka dengan sengaja memberikan komentar negatif terhadap keputusan-keputusan kita. Sangat menyebalkan kadang.
Dan saya berucap untuk saya pribadi,
Alhamdulilah saya memilih apa yang sudah saya pilih. Pilihan saya adalah konsekuensi saya. Saya hidup di standar saya bukan standar anda. Toh misal ada apa-apa dengan keputusan saya, anda juga tak akan datang dan menyelesaikan masalah saya. Anda hanya bisa berkata negatif kepada saya, bahkan pencapaian anda saja tidak bisa melebihi apa yang sudah saya capai
73 notes
·
View notes
Text
Reminder🌻
Aku menemukan diri ini dalam beberapa perjuangan yang tidak mudah, dan ternyata benar musuh terbesar adalah aku di beberapa versi menyebalkan,
dari aku yang sempat berpikir bahwasanya masa depan masih punya banyak waktu untuk terus ku sia-sia kan.
Luwuk banggai, 08-04- 2024
@ceritajihan
106 notes
·
View notes
Text
Aku memahami bahwa hidup tidak selamanya akan baik-baik saja. Kadang ada momen menyebalkan dalam hidup, yang membuat kita kesal, marah, dan kecewa. Juga dengan momen yang rasanya begitu menyakitkan hingga membuat kita ingin menangis.
Tapi seperti sebuah kamera, saat ini aku ingin fokus memotret momen-momen membahagiakan dalam hidupku. Momen saat aku dikelilingi orang-orang yang baik, yang tulus menyayangiku.
Bukan untuk mengabaikan momen lainnya, tapi untuk menyeimbangkan potret-potret kesedihan yang selama ini banyak menghias di dinding kamarku.
Biarkanlah kali ini, aku memotret momen bahagia dalam hidupku, dan membuat gambar lainnya blur atau tidak jelas.
14 notes
·
View notes
Note
Kenapa sih, mayoritas laki-laki, ketika lagi pdkt, janjinya manis² tapi setelah memiliki, manisnya tiba-tiba menguap perlahan, bahkan ada sebagian dari mereka, ketika dia hendak meninggalkan atau berpisah maka dia akan sengaja memberikan rasa pahit ?
KARENA PEREMPUAN MERASA DIRINYA PIALA
Sudah berjuta kali saya bilang yang begini adalah hasil dari hubungan yang tidak setara; effort yang tidak seimbang. Perempuan yang merasa dirinya layak untuk dikejar-kejar; yang merasa laki-laki yang harusnya berusaha; merasa perempuan itu harusnya menunggu. Pola pikir seperti ini tidak ubahnya seperti menjadikan perempuan sebuah objek. Seperti piala yang diperjuangkan. Kebanyakan dari perempuan punya cara berpikir seperti ini.
Akibatnya apa? Ketika ketemu dengan laki-laki yang merasa perempuan sebagai objek yang perlu dimiliki dan diperjuangkan, maka dia akan memperlakukannya seperti objek pula. Saat dia sudah merasa puas, dia akan mencari yang lain. Saat dia tidak menemukan kepuasan, dia juga akan mencari yang lain. Apalagi ketidakpuasan itu diiringi dengan rasa kecewa.
Waktu belum memiliki, dia akan mengeluarkan segala upaya untuk mendapatkannya: janji manis, sikap terpuji, perangai yang beradab. Semua itu upaya yang perempuan mau, bukan? "Mau lihat effort," mereka bilang.
Tapi, pas laki-lakinya sudah memiliki dan akhirnya tahu luar-dalam, ternyata perempuannya biasa saja. Ternyata tidak ada yang istimewa. Bahkan ternyata menyebalkan. Semua tidak sesuai dengan ekspektasi saat dia dipaksa untuk memperjuangkannya. Tidak puas. Apa yang terjadi jika itu sebuah objek? Ya, dia akan mencari objek baru. Zaman sekarang sangat mudah untuk mengenal orang baru dengan aplikasi atau akun-akun alter. Begitu terus orang-orang yang punya konsep "effort harus dari laki-laki" berputar silih-berganti.
Jangan jadi perempuan yang maunya lihat effort laki-laki. Tapi, jadilah perempuan atau laki-laki yang mau effort itu bareng-bareng. Laki-lakinya effort, perempuannya juga effort. Hargai orang lain sebagai manusia, bukan benda yang harus dikejar. Jangan jadi benda itu.
28 notes
·
View notes
Text

picture by pinterest
Mengapa begitu lama bagimu untuk datang?
Selepas lara, mungkin kita akan disambut suka yang tak terduga. Ingat ya, aku pakai kata mungkin, sebab kamu geraknya terlalu lama.
Aku sudah menyiapkan segala hal di sini, tapi kamu masih saja tersesat lupa aku di arah kiri. Aku sudah memasang pertanda untuk kamu masuk saja, tapi kamu masih berpikir bahwa foto kenangan adalah bentuk tak mampu melepaskan.
Menunggu kita hingga ada di titik frekuensi yang sama, ternyata begitu menyebalkan. Jika aku yang ugal-ugalan, kamu pikir aku cuma penasaran. Jika aku memberi tanda, kamu pikir itu untuk orang lain.
Bisa tidak, kalau tak mampu menelusuri aku hingga muara beri saja alamat. Aku bisa membaca peta dan titik koordinat. Aku benci manusia gerak lambat, biarlah aku saja yang memelukmu lebih dulu hingga kamu sekarat.
Habis, kamu terlalu lama.
—18/09/2023
212 notes
·
View notes
Text
Semua sedang terlelap, sayang.
Hai kids, this is your mom's story.
Ini menyebalkan, ibumu sudah menulis banyak surat untukmu, ada di dalam map coklat itu, bersama tumpukan surat untuk ibu di masa depan. Orang - orang baru tau saja serunya sekarang, atau sekedar membuatnya agar tak terlihat ketinggalan, bahkan hanya untuk jadi gurau mencipta tawa.
Padahal perihal menyambutmu, tidak pernah sebercanda itu.
Sayang, bagaimana kabar tubuh ibu hari ini? Masih sehat dan segar kah?
Maaf ya, bila ibu mulai cepat kelelahan, mulai tidak bisa banyak bergerak. Sebab kau tahu? saat - saat ini ibu sedang menaruhkan sehat tubuh ibu, demi mempersiapkan keilmuan mendesain kehidupan bersamamu, mempersiapkan mendidik peradabanmu.
Ibu janji untuk tetap menjaga sehatnya, secara fisik, jiwa dan hatinya. Itu fokus utama yang ibu prioritaskan bersisian dengan ujian termin pertama ini. ya! kau tahu sayang? ibumu masih di tahun pertamanya menjadi mahasiswi, kamu harus lihat berapa banyak titik merah yang menghiasi wajahnya sebab banyak berpikir dan kegelisahan.
Bagaimana? sekarang wajah ibu bahkan sudah berkerut ya?
Tidak apa, semoga mereka yang akan jadi kesaksian di hadapan Allah kelak, bahwa perjalanan membeli syurga memang tidak pernah mudah. Nanti ibu ceritakan hal yang lebih menyayat dari sekedar titik merah, kau tahu sayang? Sejak sembilan puluh hari berlalu, dan Al - aqsho masih berdarah.
Bagaimana sayang? apakah hari ini kemerdakaan kita raih? apakah kita ikut andil dalam pembebasannya? kau tahu? itu mimpi ibu untuk milikimu, berperan utuh jiwa dan raga untuk menjadi yang terdepan dalam membela syariat-Nya.
Ah, meskipun setelah berkaca, ibu masih meringis penuh ragu. "Pantaskah aku?.."
Semua sedang terlelap sayang, di pagi hari yang penuh keberkahan ini, mereka memilih terlelap bersama sepuluh derajat dinginnya udara, tidak ada yang menolak rayuan selimut, kecuali ibu.
Padahal semalam, mereka pun tidur jauh sebelum ibu terlelap, hanya empat jam tubuh ibumu tergulung selimut, tidak apa ya, sementara. Nanti kita tidur sepuasnya di istana dalam syurga.
Tugas murojaah beberapa juz, dzikir pagi, alkahfi, semua tuntas sebelum kembali menunduk pada tumpukan buku dan berbagai macam warna pena, semoga kebiasaan - kebiasaan ini lestari menghiasi harimu juga, melakukannya penuh cinta tanpa paksa.
Cukup dulu ya sayang, ibu mau sarapan!
(Btw, Hari ini ibu memasak apa untukmu? Bilang enak ya meskipun biasa saja! wkwk)
54 notes
·
View notes
Text
Sebetulnya aku ingin untuk tidak berlama-lama di sini.
Tidak ada yang bilang sebelumnya, bahwa bentuk mendewasa salah satunya adalah menjadi suruhan manusia yang karakternya tidak serupa dengan kita. Bukan menyebalkan, bukan juga beringas, memang hanya tidak sejalan dan sepemikiran. Ah, sial. Berada di bawah seorang yang teramat reaktif dan tajam tutur katanya benar-benar tidak menyenangkan untuk dijalankan lama-lama.
20 notes
·
View notes
Text
Manifest Jadi Ibu
Aku selalu merenung dan membayangkan ketika berhadapan dengan orang tua siswa yang sangat kooperatif ataupun menyebalkan, bagaimana ya nanti kalau kelak aku menjadi seorang ibu. Begitupun ketika berada dalam keadaan tidak nyaman saat menghadapi kedua orang tua sendiri. Selain mengusahakan menjadi seorang istri, aku juga sedang belajar mengusahakan menjadi seorang ibu.
Kelak, aku mau menjadi seorang ibu yang waras. Yang bisa melihat kebaikan anaknya sebagai suatu kebaikan dan keburukan sebagai suatu yang perlu diperbaiki. Mengapresiasi dengan cukup, memberikan sanksi jika perlu.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang asyik. Oleh karenanya aku belajar menjadi pendengar yang baik, pemecah suatu permasalahan, dan teman ngobrol di segala keadaan.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang mudah mengucapkan tolong, maaf, dan terima kasih. Oleh karenanya aku belajar jujur dengan perasaan diri sendiri, menurunkan ego perlahan, dan menarik napas dalam-dalam.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang cerdas. Maka aku membaca berbagai buku pola pengasuhan. Walau ternyata mengasuh luas sekali maknanya, merawat, mendidik, membimbing, menjaga, hamil, melahirkan, menyusui, dan berbagai hal, aku masih semangat untuk mencari tau dan belajar.
Aku ingin menjadi seorang ibu yang melakukan pengasuhan bersama. Berbagi tugas dengan pasangan kelak, mendiskusikan bagaimana membangun sebuah keluarga yang sesuai dengan tujuan pernikahan.
Aku ingin menjadi ibu yang penuh kasih sayang. Yang tidak menyalurkannya hanya dalam bentuk perhatian tetapi juga dalam bentuk teguran. Yang mampu menyembuhkan luka, tanpa membuat luka.
Aku ingin menjadi ibu yang berhati lapang. Yang tentu pada aksinya nanti tidak akan selalu mulus jalannya dan selalu ada kurangnya. Semoga kelak aku dimudahkan untuk menerima ketidaksempurnaan dan diberi kekuatan untuk terus belajar.
Banyak inginku, tetapi juga sebenarnya banyak takutku. Tidak apa-apa. Harapan adalah suatu cara melihat masa depan, sedang ketakutan adalah suatu kewaspadaan dalam menghadapi ketidakpastian.
52 notes
·
View notes
Text

Pict by: hyugahinata
2. Terpikat Manik Cokelat
Aku tak pernah dicium hangat yang begitu asing. Air panas, nyala api dalam tungku, atau sengatan genit sang surya, hanya mereka yang terasa akrab.
Aku masih jelas mengingatnya, tatkala pandanganku tanpa sengaja membingkai satu manusia, membiarkannya menyelinap dalam memori, terus berputar tanpa henti. Menyebalkan, tapi aku menyukainya.
Suara beratmu terdengar merdu sekaligus menggetarkan hati. Gelak tawamu memecah sunyi. Senyummu membekukan kedua kelopak ini. Tatapan teduh manik cokelat pekat itu meniupkan rasa hangat, pekat, memikat.
Aku mulai bertanya-tanya, apakah juga ada desiran hangat yang mengalir dalam nadimu? Pernahkah namaku terlintas dalam riuhnya benakmu? Adakah kau dibuat kesal akibat menahan rindu, sepertiku?
Sejak itu, aku tahu ada yang lebih sulit dari Matematika, lebih rumit dari grammar Bahasa Inggris. Rasaku, rasamu yang tak jelas apakah satu.
Thr
#28hariberprosa#puanberaksara#tadikamesra#jejaringbiru#dalamnadimu#sajak puisi#sajak#prosa#cinta#thrsblog#cawanrasa
18 notes
·
View notes