#meja kasir
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pembuatan bangku kursi meja untuk sekolah, ponpes, warung dll
Kami Mebel Kita Mojokerto, berpengalaman dalam pembuatan mebel kayu lebih dari 30 tahun. Melayani pembuatan bangku kursi meja untuk berbagai macam keperluan. Untuk sekolah, pondok pesantren, warung makan, warung kopi, meja lesehan, kursi santai, kursi teras dan sebagainya.Lokasi kami di Mojokerto, melayani pengiriman ke seluruh Jawa Timur.Silahkan hubungi kami melalui telpon/sms/whatsapp 0858…
#bangku kayu#meja kasir#meja kursi#meja resepsionis#meja rumah makan#meja warkop#meja warung#mojokerto
0 notes
Text
Ternyata, bahagia bukanlah sebuah tujuan. Ia adalah serangkaian perjalanan.
Sore tadi aku —sebagai penggemar jalan kaki, melakukan perjalanan kecil menuju Indomaret yang hanya 850 meter jauhnya dari tempat tinggalku. Pergi membeli sebotol jus jambu yang tak pernah tergantikan posisinya dalam jajaran kandidat jus yang kukehendaki. Bagian menariknya bukan soal perjalanan kecilku, tapi tentang seorang kakek dengan kulit legam dan rambut ikal tak terawatnya yang berpapasan denganku di dekat meja kasir. Kakek itu hanya membeli sebotol air mineral. Tetapi kilau matanya sama bersinarnya seperti kilau mata yang akan aku pancarkan ketika aku berhasil membeli satu pesawat pribadi. Sengaja aku menyapanya yang duduk di bangku sambil meneguk air dari botol yang mulai berembun. Berceritalah ia begitu senangnya bisa memasuki tempat ini, baginya semua terlihat mahal dan ia tak berani untuk sekedar menjajakan ibu jarinya. Maka membeli sebotol air mineral dari Indomaret terasa seperti berada pada level baru kehidupannya.
Oh, ternyata ada ya orang yang begitu sumringah hanya karena dapat membeli sebotol air mineral di Indomaret. Bagiku berlalu-lalang di pintu Indomaret sudah tak dapat kuhitung lagi jumlahnya, teramat sering dilakukan hingga terasa biasa saja. Tapi, bagi beberapa orang yang beruntung, satu langkah melewati pintu itu terasa seperti sebuah perayaan yang istimewa yang dipenuhi binaran pada matanya.
Waduh, lagi-lagi aku lupa. Terlalu banyak hal berkecamuk dalam kepalaku beberapa hari terakhir, perihal syukur dan ragu, juga perihal yakin dan takut. Aku paham betul tak seharusnya aku membiarkan mereka berngiang dalam kepalaku. Namun aku dengan segala kesombonganku berpikir bahwa semuanya harus kuatur sedemikian rupa agar aku merasa lebih baik. Padahal punya kuasa untuk mengintip nasib saja tidak, tapi aku bertindak seolah semua akan berjalan dengan benar jika aku yang memimpin diriku sendiri. Hingga aku menempatkan semua ambisi dalam daftar prioritas dengan berjubel, membuatku cukup khawatir dan tak tenang, serta sedikit lupa untuk berbahagia.
Untungnya, sore ini aku kembali diingatkan bahwa bahagia itu sendiri berasal dari tenangku terhadap hal yang sederhana. Menjadi bahagia kadang memang terasa tak semudah seperti menekan tombol 'menjadi bahagia' lalu seisi dunia akan berjalan mengikuti ritmeku begitu saja. Sejatinya menjadi bahagia memang sesederhana menekan tombol 'menjadi bahagia' itu saja. Sebab semuanya berasal dari pilihan dan kemauan, sebagai dua hal paling sederhana yang terasa rumit dalam pertimbangannya —apalagi ketika tengah melalui masa yang tidak mudah. Tetapi untuk terus merasa beruntung adalah sebuah pilihan dan kemauan. Sebab merasa beruntung dengan hal-hal sederhana terurai sebagai bentuk manusia mengakui nikmat kehidupan.
Whenever I feel life is uneasy, Tuhan selalu mengingatkan dengan membawaku kembali membumi. Tentang bagaimana benda-benda luar angkasa yang berukuran raksaksa itu dibentuk dari debu-debu asteroid yang ukurannya berbanding jutaan kali lebih kecil. Tentang bagaimana pohon ek yang berlingkar lebih dari satu depa dalam sinema juga berasal dari sebuah biji yang ukurannya hanya sebesar genggaman tanganku. Tentang bagaimana aku sebagai sapiens yang juga tersusun dari komponen atom-atom dalton yang bahkan mata telanjangku saja tak dapat melihatnya.
Maka dari itu kukatakan, bahagia bukanlah tujuan sebab ia adalah serangkaian perjalanan. Tak datang dalam bentuk yang tiba-tiba besar, namun dimulai dari ukuran 'sederhana'. Terus dilipatgandakan hinga ukurannya bisa bermilyar kali lipat dari 'sederhana'. Namun ketika bahagianya sudah lebih besar, janganlah lupa dengan rasa tenang dalam kesederhanaan-kesederhanaan yang kecil ukurannya. Tuhan maha baik, aku seharusnya memperbanyak syukur dan menguatkan yakin.
25 notes
·
View notes
Text
I fell in love with you before i even realized that i did.
25 januari 2020
Dalam dunia penerbangan terdapat istilah yang namanya Critical Eleven, sebelas menit paling krusial dimana kecelakaan pesawat kerap kali terjadi yakni, tiga menit pertama setelah pesawat take-off atau lepas landas dan delapan menit sebelum pesawat landing atau mendarat.
Critical Eleven sejatinya tidak hanya mendeskripsikan mengenai pesawat terbang saja, namun juga bisa digunakan untuk menggambarkan pertemuan pertama dengan seseorang. Tiga menit pertama saat kesan pertama tercipta dan delapan menit terakhir ketika segala perangai juga raut wajahnya, menjadi penentu apakah akhir pertemuan itu akan menjadi sesuatu yang lebih atau justru berakhir sebagai perpisahan.
Awalnya Maya menyangka pertemuan pertamanya dengan Hannah kemarin akan berakhir sebagai perpisahan juga dan di penerbangan berikutnya ia tidak akan bersua lagi dengan Hannah, akan tetapi takdir berkata lain kejadian kemarin malah membawa mereka pada pertemuan lainnya entah secara kebetulan atau memang sudah garis takdir Tuhan.
Di malam ini Maya ingin memenuhi janjinya dengan Hannah untuk fine dining yang sudah mereka rencanakan tempo hari, meskipun sempat di buat hopeless karena Hannah tak kunjung mengabarinya selama dua minggu namun semangatnya seketika kembali manakala perempuan itu mengiriminya pesan dan sudah menyiapkan segalanya untuk fine dining mereka.
Penampilan Maya nampak sangat elok malam ini dengan dress hitam membalut tubuhnya, tidak banyak aksesoris yang melengkapi ia hanya mengenakan kalung berliontin kupu kupu pemberian sang ibu, yang memang selalu ia kenakan kemanapun ia pergi, terlihat sederhana namun bisa memikat semua mata yang memandang. Begitu ayu penampilannya untuk di pandang.
Kedua tungkainya melangkah masuk ke dalam hotel bintang lima dan menuju restoran mewah yang berada di lantai paling atas tempat janjiannya dengan Hannah, sesampainya disana seorang pelayan menghampiri Maya dan dengan ramah bertanya,
"Selamat malam kak, meja untuk berapa orang?"
Perhatian Maya teralihkan kepada sang pelayan, "Eh kemarin temen saya udah reservasi deh kayanya." Jawabnya
"Oh, kalau begitu boleh tau atas nama siapa kak?"
"Hannah Katherine."
Pelayan tersebut untuk sementara beralih ke kasir, melihat ke monitor komputer dan kembali lagi ke hadapan Maya segera mengantarkan perempuan kelahiran januari itu menuju ke meja yang telah di reservasi atas nama Hannah, berada tepat di sebelah jendela yang mengarah langsung pada pemandangan lampu lampu kota.
Sang pelayan pergi dan Maya duduk di salah satu kursi di meja itu, kepalanya menoleh memandangi view kota yang berada dibawah sebelum ia di distraksi oleh notifikasi ponselnya.
Dari Hannah.
hannah : Saya sudah sampai, kamu?
Lantas Maya segera mengetikkan balasan untuknya.
maya : aku udah di dalem restonya hannah
Tak ada balasan lagi dari sang pilot, mungkin saja ia juga sudah naik ke lantai atas. Maya kembali meletakkan ponselnya di atas meja, dan balik memandangi pemandangan diluar jendela sembari menopang dagunya menunggu kedatangan Hannah.
"Maya?"
Kepalanya menoleh ke arah sumber suara, mendapati presensi Hannah di hadapannya dalam balutan blazer berwarna gelap dan juga celana hitam, rambut panjangnya di kuncir rapi penampilannya nampak elegan juga berkelas, kecantikannya bertambah. Ia mengumbar senyuman manis yang bisa membuat siapapun terpana termasuk Maya sendiri.
"Udah lama ya nunggunya? Maaf saya agak terlambat." Hannah mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapan Maya, sementara Maya masih diam termangu memandanginya sebelum akhirnya tersadar dari lamunan.
"O–ohh belum lama kok han..."
Hannah masih mempertahankan senyumannya sembari menganggukkan kepala, ia memandangi wanita di hadapannya sejenak memusatkan seluruh atensinya hanya pada Maya seorang.
"You look beautiful tonight."
Maya setengah mati menahan senyum, ungkapan itu berhasil membuatnya tersipu malu, untung saja keadaan restoran yang agak remang remang ini mampu menyamarkan semburat merah di pipinya.
"Thank you, kamu juga han. You look so gorgeous." Ia balik memuji Hannah, benar benar tabiat wanita sekali yang kalau di puji mesti akan balas memuji.
"Haha terimakasih, anyway kamu sudah pesan?"
Maya menggelengkan kepala sebagai jawaban, dan Hannah pun segera memanggil pelayan ke meja mereka, sambil membawa buku menu dan menyerahkannya kepada dua puan itu.
Mata Maya menelisik setiap makanan yang tertera pada buku menu tersebut, harganya yang lumayan tinggi membuat Maya agak memelotot, untuk appetizer saja bisa meraup hampir 200 ribu? Itu bisa Maya gunakan untuk makan selama 2 bulan jika sedang di mess.
"Kamu mau apa?"
Aduh, ditanya begini Maya jadi kelimpungan sendiri.
Menyadari tak ada respon dari lawan bicaranya membuat Hannah segera mengalihkan pandangannya ke Maya, "Kenapa Maya?" Tanyanya lembut.
Maya agak tergemap bingung mau menjawab bagaimana, beruntung Hannah merupakan wanita dengan tingkat kepekaan yang tinggi. Seolah tau apa yang Maya khawatirkan ia berujar,
"Pesan apapun yang kamu mau, gausah mikirin soal harga. Bills on me kok."
Jujur Maya jadi tidak enak, sebenarnya dia mampu mampu saja membayar makanan yang harganya tak masuk akal itu dengan gajinya yang di atas rata rata, tapi karena ia merupakan tipe orang yang agak perhitungan segalanya harus ia pikirkan matang matang sebelum mengeluarkan uang.
"Mmm gausah deh han, aku aja yang bayar gapapa."
Hannah tersenyum simpul, "Saya yang ngajak kamu dinner Maya, udah seharusnya saya yang nanggung semua. Lagian juga saya mau menebus rasa bersalah saya karena udah marahin kamu kemarin. Pesan aja yang kamu mau jangan mikirin soal harganya, okay?" Ucapnya berusaha meyakinkan Maya, membuat perempuan di hadapannya itu termangu sejenak sebelum menganggukkan kepala disertai senyuman hangat diwajah.
"Okay...once again thank you so much Hannah. Aku berutang budi banget sama kamu, lain kali aku bakalan bales ya?"
Figur pilot itu menggelengkan kepala, "Don't think about it. Nikmatin aja malam ini."
Beres dengan urusan memesan makanan, dua puan itu akhirnya saling bercengkrama mengenal satu sama lain lebih dekat, menceritakan perjalanan karir mereka dan bagaimana rasanya bekerja di dunia penerbangan sambil di selingi dengan candaan, kalau di lihat lihat keduanya nampak seperti sudah kenal lama padahal baru bertemu dua minggu yang lalu. Obrolan itu terus berlanjut, sampai hidangan utama telah tiba.
"So... kamu termotivasi jadi pramugari because your mom is also a flight attendant?" Hannah bertanya sembari memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya.
"Mhm, sebenarnya aku gak pernah kepikiran pengen jadi pramugari sih dari sma tuh aku pengen banget jadi...jaksa?" Maya selingi dengan kekehan sebelum melanjutkan,
"Tapi mengingat jurusan aku yang gak ada hubungannya dengan hukum lebih tepatnya bukan hukum, jadinya aku milih untuk meneruskan perjalanan karirnya bunda menjadi pramugari."
Hannah fokus mendengarkan sembari memperhatikan wajah cantik nan lucu wanita di hadapannya, ingatkan Hannah untuk berkedip bola matanya bisa saja keluar gara gara terlalu asik memperhatikan Maya.
"Bunda masih jadi pramugari atau sudah berhenti?"
Maya hentikan kegiatan makannya sejenak ketika mendengarkan pertanyaan itu terlontar dari mulut Hannah.
"Udah berhenti han."
"Kenapa?"
"Beliau udah meninggal beberapa tahun yang lalu."
Dan rasa bersalah seketika menggerogoti hati sang pilot merasa lancang telah menanyakan hal yang tidak sepatutnya ia tanyakan, segera ia bersihkan tenggorokannya sebelum menyampaikan maaf.
"Maaf maya, saya turut berduka cita."
Maya menganggukkan kepala dan menjawab dengan senyuman manis menyertai wajah moleknya,
"It's okay, udah biasa kok."
Hannah memutar otak mencari topik obrolan lain agar sekiranya mereka tidak canggung setelah obrolan sebelumnya, "Kamu masih single atau sudah punya pasangan?"
To the point sekali ibu pilot ini.
"Aku masih single, what about you?"
"Same, saya juga masih single."
"Really? Aku kirain udah punya."
Hannah mendengus penuh humor, "Saya gak mungkin ngajak kamu dinner kalau saya sudah punya pasangan maya."
Ya ada benarnya juga, Maya merutuki dirinya sendiri akan pertanyaan bodoh itu.
"Tapi pernah pacaran?"
Hannah menatap lawan bicaranya ia nampak berfikir sejenak sebelum menggelengkan kepala, sontak membuat figur pramugari yang melontarkan pertanyaan tadi terheran-heran.
"Demi apa? Kamu gak pernah pacaran?" Kedua manik karamel yang membola, jujur Maya sedikit terkejut mengetahui fakta baru mengenai Hannah, perempuan berumur 28 tahun itu belum pernah berpacaran? Yang benar saja.
"Iya....?" Hannah menjawab, bingung dengan reaksi terkejut Maya.
Di umurnya yang hampir mendekati kepala tiga ini sudah seharusnya Hannah mencari pasangan juga, karena kalau kata keluarganya usia produktif menikah itu sebelum menginjak 30 tahun. Pertanyaan 'Kapan menikah?' Entah dari keluarga atau kerabat dekat selalu menghantui Hannah di setiap acara kumpul keluarga, namun Hannah selalu punya jawaban setiap pertanyaan tersebut di lontarkan.
"Jodoh, maut semuanya sudah ada yang atur. Kalau saya tau siapa jodoh saya sudah saya samperin dari lulus kuliah, saya ajak nikah saat itu juga. Saya yakin kok, kalau sudah waktunya pasti akan diberikan saya tinggal nunggu aja kaya yang saya bilang sebelumnya. Semuanya sudah ada yang atur."
Itu katanya.
"Kamu kenapa kaget banget?" Hannah bertanya sembari memperhatikan Maya yang keliatannya masih agak shock.
"Nggak gitu... soalnya aku liat, kamu tuh kaya tipe yang mungkin pernah lah satu dua kali punya pacar bahkan aku sempet ngira maaf ya, kamu suka gonta ganti pasangan..." Jangan heran, Maya memang agak blak blakan orangnya untungnya Hannah tidak gampang tersinggung, perempuan itu malah terkekeh gemas melihat wajah polos nan lucu yang ditampilkan Maya.
"Saya gak ada waktu buat pacaran, sibuk sama kerjaan."
Hannah menempatkan garpu dan pisaunya di tengah piring, mengarah ke angka 12 jarum jam tanda ia sudah selesai dengan kegiatan makannya, ia melipat kedua tangannya di atas meja mata teduh itu memperhatikan presensi Maya yang berada di hadapannya.
"Saya juga belum nemu orang yang tepat."
"Oh ya?" Si pramugari meletakkan garpu beserta sendoknya di atas piring membentuk huruf V terbalik, ia tertarik dengan topik obrolan ini.
"Kamu udah pernah coba ikut blind date atau download app dating gitu?" Pertanyaannya di jawab gelengan oleh Hannah.
"Saya gak suka pakai gituan."
Maya mengernyit, "Kenapa?"
"Gak suka aja, pernah coba dating app satu kali tapi baru sehari udah saya hapus. Isinya orang aneh semua."
"Kok aneh?"
"Banyak yang horny."
Ungkapan tersebut mengundang tawa dari Maya, si pemilik pipi tembam itu menutup mulutnya menggunakan punggung tangan sembari tertawa kecil dengan begitu anggunnya, merdu suara tawa si cantik berhasil membuat figur pilot di hadapannya terlena.
Iris sabit terbentuk manakala ia tersenyum dan malam itu untuk pertama kalinya, Hannah temukan wanita dengan senyuman paling menawan pemilik rambut panjang berwarna coklat, yang membuatnya tertawan akan sejuta pesonanya...
Maya Delilah.
31 notes
·
View notes
Text
Anak Sejuta Cerita
Saya dan Piti dipertemukan melalui tulisan.
Piti hobi menulis, saya rajin membacanya. Saya hobi menullis, piti juga rajin membacanya.
Kami menikah, lalu lahirlah humayra. Pelajaran penting pertama, tulisan bisa melahirkan anak manusia.
***
Dasar menulis adalah bercerita. Meski setelah menikah kami jarang menulis. Tetapi di rumah, kami tidak berhenti bercerita.
Kami membawa kebiasaan bercerita dalam perbincangan sehari-hari. Jika ada satu hal menarik yang terjadi di hari itu, kami akan tambahkan struktur cerita, sedikit analogi, lalu jadilah cerita. Mungkin ini yang menyebabkan, humayra juga sangat suka dengan cerita.
Memang selain itu, Piti sangat boros dengan buku anak-anak. Bersyukurnya, humay juga mendukung keborosan itu dengan membaca dan mendengarkan cerita dari buku yang Piti beli.
Lalu apa saya mendukungnya? Jawabnya antara ya atau tidak.
Ya, karena membaca buku adalah aktivitas yang baik untuk humay,
Tidak, karena saya merasa tersaingi.
Saya memiliki impian untuk memiliki perpustakaan pribadi. Sudah lewat umur 30 tahun saya belum berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Tetapi, Humay yang berusia 5 tahun sudah berhasil memiliki 3 buah rak buku dengan variasi buku anak-anak yang bermacam-macam: pop up, soundbook, touchbook, dan berbagai macam jenis buku lainnya.
Bagi humay, buku-bukunya adalah harta karun. Seperti bajak laut yang cinta harta karun, humay tidak ingin bukunya tersebut dibagi. Contohnya baru kemarin terjadi, TK tempat humay bersekolah menyelenggarakan program donasi buku.
Dan si Bajak Laut, tidak ingin satupun bukunya disumbangkan. “Nanti kalau humay sudah SD, baru boleh.”
Sampai dengan tulisan ini ditulis, kami berdua masih melakukan lobying dengan Humay.
***
Karena cerita itu butuh bumbu, kami perlu mendramatisasi beberapa hal yang sebetulnya biasa saja. Dan mungkin itu yang membuat, keluarga kami cukup punya drama ….. dalam arti yang positif.
Pernah pada suatu malam, saya bercerita.
“Kak Humay, sini, ayah punya cerita.” Setelah saya berpikir ada satu kejadian yang menarik di hari itu.
“Apa yah?” humay mulai duduk menyimak
“Ayah tadi habis makan bakso. Di depan meja ada satu mangkok bakso dengan kuahnya, lalu ada satu mangkok lagi berisi saus kecap dan sambal, dan terakhir ada satu gelas es jeruk. Karena ayah lupa ambil sedotan, Ayah pergi ke meja dekat kasir mengambil sedotan. Trus ayah taruh sedotannya, eh, ternyata ayah naruh sedotannya di mangkok bakso.” Sebetulnya, ini cerita yang sangat biasa.
“Hahahahahahaha. Ibu sini ibu. Masa Ayah naruh sedotan di mangkok bakso.” Sambil lari-lari kecil ke ruang tamu menghampiri Piti.
Saya sebetulnya agak khawatir dengan selera humor humay.
***
Kebiasaan kami bercerita ternyata punya dampak yang sangat positif bagi Humay.
Pada suatu pagi menjelang siang, Piti menjemput Humay di TK. Wali kelas Humay menyampaikan ke Piti bahwa dia cukup terkejut dengan kosakata yang Humay sering gunakan saat berbincang.
“Ibu guru, ini tadi humay sudah memilah-milah tugasnya untuk dikumpulkan” kata Ibu Guru menirukan kalimat humay.
Kata memilah-milah menurut Ibu guru bukan kosa kata yang umum digunakan oleh anak di usia TK.
Saya dan Piti jadi ingat, sepertinya kata ‘memilah-milah’ humay kenali dari buku yang dia baca. Ada satu buku yang menjelaskan aktivitas memilah buah dan humay sering membaca buku tersebut.
Jadi jika digambarkan proses humay bercerita di sekolah adalah seperti ini: humay mendapatkan cerita dari rumah, lalu menceritakan cerita tersebut di sekolah.
Saya berharap, semoga humay tidak menceritakan ‘sedotan dalam mangkok bakso’ pada teman-temannya.
Atau semoga teman-teman humay punya selera humor yang sama dengan Humay.
Dan jika selera humor mereka sama, saya yakin saya bisa berteman baik dengan teman-teman humay.
Mungkin kita bisa mulai dengan membentuk grup whatsapp.
Karena cerita punya dampak yang sangat positif bagi kami bertiga. Sangat disayangkan jika cerita tersebut tidak memiliki bentuk tertulis.
Akhirnya, saya beride untuk kembali aktif menulis. Dengan harapan, semoga kelak tulisan ini bisa humay baca dan mengingatkan dirinya bahwa humay adalah anak dengan sejuta cerita.
21 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/bfa9954f5b716111a4de2932a9846257/090e12fecad23503-58/s540x810/a2dea9fe0297294e0d862ccc2bc9acf568b1a2cd.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0d8ee192090a377d4617c50f2ad02c53/090e12fecad23503-99/s540x810/b340b4148c8515442743e7030abcb52a8f54b11e.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/1559cb7f372aebfcb91fec66af39a37f/090e12fecad23503-65/s540x810/a0cb39a6b39cb26196bf0ba53b089f42ac94ae40.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/69b31c69daa486bfedbcc5ca77af830b/090e12fecad23503-79/s540x810/1af944106c54454f69f47609625aaa899fee0f28.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/1a6f3c1c70da2f8527bc7651dfdafc10/090e12fecad23503-0b/s540x810/8237b611716d4123d49d5facf3e726035de1ca1f.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/eaf26608ef561fd44508ab23f3b3d273/090e12fecad23503-34/s540x810/b4949c2fe6f84db86c4ab9c2329df18ee50e93af.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/08385e7fd489db782717a18bf0f8cd33/090e12fecad23503-83/s540x810/bf8825f1b49c322d32581300524df39368ec695c.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/72b115702e10d1b095f8df4761c41c9c/090e12fecad23503-45/s540x810/2b44dbf12f9c2477a5f7a7c57ccf6df36437150a.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/2c9355b98bde05421871124fac0cb3da/090e12fecad23503-1a/s540x810/071d0621ff81d2ebd3b926e8aec1cecaaf7710d1.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/e6e960452221a7a7eeaec2fac0692496/090e12fecad23503-df/s540x810/ffb8e756c8ded1631d3b3d077f803e235075d725.jpg)
📍Kineruku - Hegarmanah, Bandung.
Secuil ulasan dari pengalaman mampir ke Kineruku ;
Book cafe konsep rumahan ini letaknya di area yang cukup sepi. Adem dan ga berisik karena bukan di pusat kota. Pertama dateng langsung disambut pegawai kafe yang ngasih tau rules baru. Ternyata ga boleh bawa tas ke dalam dan harus dititipkan di loker. Di dalam kafe juga tidak disediakan colokan atau wifi.
Area pertama di dalam toko yaitu kasir di sebelah kiri yang disambung pintu masuk ke bagian dapur. Area tengah diisi meja display yang ngejual perintilan buku dan aksesori. Bagian tembok depan dan kanan dipenuhi rak buku baru yang dijual. Masih sebelah kanan, ada ruangan khusus pegawai, lalu toilet dan mushola.
Masuk ke area perpustakaan -yang ternyata tidak terlalu besar-, dilengkapi rak dengan banyak buku-buku yang dikategorikan sesuai genrenya. Koleksinya cukup banyak, termasuk buku lama dan buku berbahasa Inggris. Aku bisa nemuin banyak buku yang pengin dibaca sejak lama. Funfact : aku nemuin buku Don Quixote-nya Miguel de Cervantes. "...so come and call me Don Quixote". ⚔️🎶
Setelah bimbang nyari buku mana buat dibaca, akhirnya kupilih Manifesto Flora oleh Cyntha Hariadi. Bukunya tipis, tapi hanya habis dibaca 6 halaman aja.
Lanjut pesan makan. Aku dengan Eskosu dan Kentang Goreng, Teh Niken dengan Capuccino dan Pisang Goreng. Kami pilih duduk di kursi sebelah jendela. Ga terlalu dekat dengan pengunjung lain, jadinya ga akan menganggu kalo tiba-tiba kami banyak ngobrol.
Hal yang disayangkan dari kafe ini cuma jam bukanya aja yang sebentar. Dari 11.30 sampai 17.30. Selain itu, semuanya suka. Tempatnya homey dan sejuk, bukunya lengkap, makanannya enak.
Semoga nanti bisa lebih sering lagi dateng kesini.✨
5 notes
·
View notes
Text
Origami Perahu
Hanya satu meja itu yang kosong sore ini. Di permukaannya masih ada gelas bekas seseorang yang duduk di sana. Barista dan kasir toko kopi itu masih berjibaku dengan pesanan orang lain termasuk pesananku. Tidak ada waktu untuk membereskan meja pelanggan yang minumannya sudah tandas.
Origami perahu itu ada di sana. Di satu-satunya meja kosong tersisa yang bisa aku tempati. Bekas setruk yang menjadi lipatan perahu kertas itu amat rapi—seperti buatan dan kebiasaan seseorang yang kukenal. Masa lalu yang paling pedih. Masa lampau yang dipaksa usai.
Kubayangkan dia duduk di kuris ini. Atau mungkin di hadapanku lima belas atau sepuluh menit sebelum aku datang. Dia mungkin sedang belajar persiapan tes CPNS. Atau sedang menulis cerita-cerita pendek yang akhirnya selalu sedih.
Ya. Aku masih mengamatinya dari tempat yang amat jauh berupa nama samar di media sosial.
Sudah lama aku memikirkan berbagai skenario bila suatu saat aku dan dia bertemu di manapun tanpa sengaja. Aku akan tersenyum padanya sambil menyapa dan menanyakan kabarnya yang semoga baik meski tanpaku. Dia mungkin akan memasang ekspresi marah atau bahkan menyiramkan segelas air apapun yang ada di hadapannya pada wajahku. Aku sudah mempersiapkannya. Tapi, ternyata aku tidak pernah bisa siap.
Berhadapan dengan bayangannya saja aku masih membatu seperti ini.
Perlahan kuambil perahu kertas di permukaan meja itu, lalu kumasukkan ke dalam tas. Aku mungkin salah, tapi aku juga mungkin benar jika origami itu miliknya. Probabilitasnya setengah-setengah Seandainya saja aku datang lebih cepat, aku mungkin bisa mengubah probabilitas itu menjadi hasil yang jelas. Tapi, tidak semua kemungkinan ada ujungnya.
Kata-kata 'seandainya' memang tidak ada gunanya.
Seandainya saja aku tidak terlambat datang padanya waktu itu, mungkin aku dan dia sedang mengurusi pernikahan impian yang pernah kami rencanakan. Tuhan lagi-lagi mengingatkanku bahwa dia bukanlah untukku hanya dari sebuah origami perahu di meja toko kopi yang sore ini aku datangi.
Bandung, 13 Agustus 2023.
13 notes
·
View notes
Text
Perjalanan yang cukup menyenangkan
Sepanjang perjalanan, cuman berdoa minta tolong dimudahkan segalanya. Dari nyampe hujan deres banget, iseng tanya ke salah satu teman Nina tentang KRL. Baiknya, tiba-tiba mau dijemput. Akhirnya dijemputlah dari stasiun, diajak makan, diajak muter-muter UGM. Terus sampai di penginapan, penginapannya bagus, bersih, rapi. Yang jaga juga "welcome" banget.
Terus pas di penginapan, ternyata lupa ga bawa sisir dan mukenah (karena pas berangkat masih belum mensucikan karena kelar haid). Akhirnya tanya ke penjaga, bisa pinjem mukenah ga ternyata bisa. Syukurlah.
Lalu perihal sisir, akhirnya pergi ke toko toserba. Kalau ndak salah nama tokonya "Toko Jakal Merah". Tanya "bu ada sisir ndak ya?", dijawab "ada mba, tapi yang biasa". "Disini" dari meja kasir sampe dianter sama ibunya ke tempat sisir "harganya 1000 mba". Kaget, wak kok cuman seribu. Akhirnya jadi beli notes sama highliter soale ga enak ke kasir bayar cuman 1000 🙃
Alhamdulillah tidur cukup nyenyak, kamarnya enak, bersih, wangi.
Lalu pagi, berangkat tes pesen Gojek. Alhamdulillahnya lagi pak Gojeknya baik, ramah. Karena bapaknya tahu aku sekarang lagi di tes, pas sampai didoakan "terima kasih mba, semoga lancar dan lolos ya. Nanti kita ketemu lagi"
Aamiin aamiin
Setelah itu masuk ke tempat tes, pas masuk lihat banyak banget orang. AllahuAkbar, lumayan agak jiper sih. Tapi yaudahlah, pasrah apa kata Allah yang terbaik untuk ku.
Terus sepanjang tes ngantuk banget, ya Allah. I can't handle my self. Buerat banget mataku. Terus kurang sekitar 30 menitan. Tiba-tiba server eror, hampir seruangan eror semua. Yaudah akhirnya yang tes diulang semua dari awal. Karena sudah agak siangan yaudah mata agak bisa diajak koordinasi. Alhamdulillah lebih agak fokus. Terus bisa crosscheck jawaban lbih konsen, meskipun emang soalnya mayan susah. Dan sampai keluar alhamdulillah lancar, 90 soal terjawab dan tersubmit.
Lalu pulang, ternyata teman Nina baik mau jemput lagi. Terus pas lihat jam ternyata udah jam 12.30, harusnya kan penginapannya checkout jam 12.00. Yaudah akhirnya buru-buru checkout, terus karena telat kayak "siap didenda". Tapi ternyata penjaganya selow aja sih, ga kena denda alhamdulillah 😌🙏🏻
Terus akhirnya lanjut jalan jalan, muter muter Jogja, kulineran, ke Tempo Gelato. Meskipun cuman beberapa jam, it's such a great experience. Lalu sore hujan deras, alhamdulillahnya diantar lagi sampai di stasiun.
Alhamdulillah, thanks God
Sudah banyak dibantu dan dimudahkan, terlepas dari apa hasilnya nanti. InsyaAllah hamba ikhlas dan pasrah (nulisnya sambil pengen nangis, ya Allah Maha Baik). Setidaknya di setiap prosesnya ini, Allah sudah kasih banyak kemudahan.
Aku percaya, yang digariskan dari-Mu insyaAllah terbaik untukku ❤️
Thanks for the nice short trip, Jogja ✨
7 notes
·
View notes
Text
-MAYA-
Dinginnya malam, serasa menguliti ku hingga ke tulang. Begitu sampai kamar, kuhempaskan tubuhku di tempat pembaringan. Tujuanku adalah merebahkan diri, menghalau sedikit rasa payah yang menghampiri. Berharap segera terlelap. Namun nyatanya, lelah tubuhku justru tak menghentikanku mengingat masa lalu. Lalu, satu per satu darinya hadir, menyesakkan.
***
Di bangku sebuah taman yang tak jauh dari tempatku tinggal, aku duduk termenung. Menunggui seseorang yang aku tidak tahu kapan datangnya. Sebelumnya, kami berjanji temu pukul 3, tapi kali itu sudah lebih dari tiga puluh menit, orang yang aku tunggu belum muncul juga. Aku sebal, sebab tidak satu dua kali dia begitu.
Sesekali, kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Benda yang hampir tak pernah absen kupakai ketika aku pergi. Lalu, indera penglihatanku teralihkan dengan dua anak kecil yang saling berkejaran di lapangan basket yang ada tepat di sebelah taman. Riuh gema tawa mereka seakan mensyaratkan, tiada beban yang bersarang di pundaknya. Ceria sekali. Setidaknya begitu yang tersurat dari kacamataku.
“Lagi lihat apa sih? serius amat, sampai-sampai nggak sadar aku dateng.”
Aku terkejut dengan suara seseorang yang tiba-tiba ada disebelahku. “Astaga, bisa nggak sih nggak bikin kaget orang,"kataku memprotes perilakunya yang mengejutkanku. Dia tidak tahu bahwa ulahnya itu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari ritme sebelumnya.
"Habisnya kamu diajak ngobrol pas aku dateng nggak nyaut, taunya ngelamun.” “Siapa yang ngelamun!.” Dia menunjuk ke arahku dengan dagu sambil tersenyum dengan seringai jahil yang seakan meledekku. Seperti, dia berhasil menebak sesuatu yang benar, sedangkan aku berkilah. Menyebalkan.
“Aku nggak ngelamun!,"ucapku dengan nada naik satu oktaf. Aku kesal. Teramat kesal. Pertama, karena dia terlambat datang. Kedua, dia membuatku kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Ketiga, dia meledekku.
"Bisa nggak sih kau hargai waktu orang sedikit. Tiap menit keterlambatanmu itu sama dengan waktu orang lain yang kau korbankan untuk menunggu,"sungutku. Raut mukanya berubah sendu, mungkin merasa bersalah. Seketika kami terdiam dan aku merasa tak enak hati dibuatnya.
"Oke oke, aku minta maaf. Sudah ya, jangan marah,"rayunya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan, tapi lebih baik tidak disini,"sambungnya.
***
Dua kursi berhadapan dengan satu meja sebagai pemisah keduanya, disudut dekat jendela sebuah kafe bernama Cendana adalah tempat yang kami pilih untuk melanjutkan obrolan. Lebih tepatnya, Fahmi yang ingin membicarakan suatu hal yang aku tidak tau apa itu. Setelah memesan beberapa menu di meja kasir, kami dipersilakan menunggu beberapa saat sampai menu di antarkan ke meja.
"Di,"suara Fahmi menyapaku, memecah hening diantara kami berdua. Aku yang tengah mengamati interior kafe itu seketika menoleh ke sumber suara, memusatkan perhatianku padanya.
"Ya?,"jawabku singkat.
"Setelah kelulusan nanti, aku akan berangkat ke Singapura,” ucapnya tanpa basa-basi.
Tunggu sebentar, apa maksudnya? Otakku masih belum selesai mencerna,“Aku diterima di Media, Arts and Design School, Singapore Polytechnic,"jelasnya sumringah. Aku melihat binar mata bahagianya. Tapi, mengapa aku merasa tidak sesenang itu mendengarnya?.
"Oh ya? Selamat ya,"ungkapku akhirnya, lalu aku terdiam mendengar semua tutur katanya. Dia menceritakan usahanya dengan begitu bangga, sampai pada saat dia diterima sebagai mahasiswa di kampus impiannya itu.
***
"Apa ini?,"tanyaku setelah mendapat sodoran amplop besar berwarna coklat.
"Brosur dan berkas pendaftaran UBAYA. Papa mau kamu ambil sekolah bisnis.”
“Aku ingin belajar sastra Pa, boleh tidak kalau aku….” Belum sempat kalimatku secara lengkap terucap, Papa menimpali,“Mau jadi apa kamu kalau masuk sastra? Sudahlah, ikuti saja saran papa,"tegas Papa tanpa mau dibantah.
Beberapa orang beruntung, tahu apa yang diinginkannya dalam hidup lalu bisa menjalaninya. Beberapa lainnya beruntung tahu apa yang diinginkannya dalam hidup tapi harus bersabar atas ketiadaan kesempatan menjalaninya. Keduanya sama-sama beruntung, bukan? Tapi aku, adalah contoh yang kedua. Lebih tepatnya, tidak lebih berani mengupayakan keinginan yang kupunya. Kata lainnya, aku pengecut.
***
Hari pertamaku menjadi mahasiswa jurusan Bisnis Internasional UBAYA, adalah menjadi hariku juga melepas kepergian Fahmi ke Singapura. Setelah kuliah pagiku selesai, aku bergegas menuju Juanda. Tempat yang akan menjadi saksi perpisahan kami berdua.
"Gimana rasanya jadi mahasiswa jurusan bisnis?,"tanyanya memecah keheningan antara kami berdua. Aku yang duduk tepat di sebelahnya bergeming. Aku menunduk, memandangi jari jemariku yang bertaut diatas pangkuanku.
"No feeling good,"lirihku masih dengan tertunduk.
"It’s okay.” Fahmi merangkul dan menepuk-nepuk pundakku perlahan. Mungkin dia ingin menenangkan. Sebab dia tahu, pilihan itu tidak mudah kujalani, tidak seperti dirinya yang memilih pilihannya sendiri.
“Mari buat kesepakatan,"serunya tiba-tiba, sembari dia bangkit dari duduknya dan berpindah berdiri di hadapku, mengulurkan tanganku agar bisa kujabat.
"Kesepakatan? Apa?,"tanyaku tak mengerti.
"Saat kita berdua sudah lulus nanti, kita akan buat projek bersama. Kamu jadi konseptor bisnisnya, aku tim kreatifnya. Kita berkolaborasi.”
Aku saja tidak yakin, aku bisa menyelesaikannya atau tidak, pikirku. “Ya, bolehlah,"sambungku akhirnya.
"Saya Fahmi Fachriza Rudianto berjanji, akan segera kembali begitu saya lulus dan akan membuat bisnis bersama dengan kawan saya Diani Pratiwi,"ucapnya seraya mengangkat telapak tangannya serupa orang bersumpah.
"Ya, janji diterima, ku tunggu kau menepatinya,"ujarku malas-malasan, seolah tau bahwa janji itu hanya celotehan anak belia yang belum tau bagaimana kehidupan akan bekerja dengan sesungguhnya. Seakan meyakini bahwa janji itu akan berakhir sebagai gurauan belaka.
Sementara itu, pesawat yang akan ditumpangi Fahmi sebentar lagi akan lepas landas. Dia pun bersegera menyiapkan diri untuk check-in.
"Jaga dirimu baik-baik,"begitu pesannya sebelum meninggalkanku. Aku menatap kepergiannya sampai bayangan punggungnya menghilang. Aku melepaskannya pergi ke negara seberang untuk mengejar mimpinya. Sementara aku, mungkin harus berdamai lagi dengan pilihan yang sudah ditentukan.
Tak terasa air mataku menetes ketika bayangan-bayangan itu melintas dalam ingatan. Dan benar saja, kesepakatan yang dulu terucap antara aku dan dia, kini hanya terpintal menjadi kenangan belaka. Bahkan, setelah dua tahun kelulusan pun, tak ku tahu rimbanya dimana. Fahmi apa kabar? Aku rindu.
***
4 notes
·
View notes
Text
0856-9640-4216, Rak Supermarket Terjangkau dan Berkualitas di Samarinda
Hub: 0856-9640-4216 (Toko Rak Samarinda)
Rak Minimarket dengan Harga Terjangkau di Samarinda, Rak Minimarket Berkualitas di Tenggarong, Rak Minimarket Spesial Promo di Balikpapan, Rak Minimarket Pilihan Premium di Sangatta, Rak Minimarket Murah di Tanah Grogot, Rak Minimarket Promo Terbaik di Tanjung Redeb, Rak Minimarket Kualitas Tinggi di Bontang, Rak Minimarket Hemat di Penajam, Rak Minimarket Diskon Menarik di Sendawar, Rak Minimarket Terjangkau di Ujoh Bilang.
Rak minimarket merupakan elemen penting dalam setiap minimarket atau toko modern. Dengan desain dua sisi yang memungkinkan Anda menampilkan produk secara efisien, rak minimarket tidak hanya membantu dalam pengorganisasian barang, tetapi juga berperan besar dalam menciptakan pengalaman belanja yang menarik. Rak minimarket yang tepat bisa menjadi kunci sukses dalam meningkatkan penjualan dan menarik perhatian pelanggan.
Memilih rak minimarket yang sesuai adalah investasi yang cerdas bagi setiap pemilik toko. Dengan rak yang tepat, Anda bisa mengoptimalkan penggunaan ruang, meningkatkan daya tarik visual toko, dan tentu saja, mendorong penjualan. Sebelum membeli, pastikan Anda mempertimbangkan faktor-faktor seperti jenis, bahan, ukuran, dan tentu saja, harga.
CV. Anugerah Jaya Rak hadir dengan berbagai pilihan rak minimarket dengan desain menarik dan fungsional, seperti rak supermarket, rak gudang, rak rokok, rak siku, hingga meja kasir. Penataan rak yang tepat tidak hanya membuat toko lebih rapi, tetapi juga menciptakan suasana belanja yang menyenangkan, yang sering kali lebih mempengaruhi pengunjung dibandingkan kualitas produk atau pelayanan.
Kami juga memiliki showroom di Jl. A.M. Sangaji, Samarinda, tempat Anda bisa melihat langsung berbagai jenis rak minimarket yang kami tawarkan. Kunjungi showroom kami dan temukan rak terbaik untuk meningkatkan tampilan dan efisiensi toko Anda!
Informasi dan pemesanan hubungi: 0856-9640-4216 (Toko Rak Samarinda)
Tetap terhubung dengan kami dan dapatkan informasi terbaru serta promo menarik melalui berbagai platform media sosial berikut:
Medium: https://medium.com/@anugerahrak01
Blog: https://raktokosamarinda.blogspot.com/
Facebook: https://www.facebook.com/profile.php?id=61572482802863
Instagram: https://www.instagram.com/swalayanrak/
X (Twitter): https://x.com/rak_anuger36904
LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/toko-rak-4a8684345/
Tumblr: https://www.tumblr.com/blog/rak-swalayan12
0 notes
Text
Desain Interior Cafe Kekinian
Desain interior cafe kekinian menjadi pilihan utama bagi pemilik bisnis yang ingin menciptakan suasana nyaman dan menarik bagi pelanggan. Dengan konsep yang lebih modern dan fleksibel, desain ini memungkinkan cafe menjadi tempat yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat makan, tetapi juga sebagai ruang sosial dan kreatif.
Apa Itu Desain Interior Cafe Kekinian?
Desain interior cafe kekinian mengacu pada konsep yang menggabungkan estetika modern dengan fungsionalitas tinggi. Tren ini banyak mengadopsi elemen minimalis, industrial, dan skandinavia yang memberikan kesan bersih, luas, dan nyaman. Dengan pemilihan warna yang tepat, pencahayaan yang mendukung, serta furnitur yang ergonomis, cafe kekinian dapat menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung.
Keunggulan Menggunakan Desain Interior Cafe Kekinian
Meningkatkan Kenyamanan Pelanggan
Desain interior cafe kekinian sangat memperhatikan aspek kenyamanan pelanggan. Tata letak yang luas, pencahayaan yang lembut, serta kursi dan meja yang ergonomis membuat pengunjung merasa betah untuk berlama-lama. Pemilihan material yang berkualitas juga menambah kenyamanan dari segi visual maupun fisik.
Menciptakan Identitas yang Kuat
Cafe dengan desain kekinian memiliki identitas yang kuat dan mudah dikenali. Dengan pemilihan konsep yang sesuai, cafe dapat menjadi tempat yang instagramable dan menarik bagi generasi muda. Interior yang unik akan membantu membangun brand dan menarik lebih banyak pelanggan.
Elemen-Elemen Penting dalam Desain Interior Cafe Kekinian
Pemilihan Warna yang Sesuai
Warna memainkan peran penting dalam menciptakan atmosfer dalam desain interior cafe kekinian. Warna-warna netral seperti putih, abu-abu, dan beige sering digunakan untuk memberikan kesan modern dan luas. Sedangkan warna-warna aksen seperti hijau, biru, atau kuning dapat memberikan kesan lebih hidup dan segar.
Furnitur yang Ergonomis dan Fungsional
Furnitur dalam desain interior cafe kekinian biasanya memiliki bentuk yang simpel namun tetap fungsional. Pemilihan kursi dan meja dengan desain minimalis memberikan kesan modern tanpa mengorbankan kenyamanan. Material seperti kayu, besi, dan kaca sering digunakan untuk menciptakan tampilan yang lebih elegan.
Tata Letak yang Efisien
Penataan ruang dalam desain interior cafe kekinian harus memperhatikan alur pergerakan pelanggan. Meja dan kursi harus disusun dengan baik agar tidak membuat ruangan terasa sempit. Area kasir, dapur, dan ruang makan harus diatur sedemikian rupa untuk memastikan operasional cafe berjalan dengan lancar.
Pencahayaan yang Menarik
Pencahayaan dalam desain interior cafe kekinian memainkan peran penting dalam menciptakan suasana yang nyaman. Lampu gantung dengan desain modern, lampu dinding dengan pencahayaan lembut, serta lampu neon dengan tulisan unik sering digunakan untuk menambah daya tarik visual.
Dekorasi yang Menarik
Dekorasi adalah elemen penting dalam desain interior cafe kekinian. Tanaman hias, lukisan dinding, serta elemen dekoratif lainnya dapat memberikan sentuhan unik pada ruangan. Banyak cafe kekinian juga menggunakan mural atau wallpaper dengan desain artistik untuk menambah karakter pada interior.
Konsep Populer dalam Desain Interior Cafe Kekinian
Konsep Industrial
Konsep industrial dalam desain interior cafe kekinian mengadopsi elemen-elemen seperti dinding bata ekspos, lantai beton, serta perabotan dengan aksen besi. Gaya ini memberikan kesan urban dan modern yang sangat populer di kalangan anak muda.
Konsep Minimalis
Desain interior cafe kekinian dengan konsep minimalis mengutamakan kesederhanaan dan efisiensi ruang. Penggunaan warna netral, furnitur simpel, serta pencahayaan alami menjadi ciri khas dari konsep ini. Konsep minimalis sangat cocok untuk cafe dengan ruang terbatas.
Konsep Skandinavia
Konsep skandinavia dalam desain interior cafe kekinian mengutamakan penggunaan material alami seperti kayu dan kain linen. Warna-warna lembut serta pencahayaan yang maksimal menjadikan konsep ini sangat nyaman dan menarik.
Konsep Bohemian
Konsep bohemian dalam desain interior cafe kekinian banyak menggunakan elemen dekoratif seperti karpet etnik, bantal warna-warni, serta tanaman hias yang berlimpah. Gaya ini memberikan kesan santai dan kreatif bagi pelanggan.
Menyesuaikan Desain dengan Ukuran Cafe
Desain interior cafe kekinian harus disesuaikan dengan ukuran dan bentuk ruangan. Untuk cafe dengan ruang terbatas, pemilihan furnitur multifungsi dan pencahayaan yang baik dapat membantu menciptakan kesan luas. Sedangkan untuk cafe dengan ruang yang lebih besar, penambahan elemen dekoratif seperti partisi atau area lounge dapat meningkatkan kenyamanan.
Pusat Interior Medan: Jasa Desain Interior Cafe Kekinian di Medan
Bagi Anda yang ingin menghadirkan desain interior cafe kekinian yang menarik dan fungsional, Pusat Interior Medan adalah pilihan terbaik. Sebagai perusahaan jasa interior profesional, mereka menyediakan layanan desain dan custom interior yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
Layanan Custom Interior Berkualitas
Pusat Interior Medan menawarkan layanan custom interior yang dapat disesuaikan dengan konsep dan karakter cafe Anda. Dengan tim profesional yang berpengalaman, mereka akan membantu Anda menciptakan desain yang tidak hanya menarik tetapi juga fungsional.
Kelebihan Pusat Interior Medan
Berpengalaman dalam menangani berbagai proyek desain interior di Medan
Menyediakan layanan konsultasi dan desain yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan
Menggunakan material berkualitas untuk hasil akhir yang maksimal
Tim profesional yang siap membantu dari tahap perencanaan hingga eksekusi
Kontak Pusat Interior Medan
Jika Anda tertarik untuk bekerja sama dengan Pusat Interior Medan, Anda bisa menghubungi mereka melalui kontak berikut:
Alamat: KOMP. SETIA BUDI POINT Jl. Setia Budi No.15 BLOK C, Tj. Sari, Kec. Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara 20132 Admin 1: 0823-7457-0543 Admin 2: 0877-0006-0961
Dengan pengalaman dan keahlian yang mereka miliki, Pusat Interior Medan siap membantu Anda menciptakan desain interior cafe kekinian yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional. Hubungi mereka sekarang untuk mendapatkan konsultasi gratis mengenai desain interior cafe Anda.
#pusat interior medan#jasa interior medan#tukang interior medan#medan#tempat perabot medan#desain interior medan#arsitek#perabot medan
0 notes
Text
I. Pertemuan Pertama
POV Wira:
Wira melepaskan kacamata yang sejak siang terasa semakin menekan batang hidungnya. Hari ini begitu panjang. Terlalu banyak angka dan laporan yang harus diselesaikan sebelum ia bisa benar-benar meninggalkan kantor. Dia menghela napas, menekan tombol shutdown pada komputernya, lalu berdiri sambil sedikit meregangkan badan.
Pukul lima sore. Akhirnya.
Dia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar kantor. Langit di luar mulai berubah jingga, pertanda hari akan berakhir. Udara sore terasa sedikit hangat, bercampur dengan hembusan angin yang membuat dasi dan kemejanya sedikit berkibar.
Biasanya, setelah pulang kerja, Wira langsung menuju parkiran dan pulang ke apartemennya. Namun hari ini, kepalanya terasa begitu berat. Dia butuh sesuatu yang bisa membuatnya rileks sebelum benar-benar pulang.
Matanya tertuju pada sebuah kafe di sudut kompleks perkantoran.
Tempat itu sebenarnya bukan tempat asing baginya. Dia pernah ke sana beberapa kali, biasanya hanya untuk membeli kopi saat lembur. Tapi hari ini, dia ingin duduk sebentar, menikmati minuman tanpa terburu-buru.
Dia melangkah masuk. Aroma kopi dan musik akustik yang lembut segera menyambutnya.
Antrian tidak terlalu panjang, hanya ada dua orang di depannya. Wira berdiri santai, mencoba melihat menu di atas kasir. Tapi saat gilirannya tiba, sesuatu membuat tubuhnya serasa berhenti bekerja.
Wanita di balik meja kasir.
Sejenak, dunia terasa seperti dihentikan dengan satu tombol pause.
Matanya tertuju pada wajah wanita itu—tidak bisa berpaling.
Kulitnya tampak halus, dengan bibir merah alami dan hidung yang begitu sempurna. Rambut hitam panjangnya diikat ke belakang, menyisakan beberapa helai yang jatuh di sisi wajahnya. Dia tersenyum sopan, menunggu Wira menyebutkan pesanannya.
Tapi Wira tidak bisa berpikir.
Ada suara yang menyuruhnya untuk bicara, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Otaknya mendadak kosong, seakan semua bahasa yang dia kuasai tiba-tiba menguap begitu saja.
“Kak, mau pesan apa?” suara wanita itu membuyarkan kebekuannya.
Oh, sial. Berapa lama dia diam seperti orang bodoh?
“E—eh, aku…” Wira mengerjap cepat, memaksa dirinya kembali sadar. Matanya melirik ke papan menu, lalu menyebut sesuatu yang pertama kali ia lihat. “Ehm… Cappuccino.”
“Hot atau iced?”
“Hot,” jawabnya tanpa berpikir.
Wanita itu mencatat pesanan di layar kasir. “Baik, Kak. Cappuccino hot, ya. Mau pakai gula atau tanpa?”
“Eh… pakai.”
“Baik, totalnya tiga puluh ribu.”
Wira buru-buru merogoh dompetnya, menyerahkan uang tanpa menghitung ulang. Tangannya sedikit gemetar saat wanita itu memberikan kembalian dan struknya.
“Terima kasih. Silakan tunggu sebentar.”
Wanita itu tersenyum lagi. Sumpah, senyumnya bisa membuat orang lupa cara bernapas.
Wira mengambil napas dalam-dalam dan berjalan menuju area tempat duduk. Dia sengaja memilih meja yang menghadap langsung ke arah bar. Tidak ingin terlihat mencurigakan, dia membuka laptop dan mulai mengetik asal di dokumen kosong—seolah-olah dia benar-benar sibuk.
Tapi kenyataannya, dia hanya ingin melihat wanita itu lebih lama.
Dia mengamati cara wanita itu bekerja, menuangkan susu ke dalam cangkir, mencampurnya dengan espresso, lalu menambahkan latte art dengan ketelitian yang luar biasa. Setiap gerakan terlihat alami, seolah-olah dia sudah melakukan ini bertahun-tahun.
Di tengah keramaian kafe, Wira bertanya-tanya.
Apakah hanya dia yang menyadari kecantikan wanita itu? Kenapa semua orang di sini terlihat biasa saja? Mereka memesan kopi, berbicara dengan teman, menatap layar ponsel—tidak ada yang tampak terpesona seperti dirinya.
Wira menyandarkan punggungnya dan tersenyum kecil.
Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupnya dia mengalami sesuatu yang sering terjadi di film-film romantis. Sebuah pertemuan sederhana yang terasa luar biasa.
Dan saat dia masih tenggelam dalam pikirannya, sesuatu terjadi.
Wanita itu menoleh ke arahnya.
Mata mereka bertemu.
Wira nyaris tersedak kopinya sendiri.
Tapi yang lebih mengejutkan lagi—wanita itu tersenyum kecil.
Senyuman yang samar, hanya sesaat, sebelum dia kembali fokus pada pekerjaannya.
Apakah itu hanya kebetulan? Atau… apakah dia juga menyadari kehadiran Wira?
Entahlah.
Yang pasti, Wira sudah membuat keputusan dalam hatinya.
Besok, dia akan kembali ke kafe ini. Dan lusa. Dan hari-hari berikutnya.
Karena sekarang, dia punya alasan baru untuk menikmati kopi.
POV Ganes:
Ganes mengikat kembali rambutnya yang mulai terlepas dari ikatan. Hari ini cukup sibuk, tapi dia sudah terbiasa dengan ritme kerja seperti ini. Aroma kopi yang menguar, suara mesin espresso yang berdengung, serta alunan musik akustik di latar belakang—semuanya sudah menjadi bagian dari dunianya.
Di sela-sela membuat kopi, pikirannya sempat melayang ke Amika. Sudah jam lima lebih, berarti sebentar lagi Gendis pasti memberi kabar kalau putrinya sudah makan sore. Ganes tersenyum kecil membayangkan Amika yang mulai lancar mengoceh dengan bahasa bayi yang hanya bisa dipahami olehnya.
Tiba-tiba, suara di depan meja kasir menariknya kembali ke realitas.
“Kak, mau pesan apa?” tanyanya, seperti biasa, dengan senyum sopan.
Pria di depannya tampak sedikit bingung. Matanya menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan—seperti seseorang yang baru saja tersadar dari lamunan panjang.
Ganes menunggu, sedikit mencondongkan tubuh untuk memastikan pria itu mendengar pertanyaannya.
“E—eh, aku…”
Ganes menahan senyum saat melihat pria itu gelagapan, lalu dengan cepat melihat ke papan menu. Dia sering melihat pelanggan bingung memesan, tapi yang satu ini reaksinya agak berlebihan.
“Ehm… Cappuccino.”
“Hot atau iced?”
“Hot,” jawab pria itu buru-buru.
Sambil mencatat pesanan, Ganes bertanya lagi, “Mau pakai gula atau tanpa?”
Pria itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, “Eh… pakai.”
Setelah menyebutkan total harga, pria itu menyerahkan uang dengan gerakan yang agak kaku. Tangannya sedikit gemetar saat mengambil kembalian. Ganes berusaha menahan senyum.
Setelah pria itu pergi ke meja, Ganes mulai menyiapkan pesanannya. Dengan gerakan terlatih, dia menuangkan espresso ke dalam cangkir, lalu mengukir latte art sederhana di atasnya. Selama bertahun-tahun menjadi barista, dia sudah terbiasa dengan pelanggan yang sering kembali, entah karena kopi atau sekadar suasana kafe.
Namun, entah kenapa, dia bisa merasakan tatapan pria itu dari kejauhan.
Saat meletakkan cappuccino di meja pickup, dia tanpa sengaja menoleh ke arahnya.
Mata mereka bertemu.
Ganes sempat terkejut, tapi kemudian memutuskan untuk tersenyum kecil. Hanya sesaat, sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.
Pria itu tampak kaku, seperti baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.
Ganes hanya menghela napas pelan dan melanjutkan pekerjaannya.
Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar di saku apron. Saat istirahat nanti, dia akan membaca pesannya—kemungkinan dari Gendis yang memberitahu bahwa Amika baik-baik saja.
Sementara itu, di sudut ruangan, pria tadi masih duduk dengan laptop terbuka di depannya.
Ganes tersenyum dalam hati.
Mungkin besok dia akan datang lagi.
1 note
·
View note
Text
Pembuatan Meja Kasir , Meja Kursi Warkop, Meja Warung di Mojokerto Kami , Mebel Kita Mojokerto, berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam pembuatan mebelair, pembuatan meja kursi untuk berbagai macam keperluan. Kami berpengalaman dalam pembuatan meja warung, meja kantor, meja kasir, meja pelayanan warkop, meja resepsionis dan berbagai jenis meja lainnya untuk keperluan bisnis dan rumah…
0 notes
Text
One Fine Day
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/7d336a65b8f962b876eb2842d6a54969/8ca5ae0e2439ae63-3d/s540x810/9eeda1e697ed6ff92c234c881d86374f19d9ac6f.jpg)
Hari Minggu ini sudah menjadi jadwalku untuk memeriksa keseluruhan toko kue. Mulai dari peralatan membuat kue, bahan baku, dan furniture yang ada.
Pada pagi aku mulai dengan memeriksa bahan baku apa saja yang harus di restock. Ternyata, persediaan tepung terigu, strawberry, telur, dan krim sudah semakin menipis. Aku pun langsung mencatat semua bahan yang harus direstock tersebut.
Selanjutnya, aku memeriksa peralatan membuat kue. Sejauh ini perlatan yang aku punya masih dapat berfungsi dengan sangat baik. Jadi, aku tidak perlu membuat catatan khusus untuk peralatan ini.
Kemudian yang terakhir, aku memeriksa furniture di toko kue, seperti meja dan kursi, jam dinding, alat kasir, dan lain sebagainya. Seperti sebelumnya, tidak ditemukan furniture yang membutuhkan perbaikan.
Setelah melakukan semua pemeriksaan tersebut, aku merasa sedikit haus. Aku pun mulai meracik minuman kesukaanku yang dalam waktu dekat akan aku tambahkan ke dalam menu! Aku tidak sabar menantikan reaksi para pelanggan setelah mencobanya karena aku pribadi sangat menyukai minuman ini.
Apa nama dari minuman ini? Tentu saja masih rahasia, kalian tunggu saja sampai aku merilisnya di toko!
0 notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/acbfbb908a9acf2a2b7cf173554e6ef5/3c6318f7f860d099-57/s640x960/2554acfc42c9a2ee68a6ee5753dc78df10c99755.jpg)
ceritanya soal salah tingkah.
selesai membayar, dia kembali duduk di kursi pojok cafe ujung jalan. bau roti seketika menyerbak saat seorang barista mengeluarkan bongkahan roti coklat dari oven besar pada area kasir. kulihat lelaki itu tersenyum. sedetik kemudian dia kembali lagi ke meja kasir untuk terus menunjuk satu roti coklat bertoping buah bluebery yang cukup menggoda. aku melihatnya tanpa berkedip dan baru tersadar saat mas mas barista lantang memanggil satu nama, "pesanan atas nama BAYU! MAS BAY!"
sempat beberapa orang terlihat mendongak mencari sosok bernama Bayu, hingga pada akhirnya ada seorang pemuda tinggi mengenakan kaos oblong warna putih, celana 3/4 hitam pekat dan berkacamata kotak berdiri dari kursinya menghampiri asal suara.
aku tersenyum tipis
"Bayu ternyata"
kembali aku membuka laptopku dan segera mengetik namanya di paragraf pertama, baris pertama dan tentu saja menjadi kata pertama.
BAYU SAGARA
batinku tergelitik saat tau nama yang kutulis bukanlah pasti nama aslinya. tapi namanya cukup membuatku terganggu. tiba-tiba namanya menjadi satu objek yang memunculkan banyak cerita di otakku. seakan dia tau mana alur yang baik dan bagus untuk dilanjutkan atau justru di revisi total saat sudah benar menemukan sosok seorang Bayu ini.
sambil terus mencuri pandangan ke mas bayu ini, kucoba membuka instagram kemudian dengan brutal mencari akun cafe yang saat ini aku hampiri. terlihat memerah pada profilnya sebagai tanda ada cerita yang dibuatnya. segera kubuka dan menemukan hampir berbentuk titik titik cerita hari ini karena telihat awal cerita di jam pagi tadi. tanpa ragu kubuka dan kupantau satu persatu cerita yang ada. satu menit, dua menit masih pada pertengahan hingaa sedetik aku diam terkejut. ada sisi siku sebuah jendela menghadap ke jalan raya yang terfoto cantik dari arah samping. kutengok nama akun di pojok kiri atas dan taraaaa ..
byusgr
aku memekik sedikit tertahan. apa ini tuhan ? benarkah mas bayu ?
tangan gatal ini seolah tau harus bagaimana untuk memastikan prasangka seorang wanita. tanpa ragu kubuka nama yang ada dan sungguh semesta hari ini membuatku tersenyum.
ini ig masnya beneran yaa?
masya allah
allahu akbar
tapi kok
loh loh
"la kok beneran BAYU SAGARA ?????"
what the f...
1 note
·
View note
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/efd69941913f3e8998edada5b31d3a42/b63d2b0894d2c045-15/s540x810/8c9416c1015b1f72d839c76ce139c347404590e4.jpg)
Adorbs Project; First Mission
❤️) A Day in My life
Kring Kring Kring ⏰
Oh' alarm itu telah berbunyi, seketika wanita yang bernama Cayis yang sedang tertidur lelap itu terbangun dan lalu melihat jam yang tepat di sampingnya "oh, udah jam 5, udah saatnya aku siap siap" lalu dia bangun dari tempat tidurnya beranjak ke Kamar mandi.
Lalu, dia make-up dan juga tata rambutnya menggunakan catokan itu. Oh sungguh, pergi ke kantor adalah kegiatan yang dia sukai "gak sabar ketemuan sama Hans di toko kopi" kata wanita itu dengan tersenyum, Oh siapa itu Hans? Pasti kalian bertanya tanya. Beliau adalah teman dekat Calista, meja kerjanya dekat dengan Calista dan setiap pagi sebelum absensi selalu ada kegiatan yaitu membeli kopi!
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/c733baaaf679d06d18e6320e8f731210/b63d2b0894d2c045-bf/s540x810/27bbd9cac09b000e703cefebc19559e416623a28.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/426c927d48d62b7905ddf75dad58ec16/b63d2b0894d2c045-73/s540x810/1b4d2d56e3c93291f983bc2e9fc691f9956a40e3.jpg)
Calista berangkat menggunakan busway, lalu dia iba dengan tepat waktu di depan Cafe tersebut, sambil tersenyum dia berkata "ah itu dia!" Lalu Calista memanggilnya "Hans!" Sambil melambaikan tangannya, Calista nyebrang dari Halte menuju Cafe dan menghampiri Hans "udah mulai keren nih outfit kantornya, udah mulai terbiasa ya?" Tanya Calista "Bisa aja cal, gw kah sehari hari juga begini" Jawab Hans lalu mereka berdua menuju Cafe dan memesan pesanan mereka.
Lalu mereka berdua pergi ke kantor dan sebelum masuk ke Perusahaan seperti biasa kita selalu absen pada jam 10, ah dia gak pernah telat untuk absensi. Saat absensi Calista bertemu dengan Kak Alana, siapa kak Alana? Itu adalah senior Calista satu tingkat di atas Calista "Kak Alana! Bareng ke liftnya" kata Calista sambil lari ke arah Alana "iya Cal, pelan pelan aja ya.." kata Kak alana, oh dia sangat baik, sungguh dia sangat baik.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/20156128cc368ecbfb7751b6e0b699b7/b63d2b0894d2c045-1b/s540x810/a5b0426ef5e369c4976c337c400442c7b8df049d.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/7e0f710c7d5f3f14e9f621592bf4240b/b63d2b0894d2c045-c6/s540x810/e828723569c3fefe0ced700f3ad4f3fe0ea393c5.jpg)
Waktu untuk berkerja telah di mulai, Calista sangat sibuk dengan perkejaannya karna kebetulan Calista belum selesaikan kerjaan hari kemarin. Walaupun perkerjaan numpuk tidak membuat Calista merasakan beban. Dia hanya perlu kopinya yang Latte no sugar itu lalu dia akan semangat #45! Sebelahnya ada Hans dan juga Marsha. Marsha teman dekatnya sekaligus Hans, mereka bertiga adalah seumuran.
Waktunya istirahat. Calista selalu istirahat bersama Marsha, menurut Calista bercerita bersama Marsha membuat hatinya tentu saja senang. Tetapi, hari ini. Calista juga ikut makan di kantin kantor bersama yang lainnya. Bercerita dan menanyakan hal tentang pekerjaan itu bisa menjadi tabiat di Kantor "sha, kamu udah keruangan Pak Gatot?" Kata Calista yang bertanya kepada Marsha untuk perihal proyek kami yang juga sedang berjalan bersama, "Ya Tuhan! Makasih loh Cal sudah mengingatkan, hampir lupa. Tapi aku abis istirahat akan segera ke kantor" kata Marsha dengan senyum ciri khasnya yang berbentuk kucing itu.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/2ba18885c9c422edec00a2094633328d/b63d2b0894d2c045-b3/s540x810/b69184822bf64311d00d6e7df9e6eedbf13e53d7.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/6632c7d779d167152385c93842192e47/b63d2b0894d2c045-9a/s540x810/5b320dceb6eeb524f404ff4839a83f75200512e4.jpg)
Hari berjalan dengan begitu baik. Calista dan Marsha pergi ke ruang pak Gatot dan tentu saja meeting adalah tugas kita sehari-hari. Meeting untuk proyek besar selalu menjadi kesenangan Calista, dan ya dia begitu excited "Makasih ya sha, karna udah ikutan proyek aku" katanya sambil tersenyum, "sama sama cal! Seneng bisa bantu kamu juga. Aku juga seneng sama proyek ini, kita kerjain sama sama ya?" Kata marsha, ah dia selalu baik dan selalu begitu.
Jam 17.00 pm, itu artinya mereka sudah waktunya pulang. Perusahaan yang di kenal dengan tepat waktunya selalu memulangkan karyawannya tepat waktu. Kalian pasti bertanya, gimana kalo ada yang belum selesai? Itu artinya bisa dibawa pulang dan juga bisa dikerjakan saat kembali berkerja. Atasan kita ada 4 orang, bu Anna, pak Gatot, pak Budi, dan juga pak Joko. Akhirnya juga Calista sudah sampai rumah, membersihan makeup dan kasir dan ya, ini dia waktunya Calista mengerjakan kerjaan kantor yang belum selesai sebelum kembali istirahat dan tertidur. Jangan aneh kenapa Calista langsung pulang, karna ada kerjaan yang belum selesai.
Dia membuka laptopnya, dan mengerjakan proyeknya "let's go kita selesaikan kerjaan ini!" Dia mengambil kopi yang sudah dia buat lalu kembali perkejaannya. Jam sudah melewati pukul 21.00 pm dan itu saatnya dia harus menutup laptopnya. Dia beranjak ke kasur lalu mengambil selimut dan tidur lelap.
Selesai!
0 notes
Text
Fifteen, The Eighth
Chapter 8.
Aroma kopi yang menyeruak masuk ke indra penciuman bagi siapa saja yang memijakkan langkah pertama masuk ke kedai tersebut. Kedai yang bisa dibilang tidak besar, namun juga tidak terlalu kecil yang terletak di kawasan Depok, Jawa Barat. Terdengar suara bel kecil yang menandakan bahwa ada pelanggan yang baru datang.
"Selamat datang di kedaiku, Pitey." Suara baritone itu lebih cepat dibanding sapaan dari barista yang sudah berjaga di balik meja kasir. Aku sedikit bergeser ke samping untuk mempersilakan kamu masuk terlebih dahulu. Sebuah kode aku berikat ke baristaku untuk melipir dari tempat berjaganya. Ku lihat kepalamu yang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengobservasi tempat yang baru saja kamu kunjungi.
Aku membawamu duduk di kursi depan meja barista, lalu memberikan segelas air mineral sebagai peneman untukmu sambil menunggu makanan yang ku buat. "Kamu tunggu sini dulu, yaa? Aku siapin menu terbaik buat kamu."
"Iya, koko. Take your time aja, ya? Thank you for this..." ucapmu pelan, merasa canggung dengan lingkungan barumu. Ku lihat gerakan kikukmu dalam mengambil segelas air mineral di hadapanmu dan meminumnya perlahan sambil melempar pandang ke seluruh penjuru kedai. Senyum yang sedari tadi bertengger di wajahku kian melebar, menahan gemas.
Selang beberapa menit, ku hidangkan satu makanan dan minuman khusus untukmu. Matamu berbinar menatap sajian yang dihidangkan di hadapanmu. Aku terkekeh sekilas, menatapmu sambil mengelap meja bar sebelum melepas celemekku. "Kenapa diilihat aja, yaa? Dimakan loh itu, nanti kalau sudah dingin malah nggak enak."
Tatapanmu beralih ke arahku, melihatku sambil sedikit memajukan bibirmu. "Koko di sini... temenin aku makaaan." Ucapmu sambil menepuk-nepuk permukaan kursi di sampingmu. Tuhan, jika saja saat itu aku tidak kuat iman, mungkin aku sudah meraup ranum merahmu itu yang sedang merajuk. Gemas sekali... segera ku langkahkan kaki ini buru-buru berjalan ke kursi sebelahmu.
"Kamu ini... gemas sekali, sih?" Ucapku seraya mengulurkan satu tanganku ke atas kepalamu, mengusak rambutmu gemas. "Sudah ditemani ini, dedek. Makan dulu, yaa? Cobain. Hehe, semoga kamu suka masakan aku." Timpalku sambil menekuk satu lengan untuk dijadikan tumpuan kepala. Melihatmu mengambil suapan pertama dan langsung menolehkan wajah ke hadapanku dengan tatapan berbinar itu lagi. Senyumanku semakin lebar dibuatmu.
"Enak... koko, ini enak sekali!" Pujimu bertubi-tubi sembari mencerna makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutmu. Aku terkekeh perlahan sambil memandangimu dalam diam, menikmati bagaimana kamu menghabiskan makanan yang ku sajikan khusus untukmu itu. Ah, ternyata aku sudah jatuh sedalam ini, sudah tidak ada ruang untukku berlari dari perasaan ini.
Sejak saat itu, kamu selalu memuji semua hal yang aku sajikan untukmu. Bahkan sesederhana susu hangat yang seringkali kamu minum di pagi hari. Pujian-pujianmu itu membuatku semakin semangat dan percaya diri atas semua yang aku kerjakan. Terlebih, sifat suportifmu yang membuatku semakin jatuh cinta setiap harinya.
---
Hello, sayangku, cintaku, pacarku, calon suamiku, duniaku, gantengku, cakepku, pao telur asinku, segalanya aku... hehe, sudah delapan bulan, ya, sama aku? Gimana, sayang? Masih betah sama ke-randoman aku nggak, sayangku? Semoga betah terus ya, sayaang.
Sayang, terima kasih, ya? Buat segala bentuk support dari kamu, baik secara moral ataupun materi... aku gak pernah bohong soal gimana aku merasa seberuntung itu punya kamu di hidup aku... aku merasa banget gimana kamu berusaha nenangin aku kemarin atau di setiap saat saat aku feeling uneasy. Kamu selalu punya caramu tersendiri yang bikin aku tenang... I feel secured whenever you're around, sayang...
Bener kata kamu, dunia ini terasa bisa dilewati karena ada kamu, cinta. Terima kasih karena nggak pernah capek sama aku dan semua kelakuanku ya, love. Aku sayang sekali sama kamu, aku bener bener sesayang itu ARGH belek lah dadaku ini, isinya cuma kamu doang tau (maaf kalau terdengar seperti Vicky Prasetyo).
Rasanya semua hal-hal yang aku khawatirkan tuh gak pernah jadi masalah besar buat kita. Kayak semuanya gak ada yang terjadi, aku bener bener seneng banget ada di hubungan ini, sama kamu. Selama sama kamu, aku merasa punya pasangan yang bener-bener paham sama luar dalamnya aku, aku merasa punya pasangan yang bener bener ngertiin aku banget, ngutamain aku dibanding perasaanmu sendiri. Tapi jangan terus-terusan ya, cintaku? Aku mau kamu juga tetep prioritasin diri kamu hehe.
Harapanku masih sama, sayang. Semoga kita bisa bertemu lagi di bulan berikutnya, yaa? Semoga kita makin bahagia dan jadi versi terbaik dari diri masing-masing. Terima kasih sayang, sudah mengajarkan aku cara memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda.
My world once dark and messy road, now it become so beautiful and full of butterflies.
Thank you for showing me how beautiful love could be, baby.
Aku cinta sekali sama kamuuu!
Warmest,
Your K.
0 notes