#memasakkue
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mau ceritaaa #pt2
Siang tadi aku mager banget ke luar kosan buat cari lauk makan. Mau gofood, shoopefood pun ngga dulu deh. Alhasil aku memutuskan untuk memasak nasi goreng pakai nasi sisa semalam yang masih lumayan banyak. Alhamdulillahnya, aku ada sisa telor satu biji, jadi bisa aku masak sekalian bersama nasi goreng.
Terusssss, aku tuh lupa kalau aku belum patungan gas sama anak-anak kosan lainnya. Padahal bahan-bahan nasi goreng udah siap aku masak. Akhirnya, aku tetap lanjut masak, biar nanti aku langsung chat anak kosan yang lain.
Amannnn hahahaha.
Memakan nasi goreng yang keasinan sambil nonton podcast nya Raditya Dika. Btw, nasi goreng yang aku bikin sedikit keasinan tcuyyyy. Affakah skill memasakku menurun karena aku jarang memasak? hmmm.
- 4 Oktober 2024
7 notes
·
View notes
Text
202303
Oke, Maret.
Kayaknya bulan ini, aku menyumbang lebih banyak mengahabiskan waktuku di luar kamar. Bulan ini aku lebih sibuk ke sana ke sini ngurus ini itu. Waktuku di jalan lebih lama dari biasanya.
Bulan ini aku banyak bertemu orang-orang lama. Seperti aku sempat bertemu senior organisasiku ketika aku pulang dari kampus, aku juga bertemu pegawai kantor tempat aku pkl dulu, dan aku bisa ke sekolahku dulu di bulan ini.
Bulan ini rasanya sibuk dan capek. Tapi itu karena banyak hal baru yang aku lakukan di bulan ini. Memang capek, tapi tidak berat. Rasanya bilang, “oke, nggak papa” di bulan ini tuh lebih ringan. Bukan karena pasrah, tapi aku tahu salahku dimana.
O Iya, maret tahun ini puasa. Skill memasakku meningkat hehe. Aku lebih banyak di rumah. Banyak pekerjaan rumah yang aku lakukan, tapi aku tak merasakan beban. Justru kadang aku sedikit kecewa kalau apa yang biasanya aku lakukan, harus digantikan orang lain. Dan ketika aku bisa menyelesaikan semuanya sendirian, ada rasa bangga, meskipun aku sendiri yang merayakannya.
Meski bulan ini aku lebih banyak jalan kaki, tetap 8,5/10 untuk bulan ini. Aku banyak mendapatkan apa yang aku harapkan. Sisanya karena aku belum mencapai target di bulan ini.
Terima kasih di bulan ini tidak banyak ngeluh, kita simpan lagi rasa capeknya. Nanti kalau sudah selasai, ambil istirahat sebanyak-banyaknya tak apa.
Oke, sampai bertemu di april. Ditegapkan lagi pundaknya, dikuatkan lagi kakinya. Kita, belum selesai.
7 notes
·
View notes
Text
That's Life.
Some of my friends, mereka cool banget! Gaya hidup dan style kekinian serta sangat menggambarkan masyarakat urban modern. Kadang, aku merasa takjub, wow bangga banget aku tuh kenal dan dikenal sama mereka. Dengan pekerjaan keren yang dulu jadi impian masa mudaku, sepertinya itu jenis kehidupan yang dulu aku idam-idamkan. Tapi, here I am, hidup di kecamatan, untuk ke kota terdekat butuh waktu 4 jam perjalanan yang cukup melelahkan. Ngomong-ngomong nih ya, aku gak lagi komplen tentang kehidupan, tapi bakal bahas betapa tidak semua impian pada akhirnya akan cocok dengan diri kita.
Lanjut ya. Aku bukannya tak pernah tak mencicipi pahit manis kehidupan bekerja di kota besar. Dengan style keren, kehidupan urban modern dengan segala macam hiburan di setiap sudut kota selalu ada untuk kamu yang berduit. Lalu apa iya ini lantas jadi kehidupan yang aku inginkan? Ternyata tidak, cukup 1-2 tahun aku menyerah dan berpikir, ini kayaknya bukan jenis kehidupan untukku. Dengan segala stres dan tekanan yang sulit aku toleransi, aku mulai mengubah pola pikirku. Aku sadar, slow pace adalah impianku. Lalu aku mulai migrasi kembali ke daerah yang jauh lebih sepi dengan konsep jauh dari fast pace.
Lalu apakah aku kini bosan? Ternyata, hampir 4 tahun di daerah kecamatan tak berasa buatku dibandingkan 2 tahun di kota yang terasa amat sangat lama buatku. Dan benarlah dugaanku, bahwa aku lebih ke orang yang cocok tinggal di daerah, atau kalau mau bilang kampung bisa juga. Tak masalah buatku jika hanya sebulan atau dua bulan sekali baru ke kota, itupun aku tak mau berlama-lama. Aku cenderung merasa anxiety jika harus terlalu lama meninggalkan rumah dan kucingku. Dan jujur, aku tak begitu merindukan segala jenis hiburan kota. Mungkin, karena sekarang udah ada internet, aku gak bakal khawatir FOMO juga kali ya. Lagian, mau nonton apapun sekarang bisa lewat streaming. Terus, pengen makan sesuatu yang cuma ada di kota? Misal, pizza atau lasagna. Nah, aku bisa atasi dengan bikin sendiri, ini juga bantu meningkatkan skill memasakku. Untuk bahan-bahan anehnya biasanya aku order online atau beli ketika berkunjung ke kota. Semudah itu darling!
Beruntung juga aku punya suami yang punya pola pikir yang sama denganku, jadi aku merasa lebih mudah menjalani kehidupan yang kami punya saat ini. Hiburan yang bisa kami nikmati di sini, bisa dikatakan sederhana. Membaca, menonton film streaming, memasak, berkebun, jalan-jalan pagi di taman hingga sekedar bermain badminton di halaman rumah. Dan itu membuat hidup terasa lebih bisa dinikmati tanpa harus stres berlebihan karena hal-hal yang tak bisa kita kontrol, seperti macet di jalanan, desak-desakan di commuter line, atau menghadapi orang menyebalkan khas masyarakat kota (iykyk).
Namun teman, pada akhirnya that's life. Kehidupan yang aku jalani belum tentu cocok untukmu, seperti kehidupan kota yang tak begitu cocok untukku. Namun, kita harus memilih apa yang paling diinginkan hati saat rasanya mental sedang berjuang untuk selalu waras. Dan, tak ada yang tahu jika belum mencoba. Selamat menikmati kehidupan :)
2 notes
·
View notes
Text
Kemampuan Memasak
"Belum tidur?"
Suara serak penuh kantuk menyeruak, menghangatkan hatiku.
"Belum," Aku menjawab sembari tersenyum.
"Mau dibuatkan teh hangat?"
"Kalau tidak keberatan,"
"Kalau aku bikin bolu pisang, gimana? Atau mau ku buatkan mie kuah saja?" Tawarnya.
"Itu dua makanan yang bikinnya ribet semua kan, ya? Kamu gak papa? Nanti kamu buatnya sambil tidur itu."
"Haha. Kantukku menguap melihat kamu masih begadang jam segini"
Dia menjawab sembari berjalan ke arah dapur.
Hatiku kembali riang mendengar jawaban itu.
Dua tahun lalu ketika aku memintanya untuk menjadi istriku ada beberapa percakapan yang membuatku gemas. Salah satunya percakapan kami tentang kemampuan memasak. Dia membuka obrolan dengan kalimat pengakuan. 'Aku tidak pandai memasak. Skill memasakku hanya cukup di memasak untuk mempertahankan hidup. Kamu tidak apa menikahi perempuan tidak pintar memasak.'
Aku ingat betul tanggapanku mengenai hal itu, memutar bola mata tanda hal itu tidak penting. Kemudian menjawab, 'Tenang saja. Aku menikahi kamu bukan untuk mengadakan training masak untuk ikut master chef, kok.' Dia terbahak mendengar tanggapanku.
Nyatanya sederet kalimatnya itu penuh tipu. Seminggu setelah kami resmi pindah ke rumah kami pasca menikah, dia membuatku terkejut hampir setiap hari. Meja makan kami tidak pernah sepi. Sarapan kami setiap pagi selalu bervariasi. Mulai dari nasi goreng yang kata dia bikinnya cepat sampai bubur ayam yang menurutku ribet sekali membuatnya meramaikan meja makan. Belum nanti malam, apapun yang aku ingin makan di makan malam selalu berhasil dia sajikan. Lalu aneka cemilan yang selalu berganti setiap hari; bolu pisang, biskuit yang terbuat dari oatmeal dan apalah itu, bala-bala kuah, dan apa pun yang aku bahkan tidak mampu mengingat namanya satu per satu. Menakjubkannya lagi semuanya enak. Bukan karena ini masakan istriku. Seriusan masakannya enak.
"Kamu sedang punya program membuatku gendut, ya." Aku melipir ke dapur. Memastikan istriku baik-baik saja. Haha.
Dia tersenyum jahil menanggapi ucapanku.
"Seriusan?"
"Jangan lebay, deh. Lupa kalau tiap pagi workout kamu lebih keras dari makanan yang ku buat?"
5 notes
·
View notes
Text
Cah Tiga T
Oleh Juru Masak Partikelir Sahabat Juru Masak Partikelir, semoga minggu ini menu makan kalian menyenangkan ya. Pekan ini aku memutuskan membuat sajian chinese food untuk menu makan siang keluargaku yang terdiri dari aku, istri dan anakku. Nah, kalau lauk untuk makan siang atau makan malammu itu-itu saja, boleh dong dicoba resep yang berasal dari pengalaman memasakku pekan ini. Siapa tahu kalian…
0 notes
Text
Hari Minggu ini aku lalui dengan sarapan nasi goreng kecap. Sarapan dengan nasi goreng mengingatkanku pada kejadian saat di KKN. Apabila dari kami menghadiri hajatan atau pengajian pulang-pulang pasti akan membawa berkat. Kami yang sudah di beri makan saat di rumah sang punya hajat tentu saja tidak makan lagi ketika sampai di posko kecuali jajanan ringan. Nasi yang diperoleh cukup banyak dan akan mubazir jika dibiarkan saja. Maka untuk memanfaatkan banyaknya nasi, besok pagi kami harus mengolah nasi tersebut menjadi nasi goreng. Memang simpel memasak nasi goreng tetapi ketika kami menggunakan bumbu manual alisan meracik sendiri mengupas bawang kemudian mengulekknya adalah ujian. Aku paling malas disuruh kopek bawang dan mengeluk. Tetapi aku juga akan lebih ragu lagi ketika disuruh memasaknya. Kemampuan memasakku dibawah standar jadi aku harus iklhas hati untuk melakukan dua hal yang kubenci. 4 June 2023
0 notes
Text
Hari Ketiga
Pukul lima lebih sepuluh di pagi hari. Tak biasanya aku mengetikkan sederet catatan belanja dan bergegas mengirimkannya ke ponsel suamiku. "Aku ingin buat bothok daging," ucapku semangat. Padahal waktu terus berputar. Dua jam lagi harusnya aku sudah sampai di kantor.
Dengan penuh keyakinan bahwa waktunya cukup, aku mandi. Suamiku bersiap belanja di tukang sayur perumahan. Pukul enam kurang sepuluh menit, barulah suamiku datang. Aku yang sedang mengupas bawang, bergegas mencuci dan memotong daging hasil belanja.
Tak ada perasaan gugup dalam diriku. Ya, karena hari ini suasana kampus tak se-formal biasanya. Wajib berpakaian adat, katanya. Aku yang sejak semalam sudah coba mix and match kebaya pun akhirnya santai. Hingga pukul enam kurang lima belas. Dan aku masih memotong-motong wortel untuk kujadikan oseng. Aduh, aku tersenyum kecut pada diriku.
Aku merasa tak punya beban jika datang sedikit telat pagi ini. Tapi, jantungku mulai berdegup cukup kencang saat melihat hasil sebar gambar pakaian adat yang dikenakan orang-orang di grup kantorku. Sungguh totalitas. Sedangkan aku? Jadi wanita Bali, kataku sejak semalam. Tapi mana ada jegeg Bali yang berhijab?
Aduh pikiranku mulai tak karuan. Kegiatan memasakku jadi sedikit hilang fokus. Ditambah suara si kecil yang terbangun menangis minta gendong. Dan akhirnya aku telat datang. Tujuh lima belas aku belum juga datang. Rasanya motivasi berangkat langsung terjun bebas. "Aku tak ingin berangkat", kataku mantap.
Meski demikian, tanganku masih sibuk menyiapkan bekal anak dan suami. Hal-hal yang sebenarnya bisa di delegasikan. Pun biasanya suamiku akan menghentikanku dan menyuruhku berangkat. Tapi kali ini tidak. Sepertinya dia pun kewalahan.
Pukul tujuh dua puluh lima. Semuanya selesai. Aku yang sempat mondar mandir dua menit pun memutuskan untuk berangkat. Apapun konsekuensinya. Lalu, di atas motor aku merenung. Apa benar tidak apa-apa?
Pukul tujuh tiga puluh satu. Ah, sial. Presensiku telat satu menit. Aku lupa bahwa masih harus presensi manual. Tapi sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Selamat makan. Selamat datang konsekuensi. Kan kupeluk erat semuanya.
Aku melajukan motor hingga ke lapangan. Jelas saja tak ada orang di parkiran. Hanya tersisa dua satpam yang menjaga kendaraan. Dengan setitik rasa gugup aku berjalan. Dari arah kanan, datanglah ibu-ibu berpakaian adat minang yang telat datang. Segera kususul langkahnya. Saat itu kulihat lautan manusia berjejer di lapangan hijau. Disaat yang sama, kami mendengar, "Dimohon peserta upacara untuk merapikan barisan karena upacara akan segera dilaksanakan."
Aku tercekat sepersekian detik. Perasaan lega yang besar mungkin nampak di mataku yang berbinar. Ah, memang ridho pasangan itu manis sekali.
1 note
·
View note
Text
Momok Berumah Tangga
Alhamdulillah hampir tiga bulan menjalani peran baru sebagai seorang isteri. Tentu saja, banyak sekali episode baru setiap harinya yang membuat hari-hariku semakin berwarna. Sejak awal menikah, kami sudah komitmen untuk tinggal sendiri, berpisah dari orang tua. Wah, ini menjadi tantangan untukku pribadi. Bagaimana caranya bisa menjalani kehidupan berumah tangga yang sebelumnya tak pernah kubayangkan akan ada di depan mata? Meskipun sebelumnya aku sudah menyicil sedikit demi sedikit mempersiapkan diri, t-tapi banyak yang bilang, realitanya tak seindah yang dibayangkan. Jadi, harus benar-benar menguatkan mental.
Momok yang paling menakutkan buatku dalam kehidupan baru ini adalah: me-ma-sak. Ya! Dari sekian banya to-do-list seorang isteri, masak adalah hal yang amat krusial. Pasalnya, ketika sebelum menikah aku bisa dikatakan tidak ada minat memasak, baik masak lauk-pauk ataupun dunia per-baking-an. Tentu saja ada sebabnya.
Ketidak-minatanku ini bermula dari, tiap kali aku mencoba mengumpulkan niat untuk membantu mama memasak di dapur, ada saja kecerobohan yang aku lakukan. Dari mulai mengiris bawang yang ketebalan, terigu yang luber kemana-mana, minyak yang menyiprat ke tangan, tangan yang tidak sengaja tersayat, dan lain sebagainya. Sebenarnya, itu wajar dan lumrah dialami bagi orang yang jarang terjun ke dapur. Tapi, tiap aku melakukan kesalahan, aku merasa gagal. “Masa gini aja nggak bisa sih?” umpatku pada diri sendiri. Tidak bermaksud menyusahkan, mama akhirnya menyuruhku mengerjakan pekerjaan lain yang resikonya rendah, yaitu: ngulek sambal. Okelah, aku setuju. Lagi-lagi, terkadang aku juga ceroboh. Sudah menjadi kewajiban bagi mama untuk mengingatkan, agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Tapi kadang, aku merasa teguran mama sebagai tamparan yang sakitnya sampai ke ulu hati wkwkwk. Kalau kondisi mood-ku saat itu sedang tidak baik-baik saja, maka aku akan marah dan meninggalkan begitu saja pekerjaan yang mama tugaskan. Berlari ke kamar dan menangis. Iya, aku se-baper itu! Hahaha. Kejadian itu nggak cuma sekali-dua kali, tapi berkali-kali. Akhirnya, dari pada aku nggak bisa kontrol emosi tiap dikritik mama, aku putuskan untuk meminimalisir inisiatif untuk bantu mama masak. Mending aku ngerjain pekerjaan lain aja, seperti nyapu, ngepel, nyuci atau nyetrika. Pokoknya kalau mama nggak minta bantuan, aku nggak akan sok-ngide pergi ke dapur.
Sampai akhirnya, menjelang hari H pernikahan, karena sudah tahu akan tinggal berdua aja sama suami nantinya, aku berusaha sekuat tenaga untuk mau memasak. Kebetulan, aku juga baru masuk kantor, jadi sambil belajar, aku menyiapkan bekal dengan masakanku sendiri. Tentu saja dengan catatan: aku nggak mau dibantu mama. Hehe. Mau gimana pun rasanya, ya aku nikmatin aja prosesnya. Dan ternyata, itulah cara terbaik buatku supaya nggak fobia masak. Dengan liat resep dari google, youtube, dan media lainnya alhamdulillah sedikit demi sedikit aku mulai berminat masak masakan yang mudah untuk pemula kayak aku.
Sekarang, meskipun tiap masak masih harus nontonin video tutorialnya berulang-ulang, aku sudah mulai percaya diri untuk belajar. PR-ku tentu saja masih banyak. Salah satunya, gimana caranya masak nggak lama. Karena jujur aja, sampai sekarang suami masih suka komentar karena aku kelamaan di dapur, padahal cuma goreng tempe aja. Wkwk. Part paling susah saat memasak buat aku adalah kupas kulit duo bawang. Terutama bawang merah! Jujur aja, itu yang menghambat kecepatan memasak aku. Solusinya, aku beli bamer-baput yang udah kupasan aja biar menghemat waktu. Haha. Nggak papa deh harganya lebih mahal dikit, yang penting semangat memasakku jangan sampai kendur.
Dulu, aku pikir, ngapain repot-repot masak, kan bisa beli. Tapi, kalau dihitung-hitung, masak sendiri bisa menghemat pengeluaran keluarga, aku pun bisa menjelajah lebih luas dunia baru ini. Dan tentunyaa lebih disayang suami karena rajin masak haha. Meskipun rasa masakanku masih fluktuatif, kadang keasinan, hambar, kurang ini, kurang itu, tapi ya dinikmatin aja. Apalagi suami bukan tipe picky eater, asal jangan terlalu pedas, dia lahap-lahap aja. Alhamdulillah.
Yah, inilah episode baru kehidupan berumah tangga versi aku. Banyak banget hal yang harus dipelajari dan dihadapi setiap harinya. Bismillah, kalau semuanya diniatkan lillah, insyaAllah segala capek, lelah, kesal, sedih, senang yang dialami akan bernilai ibadah. Doakan yaa semoga keluarga kami senantiasa dinaungi sakinah, mawaddah wa rahmah. Aammiin.
23 notes
·
View notes
Text
Renungan Pagi
Kali ini mungkin ngga akan begitu puitis dan sangat apa adanya. (emang biasanya puitis banget gitu? pd amat haha)
Pagi ini, alhamdulillah masih diberi kesempatan melihat terbitnya matahari dari ufuk timur lewat jendela kamar. Sangat bersyukur rasanya punya kamar di lantai 2 dengan jendela menghadap timur, sehingga dapat melihat pemandangan mentari yang diam-diam memancarkan semburatnya. Pagi ini, langit tidak mendung. Sekalipun hari kemarin diguyur hujan yang lebat.
Kita di hari ini, rupanya tak seperti hari-hari lainnya.
Orang-orang banyak memilih di rumah, karena memang sebuah anjuran. Yang biasanya berbondong-bondong pergi ke mall, kali ini mereka hanya berdiam diri di rumah. Bagiku yang saat ini berubah menjadi seseorang introvert, ada sedikit rasa senang yang diam-diam tumbuh. Aku yang sekarang lebih senang di rumah, senang sekali melihat orang berlomba-lomba membuat kegiatannya sendiri di rumah, aku tak perlu gelisah melihat setiap update story teman-temanku yang pergi ke sana ke mari ke mall, ke luar kota, atau bahkan luar negeri.
Kali ini, ketika orang-orang mulai rajin memasak dan update an penuh akan bagaimana cara memasak dan step-stepnya, aku juga bahagia. Tak perlu resah ingin ke sana ingin ke sini melihat mereka yang makan di luar dengan menu serba wah. Aku, merasa terbantu dengannya karena semangat memasakku pun muncul kembali. Ada berbagai macam inspirasi menu makanan yang bisa kucoba, sekalipun tak semuanya mampu ku lakukan dan ya, aku tak bisa menirunya membuat update story yang memvideokan bagaimana cara memasaknya. Aku hanya takut, tanganku yang seringkali ringkih tiba-tiba menjatuhkan telpon selulerku ke dalam panci. Sungguh, aku tak lihai dalam dunia update story.
Dan sekarang mereka berlomba-lomba untuk hidup berhemat dan menyederhanakan hidup.
Aku juga ikut bahagia, di musim menikah seperti ini, teman-temanku hanya mengadakan acara sederhana dan dekor yang cukup untuk membuat acara pernikahan mereka terlihat sangat sakral. Mereka sepertinya tak perlu khawatir akan orang-orang yang mengomentari bagaimana cateringnya, bagaimana make up nya, bagaimana bajunya, bagaimana dekornya, bagaimana souvenirnya, dan bagaimana-bagaimana lainnya. Bahkan mereka lebih memilih menikah di KUA dan menutupi make up nya dengan masker. Entah, aku harus bersyukur atau bagaimana, namun semua ini seperti kembali kepada hakikatnya. Yaitu, ikatan pernikahan yang tidak diukur dengan mewahnya sebuah perhelatan resepsi. Karena menikah yang penting adalah niat dan kesungguhannya, serta bagaimana kehidupan setelahnya. Bukan seberapa mampu kita mengadakan acaranya. Aku sangat bahagia melihat mereka tersenyum sumringah, do’a tulusku mengiringi untuk mereka semua semoga diberikan kehidupan pernikahan yang membahagiakan.
Ya, kita semua sedang bersama-sama saling menjaga kesehatan.
Tak begitu sulit saat ini meminta semua orang memakai masker dan mencuci tangan. Kalau saja diingat, sebelum datangnya hal ini, betapa sulit sekali rasanya aku mengingatkan, bahkan keluargaku sendiri, untuk memakai masker ketika bepergian, terutama menggunakan motor. Sulit sekali meminta mereka untuk mencuci tangan sebelum makan dan setelah pergi dari luar. Begitu pun kita yang terkadang masih lalai. Sekarang? Semua orang menjadi parno melihat orang tidak memakai masker, mendengar suara batuk saja sudah ketakutan.
Orang-orang menjadi sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan orang lain. Bukankah seharusnya memang seperti itu?
Semua juga berlomba-lomba mengisi media sosial dengan kebaikan-kebaikan, tak begitu susah mencari tempat untuk menyalurkan bantuan. Orang beramai-ramai mengadakan penggalangan dana. Kita sama-sama berdo’a, semoga dana tersebut jatuh kepada pihak atau orang yang tepat dan dapat membantu negara ini menghadapi pandemi yang tak tahu kapan berakhirnya.
Positifnya, orang menjadi mudah tergerak untuk bersedekah dan mengeluarkan uangnya untuk kebaikan.
Namun, ya seperti yang kita ketahui sendiri. Kondisi ini telah memakan korban yang bisa dikatakan tak sedikit. Turut berbela sungkawa kepada korban dan keluarga korban atas pandemi ini, semoga diberikan tempat terbaik oleh-Nya dan diberi kesabaran lebih untuk menghadapi situasi sekarang ini. Sangat berduka cita sedalam-dalamnya pula untuk sejawat saya yang gugur dalam pengabdiannya menjaga bangsa ini, sungguh jasamu begitu mulia dan tak terbalaskan. Semoga Ia memberikan balasan yang setimpal atas keikhlasanmu selama ini bertugas.
Aku juga menjadi sedih melihat banyak orang yang kehilangan pekerjaan serta penghasilannya. Ekonomi begitu melemah. Harga bahan pokok dan makanan melambung tinggi. Mengingat juga sudah tinggal beberapa hari menuju ramadhan, yang identik dengan kenaikan harga.
Terkadang, ada pertanyaan dalam diriku. Aku harus apa untuk membuat semua ini baik-baik saja? Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu keadaan ini?
Untuk saat ini, baiknya kita sama-sama berdo’a, semoga Allah mendengarkan do’a kecil dari hamba-hamba-Nya yang sama sekali tak hebat ini, semoga bumi kami akan membaik dan menjadi baik-baik saja. Semoga apa yang telah Engkau takdirkan ini dapat menjadikan kami para penduduk bumi semakin taat dan percaya akan kekuasaan-Mu.
Dan sungguh kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar,
Al-Baqarah : 155
Semoga Allah melindungi kita semua.
67 notes
·
View notes
Text
Ramadan Hari Kedua
Hari ini aku bangun pukul 3 pagi. Aku bangun sebelum alarm ponselku berbunyi. Aku langsung mengambil sebungkus tempe di kulkas dan memotongnya kotak-kotak.
Sudah sejak kemarin aku ingin memasak saat sahur, walaupun aku tak begitu yakin dengan hasilnya. Kawanku, Ami minta dibangunkan juga. Ia bilang ia juga ingin memasak.
"Gini-gini, aku pinter masak lho, Nas," selorohnya.
Aku terkekeh. Aku saja tak yakin diriku benar-benar bisa memasak.
Tapi, dengan bekal nekat, aku membuka resep di google agar cara memasakku tak salah. Aku pun menggoreng tempe yang kupotong dadu hingga lumayan kering. Setelah itu baru kutumis bumbu-bumbu yang sudah dirajangi Ami dan memasukkan tempe-tempe yang sudah digoreng barusan. Aku juga memasukkan kecap dan garam di dalamnya supaya rasanya menjadi gurih dan pas.
Beberapa saat kemudian, oseng tempe yang kumasak pun matang. Selanjutnya, aku menggoreng telur dadar untuk lauknya. Setelah itu, barulah aku dan ketiga kawanku di kos makan sahur bersama.
Seharian ini aku banyak goleran dan goleran. Barulah sorenya aku dan Farah keluar untuk mencari takjil. Sedang Cika dan Acik tetap di kosan untuk memasak sop untuk menu makan malam.
Jadi, ada baiknya juga aku puasa di tanah rantau tahun ini. Aku jadi bisa masak oseng tempe. hehehehhe
1 note
·
View note
Text
2019
Wah 2020, cepet banget ya rasanya. Tau-tau udah Maret aja. Udah ngapain aja tahun ini? Resolusi hidup gimana? Udah ada yg berprogres belum? Haha
Jujur tahun ini aku gak bikin resolusi apa2. Belum. Belum sempet. Belum kepikiran.
Meski agak telat, aku mau trowback dulu apa yg terjadi di 2019. Kalau diinget, tahun 2019 banyak sekali yg terjadi sama aku.
Awal tahun 2019, pernah hampir resign dan memutuskan buat pindah dari Bandung ke Jakarta. Akhirnya? Gajadi hehe. Karena ngebayangin ninggalin Bandung dan ninggalin temen-temen di kantor tuh sedih banget. Sampe gak bisa tidur. Rasanya, ingin keluar mencari pengalaman baru, tapi gasiap kehilangan apa yg udah dipunya. Setelah diskusi cukup panjang dan hari-hari penuh kegalauan, akhirnya memutuskan untuk stay di Bandung aja. Karena merasa masih punya banyak sekali tanggungan di kantor, yg waktu itu team member aku mayoritas anak baru semua. Jadi, merasa gak bertanggung jawab aja kalau aku pergi. Aku gak nyangka, kalau mau resign tuh ternyata berat juga ya.
Terus di awal tahun 2019 juga, pernah niat banget mau daftar S2. Rencananya pengen ambil KGSP di Korea. Udah niat ambil test inggris, translate semua dokumen, udah nanya2 harga kirim dokumen, terus ujung2nya.. gajadi juga. Aku lupa sih karena apa waktu itu. Kalau gak salah karena udah mepet dan gak kekejar buat kirim dokumennya. Kalau ini aku masih ingin, semoga bisa ya. Suatu saat nanti.
Di tahun ini, akhirnya bisa main voli lagi. Setelah 5 tahun gapernah main sama sekali. Rasanya seneng banget sampe dibela-belain ke Jakarta. Kebetulan tahun 2019 kumpul ia itbnya ada pertandingan voli. Dan senengnya masih diajakin buat main :”) Semoga ada kesempatan main lagi yaa.
Tahun ini aku merasa skill memasakku meningkat haha sombong. Setidaknya makanannya bisa aku makan sih. Jadi kalau pengen makan sesuatu, pengennya bukan beli, tapi nyoba masak makanannya haha.
Di tahun 2019, entah kenapa rasanya jadi gampang sensitif. Apakah ini efek penuaan? lol. Dikit-dikit gampang tersinggung sama orang, gampang pengen marah dan sedih. Jadi sering banget tuh di kantor aku menyendiri kerja di balkon. Karena gak pengen moodnya ke ganggu. Huhu kangen deh sama balkon kantor lama (kantornya udah pinda gedung sekarang).
Tahun 2019, pertama kali di rawat di rumah sakit. OMG gak kebayang banget. Aku yg takut banget di suntik, bisa-bisanya masuk rumah sakit terus diinfus. Demam tinggi 3 hari, terus udah dipaksa mama masuk UGD, masih kekeuh gamau karena gak mau di infus. Kumenyerah juga akhirnya di hari keempat. Huhu, ternyata sakit banget ya diinfus teh :( Tapi Alhamdilillah, jadi dikasih waktu buat istirahat. 3 minggu gak masuk kantor. Balik-balik dibilang kurusan haha. Aku sakitnya DB, terus trombositnya sempet turun banget. Terus udah takut karena hidungnya sempet berdarah gitu (tapi gak separah apa, cuma aku takut). Saat itu ngerasa tertampar banget, bener-bener nikmat sehat tuh harus disyukuri. Waktu sakit pun, aku juga jadi bersyukur ternyata banyak orang-orang baik di sekeliling aku yg peduli sama aku. Alhamdulillah.
Selain itu di tahun 2019, banyak sekali kabar bahagia dari temen-temen deket aku. Aku sendiripun pernah mencoba keluar dari zona nyaman, kenalan sama orang baru. Tapi ternyata aku anaknya sungguh introvert ya, jadi tidak berlanjut. Ternyata awkward sekali untuk mengobrol dengan orang yg benar2 baru, dan aku masih sibuk dg pekerjaan dan teman2, jadi belum terlalu berusaha untuk pertemanan yg baru yg lebih serius haha. Semoga tahun ini sudah berani ya.
Dan di tahun 2019, aku dapet kesempatan buat kerja di kantor aku yg di Singapore. Siapa sangka ya, dari mau pindah kerja ke Jakarta, malah pindahnya ke Singapore. Awalnya aku cukup excited sekaligus takut. Karena projectnya aku gak pernah handle waitu di Bandung, ditambah lagi harus kerja langsung sama boss. Dimana boss aku kadang menyeramkan sekali.
Doaku, semoga 2020 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Menjadi pribadi yg lebih kuat dan tidak mudah menyerah.
3 notes
·
View notes
Text
Aku baru sempat bercerita lagi di Tumblr. Karena malam ini waktuku sudah lengang, jadi aku mau menceritakan kegiatan yang dilakukan di Minggu pagi bersama temanku Ririn.
Pagi-pagi Ririn mengajakku ke warung dekat kosan untuk membeli bahan masakan yang akan kami masak di dapur kosan.
Kami berdua memutuskan untuk membeli sayur sop, tulang ayam, jagung yang nantinya akan dimasak menjadi bakwan jagung, serta bahan persambelan.
Kami berdua membagi tugas, aku yang memasak sop ayam, lalu Ririn yang akan memasak bakwan jagung.
Sembari memasak, aku lihat penjual jajanan jagung yang melewati depan kosan. Aku lupa nama jajanannya apa, jagungnya dicampur dengan ampas dan gula. Rasanya gurih dan manis.
Aku cuma beli 5 ribu dan lumayan banyak.
Setelah semua masakan matang, aku dan Ririn langsung memakannya dengan khidmat.
Aku kira, skill memasakku akan hilang karena semenjak emak abahku berpulang, aku sudah jarang memasak lagi hahahaha.
- 23 Juli 2024
5 notes
·
View notes
Text
"ODP CORONA DI DEKAT RUMAHKU"
Pagi Hari Kamis, tanggal 2 April 2020 aku terbangun dari tidurku. Ah ya aku teringat aku harus menyetok kentang goreng dan membuat kue pie. Lalu kupersiapkan semuanya. Aku memulai dengan mengupas kentang, merebusnya, merendamnya dengan air es dan menaburkan tepung maizena ke kentangku. Setelah itu, aku menaburkan garam dan dimasukkan ke freezer. Setelah menyetok kentang goreng crispy, lalu aku membuat pie. Ketika sedang membuat pie, aku mendapat kabar oleh orang tuaku, bahwa dekat rumahku di RT 05 tepatnya di perkomplekan (cluster) terdapat ODP (orang dalam pengawasan) corona 2 orang. Seketika orang tuaku langsung memberikan pengarahan kepadaku, agar selalu jaga kebersihan, tidak keluar kalau benar-benar tidak berkepentingan. Seluruh keluargaku diberi tahu, supaya benar-benar hati-hati. Virus ini tidak boleh dianggap remeh. Itulah keluargaku, yang sangat mematuhi aturan.
Beberapa menit kemudian, diberitakan ada seorang yang meninggal di RW ku. Ia saudara jauh orang tuaku. Karena pengumuman ODP tersebut, orang tuaku yang tidak pernah absen nyelawat kepada tetangga, mau tidak mau harus menghindari berkumpulnya orang banyak;( itu terpaksa. Bukan karena orang tuaku tidak mau, itu peraturan yang harus ditepati. Karena semakin kita tidak mematuhi aturan, semakin banyak penyebarannya. Aku sangat apresiasi kepada orang tuaku.
Aku mengecek hp, itu tepat jam 12.00 WIB dan ternyata grup di whatsapp mengenai mata kuliahku sangat numpuk. Aku buka perlahan-lahan, banyak sekali tugas yang aku belum kerjakan😭 tugasku: meresume kelas onlineku kemarin mata kuliah tafsir, mengerjakan tugas akuntansi yang banyak sekaliii;( oh yaaaa huuuuu aku lupaaa kalau hari ini harus membuat catatan harian pada mata kuliah PKN. Aku pusing rasanya kepala ini ingin meledak, bingung harus memulai dari mana, ah yaaa mengapa tidak membuat cerita tentang memasakku dan ODP tersebut? oke kalau kalian membaca catatan harianku berarti aku sudah membuatnya kegiatanku hari ini, mungkin setelah ini aku akan melakukan tugas lain dan guys cucianku sudah menumpuk, waktunya aku mengerjakan pekerjaan rumahku. Yipiiiiiii selesai sudah catatanku hari ini🥰
2 notes
·
View notes
Text
7 TIPS SAAT MENCAMPUR BAHAN KUE SUPAYA BERHASIL DAN ENAK
Bikin kue itu susah-susah gampang, lho. Biarpun ada resep membuat kue, dulu saya pikir asal semua bahan tercampur rata maka kue akan berhasil mengembang dan enak. Tapi ternyata kenyataan tak semudah itu. Ada banyak trik yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil kue yang diingnkan. Perlu kamu tahu, mencampur bahan kuepun ada aturannya, jadi tidak bisa asal campur saja. Nah, berikut ini adalah hal-hal yang harus kamu perhatikan saat mencampur bahan kue.
1. Ikuti cara membuat kue sesuai dengan resep
Jika kamu sudah berpengalaman dalam membuat kue, mungkin tidak masalah kalau sedikit mengubah resep. Tapi jika kamu masih pemula, jangan sekali-kali mengganti bahan atau takaran kue sesuka hati. Semua resep yang ada disini sudah melalui uji coba langsung di dapur, sehingga bisa dijamin tingkat kesuksesannya. Gunakan bahan dan takaran yang sesuai dengan apa yang tercantum di resep. Lebih baik lagi kalau kamu benar-benar menakarnya menggunakan timbangan dapur.
2. Perhatikan kebersihan alat
Seringkali, karena terlalu sibuk menyiapkan bahan, kamu jadi kelupaan dengan kebersihan alat. Padahal hal tersebut juga berpengaruh pada hasil kue kamu. Usahakan untuk hanya mengunakan alat yang benar-benar bersih dari debu, minyak, dan residu lainnya. Pastikan pula semua alat dalam keadaan kering saat digunakan.
3. Perhatikan suhu telur
Selain kebersihan alat, suhu telur juga berpengaruh pada tingkat kesuksesan kue kamu. Jika telur yang kamu gunakan berasal dari kulkas, usahakan untuk menyesuaikan dulu suhu telur tersebut denga suhu ruangan. Telur yang suhunya dingin tidak akan mengembang ketika dikocok. Lebih baik juga kalau kamu menggunakan telur yang masih segar agar hasil kue mengembang dengan sempurna.
4. Perhatikan cara pengocokan telur
Mengocok telur saat membikin kue juga tidak bisa asal-asalan. Pastikan anda menggunakan mixer atau whisk untuk mengocok telur. Pastikan juga untuk tidak berhenti mengocok sampai telur itu mengembang dengan sempurna, supaya kue kamu tidak bantet.
5. Ayak tepung sebelum digunakan
Kalau selama ini anda menuangkan tepung terigu, gula halus, tepung maizena, atau coklat bubuk langsung dari wadahnya ke dalam adonan, sebaiknya mulai sekarang kamu mengubah kebiasaan tersebut. Sebelum diaduk Bersama bahan lain, ada baiknya kamu memasukkan tepung ke adonan sambal diayak. Hal tersebut supaya tidak ada penggumpalan pada tepung. Kalau tepung diayak dulu, nanti tekstur kue akan jadi lembut dan ringan.
6. Lunakkan margarin atau mentega dengan benar
Sebelum dicampur ke dalam bahan kue, mentega atau margarin harus dilunakkan dulu supaya mudah menyatu dengan bahan lainnya. Tapi bukan berarti kamu asal-asalan melelehkannya hingga berasap. Cara ini bisa membuat kue jadi kering dan kasar. Campurkan mentega atau margarin ke dalam adonan jika sudah lunak.
7. Campur tepung sedikit demi sedikit
Biasanya, tepung dan bahan bubuk lainnya dicampurkan terakhir kali sebelum adonan dipanggang. Pastikan kamu mencampur tepungnya sedikit demi sedikit sambal dikocok mixer dengan kecepatan rendah. Jika adonan kuemu menggunakan mentega atau susu cair, masukkan berselang-seling denga tepung. Setelah itu, aduk lagi adonan dengan spatula. Usahakan untuk mengaduk sampai ke dasar adonan dengan gerakan pelan dan searah agar adonan tidak turun.
Poin-poin diatas mungkin terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh pada keberhasilan kuemu. Lho. Jadi mulai sekarang, usahakan mengikuti petunjuk-petunjuk diatas ya.
0 notes
Text
7 TIPS SAAT MENCAMPUR BAHAN KUE SUPAYA BERHASIL DAN ENAK
Bikin kue itu susah-susah gampang, lho. Biarpun ada resep membuat kue, dulu saya pikir asal semua bahan tercampur rata maka kue akan berhasil mengembang dan enak. Tapi ternyata kenyataan tak semudah itu. Ada banyak trik yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil kue yang diingnkan. Perlu kamu tahu, mencampur bahan kuepun ada aturannya, jadi tidak bisa asal campur saja. Nah, berikut ini adalah hal-hal yang harus kamu perhatikan saat mencampur bahan kue.
1. Ikuti cara membuat kue sesuai dengan resep
Jika kamu sudah berpengalaman dalam membuat kue, mungkin tidak masalah kalau sedikit mengubah resep. Tapi jika kamu masih pemula, jangan sekali-kali mengganti bahan atau takaran kue sesuka hati. Semua resep yang ada disini sudah melalui uji coba langsung di dapur, sehingga bisa dijamin tingkat kesuksesannya. Gunakan bahan dan takaran yang sesuai dengan apa yang tercantum di resep. Lebih baik lagi kalau kamu benar-benar menakarnya menggunakan timbangan dapur.
2. Perhatikan kebersihan alat
Seringkali, karena terlalu sibuk menyiapkan bahan, kamu jadi kelupaan dengan kebersihan alat. Padahal hal tersebut juga berpengaruh pada hasil kue kamu. Usahakan untuk hanya mengunakan alat yang benar-benar bersih dari debu, minyak, dan residu lainnya. Pastikan pula semua alat dalam keadaan kering saat digunakan.
3. Perhatikan suhu telur
Selain kebersihan alat, suhu telur juga berpengaruh pada tingkat kesuksesan kue kamu. Jika telur yang kamu gunakan berasal dari kulkas, usahakan untuk menyesuaikan dulu suhu telur tersebut denga suhu ruangan. Telur yang suhunya dingin tidak akan mengembang ketika dikocok. Lebih baik juga kalau kamu menggunakan telur yang masih segar agar hasil kue mengembang dengan sempurna.
4. Perhatikan cara pengocokan telur
Mengocok telur saat membikin kue juga tidak bisa asal-asalan. Pastikan anda menggunakan mixer atau whisk untuk mengocok telur. Pastikan juga untuk tidak berhenti mengocok sampai telur itu mengembang dengan sempurna, supaya kue kamu tidak bantet.
5. Ayak tepung sebelum digunakan
Kalau selama ini anda menuangkan tepung terigu, gula halus, tepung maizena, atau coklat bubuk langsung dari wadahnya ke dalam adonan, sebaiknya mulai sekarang kamu mengubah kebiasaan tersebut. Sebelum diaduk Bersama bahan lain, ada baiknya kamu memasukkan tepung ke adonan sambal diayak. Hal tersebut supaya tidak ada penggumpalan pada tepung. Kalau tepung diayak dulu, nanti tekstur kue akan jadi lembut dan ringan.
6. Lunakkan margarin atau mentega dengan benar
Sebelum dicampur ke dalam bahan kue, mentega atau margarin harus dilunakkan dulu supaya mudah menyatu dengan bahan lainnya. Tapi bukan berarti kamu asal-asalan melelehkannya hingga berasap. Cara ini bisa membuat kue jadi kering dan kasar. Campurkan mentega atau margarin ke dalam adonan jika sudah lunak.
7. Campur tepung sedikit demi sedikit
Biasanya, tepung dan bahan bubuk lainnya dicampurkan terakhir kali sebelum adonan dipanggang. Pastikan kamu mencampur tepungnya sedikit demi sedikit sambal dikocok mixer dengan kecepatan rendah. Jika adonan kuemu menggunakan mentega atau susu cair, masukkan berselang-seling denga tepung. Setelah itu, aduk lagi adonan dengan spatula. Usahakan untuk mengaduk sampai ke dasar adonan dengan gerakan pelan dan searah agar adonan tidak turun.
Poin-poin diatas mungkin terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh pada keberhasilan kuemu. Lho. Jadi mulai sekarang, usahakan mengikuti petunjuk-petunjuk diatas ya.
0 notes
Text
7 TIPS SAAT MENCAMPUR BAHAN KUE SUPAYA BERHASIL DAN ENAK
Bikin kue itu susah-susah gampang, lho. Biarpun ada resep membuat kue, dulu saya pikir asal semua bahan tercampur rata maka kue akan berhasil mengembang dan enak. Tapi ternyata kenyataan tak semudah itu. Ada banyak trik yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil kue yang diingnkan. Perlu kamu tahu, mencampur bahan kuepun ada aturannya, jadi tidak bisa asal campur saja. Nah, berikut ini adalah hal-hal yang harus kamu perhatikan saat mencampur bahan kue.
1. Ikuti cara membuat kue sesuai dengan resep
Jika kamu sudah berpengalaman dalam membuat kue, mungkin tidak masalah kalau sedikit mengubah resep. Tapi jika kamu masih pemula, jangan sekali-kali mengganti bahan atau takaran kue sesuka hati. Semua resep yang ada disini sudah melalui uji coba langsung di dapur, sehingga bisa dijamin tingkat kesuksesannya. Gunakan bahan dan takaran yang sesuai dengan apa yang tercantum di resep. Lebih baik lagi kalau kamu benar-benar menakarnya menggunakan timbangan dapur.
2. Perhatikan kebersihan alat
Seringkali, karena terlalu sibuk menyiapkan bahan, kamu jadi kelupaan dengan kebersihan alat. Padahal hal tersebut juga berpengaruh pada hasil kue kamu. Usahakan untuk hanya mengunakan alat yang benar-benar bersih dari debu, minyak, dan residu lainnya. Pastikan pula semua alat dalam keadaan kering saat digunakan.
3. Perhatikan suhu telur
Selain kebersihan alat, suhu telur juga berpengaruh pada tingkat kesuksesan kue kamu. Jika telur yang kamu gunakan berasal dari kulkas, usahakan untuk menyesuaikan dulu suhu telur tersebut denga suhu ruangan. Telur yang suhunya dingin tidak akan mengembang ketika dikocok. Lebih baik juga kalau kamu menggunakan telur yang masih segar agar hasil kue mengembang dengan sempurna.
4. Perhatikan cara pengocokan telur
Mengocok telur saat membikin kue juga tidak bisa asal-asalan. Pastikan anda menggunakan mixer atau whisk untuk mengocok telur. Pastikan juga untuk tidak berhenti mengocok sampai telur itu mengembang dengan sempurna, supaya kue kamu tidak bantet.
5. Ayak tepung sebelum digunakan
Kalau selama ini anda menuangkan tepung terigu, gula halus, tepung maizena, atau coklat bubuk langsung dari wadahnya ke dalam adonan, sebaiknya mulai sekarang kamu mengubah kebiasaan tersebut. Sebelum diaduk Bersama bahan lain, ada baiknya kamu memasukkan tepung ke adonan sambal diayak. Hal tersebut supaya tidak ada penggumpalan pada tepung. Kalau tepung diayak dulu, nanti tekstur kue akan jadi lembut dan ringan.
6. Lunakkan margarin atau mentega dengan benar
Sebelum dicampur ke dalam bahan kue, mentega atau margarin harus dilunakkan dulu supaya mudah menyatu dengan bahan lainnya. Tapi bukan berarti kamu asal-asalan melelehkannya hingga berasap. Cara ini bisa membuat kue jadi kering dan kasar. Campurkan mentega atau margarin ke dalam adonan jika sudah lunak.
7. Campur tepung sedikit demi sedikit
Biasanya, tepung dan bahan bubuk lainnya dicampurkan terakhir kali sebelum adonan dipanggang. Pastikan kamu mencampur tepungnya sedikit demi sedikit sambal dikocok mixer dengan kecepatan rendah. Jika adonan kuemu menggunakan mentega atau susu cair, masukkan berselang-seling denga tepung. Setelah itu, aduk lagi adonan dengan spatula. Usahakan untuk mengaduk sampai ke dasar adonan dengan gerakan pelan dan searah agar adonan tidak turun.
Poin-poin diatas mungkin terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh pada keberhasilan kuemu. Lho. Jadi mulai sekarang, usahakan mengikuti petunjuk-petunjuk diatas ya.
0 notes