Tumgik
#kiai sahal
Text
Nyai Nafisah Sahal Wafat, Kajen Berduka
Nyai Nafisah Sahal Wafat, Kajen Berduka
tebuireng.co – Nyai Hj Nafisah Sahal wafat pada Kamis, (10/11/2022) petang. Kabar wafatnya Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2022-2027 ini membuat Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati berduka. Kabar duka istri mendiang KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh (Rais Aam PBNU 1999-2014) ini dibenarkan oleh KH M Faishal Muzammil, Wakil Ketua LBM PWNU Jawa Tengah, sekaligus Muhadlir Ma’had Aly…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 1 year
Text
Pimpinan Ponpes Gontor, Kiai Hasan Sahal: Kalau Saya Mantap Pilih yang Benar
SURABAYA | KBA – Belakangan ini petuah, Pimpinan Pondok Pesantren Gontor, KH. Hasan Abdullah Sahal viral di media sosial. Masih terkait dengan Pemilu atau Pilpres 2024. Pesan tersebut salah satunya dibagikan oleh akun Tiktok, Kang Obie 58. Dalam keterangan yang disertakan Kiai Hasan Sahal ditanya perihal sikap untuk Pemilu tahun 2024 mendatang oleh salah satu santri. Dan saat itu Kiai Hasan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nupati · 1 year
Text
Memahami Konsep Fikih Sosial Kiai Sahal Mahfudh
Oleh : Siswanto Secara etimologi, fikih berasal dari kata bahasa Arab faqiha-yafqahu-fikihan, yang berarti mengerti atau memahami. Orang-orang Arab memaknai fikih dalam konteks kebahasaan dengan mā daqqa wa ghamudha, yang artinya: sesuatu yang samar dan sulit untuk dipahami. Berdasarkan pengertian etimologis kata fikih ini, orang-orang Arab mengatakan faqihtu ma’na kalāmika liannahu qad yaduqqu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
anamed1a · 2 years
Photo
Tumblr media
Kiai Sahal Mahfudz bersama keluarga. Semoga di Rahmati Allah dan kita semua dapat barokahnya.. https://www.instagram.com/p/Ck0AM0yyUmL/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
timesjombang · 2 years
Photo
Tumblr media
JOMBANG - Innalillahi wa inna ilaihi rojiuan, kabar duka tengah menyelimuti umat muslim di Kabupaten Jombang. KH Abdul Nashir Fattah salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) terkemuka di kota santri wafat di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, Minggu (28/8/2022) pukul 06.30 WIB pagi. Kabar duka tersebut disampaikan oleh Agus H M Abdulloh Rif'an Nashir putra dari almarhum Kiai Nashir. Pria yang akrab disapa Gus Rif'an merupakan keluarga yang intens mendapingi almarhum saat menjalani penanganan medis. Melalui pesan singkat Gus Rif'an tersebut kini sudah menyebar diberbagai grub WhatsApp. "Innalillahi wa inna ilaihi rojiuan. Sampun wangsul ngersanipun Allah SWT (Telah pulang kembali ke Allah SWT), Ayahanda KH. Abd Nashir Fattah. Pukul 6.20 Wib di RS. Dr. Soetomo Surabaya," tulis Gus Rif'an. Sedikit informasi, KH Abdul Nashir Fattah sejak beberapa waktu lalu dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Dr Suotomo Surabaya setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Jombang. Kiai Nashir dirawat di RS Sutomo kurang lebih 1 bulan karena infeksi paru-paru di ICU Graha Amerta Surabaya. *Kiai Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren* Dikutip dari NU Online Jombang KH Abdul Nashir Fattah merupakan putra ke 6 dari 8 bersaudara pasangan KH Abdul Fattah Hasyim dan Ibu Nyai Musyarrofah.  Lahir pada tanggal 24 Juli 1956, masa kecil Kiai Nashir dihabiskan dengan sekolah dan mengaji di bumi Bahrul Ulum dalam didikan kedua orang tua yang menurut pengakuannya sendiri merupakan tipikal orang tua yang sayang tapi keras, keras tapi sayang juga tegas. Selain mendapatkan pelajaran dasar-dasar agama dari Ayahandanya sendiri, KH Abdul Nashir Fattah juga mendapatkan pendidikan dasar-dasar agama di Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul Ulum Tambakberas. Ketika masuk kelas 6 MI, Ia pindah sekolah dan menetapkan diri untuk mondok di Pondok PMH  Putra Kajen yang saat itu diasuh oleh Kyai Sahal Mahfudz. Baca berita selengkapnya di timesindonesia.co.id #TIMESIndonesia #TIMESJatim #TIMESJombang #bareng #wonosalam #jombang #ngoro #gudo #diwek #mojowarno #perak #bandarkedungmulyo #ploso #kudu #ngusikan #tembelang #megaluh #kesamben #jogoroto #sumobito #mojoagung #peterongan #plandaan https://www.instagram.com/p/Ch0wF72vQ1e/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Kado Pernikahan, Ustadz Somad Kasih Pesantren ke Fatimah Az Zahra
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Ustadz Abdul Somad atau Ustadz Somad memberikan pesantren ke Fatimah Az Zahra Salim Barabud sebagai kado pernikahan. Sebelumnya emas kawin Ustadz Somad pun sangat besar nilainya, 244 gram emas seharga puluhan juta. Usai memberikan mahar kawin yang fantastis, Ustadz Somad pun menghadiahi sang istri sebuah pondok pesantren di Pekanbaru, Riau. Hal itu diungkap oleh ibunda Fatimah, Umi Kulsum. Umi Kulsum menjelaskan, usai resmi menikah dengan Ustadz Somad, Fatimah akan diboyong ke Pekanbaru, Riau, sekaligus untuk mengasuh pesantren yang diberikan kepada putrinya. “Fatimah nanti akan dibawa Ustadz Abdul Somad ke Riau. Jadi Fatimah itu sudah diberi pondok di sana untuk dijadikan pengasuhnya, pondoknya masih akan dibuka setelah lebaran ini,” ungkap Umi Kulsum. Fatimah Az Zahra yang merupakan seorang penghafal Al Quran, disebut menjadi alasan mengapa Ustaz Abdul Somad memberikan pesantren kepada gadis berusia 19 tahun tersebut. Seperti diketahui, sebelumnya Ustadz Somad memang mencari sosok istri seorang penghafal Al Quran. Itu yang kemudian membuat Ustadz Somad dijodohkan dengan Fatimah oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal. Kiai Hasan sendiri merupakan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Pesantren itu adalah tempat Fatimah Az Zahra menimba ilmu. “Saat itu UAS menyampaikan takziyah meninggalnya anak saya lewat WhatsApp, lalu obrolan berlanjut soal pernikahan,” kata Kiai Hasan. “UAS minta tolong agar dicarikan jodoh yang hafidzoh (penghafal Quran). Insya Allah ini pasangan yang baik yang siap berdakwah meninggikan kalimatullah,” ujarnya lagi.[suara]
from Konten Islam https://ift.tt/3xvMYPX via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/04/kado-pernikahan-ustadz-somad-kasih.html
0 notes
kadaryanto97 · 4 years
Photo
Tumblr media
IJTIHAD TATHBIQI KH SAHAL MAHFUDH SEBAGAI PENGEMBANGAN MASA DEPAN FIQH INDONESIA Penulis : Dr. Taufiqur Rohman, M. Sy Penerbit : Aswaja ISBN : 978-623-7593-37-9 Tahun : 2020 Ukuran : 14 x 20 cm Tebal : xii + 188 hlm Original Harga Rp50.000 Sinopsis BEST SELER!! Mari kita belajar Ilmu Fiqh atau Ushul Fiqh dari Dr. KH. Sahal Mahfudh (1933-2014 M). Seorang ulama besar asal Pati sekaligus pembaharu dan penjaga tradisi, sekaligus praktisi, pemikir dan memberikan perhatian khusus pada aspek keadaan sosial yang dinamis. Melalui kedalaman ilmunya dimanfaatkan untuk menulis karya dalam berbagai disiplin ilmu agama. Tak terkecuali karya dalam Ushul fiqh dan fiqh. Seorang penganut madzhab Syafi'iyyah yang setelah mempelajari ilmu-ilmu agama secara mendalam kemudian memproklamirkan dan menyeru melakukan kajian sosial historis secara metodologis baik di kalangan pesantren maupun akademis di Indonesia. Buku di tangan Anda ini adalah bukti yang bisa dibilang melampaui zamannya. Keunikan Kiai Sahal yang di antara Ulama' lain di Indonesia yaitu salah seorang kiai yang paling awal terlibat dalam proyek-proyek pengembangan umat pada tahun 1980-an, memegang posisi pimpinan di NU dan MUI dari tingkat regional, propinsi sampai Nasional. Konsep Ijtihad Tathbiqi yang dilakukan Kiai MA. Sahal Mahfudh dalam pengembangan masa depan fiqh Indonesia penting dimunculkan karena masyarakat Indonesia mempunyai karakter dinamis. Di samping Ijtihad Tathbiqi merupakan bagian dari pemberdayaan ijtihad sebagai manifestasi pemikiran baru serta bentuk kepedulian seorang mujahid dalam mengimplementasikan produk-produk hukum hasil dari istinbath ke dalam realitas sosial. #islam #muslim #muslimah #islamicquotes #islamituindah #allah #islamic #hijrah #sunnah #dakwah #quran #islamindonesia #islami #islamindah #islamisbeautiful #islamispeace #jannah #dakwahislam #islamitumudah #islamik #islamitudamai #islamislove #makkah #hijab #islamic_art #islamicart #islamismyway #islamic_state #madinah #alhamdulillah https://www.instagram.com/p/CFkKXY-JXU4/?igshid=1j53t6mzpw8ou
0 notes
rmolid · 4 years
Text
0 notes
Text
Kiai Nashir, Literasi, Jamaah dan Organisasi
Kiai Nashir, Literasi, Jamaah dan Organisasi
Kiai Nashir Fattah dididik dengan penuh kedisiplinan oleh kedua orang tuanya, Kiai Abdul Fattah Hasyim dan Nyai Musyarofah (putri KH Bisri Syansuri dan Nyai Nur Khodijah). Bermakna Kiai Nashir adalah cucu KH Bisri Syansuri Denanyar. Pada 1972 Kiai Nashir nyantri di Pesantren Mathaliul Falah, asuhan KH Sahal Mahfudz. Nyai Nafisah, istri Kiai Sahal Mahfudh adalah kakak kandung Kiai Nashir. Pada…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bayuvedha · 7 years
Photo
Tumblr media
EMBUN PENYEJUK DARI K.H. HASAN ABDULLAH SAHAL _____________ "Kaya itu penting, tapi jangan yang penting kaya; yang penting kaya bisa menghalalkan segala cara. Maka kalau bisa orang itu kaya dan sehat. Sehat itu penting, karena maksiat saja perlu sehat, apalagi ketaatan dan kebaikan perlu kesehatan. Berusahalah jadi orang kuat.” “Hidup itu nikmat dan indah, maka nikmatilah keindahan hidup. Yang membuat tidak nikmat itu manusianya. Allah sudah menjadikan semuanya indah di dunia ini. “Dia-lah yang membuat indah segala sesuatu yang Dia ciptakan” (Qs.[32]: 7).” “Keindahan dan kenikmatan bagi seorang guru yaitu murid; bagi suami adlh istri; bagi orang tua adlah anak; bagi pemimpin adalah rakyat, dst. Ini surga kita: guru punya murid, murid punya guru,itu surga. Bayangkan murid tidak punya guru, atau guru tidak punya murid. Dokter tidak punya pasien, pasien tdk pny dokter.” “Guru bukan sekedar mengajar ilmu, tapi juga mengajar kehidupan. Kiai yang bener itu ada di pondok 24 jam, 7 hari seminggu, 31 hari sebulan, dst; pesantren tidak boleh jadi sambilan, mendidik dan mengajar tidak boleh hanya sambilan. Harus totalitas; tenaga, pikiran, hati, dan keikhlasan.” “Kita syukuri kenikmatan ini, dan kita nikmati kesyukuran ini. Jangan sampe kenikmatan kita disyukuri orang lain, atau kesyukuran kita orang lain yang menikmati. Ramadhan dan Idul Fitri, itu kesyukuran dan kenikmatan kita, jangan sampai malah orang-orang nasrani, yahudi, kapitalis, komunis, dll yang menikmati.” “Memberi sedekah saat-saat sulit itu bagus, mulia. Memberi sedekah saat lapang itu biasa. Ingat hadis Rasul: “juhdul muqill”, kerja kerasnya orang yang serba terbatas; maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan.” “Maka, jangan sampe jadi manusia yang tidak punya prestasi. Berprestasilah, dan harus punya keunggulan. Berprestasilah dalam kebaikan, kemakrufan dan kebenaran.” “Di pondok ini semangatnya adalah kebersamaan untuk memberi, bukan kebersamaan untuk bagi-bagi. Ingat, dalam berjuang dan berjihad jangan berpikir dapat apa, berapa, itu sampah-sampah perjuangan.” “Di pondok ini kita tanamkan “bom,” yaitu “bom spiritual,” bukan bom kimiawi. Kita didik santri-santri ini menjadi “bom spiritual,” untuk “mengebom” sesuatu yang tidak benar, kemungkaran dan kemunduran.” “Tiap orang punya aib, tiap lembaga punya kekurangan. Boleh membaca aib orang, tapi jangan membacakannya. Bedakan antara membaca dan membacakan. Suasana sekarang ini semrawut, karena saling membacakan aib orang lain.” “Ulama yang mempertahankan harga diri dan meninggalkan persatuan umat, menjauhi ukhuwah Islamiyah, tidak usah diikuti, itu ulama palsu. Umat ditinggalkan ulama itu pahit, tapi lebih pahit lagi kalo ulama ditinggalkan umat.”
125 notes · View notes
nupati · 2 years
Text
Nilai Pijakan Pemikiran Fikih Sosial Kiai Sahal Mahfudh
Nilai Pijakan Pemikiran Fikih Sosial Kiai Sahal Mahfudh
Oleh: Siswanto Kiai Sahal Mahfudh merupakan salah satu tokoh pemikir kontemporer yang produktif dalam berkarya. Selain itu juga beliau merupakan penggagas lahirnya fikih sosial dan juga seorang mujtahid. Munculnya fikih sosial yang digagas oleh Kiai Sahal merupakan angin segar bagi pembaruan fikih pesantren supaya menjadi rasional, kontekstual, konseptual, dan tidak ketinggalan zaman dengan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rizaldy-ray · 5 years
Photo
Tumblr media
#Repost @pesantrenku • • • • • • Mbah Fadhol: Kiai Tak Dikenal yang Tak Mau Sukses . Ada satu ulama Nusantara yang kapasitas keilmuannya sangat luar biasa, mampu mengarang beberapa kitab dengan bahasa Arab yang sangat sempurna. Beliau adalah Kiai Abul Fadhol bin Abdul Syakur, berasal dari Senori Tuban (Jawa Timur). Menjadi guru utama (‘Umdah) bagi ulama-ulama besar seperti Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Maimoen Zubair, Kiai Faqih Langitan, Kiai Hasyim Muzadi, Kiai Dimyati Rois, dan lain-lain. . Kiai Abul Fadhol juga dikenal sebagai seorang Sufi zuhud. Hal ini tampak dalam keseharian beliau yang sangat sederhana dan bersahaja. Saking sederhananya, ketika ta’ziyah dalam wafatnya KH. Zubair Dahlan (ayahanda KH.Maimoen Zubair), tidak ada orang yang mengenalnya. . Songkok hitam yang dipakainya tidak lagi hitam tapi telah berubah warna menjadi merah. Baju yang dikenakan lusuh, hingga orang lain acuh memandangnya. Orang-orang baru tahu kalau itu adalah Kiai Abul Fadhol setelah Mbah Maimoen Zubair menyambutnya dengan mencium tangan Kiai Abul Fadhol dan menempatkannya pada tempat yang layak. . Meski begitu, Mbah Dhol juga manusia biasa, punya anak dan keluarga yang butuh untuk dinafkahi. Oleh sebab itu beliau juga bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai pekerjaan yang pernah dijalaninya antara lain: jadi buruh jahit, penjahit, bahkan jualan benang. Dari daerah Kerek Tuban sampai Sedan Rembang beliau tempuh dengan jalan kaki sambil memikul benangnya. Sebuah jarak yang sangat jauh dengan beban di punggung yang tidak ringan. . Selain itu beliau juga pernah jualan kain, membuka toko, reparasi sepeda pancal dan sepeda motor. Bahkan beliau pernah membuat barang-barang elektronik, meski beliau tidak pernah belajar elektro sama sekali. Beliau juga pernah menjadi bos becak, mendirikan pabrik rokok dan lain sebagainya. . Yang mengherankan, setiap usahanya berkembang pesat, seketika itu juga dihentikan dan ganti pekerjaan lain yang dimulai dari nol lagi. Hal ini semakin menguatkan keyakinan banyak orang bahwa beliau adalah sosok kyai yang zuhud. Tujuannya bekerja hanyalah ibadah dan sekadar menuruti perintah Allah SWT semata, bukan untuk mencari harta. #Repost @ulama.nusantara #p https://www.instagram.com/p/B34rZbYpFoA/?igshid=133nd688m9wle
0 notes
Text
Belakangan ini kita dihebohkan dengan berbagai macam berita tentang kriminalisasi ulama. Mulai dari Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Bachtiar Nasir, Ustadz Felix Siauw, sampai pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor, Kiai Abdullah Sahal.
Padahal, apa-apa yang mereka sampaikan semata-mata adalah ajaran Islam. Mulai dari larangan memilih pemimpin kafir sampai anjuran menegakkan khilafah. Entah, ada apa di balik semua peristiwa ini. Entah, ada siapa di balik rezim yang saat ini sedang berkuasa. Wallahu a’lam.
Di situasi yang super genting ini, ada satu hal yang paling penting, yaitu dakwah. Mencerdaskan ummat. Supaya ummat Islam tahu mana yang benar dan mana yang tidak, supaya ummat semakin meyakini akidah Islamnya, supaya ummat semakin yakin bahwa janji dan pertolongan Allah pasti datang. Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.  
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya” [QS An-Nisa’ : 60]
Kadang manusia lupa, bahwa mereka adalah ciptaan Allah. Bahwa Allah-lah yang paling mengerti manusia. Oleh karena itu Allah memberikan pedoman bagi seluruh manusia, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ibaratkan seperti produsen handphone merk X, si produsen pasti membuat panduan untuk handphone X, dan handphone tersebut tidak akan bisa digunakan jika menggunakan panduan handphone merk Y. Manusia pun sama, manusia tidak akan pernah cocok untuk hidup dengan segala aturan dan pedoman yang dibuat oleh manusia, karena tidak akan sesuai dengan fitrahnya manusia.
Para ulama/asatidz tersebut hanya ingin meluruskan ummat di tengah-tengah kebobrokan ini, namun orang-orang yang membenci Islam akan terus mencoba untuk mencegahnya. Sebegitu hebatnya kah Islam sehingga membuat takut rezim yang saat ini sedang berkuasa?
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tiak (pula) akan menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus), kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan hal itu (sangat) mudah bagi Allah.” [QS An-Nisa’ : 167-169]
Wallahu a’lam. Semoga Allah senantiasa menjaga kita di jalan-Nya.
Yogyakarta, 5 Juni 2017
10 Ramadhan 1438 H
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
MS Kaban Warning Loyalis Jokowi, “Jangan Usik Kiyai Kami”
MS Kaban Warning Loyalis Jokowi, “Jangan Usik Kiyai Kami”
Tumblr media Tumblr media
MS Kaban Warning Loyalis Jokowi, “Jangan Usik Kiyai Kami”
Harianpublik.com – Rencana Koordinator Loyalis Jokowi, Sukardiman Sungkono melaporkan pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal ke polisi menuai reaksi keras. Salah satunya dari MS Kaban.
Lewat akun twitter pribadinya, Ketua Majelis Syura Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang (DPP PBB) itu mengingatkan (warning), loyalis Jokowi harus berpikir sejuta kali sebelum melaporkan KH Sahal ke polisi.
“Sdra yg ingin polisikan Yai Sahal berfikirlah sejuta kali anda buka front ingat Gontor ada diseluruh nusantara. Jgn usik kyai kami,” cuit MS Kaban di akun Twitternya @hmskaban, Sabtu (3/6/2017).
Mantan Menteri Kehutanan itu mengatakan, jika loyalis Jokowi tidak suka dengan ceramah KH Hasan, sebaiknya lakukan debat ilmiah, itu baru cerdas.
“Sdra yg ingin Polisikan Yai Sahal Gontor sampeyan pendukung Pres saat ini? langkah sampeyan itu mendegradasi citra Pres, mikir dong,” imbuhnya.
Menurut Kaban, belum lama ini Jokowi ke Gontor untuk membangun silaturrahim. Karena itu, seharunya loyalis Jokowi juga berpikir untuk mempolisikan pimpinan Gontor.
“Jika ketidak benaran yg jadi kebenaran oleh pengemban kekuasaan konsekuensinya rakyat hilang kepercayaan akhirnya mundur atau makzul,” katanya.
“Yai Sahal sampeyan POLISI kan HRS ditersangkakan mreka semua punya ummat pendukung seberapa kuat sih mau konflik dgn ummat islam..emang kuat,” lanjutnya.
Menurut Kaban, ancaman tuduh tangkap dan tahan bagi pembela Kiyai Sahal ataupun HRS (Habib Rizieq Shihab) tidak berpengaruh. Sebab, mereka cari ridho Allah.
“Sampeyan ingin POLISI kan yai Sahal..jangan siram api dengan minyak..jika ingin suasana kondusif siram bara api dgn air kebenaran,” tandas Kaban.
Sebelumnya, Koordinator Loyalis Jokowi, Sukardiman Sungkono mengancam akan melaporkan pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal ke polisi.
“Saya sudah lihat ceramah Kiai Hasan Abdullah Sahal tentang syahadatnya batal melihat umat saat ini, ini sangat provokatif,” ujarnya, Jumat (2/6).
Sukardiman mengatakan, sebagai tokoh agama dan mempunyai santri, harusnya KH Hasan Abdullah tidak melakukan upaya provokatif dalam menyampaikan ceramah.
Sukardiman mengatakan, dengan bukti rekaman ceramah di Youtube, ia akan melaporkan Kiyai Sahal ke polisi.
Seperti diketahui, KH Hasan Abdullah Sahal menyampaikan ceramah dengan penuh semangat dalam acara reuni Gontor Abu Sittin di Hotel Aster Batu, malang 3-4 Mei 2017.
“Kalau seperti sekarang ini hati kita tidak terpetik, umat Islam tidak tersentak dalam arti marah perlu sunat lagi. Perlu baca syahadat lagi, mandi masuk Islam,” tegas KH Hasan.
KH Hasan juga menyoroti prilaku para pembela penista Alquran di Indonesia. Selain itu, KH Hasan juga menegaskan pondok pesantren moderen Gontor merupakan lembaga pendidikan dan tidak berpolitik.
“Gontor tidak berpolitik, mendidik orang-orang berpolitik dengan baik berdagang dengan baik, bekerja dengan baik, menjadi birokrat dengan baik, menjadi rakyat baik, advokat atau pengacara baik itu kerjaan Gontor,” pungkas KH Hasan.
Berikut inni ceramah KH Hasan Abdullah Sahal yang dipersoalkan loyalis Jokowi:
[opinibangsa.id / psi]
Sumber : Source link
0 notes
mojokco · 9 years
Text
Pelajaran Nahwu-Sharaf untuk Kak Hafidz Ary yang Cerdas
Gara-gara twit Akhmad Sahal, saya jadi kepo siapa sesebenarnya Hafidz Ary. Maklum, belum pernah sebelumnya saya mendengar nama itu di jagat intelektual Islam Indonesia.
Oh, ternyata Hafidz Ary itu aktivis Indonesia Tanpa JIL (ITJ). Oh, ahli twitwar yang demen nyerang-nyerang kelompok lain. Oh, orang yang di tahun 2013 pernah bilang, “….orang kafir lebih baik bunuh diri saja, toh percuma hidup lama karena ujungnya neraka juga.” Oh, orang yang kini nyinyirin gerakan #AyoMondok yang dilaunching PBNU pada tanggal 1 Juni 2015 kemarin.
Selebihnya, saya tak tahu beliyonya berafiliasi ke kepentingan apa, faksi apa, juga sanad ilmunya dari mana. Itu bukan urusan saya. Keenakan beliyonya kalau saya urusin. Nyebutin akun twiternya di sini saja pastilah saya berhak atas jubelan pahala, karena niscaya dengan segera ia akan dikepoin orang-orang se-Indonesia Raya. Kesan saya sih, beliyonya ini memang suka cari perhatian.
Tetapi, sekali lagi, ini gara-gara Gus Sahal saja. Beliau yang tulisannya dalam buku Kontroversi Khilafah bersanding dengan banyak cendekiawan muslim terkemuka, seperti Komaruddin Hidayat, jelas bukan orang sembarangan. Mateng totok di pesantren, trah kiai, plus kini menimba ilmu doktoral di Amerika.
 Ada apa ini kok Gus Sahal sampai terpanggil ngajak Ary debat terbuka tentang Islam? Setelah kepo, saya pun dapat jawaban logisnya: Ary nyinyirin gerakan #AyoMondok begini:
“Gerombolan sepilis ga pantas ikut2an pake hestek #AyoMondok, mrk pantasnya pake hestek #AyoMabok #AyoMojok atau #AyoBeasiswaGakPerluPinter.”
“….Masalahnya mereka cuma pernah pesantren, belajar ilmu alat. Nah bagian ini yang dijadikan andalannya. Ini mah kosong.”
Woalah, ya pantes beliyonya ini bikin banyak orang gemes. Masih mending kalau yang nggemesin itu dedek-dedek GMZ. Ini Hafidz Ary, masak iya pantas disebut dedek Hafidz Ary GMZ. Nggak cucok, bo. Beberapa orang malah nyebut dia Stupidz Ary.
Tapi begini, Kak Ary yang pintar…
Seorang tukang tenun terbaik di Lombok yang pernah saya jumpai bulan Mei 2015 lalu, nenek berumur 65 tahun, selalu membutuhkan alat-alat untuk menenun. Alat-alat tenun di tangannya bergerak gemulai menghasilkan helai-helai kain kaya estetika bernilai jutaan rupiah. Ingat, alat-alat di tangan ahlinya yang jelas bertopang keilmuan, tradisi, pengalaman, dan penjiwaan selalu menjad kunci karya hebat.
Seorang tukang ukir terbaik dari kota Jepara sukses mengubah batang jati menjadi gebyok sedemikian mempesonanya berharga puluhan juta rupiah ya berkat alat-alat. Di tangannya, ditopang keilmuan, tradisi, pengalaman, dan penjiwaan, alat-alat bekerja sedemikian indahnya.
Sampai di sini, catat, tak ada seorang pun yang bisa menghasikan sesuatu tanpa alat. Ia harus kenal alat-alat, ahli mengoperasikannya, dan kreatif menelisik inversi-inversinya. Semua itu butuh ilmu, kemampuan, pengalaman, tradisi, dan penjiwaan.
Di pondok pesantren, sepengalaman saya nyantri di Denanyar, Jombang, nggak hanya diajari ilmu alat (Nahwu, Sharaf, Mantiq, Balaghah hingga Ushul Fiqh), melainkan juga etika, kedisiplinan, ketrampilan, hingga barakah. Nalar Kak Ary mungkin akan bengep-ndak-nyandak menyaksikan seorang santri kerjaannya bukan ngaji kayak yang lain-lain tetapi memasak, menimba air, mencuci piring, membersihkan WC, tetapi ketika pulang puluhan tahun berikutnya ia menjelma tokoh panutan masyarakat.
Kenalkan, Al-Duali. Bukan Al-Kuali lho, Kak Ary. Beliau tercatat dalam sejarah ilmu Nahwu kala berinisiatif mengharakati Alqur’an, surat al-Taubah ayat 3. Ia mendengar seseorang membaca ayat tersebut begini: “Innallaha barii’un minal musyrikiina wa rasulihi.” Artinya: “Sesungguhnya Allah membiarkan orang-orang musyrik dan rasulNya.”
Al-Duali kaget. Ini kesalahan baca yang fatal sekali, akibat buta Nahwu, sehingga maknanya berubah sedemikian telaknya. Harusnya ayat tersebut dibaca: “Innallaha barii’un minal musyrikiina wa rasuluhu.” Artinya: “Sesungguhnya Allah dan RasulNya membiarkan orang musyrik.”  (Dengan dhammah, bukan kasrah, pada huruf lam di kata rasulahu).
Pada pembacaan pertama, kata rasulihi diposisikan sebagai lanjutan dari huruf wa yang mengekor pada kata musyrikiin yang dibaca kasrah karena ada huruf jar (min). Padahal, yang benar secara Nahwu, harus dibaca rasuluhu, sebab lanjutan dari huruf wa itu merujuk pada kata barii’un (bukan musyrikiin) yang harus dibaca dhammah karena berposisi sebagai khabar dari inna. Hukum inna, mubtada-nya (ism-nya) harus dibaca fathah dan khabar-nya dibaca dhammah. Berbanding terbalik dengan hukum kana. (Pusing, ya? Bagi yang belum pernah mondok, pasti memusingkan sekali. Tapi di pesantren-pesantren, santri tahun pertama pun bisa dengan mudah memahami ini.)
Bagi Kak Ary yang ahli elektro boleh jadi itu hal sepele. Tapi bagi yang tahu ilmu Nahwu—yang dianggap Kak Ary “kosong”, itu sangat prinsipil. Sebab sangat mempengaruhi maknanya kemudian.
Sekarang contoh ilmu Sharaf ya, Kak Ary.
Ibnu Abbas r.a., sahabat Rasul, yang dikenal luas sebagai penerjemah Al-Quran pernah kebingungan memaknai kalimat “fathirus samawati” dalam Al-Quran karena tidak mengenalnya sama sekali. Ia baru tahu makna kalimat itu setelah berjumpa dua orang Arab dari kabilah non-Quraisy dan berkata salah satunya pada Umar bin Khattab tentang sebuah sumur: ��Ya Amiral Mu’minin, ana fathartuha.” (Wahai Amirul Mukminin, saya yang membuat sumur itu).
Ibnu Abbas baru ngeh saat itu kalau makna “fathirus samawati” adalah “pencipta langit”. Tentu saja, Ibnu Abbas tetap takkan paham makna fa’il “fathir” bila ia buta ilmu Sharaf, sebab orang Arab itu berkata dalam fi’il madhi (fathartu), bukan fa’il (fathir).
Lain lagi kisahnya bila sampel pentingnya ilmu alat diluaskan ke ranah fiqh, yakni Ushul Fiqh. Saya sebut satu contoh saja: ‘urf.
Abdul Wahab Khallaf bilang,‘urf adalah tradisi yang diakomodasi oleh fiqh sebagai salah satu metode penggalian hukum Islam (istinbath al-hukmy). Orang yang buta alat ini akan mati-matian menolak gaya dakwah Sunan Kalijaga—sebagai contoh. Lha di Arab nggak ada gamelan begitu. Itu bid’ah, setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan di neraka. Hoyooh, raimu wae bid’ah lho, Kak Ary, sebab di masa Nabi kan nggak ada muka sepertimu. Berarti Ente sudah sesat sejak lahir, sejak dalam pikiran bahkan.
Akhirnya, saya dan jutaan umat muslim Indonesia yang alumnus pesantren berharap banget Kak Ary menerima undangan Gus Sahal untuk debat terbuka itu. Ndak usah khawatir, tho. Gus Sahal sudah mengizinkan Ente pakai buku-buku terjemahan kok, sebab Ente nggak bisa baca kitab Arab. Ente kan ngentengin ilmu-ilmu alat macam Nahwu dan Sharaf, sehingga Ente bakal puyeng misahin mubtada dari khabar-nya.
Oh iya, satu lagi, Kak Ary, dalam tradisi keilmuan kiai dan santri, debat bukan untuk ber-thagut kok, tapi tabayyun al-‘ilmi. Thagut-thagutan itu, dalam bahasa orang kafir—yang kata Ente hidupnya sia-sia dan sebaiknya bunuh diri: logical fallacy. Alias, otakmu korslet.
0 notes
bayuvedha · 7 years
Photo
Tumblr media
Bandingkan Aset Djarum, Sampoerna dengan Gontor dan Muhammadiyah ? MEPNews.id ‘– Anda kagum dengan aset Djarum, Sampoerna, dll? Izinkan saya menyampaikan sesuatu. 64 tahun yang lalu, setelah Buya Hamka bekerjasama dengan Yayasan Al-Azhar Indonesia, kini telah memiliki 150 cabang masjid di Indonesia, belum lagi aset sekolah-sekolahnya: sekarang hampir di tiap provinsi ada Sekolah Al-Azhar. Siapa orang kaya di Indonesia, yang asetnya sebanyak dan semanfaat Al-Azhar? 90 tahun yang lalu setelah sang kiai menyerahkan seluruh tanahnya, dirinya, bahkan anaknya yang masih dalam kandungan, diwakafkan untuk agamanya, 90 tahun kemudian GONTOR punya 20 cabang dan 400 pondok alumni tersebar di seantero nusantara bahkan ada yang di luar negeri. Saya tidak tahu berapa ratus triliun asetnya. Bermula dari tiga orang bersaudara. Sebutkan kepada saya, orang Indonesia dari penjajahan hingga sekarang, yang asetnya sebanyak beliau? Baik secara nilai aset maupun secara manfaat. Muhammadiyah? Jangan ditanya. 104 tahun yang lalu. KH, Ahmad Dahlan pernah keluar rumah, mengumumkan kepada semua orang, siapa saja yang mau membeli seluruh perabotan yang ada di dalam rumahnya, karena beliau kekurangan dana untuk menggaji guru-guru sekolah Muhammadiyah. Kini, 104 tahun kemudian Muhammadiyah telah memiliki 10.000 lebih sekolah mulai dari PAUD hingga SMU, 170 lebih universitas, 104 rumah sakit, yang pemerintah Indonesia baru punya 48 rumah sakit vertikal, 300 klinik, 10 Fakultas Kedokteran, 700 dokter dikeluarkan setiap tahunnya. Dan hampir 1000 Triliun nilai aset Muhammadiyah yang baru bisa terhitung dalam bentuk barang dan masih banyak lagi yang tidak terhitung. Maaf, saya belum update data terbaru amal usaha yang dimiliki ormas ini NU? Ia sangat mengakar dan berbasis pada pesantren. Jangan tanya jumlah, karena yang pasti sudah tidak bisa dihitung lagi, meskipun data di Kemenag ada sekitar 27 ribu pesantren. Tapi, saya yakin lebih dari jumlah itu. Hampir semuanya tumbuh kembang dari wakaf-wakaf umat, mulai dari wakaf tanah 1 m, hingga ratusan hektar. NU pun sejak satu dasawarsa terakhir ini giat membangun sekolah-sekolah modern, rumah sakit dan perguruan tinggi. Saya yakin dalam 20 tahun mendatang akan tumbuh ratusan perguruan tinggi dan rumah sakit NU di tanah air. Belum lagi jika kita bicara masjid-masjid yang dikelola ormas Islam yang didirikan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari ini, berapa nilai asetnya? Yang pasti akan fantastis. Ada satu contoh lagi yang perlu kusebutkan di sini: Pesantren Darunnajah Jakarta, salah satu pondok alumni Gontor yang moncer. Baru-baru ini, dalam rangka miladnya yang ke-54 ia kembali mewakafkan tanah seluas 602 ha atau senilai Rp. 1,6 Triliun. Sebutkan padaku, siapa yang berani melepas asetnya sebesar 1,6 T dan diwakafkan pada umat? Gila? Tidak! Aku bahkan menyebutkan sangat waras! Saat banyak orang kaya menghamburkan triliunan rupiah untuk judi dan politik, sebuah pesantren berusia 54 tahun kembali mewakafkan angka yang fantastis. Tahun 2015, aset tanah wakaf Darunnajah mencapai 677,5 hektar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia seperti di Riau, Kalimantan, Bandung, Jakarta, Bogor, Banten, Lampung, Bengkulu, dan lain-lain. Seperti induknya, Gontor yang tanah wakafnya telah mencapai ribuan hektar, dan juga mengelola unit usaha yang beragam. Woouw, pesantren seperti perusahaan ya. Asetnya fantastis. Bedanya, pesantren berasal dari wakaf, perusahaan dari modal. Kalau begitu, berarti umat Islam ini umat yang besar dan kaya dong? Betul sekali! Yang luar biasa dengan aset yang fantastis itu, kiai pendiri, pengasuh dan keluarganya tidak memiliki satu sen pun, karena telah diwakafkan. Ada garis tegas pemisahan harta pribadi dengan harta pondok. Maka, jangan under-estimate, bahwa pesantren tidak bisa apa-apa. Itu penilaian orang yang tidak paham, atau memang tidak mau paham. Tazakka, 6 tahun yang lalu hanyalah hamparan tanah kosong yang tak berpenghuni. Dulu, ia adalah sebuah kebun cengkeh milik kakekku, hanya 1,6 ha luasnya yang setelah wafatnya pada 1988 nyaris tak terurus dengan baik. Tahun 2009, aku tekadkan untuk mengubahnya menjadi “kebun manusia”; bukan lagi cengkeh yang akan dipetik, tapi manusia-manusia masa depan yang akan dipanen, 10, 20, atau 30 tahun yang akan datang, bahkan, ya Rabb, mungkin satu abad, atau 10 abad seperti Universitas Al-Azhar di Kairo itu, tempatku dan adik-adikku nyantri. Kini, wakaf Tazakka terus berkembang: tanah telah menjadi hampir 10 ha, masjid, gedung-gedung asrama santri, ruang-ruang kelas, aula pertemuan, dapur umum santri, kamar mandi, lapangan olah raga, perpustakaan, dan lain sebagainya. Ya Rabb, bisakah seperti Al-Azhar di Kairo, atau Gontor di Ponorogo? Ya Rabb. Entah, apakah aku masih hidup menyaksikannya ataukah aku telah tenang di alam kubur. Ya Rabb. Buya Hamka seandainya masih hidup, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari dan juga Kiai Ahmad Sahal, Kiai Fannanie dan Kiai Imam Zarkasyi, mungkin tidak pusing dengan tax amnesty, karena mereka punya rekening gendut di akhirat dan di dunia, biasa-biasa saja. Sementara yang punya rekening gendut di dunia, pusing di akhiratnya, pusing pula di dunianya. Seperti yang saya ketahui ada sebuah Hadis Nabi yang intinya: “Ada malaikat Allah yang siap mendoakan orang-orang yang ikhlas di jalan Allah yang tak terhitung jumlahnya.” Itulah jalan kemuliaan para ulama kita terdahulu. Mereka tidak saja mewariskan nilai-nilai kehidupan, tetapi juga mewariskan peradaban. Lalu, pertanyaannya, apa yang sedang dan akan wariskan kepada generasi yang akan datang? Maka, para ulama kita itu abadi hingga kini. Setidaknya, nama, foto dan silsilahnya masih segar di ingatan seluruh umat dan bangsa ini. Dengan begitu, mereka selalu didoakan. Duh, nikmatnya mereka, tiap saat kuburnya basah dan _jembar_ (lapang) karena kiriman doa-doa umatnya yang terus-menerus tiada henti. Bisakah kita kelak seperti mereka? Ya Rabb! Itulah jalan wakaf, membentang ke depan tak berujung. Wakaf itu seperti –meminjam istilah Taufik Ismail– “Sajadah Panjang”, tempat kita menghamparkan diri berinvestasi untuk akhirat yang abadi. Harta yang kita wakafkan tidak hilang, tapi tersimpan dalam rekening akhirat. Ibarat sebuah transaksi di bank, para malaikat itulah yang bertugas sebagai teller-tellernya. (Ust. Ihsan Zainuddin Lc MS.i).
107 notes · View notes