#majalah wanita
Explore tagged Tumblr posts
Text
Artikel Islami : 8 (Delapan) Hal Wanita Sholat Berjam’ah di Masjid
Bismillah … 8 (Delapan) Hal Wanita Sholat Berjam’ah di Masjid Kehadiran wanita dalam shalat berjamaah di masjid. Sejak zaman Nubuwwah, kehadiran wanita dalam shalat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Dalam artian, di antara shahabiyah (shahabat Rasulullah dari kalangan wanita, red) ada yang ikut menghadiri shalat berjamaah di belakang para shahabat walaupun itu tidak wajib bagi…
View On WordPress
#Artikel Islami#Artikel Islami : 8 (Delapan) Hal Wanita Sholat Berjam’ah di Masjid#Majalah Salafy Kolom Muslimah Edisi XXXII/1420
0 notes
Photo
Politik Sosial & Kepemimpinan wanita. . . Price : Rp 2.500 https://linktr.ee/KatalogDebulls WhatsApp : 0858-8822-7308 . . . #ebook #buku #book #majalah #komik #novel #emegazine #digital #makalah #skripsi #scribd #literasi #sastra #wattpad #politik #politiksosial #kepemimpinan #pemimpin #wanita #pemimpinwanita #ebookdebulls #debulls (di STEKPI_kalibata) https://www.instagram.com/p/Cp0J2NbJUKn/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#ebook#buku#book#majalah#komik#novel#emegazine#digital#makalah#skripsi#scribd#literasi#sastra#wattpad#politik#politiksosial#kepemimpinan#pemimpin#wanita#pemimpinwanita#ebookdebulls#debulls
0 notes
Text
Van Der Laan dan Sebentuk Delusi
Di sebuah sudut lengang Amsterdam yang berselimut kabut tipis. Seorang wanita berdiri di depan etalase toko kecilnya. Cornelia Marijke dengan balutan gaun flanel yang terlalu sering dipakai, menyusun tumpukan majalah bekas di sudut bengkel jahit miliknya. Bengkel jahit yang diwariskan dari generasi ke generasi itu kini berderak menahan usia, tak jauh beda dari pemiliknya. Tangannya yang rapuh dan bekas tusukan jarum merapikan kain-kain yang terserak di atas meja. Sementara tatapannya tertuju pada tempat lampu gas yang berkedip lemah, seperti nyala yang hampir padam di jantung kota.
Di sudut ruang yang beraroma debu kain dan sisa lem, Frederik, suaminya, duduk membungkuk pada kursi rotan yang sudah menghitam. Di tangannya, tergeletak setelan seragam Pieter yang telah usang. Mesin jahit Frederik kembali menyulam robekan di ujung celana seragam itu. Kacamata tebal yang kusam berusaha menangkap setiap simpul yang ia ikat, sementara bayang-bayang cahaya dari atap yang retak memantul samar ke lantai kayu yang tak rata.
“Kau tahu, Fred?,” gumam Cornelia dengan suaranya yang parau. “Bahwa suatu hari kita akan tinggal di salah satu vila megah di kanal Keizersgracht. Rumah bata merah dengan taman kecil di depan, dengan papan nama perunggu yang mengilap bertuliskan: Dr. Pieter Van Der Laan, Spesialis Bedah. Pieter akan menjadi seorang dokter di Leiden, dan kita akan bangga menyebutnya dokter Pieter Van Der Laan.”
Frederik yang biasanya tak banyak bicara, kali ini tertawa lirih, suaranya seperti denting kaca halus. “Pieter? Seorang dokter?,” katanya sambil menggeleng pelan. “Oh, Cornelia, kau selalu memelihara ilusi. Apakah kau kira hidup semudah menjahit seragam sekolah ini? Sudah cukup kalau dia bisa bertahan hidup dengan layak, tanpa terseret beban harapan kita.”
Namun, Cornelia tak tersenyum kali ini. Ada kilatan keras di matanya yang cekung. “Tidak, Fred. Kau tak mengerti. Pieter akan jadi lebih dari sekadar bertahan. Dia akan menjadi seseorang. Seseorang yang terhormat,” ujar Cornelia, seraya menumpu tubuhnya di atas meja. Matanya menerawang ke langit-langit berpalang kayu.
Frederik meletakkan seragam di pangkuannya sejenak. Ia menatap Cornelia dengan mata letih. “Cornelia, kau tahu hidup kita. Kita ini sebatas tukang jahit. Kau terlalu berharap pada hal-hal yang belum pasti. Bukankah kita sudah cukup dengan apa yang kita miliki sekarang?”
Cornelia tidak terpengaruh, dan senyumnya tetap terpatri, “Bayangkan, Fred. Kita duduk di balkon rumah besar, jauh dari kekacauan Amsterdam ini. Kita menyeruput black tea dari cangkir-cangkir porselen Limoges, dengan aroma mawar yang menguar dari kebun halaman belakang. Kita tak perlu lagi menambal pakaian yang sama berkali-kali, atau hidup dari pesanan kecil-kecilan.”
Frederik menggeleng lagi, kali ini dengan sedikit lebih keras. Ia sudah terlalu sering mendengar delusi-delusi dari bibir istrinya. “Dan kau pikir kita akan betah tinggal di rumah orang lain? Kau pikir Pieter akan punya waktu untuk kita, di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter?”
Cornelia melangkah mendekat, berdiri di hadapan suaminya. “Tentu saja. Kita tidak akan menjadi beban. Kita akan punya kamar di sayap kanan rumah itu. Pagi-pagi sekali, kita akan bangun, dan menyiapkan segala sesuatu untuk mereka. Kita akan menjaga cucu-cucu kita, dan memastikan mereka tumbuh sehat. Aku akan membawa mereka berjalan-jalan di Vondelpark setiap sore. Sementara kau, Frederik. Kau bisa duduk di kafe Jordaan, menyilangkan kaki, dan menghisap pipa mewah dari kayu ebony yang selalu kau idam-idamkan.”
Frederik mendesah panjang, kali ini tanpa perlawanan. “Cornelia, kau selalu punya cara untuk membuat segala sesuatu terdengar begitu manis. Kau selalu berbicara mengenai Pieter seolah hidupnya sudah tertulis di atas lembaran emas. Tapi kau lupa satu hal, cinta dan hidup tak pernah sesederhana itu.”
Cornelia terdiam sejenak, merenungi kata-kata suaminya. Di luar, kabut mulai turun lebih tebal, menyelimuti kanal-kanal yang berliku seperti urat nadi kota yang tak pernah tidur. Jauh di kejauhan, lonceng gereja Westerkerk berdentang, memecah keheningan. Cornelia mendesah panjang, lalu mendesis lirih, “Mungkin kau benar, Fred. Tapi izinkan aku bermimpi sedikit lebih lama.”
Suasana hening kembali menguasai ruangan. Frederik melanjutkan menjahit, sementara Cornelia melangkah pelan ke pintu belakang toko. Suara air kanal terdengar lebih jelas di luar sana; dingin dan tenang, seolah berbisik bahwa mimpi mungkin akan hanyut.
Di atas meja kayu yang berderit, segelas black tea mendingin, tak lagi tersentuh.
2 notes
·
View notes
Text
Refleksi hari ibu...
Hari ibu kali ini terasa berbeda. Sebulan lalu di sore hari sebuah pesan singkat sampai di ponselku, belum selesai membacanya mata ini sudah berkaca-kaca... Buru-buru kuusap air mataku karena malu takut dilihat orang, yaa karena masih di kantor.
Pesan itu datang dari ibuku yang isinya "Assalamualaikum..Alhamdulillah 25 th aku jadi ibukmu ...oke ada saran2 kekurangan dan kelebihan ibuk agar kedepan ibuk bisa memperbaikinya demi jadi orangtua yg shalehah...."
Seketika muncul kilas balik sosok ibu yang luar biasa di mataku... sosok ibu rumah tangga yang tangguh, support sistem utama...
Teringat kembali cerita-cerita beliau tentang perjuangannya tuk membuat aku ada di dunia ini... 7 tahun menunggu hadirnya qurotta 'ayyun bukan waktu yang singkat, bahkan demi dikaruniai buah hati beliau rela resign dari tempat kerjanya yang saat itu sudah menjabat kepala seksi sebuah perusahaan.
Walau hanya di rumah, semangat belajar beliau patut diacungi dua jempol, buku-buku, majalah menjadi teman sehari-hari, bahkan setelah tau youtube, rasa2nya kajian2 habis dilahap terutama favorit beliau dr aisyah dahlan. Dalam hal ini rasanya aku kalah jauh dari ibu yang sambil masak kajian, sambil jualan kajian, sambil setrika kajian.
Pernah suatu ketika beliau berkata, "suksesnya ibu ketika lihat ayah & kamu aktivitasnya lancar dan bahagia" Dari beliau aku jadi paham bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tak punya cita-cita, namun itu adalah ladang pahala yang luar biasa luasnya...
Ibu juga pernah berkata, bahwa ia sadar menjadi ibu do'anya mustajabah.. tak terhitung jumlahnya beliau tetap bersabar dan mendoakan yang baik-baik ketika tingkahku yang kadang kekanakan ini.
Beberapa minggu lalu mengunjungi salah satu teman yang mulai berganti peran menjadi ibu, membuatku menjadi tersadar bahwa menjadi ibu butuh persiapan matang. Terbiasa di kasihi dan berubah menjadi mengasihi tentu butuh hati yang luas. Teringat kata-kata temanku ini, dia bilang bahwa dari sekian banyak cita-cita yang ingin dia raih, namun tertunda sesaat karena perubahan peran menjadi ibu tak pernah sedikitpun ia sesali, justru berkali kali lipat ia syukuri.
Gaya parenting ibu yang terbuka dan menganggapku sebagai teman adalah salah satu pengalaman dan kesempatan luar biasa bagiku. Punya kesempatan saling bertanya apa yang perlu diperbaiki, dan saling mengingatkan adalah hal yg luar biasa... Mungkin jika pertanyaan ibu itu ditanyakan 10 tahun lalu kepadaku, akan banyak list-list ku untuk ibu, mungkin aku akan berkata... "ibu terlalu protective main aja gaboleh" atau mungkin ketika akhir masa sma dimana ibu punya harapan kuliahku yang tak sesuai keinginanku, rasanya akan banyak yang kusampaikan.
Namun, jika pertanyaan itu harus dijawab sekarang, entah bagiku tak ada lagi hal yang perlu diperbaiki dari beliau. Yang terfikir justru sebaliknya, apakah 25 tahun mendatang diriku sudah cukup baik menjadi ibu? Apakah bisa seperti beliau? Apakah diri ini sudah memberikan yang terbaik untuk beliau? Apakah sudah cukup solehah? Rasa-rasanya masih jauh...
Ada masa-masa kuberpikir ingin 'main' jauh, ingin banyak pengalaman, ingin mencari sosok perempuan lain yang mungkin bisa menjadi contoh sukses di semua hal di rumah, di masyarakat. Tapi makin ku pergi jauh makin kusadari bahwa contoh terbaik ada di rumahku yaitu ibu.
Narasi-narasi wanita karier atau ibu rumah tangga harusnya tak boleh dibanding-bandingkan... Karena yang terbaik adalah yang bertakwa dan masing2 ada ladang kebaikannya masing-masing...
Dear ibuk, makasih sudah menjadi teman, makasih sudah sama-sama belajar jadi solehah yang mungkin aku masih jauh sekali.. makasih udah selalu jadi pengingat, makasih sudah jadi orang yang pertama bahagia ketika aku bahagia... sehat selalu yaa...
Aku, kamu dan setiap orang pasti punya cerita tentang ibu yang luar biasa, cerita sederhanaku ini mungkin cuma jadi sedikit penyemangat bahwa menjadi ibu adalah peran luar biasa yang Allah amanahkan...
Selamat hari ibu untuk ibu-ibu & calon ibu, semoga Allah selalu mudahkan peran itu & jadi lebih baik dari hari ke hari🫶
-Ditulis di bis 22/12/2023 semoga 25 tahun lagi jadi ibu yang baik aamiin.
6 notes
·
View notes
Text
Beauty Privilege
Mari kita buka opini ini dengan kesepakatan bersama kita sepakat bahwa semua orang terlahir cantik hanya saja kemudian standaritas manusia yang menjadikan orang tidak cantik. Hanya saja proses dalam hidupnya yang mungkin membuat dia menjadi tidak memenuhi standar cantik. Pada opini ini juga hanya akan dibatasi pada “standar cantik dalam fisik’
Menurut jurnal karya Ghela Rakhma Islamey (2020) yang meneliti sebuah majalah kecantikan dengan judul “Wacana Standar Kecantikan Perempuan Indonesia pada Sampul Majalah Femina” memperoleh kesimpulan bahwa standar kecantikan perempuan Indonesia yang dimunculkan pada majalah Femina adalah muda, berkulit mulus dan putih, bertubuh langsing, menggunakan busana yang sedang tren (high fashion), menggunakan makeup yang tidak berlebihan, dan seksi sekaligus kuat (memiliki power).
Bukan hanya saja berdasarkan penelitian berdasarkan realita yang ada memang konteks cantik yang disandingkan kepada perempuan sekarang memang harus putih dan berbadan langsing. Setidaknya hal ini selaras dengan makin berkembangnya prodak-prodak kecantikan yang menjamur. Semakin banyak pula wanita yang ingin menjadi cantik. Bahkan tidak sedikit pula hal itu terjadi dilingkungan yang aku jalanni. Tidak sedikit yang mengatakan “makanya cantik”.
Menjadi cantik secara fisik memang menjadi hal yang menguntungkan diakui ataupun tidak. Karena kesan pertama manusia adalah berdasarkan apa yang dipandang. Bahkan ada secuil candaan dari seorang teman yang terlontar “soalnya kalau otak itu tidak bisa diajak foto”, entah bagaimana kemudian otakku secara otomatis menganalisis makna kata-kata tersebut jika dikatakan dalam keadaan serius akan memiliki makna setidaknya dengan fisik yang cantik kamu akan enak untuk dipandang.
Saya sendiri meyakini bahwa semua orang terlahir dengan cantik. Bahkan semua orang bisa memenuhi standar cantik manusia. Setidaknya jika ingin cantik yang katanya adalah kulit putih maka skincare sudah memberikan jalan atau mengandalkan kemampuan mengunakan makeup, Atau bahkan yang lebih ekstrim manusia bisa merubah tampilan fisik dengan oprasi terlepas dari pembahasan agama yang melarang.
Tapi yang perlu digaris bawahi bahwa menjadi standar cantik dimata manusia tentu tidak gratis bahkan tidak sedikit yang menghabiskan puluhan juta hanya untuk perawatan tubuhnya. Sesimpel muka saja jika yang memiliki kulit normal akan menghabiskan uang setidaknya ratusan ribu. Apalagi dengan yang lahir dengan masalah kulit akan memerlukan biaya yang lebih lagi.Selain itu untuk merawat diri tentu perlu ketelatenan dan waktu yang harus di luangkan. Jika simpelnya manusia bisa bersiap-siap pergi tanpa makeup dengan waktu 15 menit ini akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Tentu hal tersebut akan menjadi hal yang biasa saja untuk mereka yang punya biaya, untuk memenuhi kebutuhan dalam mempercantik diri. Tapi tidak untuk mereka yang bahkan untuk kebutuhan pokok saja perlu memikir kepala. Sehingga tidak jarang kemudian insecure akan fisik hadir dari mereka juga yang sudah terpuruk dalam ekonomi. Karena menjadi standar cantik pada manusia nyatanya bukan hal yang cuma-cuma.
3 notes
·
View notes
Text
WANITA WAJIB TAHU!
Tips Keren Seputar Dunia Perdapuran.
1. Agar telur rebus tidak susah dikupas, jangan lupa celupkan kedalam air es saat telur tersebut baru matang/masih panas.
.
2. Agar cabe tidak meletup-letup ketika digoreng, jangan lupa tusuk atau lukai sedikit cabe tersebut dengan pisau sebelum digoreng.
.
3. Saat mencuci kangkung, arnong/selada air atau genjer serta tanaman air lainnya jangan lupa dibilasan pertama bubuhkan sesendok garam lalu diamkan sejenak agar binatang-binatan kecil yang mungkin hidup dibatang dan daunnya mati. Biasanya yang hobi nongkrong disitu lintah, keong, ulat dan cacing air (brokoli dan kembang kol juga sering ada ulatnya, jadi jangan lupa pula gunakan cara ini).
.
4. Agar tahu lebih awet ketika disimpan, cuci bersih dengan air, kemudian siram dengan air panas, setelah itu lap dengan tisu dapur, simpan didalam tupperware, tutup rapat, kemudian letakkan didalam kulkas. Insyaa Allah bisa tahan hingga 1 minggu.
.
5. Untuk mengetahui telur busuk atau tidak bisa gunakan tes apung air, jika mengapung diatas air itu tandanya telur sudah busuk.
.
6. Ketika akan mengocok telur untuk berbagai macam kue, pastikan telur dalam keadaan suhu ruang (bukan dingin karena baru keluar dari kulkas, hal ini bisa membuat adonan tidak mengembang).
.
7. Jika menyimpan sayuran di dalam kulkas, jangan pakai tas plastik kresek, tapi gunakan koran dan atau majalah bekas. Sebab dengan cara ini bisa mencegah air embun sayuran menggenang yang bisa mengakibatkan sayur cepat busuk
.
8. Untuk menetralisir bau dalam kulkas, belah kentang dan letakkan di rak kulkas, kentang bisa menghilangkan bau tak sedap dalam kulkas.
.
9. Agar ikan tidak lengket dipenggorengan, gunakan wajan yang khusus untuk menggoreng, jangan sekali-kali menggoreng ikan diwajan yang pernah atau sering dipakai untuk menumis, sebab sudah pasti ikan goreng akan lengket dan hancur ketika dibalik, bisa juga olesi sedikit garam ke wajan sebelum dituangi minyak goreng.
.
10. Untuk menghilangkan rasa panas ditangan akibat terlalu lama berkontak dengan cabe atau sambal (kata orang jawa tangan wedhangen), bisa dilakukan dengan cara cuci bersih tangan dengan sabun sampai 2 atau 3 kali, kemudian di lap, dan masukkan tangan kedalam beras, benam dan remas-remas beras sebentar. Fiuuhhhf, dijamin rasa panas ditangan akan hilang.
smile emoticon
.
11. Agar mata tidak pedih ketika mengiris bawang merah, letakkan wadah berisi garam disamping talenan, dengan cara ini Insyaa Allah ampuh menghindarkan mata dari rasa pedih.
.
12. Agar beras tidak dikunjungi kutu beras, letakkan sebungkus plastik yang berisi beberapa sendok kopi bubuk, kemudian beri sedikit lubang pada plastiknya. Kutu beras tidak suka aroma kopi. Jadi Insyaa Allah dia tidak akan berani datang ke beras.
.
13. Jika peralatan masak kusam akibat noda dari bumbu yang berwarna seperti kunir/kunyit, atau panci yang terlalu sering dibuat merebus air jadi kekuningan. Segera ambil sesendok baking soda, beri sedikit air, gosok-gosokkan ke panci, diamkan sebentar, lalu bilas. Jika masih ada noda bisa diulang lagi.
.
14. Agar kembang kates, daun kates/pepaya dan pare tidak terlalu pahit ketika dimasak, baiknya sebelum ditumis di rebus sebentar di air rebusan
daun jambu biji (caranya, rebus air, ambil beberapa lembar daun jambu biji, tunggu hingga mendidih, masukkan daun jambu, tunggu +- 5 menit, masukkan kembang/daun pepaya/pare) diamkan sebentar, matikan api. Baru setelah itu tiriskan dan siap untuk dimasak sesuai selera (kalau daun pepayanya untuk kulupan, bisa direbus hingga matang bersama daun jambu biji).
.
15. Agar tempe tidak mudah busuk, jangan simpan didekat garam.
.
16. Jika menyimpan daging di freezer, pastikan daging tidak keluar masuk freezer berulangkali, karena hal ini bisa membuat bakteri berkembangbiak. Sebaiknya potong-potong dulu dagingnya sesuai dengan perkiraan kebutuhan per tiapkali masak dan simpan di plastik kecil-kecil secara terpisah, sehingga ketika akan mengambil, bisa ambil seperlunya saja.
Semoga bermanfa'at. 🙂
Source: Fb Chef Inspiration
2 notes
·
View notes
Text
Majalah
Balik lagi nge-blog disini hihi soalnya pengen aja.
Jadi, tadi siang karena ada video tiktok yang lewat di fyp gua tentang apa yang dilakuin masa kecil gitu tiba-tiba gua keinget sama hal-hal yang suka gua lakuin pas masih kecil. Awalnya sih keingetnya yaa main-main sama temen rumah dan sering ikut jalan-jalan ke kampung sebelah sama temen rumah. Tapi setelah inget-inget lagi lebih jauh, gua menyadari kalo gua pas masih usia kisaran 8-10 tahun suka baca majalah.
Baca majalah juga karena gua sering nunggu mama gua pulang kerja dan berakhirlah gua nunggu dari jam pulang sekolah sampai mama gua pulang di tempat mama gua kerja, which is perpustakaan. Perpustakaan di SMK. Kebetulan di era gua SD itu majalah cetak populer banget apalagi di kalangan anak-anak muda yang udah duduk di bangku SMA.
Dulu itu gua suka baca atau sekedar liat-liat isi majalah karena menurut gua majalah itu seru banget buat dibaca. Isinya ada tentang isu-isu hangat terutama dari kalangan artis mau artis Indonesia atau luar negeri, mix and match fashion, cerpen, artikel dari post event konser, fakta dunia kadang juga ada, pemilihan coverboy & covergirl, review film kadang juga ada, banyak deh! Karena banyak hal yang dimuat di satu majalah itu, ya itu yang buat gua tertarik. Apalagi dulu gua punya keterbatasan untuk mengakses internet, jadi ya info-info yang seru apalagi tentang artis luar negeri dapetnya dari majalah.
Majalah-majalah yang dulu sering gua baca itu Aneka YES!, Gadis, Cosmopolitan dan HAI. Tapi yang paling favorite banget diantara majalah-majalah keren itu majalah Gadis dan Cosmopolitan! Oke oke, gua akan bahas kenapa gua pilih kedua majalah tersebut.
First, majalah Gadis. Majalah Gadis itu tuh gua baca udah berasa kayak anak gaul, soalnya dari cara penyampaian informasinya menurut gua asikin banget hehe. Nggak cuman di satu section aja ya, tapi di beberapa bagian artikel itu selalu seru aja cara penyajian atau penyampaian artikelnya. Bahasanya anak muda banget, suka bahas atau ke sekolah-sekolah keren gitu jadi pengen sekolah disitu juga, inspo fashionnya juga anak muda banget! Pokoknya sih menurut gua sebagai pembaca yaa, majalah Gadis itu isinya lebih menyasar ke anak remaja perempuan gitu kan, jadi masih kerasa relate aja gitu sama gua *padahal dulu masih bocah gua. Terus hmm apalagi ya? Ohh, dulu tuh majalah cetak suka kasih merchandise khusus di tiap minggu edisi baru majalahnya! Yang paling berkesan itu majalah Gadis sih, soalnya hadiah merchandisenya mostly lucu banget, bisa dipake terus-terusan kayak ada buku diary, tempat pensil, pouch. FYI, beberapa hadiah majalah dari Gadis masih gua pake dan gua simpen loh hahaha!! Nanti gua update deh barangnya.
Second, Cosmopolitan. Kalo Cosmopolitan ini gua lebih suka rubrik majalahnya tuh topiknya lebih ke wanita dewasa. Dalam artian lifestyle, inspo fashion, ada juga bahas tentang tokoh inspirasi juga apalagi ada wanita-wanita karir gitu beh semakin pengen kayak mereka deh. Apalagi covernya itu kan suka pake selebriti atau model luar negeri gitu, terkadang sekelebat lewat di pikiran pengen diet *boong HAHAHA.
Yah, itu lah cerita gua tentang 'majalah favorite' yang cukup berperan penting di kehidupan gua. Karena dari situ, gua awalnya pengen banget jadi editor majalah. Tertarik buat sekedar nulis atau ngetik cerita pendek biar bisa dikirim ke majalah, nulis artikel, edit-edit foto kayak majalah hahahahahaha. Sampai sekarang sih itu semua berakhir menjadi 'hobby' gua aja. Masih pengen sebenernya kerja di lingkungan yang masih berhubungan sama media massa, tulis-menulis tapi jurusan kuliah gua berkata lain banget hahahahaha.
Sekian deh blog yang cukup panjang ini. Soon gua akan bahas hal lain lagi yang lebih seru muehehehe.
-Rove, 2023.
5 notes
·
View notes
Text
Kritikus dari majalah CINE21 terlihat meninggalkan ulasan positif mengatakan kalau 'Pilot' berbagi pesan paling ideal tentang arah yang harus diambil Korea di tengah konflik gender.
Jo Jung Suk kini sedang menyapa penonton lewat film "Pilot". Film ini mengikuti kisah seorang pilot bernama Han Jung Woo (Jung Suk) yang secara tidak sengaja mengambil identitas baru dengan menyamar sebagai perempuan setelah kehilangan pekerjaannya.
Setelah pemutaran perdana, penonton memuji "Pilot" karena unsur komedinya dan sifatnya yang ramah keluarga. Namun, film yang juga dibintangi Han Sun Hwa ini secara tak terduga justru memicu diskusi hangat tentang kesetaraan gender.
Seorang kritikus dari majalah CINE21 terlihat meninggalkan ulasan positif mengatakan kalau "Pilot" berbagi pesan paling ideal tentang arah yang harus diambil Korea di tengah konflik gender. "Korea masih harus menempuh jalan panjang terkait kesetaraan gender," tulisnya.
"Tetapi menurutku, 'Pilot' merupakan awal yang baik. Film ini menunjukkan kepada penonton bahwa menyebut wanita dengan panggilan buket bunga bisa dianggap seksis. Film ini juga dengan ramah menjelaskan bahwa kehilangan pekerjaan karena komentar seksis bukanlah sesuatu yang perlu dikeluhkan, tetapi untuk diakui dan dimintai maaf," lanjutnya.
Namun, ulasan positif kritikus itu berbanding terbalik dengan komentar penonton pria. Setelah pemutaran perdananya, beberapa orang mengklaim bahwa "Pilot" secara tidak adil menargetkan pria dan mempromosikan agenda misandri.
Penonton berpendapat bahwa memuji seorang wanita tidak secara inheren dianggap seksis. Ada juga yang mengungkap kalau "Pilot" secara tidak adil mengkotak-kotakkan pria sebagai calon pelaku pelecehan seksual.
"Film ini mendorong agenda misandri. Itu mengerikan. Itu bahkan tidak bagus, dan sepertinya mencoba untuk menciptakan perpecahan antara pria dan wanita[sic!]," tulis seorang warganet. "Alur ceritanya membuat pria tidak nyaman, menggambarkan semua pria sebagai calon peleceh seksual[sic!]," tambah yang lain.
Meskipun ada kontroversi, banyak penonton film yang mendukung "Pilot". Banyak orang Korea menghargai Pilot karena mengambil langkah pertama menuju reformasi sosial terkait kesetaraan gender. Apakah kamu sudah menyaksikan film ini?
0 notes
Text
Katrina Kaif (Hindi: कैटरीना कैफ (lahir 16 Juli 1983) adalah seorang model, aktris Inggris-Bollywood[1]. Katrina lahir di Hong Kong dari ayah, Mohammed Kaif, yang berdarah Kashmir, dan ibu, Suzanne Turquotte, yang berdarah Inggris. Ibunya adalah seorang pengacara dan sukarelawan lulusan Harvard University. Pada tahun 2009, Kaif mendapat predikat sebagai wanita terseksi dalam polling yang dilakukan oleh majalah FHM India.
0 notes
Text
Gatra
Baca Gatra Baru Bicara
Gatra adalah majalah yang selalu ada di rumah kami sepanjang ingatan kanak-kanakku. Ayahku tentu adalah pembaca Tempo. Tapi semenjak Tempo dibredel, tentu Gatra menjadi substitusi. Bersama Bola -yang belakangan lebih aku tunggu tergelatak di sudut-sudut rumah- dan Nova, Gatra pasti ada tiap minggunya di rumah kami dari Banda Aceh hingga Depok.
Maka, seperti slogannya, Gatra mempengaruhi apa yang aku dapat bicarakan di usia sekitar kelas tiga hingga enam sekolah dasar. Gatra punya andil mendidikku meski begitu cepat.
Salah satu berita yang sampai sekarang masih teringat dan cukup menggelitik adalah soal suami yang penisnya patah karena tersangkut ujung tempat tidur saat bercinta dengan istrinya. Aku sampai sekarang tidak bisa bayangkan visualisasinya, hanya ingat saja reportasi itu. Dan tentunya berita-berita a-la Lampu Merah itu bukan tajuk utama Gatra.
Untuk liputan "serius" dan jadi tajuk utama, teringat berita soal Gus Dur dan Buloggate. Sebagai bumbu, selentingan Gus Dur selingkuh dengan seorang wanita paruh baya bernama Aryanti juga dicepret sebagai penyedap.
Lalu teringat juga liputan ketika Gus Dur minta maaf soal pembantaian pasca gestapu. Teringat membahas ini dengan kakekku dan bertanya saat pelajaran sejarah di kelas enam sekolah dasar yang ingatku juga dijawab dengan baik oleh Bu Istin, wali kelas kami. Belakangan Bu Istin menikah dengan seorang prajurit angkatan darat.
Yang paling seru tentu saja tentang perburuan Hutomo Mandala Putra setelah menjadi dalang pembunuhan hakim Syarifuddin. Mas Tommy dalam bayanganku saat itu adalah penjahat paling akbar di Indonesia. Belum lagi teringat membaca reportase Gatra dari berkas penyidikan eksekutor langsungnya yang mengaku Mas Tommy-lah yang sebenarnya ingin menarik pelatuk. Seingatku, itu membuat rentetan persidangan Mas Tommy di televisi aku ikuti dari siang hingga malam.
Aku lupa kapan akhirnya tidak ada lagi Gatra di rumah kami. Jaman kuliah, setiap minggunya kembali rutin membeli Tempo yang dibaca bersama ayahku. Hingga sekarangpun ayahku masih aku bawakan Tempo ketika berkunjung ke rumahnya.
Akhirnya versi cetak Gatra menyerah seperti Bola beberapa tahun lalu. Dua media yang mengajarkanku 'membaca'. Perasaan sentimentil langsung menggelayut. Tinggal Tempo dan semoga bisa bertahan selama mungkin.
0 notes
Text
Ustaz Auni dah lama bagi amaran,
Akhir zaman ni,
Yaaahooodeee Nasoorooo takkan halang umat Islam utk solat, puasa dll dalam rukun Islam & beriman dgn rukun Iman.
Style depa dah tak melalui kekerasan,
Tapi cara yg sgt sgt halussss...
Yakni hasut gaya pemikiran kita untuk lebih moden dan depa bekerjasama dgn agamawan payslip utk beri pandangan bahawa ia tak berdosa untuk ikut trend, asal saja tahu batas.
Maka segala fatwa pun akan selaras dgn kehidupan moden agar umat Islam akhir zaman rasa selamat dan rasa tak melanggar hukum kerana ada agamawan di belakang mereka.
Namun bagi mereka yg tajam nalurinya atau mereka yang mula faham cara kerja ejen dajeiii ini,
Mereka akan diberikan rasa betapa semua ini tidak benar dan bukan ajaran Islam yg sebenar.
Ustaz Auni kata lagi,
Depa mmg hasut melalui 8 F ini seperti...
Faith - kepercayaan (percaya bawaan agama Islam tp dah jauh dari Islam yg benar)
Financial - kewangan (anggap wanita keluar kerja dgn bertabarruj bermake up dan keluar berduaan dgn lelaki lain atas tuntutan kerja sebagai perkara biasa)
Food - menjadikan makanan sebagai trend, bukan lagi keperluan hidup, merosakkan umat manusia especially Islam dgn makanan syubhah & haram serta tidak berkhasiat sama sekali seperti fast food, process food dll. Juga menfitnah makanan sunnah sebagai mitos dan tiada kajian saintifik untuk kesembuhan penyakit dan memberi kebaikan tubuh badan.
Film - menyampaikan ideologi, plan dan misi akan datang mereka melalui filem, menghasut pemikiran remaja, kanak² melalui watak² kartun yg bersimbolkan mata satu (dajeiii) dan mengangkat watak² ini sebagai super power.
Fashion - mencipta fitnah fesyen wanita berhijab dan menganggap ianya mengikut syariat. Juga mencipta fashion² mengikut musim agar para peminat fesyen sentiasa mengikut trend terkini. Pakaian sudah menjadi satu kebanggaan untuk ditonjolkan pada mata yg melihat, bukan lagi untuk menutup aurat.
Fandom - budaya icon, idola, hedonisme, hiburan yg melalaikan yg menjadikan public figure, artis, tokoh terkenal sebagai ikutan, bukan lagi para Rasul dan sahabat.
Fiction, Fun, Fandom - merekacipta watak² mengarut, idola² yg berwatak sang penyelamat dalam setiap agenda seperti di dalam lagu, animasi, muzik, lirik, buku, majalah, komik, media sosial dan sebagainya. Tujuan utk merosakkan pemikiran anak² muda, sekaligus merupakan brainwash dari awal agar lebih mudah menerima kedatangan dajeiii kelak.
1 note
·
View note
Text
Wanita Korban Penjajahan Jepang
kekerasan seksual dan pemerkosaan terhadap wanita sering kali terjadi di berbagai konflik maupun perang. Perempuan seringkali dijadikan sebagai target sasaran dalam situasi yang amat mengerikan tanpa pernah dibayangkan sebelumnya. Sudah sejak dulu, para wanita dijadikan sebagai objek seksual oleh laki-laki dan diperlakukan seperti layaknya barang. Tidak hanya itu, wanita juga seringkali mendapatkan perlakuan kekerasan karena kedudukan wanita yang dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut juga merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah indonesia
Praktik kekerasan seksual terhadap perempuan ini pernah terjadi di Indonesia pada masa kedudukan Jepang, Setelah Belanda menyerah tanpa syarat pada tanggal 8 Mei 1942 maka hal tersebut menjadikan Indonesia memasuki satu periode baru yaitu kemiliteran Jepang. Indonesia yang sempat dijajah Jepang selama kurang lebih 3 tahun, walaupun hanya seumur jagung tapi bekas penyiksaan oleh Jepang kala itu masih menyisakan banyak luka hingga sekarang. Jepang kala itu mengambil seluruh potensi alam di Indonesia untuk kebutuhan perang, memang tujuan pemerintahan Jepang menduduki dan menguasai Indonesia adalah untuk mendapatkan bahan baku guna memenuhi kebutuhan perang. Selain menguras sumber daya alam MIliter Jepang juga menguras sumber daya manusia seperti para lelaki yang dipaksa untuk bekerja dan para perempuan yang dijadikan wanita penghibur.
Wanita penghibur atau dalam istilah Jepang adalah Jugun Ianfu (Comfort Women) yang terdiri mulai dari gadis, perempuan yang sudah bersuami, bahkan anak di bawah umur yang dipaksa memenuhi kebutuhan biologis tentara maupun rakyat sipil Jepang, Karena meluasnya wilayah kekuasaan militer Jepang yang mengakibatkan bertambahnya pula kebutuhan akan tempat hiburan bagi tentara maka dibutuhkan lebih banyak wanita penghibur. Sama seperti masa sekarang untuk merekrut para wanita, tentara Jepang melakukannya dengan memaksa menggunakan senjata, memaksa karena alasan memiliki hutang, dan menipu dengan di iming-imingi mendapat pekerjaan. Kaum perempuan yang dijadikan Jugun Ianfu juga kebanyakan berasal dari mereka yang memiliki pendidikan rendah bahkan buta huruf, dan memiliki masalah ekonom. Maka cara-cara yang dilakukan oleh Militer Jepang sangat efektif mereka akan tergiur dengan kemudahan mencari pekerjaan tanpa memerlukan keahlian khusus.
Para wanita yang sudah dijadikan Jugun ianfu akan diubah namanya menjadi ke jepang-jepangan, setelah itu mereka akan ditempatkan di bordil ala Jepang yang disebut Ian-jo di sana akan ditempel nama-nama para jugun Ianfu di depan pintu kamar, persebaran Ian-jo cukup banyak di indonesia, dalam dokumen Laporan Fasilitas Baiin di Celebes Selatan yang tersimpan di badan pemerintahan Jepang disebutkan setidaknya ada 29 Ian-jo ]di Sulawesi Selatan dengan jumlah penghuni lebih dari 280, diantaranya 111 perempuan Toraja, 67 Perempuan Jawa, 7 perempuan Makassar, 4 perempuan Mandar, dan ada beberapa yang berasal dari Bugis, Cina dan mereka yang tidak terdaftar dari mana asal negaranya. Kengerian pertama yang dirasakan perempuan perempuan ini adalah adanya pemeriksaan kesehatan sebelum ditempatkan di Ian-jo, seperti mimpi buruk di siang bolong, mereka akan diminta untuk membuka seluruh pakaian yang dikenakan oleh petugas medis, tanpa bisa menanya, melawan, dan menolak mereka hanya bisa diam saat para medi memeriksa tubuh mereka dan memeriksa kemaluan dengan cara memasukan alat yang berbentuk besi panjang, alat ini akan mengembang ujung nya jika ditekan gunanya adalah untuk mengetahui apakah kemaluan para calon Jugun Ianfu ini masih sehat atau tidak.
Setelah lolos dari tes tidak manusiawi itu para Jugun Ianfu dianggap siap untuk melaksanakan tugas, dimana tugas tersebut menganggap bahwa perempuan hanyalah sebuah properti yang pantas diperlakukan semena-mena bagi tentara jepang. Seperti dilansir dari majalah tempo dalam satu hari para jugun-ianfu dipaksa melayani 5-10 lelaki, sebenarnya di dalam Ian-jo mereka akan mendapatkan kondom namun jarang sekali para lelaki mau menggunakannya. tidak hanya perempuan pribumi, ada banyak perempuan bermata biru dan berambut pirang keturunan Belanda yang memiliki paras menawan namun menjadi malapetaka, karena menjadi kegemaran tentara Jepang . Dia mengalami kekerasan seksual yang sangat mengerikan seperti jambakan di rambut pirangnya yang indah, lalu dipaksa juga melayani banyak tentara Jepang secara terus menerus tanpa bisa melawan perempuan itu hanya bisa berbaring di bordil yang pengap tanpa ventilasi hingga akhirnya mengalami gangguan kejiwaan akibat kekerasan yang diterima. Perlawanan tentu pernah dilakukan oleh para Jugun ianfu yang dikirim ke Shoko Club di Semarang, ketika mereka dipaksa untuk melayani para tentara Jepang lagi mereka menolak karena merasa letih setelah melayani empat orang dan menolak opsir Jepang kelima, tidak terima mendengar penolakan pemilik bordil yang juga orang Jepang langsung menghampiri dan memukuli pemberontak itu dan mengancam akan memindahkan ke sebuah bordil di dekat markas tentara Jepang. “biar tau rasa, disana kamu akan digilir 15 orang tentara”. mendengar hal itu tentu saya sinyalnya menjadi ciut dan histeris. (Tempo, 1992, 21).
Praktik Jugun Ianfu tidak hanya terjadi pada wanita Indonesia, namun juga perempuan Asia lainnya seperti Korea, Vietnam, China, Tiongkok, Malaya, Thailand, Filipina, Myanmar, India, dan penduduk kepulauan pasifik. tentu saja praktik Jugun ianfu yang sangat tidak manusiawi ini menunjukan bagaimana sejarah kekejaman yang dialami para perempuan ketika masa penjajahan Jepang. bertahun-tahun mereka harus memenuhi kebutuhan biologis tentara Jepang dan hidup di dalam ian-j0 yang bagaikan neraka, menjadi Jugun Ianfu adalah pekerjaan yang harus mereka jalani dengan keterpaksaan sampai Indonesia merdeka. Akibat dari adanya praktik ini tentu saja membuat trauma karena korban akan merasakan penderitaan sepanjang hayatnya, termasuk problem medis yang kronis, tidak sedikit para perempuan penyintas kekerasan militer mengalami kemandulan karena kerusakan pada vagina yang menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Dengan kentalnya bentuk Patriarki di Indonesia tentu saja hal ini membuat para perempuan penyintas kekerasan Jepang merasa gagal menjadi wanita yang baik karena tidak bisa memenuhi tuntutan keluarga untuk memiliki keturunan. (Nurpratiwi, 2017, 4)Bahkan fakta sejarah ini sempat ditutupi oleh pemerintah Indonesia karena dianggap sebagai aib negara baru setelah tahun 1992 hal ini diangkat karena di temukan dokumen rahasia Jepang tentang Jugun Ianfu namun di dalam dokumen tersebut sudah banyak nama nama yang dicoret dengan tinta hitam. pemerintah tidak banyak ikut andil dalam perjuangan para penyintas Jugun Ianfu ini, melainkan dari lembaga bantuan hukum dan para penyintas Jugun Ianfu sendiri.
Sejarah perjuangan wanita dalam historiografi Indonesia memang kurang luas mendapatkan tempat, padahal peran wanita sangatlah penting, karena tanpa wanita maka tidak akan ada generasi-generasi hebat penerus bangsa. Jugun Ianfu bukanlah aib negara melainkan sejarah kelam akan kekejian tentara Jepang yang perlu di ingat karena mereka juga bagian dari perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
0 notes
Photo
EBOOK Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Perspektif. . . Price : Rp 2.500 WhatsApp : 0858-8822-7308 . . . #ebook #buku #book #majalah #komik #novel #emegazine #digital #makalah #skripsi #scribd #literasi #sastra #perempuan #wanita #cewe #psikologi #psikolog #sikologi #cewek #cewekcantikindo #cewekhits #ebookdebulls #debulls (di Meethhaus - rumah bertemu -) https://www.instagram.com/p/CogK8DPveXR/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#ebook#buku#book#majalah#komik#novel#emegazine#digital#makalah#skripsi#scribd#literasi#sastra#perempuan#wanita#cewe#psikologi#psikolog#sikologi#cewek#cewekcantikindo#cewekhits#ebookdebulls#debulls
0 notes
Text
stable
—Boku no Hero Acedemia fanfiction; Bakugou Katsuki x Jirou Kyouka —Written in Bahasa Indonesia —Alternate Universe; no quirk AU, Bakugou & Jirou are married, might be OOC —Boku no Hero Academia © Horikoshi Kouhei. Fanfiksi ini ditulis hanya demi menambah asupan pribadi kapal kesayangan saya. Saya tidak bermaksud untuk mengambil keuntungan materiil apapun.
Bakugou Katsuki tidak percaya dengan segala teori golongan darah terhadap perilaku dan hubungan antar manusia.
Kuso, bagaimana bisa ia memercayainya jika di dunia ini hanya terdapat empat golongan darah saja sedangkan umat manusia tidak terhitung jumlahnya? Sungguh aneh jika hanya terdapat empat personaliti di dunia yang terbentang luas ini.
Lagipula semua teori itu tidak terbukti benar. Katanya, pasangan bergolongan darah O dan AB tidak cocok. Akan terjadi chaos ketika dua golongan darah itu dipasangkan. Namun kenyataannya, Kirishima Eijirou, sahabat baiknya yang bergolongan darah O malah berkencan dengan Ashido Mina, seorang gadis bergolongan darah AB. Hubungan mereka langgeng. Malahan mereka selalu mengumbar kemesraan, tidak seperti yang tercantum pada artikel majalah wanita murahan yang menyatakan bahwa pasangan bergolongan darah O dan AB selalu marak konflik dan susah akur.
Teori golongan darah tentunya tidak masuk akal bagi dokter muda sepertinya. Itu semua hanya berdasarkan subjektivitas. Katsuki lebih percaya dengan teori konspirasi alam semesta dan ilmu kedokteran yang bersifat logis dan sudah terbukti kebenarannya.
Bagaimana seorang barbarian seperti Bakugou Katsuki bisa menjadi seorang dokter? Terpujilah otaknya yang cerdas—minus sikap menyebalkannya itu.
Dan satu-satunya dari berjuta umat Jepang yang bodoh itu adalah Jirou Kyouka—kini Bakugou Kyouka—yang sedang membaca komik bertemakan golongan darah yang berjudul Simple Thinking About Blood Type Volume 1.
Sejak seminggu lalu, Kyouka yang biasa sibuk dengan musik-musiknya, kini mulai jarang menghabiskan waktu di studio mungil pribadinya pada malam hari. Kyouka yang memiliki passion besar terhadap musik dan workaholic dan sering tertidur dalam studionya itu kini selalu berada di kamar mereka berdua ketika malam hari tiba. Hal yang sangat langka mengingat Katsuki jarang menemukan Kyouka tertidur di atas kasur besar mereka berdua—wanita itu biasanya terlalu sibuk dengan gubahan-gubahan musiknya.
Hal itu diam-diam membuat Katsuki senang karena bisa bersama Kyouka, bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamanya setelah ia pulang bekerja, namun di satu sisi ia merasa risih. Meskipun akhirnya mereka bisa tidur bersama, tetap saja Kyouka sibuk dengan dunianya sendiri hingga tidak menganggap keberadaan suaminya.
Kyouka selalu membaca majalah ataupun buku-buku yang berkaitan dengan golongan darah tanpa menghiraukan Katsuki yang berbaring di sampingnya. Katsuki tidak tahu apa yang merasuki wanitanya itu. Mungkinkah Mina dan Yaomomo membombardir Kyouka dengan segala gosip yang berkaitan dengan golongan darah hingga istrinya terobsesi dengan hal laknat itu? Siapa yang tahu.
Ini sama sekali tidak ada romantisnya. Katsuki memang bukan tipe romantis, namun bukannya ia tidak ingin bermesraan dengan istrinya itu, hanya saja cara Katsuki menunjukkan afeksinya berbeda—terkadang ia menyerang wanita itu dengan ganas ataupun menunjukkan kode-kode (yang sayangnya tidak jelas) ingin dibelai. Dan Kyouka jarang sekali peka terhadap kodenya.
—Berkaca terlebih dahulu, Katsuki! Kau juga terlalu gengsian untuk memberi afeksi pada istri tercinta! Mengatakan “aku mencintaimu” saja mungkin saja hanya tiga kali dalam setahun. Gara-gara gengsi itu pula Katsuki menunjukkan afeksinya dengan ganas, seperti predator yang sedang kelaparan.
Ah, Katsuki jadi cemburu dengan semua buku-buku itu. Ia ingin memeluk Kyouka dan menciumnya ganas, ingin merasakan bibir yang sudah seminggu tidak dilumatnya. Selama itukah ia tidak merasakan bibir menggoda istrinya? Sudah lama pula ia tidak merasakan betapa pasnya tubuh kecil itu berada dalam dekapannya. Tak bisa dipungkiri ia rindu dengan wajah merona Kyouka maupun sikap sarkasnya itu.
Katsuki menggerutu.
Bagaimanapun juga ia ingin bermesraan dengan Kyouka setelah sekian lama wanita itu lebih asik dengan dunianya sendiri.
“Oi, telinga panjang…”
“Hmm~”
Kyouka, masih asik dengan komik strip itu, tidak menggubris Katsuki yang memanggilnya lirih.
Namun kali ini sepertinya Kyouka salah besar mengira Katsuki hanya akan mengucapkan selamat tidur sebelum berkelana ke alam mimpi. Ia terkejut ketika Katsuki mengambil buku komik itu dari tangannya dan meletakkannya di meja samping tempat tidur mereka—tepatnya di meja samping sisi Katsuki.
Kyouka yang menoleh hendak protes, namun terdiam mendapati suaminya yang menatap lurus ke matanya tanpa berkedip. Kini mereka saling berhadapan, tidak saling membelakangi seperti seminggu sebelumnya.
Mereka terdiam selama beberapa detik. Mengabaikan tatapan tajam Katsuki, Kyouka balas menatapnya dengan pandangan memelas—seperti anak-anak yang menginginkan sesuatu—yang sayangnya tidak ampuh sama sekali. Malahan suaminya menatapnya semakin tajam sembari menggembungkan pipi kesal.
Kalau saja Katsuki tidak mengambil bukunya—
“Katsuki, kembalikan!”
Katsuki sebenarnya ingin menerjang si mungil yang sekarang tampak beribu kali lebih menggemaskan—terpujilah ekspresi memelas itu—sembari menahan seringaian predatornya.
“Tidak mau, baka!”
Katsuki nyengir melihat Kyouka yang kini mengerucutkan bibir kesal.
“Jangan memasang ekspresi seperti itu. Kau ingin kuterkam sekarang juga?”
Sebelum Kyouka sempat membalas, Katsuki langsung membenamkan kepala wanita itu pada dada bidangnya, membuatnya merasakan wajah memanas Kyouka dan gestur terkejut wanita itu. Bisa ia rasakan Kyouka gemetar, namun istrinya tidak berusaha melepaskan diri meski terdengar gumaman kecil seperti: “Katsuki, kau menyebalkan.”, “apa yang kau lakukan?”, “kembalikan bukuku.”, “bodoh.”, maupun makian khas Bakugou Kyouka lainnya.
“Kau senang dipeluk olehku, ya? Makanya tidak ingin melepaskan diri.”
“Uh, pede sekali kau, tuan Bakugou.”
Kalau begini, Katsuki makin senang menjahili tuan puterinya itu. Tanpa sadar Kyouka telah membangkitkan iblis laknat dalam diri Bakugou Katsuki.
Katsuki menyeringai, “Atau jangan-jangan kau sengaja mengabaikanku karena ingin mencari perhatianku, hah?”
Kyouka kembali mengerucutkan bibir sebal, namun kali ini debaran jantungnya semakin kencang—yang tentu saja dapat dirasakan Katsuki.
“Terserah kau saja, Katsuki.”
Kyouka menghela napas. Kalau suaminya sudah seperti ini, ia tak akan bisa menang.
“Katsuki…”
“Hm?”
“Kau percaya tidak dengan teori golongan darah?”
Kyouka bertanya tanpa melepaskan pelukan mereka. Diam-diam ia menikmati dekapan Katsuki.
“Aku tidak percaya dengan hal bodoh semacam itu. Kenapa memangnya?”
“Tidak apa-apa, hanya saja… uh… bagaimana mengatakannya, ya?”
Kyouka terdiam sejenak, mencari kata-kata yang pas. Katsuki menunggu wanitanya berbicara. Ia sedikit penasaran sebenarnya.
“Pasangan bergolongan darah A adalah pasangan yang stabil dan paling sempurna dibandingkan dengan pasangan bergolongan darah lainnya. Kita sama-sama bergolongan darah A dan aku pikir kita sangat cocok. Yah, meski terkadang kau menyebalkan, susah jujur, suka berkata kasar, dan sikapmu sangat tidak mencerminkan pria bergolongan darah A yang kalem, hehehe.”
Mendengar pujian—atau makian?—keluar mulus dari mulut Kyouka, Katsuki meledak, “KAU BEDEBAH—”
Bukankah ia adalah pria baik-baik? Kasihan dihina istri sendiri.
Kyouka terkekeh gemas, memaklumi sikap meledak-ledak suaminya.
Kyouka melanjutkan, “Eits, tunggu sebentar, jangan bakar apartemen kita! Ada lanjutannya! Saat pertama kali aku membaca artikel mengenai golongan darah, aku selalu mencari artikel lainnya yang berhubungan dengan kita. Tanpa sadar aku mulai tertarik dengan teori-teori itu. Kurasa kita juga sangat cocok kok. Aku yakin hal itu memang benar karena—”
Kyouka mengecup singkat bibir Katsuki. Hanya sebuah kecupan ringan yang berlangsung kurang dari tiga sekon, namun dapat membuat wajah Katsuki memerah. Yah, Katsuki juga menyukai sisi tidak terduga wanitanya.
“—Hubungan kita sangat stabil, Katsuki.”
Mendengar penuturan yang baginya tidak masuk akal namun manis itu, Katsuki yang awalnya menganggap teori itu palsu hanya menyeringai dan mendekap Kyouka lebih erat. Katsuki mengecup keningnya dan berbisik pelan, “Baiklah, baiklah. Kalau nona Bakugou bilang begitu, maka aku percaya. Hubungan kita tidak buruk dan sangat sempurna.”
—Perkataan manis yang sangat berbanding terbalik dengan kepribadian menyebalkan Bakugou Katsuki. Diam-diam Kyouka ingin menjahili suaminya itu.
Kyouka mengangguk. Tak lama kemudian rasa kantuk menyerangnya. Ia menguap lebar, begitu pula dengan Katsuki.
“Sekarang tidurlah, baka! Besok kita masih harus bekerja. Kau dengan seluruh komposisi musikmu dan aku harus ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dasar bos bajingan.”
Kyouka terkekeh. Tanpa disuruh pun, ia akan segera tidur dan berlabuh ke alam mimpi. Ia melepaskan pelukan mereka, membaringkan tubuhnya di kasur empuk mereka, menyelimuti dirinya dengan selimut tebal mereka.
“Selamat tidur, Katsuki.”
Ketika mendengar dengkuran pelan di sampingnya, Katsuki tersenyum tulus. Sesekali ia menatap wajah damai Kyouka ketika tertidur. Wanita itu cukup manis ketika terlelap seperti itu.
Katsuki masih menganggap teori golongan darah itu tidak realistis.
—Namun Katsuki akan memercayai teori golongan darah jika hal tersebut keluar dari bibir Kyouka-nya.
Sekali lagi, Katsuki mengecup kening wanita itu sebelum menyusulnya ke alam bawah sadar.
“Aku mencintaimu, dasar wanita bodoh.”
Dalam tidurnya, Kyouka tersenyum kecil.
finish (Rabu, 19 Februari 2020 - unedited)
0 notes
Text
Isi kepala ia, yang juga tak mengerti isi kepalanya.
Monster jahat itu semakin sering recoki isi kepalanya akhir-akhir ini. Sebarkan berbagai macam racun, berusaha gerogoti kewarasannya yang sisa segelintir. Ia tak pernah bisa melawan, dibiarkan monster-monster itu berkembang, lantas tumbuhkan banyak sekali pikiran-pikiran buruk yang tak bisa ia tahan.
Setiap malam, ia akan berdialog sendirian, meminta sang ibunda di atas sana menjaganya selagi ia tidur sendirian di kasur dinginnya. Setiap malam, ia akan dengarkan dongeng lewat ponsel miliknya, membayangkan sang ibunda tengah berdongeng untuknya. Menolak fakta bahwa ia sama sekali tak pernah mendengar suara sang ibunda. Hanya lewat rekaman sisa-sisa jejak wanita itu selama menjadi model majalah semasa hidupnya.
Sedari awal, Papanya sudah menegaskan bahwa lahirnya ia ke dunia adalah malapetaka besar bagi sang Papa. Lahirnya ia ke dunia menjadi hari di mana sang Papa kehilangan istri tersayangnya. Semua kerabatnya membenci ia yang renggut nyawa wanita kesayangan mereka. Semua orang menganggapnya sebagai anak pembawa sial, mengucilkannya dari semua orang, lantas bawa trauma besar untuknya.
Mereka tak pernah ingin mengerti bahwa ia juga sama sedihnya. Ia kehilangan sosok yang berharga baginya. Ia kehilangan sosok Ibunda sekaligus dunianya. Bahkan sang Papa lupakan fakta bahwa darah istri tersayangnya mengalir dalam diri sang anak yang tak pernah ingin ia terima hadirnya.
Ia tak paham kenapa dunia menyalahkannya. Ia tak paham mengapa bayi kecil yang tak tahu apa-apa harus bertanggungjawab atas hal yang juga tak pernah ia inginkan. Ia tak pernah bisa paham akan semua hal. Kiranya, sang Papa akan senang jika ia meregang nyawa ditangannya sendiri. Namun, setiap kali ia berniat untuk menyakiti diri sendiri, Papanya akan datang lalu menamparnya tepat di pipi. Ia tak mengerti.
Setiap malam, ia akan biarkan monster-monster di dalam kepalanya itu bermusyawarah, mencari cara untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang mudah. Setidaknya, satu bulan sekali ia akan menyusun rencana untuk agenda bunuh diri. Namun, akhir-akhir ini, isi kepalanya semakin berantakan dan sama sekali tak bisa ia kendalikan.
Ia rasakan sepi, kosong, seolah ada sesuatu di dalam dirinya yang menuntut hal-hal yang tak pernah ia coba pedulikan sebelumnya. Ia tiba-tiba ingin peduli pada perasaannya sendiri. Ia ingin egois, ia ingin menuruti kata hatinya yang tak pernah ia dengarkan sebelumnya. Ia ingin sesuatu itu keluar tanpa ingin ia tahan.
Namun, ia sama sekali tak mengerti semua isi kepalanya saat ini.
Terakhir kali, kala ia memaksa bodyguardnya untuk membawa ia kabur dari sang Papa, ada sisi dalam dirinya yang berharap semua itu menjadi nyata. Ada sisi dalam dirinya yang berharap ia bisa bebas dari kekangan sang Papa. Tetapi nyatanya, San tak bisa berbuat apa-apa, dan ia kecewa.
Berhari-hari ia diamkan sang bodyguard, merajuk sampai tak ingin meminum obat dan vitaminnya. Ia sama sekali tak pernah begini. Dulu, jika seseorang membuatnya kecewa, maka ia akan memakinya lalu menendang mereka keluar begitu saja. Namun sekarang, ia biarkan sisi lemahnya menang. Ia biarkan San membujuknya dengan segala macam cara. Ia biarkan sisi lemahnya mendengar bagaimana cara San membujuknya untuk minum obat, bagaimana cara San menawarinya mainan baru, bagaimana cara San menawarkan diri untuk membacakan dongeng untuknya di malam hari. Baru sekarang ia sadari bahwa ada sisi dalam dirinya yang merasa senang dikhawatirkan sebegitunya oleh orang lain.
Dan ia tak ingin menyangkalnya kali ini.
Pukul sepuluh malam, akhirnya ia putuskan untuk akhiri agenda merajuknya yang sudah berjalan hampir satu minggu. Isi kepalanya sudah tak beres sebab berhari-hari tak minum obat, jadi sebelum ia benar-benar gila, ia lebih baik mengalah dan segera meminum obat juga vitaminnya.
Ia hampir mencapai ujung tangga kala suara sang bodyguard menggema dari ruang dapur yang sunyi, ia lantas berhenti, coba menangkap isi obrolan pemuda tinggi bersama seseorang dibalik telpon dalam genggaman.
“Lek Ibu kayak iki terus, Mas gak iso tenang, Bu.”
Didengarnya San menghela napas lelah. Sunyi sejenak, sebelum akhirnya suara ketukan jemari tiba-tiba terdengar. Bunyinya berantakan, seolah dibuat untuk meredam perasaan gelisah sang empu. “Ibu mau Mas pulang? Lek Mas pulang Ibu mau ke dokter, 'kan?”
Alis Wooyoung mengkerut, dengar obrolan sang bodyguard bersama Ibunya tiba-tiba buat ia penasaran serta kebingungan. Ia tak tahu perihal apa yang tengah menjadi topik pembicaraan sampai suara pemuda tinggi penuh kekhawatiran. “Mas pulang aja, ya? Ibu mau Mas pulang, 'kan?”
Digigitnya bibir dalamnya, berusaha cerna apa maksud sang bodyguard mengulang berkali-kali kata pulang. Entahlah, ia sedikit merasa tak tenang. Akhirnya, ia turuni sisa anak tangga, lantas masuki ruang dapur, duduk di salah satu kursi meja makan tepat di samping Choi San.
Wooyoung beri isyarat untuk tanyakan siapa yang tengah San telpon sekarang, dan sejenak pemuda tinggi jauhkan ponselnya, sebelum lontar kata selagi matanya tatap manik jelaga milik pemuda kecil.
“You need something, Wooyo?”
“Lagi teleponan sama siapa?”
“Ibu,”
“Mau ngomong, boleh?”
Alis pemuda tinggi lantas mengkerut, bingung. Sebab kiranya Wooyoung tak akan peduli pada orang-orang sekitarnya. Namun, melihat ada keseriusan di dalam binar itu, ia mau tak mau beri anggukan, lantas kembali dekatkan ponsel. “Sik a, Bu. Iki ono seng mau ngomong sama Ibu.”
Setelahnya, dengan sedikit ragu San berikan ponselnya kepada Wooyoung. Berharap Wooyoung tak bicara yang aneh-aneh, sebab ia tahu betul bagaimana watak pemuda kecil itu.
“Halo, Ibu?”
Sapaan pertama Wooyoung disambut oleh suara wanita paruh baya di seberang telepon di sana. Suaranya lembut, persis seperti suara San ketika sedang membujuknya untuk makan. “Halo? Ini siapa, ya?”
“Ini Wooyoung, Bu,”
“Wooyoung? Eh, ini Wooyoung yang dijagain sama Mas San, tah?”
Senyumnya tiba-tiba merekah, terlihat begitu bangga dengar wanita itu mengucapkan namanya. Ia tatap sang bodyguard yang sedari tadi ikut dengarkan obrolan mereka, ia perlihatkan senyuman manis miliknya selagi bila bibirnya berucap, “iya, Ibu. Ini Wooyoung yang dijagain sama Mas San.”
Pemuda tinggi lantas buang muka, ia tiba-tiba salah tingkah usai dengar namanya diucapkan bersama honorifik di depannya. Ini sebenarnya hal yang sudah sangat biasa, namun ketika Wooyoung yang mengucapkannya, kenapa rasanya berbeda? Atau mungkin hanya karena ia tak terbiasa mendengar hal semacam itu dari sang majikan? Ia tak tahu.
“Ibu, Wooyoung boleh gak kapan-kapan ngobrol banyak sama Ibu?”
“Boleh, nak Wooyoung. Lek Mas San ada salah, tolong dimaafkan ya, nak Wooyoung.”
“Loh, enggak, Bu, ngobrolnya bukan bahas soal itu, kok. Mau ngobrol santai aja. Boleh, gak, Bu? Soalnya Mas San gak pernah cerita soal keluarganya ke Wooyoung.”
Demi Tuhan, San sama sekali tak mengerti dengan semua tingkah Wooyoung sekarang. Cara bicara Wooyoung yang jauh dari kata kurang ajar, cara Wooyoung menyebut namanya dengan embel-embel "mas" di depannya, juga cara Wooyoung menatapnya sertakan senyum manis miliknya; bukanlah hal wajar yang selalu bisa ia lihat setiap harinya.
Ini semua aneh, dan sekarang ia keheranan.
Ia larut dalam pikirannya, hingga tiba-tiba Wooyoung sodorkan kembali ponsel itu kepadanya.
“Udah selesai?”
Wooyoung anggukan kepala.
“Bu, sudah dulu, ya. Besok tak telpon lagi. Ibu langsung tidur aja,” San akhiri panggilan itu usai ucapkan selamat malam pada sang Ibu.
Hanya ditatapnya oleh Wooyoung kala San masukkan ponselnya ke dalam saku celana. Kalakian, ia benahi posisi duduknya selagi lengannya menumpu dagu. “Mas San lagi ada masalah?”
Sial, San hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar kalimat Wooyoung barusan. Jelas semua tingkah ini begitu aneh baginya, entah sang majikannya sadar atau tidak. “Stop calling me like that, Wooyo. 'Kan udah selesai teleponannya?”
“Emang kenapa? Gak boleh? Mbak Tami juga manggil lu Mas San tuh, tapi kok lu gak marah? Terus kalo gue yang manggil lu gitu, kenapa nyuruh berhenti?”
“Aneh kalau kamu yang manggil,”
“Bilang aja, sih, kalo gak mau dipanggil begitu!”
Pemuda kecil tiba-tiba kesal. Padahal menurutnya, panggilan itu cukup keren untuk bisa ia gunakan di hari-hari kedepannya. Ia baru tahu San juga dipanggil seperti itu oleh keluarganya, dan Wooyoung merasa tak ada salahnya jika ia ikut memanggil sang bodyguardnya dengan embel-embel mas sebagai honorifiknya.
Seaneh itukah, jika ia yang menyebutnya?
“Tadi ke dapur mau ngapain? You need something? Kalau laper, nanti aku masakin.”
“Enggak!”
Now the rudeness is back?
“Kamu belum minum obat sama vitaminnya, 'kan? Ke dapur buat minum obat, ya? Sebentar, aku ambilin.”
Kalakian, pemuda tinggi beranjak menuju nakas di samping kulkas, hendak mengambil obat dan juga vitamin milik Wooyoung yang disimpan di sana.
“Gue bilang enggak! Gue gak mau minum obat!”
San sama sekali tak mendengarkan. Sekarang ia beranjak ke sisi kulkas satunya, mengambil gelas, lantas diisinya dengan air dari dispenser. Belum sepenuhnya gelas itu terisi penuh, kala dengan tiba-tiba Wooyoung berdiri di hadapannya, lantas menyambar bibirnya dengan tak tahu malu.
“JUNG WOOYOUNG!”
Gelas itu terjatuh ke lantai bersama Wooyoung yang menghantam dispenser di belakangnya. San gelagapan, terkejut sekaligus kesal dengan tingkah Wooyoung barusan. Namun, kala dilihatnya pemuda kecil meringis kesakitan selagi pegangi pundaknya, buat ia merasa bersalah.
“Wooyoung, maaf. Saya gak sengaja, beneran gak sengaja dorong kamu tadi. Kamu gak apa-apa? Maafin saya, Wooyoung,”
“Jahat.”
Wajahnya berubah datar selagi netra tajam itu menerobos tatapan pemuda tinggi yang penuh rasa bersalah. Seluruh emosinya tiba-tiba luruh, pikirannya semakin kacau. Ia kesulitan mengendalikan isi kepalanya sekarang, dan ia lagi-lagi biarkan sisi egois dalam dirinya menang.
“Wooyo—”
Disambarnya kembali bibir pemuda tinggi, kali ini jauh lebih lembut, namun sedikit menuntut. Ia sejenak diam saat lagi-lagi sang bodyguard berusaha berontak. Ia angkat lengannya, dikalungkan di leher pemuda tinggi, tak ingin biarkan pemuda itu kabur begitu saja.
“Choi San...”
San tiba-tiba berhenti berontak kala dengar namanya diucapkan dengan begitu lembutnya, dengan jarak satu senti di depan bibirnya. Merasa ada celah, Wooyoung lantas bergerak, memberi kecupan serta lumatan bertubi-tubi pada bibir ranum milik sang bodyguard. Jemarinya juga tak dibiarkan diam, diusapnya tengkuk, leher, serta rahang pemuda tinggi, buat sang empu mengerang tiba-tiba.
Rasanya sekarang, otak milik pemuda tinggi berhenti berfungsi. Otak dan hatinya tak lagi bisa diajak kerjasama, sebab sekarang ia imbangi permainan sang majikan. Dibalasnya lumatan itu dengan sedikit keraguan, hingga beberapa menit kemudian, lenguhan tertahan lolos dari bilah bibir pemuda kecil.
“Nnghh...”
Wooyoung benar-benar tak pernah bisa mengerti isi kepalanya sendiri. Ia benci sisi dirinya yang begitu lemah atas semua sikap lembut yang San tunjukkan padanya. Ia benci bagaimana sang bodyguard mengendalikan dirinya yang bahkan tak pernah bisa mengendalikan isi kepalanya sendiri. Dan ia benci fakta bahwa ia sangat menyukai ciuman ini.
Satu tangannya turun, mencengkram lengan pemuda tinggi, lantas dituntunnya tangan itu menuju pinggangnya, masuk di sela piyama satin miliknya. Namun, dengan cepat sang bodyguard menghentikannya, menghentikan ciuman mereka serta ditariknya kembali lengannya.
“I want it, San.”
San beri gelengan berkali-kali selagi bawa tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang. “No, Wooyo, this is wrong. We won't do it anymore.”
Ada banyak sekali kenapa di dalam kepala Wooyoung sekarang. Ia ingin lemparkan protes sebab sang bodyguard tak menuruti kemauannya. Namun, melihat bagaimana San usap wajahnya dengan sangat frustasi, buat ia merasa bersalah sekarang.
“Or...could it be because you're straight? Did you hate the kiss?"
“Wooyo, can we not talk about this? This is wrong. I'm your bodyguard and you're my employer. You know this's clearly wrong, Wooyo,”
“You hate it?”
“Yeah, I hate it.”
0 notes
Text
Anne Hathaway tentang Menyingkirkan Para Pembenci dan Merangkul Diri
Hollywood sering mengatakan kepadanya bahwa dia tidak seksi. Dia lebih tahu: “Saya berkata, 'Saya seorang Scorpio. Saya tahu seperti apa saya pada Sabtu malam.'”
Penulis: Julie Miller
Fotografer: Norman Jean Roy
Sumber: Majalah Vanity Fair, 25 Maret 2024
Ini adalah pagi yang kelabu di Manhattan, tapi Anne Hathaway dan saya sedang duduk di sebuah restoran dengan warna putih yang sangat mempesona, seperti adegan akhirat dalam sebuah film.
Pemenang Oscar itu hangat dan perhatian. Saya tiba 10 menit lebih awal dan dia sudah duduk, dengan sweter putih dan celana jins biru pucat, di meja yang menurutnya paling baik untuk keperluan rekaman saya.
Menu restoran ini sepenuhnya berbahan dasar tumbuhan—kami memesan buncis hijau hummus, buah bit, dan labu madu—tetapi pola makan Hathaway tidak. Nanti dia akan berkata datar, “Saya pikir semua orang setuju bahwa saya memiliki kepribadian seorang vegan.”
Hathaway telah terkenal selama bertahun-tahun dan sangat akrab dengan opini-opini berisik di internet. Dia telah mengalami perombakan eksistensial dalam lima tahun terakhir ini—periode yang bertepatan dengan berhenti mengonsumsi alkohol, menjadi ibu baru, menginjak usia 40 tahun, dan memperlakukan dirinya sendiri dengan lebih anggun.
“Ini pertama kalinya saya mengenal diri saya sebaik ini,” dia kemudian menjelaskan. “Saya tidak hidup dalam apa yang orang lain pikirkan tentang saya. Saya mengetahui pikiran saya sendiri dan saya terhubung dengan perasaan saya sendiri.” Juga: “Saya lebih cepat tertawa sekarang.”
Kejernihan barunya terlihat jelas di layar dan karpet merah, saat ia meluncurkan kaleidoskop warna-warna cerah dan siluet edgy yang telah mendapatkan persetujuan Gen Z. Donatella Versace menyebut bintang yang sebelumnya masih perawan itu “berbahaya, tapi seksi”—pujian tertinggi bagi Scorpio—dan memilihnya sebagai ikon untuk memimpin kampanye produk Versace.
Hathaway menemani sang desainer ke Met Gala tahun lalu, di mana ia tampil dengan pakaian terbaik dalam balutan gaun wol yang diikat dengan mutiara dan peniti, ala Elizabeth Hurley, rambutnya ditata hingga setinggi supermodel tahun 90-an.
Bulan Mei ini, ia membintangi dan memproduseri adaptasi dari novel roman karya Robinne Lee, The Idea of You, di mana ia berperan sebagai seorang janda berusia 40 tahun yang menemukan cinta dengan seorang pemuda anggota grup band, seperti Harry Styles, berusia 24 tahun yang dibintangi Nicholas Galitzine.
Kini berusia 41 tahun, Hathaway mengatakan kepada saya bahwa dia bangga menggambarkan seorang wanita yang sadar sepenuhnya dan mengalami perkembangan seksual pada saat wanita diberitahu bahwa mereka akan menjadi tidak terlihat.
Restoran yang kami tempati bukan hanya vegan tetapi juga memiliki “vibrasi tinggi”, yang berarti makanannya sedekat mungkin dengan aslinya.
Bagi Hathaway, mencapai vibrasi tinggi adalah hal yang sulit jika alat perekam sedang berjalan. “Gagasan bahwa apa pun yang Anda katakan dipilih untuk mendefinisikan diri Anda adalah hal yang menakutkan,” katanya.
Dia tidak seserius yang terlihat dalam wawancara, katanya padaku. Tapi setidaknya saat pertama kali kami mulai berbicara, dia sangat berhati-hati—hadir dan terlibat, tetapi juga berhenti sejenak untuk memindai secara mental jawaban untuk mencari jawaban yang mudah terbakar di web sebelum membagikannya.
“Anda tentu tidak ingin mengatakan apa pun yang memicu reaksi apa pun, namun Anda juga tidak ingin mengatakan sesuatu yang dapat disalahartikan,” katanya saat kami memulai. “Saya merasa sedikit mencurigakan.”
“Apa yang kita lakukan untuk keluar dari situ?” kataku.
“Saya tidak tahu,” kata Hathaway. Dia meraih tanganku di seberang meja dan berkata, “Mari kita temukan bersama.”
Seorang pelayan datang membawa buah bit (lebih tepatnya sayur, karena termasuk umbi-umbian) seperti lukisan abstrak berwarna ungu dan oranye yang dihancurkan di piring putih. Ini adalah sayuran akar yang disajikan dengan paling indah yang pernah kami lihat. “Itu indah,” kata Hathaway. “Saat aku berkata, 'Tidak, aku bersumpah aku tidak bersungguh-sungguh,' aku sangat menyukai beets.”
youtube
Bertahun-tahun yang lalu, dalam salah satu sketsa Key & Peele tentang pelayan hotel yang sangat lucu, Keegan-Michael Key dan Jordan Peele menghadapi semua kecaman tentang wanita yang mereka sebut sebagai "Hathaways".
Setelah melihat artikel tabloid yang mengejek aktor tersebut, Key dan Peele meledak dengan mulut ternganga, sangat marah, dan suara tercekik. Mereka mengutip resumenya, menyanyikan lagu “I Dreamed a Dream” yang mereka bawakan dari Les Misérables, dan mengajukan pertanyaan retoris yang tajam: “Mengapa kamu membenci Hathaways?! Wanita percaya diri di Hollywood yang satu-satunya kelemahan karakternya adalah dia terlalu peduli?”
Dia tentu saja memiliki siapa dirinya. “Saya orang yang intens,” kata Hathaway di restoran. Kita berbicara tentang bagaimana, ketika dia berusia tiga tahun di New Jersey, dia melihat ibunya berperan sebagai Eva Peron di atas panggung dan tahu, di setiap sel dalam dirinya, bahwa dia ingin berakting.
“Dia datang dan menemui saya dalam berbagai hal dan berkonsentrasi dengan perhatian paling penuh yang dapat Anda bayangkan,” kata ibunya kepada seorang reporter beberapa tahun yang lalu.
Orang tua Hathaway—ayahnya adalah seorang pengacara perburuhan—mencoba menghalanginya untuk bertindak secara profesional. Seperti yang dikatakan ibunya, “Suami saya dan saya telah melihat anak-anak yang sangat baik berubah menjadi monster kecil.”
Namun Hathaway tidak mudah untuk mengutarakan keyakinannya. Dia mengambil kelas drama, bersama Laura Benanti yang kelak memenangkan Tony Awards, dalam produksi Jane Eyre pada usia 14 tahun, dan memiliki chutzpah untuk menulis surat kepada agen dengan mengirim pas foto pada usia 15 tahun.
"Dapat disimpulkan dari cerita itu bahwa saya tidak melakukan sesuatu dengan setengah-setengah,” katanya kepada saya. “Ketika saya menyukai sesuatu, saya membayangkan diri saya melakukannya sepenuhnya.”
Ada momen singkat ketika Hathaway memutuskan ingin menjadi seorang biarawati. “Tetapi ternyata Anda bisa mencintai Tuhan tanpa menjadi seorang biarawati,” katanya. (Dia kemudian mengetahui bahwa Anda juga bisa mengasihi Tuhan tanpa menjadi seorang Katolik, meninggalkan Gereja karena pendiriannya terhadap homoseksualitas. Seperti yang pernah dia katakan kepada Majalah GQ, “Mengapa saya harus mendukung sebuah organisasi yang memiliki pandangan terbatas terhadap saudara lelaki saya yang saya kasihi?”)
Ibu Hathaway berhenti berakting untuk membesarkan anak-anaknya, jadi impian Hathaway hanyalah untuk menghidupi dirinya sendiri sebagai seorang aktor. Jika dia berhasil, mungkin ada yang tahu namanya.
“Hal terakhir yang Anda harapkan adalah keadaan akan menjadi seperti ini,” katanya. Selama lebih dari 20 tahun, dia telah menjelajahi berbagai genre dengan ahli. Jika Anda hanya melihat judul-judul film terbaiknya, sulit membayangkan kesamaan apa yang dimilikinya sampai Anda menyadari bahwa itu adalah dia: The Princess Diaries, Brokeback Mountain, The Devil Wears Prada, Rachel Getting Married, The Dark Knight Rises, Les Misérables, Interstellar, dan (tiga film indie menarik) Colossal, Armageddon Time, dan Eileen.
Hathaway mendalami karakternya. Untuk perannya yang memenangkan Oscar di Les Misérables, dia kehilangan berat badannya sebesar 25 pon untuk berperan sebagai Fantine yang putus asa dan menyarankan untuk mencukur rambutnya setelah meneliti periode waktunya dan menyadari bahwa itu akan menjadi detail yang otentik.
Dia juga meminta lebih dari 20 kali pengambilan “I Dreamed a Dream,” meskipun sutradara mengira dia telah berhasil pada pengambilan keempat. Hathaway memberi tahu saya bahwa kadang-kadang saat syuting, dia akan berada dalam zona seolah-olah dia meninggalkan tubuhnya: “Yang benar adalah kamu melepaskannya. Anda pingsan sedikit. Anda muncul di akhir dan Anda berpikir, 'Apa yang baru saja terjadi?'”
James Gray, yang menulis dan menyutradarai Armageddon Time, mengingat Jonathan Demme mengoceh tentang Hathaway setelah mengarahkannya di Rachel Getting Married 16 tahun lalu. “Dia berbicara tentang betapa hebat, intens, dan berkomitmennya dia,” kata Gray.
“Dia berkata, 'Ini adalah seseorang yang Anda ingin ajak bekerja sama.'” Gray melanjutkan: “Saat Anda melihat aktor, Anda mencari tingkat komitmen. Ini tidak berarti mereka memiliki semua jawabannya. Tapi itu berarti mereka akan memberikan diri mereka 100 persen pada apa pun yang mereka lakukan.”
Gray mengajak Hathaway pada dasarnya untuk memerankan ibunya dalam film semi-otobiografi dan mengatakan bahwa dia begitu berbakti sehingga dia mencoba menyempurnakan resep potongan daging ayam ibunya hingga cara dia mencelupkan unggas ke dalam kocokan telur. “Dan omong-omong, Jeremy Strong dan Tony Hopkins juga mengalami hal yang sama. Mereka bersedia melakukan apa pun untuk saya. Itu membuatku ingin menangis memikirkannya sekarang, karena sangat jarang kamu mendapatkannya.”
Michael Showalter, pembuat The Idea of You, mengatakan Hathaway peduli dengan segala hal mulai dari desain interior rumah karakternya hingga pena yang dia gunakan. “Dia berapi-api,” katanya.
“Dia sangat menyimpan perasaan tentang hal-hal yang terasa sulit diselesaikan. Saya seorang Gemini. Banyak hal berubah secara konstan bagi saya. Begitu kita memberi tanda astrologi padanya, itu akan membuka pintu air bagi kita untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Saya tidak bercanda. Dan saya bukan ahli astrologi, tapi saya pun berpikir, 'Ya Tuhan. Tentu saja. Aku mengerti Kamu sekarang. Hanya saja kamu seorang Scorpio.'”
Ya, dan, seperti kata pepatah. Setidaknya satu alasan mengapa Hathaway mempersiapkan diri secara menyeluruh untuk perannya adalah mengejutkan dan non-astrologis.
“Saya lebih suka tidak tergeser pada hari [syuting] karena kecemasan saya,” katanya. “Salah satu cara saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya baik-baik saja adalah dengan memiliki tingkat persiapan yang lengkap sehingga jika saya mendapat suara kritis di kepala saya, Anda dapat menenangkannya dengan mengatakan bahwa Anda telah melakukan semua yang Anda bisa untuk mempersiapkannya.”
Di awal kariernya, dia berkata, “Saya mengalami serangan kecemasan yang parah dan saya sendirian dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tentu saja aku tidak bisa memberi tahu siapa pun, dan hal ini diperparah dengan pemikiran bahwa aku terus menunggu. Sekarang saya merasa jauh lebih aman menemui seseorang yang bertanggung jawab, menarik mereka ke samping, dan menjelaskan, 'Saya sedang menjalani ini sekarang.' Kebanyakan orang akan duduk di sana bersama Anda selama 10 menit yang diperlukan agar Anda kembali tenang.”
Hathaway telah belajar bahwa ada kerugian pribadi yang harus ditanggung jika menyelam lebih dalam. Dia baru saja mendapatkan pengalaman yang konstruktif dalam pembuatan film Mother Mary karya David Lowery, sebuah melodrama pop epik di mana dia berperan sebagai penyanyi yang terlibat dengan perancang busana yang diperankan oleh Michaela Coel.
Ada koordinator adegan intim di lokasi syuting, tidak hanya untuk adegan seks tetapi juga untuk setiap adegan di mana para aktornya merasa stres atau terekspos secara emosional. Merupakan anugerah, katanya, memiliki “seseorang di sana yang memastikan—di saat-saat rentan, ketika Anda menunjukkan sesuatu yang benar dan sakral kepada diri sendiri—bahwa Anda tidak akan dirugikan.”
Ketika bintang Hathaway pertama kali naik daun, semua orang mempunyai pendapat tentang bagaimana dia harus menangani ketenaran: “Semua nasihat yang Anda berikan adalah untuk melindungi diri Anda sendiri. 'Semua orang berbahaya dan semua orang berusaha mendapatkan sesuatu darimu.'… Orang-orang menasihatiku agar aku melindungi diriku sendiri dan menjaga jarak, dan bahwa aku memiliki dua diriku.”
Maksud mereka, Hathaway yang menghadap ke luar, dan yang bersifat pribadi. Namun menemukan satu identitas saja sudah cukup menakutkan, apalagi dua identitas. “Menurutku itu sangat membingungkan,” dia memberitahuku. “Jadi saya tidak melakukannya seperti itu. Saya tidak berlapis baja.” Ini merupakan keuntungan bagi akting, karena emosi Anda dapat diakses. Namun ketika Anda dikritik, itu sangat menyakitkan.
Dia tidak suka mengingat kembali masa ketika orang-orang mengejeknya seolah ia pelaku kejahatan tingkat tinggi, misalnya, ketika dia menjadi pembawa acara Oscar (pada 2011).
Pada tahun 2022, saat berpidato di Women in Hollywood, Hathaway mengatakan bahwa fitnah terhadap dirinya semakin mendalam karena itu mencerminkan bahasanya sendiri: “Ini adalah bahasa yang saya gunakan sejak saya berusia tujuh tahun. Dan ketika rasa sakit yang Anda timbulkan sendiri tiba-tiba diperkuat kembali pada Anda, katakanlah, dengan volume penuh di internet…. Itu suatu hal.”
Gray berkata, “Kita hidup di era postmodern yang brutal dan ironis sehingga semua orang mengira jika Anda tulus, berarti Anda penuh omong kosong.”
Berbicara tentang media sosial, dia berkata, “Ia menangani ketulusan tertentu dengan sangat buruk. Hal ini lebih selaras dengan kekejaman yang tajam, dan cenderung merendahkan keseriusan maksud dan tujuan.”
Hathaway memberi tahu saya bahwa periode tersebut tidak hanya menandai titik terendah pribadi. Meskipun dia telah memenangkan Oscar, dia berkata, “banyak orang tidak mau memberi saya peran karena mereka sangat khawatir tentang betapa beracunnya identitas saya di dunia maya. Saya memiliki malaikat dalam diri Christopher Nolan, yang tidak mempedulikan hal itu dan memberi saya salah satu peran terindah yang pernah saya miliki di salah satu film terbaik yang pernah saya ikuti.”
Dia berbicara tentang Nolan, yang sebelumnya menyutradarai Hathaway sebagai Selina Kyle di The Dark Knight Rises, memasukkannya ke Interstellar sebagai ilmuwan yang dikirim ke luar angkasa bersama Matthew McConaughey.
“Saya tidak tahu apakah dia tahu bahwa dia mendukung saya pada saat itu, tetapi hal itu berdampak pada hal itu,” kata Hathaway. “Dan karier saya tidak akan kehilangan momentum jika dia tidak mendukung saya.”
“Penghinaan adalah hal yang sulit untuk dilalui,” lanjutnya. “Kuncinya adalah jangan membiarkan hal itu menutup diri Anda. Anda harus tetap berani, dan ini bisa jadi sulit karena Anda seperti, 'Kalau saya tetap aman, kalau saya memeluk bagian tengahnya, kalau saya tidak terlalu menarik perhatian pada diri saya sendiri, tidak ada salahnya.' Tapi jika kamu ingin melakukan itu, jangan jadi aktor. Anda adalah seorang yang berjalan di atas tali. Anda seorang pemberani. Anda meminta orang untuk menginvestasikan waktu dan uang mereka serta perhatian dan kepedulian mereka kepada Anda. Jadi, Anda harus memberi mereka sesuatu yang bernilai dari semua itu. Dan jika Anda tidak mengeluarkan biaya apa pun, apa yang sebenarnya Anda tawarkan?”
Hathaway berteman dengan rekan mainnya Jeremy Strong (Serenity, Armageddon Time), aktor pemenang Emmy dalam serial Succession. Strong lebih memilih untuk menulis email kepada saya tentang Hathaway daripada berbicara di telepon, karena saat menghubunginya dia mengaku sedang latihan untuk pementasan An Enemy of the People karya Ibsen.
“Di era kedirian yang semakin terkurasi dan ditampilkan, saya rasa Annie memahami bahwa setiap langkah yang menyimpang dari keaslian—setiap pengembangan kepribadian ideal atau citra antipeluru—akan mengikis apa yang bisa ditawarkan seseorang sebagai seorang seniman. Annie berkomitmen untuk terus bertumbuh, meskipun pada jalur yang curam. Dia menaruh hati dan tulang punggungnya untuk bertumbuh. Sebagai seorang seniman, sebagai seorang wanita, sebagai seorang ibu, sebagai seorang sahabat. Siri Hustvedt pernah menulis 'hanya diri yang tidak terlindungi yang dapat merasakan kegembiraan.' Menurut saya hal yang sama juga berlaku untuk kehidupan dan seni: Anda harus melepaskan penutup pelindung Anda untuk benar-benar mengalaminya dalam cara yang nyata. Menurutku Annie tertarik pada kegembiraan; dalam melakukan pekerjaannya dengan gembira dan dengan gembira, secara sadar, hidup dengan suara keras. Dia tidak bersembunyi dan tidak takut. Yang membuatnya menjadi orang yang bersinar dan aktor yang tak kenal takut.” Singkatnya, mengapa ada orang yang membenci Hathaway?
Dalam salah satu percakapan kami, kami berbicara tentang betapa menakutkannya memikirkan anak-anak kami menghadapi kekejaman internet. Aku pasti terlihat putus asa, karena Hathaway kembali menggenggam tanganku dan bertanya apakah aku baik-baik saja.
Saya bertanya padanya apa yang akan dia katakan kepada anak muda yang mendapati diri mereka menerima kebencian dunia maya, mengingat dia tidak sengaja mendapatkan gelar doktor dalam subjek tersebut.
Malam itu, ketika Hathaway sulit tidur, dia mengirimkan jawabannya melalui email. Apa yang dia katakan kepada mereka adalah lukamu nyata. “Saya ingin memeluk mereka, membuatkan mereka teh dan memberitahu mereka untuk hidup selama dan sebaik yang mereka bisa,” tulisnya.
“Ada kemungkinan besar bahwa semakin lama mereka hidup, maka momen ini akan semakin kecil. Bahwa saya berharap mereka memiliki kehidupan yang jutaan kali lebih menakjubkan daripada momen mengerikan ini.”
instagram
Pada tahun 2019, Hathaway mengumumkan kehamilan keduanya di Instagram, dan jika Anda melihat kembali postingan tersebut, Anda dapat melihat beberapa bukti betapa dia bersedia membuat dirinya rentan. Bersamaan dengan foto hitam-putih benjolan bayi di perutnya, dia menulis, “It’s not for a movie... #2 All kidding aside, for everyone going through infertility and conception hell, please know it was not a straight line to either of my pregnancies. Sending you extra love 💕”
Saya bertanya padanya tentang momen itu. “Mengingat rasa sakit yang saya rasakan saat mencoba untuk hamil,” katanya, “akan terasa tidak jujur untuk memposting sesuatu yang membahagiakan ketika saya tahu ceritanya jauh lebih bernuansa daripada itu untuk semua orang.”
Pada tahun 2015, Hathaway mengalami keguguran saat menjalani enam pekan pertunjukan Broadway berjudul Grounded. “Pertama kali itu tidak berhasil bagi saya. Saya sedang melakukan pertunjukan dan saya harus melahirkan di atas panggung setiap malam,” katanya.
Ketika teman-temannya datang mengunjunginya di belakang panggung setelah pertunjukan, dia mengatakan yang sebenarnya kepada mereka: “Terlalu berlebihan untuk menyimpannya ketika saya berada di atas panggung berpura-pura semuanya baik-baik saja. Saya harus membuatnya tetap nyata jika tidak…. Jadi ketika hal itu berjalan baik bagi saya, karena berada di sisi yang lain—di mana Anda harus menjadi berkah untuk membahagiakan seseorang—saya ingin memberi tahu semua perempuan bahwa, 'Kamu tidak harus selalu anggun. Aku melihatmu dan aku telah menjadi kamu.'”
Matanya mengingat dengan jelas: “Sangat sulit untuk menginginkan sesuatu begitu banyak dan bertanya-tanya apakah kamu melakukan sesuatu yang salah.”
Hathaway terkejut saat mengetahui bahwa banyak temannya mengalami pengalaman serupa dan menemukan sebuah penelitian yang memperkirakan bahwa sebanyak 50 persen kehamilan berakhir dengan keguguran: “Saya berpikir, Di mana informasi ini? Mengapa kita merasa terisolasi secara tidak perlu? Di situlah kita menerima kerusakan. Jadi saya memutuskan bahwa saya akan membicarakannya. Hal yang menghancurkan hatiku, mengejutkanku, dan memberiku harapan adalah selama tiga tahun setelahnya, hampir setiap hari, seorang wanita mendatangiku sambil menangis dan aku hanya memeluknya, karena dia membawa [rasa sakit] ini ke mana-mana dan tiba-tiba itu bukan miliknya lagi.”
Saat dia menulis postingan Instagram itu, dia berkata, “itu lebih tentang apa yang tidak akan saya lakukan. Saya tidak akan merasa malu dengan sesuatu yang menurut saya secara statistik sebenarnya cukup normal.”
Hathaway mengatakan bahwa dia menjadi lebih lembut saat menjadi ibu bagi Jonathan (8) dan Jack (4)—putra-putranya dari suaminya, produser Adam Shulman—dan memperluas kelembutan itu pada dirinya sendiri: “Ketika saya masih muda, cara saya mengetahui caranya untuk menjadi lebih baik adalah dengan bersikap keras pada diri sendiri. Ada batasan untuk jalur itu. Saya harus mempelajari kembali apa artinya memiliki dorongan tetapi melakukannya dengan cara yang membina. Dan saat itulah Anda berkata, 'Oh, jika ada batasnya, saya belum menemukannya.'”
Pola pikir barunya mungkin terjadi sebagian karena dia berhenti minum. “Saya tahu jauh di lubuk hati ini bukan untuk saya,” katanya. “Dan rasanya sangat ekstrem untuk mengatakan, 'Tapi tidak ada?' Tapi tidak ada. Jika Anda alergi terhadap sesuatu atau memiliki reaksi anafilaksis terhadap sesuatu, Anda tidak perlu membantahnya. Jadi saya berhenti berdebat dengannya.”
Dia ingin menjelaskan bahwa dia tidak mengatakan ini atas dasar perasaan merasa benar atau menghakimi. “Ini adalah jalan yang harus dilalui setiap orang untuk dirinya sendiri,” katanya. “Pengalaman pribadi saya dengan hal itu adalah segalanya menjadi lebih baik. Bagi saya, itu menghabiskan bahan bakar. Dan saya tidak suka berkubang. Hal yang saya yakini adalah bahwa semua orang akan minum satu atau dua gelas, dan saat semua orang minum dua gelas, Anda akan merasa seperti sudah minum dua gelas—tetapi tanpa mabuk.”
Hal ini menunjukkan bahwa Hathaway merawat dirinya sendiri sekarang dengan lebih baik dibandingkan saat dia berusia 20 tahun. “Saya banyak memilih gaya hidup untuk mendukung kesehatan mental,” katanya.
“Saya berhenti berpartisipasi dalam hal-hal yang saya tahu menguras tenaga atau dapat menyebabkan sesuatu menjadi lebih buruk.” Dan ini jelas bukan hanya tentang alkohol. “Saya sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan diri saya sendiri secara online.”
Kali berikutnya saya melihat Hathaway, saat itu adalah Senin pagi yang cerah, dan dia memasuki lobi Cond�� Nast, perusahaan induk Vogue dan Vanity Fair.
Signifikansi budaya pop tidak hilang dalam dirinya. Delapan belas tahun sebelumnya, karakter Devil Wears Prada-nya melakukan hal yang sama saat dia menjalani wawancara kerja yang menentukan di majalah “Runway”. Kali ini, sang aktor mengenakan jas hujan berwarna dandelion dan kacamata hitam. Ketika kami sampai di ruang lift, dia berkata dengan gaya Andy Sachs terbaiknya, "Hai, saya baru di sini."
Tiga puluh empat lantai di atasnya, di ruang santai yang dikelilingi jendela, kami mengagumi pemandangan ujung selatan Manhattan, Patung Liberty, dan, lebih jauh lagi, New Jersey, tempat Hathaway tumbuh besar dengan bermain sepak bola, menonton Pretty Woman berulang kali, dan bermimpi tentang akting.
Sebagai seorang anak, dia menyadari betapa berbedanya peran pria dan wanita dalam film. “Para remaja putra didorong untuk mengejar hasrat mereka dan remaja putri didorong untuk menjadi diinginkan,” tulisnya kepada saya setelah wawancara kami. “Yang satu aktif, yang satu pasif. Saya selalu lebih mengidentifikasi diri saya sebagai orang yang aktif, yang terkadang membuat saya merasa tidak cocok.”
Hathaway diberitahu bahwa dia tidak memiliki daya tarik seks ketika memulai karier di Hollywood, yang tentu saja tidak pernah ia percayai: “Saya berkata, 'Saya seorang Scorpio. Saya tahu seperti apa saya pada Sabtu malam,'” dia memberitahu saya. (Ironisnya adalah bahwa opini orang lain mengenai daya tarik seksnya dapat mengecualikannya dari peran-peran tersebut, namun tidak termasuk dalam iklim industri yang bersifat predator.)
Namun, definisi budaya tentang apa yang seksi pada saat itu lebih sempit: “Pandangan laki-laki sangat dominan dan sangat meresap serta sangat kekanak-kanakan.”
Karena apa yang tercermin dalam dirinya dari layar film, dia menghabiskan usia 20-an, seperti kebanyakan wanita, lebih mementingkan optik daripada kesejahteraan emosional. Dalam sebuah email, Donatella Versace berkata tentang Hathaway, “Kekuatan dan kecantikannya benar-benar menarik perhatian saya…tapi yang memberinya kekuatan sebenarnya adalah kebaikan dan kasih sayang.”
Hathaway sekarang akhirnya mengetahui pertanyaan tentang "Bagaimana perasaan saya?" lebih penting daripada pertanyaan "Bagaimana penampilan saya?" Dan itu membuatnya lebih nyaman di layar. “Saya merasa siap menjadi makhluk seksual,” katanya.
Novel The Idea of You menjadi sensasi pandemi karena adegan cintanya, ya, tetapi juga karena kualitas kisah cinta bulan Desember-Mei yang bersifat pelarian, dan apa yang dikatakannya tentang nilai seorang wanita yang menua.
Hathaway mengatakan dia menghargai bahwa karakternya, Solène, adalah orang yang utuh sebelum dia bertemu dengan kekasihnya. Filmnya berbeda dengan bukunya karena Solène kurang fashionable dan lebih relatable, namun adegan seksnya tetap sangat seksi.
“Ini tidak seperti satu orgasme wanita yang sehat dan suka sama suka (oke, berkali-kali) akan mengubah dunia,” tulis Hathaway kepada saya, “tapi saya sangat senang menjadi bagian dari cerita yang menikmati kesenangan wanita.”
Saat dia diberitahu bahwa dia tidak seksi ketika dia masih muda, Hathaway diberitahu bahwa kariernya akan menukik ketika dia mencapai usia 35. Dia tidak melupakan hal itu. Sebelum Greta Gerwig dan Margot Robbie memproduksi Barbie, Hathaway dan temannya, rekan penulis Ocean's Eight, Olivia Milch, sudah terikat, dan sepertinya naskah mereka akan mengeksplorasi medan yang berdekatan dengan ageisme.
Seperti yang dikatakan Milch: “gagasan tentang Barbie yang terasa seperti orang luar dan tidak lagi masuk akal di Barbie Land.” (Milch menggemakan pujian Hathaway untuk film Gerwig ketika dia menambahkan, “Versi yang kami kerjakan sangat bagus dan menarik, tapi saya sangat senang bahwa versi yang ada adalah versi yang ada di dunia.”)
Hathaway tidak merasa senang ketika dia mengingat ramalan lama tentang kariernya yang menukik. Dia berbicara tentang betapa bersyukurnya dia bahwa dia masih dapat membantu pembuatan film (“Anda tidak pernah tahu berapa lama hal itu akan bertahan”) dan mengakui bahwa, meskipun semua orang mempunyai niat terbaik, tidak semuanya berhasil.
Namun, tidak dapat disangkal, perannya dalam Eileen, film thriller yang rilis tahun lalu, sebagai psikolog penjara berambut pirang platinum yang memikat hati seorang wanita muda yang bekerja di sana, merupakan salah satu penampilan paling meyakinkan dalam kariernya. Dan dia tidak kekurangan proyek untuk beberapa waktu mendatang, sering kali berupa narasi tak terduga tentang perempuan, untuk menjaga pekerjaan Hathaway tetap tinggi.
Selanjutnya, Hathaway dan Jessica Chastain akan membintangi film thriller psikologis Mothers’ Instinct sebagai wanita yang hubungannya retak setelah putra kecil dari karakter Hathaway meninggal dalam kecelakaan yang mengerikan.
Hathaway menandatangani peran sebagai ibu baru, tetapi karena konflik penjadwalan dan pandemi, proyek tersebut tidak mulai syuting sampai usia putra tertuanya mendekati usia putra karakternya. “Saya tidak bisa mundur dari seorang teman,” katanya, yang berarti Chastain.
Tapi pengalaman itu cukup mengerikan sehingga Hathaway menyadari dia tidak bisa makan di lokasi syuting. “Meskipun saya mencintai orang-orang yang bekerja bersama saya, saya harus keluar dari sana setelah pekerjaan itu selesai dan tidak pernah melihat ke belakang.”
Setelah Mothers’ Instinct, Hathaway dan Salma Hayek akan memproduseri dan membintangi film komedi aksi berjudul Seesaw Monster, adaptasi dari novel karya penulis Jepang Kotaro Isaka, yang juga menulis Bullet Train. Akan tayang di Netflix.
Hathaway kemungkinan akan selalu mendapat pertanyaan tentang potensi sekuel Devil Wears Prada dari penggemar yang berharap bisa lebih menampilkan Andy, Emily, dan Miranda.
Pada bulan Januari, Hathaway muncul bersama Anna Wintour, yang tentu saja menjadi inspirasi bagi karakter Miranda Priestly yang diperankan Meryl Streep dalam film Devil Wears Prada. Di atas panggung, Wintour memperkenalkan Hathaway sebagai asistennya. Yang ditanggapi oleh Hathaway, dengan nada pura-pura sedih, “Masih?”
Kemudian, pada akhir Februari, aktor tersebut bertemu kembali dengan Streep dan Emily Blunt saat melakukan presentasi di SAG Awards. Tapi Hathaway kemungkinan besar tidak akan pernah membuat sekuel Prada karena lanskap media saat ini bersifat digital, dan dia lebih memilih filmnya yang benar-benar lepas dari detail sehari-hari.
Saat melihat alat perekam saya, dia merasa sangat perlu untuk mengklarifikasi: “Saya baru menyadari hal ini saat saya berbicara dengan Anda,” katanya. “Saya belum berpaling ke tim saya dan berkata, 'Kirimkan saja saya film yang mendahului revolusi komputer pribadi.'”
Pada bulan Januari, Hathaway mendapat momen kehormatan sebagai staf Condé Nast ketika, pada upaya pertama mengambil foto untuk artikel ini, dia meninggalkan lokasi syuting sebagai solidaritas dengan anggota serikat pekerja Condé yang mengambil bagian dalam penghentian kerja satu hari saat mereka bernegosiasi. kontrak baru.
Serikat aktor yang menaungi Hathaway, SAG-AFTRA, baru saja melakukan pemogokan selama 118 hari, jadi simpatinya jelas. Syutingnya dijadwalkan ulang untuk hari berikutnya. Sementara itu, dia menjadi trending di media sosial, dan Vulture memuat berita utama “Anne Hathaway, Mantan Runway, Meninggalkan Pemotretan untuk Mendukung Persatuan.”
Saat Hathaway menjadi viral sekarang, biasanya hal itu dilakukan karena alasan perayaan. Misalnya, beberapa video saat dia berhubungan dengan penggemar telah memikat sudut-sudut tertentu di internet.
Dalam video yang diambil di Roma pada tahun 2022, Hathaway, mengenakan setelan rok Valentino berwarna merah muda berkilau, berbicara kepada para penggemar dan fotografer yang heboh, mengatakan kepada mereka, “Calma, calma, amore.”
Dalam foto lainnya, yang diambil di London tahun lalu, sang aktor, mengenakan gaun couture merah berbentuk mawar dan sepatu bot setinggi paha, menenangkan kerumunan penggemar dan memberi tahu mereka bagaimana keadaannya: “Tolong jangan bergerak. aku akan mendatangimu. Kami tidak akan memaksakan diri. Ini sangat tenang.”
Tidak ada suara pada video tersebut, sehingga pembuat konten tunarungu memposting bacaan bibir TikTok yang disukai lebih dari 3,4 juta kali. “Begitu banyak ketenangan, kelas, dan bakat,” tulis seorang komentator. “Dia adalah ratu yang tegas! Batasan yang baik dan kesadaran akan keselamatan sungguh luar biasa.”
Ketika saya mengungkit pertemuan terakhir itu, jelas bahwa Hathaway tidak mengerti apa yang saya bicarakan; ini adalah kejadian biasa. Tapi dia mengingat peristiwa-peristiwa itu dari apa yang dia kenakan saat itu, jadi saya menggambarkan sepatu bot setinggi paha itu. “Anda harus memberi saya lebih banyak,” katanya.
“Aku sering memakainya.” (Pretty Woman masih menjadi film favoritnya.) “Masalahnya adalah, kita semua memiliki sistem saraf,” katanya ketika kita berada di halaman yang sama, lalu mengolok-olok dirinya sendiri: “Saya memiliki hubungan yang sangat intim dengan sistem saraf saya. .” Dia berhenti. “Orang-orang hanya ingin dilihat. Dan pada saat itu kita bisa mencapai tujuan bersama.”
Hathaway mengatakan Julie Andrews mengajarinya apa artinya menjadi bintang yang ramah ketika mereka terlibat dalam pembuatan film The Princess Diaries. “Dia menghormati bahwa mereka memiliki hubungan dengan pekerjaannya yang berlangsung sepanjang hidup mereka dan menjadikannya pengalaman yang indah bagi mereka,” katanya kepada saya. “Saya tidak tahu apakah saya selalu mampu melakukan itu. Jadi saya belajar bahwa saya ingin menangani diri saya sendiri dengan cara yang bisa saya banggakan di kemudian hari.”
Saat ini, Hathaway mengatakan kepada saya, “yang membuat saya lebih nyaman adalah membiarkan sesuatu terjadi.” Meskipun dia tidak mengatakannya, hal itu terdengar seperti sebuah langkah maju yang signifikan bagi seseorang yang sudah lama dibayangi oleh kecemasan dan kritik, termasuk dirinya sendiri.
Tahun lalu, Hathaway tertangkap kamera menari mengikuti lagu “Lady Marmalade” oleh Labelle di Valentino after-party saat Paris Fashion Week berlangsung. “Saya berbalik dan menyadari bahwa saya sedang direkam,” katanya.
Saat aku merengut, dia berkata, “Tapi bukan aku yang melakukan itu.” Sebaliknya, dia berkata pada dirinya sendiri, “Saya berada di klub malam dan saya menari dan inilah dunia. Jangan berhenti. Tetaplah di tempat Anda berada karena Anda merasa hebat. Meski begitu…” Dia menghentikan dirinya sendiri. “Meskipun tidak ada apa-apa. Mengapa tidak ada orang yang mengenakan Valentino di klub malam di Paris yang membuat dansa terasa lebih nyaman?”
Kebahagiaannya yang tidak menyesal dilihat lebih dari 20,7 juta kali di TikTok. “Dan ngomong-ngomong,” dia memberitahuku, “jika aku melihatmu, menurutku kamu tampak hebat, dan aku juga akan sangat bahagia untukmu.”
#hollywood#film#aktor#aktris#anne hathaway#the devil wears prada#the princess diaries#Youtube#Instagram#vanity fair
1 note
·
View note