Tumgik
#meja kopi retro
adrian-agoes · 6 months
Text
Senja Idaman di Café Bohemian
Jalanan kota terasa hidup dengan energi yang bersemangat dari lalu lintas jam sibuk ketika Edgar meliuki labirin perkotaan dengan sepeda motornya, Vespa Sprint 150E kebanggaannya. Berpakaian kemeja putih kantoran, dasi merah dan celana corduroy, ia terlihat mencolok di tengah gemerlap lampu neon dan suara klakson penuh amarah kota.
Saat ia berhenti di depan kafe tepi trotoar, Edgar merasa ada hasrat yang tumbuh di dalamnya. Aroma kopi segar yang baru diseduh tercium kental di udara, bercampur dengan aroma lembut tumbuhan hijau yang berasal dari tanaman monstera di dekatnya. Dengan cekatan, Edgar memarkir sepeda motor kesayangannya, standar kromnya memantulkan sinar matahari yang memudar dalam senja yang memikat. Ia melepas helm retro hitam-nya, yang juga bertepian krom, merapikan rambutnya yang berantakan saat ia memperhatikan skena di sekelilingnya.
Kafe itu adalah oasis kecil di tengah hiruk-pikuk kota beton, fasadnya dihiasi dengan lampu-lampu peri dan tanaman hijau di pot. Mesin kopi vintage, dengan bangga dihiasi dengan logo merek Italia terkenal, berdiri di belakang meja, bagian dari interior kafe yang terang.
Ketika Edgar masuk, ia disambut oleh bisikan lembut percakapan dan suara dentingan cangkir-cangkir porselen. Kafe itu merupakan paduan chic bohemian, dengan dinding bata terbuka yang dihiasi dengan karya seni lokal dan perabotan yang tidak serasi yang malah justru menambah daya tariknya.
Ia duduk di sebuah meja besi tempa persis di samping trotoar, Edgar tak bisa tidak memandangi keindahan cangkir hipster yang diletakkan di depannya—bejana porselen yang lembut dihiasi dengan pola-pola rumit dan ilustrasi whimsical.
Terpikat oleh pikirannya, Edgar menyaksikan barista yang mahir membuat cappuccino-nya, uap naik dalam liukan malas dari corong mesin kopi vintage. Ia terpesona oleh mekanisme rumit mesin itu, setiap tuas dan tombolnya adalah bukti dari era kekriyaan dan presisi dari masa yang telah berlalu.
Saat ia menghirup tegukan pertama kopinya, Edgar merasa ketenangan menyelimutinya—sebuah tempat peristirahatan dari kekacauan dunia luar. Dalam pelukan hangat kafe, dikelilingi oleh suara musik indie folks yang menenangkan dan desiran lembut daun-daun, ia merasakan kelelahannya menghilang, digantikan oleh semangat baru dan tujuan.
Dan saat ia menikmati setiap tegukan cappuccino-nya, Edgar tahu bahwa ia telah menemukan lebih dari sekadar tempat beristirahat—ia telah menemukan suaka, tempat perlindungan dari tuntutan kehidupan modern. Dengan semangat yang baru dan hati yang penuh rasa syukur, ia bersandar di kursinya dan membiarkan dirinya hanya menjadi dirinya sendiri, puas dengan pengetahuan bahwa kadang-kadang, momen-momen terbesar yang menjernihkan terjadi di sudut-sudut sepi sebuah kafe perkotaan yang ramai.
0 notes
andreablogs88 · 9 months
Text
Ciri Khas Ruang Keluarga Modern Abad Pertengahan
Tumblr media
Ruang keluarga modern abad pertengahan terkenal dengan garis-garisnya yang bersih, sudut yang menonjol, dan palet warna retro. Mereka juga menenangkan mata dan merupakan tempat yang ramah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga Anda.
Kunci Utama Desain Ruang Keluarga Modern
Kunci untuk mencapai tampilan yang kohesif adalah menjaga ruang tetap terbuka dan fungsional. Untuk melakukan ini, gunakan furnitur dengan kaki meruncing untuk melembutkan garis-garis keras pada desain ruangan Anda.
Tumblr media
Salah satu hal terbaik tentang desain modern abad pertengahan adalah memungkinkan Anda menggabungkan segala macam elemen unik dan menarik. Perpaduan yang tepat antara material alami dan buatan adalah kunci untuk menciptakan ruang keluarga yang fungsional dan menarik. Yang paling menyenangkan adalah mencari tahu apa yang berhasil dengan apa. Baik itu lampu gantung berbentuk bola atau sofa putih mewah, formula ajaibnya sederhana: simetri.
Ketika orang membeli rumah baru selalu mendekorasi ruang keluarga modern abad pertengahan, menjaga ruang tetap terbuka dan fungsional adalah kuncinya. Dengan menghindari jendela yang penuh sesak dengan furnitur dan tanaman, menjaga jarak pandang ke jendela tetap utuh, menyisakan ruang berjalan yang cukup (idealnya 30 inci), dan menempatkan meja kopi 14 hingga 18 inci dari sofa, Anda akan menumbuhkan keterbukaan visual dan fisik.
Menambahkan Sentuhan Elemen Kasik Modern
Sudut tajam adalah elemen klasik estetika modern abad pertengahan, namun jangan membatasi diri Anda hanya pada sudut tersebut. Memasukkan elemen melengkung dapat menambah kedalaman dan sentuhan gerakan dinamis pada skema desain Anda.
Meskipun furnitur modern abad pertengahan umumnya netral, memperkenalkan sedikit warna bisa menyegarkan. Anda bisa menambahkannya melalui bantal, selimut, atau tanaman hijau.
Tumblr media
Warna primer seperti merah, kuning, dan biru adalah cara klasik untuk mendapatkan tampilan ini. Padukan dengan kayu alami untuk menciptakan ruang yang terang dan elegan.
Kombinasikan Bahan Alami dan Buatan
Desain modern abad pertengahan dikenal dengan integrasi material alami dan buatan. Gerakan ini juga terkenal karena penggunaan jendela besar dan ruang transisi dalam/luar ruangan.
Memasukkan elemen-elemen ini ke dalam ruang keluarga dapat menciptakan ruang yang menyenangkan dan fungsional yang akan disukai seluruh keluarga Anda. Mulai dari pilihan furnitur yang tepat hingga aksen yang bergaya, berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang menata ruang keluarga modern.
Tumblr media
Ruang keluarga modern abad pertengahan adalah tentang menggunakan jendela besar dan cermin untuk menciptakan nuansa lapang dan terang. Jauhkan tirai atau gabungkan rak cermin ke dalam desain untuk menambahkan sedikit daya tarik visual dan memantulkan cahaya ke sekeliling ruangan (melalui Terapi Apartemen). Cek di dijual.co.id.
0 notes
katakangerak · 4 years
Text
Kucing Pemakan Manusia -Haruka Muramaki
Tumblr media
Aku membeli koran di pelabuhan dan menemukan sebuah artikel tentang seorang wanita tua yang dimakan kucing. Ia berusia tujuh puluh tahun dan tinggal sendirian di kota kecil pinggiran Athena—semacam kehidupan yang tenang, hanya ia dan tiga ekor kucing dalam sebuah apartemen kecil. Suatu hari, ia tiba-tiba jatuh pingsan dengan posisi tertelungkup di sofa—serangan jantung, kemungkinan besar. Tak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga ia meninggal dunia setelah pingsan. Wanita tua itu tidak memiliki kerabat atau teman yang mengunjunginya secara teratur, dan diperlukan satu minggu sebelum tubuhnya ditemukan. Jendela dan pintu ditutup, dan kucing terjebak. Tak ada makanan di dalam apartemen itu. Memang, mungkin ada sesuatu di lemari es, namun kucing tidak berevolusi sampai titik di mana mereka bisa membuka lemari es sendiri. Di ambang kelaparan, mereka akhirnya melahap daging tuan mereka.
Aku membaca artikel ini untuk Izumi, yang duduk di depanku. Pada hari-hari cerah, kami biasanya berjalan ke pelabuhan, membeli salinan koran Athena yang berbahasa Inggris, memesan kopi di kafe sebelah kantor pajak, dan setelah itu aku akan meringkas dalam bahasa Jepang sesuatu yang menarik yang mungkin kutemukan. Sejauh ini, itulah jadwal rutin kami sehari-hari di pulau. Jika ada sesuatu di artikel khusus yang menarik minat kami, kami akan berdiskusi santai sejenak tentang artikel itu. Bahasa Inggris Izumi cukup bagus, dan sesungguhnya ia bisa dengan mudah membaca artikel sendiri. Tapi aku tidak pernah sekalipun melihat ia membeli koran.
“Aku ingin memiliki seseorang yang membacakannya untukku,” jelasnya. “Itu mimpiku sejak masih kecil—duduk di tempat yang cerah, memandangi langit atau laut, dan memiliki seseorang yang membaca keras-keras untukku. Aku enggak peduli apa yang mereka baca—koran, buku pelajaran, novel. Bukan masalah.  Tapi belum pernah ada seorang pun yang membaca untukku. Jadi, kukira, itu artinya kamu diciptakan untuk semua kesempatan yang hilang itu. Dan selain itu, aku suka suaramu.”
Yah, ada langit dan laut di hadapan kami. Dan aku senang membaca keras-keras. Saat tinggal di Jepang, aku biasa membacakan buku-buku bergambar dengan lantang untuk anak lelakiku. Membaca dengan suara lantang berbeda dengan hanya mengikuti kalimat dengan sepasang matamu. Sesuatu yang sungguh tak terduga mengalir di dalam pikiranmu, semacam resonansi tak terlukiskan yang tidak mungkin dilawan.
Sambil sesekali menyesap kopi, aku membaca artikel dengan perlahan-lahan. Aku lebih dulu membaca beberapa baris untuk diriku sendiri, merenungkan bagaimana memasukkannya ke dalam bahasa Jepang, kemudian menerjemahkannya dengan suara keras. Beberapa lebah muncul dari suatu tempat untuk menjilat selai sisa pelanggan sebelumnya yang tumpah di atas meja. Sesaat lebah-lebah itu menjilatinya, lalu, seolah tiba-tiba teringat sesuatu, terbang ke udara dengan dengung yang seperti upacara, mengitari meja beberapa kali, dan kemudian—lagi-lagi seolah sesuatu membangkitkan ingatan mereka—menetap sekali lagi di atas meja. Setelah aku selesai membaca seluruh artikel, Izumi duduk di sana, tak bergerak, dengan siku bertumpu di atas meja. Ia mempertemukan ujung jemari kanan dengan ujung jemari kirinya. Aku meletakkan koran di atas pangkuan dan menatap jemari rampingnya. Ia menatapku melalui ruang antara jemarinya.
“Lalu, apa yang terjadi?” tanyanya.
“Cuma begitu saja,” jawabku, dan melipat koran. Aku mengambil sapu tangan dari dalam saku dan menyeka bintik-bintik ampas kopi dari bibirku. “Setidaknya, hanya itulah yang diwartakan.”
“Tapi apa yang terjadi dengan kucing-kucingnya?”
Aku memasukkan saputangan kembali ke dalam saku. “Entahlah. Enggak dibahas lebih lanjut.”
Izumi mengerutkan bibirnya ke satu sisi, kebiasaan kecilnya. Setiap kali ia hendak melontarkan pendapat—yang kerap berbentuk seperti deklarasi kecil— ia mengerutkan bibir seperti itu, seolah tengah menyentak sprei untuk merapikan kerutan-kerutan liar. Ketika pertama kali bertemu dengannya, kebiasaan itu cukup memikatku.
“Koran itu semua sama saja, ke mana pun kamu pergi,” ia akhirnya melanjutkan. “Koran-koran itu enggak pernah memberitahu apa yang benar-benar ingin kautahu.”
Izumi mengeluarkan sebatang rokok Salem dari kotaknya, meletakkannya di mulut, dan menggesek korek api. Setiap hari, ia menghabiskan sebungkus rokok Salem—tidak kurang, tidak lebih. Ia membuka bungkus baru di pagi hari dan menghabiskan rokok itu hingga hari berakhir. Aku tidak merokok. Istriku membuatku berhenti, lima tahun yang lalu, saat ia hamil.
“Apa yang aku benar-benar ingin tahu,” Izumi memulai, asap dari rokoknya bergelung tanpa suara di udara, “Adalah apa yang terjadi dengan para kucing setelahnya. Apakah pihak berwajib membunuh mereka karena mereka makan daging manusia? Ataukah mereka bilang, ‘kalian sudah melawati masa-masa sulit,’ lantas memberi mereka tepukan di kepala, dan membiarkan mereka pergi? Menurutmu bagaimana?”
Aku memandangi lebah yang melayang di atas meja dan berpikir tentang pertanyaan itu. Lebah-lebah kecil yang gelisah menjilati selai dan tiga kucing yang melahap daging wanita tua itu menjadi satu dalam benakku. Jeritan burung-burung camar di kejauhan berkelindan dengan dengung lebah, dan sepersekian detik kesadaranku tersesat di ambang batas kenyataan dan ilusi. Di manakah aku? Apa yang sedang kulakukan di sini? Aku kehilangan tumpuan dalam situasi seperti ini. Aku menarik napas dalam-dalam, menatap ke langit, dan berpaling ke Izumi.
“Aku enggak tahu.”
“Coba pikirkan ini. Jika kamu adalah seorang walikota atau kepala polisi, apa yang akan kamu lakukan dengan kucing-kucing itu?”
“Bagaimana kalau menempatkan mereka dalam sebuah institusi untuk mereformasi mereka?” kataku. “Ubah mereka jadi vegetarian.”
Izumi tidak tertawa. Ia menghisap rokok dan mengeluarkan asapnya dengan sangat perlahan. “Cerita itu mengingatkanku pada sebuah ceramah yang kudengar saat baru masuk di SMP Katolik. Eh, apa aku sudah bilang aku pernah bersekolah di sekolah Katolik yang sangat ketat? Sesaat setelah upacara masuk, salah satu suster kepala menyuruh kami semua berkumpul di auditorium, dan kemudian dia naik ke podium dan memberikan ceramah tentang ajaran Katolik. Ia berbicara banyak hal, tapi yang paling kuingat—sebenarnya, satu-satunya hal yang kuingat—adalah cerita yang ia tuturkan kepada kami tentang terdampar di sebuah pulau terpencil bersama seekor kucing.”
“Kedengarannya menarik,” ujarku.
“’Kalian berada dalam kecelakaan kapal,’ katanya kepada kami. ‘Satu-satunya yang ada di sekoci hanya kalian dan kucing. Kalian terdampar di salah satu pulau terpencil tak bernama, dan di sana tidak ada satu pun untuk dimakan. Yang kalian miliki hanya air secukupnya dan biskuit kering untuk menopang hidup satu orang selama sekitar sepuluh hari.’ Ujarnya, ‘Baiklah, semuanya, saya ingin kalian membayangkan diri dalam situasi ini. Tutup mata kalian dan cobalah membayangkannya. Kalian sendirian di pulau terpencil, hanya kalian dan seekor kucing. Kalian hampir tidak memiliki makanan sama sekali. Kalian paham? Kalian lapar, haus, dan akhirnya kalian akan mati. Apa yang harus kalian lakukan? Haruskah kalian berbagi simpanan makanan dengan kucing? Tidak, kalian tidak harus melakukannya. Itu merupakan suatu kesalahan. Kalian semua adalah makhluk mulia, makhluk pilihan  Tuhan, dan kucing bukan. Itulah mengapa kalian harus makan semua makanan itu sendiri.’ suster itu memandangi kami dengan tatapan yang amat serius. Aku sedikit terkejut. Apa gerangan tujuannya bercerita seperti itu kepada anak-anak yang baru saja masuk sekolah? Aku berpikir, wah, tempat macam apa yang aku masuki ini?”
Izumi dan aku tinggal di sebuah apartemen sederhana di salah satu pulau kecil Yunani. Saat ini bukanlah musim liburan, dan pulau ini tidak memiliki terlalu banyak tempat wisata, jadi harga sewanya murah. Sebelumnya, tak satu pun dari kami pernah mendengar tentang pulau ini. Terletak dekat perbatasan Turki, dan pada hari-hari yang cerah kau bisa melihat pegunungan Turki yang kehijauan. Ada guyonan setempat yang mengatakan bahwa di hari-hari berangin, kau bisa menghirup aroma shish kebab. Lelucon lainnya, pulau itu bahkan lebih dekat ke pantai Turki daripada pulau Yunani terdekat. Dan di sana—nampak samar tepat di hadapan kami—adalah Asia Kecil.
Di alun-alun kota terdapat patung pahlawan kemerdekaan Yunani. Ia memimpin insureksi di daratan Yunani dan merencanakan pemberontakan melawan Turki, yang kala itu menguasai pulau itu. Tapi Turki menangkap dan membunuhnya. Mereka mendirikan tiang pancang berujung runcing di alun-alun dekat pelabuhan, melucuti sang pahlawan malang hingga telanjang, dan menusukkannya ke tiang pancang itu. Berat tubuhnya mendorong ujung runcing pancang melewati anusnya dan lalu seluruh tubuhnya—dengan amat-sangat perlahan—hingga akhirnya keluar dari mulut, cara mati yang mengerikan. Patung itu didirikan di titik yang diperkirakan adalah tempat peristiwa itu berlangsung. Saat kali pertama dibangun, pasti sangat mengesankan, namun kini, akibat ulah angin laut, debu, dan kotoran burung camar, kau bahkan nyaris tidak bisa melihat wajah pria itu. Penduduk lokal hanya melihat patung lusuh itu sekilas lalu, dan kini pahlawan itu tampak seolah-olah tengah memunggungi orang-orang, pulau itu, memunggungi dunia.
Saat Izumi dan aku duduk di bagian luar kafe, minum kopi atau bir, menatap tanpa tujuan ke kapal yang bersandar di pelabuhan, burung-burung camar, dan bukit-bukit Turki yang jauh, kami sesungguhnya tengah duduk di tepian Eropa. Angin yang berhembus adalah angin di tepian dunia. Tak terhindarkan lagi, aura retro memenuhi tempat itu. Keadaan itu membuatku merasa seakan sedang diam-diam ditelan oleh kenyataan ganjil, sesuatu yang asing dan tak terjamah, samar-samar namun lembut menyapaku dengan cara yang tak lazim. Dan bayangan dari substansi itu mewarnai roman muka, mata, dan kulit orang-orang yang berkumpul di pelabuhan.
Kadang kala aku tidak bisa memahami fakta bahwa aku adalah bagian dari pemandangan ini. Berapa kali pun aku memandangi panorama di sekitarku, sebanyak apa pun udara yang kuhirup, tetap saja tak kutemukan hubungan yang padu antara aku dan semua ini.
Dua bulan yang lalu, aku tinggal bersama istri dan anak lelaki kami yang berusia empat tahun di sebuah apartemen tiga kamar di Unoki, di Tokyo. Bukan tempat yang luas, akan tetapi cukup menopang hidupmu, sebuah apartemen yang fungsional. Aku dan istriku menempati kamar tidur kami sendiri, begitu pula anak kami, dan ruang yang tersisa menjadi ruang belajarku. Apartemen itu tenang, dengan pemandangan yang bagus. Pada akhir pekan, kami bertiga akan berjalan-jalan di sepanjang tepi Sungai Tama. Pada musim semi, pohon-pohon ceri di sepanjang tepi sungai bermekaran, aku biasanya naik sepeda memboncengi anakku dan kami pergi menonton pelatihan musim semi tim Giants’ Triple A.
Aku bekerja di sebuah perusahaan desain skala menengah yang khusus menangani buku dan layout majalah. Menyebutku seorang ‘desainer’ akan membuat pekerjaanku terdengar lebih menarik dari kenyataannya, karena pekerjaan itu sendiri nyaris ‘tak bisa diapa-apakan lagi’. Tak ada kemewahan, dan tak bisa dibayangkan lebih. Seringnya, jadwal kami agak terlalu sibuk, dan beberapa kali dalam sebulan aku harus lembur di kantor. Beberapa pekerjaannya amat-sangat membosankan sampai-sampai membuatku ingin menangis. Namun, aku tidak terlalu memikirkannya, dan perusahaannya sendiri tempat yang santai. Dengan senioritasku, aku bisa memilih sendiri pekerjaanku, dan cukup bebas berkata apa pun yang aku mau. Atasanku baik, dan aku bisa membaur dengan rekan kerja yang lain. Dan gajiku tidak terlalu buruk. Jadi jika tidak ada halangan, aku mungkin akan menetap di perusahaan itu hingga masa mendatang. Dan hidupku, seperti Sungai Moldau—lebih tepatnya sekumpulan air tanpa nama yang membentuk Sungai Moldau—akan terus mengalir, dengan cepat, menuju laut.
Tapi di tengah perjalanan aku bertemu Izumi.
*
Tumblr media
Izumi sepuluh tahun lebih muda dariku. Kami bertemu di sebuah pertemuan bisnis. Sesuatu yang ‘klik’ terjadi antara kami saat pertama kali mata kami beradu-pandang. Bukanlah hal yang sering terjadi. Setelah itu, kami bertemu beberapa kali untuk membahas rincian proyek kerja sama itu. Aku pergi ke kantornya, atau dia mampir ke kantorku. Pertemuan kami selalu singkat, melibatkan orang lain, dan hanya membahas soal bisnis. Ketika proyek kami selesai, entah bagaimana, kesepian yang dahsyat menerpaku, seolah-olah sesuatu yang sangat penting telah direnggut paksa dari genggamanku. Bertahun-tahun aku tak pernah merasa seperti itu. Dan, kupikir, ia merasakan hal yang sama.
Seminggu kemudian ia menelepon kantorku membicarakan tentang beberapa hal kecil dan kami mengobrol sebentar. Aku sedikit berkelakar, dan ia tertawa. “Mau pergi minum?” Tanyaku. Kami pergi ke sebuah bar kecil dan memesan beberapa minuman. Aku tak ingat persis apa yang kami bicarakan, tapi kami menemukan jutaan topik dan bisa berbicara selamanya. Dengan kejelasan serupa sinar laser, aku bisa memahami segala sesuatu yang ia katakan. Dan ia bisa mengerti hal-hal yang tak bisa kujelaskan dengan baik kepada orang lain, dengan ketepatan yang membuatku sendiri terkejut. Kami berdua sudah menikah, dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Kami mencintai pasangan kami, dan menghormati mereka. Bagaimana pun, ini termasuk dalam urutan keajaiban-keajaiban kecil dalam hidup—secara kebetulan bertemu orang lain yang bisa sepenuhnya mengekspresikan perasaanmu dengan begitu jelas. Kebanyakan orang melalui seluruh hidup mereka tanpa pernah bertemu dengan orang seperti itu. Salah besar jika melabeli ini ‘cinta’, hubungan seperti ini lebih seperti memberikan empati secara total.
Kami mulai berkencan secara teratur. Pekerjaan suaminya membuatnya pulang terlambat, jadi Izumi bebas untuk pulang dan pergi sesuka hatinya. Ketika kami bersama, waktu rasanya cepat berlalu. Kami melihat jam tangan dan ternyata kami nyaris saja ketinggalan kereta terakhir. Sangat berat mengucapkan salam perpisahan. Masih terlalu banyak yang ingin kami bicarakan.
Tak satu pun dari kami merayu untuk tidur bersama, tapi kami mulai melakukannya. Kami berdua masih setia kepada pasangan masing-masing sampai saat itu, tapi entah bagaimana kami tidak merasa bersalah karena telah tidur bersama, alasannya sederhana; kami memang harus melakukannya. Menelanjanginya, menyentuh lembut kulitnya, memeluknya erat, meluncur ke dalam tubuhnya, ejakulasi—semua itu hanya kelanjutan alamiah dari percakapan kami. Jadi wajar kalau percintaan kami bukanlah sumber kesenangan fisik yang mampu membuat terluka; hanya semacam ketenangan batin, tindakan yang menyenangkan, melucuti segala kepura-puraan. Yang terbaik dari semua itu adalah percakapan sunyi kami setelah berhubungan seks. Aku memeluk erat tubuh telanjangnya, dan ia meringkuk dalam pelukanku dan kami akan saling membisikkan rahasia dalam bahasa khusus yang kami buat sendiri.
Kami bertemu hanya jika situasinya memungkinkan. Anehnya, atau mungkin tak begitu aneh, kami benar-benar yakin bahwa hubungan kami bisa berlangsung selamanya, kehidupan pernikahan kami di satu sisi, dan hubungan kami sendiri di sisi lain, dengan tanpa masalah yang muncul. Kami yakin hubungan kami tidak akan pernah terungkap. Benar kami melakukan hubungan seks, tapi bagaimana bisa hal itu menyakiti orang lain? Di malam saat aku tidur dengan Izumi, aku pulang terlambat dan harus membuat beberapa kebohongan kepada istriku, dan aku merasa sedih, tapi hal itu tidak nampak seperti pengkhianatan yang sebenarnya. Hubunganku dan Izumi belum bisa dikategorikan sebagai hubungan yang intim.
Dan, jika tak ada halangan, mungkin kami akan melanjutkan hidup seperti itu selamanya, menyesap vodka dan tonik, menyelinap di antara selimut jika memang perlu. Atau mungkin kami kelak akan bosan berbohong kepada pasangan kami dan memutuskan untuk membiarkan perselingkuhan ini mati secara alami sehingga kami bisa kembali ke gaya hidup kecil yang nyaman. Dengan kata lain, aku tidak pernah berpikir segalanya akan menjadi buruk. Aku memang tidak bisa membuktikannya; aku hanya mampu merasakannya saja. Tapi tangan-tangan takdir—tak dapat dipungkiri—ikut campur, dan suami Izumi mengendus perselingkuhan kami. Setelah memaksa Izumi bicara, ia menerobos masuk ke rumahku, benar-benar di luar kendali. Seolah sudah digariskan, istriku sedang sendiri di rumah pada waktu itu, dan segalanya menjadi buruk. Ketika aku sampai rumah, ia menuntut agar aku menjelaskan apa yang sedang terjadi. Izumi sudah mengakui semuanya, jadi aku tak bisa mengarang cerita. Aku mengatakan kepadanya apa yang telah terjadi. “Ini bukan jatuh cinta,” jelasku. “Ini hubungan spesial, tapi benar-benar berbeda dengan apa yang kurasakan kepadamu, seperti siang dan malam. Kamu bahkan enggak bisa mendeteksi hubungan kami, kan? Itu bukti kalau ini bukan jenis perselingkuhan seperti yang kamu bayangkan. ”
Tapi istriku tak mau mendengar. Ia terguncang, membisu, dan benar-benar tidak mengatakan apa pun. Keesokan harinya, ia membereskan semua barang-barangnya ke dalam mobil dan pergi ke tempat orangtuanya, di Chigasaki, membawa serta anak lelaki kami. Aku menelepon beberapa kali, namun ia tak mau menjawab teleponku dan sebagai gantinya, ayahnya yang menjawab. “Saya enggak mau dengar alasanmu yang menyedihkan,” ia memperingatkan,“Dan saya enggak akan membiarkan anak saya kembali ke bajingan sepertimu.” Ia memang sudah sangat menentang pernikahan kami dari awal, dan dari nada bicaranya ia seolah mengatakan bahwa akhirnya ia terbukti benar.
Di masa-masa sedih itu, aku mengambil cuti beberapa hari dan hanya berbaring nelangsa di atas ranjang. Izumi meneleponku. Ia juga kesepian. Suaminya juga meninggalkannya, setelah menamparnya. Suaminya mengguntingi setiap pakaian milik Izumi. Dari mantel hingga celana dalamnya, semua compang-camping. Ia tidak tahu suaminya pergi ke mana. “Aku lelah,” ujarnya. “Aku enggak tahu apa yang harus kulakukan. Semuanya hancur, dan enggak akan pernah sama lagi. Dia enggak akan kembali.” Ia terisak selama di telepon. Bagaimana pun, ia dan suaminya berpacaran sejak SMA. Aku ingin sekali menenangkannya, tapi apa yang harus kukatakan?
“Pergi minum, yuk?” ia akhirnya memberi usul. Kami pergi ke Shibuya dan minum hingga fajar di bar yang buka semalaman. Aku minum vodka gimlet, ia daiquiris. Aku lupa berapa banyak minum yang kami habiskan. Untuk pertama kalinya sejak kami bertemu kami tidak banyak bicara. Menjelang fajar kami meredakan pengaruh minuman dengan berjalan menuju Harajuku, kemudian singgah di Denny’s untuk minum kopi dan sarapan. Saat itulah ia melontarkan gagasan pergi ke Yunani.
“Yunani?” tanyaku.
“Kita sudah enggak bisa tinggal dengan nyaman di Jepang,” katanya, sambil menatap mataku dalam-dalam.
Aku memunculkan gagasan ke dalam benakku. Yunani? Otakku yang terendam alkohol tidak bisa berpikir logis.
“Aku selalu kepingin pergi ke Yunani,” ujarnya. “Itu impianku. Waktu itu aku ingin kami berbulan madu ke Yunani, tapi kami enggak punya cukup uang. Jadi, ayo pergi—kita berdua. Tinggal di sana, kamu tahu, tanpa mencemaskan apa pun. Menetap di Jepang hanya akan membuat kita murung saja, dan enggak akan ada hal-hal baik yang muncul.”
Aku tidak memiliki ketertarikan khusus terhadap Yunani, tetapi aku harus setuju dengannya. Kami menghitung berapa banyak uang yang kami miliki. Tabungannya dua setengah juta yen, sementara aku hanya satu setengah juta. Jika disatukan sekitar empat juta yen—sekitar empat puluh ribu dolar.
“Empat puluh ribu dolar seharusnya cukup untuk bertahan beberapa tahun di pedesaan Yunani,” kata Izumi. Harga tiket pesawat diskon sekitar empat ribu. Sisanya tiga puluh enam ribu. Rencanakan seribu dolar per bulan, uang segitu cukup untuk tiga tahun. Dua setengah tahun, untuk amannya. Menurutmu bagaimana? Ayo kita pergi. Hal-hal lain kita bisa pikirkan nanti.”
Aku memandang sekitar. Restoran Denny’s pagi hari penuh dengan pasangan muda. Kami adalah satu-satunya pasangan yang berusia di atas tiga puluh tahun. Dan tentu hanya satu-satunya pasangan yang tengah mendiskusikan untuk mengumpulkan semua uang yang dimiliki dan terbang ke Yunani setelah bencana perselingkuhan. Kacau sekali, pikirku. Aku menatap telapak tangan untuk waktu yang lama. Seperti inikah hidupku seharusnya?
“Baiklah,” akhirnya aku berkata. “Ayo kita lakukan.
Di tempat kerja keesokan harinya aku menyerahkan surat pengunduran diri. Atasanku sudah mendengar rumor dan menegaskan lebih baik mengambil cuti saja sementara waktu. Rekan-rekan kerjaku terkejut mendengar bahwa aku ingin berhenti, namun tak satu pun berusaha keras membujukku untuk tidak melakukannya. Berhenti bekerja ternyata tak terlalu sulit. Setelah kau memutuskan untuk membebaskan dirimu dari sesuatu, hanya sedikit yang tidak bisa kau singkirkan. Bukan—bukan sedikit. Setelah kau memutuskan sesuatu, tidak ada yang tidak bisa kau singkirkan. Dan setelah kau mulai menyingkirkan sesuatu, kau akan memiliki kenginginan untuk menyingkirkan segala hal. Seolah-olah kau akan mempertaruhkan hampir semua uangmu dan mengambil keputusan. Persetan, aku akan pertaruhkan semuanya. Tak perlu disisakan, aku sudah pusing.
Aku mengemas semua yang kupikir akan kubutuhkan menjadi satu dalam koper Samsonite biru ukuran medium. Izumi melakukan hal yang sama.
Ketika kami terbang melintasi Mesir, tiba-tiba saja aku dicekam ketakutan yang teramat jika seseorang secara tak sengaja mengambil koperku. Di dunia ini, pastilah ada puluhan ribu koper Samsonite biru yang sama dengan milikku. Mungkin saat aku tiba di Yunani, membuka koper, dan menemukan koper itu berisi benda-benda milik orang lain. Serangan kecemasan yang parah menerpaku. Jika koperku hilang, maka tak akan ada satu pun yang tersisa bagiku untuk menyambung hidupku—hanya Izumi. Tiba-tiba aku merasa seakan aku telah lenyap. Sensasi yang sangat aneh. Aku merasa orang yang tengah duduk di dalam pesawat itu bukanlah aku. Otakku keliru mengikatkan dirinya pada ‘kemasan’ yang terlihat sepertiku. Kekacauan total melanda pikiranku. Aku harus kembali ke Jepang untuk kembali ke dalam tubuhku. Namun saat ini aku berada di dalam pesawat, terbang melintasi Mesir, dan tak ada jalan untuk kembali. Di saat seperti ini, dagingku rasanya seolah terbuat dari plester. Jika aku menggaruknya, ia akan terkelupas. Tubuhku gemetar tak terkendali. Aku tahu jika guncangan ini berlangsung lebih lama lagi tubuhku akan pecah dan menjadi debu. Meski pesawat terbang difasilitasi pendingin ruangan, tubuhku dibanjiri keringat. Bajuku menempel di kulit. Bau yang mengerikan menyeruak dari tubuhku. Sementara itu, Izumi menggenggam tanganku erat-erat dan memelukku sesekali. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, tapi ia tahu apa yang sedang kurasakan. Guncangan ini berlangsung selama setengah jam. Aku ingin mati—menempelkan moncong revolver di telingaku dan menarik pelatuknya, sehingga baik pikiran maupun tubuhku akan meledak menjadi debu.
Setelah guncangan mereda, aku tiba-tiba merasa lebih ringan. Kukendurkan bahu yang tegang dan menyerahkan diri ke aliran waktu. Aku jatuh ter tidur, dan, ketika mataku terbuka, di bawahku terhampar perairan nilakandi Aegean.
*
Masalah terbesar yang kami hadapi di pulau itu adalah nyaris tidak adanya hal yang harus dilakukan. Kami tidak bekerja, dan tidak memiliki teman. Pulau ini tidak memiliki bioskop atau lapangan tenis atau buku untuk dibaca. Kami telah meninggalkan Jepang dengan sangat mendadak hingga aku benar-benar lupa untuk membawa buku. Aku membaca dua novel yang kubeli di bandara, dan salinan tragedi Aeschylus yang dibawa Izumi. Aku membaca semuanya dua kali. Untuk melayani wisatawan, kios di pelabuhan menyediakan beberapa paperback berbahasa Inggris, tapi tidak ada satu pun yang menarik mataku. Membaca adalah kegemaranku, dan aku selalu memimpikan jika aku memiliki banyak waktu luang aku akan berenang dalam tumpukan buku, namun ironisnya, di sinilah aku—dengan sangat banyak waktu luang dan tak ada yang bisa dibaca.
Izumi mulai belajar bahasa Yunani. Ia selalu membawa buku pelajaran ahasa Yunani, dan membuat catatan berisi daftar konjugasi kata kerja yang selalu ia bawa ke mana-mana, melafalkan kata kerja keras-keras seperti mantra. Ia sudah sampai ke titik di mana ia mampu berbicara dengan pemilik toko meski masih kacau, dan kepada pelayan saat kami singgah di kafe, sehingga kami berhasil memiliki beberapa kenalan. Tak mau kalah, aku pun memperbaiki bahasa Perancisku. Kupikir suatu hari akan berguna, tetapi di pulau kecil yang kumuh ini aku tak pernah bertemu seseorang yang berbicara bahasa Perancis. Di kota, kami mampu bertahan dengan bahasa Inggris. Beberapa orang tua mengerti bahasa Jerman atau Italia. Bahasa Perancis, nyatanya, sungguh tidak berguna.
Karena tak ada banyak hal yang bisa dilakukan, kami berjalan-jalan ke mana pun. Kami mencoba memancing di pelabuhan tapi tidak mendapatkan apa-apa. Bukan karena ikannya sedikit; tapi karena airnya terlalu jernih. Ikan-ikan bisa melihat dengan jelas dari mulai kail hingga wajah orang yang mencoba menangkap mereka. Hanya ikan yang benar-benar bodoh saja yang bisa tersangkut mata kail. Aku membeli buku sketsa dan cat air di toko lokal dan berjalan kaki mengelilingi pulau untuk melukis pemandangan dan orang-orang. Izumi duduk di sisiku, melihat lukisanku sambil menghafal konjugasi Yunani-nya. Orang-orang setempat sering datang dan melihatku melukis. Untuk membunuh waktu, aku melukis wajah mereka, yang tampaknya cukup memuaskan. Jika aku memberikan lukisan itu kepada mereka, seringnya mereka mentraktir kami bir. Sekali waktu, seorang nelayan memberi kami seluruh gurita tangkapannya.
“Kamu bisa hidup dengan melukis,” kata Izumi. “Kamu berbakat, dan bisa membuat usaha kecil dengan itu. Bilang saja kamu adalah seniman dari Jepang, di sini pasti sangat jarang.”
Aku tertawa, tapi Izumi memasang wajah serius. Kubayangkan diriku mengelilingi kepulauan Yunani, meluangkan waktu senggangku dengan menggambar wajah orang, menikmati bir gratis sesekali.
Bukan ide yang buruk, simpulku.
“Dan aku akan menjadi koordinator tur untuk turis Jepang,” Izumi melanjutkan. “Seiring berjalannya waktu mereka pasti akan berdatangan ke sini, dan tentu pekerjaan itu akan sangat dibutuhkan. Tentu saja itu artinya aku harus mulai serius belajar bahasa Yunani.”
“Apakah kamu sungguh-sungguh berpikir kita bisa menghabiskan dua setengah tahun tanpa melakukan apa pun?” tanyaku.
“Yah, selama kita enggak kerampokan atau sakit atau sesuatu seperti itu. Kalau enggak ada hal-hal yang enggak terduga, kita seharusnya bisa bertahan. Namun, tak ada salahnya mempersiapkan untuk hal-hal yang tak terduga.”
Hingga saat itu aku nyaris belum pernah ke dokter, ujarku padanya.
Izumi menatap lurus ke arahku, mengerutkan bibirnya, dan menariknya ke satu sisi.
“Katakanlah aku hamil,” mulainya. “Apa yang akan kamu lakukan? Ya, kamu memang menjaga dirimu dengan baik, tapi manusia selalu berbuat salah. Dan jika itu terjadi, uang kita akan terkuras dengan cepat.”
“Jika hal itu terjadi, kita mungkin harus kembali ke jepang,” kataku.
“Kamu enggak ngerti, ya?” katanya pelan. “Kita enggak akan pernah bisa kembali ke Jepang.”
*
Izumi melanjutkan studi bahasa Yunani-nya, dan aku lanjut menggambar. Ini adalah waktu terdamai sepanjang hidupku. Kami makan seadanya dan menyesap anggur termurah. Setiap hari, kami mendaki bukit terdekat. Ada desa kecil di puncaknya, dan dari sana kami bisa melihat pulau lain nun jauh di sana. Berkat udara segar yang melimpah dan olah raga ringan menaiki bukit, bentuk tubuhku jadi bagus. Setelah matahari terbenam di pulau itu, tak ada satu pun suara yang bisa kau dengar. Dan dalam keheningan itu Izumi dan aku bercinta dengan tenang dan berbicara tentang apa saja. Tak perlu lagi mengkhawatirkan kereta terakhir, atau pulang dengan membawa kebohongan untuk pasangan kami. Ini hal luar biasa yang bahkan melampaui anggapan kami. Musim gugur menua sedikit demi sedikit, dan awal musim dingin pun datang. Angin bertiup, dan ombak berbuih di lautan.
Di saat seperti itulah kami membaca cerita di koran tentang kucing pemakan manusia. Di koran yang sama, terdapat berita mengenai kondisi kaisar Jepang yang memburuk, tapi kami membeli koran itu hanya untuk memeriksa nilai tukar mata uang. Nilai Yen terus menguat terhadap Drachma. Ini sangat penting bagi kami; semakin kuat nilai yen, semakin banyak uang yang kami punya.
“Omong-omong soal kucing,” beberapa hari setelah kami membaca artikel. “Waktu masih kecil aku punya kucing yang menghilang dengan cara yang sangat aneh.”
Izumi terlihat ingin tahu lebih banyak. Ia mengangkat wajahnya dari daftar konjugasi dan melihat ke arahku. “Kok bisa begitu?”
“Aku masih kelas dua, atau mungkin kelas tiga. Kami tinggal di rumah dinas dengan taman yang luas. Ada sebuah pohon pinus tua di sana, yang saking tingginya kamu hampir tidak bisa melihat puncaknya. Suatu hari, aku duduk di teras belakang membaca buku sedangkan kucing kampung bercorak kuning hitam peliharaan kami sedang bermain di taman. Kucing itu melompat-lompat sendirian, yah, hal yang lazimnya dilakukan seekor kucing. Semakin lama ia kelihatan semakin bersemangat melompat-lompat seperti itu, ia benar-benar enggak sadar kalau aku sebenarnya sedang memperhatikan. Semakin lama aku memperhatikannya, aku jadi semakin takut. Kucing itu macam kesurupan saja, melompat-lompat tak terkendali sampai bulu-bulunya bergidik. Seakan-akan ia melihat sesuatu yang tidak bisa kulihat. Akhirnya, ia berlari mengitari pohon pinus seperti macan dalam cerita Little Black Sambo. Kemudian ia mencengkram tanah untuk berhenti mendadak dan memanjat pohon hingga ke cabang tertinggi. Aku hanya mampu melihat wajah kecilnya di atas cabang itu. Kucing itu masih terlihat semangat dan gelisah. Ia bersembunyi di balik cabang pohon, memandangi sesuatu. Aku berteriak memanggil namanya, tapi ia bertingkah seolah ia tidak mendengarku.”
“Siapa nama kucing itu?” Izumi bertanya.
“Aku lupa,” jawabku. “Malam berangsur datang, wajahnya terlihat semakin gelap. Aku khawatir dan menunggu kucing itu turun. Akhirnya ia benar-benar ditelan kegelapan. Dan kami enggak pernah melihat kucing itu lagi.”
“Enggak terlalu luar biasa, sih,” ujar Izumi. “Kucing-kucing memang sering lenyap kayak gitu. Apalagi kalau mereka sedang bersemangat. Mereka terlalu girang sampai-sampai tidak ingat jalan pulang. Kucingmu pasti turun dari pohon pinus dan pergi ke suatu tempat ketika kamu sudah tidak melihatnya.”
“Kukira juga begitu,” kataku. “Tapi saat itu aku masih kecil, aku berpikiran positif saja bahwa kucing itu telah memutuskan untuk tinggal di atas pohon. Pasti ada beberapa alasan mengapa ia enggak mau turun. Setiap hari, aku duduk di teras dan melihat ke arah pohon pinus, berharap melihat kucing itu sedang mengintip melalui celah-celah cabang.”
Izumi tampaknya telah kehilangan minat. Ia menyalakan Salem kedua, kemudian mengangkat kepalanya dan menatapku.
“Apakah kamu terkadang memikirkan anakmu?” tanyanya.
Aku tidak tahu bagaimana menanggapinya. “Yah, kadang-kadang.” Aku menjawab jujur. “Tapi enggak terlalu sering. Adakalanya sesuatu mengingatkanku.”
“Apa enggak kepingin melihat dia?”
“Sesekali, ya,” ujarku. Tapi itu bohong. Aku hanya berpikir itulah yang seharusnya kurasakan. Sewaktu masih tinggal dengan anakku, aku pikir dia adalah makhluk paling menggemaskan yang pernah kulihat. Setiap kali aku pulang terlambat, aku selalu lebih dulu masuk ke kamar anakku untuk melihat wajahnya saat tertidur. Saking gemasnya, terkadang muncul hasrat untuk memeluknya kuat-kuat hingga ia hancur. Saat ini semua tentangnya—wajahnya, suaranya, tingkah lakunya—berada di negeri yang jauh. Yang bisa kuingat dengan jelas hanyalah wangi sabunnya. Aku suka mandi bersama dan menggosoki tubuhnya. Kulitnya sangat sensitif, karena itu istriku selalu membeli sabun khusus untuknya. Yang paling kuingat dengan jelas dari anakku hanyalah wangi sabunnya.
“Kalau kamu ingin kembali ke Jepang, pulanglah,” ujar Izumi. “Jangan mengkhawatirkan aku, aku bisa mengatasi semuanya.”
Aku mengangguk. Tapi aku tahu itu tidak mungkin terjadi.
“Aku membayangkan anakmu kelak berpikir kamu juga seperti itu,” kata Izumi. “Seperti kucing yang lenyap di atas pohon.”
Aku tertawa. “Bisa jadi,” kataku.
Izumi mematikan rokoknya di asbak dan mendesah pelan. “Ayo kita pulang dan bercinta.”
“Ini kan masih pagi,” ujarku.
“Lantas kenapa?”
“Ya, enggak apa-apa, sih.”
*
Kemudian, ketika aku terbangun di tengah malam, Izumi tidak ada di sisiku. Kulihat jam tangan yang kuletakkan di dekat ranjang. Dua belas tiga puluh. Aku meraba-raba mencari lampu, menyalakannya, dan menyapu pandangan ke seluruh kamar. Segalanya nampak tenang seolah-olah seseorang menyelinap selagi aku tertidur dan menebarkan debu-debu kesunyian di dalam kamar. Dua putung Salem meringkuk di dalam asbak, kotak rokok kosong yang diremas berada di sisinya. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang tamu. Izumi tak ada di sana. Ia tidak ada di dapur maupun di kamar mandi. Kubuka pintu dan memandangi pekarangan. Hanya ada sepasang kursi vinyl, berkilauan dimandikan cahaya bulan. “Izumi,” panggilku dengan suara pelan. Tak ada jawaban. Aku memanggilnya lagi, kali ini dengan suara lebih keras. Jantungku berdegup kencang. Benarkah ini suaraku? Terdengar kelewat keras, tidak alamiah. Tetap tak ada jawaban. Angin lemah dari laut mendesau ujung-ujung rumput pampas. Aku menutup pintu, kembali ke dapur, dan menuang setengah gelas anggur untuk menenangkan diri.
Pancaran sinar bulan masuk melalui jendela dapur, membuat bayangan aneh di dinding dan lantai. Segala hal nampak seperti kumpulan simbol dalam permainan avant-garde. Seketika aku ingat: keadaan malam saat kucing itu lenyap di atas pohon pinus sama dengan malam ini, malam purnama tanpa satu pun gumpalan awan di langit. Setelah makan malam, aku pergi ke teras lagi untuk melihat kucing itu. Malam telah larut, bulan sudah bercahaya. Untuk beberapa alasan yang tak bisa dijelaskan, aku tak bisa memalingkan mataku dari pohon pinus. Waktu berlalu, aku yakin aku melihat sepasang mata kucing, berkilau di antara cabang-cabang pohon. Tapi itu hanya ilusi.
Aku mengambil sweater tebal dan celana jeans, menyambar koin di atas meja , mengantunginya, dan pergi ke luar. Izumi pasti sulit tidur lantas memutuskan untuk berjalan-jalan. Pastilah seperti itu. Angin telah benar-benar mereda. Yang bisa kudengar hanya suara sepatu tenisku berderak sepanjang jalan berbatu, seperti lagu latar sebuah film yang berlebihan. Izumi pastilah pergi ke pelabuhan, pikirku. Ia tak memiliki tempat lain yang dituju. Hanya ada satu jalan menuju pelabuhan, jadi tidak mungkin aku tidak berpapasan dengannya. Lampu-lampu rumah sepanjang jalan padam, sinar bulan keperakkan mewarnai tanah sehingga membuatnya nampak seperti dasar laut.
Ditengah jalan menuju pelabuhan, aku mendengar suara musik samar dan tersendat-sendat. Awalnya kupikir itu halusinasi—seperti perubahan tekanan udara yang membuat telingamu berdenging. Tapi, jika didengarkan dengan seksama, aku bisa mendengar sebuah melodi. Aku menahan napas dan berusaha mendengarkan sebisaku. Seperti menenggelamkan diri dalam kegelapan di dalam tubuhku sendiri. Tak pelak lagi, itu adalah musik. Seseorang sedang bermain alat musik. Secara langsung, tanpa bantuan pengeras suara. Tapi alat musik macam apa itu? Alat musik mirip mandolin yang Anthony Quinn mainkan di Zorba the Greek? Bouzouki? Namun siapa gerangan yang memainkan bouzouki di tengah malam? Dan di mana?
*
Musik itu tampaknya berasal dari desa di puncak bukit yang kami naiki setiap hari untuk melemaskan badan. Aku berdiri di persimpangan jalan, bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, dan arah mana yang harus diambil. Izumi seharusnya mendengar musik yang sama di titik ini. Dan aku merasa yakin ia akan menuju tempat itu.
Aku mengambil risiko dan berbelok ke kanan di persimpangan, jalan menuju lereng ini yang aku tahu dengan baik. Tak ada pohon di sisi jalan, hanya semak berduri setinggi lutut yang tersembunyi dalam bayang-bayang tebing. Semakin jauh aku berjalan, semakin keras dan jelaslah musik itu terdengar. Aku juga bisa menangkap melodinya lebih jernih lagi. Ada semacam kegembiraan yang amat mencolok dalam melodinya. Kubayangkan desa di puncak bukit itu tengah mengadakan semacam kenduri. Lalu aku teringat di hari sebelumnya, di pelabuhan, kami melihat prosesi pernikahan secara langsung. Tentu musik ini berasal dari kenduri pernikahan yang diselenggarakan malam hari.
Saat itu—tanpa peringatan terlebih dahulu—aku lenyap.
Mungkin karena cahaya bulan, atau karena musik itu. Setiap kali aku melangkahkan kaki, aku merasa diriku tenggelam lebih dalam ke dalam pasir hisap yang melenyapkan identitasku; perasaan yang sama seperti saat aku berada dalam pesawat melintasi mesir. Bukan aku yang berjalan di bawah sinar bulan. Ini bukan aku, tapi pemeran pengganti, yang terbuat dari plester. Aku mengusap wajahku dengan telapak tangan. Tapi ini bukan wajahku. Dan ini bukan telapak tanganku. Jantungku berdegup keras, mengirimkan darah ke seluruh tubuh dengan kecepatan yang sinting. Tubuh ini adalah orang-orangan dari plester, boneka voodoo yang ditiupkan nyawa oleh seorang penyihir. Cahaya dari kehidupan nyata telah hilang. Pemeran penggantiku, kumpulan otot palsu yang bergerak tanpa kukehendaki. Aku hanya boneka yang digunakan untuk ritual pengorbanan.
Jadi, di manakah ‘aku’ yang sebenarnya? Aku bertanya-tanya.
Tiba-tiba suara Izumi muncul entah dari mana. Dirimu yang sebenarnya sudah dimakan para kucing. Sementara kamu berdiri di sini, kucing-kucing lapar itu sudah melahapmu—memakan seluruh tubuhmu. Dan yang tersisa hanyalah belulang.
Kupandangi sekitar. Itu hanya ilusi, tentu saja. Yang bisa kulihat hanyalah tanah yang dipenuhi bebatuan, semak-semak rendah, dan bayangan kecil mereka. Suara itu ada dalam kepalaku.
Berhentilah memikirkan kegelapan seperti itu, aku menasihati diri sendiri. Seolah berusaha menghindari ombak yang amat besar, aku berpegang erat pada batu besar di gigir pantai dan menghela nafas. Ombak itu pasti akan berlalu. Kau hanya kelelahan, ujarku pada diri sendiri, dan terlalu tegang. Berpeganganlah pada sesuatu yang nyata. Tak jadi soal apa pun itu—yang penting nyata. Aku merogoh saku untuk menggenggam koin. Koin-koin itu berkeringat di telapak tanganku.
Aku berusaha keras memikirkan hal lain. Apartemenku yang hangat di Unoki. Koleksi rekaman yang kutinggalkan di sana. Koleksi jazz-ku yang meski sedikit tapi menyenangkan. Secara khusus, aku menyukai pianis jazz berkulit putih era lima puluh dan enam puluhan. Lennie Tristano, Al Haig, Claude Williamson, Lou Levy, Russ Freeman. Kebanyakan sudah tidak diproduksi lagi, dan aku menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mengoleksi mereka. Aku rajin berkeliling toko-toko musik, tukar-menukar barang dengan kolektor lain, dan perlahan memperkaya kintakaku sendiri. Sebagian besar kualitas pertunjukkan koleksiku bukanlah sesuatu yang sering kausebut ‘kelas satu’. Tapi aku menyukai keunikannya, suasana intim yang disampaikan oleh rekaman tua dan apak itu. Dunia akan menjadi tempat yang sangat membosankan jika hanya diisi oleh produk kelas satu, bukan? Saat ini, aku merasakan kembali setiap detail dari sampul rekaman lawas itu—berat dan bobot dari album itu ada di tanganku.
Namun kini, kenyataannya, semua itu sudah lenyap untuk selamanya. Dan aku sendirilah yang melenyapkan mereka. Tak akan pernah lagi aku mendengar rekaman-rekaman itu di sisa hidupku.
Aku mengingat aroma tembakau saat aku mencium Izumi. Rasa bibir dan lidahnya. Kututup mataku. Aku ingin ia ada di sisiku. Aku ingin ia menggenggam tanganku, seperti yang ia lakukan saat kami terbang melintasi mesir, dan takkan lepas.
Ombak itu akhirnya menghantamku dan pergi begitu saja, dan pula musik itu.
Apakah mereka berhenti bermain? Mungkin saja begitu. Lagipula, ini sudah hampir pukul satu. Atau mungkin sebenarnya musik itu tidak pernah dimainkan. Itu pun sangat mungkin. Aku sudah tak memercayai pendengaranku. Aku memejamkan mata lagi dan tenggelam ke dalam kesadaranku—menurunkan suara, membiarkan segalanya tenggelam ke dalam kegelapan itu. Tapi aku tidak mendengar suara apa pun. Tak ada gema.
Aku melihat jam tangan. Dan baru menyadari aku bahkan tak mengenakannya. Sambil mendesah, aku memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Aku tidak terlalu peduli soal waktu. Kupandangi langit. Bulan mengambang seperti karang yang dingin, kulitnya habis digerogoti waktu yang tak kenal kasihan. Bayang-bayang di permukaannya seperti kanker yang tengah memperluas wilayahnya. Cahaya bulan memperdaya pikiran manusia. Melenyapkan kucing. Dan ia juga melenyapkan Izumi. Mungkin kejadian malam ini sudah disusun dengan hati-hati, dimulai dari malam saat kucing itu menghilang.
Aku menggeliat, melemaskan lenganku, jemariku. Haruskah kulanjutkan, atau kembali dengan cara yang sama seperti aku datang? Kemanakah Izumi pergi? Tanpanya, bagaimana aku bisa terus bertahan hidup, sendirian di pulau terpencil ini? Ia satu-satunya hal yang menyatukan kerapuhan, kelabilanku.
Aku terus menanjak ke atas bukit. Aku sudah datang sejauh ini dan lebih baik sampai ke puncak. Benarkah ada musik di sana? Aku harus memastikannya sendiri, bahkan meski hanya tersisa sedikit bukti. Dalam lima menit, aku telah mencapai puncak. Di sebelah selatan, bukit melandai ke laut, pelabuhan, dan kota yang terlelap. Lampu-lampu jalan menghiasi jalan raya sepanjang pantai. Sisi lain bukit terbungkus kegelapan. Tak ada indikasi apa pun yang menunjukan bahwa pesta pernikahan baru saja di gelar di sana beberapa saat lalu.
Aku kembali ke apartemen dan menenggak segelas brandy. Berusaha tidur, namun tak bisa. Hingga cahaya muncul di ufuk timur, aku masih berada dalam cengkraman rembulan. Lalu tiba-tiba saja, aku membayangkan tiga kucing itu, nyaris mati kelaparan di dalam apartemen yang terkunci. Aku—yang benar-benar aku—sudah mati, dan kucing-kucing itu hidup, menyantap dagingku, menggigit jantungku, menghisap darahku, melahap penisku. Samar-samar, aku dengar suara mereka menjilat menjilati otakku. Seperti penyihir dalam Macbeth, tiga kucing lincah mengelilingi kepalaku yang hancur, menyeruput sup kental di dalamnya. Ujung lidah mereka yang kasar menjilat lipatan-lipatan pikiranku yang lunak. Dan tiap jilatan mereka membuat kesadaranku berkedip-kedip seperti lidah api dan memudar.
11 notes · View notes
sembadamebel · 7 years
Text
Coffe Table Jati Retro Moden SMJ-698
Coffe Table Jati, meaj kopi kayu jati, meja kopi retro, meja kopi scandinavian, meja kopi modern, mid century coffe table Jual Coffe Table Jati Retro Moden SMJ-698 Produksi Mebel Jepara ang Memiliki SPesifikasi Sebagai Berikut By Sembadamebel.com
Nama: Coffe Table Jati Retro Moden
Kode: SMJ-698
Bahan Kayu: Jati
Finishing: Melamine
Ukuran: 120 x 60 x 50
Harga: 2.200.000
Model Desain Coffe Table…
View On WordPress
0 notes
bawufurniture · 3 years
Text
Meja Kopi Jepara Model Minimalis Retro Terbaru
Meja Kopi Jepara Model Minimalis Retro Terbaru
Meja Kopi Jepara Produk Meja Kopi ini hadir dengan desain minimalis masa kini yang up to date dan trendi dengan kaki ramping ala retro modern style. Dan untuk masalah tampilan visual, finshing melamine warna salak tua sangat tepat untuk menghadirkan warna berkelas pada interior ruang tamu anda. Namun pada bagian laci dilapisi dengan cat duco warna abu-abu yang terbuat dari bahan kayu mahoni oven.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
thankshypersomnia · 3 years
Text
THE ART OF EMPAN PAPAN
Beberapa kawan dirumah sendiri (di lingkungan sendiri) kerap mempertanyakan perihal lokasiku ngopi.
“kok, kamu ngopi jauh jauh terus sementara di desanya sendiri aku lihat kamu ga pernah ngopi?”
Pertanyaan diatas sangat benar dan betul bahwa aku memang seingatku ga pernah ngopi di kedai kedai kopi dan warung warung kopi di desa sendiri. Dan perihal ngopi yang jauh itu sebetulnya ga jauh jauh amat, lumayan dekat kok.
Jadi gini. Aku punya pembagian waktu khusus perihal ngopi. Aku sendiri menganggap waktu ngopi adalah waktu untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu senggang. Aku ga pernah ngopi untuk mengerjakan tugas atau ngopi untuk melakukan pekerjaan. Jika kamu ngopi untuk bekerja atau untuk  menyelesaikan pekerjaanmu. Selamat, kamu anak ngops yang kaffah. Yang telah mencapai puncak tertinggi dalam dunia ngopi. Aku sendiri memandang ngopi sebagai suatu rekreasi dan hiburan. Disclaimer, ngopi disini yang kumaksud adalah ngopi dengan teman teman di warung/kedai kopi. Kalo ngopi sendirian dirumah buat menikmati waktu istirahat atau mengerjakan tugas ya hampir tiap hari. Oke balik ke tulisan ya. Aku sendiri menjadikan waktu ngopi sebagai sarana untuk hiburan dan rekreasi. Didalam waktu ngopi itu aku lebih suka dengan menghabsikannya untuk diskusi berjam-jam. diskusinya apa saja yang penting ngobrol tatap muka dan hape betul betul off. Yang kedua adalah ngobrol. Ada perbedaan antara ngobrol dan diskusi. Jika ngobrol aku sedikit lebih banyak  mendominasi pembicaraan maka untuk diskusi aku lebih banyak mendengar. Dan yang ketiga adalah just for fun, sesimpel ngopi bareng kawan-kawan membahas hal-hal receh dan gitaran dengan lagu apa saja. Yang penting bisa dinyanyikan bareng-bareng. Di setiap jenis aktivitas ngopiku itu aku sudah mempunyai jenis kawan yang berbeda-beda. Ada yang enak untuk diajak diskusi ada yang enak untuk diajak ngobrol dan ada pula yang enak untuk diajak gitaran bareng atau sekedar bermain kartu. Masing masing ada tempatnya sendiri dan masing masing saling mengisi waktu luangku. Konsep seperti itulah yang dalam filosofi Jawa disebut sebagai Empan papan. Artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tidak semua hal adalah baik dan tidak semua adalah buruk. Dalam kehidupan masing-masing memiliki sisi baik dan sisi buruk. Mencampurkan hal baik dengan hal buruk itu buruk. Selamanya berusaha melakukan hal yang terbaik itu tidak baik. Masing masing ditempatkan dan dikembalikan kepada empunya. Dan aku benar-benar menjadikan ngopi sebagai sarana untuk rekreasi dan hiburan. Karena ngopi adalah sarana rekreasi maka tidak setiap hari aku ngopi. Ngopi yang sesuai definis diatas lho ya. Ada waktu waktu tertentu untuk ngopi. Kebetulan karena aku orangnya pemalu dan pendiam. Maka waktu dirumah lebih banyak aku habiskan untuk berolahraga, menulis, dan bekerja sehingga ngopi dirumah itu rasanya hanya pemborosan saja bila kulakukan setiap malam. Dan hal demikian bila aku lakukan aku akan lebih terkesan sebagai pemuda yang gabut yang ga punya masa depan. Kerjaannya ngopi gajelas. Oleh sebab itu aku memang ga pernah ngopi di lingkungan sendiri. Mungkin nanti kalo sudah lulus dan bermasyarakat. Pilihan ngopiku beralih ke kedai kedai yang ada dilingkungan sendiri. Oleh karena itu aku memlih ngopi ditempat yang agak jauh. Aku ngopi misalnya. Karena lima hari penuh beekerja dan menghidupi hobi dari rumah. Maka dua hari aku memutuskan untuk ke Kudus karena kepentingan bimbingan skripsi. Setelah bimbingan skripsi yang ga nyampe sejam itu aku kan ga otomatis langsung kerumah yang ada di Pati yang menghabiskan waktu perjalanan selama satu jam setengah sesuai kecepatan normal. Setelah bimbingan skripsi itu aku kerap kali menghubungi kawanku untuk ngopi bareng. Ngobrol, sharing-sharing, diskusi dan lain lain itu cukup memuaskan batinku yang selama lima hari penuh bekerja dll itu. Jadi ngopi yang kulakukan itu benar benar berkualitas dan tidak sia-sia.
           Ada satu hal yang menarik di waktu ngopiku itu. Aku yang meskipun gemar berolahraga namun ketika ngopi ya merokok. Perihal merokok aku dulu sebetulnya yang anti rokok banget. Namun setelah baca baca sejarahnya aku jadi biasa saja terhadap rokok da lebih toleran kepada perokok. Di waktu ngopiu itu aku pasti merokok kalo memang ditawarin rokok tapi kalo temanku ga merokok aku ya ga merokok. Artinya gini aku hanya akan merokok gratisan. Yaitu rokok yang ditawarin karena aku sendiri meskipun sudah merokok aku tidak pernah membeli rokok. merokok kalo hanya dikasih gratisan.
           Setelah rutinitas ngopiku yang biasanya berlangsung 2 hari itu. Sekembalinya kerumah aku berolahraga lebih giat. Olahraga ini kumaksdukan uintuk membakar lemak lemak karena makan enak diwaktu waktuku ke kudus itu. Serta membakar nikotin karena menghisap rokok-rokok yang enak serta membakar kafein karena meminum kopi yang enak enak. Ngopi dan bekerja itu akan terasa nikmat bila ditempatkan sesuai waktu dan tempatnya. Work Life Balance kalo kata orang orang Jakarta. Dah ya, ini aku sudah kembali lagi ke rumah ketemu kasurku yang empuk untuk rebahan serta meja belajarku yang retro retro gimana gitu yang selalu meunculkan hawa untuk semangat menulis. Dah ya, mau sepedaan dulu biar lemak, kafein dan nikotinnya kebakar.
See you, minggu depan ngopi lagi kawand.
0 notes
pusatmebel · 4 years
Link
Meja kopi opium rectangular merupakan perabot mebel jepara yang terbuat dari kayu jati dengan desain minimalis semi klasik untuk kebutuhan meja ruang tamu.
Meja kopi opium rectangular adalah salah satu produk ungulan kami produk asli buatan pengerajin jepara yang berkualitas bagus dengan bahan pilihan berupa kayu jati dan finishing natural semi doff dengan tampil klasik. Produk mebel untuk ruang tamu dan ruang keluarga yang bisa kamu gunakan untuk meja tamu dan meja kopi di rumah, apartemen, hotel, cafe, restoran dan lain-lain.
Meja Kopi Opium Rectangular
Meja tamu opium ini memiliki model contemporer klasik dengan model lengkung pada kaki penyangganya dan daun top yang halus dan rapi. Kamu bisa memesan kepada kami warna yang sesuai keinginan kamu, warna natural semi doff atau natural semi glossy. Pesan kebutuhan lainnya juga untuk mendapatkan harga spesial dan harga diskon dari kami.
Spesifikasi Produk Meja Kopi :
Bahan Baku : Kayu Jati
Finishing : Melamine
Kode : LRF MJK 011
Keterangan : Harga satuan
Dimensi Produk Meja Tamu :
Meja : P 100 cm x L 70 cm x T 40
Paket Produk Coffee Table:
1 unit meja ruang tamu
Kenapa Membeli di Jepara Indah Furniture ?
Produsen furniture jepara yang profesional dan berpengalaman. Menghasilkan produk yang berkualitas bagus. Seperti meja kopi ruang tamu yang akan anda dapatkan kali ini.
Produk mebel yang kami produksi menggunakan bahan material yang berkualitas baik. Sehingga produk yang anda pesan terjamin dan tidak usah anda ragukan kualitasnya.
Proses produksi melalui tahapan pengontrolan yang bagus dan profesional. Prinsip dasar dalam mempertimbangkan kontruksi, amplas yang rapi dan halus, finishing terbaik dan packing yang rapi dan aman.
Kami mengembangkan desain-desain terbaru dan kekinian baik mewah, klasik, retro maupun minimalis moderen yang menyesuaikan dengan rumah anda.
Team desainer dan drafter yang profesional, sehingga kami terbuka dengan permintaan anda yang menyesuaikan dengan konsep rumah anda.
Harga yang yang bagus dan terjangkau namun kualitas tetap bagus.
Panduan Perawatan Furniture :
Hindari dari air yang berwarna, panas / api dan bahan kimia.
Gunakan kain microfiber untuk membersihkan.
Ikuti serat arah alur kayu menggunakan Lap kain lembab.
Apabila ada noda yang membandel, bersihkan dengan air sedikit kemudian langsung dilap kain kering.
Catatan Singkat :
Anda bisa custom desain dan warna sesuai dengan yang anda inginkan untuk produk meja kopi ruang tamu ini.
Jenis, Macam dan Varian dari Meja Konsol
Berbagai jenis coffee table yang bisa kamu gunakan untuk mengisi rumah kamu. Untuk jenis-jenisnya kami rangkum sebagai berikut :
Meja tamu ukir klasik dan mewah yang menanjolkan ke-indahan seni pahat dan ukir tangan pada kayu jati maupun kayu mahoni.
Meja kopi model minimalis dari kayu jati maupun kayu mahoni yang terlihat lebih moderen dan simple pada desainnya.
Coffee table model retro atau scandinavian, dengan model kekinian dan terbaru yang lebih menarik dan diminati banyak pelanggan kami.
Anda bisa menyesuaikan dengan konsep interior dan tata ruang di rumah anda apakah cocok menggunakan meja tamu / meja kopi model ukir, klasik, minimalis, moderen atau retro ?
Pastikan model mana yang cocok agar tidak menyesal dikemudian hari, silahkan hubungi customer service kami untuk konsultasi sebelum memesannya. Konsultasi konsep gratis sebelum pemesanan.
Cara OrderPemesanan Via Online :
Silahkan lihat koleksi produk kami dan pilih produk yang anda inginkan, selanjutnya segera hubungi kami di :
Phone : (+62) 81 278 3333 11
WA : (+62) 81 278 3333 11
Cara pembayaran:
Berikut metode pembayaran dibawah yang bisa anda pilih :
Dibayar 100% langsung lunas, anda bisa mengunjungi tempat kami di jepara untuk melakukan pembelian.
Dibayar 50% sebagai DP dan 50% selanjutnya jika barang siap untuk dikirim (foto produk pesanan akan kami update kepada anda).
Dibayar 50% sebagai DP serta untuk biaya pengerjaan awal, 30% ketika siap finishing selanjutnya 20% ketika barang siap untuk dikirim (foto produk pesanan akan kami update kepada anda).
Proses Pembayaranvia online transfer melalui:
Bank BRI A/n : Muhamad Roghibin No. Rekening : 0022-01-027648-50-4
Bank BNI A/n: Muhamad Roghibin No. Rekening : 0448724912
NB : Sebelum pelunasan kami akan mengirimkan foto pesanan anda, untuk memastikan bahwa barang yang kami buat sesuai dengan pesanan anda.
Syarat dan Ketentuan
Harga yang kami sampaikan belum termasuk ongkos kirim ke lokasi anda.
Pastikan desain, warna finishing dan lainnya telah disetujui oleh anda sebelum pengiriman.
Standar packing kami menggunakan single face yang dibalut dengan plastik packing, custom packing yang overhead akan adanya biaya tambahan pada pihak pembeli.
Garansi barang 6 bulan untuk perbaikan di tempat, karena barang mebel sudah 6 bulan dipastikan baik-baik saja. Jika ada kerusakan disebabkan oleh pihak pembeli kami tidak ada garansi.
Kerusakan pada saat pengiriman akan di tanggung oleh pihak ekspedisi, pihak penjual membantu untuk berlangsungnya proses perbaikan.
Cara Pengiriman
Pengiriman barang pesanan untuk daerah jawa tengah bisa menggunakan pick up atau antar sendiri dengan minimal 3 set pemesanan di toko indah furniture jepara.
Untuk pengiriman luar wilayah jawa tengah kami menggunakan jasa ekspedisi langganan, atau bisa sesuai dengan recomendasi dari anda.
Saat proses pengiriman barang pesanan anda berjalan, kami akan mengirimkan nomor telepon pihak expedisi dan nomor telepon Pak sopir yang akan mengantarkannya. Supaya anda dapat memandu jalan ketika mendekati lokasi anda, dan pak sopir tidak kesulitan dalam mencari alamat rumah/tujuan anda.
0 notes
freesandwiches · 5 years
Text
Inspirasi Dekor dalam ruang tamu utama
Ruang yang indah  pasti Ingin membeli jiwa siapa pun yang melihatnya. Berbagai gaya Kursi Tamu Sofa dan ide dapat disatukan dengan langkah yang ramah kalau perlu.
Tumblr media
Kontemporer Modern
Konsepnya sering menjadi pilihan banyak, gaya dan tata letak dalam pilihan gaya kontemporer kontemporer dengan penggunaan warna netral, putih atau hitam sebagai warna dominan yang dipasangkan dengan warna-warna cerah sebagai unsur ceria. Mereka juga dapat disuntikkan pada furnitur, selesai, atau bahkan dinding. Gunpasti furnitur dengan desain ramping dan sederhana. Masukkan elemen seperti retro, vintage, atau klasik ke dalam fitur unggulan Anda tanpa merendam elemen modern dan kontemporer. Cetpasti injeksi kain seperti katun, sutra dan linen dengan warna dan tekstur yang cocok dengan pilihan furnitur. Teknik penerangan datang dari berbagai sumber untuk menciptpasti suasana dan suasana yang menghidupkan elemen kontemporer.
Tumblr media
Shabby Chic
Gaya Shabby Chic yang menampilkan fitur femberikutn dan suntikan lembut dalam gaya pilihan berikut dapat mencuri hati penggemar. Konsep chic lusuh berikut juga dapat dikombinasikan dengan warna-warna pastel lembut seperti krim merah muda, merah muda dan putih. Juga dituntasi dengan aksesori bunga dan pilihan furnitur vintage atau klasik. Konsep berikut memberikan nuansa yang dapat nyaman untuk pengunjung festival. Pilihan set furnitur yang nyaman dengan sentuhan lembut yang sesuai dengan tema berikut menjadikan pengaturan berikut pilihan untuk banyak pemilik wanita.
Tumblr media
Glamor
Gaya glam, pemilihan hasil akhir dengan suntikan glitter, sangat cocok di setiap sudut. Warna furnitur yang dapat gelap seperti hitam, mahoni menjadi sinonim populer untuk konsep desainer glamor. Detail glamor membuatnya menonjol dalam gaya dan elegan dengan bidikan sederhana namun mewah. Konsep praktis masih ditampilkan dalam sentuhan berikut. Memilih Chandelier jelas meruppasti pilihan wajib untuk mereka yang menggunakani konsep Glam berikut. Perayaan pasti dapat bersinar dan bersemangat dengan rasa glamor berikut.
Industri
Konsep Industri kadang-kadang ditolak dengan sepenuh hati dalam pengaturan, karena sekelumit menganggapnya sebagai konsep setengah jadi dalam sentuhan dekoratif. Namun untuk sekepadaan orang, terutama mereka yang tinggal di kota dan tumbuh dalam gaya modern, konsep desain berikut menarik dan berani. Sebaliknya itu adalah konsep yang dapat santai dan terbuka. Pilihan penyelesaian sederhana dengan warna-warna gelap adalah pilihan tepat dalam konsep berikut. Besi, kaca, alumberikutum, pipa ledeng dan karet adalah elemen menarik untuk sentuhan industri. Ruang tamu dengan pilihan berikut mau mengundang para tamu untuk liburan yang dapat santai.
Tumblr media
Skandinavia
Konsep dekorasi bergaya Kursi Tamu Sofa Minimalis Skandinavia berikut menekankan penggunaan furnitur sederhana, sederhana, dan mberikutmalis. Pilihan cat dinding putih adalah opsional dalam sentuhan berikut. Elemen alami seperti cetpasti injeksi kayu dan dekorasi segar membuat ruang tampak dapat nyaman dan ekspresif dalam penataan. Konsep yang dapat terbuka dan nyaman berikut membuat para tamu datang untuk menikmati pengalaman santai saat berada di ruang tamu yang luas berikut. Tata ruang pasti sempurna dengan ruang tamu yang dapat terbuka dan luas.
Pedesaan
Ide-ide pedesaan kuno adalah sekolah tua, dapat bernapas di ruang tamu kalau interiornya didekorasi dengan cerdas. Penggunaan kayu panel sebagai pengganti cat untuk injeksi sentuhan yang dapat canggih berikut. Tujuannya untuk bertambahkan elemen geometri karena bentuk alur kayu memiliki simetri yang sangat menarik. Padankan dengan pilihan furnitur kayu gelap seperti meja kopi dan lemari hias. Selain itu, Anda harus memastikan bahwa setiap kamar di rumah nggak diisi dengan berbagai barang yang nggak cocok untuk diperiksa. Cukup letakkan semua perabot dan peralatan yang diperlukan di rumah Anda dan kalau Anda tetap seperti itu, rumah Anda tuntas dengan konsep pedesaan modern.
0 notes
Photo
Tumblr media
Meja kopi atau d gunakan untuk meja tamu sangat cocok untuk y suka model retro scandinavian. @safitrijati_jepara Perusahaan mebel kualitas siap melayani pesanan secara sistim online belanja aman,mudah dan bergaransi ,siap melayani pesanan n pengiriman dalam kota - luar pulau. More info & fast response: ☎️ Telp. WA 082223542605 Whatshap : 085741057785 💬 line : rifqi_safitrijati 📩e-mail : [email protected] 🌐 www.safitrijatifurniture.com 🌐 🌐www.safitrijatifurniture.com🌐 🏠⌚ Showroom&Workshop: Jalan Raya Ngasem - Raguklampitan Rt 21 RW 03 Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara Jawa-tengah. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ✅ORDER👉PROSES👉SABAR👉HASIL👉KIRIM ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Toko online asli dan terpercaya yang terdaftar resmi di google Indonesia. 🌏www.safitrijatifurniture.com🌏 @safitrijati_jepara juga melayani segala pesanan model custom finishing warna juga warna kain jok sesuai pesanan konsumen. #mejatamuscandinavian #mejatamuantik #mejatamuvintage #mejatamuretro #mejatamubundar #mejatamukayu #mejatamuunik #mejatamumodern #mejatamumewah #kursirotan #mejatamujati #mejatamumurah #mejatamuminimalis #mejateh #mejatamuoval #mejatamu #mejasuar #mejatamujepang #mejaindustrial #mejakopi (di Pondok Gede ,bekasi) https://www.instagram.com/p/B5QzyzCpiK7/?igshid=1fowqfv7ptrt2
0 notes
roufjepara · 5 years
Link
Meja Tamu Vintage Ventura 2 Laci, jual meja tamu minimalis, jual meja kopi, harga meja tamu minimalis, mejatamu minimalis murah,harga meja kopi minimalis, jual mebel vintage, harga mebel vintage, mebel vintage murah, mebel retro terbaru, jual furniture minimalis, harga furniture retro, toko mebel retro
0 notes
zingganusantara · 5 years
Text
Ragam Pengalaman Berbelanja di Dubai
New Post has been published on https://zingganusantara.com/hobby/ragam-pengalaman-berbelanja-di-dubai/
Ragam Pengalaman Berbelanja di Dubai
Tumblr media
Dubai dikenal sebagai destinasi berbelanja untuk para style-setter untuk membeli barang-barang yang wajib dimiliki dari berbagai desainer top dunia, butik mewah, barang-barang khusus, dan yang terbaik dari pasar lokal.
Tumblr media
Pengalaman Berbelanja di Dubai
Konsep Berbelanja yang Unik di Dubai
Meskipun Dubai terkenal dengan banyak mal perbelanjaan yang menjadi rumah bagi toko-toko high street dan desainer yang tak ada habisnya, koleksi toko berkonsep independen kota ini juga sempurna bagi mereka yang ingin menjelajahi tren yang lebih baru dan sedang populer – juga untuk menciptakan gaya personal anda.
CHI-KA adalah toko kimono kontemporer dan ruang seni yang berfungsi untuk menampilkan gelombang baru estetika Jepang. Butik ini menjual kimono Jepang buatan tangan dan perpaduan kimono-abaya, bersama dengan beragam program kolaborasi dalam seni rupa, desain, kerajinan, robot, multimedia, dan pertunjukan.
FMM by Fatma Al Mulla merepresentasikan hasrat sang pendiri, Fatma Al Mulla, terhadap seni, desain dan fotografi serta perspektif uniknya tentang budaya Emirat. Diluncurkan pada 2012, FMM memberikan wawasan konseptual ke dalam budaya Arab, tercermin melalui ilustrasi yang terinspirasi dari budaya pop di Dubai.
The Good Life adalah tempat yang tepat bagi penggemar sepatu kets sejati, menampilkan beberapa sepatu paling langka di Dubai. Merek ini bangga akan pengembangan budaya sepatu kets di kawasan ini dengan aksesnya ke keluaran terbaru, bergaya unik, dan koleksi-koleksi yang paling diidamkan. Toko yang berlokasi di Alserkal Avenue ini awalnya didirikan di Beirut, sebelum membuka cabang keduanya di Dubai.
Dubai juga dipenuhi dengan berbagai butik dan toko trendi yang menyediakan barang langka dan edisi terbatas.
Teeb Emirates Perfumes adalah salah satu gerai parfum tertua di Dubai, dioperasikan oleh ekspatriat India Yousuf Mohammed Ali Madappan yang telah meracik parfum selama 30 tahun. Berbasis di Deira’s Gold Souk, toko ini menyimpan lebih dari 10.000 aroma, yang digunakan untuk membuat lebih dari 200 wewangian setiap hari – dengan keunikan masing-masing.
Flip Side adalah satu-satunya toko rekaman independen di Dubai, yang memiliki piringan hitam terbaik dari semua genre. Dirancang untuk menjadi pusat komunitas musik, toko ini juga mengadakan sesi bulanan dengan DJ di kancah musik lokal dan menyelenggarakan seminar produksi musik serta pemutaran film dokumenter.
Comicave adalah toko merchandise dan koleksi budaya pop satu-satunya di Dubai, yang membawa barang koleksi kelas atas kepada penggemar budaya budaya pop – baik itu patung, ukiran, figur aksi, replika prop, dan memorabilia dari studio-studio paling terkemuka di seluruh dunia.
Noble Collection adalah toko merchandise, properti, dan koleksi yang tersimpan di The Dubai Mall, tempat Anda dapat mengambil semua jenis memorabilia yang berkaitan dengan Harry Potter, Lord of the Rings, Game of Thrones, Marvel dan Komik DC.
Dubai juga merupakan surga bagi para pengrajin dan desainer Emirat, menampilkan ansambel lokal dengan sentuhan kontemporer, cocok untuk yang hobi berbelanja hasil olahan tangan warga Dubai.
Ush Boutique didirikan pada tahun 2009 sebagai ruang artisanal untuk abaya kontemporer, gaun malam, pesanan kreasi busana, lini pakaian dan aksesori siap pakai. Terletak di jantung Jumeirah di Al Wasl Road, butik ini memiliki barang-barang tiada duanya yang dijual eksklusif hanya di tempat tersebut.
O-Concept adalah butik dan kedai kopi eklektik dan luas yang dimiliki oleh pengusaha Emirat Omar Bin Khediya. Tempat tersebut menampilkan pakaian santai dan malam, serta aksesoris unik. Dengan langit-langit yang terbuka dan lantai semen yang dipoles, dengan furnitur klasik dan detail retro, toko ini memiliki nuansa loft New York yang bercampur dengan sedikit gaya minimalis Eropa.
Suvenir
Perjalanan ke Dubai tidak lengkap tanpa beberapa suvenir untuk membantu Anda mengingat pengalaman unik Anda berpetualang ke gurun.
Susu cokelat unta adalah kelezatan lokal sejati di Dubai. Menggabungkan tradisi terbaik pembuatan cokelat dengan susu krim unta, susu cokelat unta premium Al Nassma mengandung berbagai macam rasa termasuk susu murni, kurma, 70% kakao dan rempah-rempah Arab. Jika Anda tidak terlalu suka makanan manis, Anda juga dapat membeli hadiah sabun susu unta buatan tangan dari The Camel Soap Factory yang dibuat di Dubai menggunakan 25% susu unta.
Untuk mencicipi manisan dan teh gourmet, pergilah ke VIVEL Patisserie, yang memiliki lebih dari 300 koleksi kue kering – masing-masing penuh dengan rasa eksotis dan unik perpaduan cita rasa dari Eropa, Timur Tengah dan Persia. Mereka diproduksi secara unik menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, dan merupakan makanan yang disukai di beberapa pernikahan dan acara paling bergengsi di kota.
Kopi Arab (atau “Gahwa”) adalah bukti tradisi lama penanaman dan konsumsi kopi di Timur Tengah, dan merupakan tanda keramahan tradisional Emirat. Biasanya dibumbui dengan kapulaga, jintan, cengkeh dan kunyit dan dituangkan dari teko kopi Arab klasik yang disebut “dallah” (yang digambarkan pada koin satu-Dirham) dan disajikan dalam cangkir kecil tanpa pegangan yang disebut “finjaan”.
Aroma khas Dubai adalah Oud atau Bakhoor tradisional. Oud adalah minyak wangi yang berasal dari resin gaharu – dan tersedia dalam kondisi murni, atau dicampur dengan minyak bunga lain seperti mawar dan melati untuk mengimbangi kuatnya aroma Oud. Bakhoor, di sisi lain, adalah istilah untuk kepingan gaharu yang dibakar untuk menghasilkan aroma lembut yang meresap ke seluruh ruangan. Ini adalah alternatif yang baik untuk lilin dan dupa – dan merupakan pilihan yang lebih ringan jika Anda menyukai aroma ini.
Belati tradisional, yang dikenal sebagai ‘khanjars’, merupakan bagian intrinsik dari warisan Badui Dubai. Anda dapat menemukan versi lokal yang dengan setia merepresentasikan desain tradisional dan dibuat dalam perak dengan lapisan emas asli – tidak berbeda dengan apa yang akan dibawa oleh para pemimpin suku secara historis. Bingkai yang rumit membuatnya tetap terlindungi namun tetap cantik untuk ditampilkan.
Mungkin salah satu makanan penutup paling terkenal dari wilayah ini, baklava dituangkan ke beragam bentuk lezat. Dubai menawarkan beberapa toko untuk berbelanja manisan terbaik, yang memiliki spesialisasi dalam baklava tradisional. Makanan penutup yang berasal dari Turki ini beraneka segi, dibuat dari adonan tak beragi, diisi dengan bermacam-macam kacang dan disiram dengan madu yang lengket dan manis.
Layanan Berbelanja
Anda dapat menikmati belanja ‘hands-free’ di berbagai mal di Dubai, yang berarti barang Anda dapat dikirimkan ke rumah Anda tanpa perlu repot. Pelanggan dapat menitipkan tas-tas belanja mereka di meja koleksi dan mengambilnya nanti (mungkin setelah menonton film) atau mengatur agar barang-barang tersebut dikirim ke mobil, rumah atau hotel. Layanan ini tersedia di Mall of the Emirates, City Centre Mirdif dan The Dubai Mall (yang memberikan layanan ini secara gratis untuk semua pembelian lebih dari AED500).
Sejumlah pusat perbelanjaan dan butik independen juga menawarkan layanan pembelanja pribadi, dengan penata gaya terbaik kota ini yang akan membantu Anda menghemat waktu, menghabiskan dana dengan bijak, dan menyempurnakan gaya Anda. Anda dapat memanfaatkan layanan gratis ini di Le66 Champs Elysees di City Walk, serta di The Dubai Mall’s Fashion Avenue (yang juga menyediakan layanan sopir pribadi untuk pembeli di sekitar mal dengan kereta dan akses ke VIP Lounge mal).
0 notes
nz-furniture · 3 years
Photo
Tumblr media
Furniture terbaik karya lokal jepara kualitas export Desain Minimalis. #kursiterasnzfurniture . Tambahkan desain retro ke ruang Anda dengan kursi malas teras ini. Kursi ultra-nyaman ini terbuat dari kayu jati dan dilapisi dengan anyaman rotan asli. Sebuah ikon gaya dan desain abad pertengahan untuk dekorasi ruang Anda. . Bahan : Kayu Jati dan Mahoni. Formasi : 2 Kursi & Meja Kopi. Finishing : Rotan Brown. . Informasi : WA/Tlp : 085640722711 Untuk pertanyaan lainnya langsung chat aja yaa.. 😍 Terima kasih. . [ WAJIB DI BACA ] Keterangan : 1. Konfirmasi dahulu sebelum membeli. 2. Kebanyakan produk di NZ-Furniture preorder terlebih dahulu. 3. Pengiriman dengan jasa ekspedisi truk dari jepara. 4. Melayani pesanan mebel custome design dan custome ukuran. 5. Transaksi Bisa Lewat Tokopedia Yah. . Keyword Marketplace NZ Furniture : TokoPedia = Jepara Punya Furniture Shopee = nzfurniturejepara BukaLapak = NZ Furniture Jepara Website: www. nz-furniture. com . Link pemesanan lihat bio 👆🏼 ---------------------------------------------------- PERHATIAN : REKENING KAMI HANYA SATU ATAS NAMA AGUS FAJAR RUDITO SELAIN ITU PENIPUAN DAN AKUN KAMI CUMA SATU YAITU @ZAKIRFURNITUREINDONESIA_STORE SELAIN ITU PENIPUAN YAH. 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥 #zakirfurnitureindonesia_store #nzfurniture #jeparapunyafurniture #kursimalas #kursimales #kursisantai #kursiteras #kursiterasbali #kursiterasbatam #kursiterasbagus #kursiterasberkualitas #kursiterasbusa #kursiterascantikmojokerto #kursiterascibubur #kursiterascantikmini #kursiterasdaun #kursiterasdalamrumah #kursiterasgentong #kursiterashawairotan #kursiterashawai #kursiterasindonesia #kursiterasindustrial #kursiterasjatibatam #kursiterasjakarta #kursiterasjatimurah #kursiterasjok #kursiteraskartini #kursiteraskarakter #kursiterasluxury https://www.instagram.com/p/CQLz2BnlRPJ/?utm_medium=tumblr
0 notes
sembadamebel · 7 years
Photo
Tumblr media
Meja Kopi Scandinavian Retro Modern Jati Jepara Jual Meja Kopi Scandinavian Retro Modern, Meja kopi Retro, Meja Kopi Modern, Meja Kopi Jati, Meja kopi Scandinavian Minimalis Mebel Jepara…
0 notes
bawufurniture · 3 years
Text
Meja Kopi Minimalis Model Retro Dari Kayu Jati & Mahoni
Meja Kopi Minimalis Model Retro Dari Kayu Jati & Mahoni
Meja Kopi Minimalis Meja Kopi ini diolah dari bahan kayu jati pilihan kualitas bagus mix kayu mahoni oven pilihan yang dikerjakan langsung oleh pengerajin asli kota jepara. Didesain dengan konsep minimalis modern model terbaru ala retro style dengan kaki ramping meruncing serta tampilan visual yang keren. Yang mana dilapisi finishing melamine warna salak tua mix cat duco warna putih. Sehingga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
difacom · 5 years
Text
18 Kafe di Singapura Paling Unik dan Instagramable!
Singapura memiliki banyak tujuan wisata menarik. Selain tempat-tempat wisata, kafe-kafe unik juga harus dikunjungi di Singapura, karena banyak kafe yang unik dan tentunya memiliki tema InstagramableBagus untuk orang yang senang posting foto di media sosial. Segera ada oke sangat keren!
Berikut adalah rekomendasi untuk kafe unik dan Instagramable di Singapura yang harus Anda kunjungi. Jadikan liburan Anda lebih bermakna dan tidak membosankan dengan mengundang teman, pasangan, dan keluarga Anda. Datang dan lihatlah!
1. Wheeler Yard, bagi penggemar bersepeda
Sumber: Amourmou Instagram
Kafe unik di Singapura ini adalah surga bagi penggemar bersepeda. Di sekeliling kafe penuh hiasan sepeda yang sengaja ditampilkan untuk memanjakan mata. Menyelidiki kalibrasi, tampaknya Wheeler Yard adalah tukang reparasi sepeda yang menggandakan kafe di Singapura. Tidak hanya dipajang, sepeda ini bisa dibeli kamu tahu, meski harganya tidak murah.
bertema industri pedesaan, kafe ini adalah salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi Instagramable di Singapura. Anda bisa puas dengan foto sambil menikmati makanan. Jangan lupa untuk mengambil foto di pintu garasi biru yang ikonik yang merupakan ciri khas Yard, milik Wheeler. Tempatnya luas dan nyaman dan terdiri dari sebuah ruangan di luar ruangan dan ke pedalaman, Dijamin buat di rumah!
Jenis makanan yang dijual adalah masakan Barat ramah vegetarianJika Anda datang ke sini, cobalah Daging Sapi Wagyu, Kue Wortel, Pasta Kepiting Lembut, Mangkuk Babi, Pasta Mentaiko, dan Goreng Goreng. Sebelum memesan, jangan lupa tanyakan apakah menu yang diinginkan halal atau tidak.
alamat: 28 Lorong Ampas, Singapura 328781 Waktu pembukaan: Senin tutup Selasa – Jumat 11 pagi – 10 malam Sabtu-Minggu 10.30 pagi – 10 malam
2. Little House of Dreams, Rumah Impian Masa Kecil Anda
Sumber: Instagram Sharonachia
Apakah Anda punya anak atau saudara perempuan? Harus datang ke kafe unik ini di Singapura. Seperti namanya, Little House of Dreams adalah rumah impian yang lucu untuk anak-anak. Sangat cantik tempat foto Instagram Anda.
Kafe ini cocok untuk pertemuan keluarga itu juga dilengkapi dengan kursi dan meja khusus untuk anak-anak. Warna-warna pastel yang elegan menjamin bahwa foto Anda akan memuaskan!
Makanan di sini juga enak, meski dengan harga yang lumayan. Jika Anda pergi ke Little House of Dreams, Anda harus memesan Fish and Chips, Red Velvet, Nutty Nutella dan Gula Pandan Melaka yang terkenal. Bagi pecinta makanan manis, tempat ini seperti surga.
alamat: Blok 8 Dempsey Road # 01-14, Singapura 247696 Waktu pembukaan: Senin-Jumat 11: 00-22: 30 | Sabtu 9:00 pagi hingga tengah malam | Minggu 9:00 pagi sampai 10:30 malam
3. Platform 1094 untuk Pecinta Harry Potter
Sumber: Instagram blanchetaperla
Kafe unik dan Instagramable ini adalah salah satu tempat paling ajaib di Singapura. Platform 1094 adalah kafe bertema Harry Potter yang sangat kreatif karena Anda dapat berpakaian dan merasa seperti penyihir. Semua ornamen dan dekorasi di kafe ini pasti akan jatuh cinta kepada penggemar Harry Potter yang sebenarnya.
Di sini Anda dapat meminjam berbagai properti untuk foto bergaya penyihir, seperti tongkat, jubah mandi, topi, dan aksesori lainnya. Bahkan dari segi menu, nuansa Harpot sangat kental.
Menu yang disarankan adalah Bloodberry (dengan alkohol), daging kepiting Aglio E Olio, Suhnitzel Sous-vide Bebek Payudara dan Pesto Mayo Pork Ribs. Untuk hidangan penutup, pesan Piala Witch dan Piala Wizard (dengan alkohol). Juga pesan Piala Api (dengan alkohol), minuman unik yang mencipratkan percikan api ketika diterapkan kayu manis, sihir!
alamat: 1094 Serangoon Rd, Singapura 328192 Waktu pembukaan: Senin tutup Selasa – Minggu 11 pagi – 10 malam
4. Lutut Bee di garasi, tempat santai bersama keluarga
Sumber: Instagram beeskneessg
Jika Anda penggemar bangunan bergaya kolonial, Bee & Knees in The Garage adalah tempat yang sempurna untuk bergaul dengan orang-orang terkasih. Interior dirancang dengan indah dengan tema industri. Lokasi agak tersembunyi di antara berbagai tanaman di sekitarnya. Maklum lokasinya memang di dalam Singapore Botanic Gardens.
Tempat ini menawarkan menu barat dan sangat ideal untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak, keluarga, dan teman. Kafe unik di Singapura ini menawarkan ruang di luar ruangan dan ke pedalaman Nyaman Anda bahkan dapat membawa hewan peliharaan favorit Anda, kamu tahu,
Menu untuk dicoba di kafe ini di Singapura adalah Tiger Shrimp (pasta), apel karamel, yogurt Yunani dan cranberry (omongan) dan Truffle Carbonara Pizza. Menu khusus untuk vegetarian juga disajikan di sini.
alamat: 50 Cluny Park Rd, Level 1 Singapore Botanic Gardens, Singapura 257488 Waktu pembukaan: 8:00 pagi sampai 10:00 malam
5. Merek Sinpopo, nuansa kuno klasik
Sumber: Chflorence Instagram
Bagi Anda yang ingin mengambil foto dengan gaya tahun 60-an, datanglah ke Sinpopo Brand. Kafe imut ini di Singapura memiliki nuansa sekolah tua retro, sehingga Anda dapat membuat Anda merasa seperti kembali ke masa lalu. Kursi rotan, TV tabung, dan dekorasi unik lainnya akan menghidupkan kembali kenangan masa kecil orang tua atau kakek-nenek Anda.
Tidak hanya tempatnya yang indah, menu yang disajikan juga enak. Kafe ini menawarkan menu dan hidangan lokal seperti nasi goreng, gula melaka, dll. Menu yang disarankan adalah Sinpopo Sliced ​​Beef Horfun, Beehoon Kepiting Sinpopo, The Nonya Kiam Chye Arg, Ais Bor, Pulut Hitam dan Durian Pengat .
alamat: 458 Joo Chiat Rd, Singapura 427671 Waktu pembukaan: 12: 00-22: 00, kecuali hari Jumat dan Sabtu, pukul 12:00
6. Eatplaylove Cafe, kafe ramah anak di Singapura
Sumber: Instagram laxmiii_sbdr
Untuk Anda yang terobsesi dengan nuansa vintage, harus datang ke warnet Instagramable di Singapura. Eatplaylove Cafe dilengkapi dengan berbagai furnitur vintage siapa yang sangat cantik Kafe ini juga ramah anak dan menawarkan alat tulis dan buku mewarnai. Ada waktu untuk datang ke sini oke sebagai liburan ke Singapura bersama keluarga.
Berbagai makanan ringan lucu dan ringan dipajang di setiap sudut kafe unik ini. Menu umumnya adalah menu makanan dan kafe Asia.
alamat: 28 Aliwal St, # 01-07, Singapura 199918 (di Aliwal Arts Centre) Waktu pembukaan: Tutup pada hari Selasa Minggu-Kamis 11:00 hingga 21:00 | Jumat-Sabtu 11:00 pagi hingga 10:00 malam
7. Pemukiman pesisir
Sumber: Instagram wantweaves
The Coastal Settlement adalah kafe unik di Singapura yang harus Anda kunjungi. Desain vintage disertai dengan pohon-pohon hijau segar dan tanaman hias di sekitarnya. Kafe ini sangat populer karena memiliki banyak koleksi vintage seperti sepeda, telepon dan pemain vinil itu akan mengingatkanmu akan masa lalu.
Menu paling populer di sini adalah Truffle Fries yang diresapi dengan minyak truffle putih. Tidak menggunakan saus dan mayo sangat baik. Coba juga tumpukan Waffle TCS yang manis dan renyah. Ketika Anda datang ke sini, jangan lupa untuk mengambil foto taman instagenik,
alamat: 200 Netheravon Rd, Singapura 508529 Waktu pembukaan: Senin tutup Selasa hingga Kamis pukul 10.30 hingga 11.00 malam Jumat 10.30-00.00 | Sabtu 8:30 AM – 12:00 AM Minggu 8:30 pagi hingga 11:00 malam
8. Antoinette, dekorasi elegan dalam gaya Eropa
Sumber: Instagram yiran.pu
Antoinette menawarkan suasana nyaman dengan dekorasi bergaya Eropa. Kafe ini menyajikan masakan Prancis, baratdan Eropa, seperti pancake, kue, dan roti. Di kafe ini Anda juga dapat mencoba berbagai teh dan kopi yang lezat.
alamat: 30 Penhas Rd, Singapura 208188 Waktu pembukaan: Senin-Kamis 11:00 hingga 22:00 | Jumat 11.00 – 11.00 malam Sabtu 10 pagi – 11 malam | Minggu 10:00 hingga 22:00
9. Hungry Heroes untuk penggemar superhero
Sumber: Instagram _andrewwongg
Penggemar Marvel dan DC harus datang ke kafe Instagramable di Singapura. Figur Aksi dan panjang tema superhero mengisi setiap sudut. Sangat keren tempat foto Instagram Anda! Lebih baik berada di lantai 2 karena jauh lebih luas dan memiliki dekorasi yang lebih unik.
Makanannya juga masih memiliki elemen superhero seperti Burger Outlandish dan Gigantic Ka-Boomz, Bacon Karate Chop, Nuclear Fission Angus Beef Cheeks dan Hungry Heroes Platters.
alamat: 33 Tessensohn Rd, Singapura 217656 Waktu pembukaan: Senin tutup Selasa-Kamis 16:00 – 12:00 pagi | Jumat pukul 4 sore – 1 siang | Sabtu-Minggu 12.00 – 01.00
10. Sunday Folks, tempat menikmati es krim yang lezat
Sumber: Instagram chewyjuwy
Sunday Folks adalah tempat pertemuan yang asyik, terutama jika Anda suka es krim. Es krim di sini terbuat dari bahan-bahan premium dengan resep asli, sehingga rasanya otentik. Hidangan yang disajikan juga dijamin instagenik dan biarkan kamu menghabiskannya.
omongan disajikan di sini dengan es krim lembut dengan enam rasa berbeda, yaitu stroberi musim panas, kacang pistachio panggang, hitung lavender abu-abu, vanilla Madagaskar, gula pasir Melaka dan coklat hitam.
alamat: 44 Jln Merah Saga, # 01-52 Chip Bee Gardens, Singapura 278116 Waktu pembukaan: Senin tutup Minggu – Kamis 1 siang – 10 malam Jumat-Sabtu 12: 00-23: 00
11. Flock Cafe, kafe minimalis yang membuat Betah
Sumber: Instagram ohchoongkeun
Kafe unik di Singapura ini sangat nyaman dengan desain industri minimalis dan pencahayaan yang hangat. Setiap tabel terpisah dari tabel lain sehingga privasi terjaga di sini.
Menu yang harus Anda coba di warnet Instagramable ini adalah Eggs Sally, Banana French Toast & Crispy Bacon, Burger Babi Cheek, Ikan & Keripik, Cajun Fries, Shrimp Linguini dan Bolognese Linguini. Pilihan teh dan kopi yang berbeda juga merupakan keharusan untuk dicoba.
alamat: # 01-25 Tiong Bahru Estate, 78 Moh Guan Terrace, Singapura 162078 Waktu pembukaan: 8:00 pagi sampai 10:00 malam
12. SPRMRKT, Kafe Konsep Kafe dan Galeri Seni
Sumber: Instagram iris.nihao
Kafe unik di Singapura ini memiliki konsep kafe, supermarket, dan galeri seni dalam satu. Menu di SPRMRKT selalu diganti secara berkala sehingga pelanggan tidak bosan dan harus menulis dengan tangan Sentuhan sederhanaMakanan biasanya makanan barat seperti burger, kentang goreng, pasta, dan sebagainya.
Menu untuk dicoba di sini, misalnya sarapan ala Inggris, burger ayam bakar, kentang goreng keriting, domba rebus dan bayam, linguine, dll.
alamat: 501 Bukit Timah Road, 02-13 Cluny Court, Singapura 259760 Waktu pembukaan: 8:00 pagi sampai 8:00 malam
13. Tiong Bahru Bakery oleh Gontran Cherrier, toko roti paling enak di Singapura
Sumber: niqueynick Instagram
Daerah Tiong Bahru dikenal dengan banyak bangunan lamanya. Tiong Bahru Bakery sendiri memiliki gerai di Eng Hoon, Raffles City, dan Tang's Orchard Road. Namun, yang paling populer adalah di Jalan Eng Hoon karena terletak di Tiong Bahru. Kafe ini sering disebut sebagai toko roti yang terlezat di Singapura. Wow, itu membuat saya penasaran.
Kafe unik di Singapura ini selalu sibuk, bahkan pada hari-hari biasa. Sebagian besar pengunjung adalah wisatawan yang penasaran dengan roti dan kue kering kafe ini. Anda harus mencoba menu & Croissant dan Kouign-Amann. Kopi di sini juga enak karena mereka bekerja dengan kedai kopi Forty Hands. Apakah kamu tidak suka kopi? Jangan khawatir, minuman seperti teh dan air gratis juga tersedia di sini.
alamat: 56 Eng Hoon St, # 01-70, Singapura 160056 Waktu pembukaan: 8:00 pagi sampai 8:00 malam
14. The Living Cafe dari Balanced Living untuk gaya hidup sehat
Sumber: Instagram mvl1985
Untuk pecinta gaya hidup sehat dan makanan organik, kunjungi kafe unik ini di Singapura. Bahan makanan di kafe ini telah dipilih untuk membuat hidangan yang tidak hanya sehat tetapi juga lezat. Vegetarian sejati akan menyukainya.
Kafe ini menawarkan banyak hidangan mentah sehat. Living Cafe juga berusaha untuk tidak menyajikan daging merah, susu sapi, gula putih, pengawet, aditif buatan dan warna buatan. Tapi jangan salah, penampilan makanannya jelek Instagramable dan menarik. Harus coba makanannya di sini.
alamat: 779 Bukit Timah Rd, Singapura 269758 Waktu pembukaan: Senin-Kamis 11:00 hingga 19:00 | Jumat 11 pagi – 10 malam Sabtu jam 9 pagi sampai jam 10 malam Minggu jam 9 pagi sampai jam 8 malam
15. Clan Café, kafe baru Instagramable di Singapura
Sumber: Instagram rewind andreplay
Clan Café adalah kafe baru di Singapura dengan interior yang sangat elegan. Rungannya juga lebar dengan pencahayaan yang bagus. Sangat layak dikunjungi untuk memberi makan Instagram itu menarik.
Menu di kafe ini dibahas dengan koki lokal bernama Jeremy Nguee yang memiliki pengalaman dalam mengelola berbagai kafe. Di sini Anda dapat menikmati makanan sehat seperti mangkuk nasi, salad, kaldu, sandwich, teh herbaldan kombucha diseduh sendiri, Menu-menu yang tidak bisa dihapus termasuk Sandwich Otah, Grilled Angus Ribeye, Spiced Beef Broth dan Kueh Salat.
alamat: 31 Bukit Pasoh Rd, Singapura 089845 Waktu pembukaan: Senin – Sabtu 108.00 – 22.00 | Tutup pada hari Minggu
16. Lima dayung pemanggang kopi, rona minimalis dan tanaman hijau
Sumber: Instagram pandabears1423
Interior Five Oars Coffee Roasters terinspirasi oleh kafe-kafe di Melbourne dengan pencahayaan alami yang bagus. Penampilannya jelas sangat menarik dan Instagramable, baik di luar maupun di dalam. Dengan nuansa minimalis dan tanaman hijau, kafe ini menjadikan foto Anda benar-benar instagenik,
Meski agak mahal, menu makan siang di sini sangat beragam, mulai dari pasta hingga nasi. Menu yang disarankan adalah Cured Ocean Trout, Strawberry Avocado, Mentaiko Mac & Cheese, Beef Wellington dan Duck Gnocchi.
alamat: 39 Tg Pagar Rd, Singapura 088462 Waktu pembukaan: 8:00 pagi sampai 10:00 malam
17. Earlybird Café, kafe unik dengan tema burung
Sumber: Instagram earlybirdsg
Kafe bertema burung ini dekat dengan MRT Bugis. Penampilannya sangat artistik dengan mural burung, lukisan dinding dan tanaman hias yang rapi. Kafe, yang dibuka tahun lalu, akan merusak setiap pemburu foto tempat foto untuk kafe.
Menu untuk dicoba di sini adalah Tom Yum Prawn Pasta, Chicken & Pancake (favorit), King's Brekkie, Crumbed Eggs On Toast dan Truffle Shroom.
alamat: 17 Jln Pinang, Singapura 199149 Waktu pembukaan: Minggu-Kamis 08:30 hingga 21:00 | Jumat 8:30 pagi hingga 10 malam | Sabtu jam 9 pagi sampai jam 10 malam
18. Ruang sosial, nuansa Bali di Singapura
Sumber: Instagram danielfooddiary
Ruang Sosial Singapura memiliki perasaan bahwa Bali menjual barang-barang yang berbeda di satu toko. Mural di dinding dibuat oleh seniman dari Bali. Di sini Anda dapat menemukan berbagai produk etnis, pakaian, sabun, salon kukudan tentu saja makanan. Semua cangkir dan piring dibuat oleh pengrajin dan pengunjung dapat membelinya.
Terletak dekat Chinatown, kafe ini juga berlaku ramah lingkungan dengan menggunakan sedotan dan botol logam yang dapat digunakan kembali. Makanan juga mengandung menu sehat, seperti Mangkuk Smoothie dalam Flamingo merah muda yang terdiri dari buah segar dan susu kedelai, Area sosial juga menawarkan berbagai teh dan kopi yang lezat.
alamat: 333 Crete Ayer Rd, # 01-14, Singapura 080333 Waktu pembukaan: Tutup pada hari Selasa Senin – Sabtu 9:00 pagi hingga 7:00 malam | Minggu 9 pagi – 6 sore
Promo tiket ke Singapura
Ini adalah 18 kafe unik dan Instagramable di Singapura yang harus Anda kunjungi. Ayo bagikan dan berlangganan untuk mendapatkan pembaruan tentang kiat dan pedoman bepergian, Pesan tiket pesawat ke Singapura segera di Difa Wisata karena ada banyak penawaran menarik terutama untuk Anda. Ayo pergi!
Sumber Link: Kunjungi website
The post 18 Kafe di Singapura Paling Unik dan Instagramable! appeared first on Difa Wisata - Travel Agency, Tours & Shuttle.
The post 18 Kafe di Singapura Paling Unik dan Instagramable! appeared first on Difa Wisata - Travel Agency, Tours & Shuttle.
from WordPress http://bit.ly/3c0UeIz via IFTTT
0 notes
bawufurniture · 3 years
Text
Meja Kopi Jati Mix Kayu Mahoni Model Retro Minimalis
Meja Kopi Jati Mix Kayu Mahoni Model Retro Minimalis
Meja Kopi Jati Terbuat dari bahan kayu jati pilihan kualitas bagus namun pada bagian top meja menggunakan bahan kayu mahoni oven pilihan. Dan produk Meja Kopi ini didesain dengan konsep minimalis modern model terbaru ala retro style dengan kaki ramping meruncing serta tampilan visual yang keren. Dimana perpaduan antara finishing melamine warna salak dengan cat duco warna putih. Sehingga sangat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes