Tumgik
#lauk instan anak kos
lauk-pauk · 1 year
Text
Lauk Instan Sehat Pancoran Mas Depok, Maksim,
Tumblr media
0 notes
Text
pecel lele maksim
Tumblr media
0 notes
notedown · 4 years
Text
Bahaya Membuka Akun Vloger Makanan di Tengah Pandemi Covid-19
MUHAMMAD ULIL AHSAN
Selain membatasi ruang gerak kita, pandemi global Covid-19 juga membuat keragaman konsumsi makanan kita menyempit. Sejak berdiam diri di rumah, sudah sekian belas hari saya hanya mengonsumsi makanan dengan lauk ayam, mulai dari ayam goreng, ayam bakar, sop ayam, hingga perisa ayam dalam sebungkus mi instan. Keterbatasan pilihan tersebut terjadi lantaran minimnya fasilitas masak di rumah kos yang saya sewa, sehingga sebagian besar makanan sehari-hari hanya membeli di warung. Hal tersebut membuat makan menjadi pilihan yang pragmatis. Banyak hal lain yang mungkin lebih penting daripada sekadar memilih makanan sehat. Hal lain itu salah satunya berkutat dengan perangkat telepon pintar maupun laptop untuk mendapat informasi terbaru tentang dunia di luar kamar.
Bisa dibilang tujuh puluh persen aktivitas harian saya selama pandemi ini adalah membuka media sosial, membaca berita daring, hingga menonton film-film secara daring melalui laptop. Tiga minggu terakhir ini saya seperti kecanduan dengan internet. Untuk mengisi kekosongan aktivitas yang biasa saya lakukan di luar, saat ini saya banyak menonton video-video di Youtube. Siaran yang saya sering kunjungi mulai dari ajang pencarian bakat bernyanyi yang disiarkan secara franchise, The Voice, hingga akun pendidikan filsafat Martin Suryajaya.
Salah satu aktivitas nge-Youtube yang membuat saya ketagihan adalah mengunjungi saluran-saluran milik para food vlogger. Saya belum menemukan pengertian resmi apa itu food vlogging. Namun, vlogging merupakan padanan aktivitas antara antara video dan blogging, yang merujuk pada aktivitas pembuatan jurnal pribadi yang biasanya ditulis, tanpa menggunakan kaidah-kaidah penulisan secara umum. Food vlogging adalah perpaduan aktivitas antara penikmat makanan (foodie) dan para penulis blog yang jurnalnya disajikan dalam bentuk video.
Menghabiskan waktu menikmati sajian video para youtuber makanan ini bukan tanpa sebab. Sejak kecil saya sering menyaksikan siaran televisi yang menampilkan Sisca Soewitomo memasak dan menyajikan resep masakan Nusantara dengan cara bicaranya yang khas. Sejak Youtube mulai berkembang, saya lebih banyak mengenal chef muda berbakat dari dalam hingga luar negeri. Sebagian besar mereka banyak menghiasi layar kaca dan juri di reality show lomba memasak seperti Farah Quinn hingga Renatta Moeloek. Dari luar negeri, misalnya Gordon Ramsey atau Jamie Oliver, yang banyak mencuri perhatian jagad dunia maya karena ciri khas mereka. Bagi saya, ada kesenangan tersendiri ketika menyaksikan bagaimana makanan dipresentasikan.  
Klik demi klik saya lakukan, jam demi jam saya lewatkan, hanya untuk menatap layar ponsel atau laptop. Dalam beberapa minggu terakhir ini saya telah berlangganan (subscribe) setidaknya empat saluran makanan di Youtube, di antaranya Eaters, Benny Sitanggang, Mark Wiens, dan terakhir vloger Korea Hari Jihun. Bayangkan saja, jika setiap video makanan yang diunggah oleh masing-masing akun berdurasi 15 menit, saya bisa menghabiskan satu jam untuk menikmati masing-masing satu dari video mereka. Masalahnya, setiap saya membuka Youtube, saya bisa menyelesaikan hingga rerata tiga hingga lima video dalam setiap akun mereka, saya bisa menghabiskan menonton Youtube hingga sekitar lima jam bahkan lebih dalam sehari selama pandemi ini.
Apa yang membuat akun Youtube makanan itu menjadi sesuatu yang “membunuh” bagi saya? Ada berbagai macam jawaban, yang paling utama karena semuanya berbicara tentang makanan. Tentu saja itu menjadi obsesi saya selama ini. Siaran makanan yang ditampilkan Eaters cukup menarik bagi saya. Mereka membuat dokumentasi pendek, populer, dengan latar belakang musik yang modern, memotret bagaimana sebuah makanan yang sedang hit di satu kota dibuat, diproses, dan disajikan. Mereka membuat pelaku utama bercerita tentang makanan mereka sendiri sehingga membuat setiap videonya sangat hidup. Namun, penyajian saluran ini agak berbeda dengan cerita Street Food di Netfilx yang memunculkan kisah sang tokoh utama secara mendalam.
Saya juga mengikuti vlog Mark Wiens, penjelajah makanan yang banyak memotret makanan di Asia. Menyaksikan ekspresi wajahnya saat mencoba makanan enak masuk dan lumer di mulutnya membuat mulut saya bergetar, air liur seakan meronta-ronta ingin terpancur keluar. Mark Wiens juga kerap menampilkan makanan-makanan lokal daerah dengan presentasi yang cukup lengkap, mulai dari bagaimana makanan itu didapatkan, diolah, hingga dinikmati. Siarannya kerap dimulai dari perjalanan di pasar tradisional, kemudian diolah di dapur sederhana, lalu dinikmati bersama keluarga kecil di sebuah kampung. Mark Wiens berhasil membuat saya ingin segera melakoni kembali kebiasaan lama saya, yakni menjelajahi makanan-makanan lokal yang pernah saya lakukan saat kuliah sarjana di Jogja.
Saya juga menggemari beberapa saluran vloger makanan orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, salah satunya saluran milik Benny Sitanggang. Benny adalah vloger asal Sumatra Utara yang memperistri gadis Ukraina yang ditemuinya saat mereka berdua bekerja di kapal pesiar. Mereka memiliki seorang anak gadis yang lucu nan menggemaskan bernama Uli. Hal yang menarik di akun Benny adalah bagaimana dia selalu mencoba memasak beragam masakan Indonesia untuk keluarga kecil dan mertuanya. Minggu lalu, dia mencoba memasak coto makassar untuk istrinya. Kenikmatan makanan khas Makassar ini ternyata membuat istrinya menangis saking nikmatnya. Bahkan sang istri mengakui lebih nikmat daripada makanan khas Ukraina yang menurutnya terenak yang pernah dia makan selama ini.
Saluran milik youtuber Hari Jisun berhasil membuat saya ingin pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Karena sistem algoritma rumit Youtube, saya terdampar di saluran ini dan menemukan Jisun dan adiknya. Jisun ternyata melakukan food vlogging di Makassar, mengunjungi warung makan coto gagak, konro karebosi, pallu basa serigala, pallu kaloa’, hingga seafood apong. Makanan-makanan enak khas Makassar yang sering saya kunjungi. Setelah menyelami banyak videonya, masuklah saya ke dalam jurnal tentang Jogja. Salah satunya, video yang mengunjungi sebuah angkirangan kecil remang-remang di dekat hotel tempat mereka tinggal. Baru kemarin saya bercerita dengan teman kos tentang Jogja, “Kalau mau menikmati suasana autentik Jogja, pergi ke jalan kecil dan sepi dan temukan angkringan tradisional di sana, lalu nikmati suasananya.”
Hari Jisun di dalam videonya melakukan hal yang persis seperti yang saya sampaikan pada teman itu. Situasi inilah yang membuat saya mengganderungi video-video Jisun. Tidak hanya meromantisir makanan-makanan khas Jogja, mereka juga berhasil membuka memori-memori kesederhanaan Jogja dengan pemilihan lokasinya. Percakapan dirinya bersama sang adik sembari menyantap nasi kucing, tempe bacem, dan pisang goreng sembari diselingi percakapan dengan penjual angkringan membuat saya autobaper. Saya begitu terbawa perasaan karena menu dan kebiasaan tersebut adalah hal-hal yang juga selalu saya lakukan selama belajar di Jogja. Pembicaraan mereka juga kerap mewakili perasaan saya tentang Jogja sebagai tempat yang nyaman dan sederhana.
Jisun: “Biasanya kita berkunjung ke tempat makan yang sangat terkenal. Kalau makan di tempat begitu, selalu rame banget, terus semuanya cepat-cepat (disajikan) di sana. Jadi, sudah lama (tidak) makan dengan santai. Makan dengan ngomong sama penjual seperti ini. Aku suka suasana begini.”
Junsu (adik Jisun): “Merasa nyaman!”
Tumblr media
Sebelum beranjak, Jisun bertanya kepada pemilik angkringan, “Kapan merasa bapak paling bahagia?” Pemilik angkringan menjawab, “Sekarang juga bahagia!” Itulah Jogja, di mana bahagia itu sederhana.
Mengunjungi saluran-saluran para vloger makanan ini membuat pikiran saya mengembara jauh, melambung ke alam makanan berikut tempat-tempatnya dari dalam sebuah kamar sempit bak terpenjara selama hampir sebulan karena pandemi Covid-19. Inilah bahayanya. Semuanya melenakan, membuat pekerjaan jadi terabaikan, tak tersentuh, dan terbengkalai. Seakan sedang benar-benar meninggalkan segalanya, hanya menikmati jalan-jalan dan kuliner yang amat sangat lezat. Namun, pada kenyataannya, itu hanyalah angan-angan. Sebelum benar-benar tenggelam di dalamnya, saya memutuskan untuk menuliskan cerita ini agar dapat segera tersadar dan tidak mengalami ketenggelaman itu di esok hari. “Semoga saja bisa,” gumam saya dalam hati.
Makassar, 11 April 2020
2 notes · View notes
langitimajiner · 6 years
Text
aku masihlah anak-anak di mata ibuku.
"Des, mau dibawain apa? Kering tempe sama telur asin, mau?"
Sebagai anak kos berpenyakit mager beli lauk, aku langsung mengiyakan tawaran Ibu. Maka lima menit kemudian sepaket kering tempe dalam toples sedang dan empat telur plastik sudah siap dimasukkan ke tas, siap menemani hari-hari kuliahku. Ditambah beberapa bungkus mi instan yang dijanjikan agar tidak habis dalam seminggu. Itulah yang membuatku sering pulang; dapat tambahan stok makanan. Ashiap.
Berada di rumah membuatku merasakan kehangatan afeksi yang tidak kudapatkan di dunia kampus yang dingin dan menuntut setiap orang untuk tegak dengan kakinya sendiri. Well, ada teman sih, tapi tentu saja kehangatan yang dia tawarkan tak pernah sebesar rumah. Apalagi mengharapkan kehangatan doi, chat aja cuma di-read, kzl.
(Maaf, bucin.)
Berada di rumah membuatku menyadari betapa masih manjanya aku di zona nyaman. Jauh berbeda ketika aku di rantau, dituntut untuk mandiri; makan cari sendiri, minum harus ngangkat galon sendiri, lampu rusak harus dibenerin sendiri, mau rapat ke tempat agak jauh saja harus jalan sendiri, curhat pun hanya bisa ke diri sendiri.
Aku menyadari beberapa hal setelah membandingkan aku versi rumah dan aku versi rantau. Bahkan ketika aku versi rantau sudah sanggup hidup sendiri, ikut banyak organisasi dan mendapat banyak amanah dan merasa begitu dewasa, ibuku tak pernah melihatku sebagai orang yang cukup dewasa untuk menghadapi masalah. Beliau selalu mengkhawatirkanku, mencemaskanku, mungkin batin beliau, "Desy di sana makannya apa ya, belajarnya gimana, udah sholat belum, jam 8 masih kebluk nggak, jam 2 pagi masih melek nggak, tugasnya dikerjain nggak, kamarnya dibersihin nggak, baju-bajunya disetrika nggak, uangnya cukup nggak--"
Yah, kalau di-list sampai akhir, tak akan ada akhirnya.
Tapi aku juga melihat sisi "aku versi rumah" ini dalam ibuku ketika beliau berinteraksi dengan simbah putri. Setiap kami berkunjung, ibuku selalu curhat panjang ke simbah, entah untuk sambat maupun bersenda gurau. Lucu sih, Ibu selalu memberikan nasihat positif untuk semua keluhan yang kulontarkan, tapi kalau beliau sudah bersama simbah putri, Ibu juga mengeluhkan hal yang pernah kukeluhkan. Sisi yang jarang kulihat dari Ibu ketika di rumah; aku seperti melihat reka ulang ketika aku bersama dengan Ibu sendiri.
Kemudian aku bertanya-tanya, apakah besok ketika aku sudah menikah dan punya anak dan hampir punya cucu, aku tetap dianggap seperti anak-anak?
Entahlah, memikirkan ini membuat dadaku sedikit sesak. Ibu selalu menerimaku apa adanya, selalu merawatku seolah aku masih begitu lemah, bahkan ketika aku secara sosial sudah dianggap pantas untuk mandiri.
Apa ya, "I gave you the world," sebenarnya hanya pantas keluar dari ibuku alih-alih si doi.
Astaga, aku jadi ingin pulang lagi.
1 note · View note
yochida31 · 5 years
Text
The First Flight
“Chi, mau lomba ke Kalimantan?, ada info lomba bagus nih”, ujar Zaqiah. “Ayo mbak”, jawabku. “Ngajak Elok sekalian yuk yang udah ikut SIH dan berprestasi sejak SMA”, sambung Zaqiah. Menurut Mohammad Abror (Pend. Teknik Mesin ‘17), UNS telah sangat berbaik hati mewujudkan impian para mahasiswanya, termasuk yang bidikmisi untuk terbang dan menorehkan prestasi. Kesempatan ini sayang untuk dilewatkan bukan?.
Kami (Ochi, Zaqiah dan Elok) lantas berdiskusi dan mencari ide terlebih dahulu. Mulanya kami ingin membuat tablet hisap (hard lozenges) dari umbi teki. Referensi pun ditelaah hingga kerangka tulisan terancang sudah. Sungguh mengejutkan, hampir saja karya dikumpulkan, Elok mengabarkan perpisahan terhadap kami seangkatan. Ujarnya, ada target hidup lain yang lebih perlu ‘tuk diperjuangkan.
Kami tidak menangisi gagalnya pengiriman karya, melainkan perginya salah satu insan cendekia dari Biologi ‘17. Namun hidup terus berlanjut dan kesedihan tak boleh berlarut. Saya dan Zaqiah lalu mencari tambahan anggota lain. Setelah tanya-tanya dan memberi tawaran satu per satu, salah satu kakak tingkat yakni mbak Dina Prasetyani (Bio ‘15) mengiyakan. Mbak Dina ini sebelumnya sudah pernah menjadi finalis LKTIN juga, jadi berpengalaman. Kami pun menargetkan lomba lain di Universitas Riau. Ide yang kami pilih seputar biokimia pangan. Karena di prodi Biologi mata kuliah biokimia baru diajarkan semester 2, rasanya saya dan Zaqiah mencuri start haha. Memang gampang-gampang susah sih. Dengan bimbingan dari Ibu Dr. Solichatun, semua jadi terang.
15 Februari 2018, saya hampir lupa kalau tanggal itu pengumuman finalis. Jam 11 malam saya bangun dan mengecek websitenya, tertulis bahwa pengumuman disampaikan via instagram. Waktu itu, ponsel yang saya miliki tidak bisa untuk buka IG. Karena sungkan untuk membangunkan Asmi sebagai teman sekamar, saya meminta panitia memberitahukan pengumumannya via email. Alhamdulillaah tim kami lolos final. Persiapan final hanya 5 hari. Pengerjaan jadi serba cepat, bonding team pun belum sepenuhnya rekat. Maka kami sepakat akan latihan sepanjang perjalanan.
Perlu diketahui bahwa sistem pendanaan lomba yang saya alami yakni semua biaya ditanggung sendiri di awal, barulah selesai lomba dana akan dicairkan. Beruntungnya, saat itu semua biaya ditanggung Mbak Dina yang memilki beasiswa pelajar berprestasi dari Kabupatennya.
Kami berangkat dari Bandara Adi Sumarmo, Boyolali. Di pekan tersebut sebenarnya pekan awal kuliah, jadi kami merasa telah melakukan perpanjangan liburan hehe. Saya pribadi bersyukur karena di umur yang belum genap 18, Allah memberangkatkan saya ke luar Jawa untuk pertama kalinya. Perjalanan terjauh bapak ibu saya bahkan hanya Jakarta. Bapak tak bosan mengingatkan, kualitas anak jelas harus meningkat dari bapak ibunya.
Di perjalanan, kami mencoba menyusun skrip untuk mempermudah penyampaian presentasi. Outline memang sudah ada di ppt, namun tipe kami bertiga bukanlah yang ahli improvisasi. Saat transit di Bandara Soetta, Cengkareng, kami lanjut menyamakan persepsi dan menyusun calon pertanyaan juri. Sesekali kami istirahat. Di samping tempat duduk kami ada seorang bapak tengah menyeruput kopi lalu membuka percakapan dengan Mbak Dina. Setelah mengetahui identitas, asal dan tujuan kepergian kami, bapak tersebut tidak langsung memperkenalkan diri. Bapak X ini malah memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Biologi yang membuka mata kami untuk melihat suatu hal dari berbagai perspektif. Dari situ kami paham dunia lebih luas dari ruang kelas. “Teori-teori muncul dari eksperimen dan kepekaan terhadap kehidupan”, tandas Bapak X. Tak terasa, pemanggilan penumpang ke Padang dikumandangkan, Bapak tersebut berpamitan dan menyarankan bila kami kepo siapa bapak tersebut, bisa cari di Google. Ternyata obrolan kami yang panjang nan sarat ilmu tadi bersama salah satu Doktor dari Universitas Andalas. Terima kasih ilmunya Pak.
Sesampai kami di Pekanbaru, kami istirahat sebentar dan berkenalan dengan finalis serta tamu undangan lainnya. Kebetulan lomba ini juga masih serangkaian dengan acara temu mahasiswa Agroteknologi se- Indonesia. Di waktu TM, tak lupa kami menanyakan siapa juri dan bagaimana latar belakang keilmuan beliau semua. Selepas TM kami berniat segera tidur agar bangun lebih awal.
Presentasi tim kami berlangsung normal sesuai perkiraan. Tak diduga, saat tim UB maju, ketiga juri tidak melihat medianya sama sekali. Yang diperhatikan adalah penyampaian yang jelas dan menarik. Padahal di sesi tanya jawab juri mengetahui ide mereka sangat umum (kurang inovatif). Namun mereka mampu mendebat dan menunjukkan optimisme akan gagasannya. Nyatalah mereka juara 1 dan tim kami mendapat best presentation, Alhamdulillaah.
Saya tidak mau melewatkan kesempatan untuk tidak berkenalan dengan delegasi dari UB ini. Di hari fieldtrip ketua tim UB yakni Dikau T. Prasetyo tidak ikut, sudah bosan bolak balik Riau katanya. Jadi saya wawancara temennya, Mas Andhika. Usut punya usut, Mas Dikau sudah ke-26 kalinya juara lomba. Ya pantes banget lihai. Kata Mas Dikau, kuliah di FEB itu gabut kalau nggak ngorganisasi dan nggak lomba. Beda banget ya sama saintek, nggak ngorganisasi dan nggak lomba aja tugas seabrek dan menyita waktu. Nah keteladanan dari Mas Dikau ini adalah pentingnya membangun optimisme dan kepercayaan diri terhadap gagasan dan potensi kita.
Tumblr media
Fieldtrip Yeay
Fyi temen2, fieldtrip disini bisa dibilang gokil. Berasa fieldtrip "beneran" yg nggak disetting. Bagaimana tidak, tujuan awal fieldtrip yakni Istana Siak Sri Indrapura seharusnya dapat ditempuh 2 jam 50 menit dari Unri Pekanbaru. Tapi, realitanya durasi perjalanan 5,5 jam gaes. Di tengah jalan yang sejauh mata memandang cuma nampak berpuluh hektar kebun sawit, busnya sempat macet. Jelas tidak akan ada bus pengganti lain yang memberikan tumpangan. Yang sesekali lewat adalah truk perkebunan. Bantuan pun tidak didapat secara instan dari karyawan setempat. Ajaibnya, google maps yang dipakai tidak seakurat harapan sehingga panitia tidak tahu dimana lokasi macetnya bus kami. Sopir dan biro bus pun mengklaim baru kali ini menuju Istana Siak. Dag dig dug dong.
Saya, zaqiah, Mbak Dina dan mayoritas delegasi lain  fokus meredakan hawa super panas dengan minum air sambil berdoa. Entah bagaimana akhirnya hingga bis normal kembali. Perjalanan dilanjutkan dengan rute yang didasarkan pada asumsi dan coba2. Sebenarnya senang juga keliling Riau meski status kami sedang "tersesat". Jalanan super lengang, serasa tol pribadi. Bahkan hingga masuk ke Kab. Siak yang notabene kota wisata, jalan masih nyaman dilalui. 
Tumblr media
Bersyukur rasanya bisa menginjakkan kaki di istana Siak, pusat kerajaan Indrapura yang pengaruhnya tak kalah dari kerajaan Mataram. Dulu saya cuma bisa lihat gambar istana ini di buku paket PAI kelas 12. Syukur ini semakin lengkap karena kami disuguhi lauk ikan selama 5 hari berturut-turut. Cari ikan di sekitar kos saya susah, udah ke pasar pun belum tentu dapat. Ya motivasi makan ikan memang biar pinter kaya orang Jepang hehe.
Begitulah kisah first flight saya ke luar Jawa. Hal utama yang saya petik dari lomba di Riau yakni pentingnya sikap percaya diri dan keluwesan mempengaruhi orang lain, sementara value dari rangkaian perjalanannya adalah pengetahuan bahwa dunia lebih luas dari ruang kelas.
0 notes
sitiumami-blog · 7 years
Text
Beralih.
Lampu kota remang-remang kalah ramai sama keramaian jalan. Ini bukan kotaku, kota orang. Surabaya, sang kota harapan dan penuh orang kepanasan (sebagian orang memilih di ruangan daripada harus menantang mata-hari) aku pun begitu. Memang begitu adanya. Kecuali bagi mereka yang harus berjalan melawan mata-hari buat mata-pencaharian.
Siang tadi aku kebetulan berjalan di jalan (yaiyalah, masak jalan di awan emang aku peri). Kulihat sepasang kaki keluar dari ruang kecil mesin atm, tepat di depan alfamart tempatku beli minuman dingin.
“Apa an tuh?”
Kukira apaan, edalah ternyata kaki bapak tukang becak. Si dia ngadem di sono. Sendal hitam kepunyakannya dibuat ‘ganjel’ biar kakinya bisa selonjoran keluar.
Aku beribu beruntung masih bisa ngadem dimana aja, ruang kelas, perpus, ruang baca, bahkan di kos pun masih adem (lha wong kipasnya aja muter terus).
Dulu tahun 2015, awal aku kuliah di Surabaya. Hampir tiap hari ada aja keluhan dari mulut milik Tuhan ini. Tiap hari nafsu teriak-teriak minta es. Es apa pun deh, mulai es teh di pinggir jalan sampek soft-drink di indomaret.
Hanya gara-gara mulut ini yang nyinyir, aku rela beli soft-drink tiap hari buat ngerusak ginjal (lagi-lagi bukan punyakku, tapi kepunyakkan Sang Maha segalanya di atas sana).
Gak habis pikir sama aku yang dulu.
Wajarlah namanya juga manusia. Mana ada yang bener terus. Yakali dia Tuhan, malaikat aja kagak. Yakali dia nabi, maksum alias terbebas dari dosa. Syukur-syukur walau nggak jadi orang paling baik sedunia, setidaknya kegiatan persetanan itu (minum soft-drink buat menuhi hawa nafsu aje) tidak lagi pernah terfikir di otakku.
Ya.. aku pernah sakit. Sakit gara-gara rajin minum soda ditambah males beli nasi.
“Emang anak kos harus hemat?” “Ya, mereka harus. kamu harus tau rasanya makan mie instant 3 kali sehari.”
Gilakk… mikir apa makan mie instan kayak minum obat gitu (literally bahannya katanya sih bahaya gitu). Aku sama sekali kagak tahu bahaya atau ndak, karna aku model orang yang percaya sama data, mangkanya aku percaya aja kalo mengandung pengawet atau apalah itu namanya.
Setelah aku berfikir lebih dari satu bulan. Nyatanya nggak harus tuh anak kos makan mie instan. Mie instan itu obat kepepet kalo lagi males aja. Masalah hemat nggak hemat mah itu urusan prinsip. Mau sehat atau mau mati muda. Lagi pula setelah kubandingkan, pengeluaran makan nasi sama kagak makan nasi pun gak signifikan buatku bangkrut. 
Pinter-pinter kitanya aja sih buat ngatur keuangan. Hidup sehat makan nasi, sayur, sama lauk pun udah cukup (dimana pun tempatnya) dan inget hidup sehat nggak harus makan di Wapo (tempat makan versi large deket kampusku) atau kafe kan yang sampek merogoh kocek (sama sekali tidak menyindir anak yang hobinya ngafee lo ya, ini opiniku. Masalah situ anak ngafe, itu mah pilihan. Pilihan ndak ada yang bisa nyalahin (kecuali pilihan ganda ebtanas, hha)
Kembali lagi ke masa-masa aku sakit tadi.
Waktu itu aku ngerasa Tuhan lagi menghukumku karna tidak menjaga titipannya dengan baik.
“Enak aja kamu, dikasih sehat malah ngerusak yang kuberi.” Mungkin kalo Tuhan ada disampingku, paling bilang gitu.
People change
Ya… titik itu adalah turning point dalam hidupku. Aku memilih buat beralih. Berganti pola hidup. Mencoba mencintai diri sendiri daripada mencintai dia (ehhh dia siapa ya wkwkw)
3 notes · View notes
mojokco · 9 years
Text
Jogja, Kuliner, dan Kenangan
Menjadi orang Solo lalu memutuskan tinggal di Jogjakarta bukanlah hal mudah buat saya. Terutama buat lidah saya. Semakin jarang pulang ke Solo, maka semakin rindulah saya dengan beragam kuliner khas kota itu. Apalagi sejak satu tahun terakhir, seorang teman memasukkan saya ke grup WhatsApp yang isinya teman-teman sekelas semasa SD dan banyak di antaranya yang tinggal di Solo. Topik pembicaraan tiap hari adalah makanan.
“Jam segini enaknya makan apa, guys?” lontar seorang teman yang tinggal di Solo dan hampir tidak pernah memasak makan malam.
“ Bestik enak kayaknya,” jawab yang lain.
“ Lagi pengen sego liwet, nih,” celetuk yang lainnya lagi.
Alhasil, berkumpullah 3 hingga 5 orang kawan SD Saya di sebuah tempat makan di Solo. Sisa anggota grup yang lain, yang kebetulan tidak tinggal di Solo hanya kecipratan foto-foto. Foto makanan, foto mereka sedang makan dan foto mereka bersama-sama setelah kenyang makan. Nggrantes? Hati saya tidak. Lidah dan lambung saya, iya.
Tidak heran, jika berkesempatan pulang ke Solo, jadwal saya akan penuh dengan jadwal berburu kuliner. Tiap jam makan adalah saat tersulit untuk pengambilan keputusan: mau makan apa dan di mana. Terutama jika saya ingin mengajak teman untuk bergabung makan bersama. Pengambilan keputusan menjadi makin rumit. Alhasil acara mudik 1-2 hari akan berbuah 1-2 kilogram penambahan berat badan.
Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri, makanan Jogja memiliki kandungan yang mencerdaskan otak saya. Tidak ada penelitian ilmiah yang saya lakukan untuk memperkuat dugaan ini. Saya hanya mengamati kemampuan otak saja saat bekerja. Selama 15 tahun terakhir, banyak ide brilian yang saya dapat lebih banyak saat di Jogja. Mungkin karena saat berada di Solo, otak saya isinya hanya “makan apa sekarang?”.
Untuk Anda yang pernah tinggal di Jogja dan sudah tidak lagi tinggal di Jogja, tetapi merindukan stimulasi otak menyerupai saat tinggal di Jogja, berikut saya jabarkan beberapa jenis makanan yang kemungkinan besar membuat otak kita secemerlang masa lampau. Anda bisa mereproduksi makanan-makanan ini di dapur rumah Anda. Tapi, lagi-lagi, saya juga tidak memiliki bukti ilmiah bahwa hal tersebut bisa berhasil.
Berikut beberapa menu tersebut:
Sego Kucing
Menu ini bisa dikatakan menu penyelamat bagi hampir sebagian besar anak kos. Sego kucing adalah sekepal nasi yang disisipi sesendok lauk, umumnya oseng tempe atau sambel teri yang terinya maksimal hanya 4 biji. Saya bahkan pernah mengalami masa di mana sego kucing hanya dibanderol 500 perak dengan teri sejumlah 1 biji. Saat itu saya gundah, manakah yang akan saya makan terlebih dahulu: nasi atau teri?
Sekarang sego kucing rata-rata dibandrol 1500 hingga 2000 rupiah di angkringan seputaran Jogja Selatan. Masih murah. Tapi ketika banyak warung burjo mulai melebarkan ekspansi menunya ke nasi telor, nasi sarden dan nasi oseng, sego kucing mulai kehilangan pasar.
Burjo
Burjo adalah akronim dari bubur kacang ijo. Umumnya dijual di warung berupa kios sederhana yang menurut pengamatan saya seringnya di cat krem atau hijau pupus. Jenis warung ini awalnya hanya menyediakan pilihan bubur kacang ijo hangat atau es dan beberapa minuman sachet. Jika kita pesan burjo, Aa’ nya akan menyodorkan segelas air putih. Awalnya saya pikir aa’ ini perhatian sekali. Ternyata semua Aa’ di semua warung burjo melakukan hal yang sama. Saya kemudian menyimpulkan, segelas air putih ini adalah ‘Standar Operasional Prosedur’ (SOP) di semua warung Burjo.
Tapi tidak semua mahasiswa suka burjo. Saya, misalnya, lebih sering memilih gorengan yang dilumuri kecap di seluruh permukaannya. Mungkin kelakuan seperti ini menjadi pengamatan jeli para pelaku bisnis burjo, hingga akhirnya mereka melebarkan sayap ke menu-menu bercita rasa asin seperti mie instan yang dilengkapi dengan telur, nasi sarden, atau cukup nasi telur saja.
Sungguh sebuah strategi bisnis yang mematikan!
Pecel Lele atau Penyetan
Mungkin karena sejak awal saya kecewa dengan warung jenis ini, menu pecel lele atau penyetan bukanlah favorit saya. Tampilannya serupa kaki lima. Spanduknya putih bertuliskan “pecel lele” atau “penyetan”. Tapi sama sekali tidak ada pecel dan sesuatu yang dipenyet di hasil akhir penyajiannya. Sungguh sebuah kebohongan besar. Harapan saya waktu pertama kali jajan di warung “pecel lele” adalah sepiring nasi pecel dengan lele sebagai lauknya. Tapi yang hadir adalah sepiring nasi putih, satu mangkuk air cuci tangan dan sebuah piring plastik kecil berisi sambal tomat blenderan, lalapan, dan lele. Jika sedang menuju defisit, kita bisa memesan tempe telur. Jika benar-benar defisit, pilih saja tempe.
Saya sangat khawatir jika melihat wisatawan asing melenggang masuk ke warung jenis ini.
Pertama, karena spanduk warung pecel lele kadang menampilkan grafis yang agak jauh dari ekspektasi: gambar-gambar ayam, bebek, lele dan nila yang tampak masih hidup dan bugar. Tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan disajikan dalam bentuk gorengan atau bebakaran.
Kedua, tentang air kobokan. Saya khawatir mereka menganggap itu kuah kaldu.
Bakmi Jawa
Saya pikir salah jika orang menyebut Jogja sebagai Kota Gudeg. Gudeg hanya bisa ditemukan di kawasan tertentu. Lebih tepat mungkin menamakan Jogja sebagai Kota Bakmi Jawa. Warung ini ada hampir di seluruh sudut kota dan kabupaten di seluruh propinsi yang gubernurnya raja ini. Cita rasanya pun sangat kaya. Meskipun begitu jangan harap mendapati jomblo sering makan di sini. Harganya tidak begitu ekonomis dan porsinya besar. Sangat cocok jika makan bakmi jawa seporsi berdua. Hal yang sulit untuk direalisasi oleh jomblo, kecuali ada dua jomblo bersatu. Selain itu rata-rata warung bakmi jawa memiliki suasana romantis dengan caranya sendiri. Romantis yang njawani. Saya tidak yakin seorang jomblo sanggup menghadapi suasana seperti ini. Sendiri.
Untuk itu, sebagai ibu muda yang baik dan peduli jomblo, berikut saya beri sedikit tips memasak mie instan agar terasa seperti bakmi godog jawa. Bahan dapat Anda dapatkan di warung sayur terdekat. Yang Anda butuhkan selanjutnya hanyalah pisau, kompor, wajan dan sothil. Jika Anda sebegitu jomblonya sehingga tidak memiliki alat-alat tersebut, coba mbribik ibu kos untuk meminjamkan alat-alat tersebut untuk Anda. Sial jika kos Anda tidak memiliki ibu kos. Cukup baca selintas saja resep anjuran saya ini.
Bahan yang diperlukan:
1 sendok minyak goreng. Jika ibu kos berbaik hati, Anda bisa nempil jlantah yang ada di dapur. 1 siung bawang putih, digeprek. 1 butir telur ayam Sayur mayur. Apa saja. Sebonggol sawi hijau dan sebuah tomat misalnya. Iris-iris. 1-2 gelas air. Tergantung ukuran gelasnya. Mie instan rebus. Rasa apa saja. Asal bukan rasa ingin tahu tentang mantan.
Caranya:
Panaskan minyak. Masukkan bawang. Tumis hingga harum. Masukkan telur. Diorak arik hingga sedikit crispy tepinya atau sesuai selera. Masukkan sayur dan tumis. Sebentar saja. Tuang air, tunggu mendidih lalu masukkan mie instan dan seperangkat bumbunya. Angkat setelah mie kenyal. Makanlah dengan lahap. Lupakan semua kenangan mantan. Menu ini akan cukup mengobati rasa rindu Anda akan cita rasa bakmi Jawa. Mungkin sedikit perpaduan dengan mie rebus ala burjo. Yang jelas, Anda bisa menikmatinya dalam kesendirian tanpa perlu dihantui suasana romantis warung bakmi Jawa.
Teh Gawe
Mungkin minuman ini tidak banyak yang tahu. Saya sendiri bertemu dengan minuman ini hanya di beberapa tempat di Jogja Selatan. Orang sering menyebut ‘teh damel’. Penyajiannya pun berbeda-beda di tiap tempat. Prinsipnya minuman ini adalah DIY, Do It Yourself. Bikin sendiri teh menurut seleramu. Terdiri dari satu gelas yang berisi seduhan teh, satu gelas belimbing yang kosong, saringan (kadang ada kadang tidak) dan gula batu. Jika ingin mengencerkan seduhan teh, cukup minta isi ulang air panas ke penjualnya.
Minuman ini tidak bisa hanya dinikmati untuk waktu singkat sebagai penutup hidangan. Teh gawe sangat cocok dipesan saat kita ingin berdiskusi panjang dengan teman-teman yang memiliki level kecerdasan yang seimbang, atau sekadar untuk nglaras sambil dobos-dobosan. Minum teh gawe membuat otak kita rileks karena topik pembicaraan saat ngeteh gawe tidak perlu bermutu seperti kalau sedang ngopi di starbak, karena harga wedang ini cuma berkisar 2500 hingga 3500 rupiah.
Nah, itulah beberapa jenis makanan (dan minuman) yang menurut saya memiliki andil dalam kecerdasan para mahasiswa-mahasiswi lulusan jogja. Tak terhitung pula jasa para penjualnya yang mau buka tutup folder mencatat hutang, alias mau dibayar belakangan setelah awal bulan.
Saran saya, bagi Anda yang rindu Jogja atau sekadar ingin bernostalgia, janganlah buru-buru ke Wijilan berburu gudeg. Saya tidak yakin ada kenangan di sana. Kunjungilah angkringan, burjo, pecel lele dan bakmi jawa langganan Anda. Jika perlu bertanyalah apakah masih ada folder hutang Anda di buku tulis merk ‘gelatik kembar’ milik mereka.
Siapa tahu Anda lupa membayarnya.
0 notes
malangtoday-blog · 6 years
Photo
Tumblr media
Buat Anak Kosan, Ini 7 Menu Praktis yang Bisa Kamu Coba Untuk Sahur!
MALANGTODAY.NET - Saat tinggal bersama keluarga, menjalani puasa terasa lebih mudah, terutama saat menjalani sahur. Selain ada orang tua yang membangunkan kita, kita juga tidak perlu repot untuk menyiapkan makanan sahur. Namun ketika kita harus menjadi anak kosan, demi kuliah atau kerja, sahur menjadi salah satu aktivitas yang paling merepotkan karena kamu harus memasak sendiri. Memang sih bisa diakali dengan membeli makanan dari luar, namun itu akan menjadi sangat boros. Akhirnya, sebagian anak kostan jadi melewatkan sahur karena malas masak, terutama makanan dengan gizi seimbang. Tapi, jangan sampai kamu puasa dengan perut kosong, ya! Berikut, ada beberapa menu sahur praktis yang bisa kamu coba saat menjadi anak kosan; Baca Juga: Gak Perlu ke Dokter, Cobalah Membersihkan Karang Gigi dengan Seekor Burung Seperti Pria Ini!
Nasi Goreng Sosis Telur
[caption id="attachment_237673" align="alignnone" width="696"] nasi goreng @foodtolove.co.nz[/caption] Sumber energi tubuh yan utama adalah karbohidrat, maka jangan lupa untuk makan nasi saat sahur! Kalau nggak ada lauk, kamu bisa membuat nasi goreng sosis. Caranya cukup mudah karena hanya membutuhkan sedikit minyak goreng, bawang putih yang sudah dihaluskan, garam, gula, nasi seporsi, sosis dan telur sebagai lauk tambahan dalam menu ini. Kalau nggak ada bumbu dapur? Kamu masih bisa memakai bumbu nasi goreng instan sebagai alternatifnya.
Tumis Kangkung
[caption id="attachment_237664" align="alignnone" width="696"] tumis kangkung @food.detik.com[/caption] Jika kamu adalah orang yang gak bisa makan tanpa sayuran, kamu bisa membuat tumis kangkung menjadi salah satu sajian sahurmu. Bahan yang perlu kamu siapkan adalah satu ikat kangkung, bawang putih, bawang merah, garam, gula, saus tiram, dan beberapa irisan cabai. Santap dengan nasi putih hangat, sahurmu terasa lebih sehat dan bergizi. Baca Juga: Selain Mudah Bergaul, Ini 5 Karakter Kamu yang Lahir di Hari Rabu!
Sayur Sop
[caption id="attachment_237665" align="alignnone" width="750"] sayur sop @resepdanmasakan.com[/caption] Kamu tipikal orang yang nggak bisa makan kalau nggak ada kuah? Kamu bisa kok memasak sayur sop sebagai pelengkap menu sahur. Untuk bumbu kaldunya, kamu bisa membuat sendiri, atau tinggal menggunakan bumbu instan. Jika kamu ingin cream soup, kamu tinggal membelinya dalam kemasan praktis yang siap dimasak. Jadi, nggak akan repot, deh.
Martabak Mie
[caption id="attachment_237671" align="alignnone" width="750"] martabak mie @tehnoblogija.com[/caption] Mie instan seringkali dianggap sebagai menu sahur yang kurang sehat. Tapi mie menjadi alternatif di kala nggak ada nasi maupun sayur dan lauk di kamar kostan. Namun bukan berarti kamu makan mie saja. Kamu bisa membuat kreasi mie menjadi martabak mie. Bahan yang kamu butuhkan cukup mie instan dan telur. Jika ada daun bawang, cabai, atau satu-dua buah sosis, kamu bisa menambahkannya dalam adonan mie. Dengan begini, sahurmu terasa jauh lebih kenyang dan lebih sehat. Baca Juga: MOAT: Alat Penangkap Hama Portabel, Solusi Peningkatan Hasil Panen Bawang Merah
Spaghetti Bolognaise
[caption id="attachment_237670" align="alignnone" width="696"] spaghetti bolognaise (istimewa)[/caption] Mau menu yang lebih istimewa? Kamu bisa menyantap spagheti bolognaise sebagai sahurmu. Kini tersedia spagheti yang dijual lengkap dengan sausnya, dan cara memasaknya sama dengan mie instan. Jadi lebih praktis, nggak perlu nunggu lama, dan porsinya pas untuk sahurmu.
Roti Panggang
[caption id="attachment_237668" align="alignnone" width="696"] roti panggang (istimewa)[/caption] Ada roti tawar di kamar kosmu? Jika kamu bosan menyantapnya secara biasa, kamu bisa memanggangnya di atas teflon agar menjadi seporsi roti panggang yang lezat! Kamu bisa menambahkan meses coklat atau selai strawberry untuk santapan yang manis. Atau bisa pula kamu membuat sandwich dengan isian telur dan irisan daging untuk menu sahur yang mengenyangkan. Baca Juga: Beredar Broadcast Kupon Makan Gratis dari McDonald's Ternyata Cuma Hoax!
Sarden Kalengan
[caption id="attachment_237667" align="alignnone" width="696"] sarden kalengan @hellosehat.com[/caption] Jika ada nasi putih, namun nggak ada lauk, atau kamu malas memasak, kamu bisa membeli lauk dalam kaleng seperti sarden. Karena sarden sudah lengkap dengan bumbu, kamu cukup memanaskan saja sebelum menyantapnya. Kamu pun bisa berbagi menu ini dengan teman kosan karena 1 kaleng berisi beberapa potong ikan sarden. Dengan 7 menu praktis di atas, sahur di kostan nggak selalu merana kan? Kalau kamu merindukan masakan rumah, kamu bisa meminta resep dari ibumu. Pada dasarnya nggak ada yang merepotkan selama kamu ada niatan untuk mencoba. Yuk, dicoba!
Penulis       : Dian Tri Lestari Editor        : Dian Tri Lestari
Source : https://malangtoday.net/inspirasi/todayhype/7-menu-sahur-praktis-untuk-anak-kos/
MalangTODAY
0 notes
cahunnes · 7 years
Text
Tips Memilih Kos-kosan di Unnes
Bagi calon mahasiswa baru atau mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang (Unnes), memilih kos-kosan adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan. Kecuali jika kamu adalah orang Semarang asli dan jarak antara kampus dengan rumah relatif dekat.
Memilih kos-kosan di sekitar kampus Unnes bukanlah hal yang gampang. Meskipun ada ribuan kos yang tersebar di sekitar kampus Unnes. Sebelum memilih kos-kosan kamu harus mempertimbangkan berbagai aspek. Karena bagaimanapun juga kos-kosan akan menjadi rumah kamu selama kuliah di Unnes nantinya.
Berikut kami berikan tips-tips memilih kos-kosan di Unnes agar belajar kamu nyaman dan kondusif.
  1. Pilih lokasi yang strategis
Lokasi menjadi aspek pertama yang harus kamu perhatikan saat memilih kos-kosan. Usahakan sebisa mungkin memilih kos-kosan yang dekat dengan jurusan tempat kamu kuliah di Unnes. Setidaknya dapat kamu tempuh dengan jalan kaki sekitar 5-10 menit ke kampus Unnes.
Selain dengan dengan jurusan, pilihlah kos-kosan yang dengan dengan berbagai tempat seperti warung makan, pasar, supermarket, dan tempat strategis lainnya.
  2. Fasilitas Kamar
Kamar kos yang baik itu tidak sempit namun juga tidak terlalu lias. Sekitar 3×3 meter sudah jadi tempat yang pas buat kamu menghabiskan waktu. Selain itu pilihlah kamar yang memiliki jendela sehingga sirkulasi udara di dalam kamar tidak pengap.
Perhatikan juga listrik, cari kos-kosan yang tidak perlu menambah listrik karena namanya mahasiswa pasti akan membawa banyak barang elektronik seperti laptop, setrika hingga rice cooker.
  3. Fasilitas Lingkungan Kos
Setelah fasilitas dalam kamar sudah cocok kamu juga perlu mengecek fasilitas di luarnya. Seperti kamar mandi, apakah bersih atau tidak, airnya mengalir terus atau tidak. Tidak mau kan pas kamu lagi terburu-terburu mandi eh airnya habis? Selain itu jika kamu membawa kendaraan, faslitas seperti garasi yang luas juga harus ada.
  4. Mau ngirit? cari kosan yang ada dapurnya
Sebagai anak kos kita tentunya harus dituntut untuk berhemat. Makanya kamu butuh dapur untuk memangkas biaya makan. Dapur ini bisa kamu gunakan untuk memasak telur, sayur, mie instan atau lauk lainnya. Untuk beras tinggal bawa saja dari kampung dan juga jangan lupa rice cookernya.
  5. Harga
Nah ini penting juga, setelah melihat-lihat fasilitasnya kamu harus pertimbangkan juga harganya. Beberapa kos biasanya menerapkan harga per tahun, per tiga bulan dan per bulannya.
Rata-rata kontrak kos-kosan di Unnes biasanya sistem semester atau pun tahun. Sebagai orang baru di Unnes, ada baiknya mencari kos-kosan dengan sistem pembayaran yang paling pendek. Hal ini untuk mengantisipasi apabila kamu tidak betah dengan kos-kosan tersebut.
  6. Cari yang ada ibu kos dan penjaganya
Meskipun image ibu kos terdengar seram, namun beliau-beliau ini harus tetap ada mengontrol kamu. Kamu dilepas orangtua ke perantauan itu untuk belajar, jangan sampai menyalahgunakan kepercayaan mereka. Makanya harus ada ibu kos biar kamu tidak kebablasan. Jika tidak ada, setidaknya cari yang ada penjaganya. Lagipula ada ibu kos juga bisa menambah rasa aman kamu di kos jika ada sesuatu.
  7. Lingkungan teman kos yang baik
Ini juga penting, cari kos-kosan yang di dalamnya banyak anak kuliah, syukur-syukur bisa sejurusan dengan kamu. Jadi kamu bisa saling belajar bersama atau bertukar materi pelajaran. Cari juga teman yang asyik dan nyaman. Jangan sampai ke terjerumus ke dalam lingkungan pertemanan yang bebas dan kebablasan.
0 notes
agushamdani-blog · 7 years
Text
IBU KOS YANG BAIK HATI
Ibu marni, dia adalah ibu kosku di sini, Ibu marni merupakan korban poligami dari bapak kosku, yang di mana ibu marni adalah istri ke duanya. Ibu marni tidak memiliki keturunan hingga saat ini, bisa dikatakan ibu marni adalah seorang yang mandul. Aku kasihan padanya karena tampak dari raut wajahnya kegelisahan yang amat dalam yang  mungkin ia tanggung selama ini. Aku dapat melihat tingkah lakunya yang gemas kepada anak-anak kecil tetangga sebelah yang sangat membuatnya terhibur jika mereka datang berbelanja atau bermain-main di sekitaran kos. Kebetulan Ibu marni membuka warung kecil di area kos tempat aku dan teman-temanku biasanya minum ngopi,merebus mie instan dan ngobrol-ngobrol ringan.
 Aku sudah menganggap ibu marni seperti ibuku sendiri, aku sering menemani beliau berbelanja untuk keperluan dapur dan barang-barang jualannya di pasar, terkadang aku juga sering disuruhnya mengambil barang-barang di toko sebelah yang sudah dibayarnya tapi tidak bisa ia bawa pulang. Dan Karena jarak yang tidak terlalu jauh, jadi dia perginya jalan kaki saja dan kalau aku lagi tidak sibuk dengan aktifitas kampus dan kegiatan lainnya maka aku pasti diajaknya pergi untuk mengantarnya ke sana dan menunggu sampai ia selesai berbelanja.
 “Nak, apa kamu ada waktu? kalau kamu ada waktu atau kalau kamu lagi tidak sibuk ibu mau minta tolong di anterin keluar sebentar untuk berbelanja” demikianlah ucapannya ketika hendak mengajakku keluar menemaninya berbelanja.
Jika aku lagi ada waktu  dan tidak ada kesibukan, aku pasti akan menemani ibu marni dan terkadang jika aku lagi sibuk aku bilang padanya :
 “Maaf buk, aku lagi ada kerjaan dulu ucapku.
Ibu marni tahu kalau aku suka kopi dan aku juga adalah seorang perokok aktif. Ibu marni kerap memberikan kopi geratis dan beberapa biji rokok sehabis menemaninya berbelanja atau membelikan kebutuhan-kebutannya yang lain, aku sangat menghargai pemberiannya itu, mungkin dengan cara demikian dan secara tidak langsung ia sebenarnya mengungkapkan rasa terima kasihnya kepadaku. Ibu marni juga memahami betul kondisi kami-kami sebagai anak kos-an, tidak jarang ibu marni memanggil kami semuanya untuk mengambil lauk dan nasi jika ia lagi memasak banyak. Ibu marni juga melayani bon, jujur saja aku adalah yang terbanyak bon-nya di antara teman-teman satu kos-an, tapi Alhamdulillah aku selalu usahakan untuk melunasinya pada waktu yang sudah aku janjikan terlebih dahulu padanya, yaitu pada saat kiriman uang belanja dari orang tuaku datang, baik itu dengan ditransfer melalui rakaning bank ataupun dititipkan melalui teman yang kebetulan satu kampung.
 Salah satu sifat yang perlu dicontoh khususnya bagi ibu-ibu kos dari ibu marni adalah ia sangat memperhatikan betul setiap tamu-tamu yang datang. Ibu marni tidak leluasa memberikan kami kebebasan misalkan terhadap tamu lawan jenis ketika berkunjung. Ibu marni selalu memperingatkan terlebih dahulu dan ia kerap mengontrol anak-anak kosnya pada setiap kamar untuk memastikan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Selalu tetap pada aturan-aturan yang memang seharusnya di terapkan pada setiap kos, aku dan teman-teman mau tak mau harus tetap mentaati aturan-aturan itu. Bagi diri pribadi : Aku merasanya nyaman berada di sini, aku menemukan ibu kos yang baik hati yang tetap teguh dan sabar dan tidak membiarkan kami-kami bertingkah semau-maunya melainkan harus patuh pada aturan yang ada. Tidak seperti di tempat-tempat lain yang sama sekali tidak menerapkan aturan sama sekali malah sebaliknya diberi kebebasan, tamu lawan jenis asyik berdua dalam kamarnya padahal belum muhrim, bahkan ada yang sampai larut malam mereka masih asyik berdua mengunci pintu kamar mereka hingga tiba pagi harinya masih tetap asyik bersama.
 Melalui sepenggal kisah dari ibu marni di atas aku berharap banyak kepada teman-teman khususnya para mahasiswa-siswi agar senantiasa memperhatikan kondisi kos-an yang akan ditempati. Jangan karena kos tersebut murah lalu teman-teman terpikat begitu cepatnya untuk menempatinya melainkan aturan-aturannya tidak ada . Tapi kos/tempat tinggal yang bagus adalah yang memiliki aturan-aturan, memiliki ibu/bapak yang tinggal di sana yang akan memantau perkembangan seluruh anak kosnya. Dan sebagai anak kos-an yang baik tentunya harus mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan. Semoga akan ada ibu marni ke dua, tiga dan seterusnya yang akan teman-teman temukan di tempat teman-teman tinggal sekrang. Tetaplah jadi anak kos yang patuh.  
agus hamdani (suatu hari di kekalik swasembada)
0 notes
lauk-pauk · 1 year
Text
Lauk Instan Sehat Limo Depok, Maksim,
Tumblr media
0 notes
lauk-pauk · 1 year
Text
Peluang usaha cepaka putih Jakarta pusat,Maksim,
Tumblr media
0 notes
lauk-pauk · 2 years
Text
Peluang Usaha, Maksim,
Tumblr media
0 notes
lauk-pauk · 1 year
Text
Lauk Instan Sehat, Maksim,
Tumblr media
0 notes
lauk-pauk · 2 years
Text
Lauk instan sehat bekasi
Tumblr media
0 notes
lauk-pauk · 2 years
Text
Lauk Instan Jakarta, Maksim 0899-4583-655
Tumblr media
0 notes