#mengeja sendu
Explore tagged Tumblr posts
iphotophobia · 7 months ago
Text
Dalam permainan catur, selalu ada dua kuda dalam bidak catur. untuk memancing kuda lawan keluar, maka kita harus mengorbankan satu kuda lainnya.
1 note · View note
by-u · 1 year ago
Text
Apa itu jam malam?; Katamu. Waktu dimana rindu-rindu menempuh bisu, Enggan bersuara mengeja rima namamu. Apa itu jam malam?; Katamu. Waktu dimana aku berteman sang bayu, Menghujam gigil yang tanpa pelukmu. Apa itu jam malam?; Katamu. Waktu dimana akanmu terulang disudut kepalaku, Membawa pilu menanggung sendu. Apa itu jam malam?; Katamu.
14 notes · View notes
verarosdiani · 7 months ago
Text
Terkadang aku membenci malam-malam dimana aku tak bisa tidur
Pikiranku akan penuh dengan banyak hal.
Biasanya, kamu selalu menjadi teman diskusi randomku.
Perihal pertanyaanku “bagaimana jika ternyata hewan lebih manusiawi dibanding manusia ?”
Malam ini, pikiranku kutuang melalui aksara
Sebagian berisi suka, sebagian lainnya berisi luka
Namun jika luka adalah sebagaimananya arti luka, berarti kau adalah manusia. Dan tak ada yang perlu disembunyikan dari perihnya.
Kamu manusia, kamu terluka, tak apa.
Ini tentang luka, atau tentang rindu?
Yang jelas, aku merindumu
Mari mengeja rindu dalam bait sendu
0 notes
dyanalatif · 7 months ago
Text
Aku ingin tenang
Aku hanya ingin tenang, tenang dari riuh, tenang dari tanya, tenang dari bingung
Aku hanya ingin tenang, maka jangan ajak aku berlari, jangan minta aku mengejar waktu,
Aku hanya ingin tenang dengan irama sendu yang mengeja detik dengan iramanya sendiri🍂
0 notes
kalibrasirasakafs · 7 months ago
Text
Mengeja Rasa Tulisan Sang Kyai
#Hujan di Akhir Musim Panas
Entah musim apa Ramadhanku tahun ini, apakah musim semi, musim panas atau musim gugur. Aku tidak tahu.
Yang jelas, Ramadhan kali ini berwarna biru bagiku. Sendu namun haru.
Jika Ramadhan2 sebelumnya kami berupaya mengkondisikan diri dengan lantunan doa, Allahumma BaaarikLanaa fii Rajab wa Sya'ban Wa Ballighnaa Ramadhan...
Maka Ramadhan kali ini, seakan Allah menyiapkan jiwa kami dengan caraNya : mewafatkan putra bungsu kami di bulan Rajab.
Hantaman itu menghentak kami keras. mencubit kesadaran kami akan satu hal yang pasti yaitu kematian. Sekaligus mengingatkan akan sedikitnya bekal dan jauhnya perjalanan.
Ujian tersebut bagai dua sisi mata uang bagi kami. Musibah di satu sisi, sekaligus hadiah di sisi lainnya.
Maka, sabar sejak hantaman pertama, serta ridha akan ketetapan Allah adalah penolong kami menghadapi musibah tersebut.
Sementara syukur berbuah taat adalah cara kami menerima hadiahNya dengan gembira.
Wahai Jiwa, yang berapa puluh Ramadhan telah berlalu begitu saja..
Temui Ramadhan kali ini sepenuh rindu,
seperti rindumu padanya yang sudah menanti di surga...
Sambut "sang Yusuf" sepenuh cinta...
Apapun musimnya...
Rinai hujan yang menghiasi hari2nya kali ini.. Semoga deras pula air mata yang melelehkan dosa2 dan lalaimu di masa lalu...
Bersabarlah dalam taat, hingga alYaqin itu tiba.
Allahummaa, taqabbal minnaa...
^UmmAhmad^
0 notes
nisasasasa · 10 months ago
Text
Ingat yang dibisiki
coklat hangat dicampur kue regal yang ku remukan malam ini
kudapan yang tercipta setelah aku membaca tokoh laki laki meminum susu coklat untuk sarapannya, aku jadi tergoda
sambil mendengar dan mengeja terjemahan lagu lagu lovi dengan judul judul sendu,
falling behind, magnolia, fragile, Let you break my heart again, dan valentine.
aku juga tergoda untuk membaca melihat api bekerja,
puisi favorit malam ini adalah "menelepon kau" yang diawali dengan bait
" apakah kau ada di sana?
apakah kau ada?
apakah kau?"
lalu bait selanjutnya adalah lirik lirik yang serupa aku malam ini,
yang menggigil memanggilmu dalam keluh kesah, permohonan maaf, pertanyaan hidup, dan perkiraan apakah Tuhan mengijinkanmu datang lagi dalam mimpi
Entah karena euforia atau akumulasi emosi
terima kasih laki laki, coklat ini teman yang manis, menemani malam hayat, penghayatan, sesungguhnya rehat dari sibuknya siang yang menenggelamkan.
0 notes
catatanisraicaaaa · 10 months ago
Text
Pada Langit Sabtu Sore
Pada langit sabtu sore
awannya abu abu menghitam
suasananya sendu dan sejuk
rintik hujan perlahan datang
membasuh rindu yang kian menumpuk
entah kapan akan bertemu
sedangkan pisah ini telah menahun
Pada langit sabtu sore
ditemani hujan yang makin deras
ku sampaikan rinduku perlahan
mengeja namanya dalam hati
merapalkan doa baik dalam diam, untuknya
Pada langit sabtu sore
Ku ceritakan harapan yang bergemuruh
tentang rindu yang dalam
doa baik yang tak pernah putus
dan pertemuan indah yang entah kapan;
semoga secepatnya.
13.01.2024
0 notes
nafilalaa · 2 years ago
Text
Tanpa alarm, tanpa paksaan. Wanita paruh baya itu selalu bangun pukul tiga.
Kabut pun masih malas beranjak, namun rindunya akan munajat malam selalu menanjak. Didoakannya suami dan anak-anaknya satu persatu.
Ia mungkin hanya Ibu rumah tangga biasa, yang jauh dari gengsi dunia apalagi gelenyar mewah sosialita.
Namun doa tulusnya selalu berhasil membuka pintu langit, menyelamatkan keluarganya di saat-saat sulit.
Masih tanpa alarm, dan tanpa paksaan. Wanita di rumah lain terbangun di jam yang sama.
Menyiapkan berbagai keperluan kerja dan bekal untuk suami dan anaknya.
Sebanyak mungkin ia sisipkan cinta, pada baju yang disetrika dan makanan untuk dibawa.
Tidak banyak yang mengapresiasi geliatnya dalam sepi. Tapi malaikat toh selalu punya catatan amal yang rapi.
Di balik tembok rumah lain, seorang wanita tidur jauh lebih malam.
Adonan jajan pasarnya sudah rapi, siap digoreng esok pagi hari.
Ia menatap lekat wajah anaknya yang sudah lelap, meminta maaf untuk setiap irisan waktu yang tidak bisa dipergunakan untuk bermain bersama.
Bukan karena ia tidak mau, tapi karena ia tau bahwa tagihan-tagihan selalu menunggu.
Pasangannya semudah itu berlalu, meninggalkan petak kehidupan yang perlu diisi dengan keringat perjuangan.
Sementara seorang wanita lain terduduk kuyu, lagi-lagi hasil test pack yang terpangku memvonis sendu.
Keguguran berulang membuatnya pilu, belum lagi pertanyaan "kapan" yang membuatnya jemu.
Padahal di luar sana ia sering membantu anak saudara yang tak mampu, laku dan sikapnya sudah pantas membuatnya menjadi Ibu.
Tuhan hanya sedang menggoda batas sabarnya untuk menunggu.
Tumblr media
Kau tetap Ibu, sekalipun sehari-hari berdaster dan jauh dari polesan skincare bermutu.
Tanpa alis terukir dengan presisi, kau tetap ayu berseri. Ikhlasmu mundur dari gemerlap dunia, demi membangun pondasi anak dari tangan pertama.
Biarkan Tuhan meracik pahala untukmu, biarkan mereka mencibir betapa konvensionalnya pemikiranmu.
Sungguh surga adalah untuk mereka, yang kuat dalam tirakat dunia.
Kau tetap Ibu, sekalipun dunia menculik kehadiranmu dari waktu ke waktu.
Tapi kau pastikan niat bekerjamu lurus untuk kemaslahatan keluargamu, kau pastikan terpenuhi kewajiban utamamu, kau pastikan bekerjamu untuk kebutuhan alih-alih hanya sekedar memenuhi uang jajan tambahan.
Ada prioritas yang tidak selalu bisa ditakar pemirsa, pun pilihan bekerja adalah agar bermanfaat bagi sesama.
Mainkan peranmu, pilihanmu, tanggung jawabmu.
Kau tetap Ibu, sekalipun peran ganda Ayah kau pikul pada bahu dan benakmu.
Titipkan anakmu pada penjagaan Tuhan, pada kasih sayang dan pelukan yang selalu bisa kau sediakan.
Percayalah bahwa kekuatan kadang hanya perlu dipantik, abaikan mereka yang mencelamu dalam kritik.
Kaulah Ibu, dengan gayamu dan perjuanganmu. Anak-anakmu sungguh akan tumbuh segesit peluru.
Kau tetap Ibu, sekalipun Tuhan menunda hadirnya bayi mungilmu.
Karena menjadi Ibu bukan hanya soal keturunan biologis, namun juga berbagi kasih sayang secara psikis.
Kemuliaan dan pengabdian selalu bisa kita bagikan, pada setiap jiwa dimanapun mereka bertebaran.
Pahamilah bahwa Tuhan mungkin menciptakanmu, untuk menawarkan rengkuhan yang lebih banyak dari jumlah jemarimu.
Karena setiap dari mereka yang terlahir dengan kepemilikan rahim dan kromosom XX, adalah mereka yang akan menjadi Ibu dengan prediksi perannya yang berubah-ubah seiring waktu. Maka pujalah mereka, syukuri keberadaannya, muliakan perlakuan atasnya.
Karena setinggi-tingginya cinta adalah yang diterjemahkan dalam doa, maka pintakan keberkahan untuk para Ibu dan para calon Ibu.
Cukupkan penghakiman kita atas pilihan saudara wanita yang berseberangan dengan pilihan kita, kita tidak pernah tau benar seberapa krusial kehidupan yang harus ia bela.
Mengeja kata Ibu adalah tentang merumuskan kesederhanaan, teladan, sahaja, dan perjuangan membesarkan pendatang baru kehidupan.
Mengeja kata Ibu adalah tentang berjibaku pada masa hormonal, menjinakkan ego personal, menguatkan lebih dari satu dua nyawa dalam semangat yang kebal.
Ibu, semoga Tuhan selalu menghitung ikhtiarmu sebagai rangkaian kunci pembuka pintu surgamu.
Sekali Ibu, tetaplah Ibu. Teruskan dan genapkan pengabdianmu.
Ini bukan tentang sekedar memperingati satu hari khusus untuk Ibu, tapi tentang meresapkan betul bahwa yang mereka kerjakan adalah untuk dilanjutkan dan ditiru.
Melambungkan segenap doa untuk para Ibu dan calon Ibu ❤️
1 note · View note
memorelies · 3 years ago
Text
Menjelang pukul tiga pagi, kususuri setapak menuju sudut matamu.
Memintal rindu, memangkas semua hutan waktu. Mengoyak lembaran sendu yang menyelimuti tubuh.
Aku bertahan sepagi ini, mengeja setiap jenuh yang menjadi musuh besarku.
Tak ada balas tatap senyuman, hingga dua pekan kedepan.
Mari bertahan. Bisikku dalam pikiran.
5 notes · View notes
penablog · 3 years ago
Text
Mencoba tenang dalam keadaan bimbang
Allah, yang dikatakan dengan dua suku kata terlampir dari naluri alam semesta, tak terketahui namun terus dicari oleh manusia dari waktu ke waktu. Ya!! Allah yang sangat takjub dan Sakral keberadaannya. Aku yang sendu meratapi ujung hidup, namun terus bergulir tak tahu sampai kapan ini, merasa tak sampai hati meneruskan jejak kaki mungil ini, merasa tak melangkah namun sebenarnya waktu terus beruputar. Sangat bising tak terkendai memang!! Huft !!! Lelah? Ya. Bagaimana bisa dengan sejagat raya yang terasa berbenturan ini, membuat sanak jiwa dan raga tak tertinggal satu haripun si kehampaan yang menamui hati. Namun, Bagaimana bisa dua suku kata tersebutlah yang dicari, yang teryakini hanya Dia-Lah satu-satunya Sang Maha penyelesai semua lekuk hampa ini.
Apakah ini yang dinamakan dengan nikmat iman? Ah masa iya? Karena hari perdetiknya pun masih kurasa titik hitam hati masih berselubung dalam putaran waktu. Ya, bagaimana tidak, orang diri inipun bisa menelaah jelas persikapan menyimpang yang dilalui, apakata mereka yang melihat , sudah pasti mengeja dengan fasih kecelaan itu.
Tapi.... Boleh kan ku berharap jika itu memang adanya, adanya nikmat iman walau masih tertatih dalam menyempurnakan iman itu sendiri...
Say Hamdalah.
#Rrd01
2 notes · View notes
aashrfi · 4 years ago
Text
DIALEK(KITA)
Bagaimana mungkin
Badai sepertiku
Bersanding dengan damai sepertimu
Dan bagaimana bisa
gemuruh petir yang riuh
Mengawinin laitan teduh
Bagaimana caranya
Aku yang sekeras batu
Menyatu dengan kau; lembutnya
Dari mana ada
Aku yang sepahit ciu
Dapat mengecup kau semanis madu
Terlalu banyak irisan ironi antara kita;
Aku kanvas putih yang hanya kenal hitam
Kau adalah sebuah warna kecuali kelam
Kita selalu salah mengeja rasa
Dan cinta tak pernah tepat mempertemukan kita
Jika sal mempertanyakan tentang kisah paling romantis di Tanah Surga
Maka aku pun bertanya
Dapatkah aku menyatu denganmu seperti Adam dan Ibu Hawa
atau sodom melebur gomoras?
Sebab di pelataranmu yang megah
Aku hanya rintik gerimis yang tak berharga
Maka adakah bisa kau dan kau menjelma kita
Atau aku harus jadi isak
Yang di bakar oleh bapak
Agar Yang Maha Semesta Merestui bahagia jadi akhir kita kelak
Kau dan aku bertemu
hanya sebatas alam biru
Menjadi awan putih yang menggebu
Turun sebagai pelebur debu
Membawa kenangan sendu
Saat kita membumi, manusia merayakan rindu
Hal paling romantis antara kau dan aku adalah kita saling meniadakan kita yang dulu
Aku dan kamu mati, musnah berlalu
5 notes · View notes
kesetaladin · 4 years ago
Text
Mengeja sendu diatara titik hujan yang jatuh membasahi bumi. Tuhan, Engkau lah segala tempat ku berlabuh, mengajukan segala harap dan yang memahami segala kegelisahan ini.
_Keset
5 notes · View notes
kiassemesta · 4 years ago
Text
Tumblr media
Merindu dekat denganMu, mengeja sendu, membayar rindu
Menghilang titik hitam pekat, yang ada diantara sekat~
7 notes · View notes
tatizi · 4 years ago
Text
Nur-un Tahta Nur-in 10 - “Makmum”
Lagi-lagi malam.
Kegelapan yang riuh dengan purnamanya.
Penawar rasa, di tengah ringkihnya harapan.
Menatapmu dari sudut pintu adalah kebiasaanku.
Melemparkan tangis rindu yang aku pendam semenjak kemaren.
Turut menginap bersama malam-malamku.
Terlebih kemaren sore
Ia ikut hanyut berjatuhan bersama derasnya rintik hujan.
Bukan hanya pipiku yang basah, tapi juga peraduanku.
Barangkali kau terheran
Kenapa pada setiap palinganku terselip tatapan ke arahmu.
Ketahuilah, sayang. Rasaku mengendalikan emosi tingkahku.
Aku tak tahu kapan terakhir kali kita bicara.
Antar aku dan kamu.
Aku rasa tak pernah.
Satu-satunya cara untuk kita saling berbicara adalah ketika berjamaah.
Disitu aku imamnya, dan kamu ikut hadir sebagai makmumnya.
Aku membacakan al-fatihah. Kamu mengaminkannya.
Satu-satunya cara yang paling syarat untuk kita saling bertukar kata.
Meski terkadang teriring jua engkau ikut mengaminkan.
Dalam setiap titihan doaku di selepas salat.
Ketika tersebut namamu di setiap ucapnya.
Andaikata dalam setiap rakaat salat itu ada jeda untuk sedikit berimprovisasi.
Selepas pembacaan surat terdapat siratan harapan yang boleh terucap.
Aku ingin melantunkan bait-bait puisi dalam setiap lepas ucapan amin.
Tepat sebelum kita bersama-sama untuk membungkukkan badan.
Andaikata aku sanggup mengucap salam padamu selepas salat.
Persis setelah aku menolehkan kepalaku tanda salat telah usai.
Akan aku lantunkan bait-bait doa, memohon agar kita bisa bersama.
Kita berjarak.
Ada berbaris-baris shaf rapat di belakangku yang harus aku tembus.
Daun pintu yang senantiasa tertutup rapat.
Bilah kaca yang tak pernah pecah.
Lantas bagaimana bisa kau aminkan apa yang aku harapkan tentangmu?
Berdoa pada tuhan agar aku dan kamu tak tersesat.
Kamu mengaminkan dengan keras.
Itu saja, hanya itu yang kamu dengar.
Bukan bait doa yang lain.
Bait yang terucap, sedang namamu tersisip di sebaliknya.
Menuai harap, terbesit cemas.
Sampai kapan kita akan saling berdiam.
Membisu tanpa kata.
Tak sedikitpun saling mengeja.
Aku sebenarnya sudah lelah.
Tapi tak kuasa aku mengirimkan sajak pada kedua binar matamu.
Yang senantiasa menghiasi pandangku hingga mimpi menjemputku.
Menantikanmu untuk hadir sebelum kedatanganku adalah impianku.
Harapan yang aku ucap setiap aku melangkahkan kaki.
Beri aku sedikit ruang. Sayang.
Sebelum kepergian datang menghadang.
Akan aku tuliskan segala tentangmu.
Tentang makmum yang setia menemaniku.
Meski sesekali menghilang bak abu tertiup angin yang menderu.
Kamu tak sedikitpun tersadar.
Ketika aku berbalik meluruskan barisan.
Dan kamu masih tersibukkan menata barisan dalam ketenangan.
Aku di sini sedikit gelisah.
Melihat parasmu yang tak terjamah oleh mata.
Menghitam, sejenak sebelum aku berbalik dan mengangkat tangan.
Aku tau kamu mendengar.
Setiap gema takbir yang aku gaungkan.
Tapi tak sanggup kamu mendengar.
Setiap panggilan yang turut serta dengannya.
Nur-un tahta nur-in.
Cahaya di bawah cahaya.
Langgam bacaan suratku.
Guncangan pelupa hafalanku.
Nur-un Tahta Nur-in.
Dawai penggetar vibraku.
Penghantar gemulainya retorikaku.
Tetaplah tertunduk sendu.
Melamuun seakan tak pernah mengenaliku.
Agar aku setia merampas pandangmu.
Nur-un Tahta nur-in.
Menyalalah engkau.
Dalam setiap amin yang kita ucapkan bersama-sama.
Lamongan, 1 November 2020 M
2 notes · View notes
pemudaber-aksara · 5 years ago
Text
Ketika embun pekat mengabu, tak kudapati lg artimu. Sepasang bola mata sudah memati suri. Kian hati yg mengeja duniawi dan mulut mengikat janji.
Terpenjarakan sendu di setiap sudut-sudut tepi yg sunyi. Sehat sehat negeriku, baik baik rakyat yg meneduh.
Tak ada mawar yg tak berduri, tiada Hulu yg tak berhilir.
- Gubahan.K
2 notes · View notes
shr-ins · 5 years ago
Text
Aku pernah menulismu, beberapa kali. Mengeja namamu, di dalam ilusi.
Bahwasanya aku tahu, kamu hanya sebuah mimpi di kepala anak kecil sepertiku.
Lelah, pada tiap masa dimana aku harus selalu mengingatmu. Yang padahal, kamu sendiri belum tentu mau mengingatku.
Banyak kejadian yang berlalu, mimpi tetap lah mimpi. Kamu hanya lelaki yang sukar digapai oleh aku si pemilik hati.
Wajahmu sendu, diputar berkali-kali di dalam kepalaku.
Bahwasanya sajak ini untukmu, tapi hati ini tak bisa diberikan seutuhnya untukmu.
Karena aku hanya jatuh pada raga yang ingin aku tulis. Bukan dengan raga yang ingin aku peluk seutuhnya.
1 note · View note