#kesimpulan
Explore tagged Tumblr posts
guratpena · 2 years ago
Text
menghakimi
sebagian manusia mudah memberikan penilaian. mengukur sesuatu dalam sudut pandangnya lalu merasa yakin akan kesimpulannya. kemudian sibuk klasifikasi.
mungkin tidak ada yang salah dengan manusia yang punya ukuran. sebagian manusia hidup dengan mencocokkan dimensi dan frekuensi.
tapi mungkin sebagian manusia menilai dengan tidak adil. mungkin karena terlalu yakin akan kebenaran diri, kemudian sibuk menghakimi. menjatuhkan vonis meski sebenarnya hidup terlalu sulit untuk diambil titik tengahnya.
10 notes · View notes
arhtant · 2 years ago
Text
Imaginasi imaginasi berkeliaran, terkumpulkan warna dari berbagai arah. Ada yang sudah dengan corak yang terdeskripsi dan ada yang masih dibebaskan untuk penerimanya kembangkan sendiri.
Ada arahan yang tersampaikan dari capaian penelitian, ada yang tekumpulkan dan diturunkan dari kumpulan pengalaman, ada pula yang lewat pencerahan dengan berbagai bentuk atau nama nya.
Ingin memikirkan kondisi dimana kepala ini saat memang belum komplit menerima pengindraan. salah satu dari lima ataukah pecahan diantanya.
Mampukah kita temukan warna itu? mampukan temukan nada itu? temukan kesan lembut, panas dan rasa rasa eksterior itu?
lantas bagaimana rasa bagian yang dalam itu bisa ditularkan? kalau belum bisa menerima pengantar sebelumnya?
kebenaran masih mulur dan mengkerut bersamakan kebaikan, kelayakan, kepantasan masih dalam ranah tanya.
apakah orang yang tunarungu sedari dalam rahim akan ada ketercapain, peningkatan pemahaman warna akan suara?
apakah orang yang dia tiada tampak sedari dalam rahim tentang arti warna, kan ada kumpulan titik warna yang begitu indah jadikan yang bisa bawanya menari?
dst
kecuali rasa, alam rasa batin yang sampai saat ini belum kutemukan kejelasan struktur pembentunya itu; ada yang menyatakan dapat nkau tularkan.
kesamaan rasa, yang tapi atas sebab rasa beda yang terkontruksi sedari awal kehidupan kita kian jadikan jarak antara manusia.
jembatan nya apa?
ketercapaian macam apa; yang kan jadi gaun dengan merek manusia itu, bisa membuat pribadi pribadi itu saling mengenal dengan perbedaan masing masing diantara mereka tapi masih sadar dan berucap "kami sama" kami manusia.
iming iming kerukunan, dalam satu poros pemikiran-pun masih sering timbul cekcok, bahkan baku hantam hingga tikam.
melihati diri sendiri, mengenal, menyelam disamudra rasa, mengamati pergerakan arus yang ada didalamnya.
tak mengomentarinya, hingga pemikiran itu hilang dengan sendirinya (sepertinya begitu kata para meditator)
Tumblr media
apakah rasa dalam diri hanyalah sensasi dari pemikiran yang ada tadi itu?
kemelut tanya dari beberapa jengkal pikir yang barusaja aku buat.
hingga terlintas
yaa aiyyuhannafsul mutmainnah, irjiu ila robby kirdiatam mardhiyya fadkuli fi ibadi fadkhuli jannati
Bunyi kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diridhai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Kalimat tersebut merupakan ayat dari Al-Quran (Surah Al-Fajr, 89:27-30) yang merupakan ajakan bagi jiwa untuk kembali kepada Sang Pencipta dengan rasa puas dan bahagia serta berusaha menjadi hamba-hamba yang saleh di sisi Allah untuk mendapat anugerah surga-Nya. Ayat ini mengingatkan untuk fokus pada tujuan akhir yaitu mendapatkan keridhaan Allah dan mendapat pahala surga yang kekal. (chat-GPT)
mari bikin batas bahwa surga yang dimaksud adalah ketentraman batin
apakah kan ketentraman batin dpat dengan seketikanya lahir dalam kontruksi masyarakat? sebelum ketentraman itu sudah ada terupayakan lebihdulu dari masing masing pembentuk interaksi sosial???
Kata "saleh" dalam bahasa Arab mencakup makna baik dan benar secara bersamaan, khususnya dalam konteks agama Islam. Seorang yang saleh dianggap baik karena ia hidup dengan mengikuti ajaran agama dan berusaha melakukan kebajikan kepada sesama manusia. Selain itu, ia juga dianggap benar karena ia hidup sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan oleh agama dan menerapkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, kata "saleh" dapat diartikan sebagai seseorang yang baik dan benar dalam arti yang sebenarnya.
Kata "benar" dalam bahasa Arab adalah "صَحِيْح" atau "صَدِيْق" (sahih atau sadik).
Kata "baik" dalam bahasa Arab dapat dinyatakan dengan beberapa kata, di antaranya adalah:
1. "حَسَن" (hasan)
2. "طَيِّب" (thayyib)
3. "صَالِح" (shaleh)
4. "جَيِّد" (jayyid)
dalam kondisinyang saya temukan, dan bantuan chat-gpt
Kata "baik" dan "benar" memiliki makna yang berbeda.
Kata "baik" mengacu pada sesuatu yang mempunyai kualitas positif, mulia, dan sesuai dengan standar moral atau etika. Contohnya, "Dia adalah seorang anak yang baik dan rajin belajar."
Sedangkan, kata "benar" mengacu pada suatu pernyataan atau tindakan yang sesuai dengan fakta, kenyataan, atau kebenaran yang objektif. Contohnya, "Pernyataan itu benar karena didukung oleh fakta dan bukti yang valid."
Kata "bebar" bukanlah kata yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia. Namun, jika maksud Anda adalah "salah", maka kata tersebut memiliki makna kebalikan dari "benar", yaitu suatu pernyataan atau tindakan yang tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan, atau yang tidak sesuai dengan kebenaran yang objektif. Contohnya, "Dia salah mengira hari ini hari libur, padahal sebenarnya hari kerja."
dan kesimpulannya apa bang?
"semuanya tidak akan jadi apa-apa jika tidak ada apa?, ayo tafakur bareng"
dan aku luma ucapan temen kemarin sebelum quote yang gak gitu juga sih quotenya kemarin tu 🤣🤣
dan malah teringan cletukan yang intinya macam ini;
kalo ditanya nikah kapan sama orang, coba tanya balik "matimu kapan"
dan tadi sambil bercanda sama temen lain
bro minta list nama "cirkel kita" cewek dong yang belum nikah dan sekiranya cocok nggo aku 🤣🤣🤣🤣🤣
2 notes · View notes
mir-magazine · 1 year ago
Text
Mengkonstruksi Penelitian: Membuat Ciri Khas Penelitian Semiotika
Tumblr media
MIRMAGZ.com - Semiotika adalah studi tentang tanda atau simbol, dan bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan dalam komunikasi. Secara umum, semiotika membahas tentang cara kita membuat makna dari tanda-tanda dalam bahasa, gambar, musik, film, dan banyak lagi. Semiotika membahas tentang tiga hal penting dalam proses ini: - Tanda: Semiotika mempelajari tanda-tanda dan simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi, seperti kata-kata dalam bahasa, gambar, dan gestur. - Makna: Semiotika membahas tentang bagaimana makna dibuat dari tanda-tanda tersebut. Misalnya, bagaimana kata "rumah" dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda, atau bagaimana warna dapat memberikan makna yang berbeda dalam sebuah gambar. - Konteks: Semiotika juga mempelajari konteks di mana tanda-tanda tersebut digunakan. Konteks ini dapat mempengaruhi makna yang dibuat dari tanda-tanda tersebut.
Tumblr media
Dalam keseluruhan, semiotika membahas tentang bagaimana kita membuat makna dari tanda-tanda yang ada di sekitar kita dan bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan dalam komunikasi untuk membentuk pemahaman dan arti. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu kalian memulai penelitian semiotika: - Pilih topik penelitian: Pilih topik yang menarik dan relevan dengan minat dan keahlian kalian. Pastikan topik tersebut memiliki elemen semiotika yang jelas, seperti kata-kata, gambar, atau tanda-tanda lainnya. - Tentukan tujuan penelitian: Tentukan tujuan penelitian kalian dan pertanyaan penelitian yang ingin kalian jawab. Hal ini akan membantu kalian dalam menyusun kerangka teoritis yang tepat untuk penelitian semiotika kalian. - Kumpulkan data: Kumpulkan data yang relevan dengan topik penelitian kalian. Data dapat berupa teks, gambar, atau tanda-tanda lainnya yang akan kalian analisis dalam penelitian semiotika kalian; misalkan apabila itu poster, maka dengan mudah dapat menganalisis segala elemen tanda yang ada pada konstruksi poster tersebut. Apabila itu video, kalian bisa menggunakan screenshot untuk menangkap tanda apa yang ingin kalian bahas. Saran saya, fokuslah pada tanda yang menjadi penarik perhatian kalian, yang penting untuk dihidangkan dalam sebuah tulisan. - Analisis data: Analisis data dengan menggunakan pendekatan semiotika yang sesuai, seperti analisis sintaktis, analisis semantik, dan analisis pragmatik. kalian juga dapat menggunakan kerangka teoritis dari ahli semiotika terkenal seperti Roland Barthes atau Ferdinand de Saussure. - Interpretasikan hasil analisis: Setelah melakukan analisis data, interpretasikan hasil analisis tersebut dan buat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian kalian. - Sajikan hasil penelitian: Sajikan hasil penelitian kalian dalam format yang sesuai, seperti laporan penelitian atau makalah ilmiah. Pastikan untuk menjelaskan dengan jelas metodologi yang kalian gunakan, hasil analisis, dan kesimpulan yang kalian buat. - Lakukan revisi: Lakukan revisi dan penyuntingan terhadap hasil penelitian kalian untuk memastikan kualitasnya sebelum diserahkan atau dipublikasikan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kalian dapat memulai penelitian semiotika dengan lebih terstruktur dan efektif. Terlebih apabila telah ada minimal 20 literature untuk membedakan penelitian kalian dengan penelitian yang telah ada. Apalagi sudah menentukan jurnal mana (tentu telah memiliki format penulisannya) yang akan dituju, itu akan lebih mempermudah karena cara penulisan telah ditentukan. Terakhir, selamat belajar. Read the full article
0 notes
emenisme · 2 years ago
Text
PENDAYAGUNAAN PERPUSTAKAAN SD NEGERI 2 DUKUHWALUH
Pendahuluan Adanya perubahan teknologi yang begitu pesat mempengaruhi aspek kehidupan dalam pembelajaran, pembelajaran tidak lepas dengan namanya perubahan teknologi harus selalu berjalan beriringan menyebabkan perubahan sistem dalam suatu instansi juga mengalami perubahan. Dalam sebuah instansi pembelajaran tempat informasi dan komunikasi bidang ilmu juga berpengaruh kepada sistem…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
quraners · 2 months ago
Text
Prestasi Perempuan
Menjadi seorang perempuan yang tidak terikut arus dan menjadikan tiktok/sosmed sebagai standar pemikiran dan pandangan adalah sebuah prestasi yang menurutku besar. Keep it up :)
I’m not generalizing about that. Tapi rasanya tak sulit menemukan postingan yang viral di sana tentang berbagai bias pemikiran dari perempuan, oleh perempuan, untuk perempuan. And you know what’s the effect dear?
Pemikiran yang bias bisa bikin kita salah dalam memandang sesuatu. Kesalahan cara pandang bisa jadi sebab salah mengambil sikap dan kesimpulan. Salah mengambil kesimpulan berakibat pada salah dalam mengambil keputusan dan tindakan. So keep it in mind. Tidak semua orang bisa diambil pandangannya meskipun viral, meski terlihat benar hanya karena banyak yang ngelike dan mewakili sisi perasaan. Jangan lupakan bahwa kamu masih punya kecerdasan untuk menimbang kebenaran dari sebuah pernyataan. 'Dear My Future' | Quraners
187 notes · View notes
prawitamutia · 5 months ago
Text
memutuskan
hari ini, saya, kakak ipar, serta adik saya (yang belum menikah) mengobrol tentang keputusan untuk tidak menikah. masing-masing dari kami punya setidaknya satu teman yang memutuskan untuk tidak menikah. kesimpulan kami, memutuskan untuk tidak menikah adalah keputusan yang sama beraninya dengan memutuskan untuk menikah. sama beraninya dengan keputusan untuk mengakhiri pernikahan. atau juga membatalkan pernikahan. bahkan, juga keputusan bertahan.
setiap orang pasti punya alasan, prinsip, dan kepercayaan tentang menikah dan pernikahan. itu semua mendorong munculnya sikap tertentu, keputusan tertentu. namun yang jelas, seseorang boleh disebut berani saat mengambil sebuah keputusan jika dan hanya jika keputusan itu diambil memang karena sebuah keberanian--bukan karena ketakutan.
misalnya... ada orang yang memutuskan untuk menikah karena ingin lari dari kehidupannya. itu keputusan seorang pengecut.
misalnya... ada orang yang memutuskan untuk tidak menikah karena tidak mau hatinya terluka sedikit saja--yang mana pasti ada dalam setiap pernikahan. itu juga bukan keputusan yang berani.
tapi, jangan salah juga. langkah yang berani tidak sama dengan langkah yang nekat. langkah yang berani adalah langkah yang disertai pertimbangan, persiapan, dan penerimaan konsekuensi. langkah yang berani adalah langkah yang tetap memenuhi kriteria aman, baik, dan benar.
dan jangan salah juga. langkah yang berani bukan berarti langkah yang tanpa kekhawatiran. langkah yang berani justru adalah langkah yang sudah khatam mengenal semua kekhawatiran sehingga bisa mengantisipasinya. langkah yang berani justru adalah langkah yang selalu tahu bahwa selalu ada pilihan berikutnya meskipun saat ini kita belum tahu pilihannya apa.
semoga setiap keputusan kita adalah keputusan yang berani.
156 notes · View notes
tentangtenang · 5 months ago
Text
Kita Tidak Akan Pernah Memahami Tentang Menerima Sampai Kita Menjalaninya
Sudah lebih dari dua pekan tulisan ini diendapkan di dalam pikiran. Awalnya ragu untuk dituliskan karena khawatir ada salah pikir di dalamnya. Tetapi, saya rasa saya memang butuh menulis untuk menguraikannya, berharap tulisan ini menjadi diskusi dengan para pembaca dan juga menjadi teman berproses bagi siapa saja yang saat ini sedang berlelah-lelah dalam berproses menerima. Baca sampai selesai supaya tidak salah paham, ya. Bismillah ...
Tumblr media
Ada banyak hal di dalam hidup yang tidak akan pernah kita pahami sebelum kita benar-benar menghadapi dan menjalaninya. Salah satunya adalah acceptance atau penerimaan. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa itu menerima? Bagaimana caranya untuk menerima?" rupanya hanya akan bisa seutuhnya terjawab ketika kita sudah pernah memproseskan diri untuk melakukan penerimaan.
Iya, penerimaan pada akhirnya bukanlah tentang suatu konsep atau teori yang bisa kita hafalkan untuk memahaminya, sebab kita harus menjalaninya.
Itulah yang belakangan ini menjadi sebuah kesimpulan diri bagi saya selepas menjumpai hari-hari yang berat. Seperti yang sudah bisa ditebak, saat hari-hari berat itu sedang hadir, penerimaan nyatanya juga hadir sebagai PR besar, and I wasn't have any clue to solve those kind of things. Dalam kondisi seperti itu, nasehat-nasehat baik seperti "Kamu seharusnya bersyukur. Kamu itu tidak menerima ketetapan Allah." terasa seperti belati yang menyakitkan. Alih-alih menyemangati dan membuat saya menemukan insight baik, saya justru semakin ingin melawan! Saya pikir, mengapa orang lain begitu sulit berempati dan membaca situasi sehingga kalimat-kalimat seperti ini harus dikatakan di saat-saat yang tidak tepat?
Di saat yang sama, isi kepala saya yang hening seketika berubah menjadi sangat riuh. Peperangan terjadi antara sisi diri saya yang mengatakan, "Sudahlah, didengarkan saja. Itu kan benar." dengan sisi diri saya yang lain yang mengatakan, "Nggak, itu salah! The things is not about acceptance and gratitude. Saya ini sedang sedih, bukan sedang tidak bersyukur. Saya juga sedang marah dan kecewa, bukan sedang tidak percaya kepada Allah sehingga enggan menerima ketetapan-Nya." Tetapi, saya terus mengevaluasi cara berpikir saya ini hingga akhirnya saya menemukan sebuah insight bahwa,
Tidak pernah ada yang salah dengan konsep bersyukur dan menerima ketetapan Allah. Saya pun mengimani bahwa dua hal itu memanglah menjadi kebutuhan jiwa kita sekaligus juga merupakan sikap terbaik seorang hamba kepada Rabb-Nya. Hanya saja ...
Saat ujiannya sedang hadir sebegitu hebatnya, saat tangis sedang deras-derasnya, juga saat rasa sakit sedang terasa sakit-sakitnya, rupanya yang saya butuhkan adalah berproses untuk menerima sepenuh utuh apa yang menjadi ketetapan-Nya. Di dalam menjalani proses itu, yang saya butuhkan adalah rangkulan, bukan nasehat-nasehat idealis yang bisa menutup jalur komunikasi hingga saya jadi tidak ingin bercerita lagi.
Saat itu, sambil menata apa yang ada di hati dan pikiran, saya teringat pada sebuah materi yang yang pernah saya buat untuk sebuah kelas. Salah satu kata kunci dari materi itu adalah bahwa penerimaan adalah proses yang aktif. Lewat berbagai ujian kemarin, rupanya Allah ingin memahamkan saya lebih dalam tentang "proses yang aktif" ini. Lalu, apa yang saya dapatkan? Penerimaan itu, setidaknya bagi saya, adalah proses yang seperti apa?
Pertama, dalam proses menerima itu ternyata kita tidak selalu bisa langsung berhasil. Terkadang kita harus bertemu dulu dengan kegagalan. Kita mungkin saja semakin sedih, semakin marah, semakin kecewa, dsb namun semua perasaan yang semakin menjadi-jadi itu biasanya akan menghantarkan kita pada sebuah titik dimana kita akan menyerah, mentok, hingga akhirnya pelan-pelan memilih untuk berserah, "Oke ya Allah, aku ikut apa mau-Mu."
Kedua, dalam proses menerima akan terjadi berbagai dialog di dalam diri, "Kayaknya gini, deh! Eh tapi nggak, yang benar itu ... Tapi gimana kalau ..." dst. Saat itu terjadi, it's okay, nikmati saja prosesnya dengan tetap banyak beristighfar kepada Allah dan meminta-Nya menunjukkann kepada kita cara berpikir yang benar.
Ketiga, proses menerima itu tidak bisa diwakilkan kepada siapapun kecuali diri kita sendiri karena ia adalah urusan personal, subjektif, dan merupakan perjalanan diri yang Allah berikan khusus untuk diri kita. Meski kita dan seseorang yang lain sedang berproses untuk menerima satu ketetapan yang sama, proses di dalam dirinya pasti berbeda. So hang in there, sampai kita menyadari bahwa satu-satunya yang bisa menolong kita hanya Allah saja.
Keempat, dalam proses menerima akan ada banyak warna perasaan yang bermain. Menyadarinya itu baik, merasakan apa yang kita rasakan juga baik, tetapi jangan sampai kita merelakan diri kita untuk dipimpin oleh perasaan-perasaan kita. Sebab, jika itu terjadi, kita sudah kalah.
Kelima dan yang paling utama, ternyata yang paling kita butuhkan dalam berproses untuk menerima ketetapan Allah adalah petunjuk-Nya. Hanya dengan petunjuk Allah kita bisa luluh, lapang, hingga akhirnya menerima.
Well, sampai kapanpun, rupanya proses menerima akan selalu menjadi pembelajaran bagi diri kita. Masalahnya, hal-hal yang harus kita terima di dalam hidup selalu berganti-ganti: beberapa hal mungkin sudah kita selesaikan sehingga tidak lagi menjadi isu di dalam diri (bahkan mungkin sudah menjadi hikmah yang kita kantongi), namun, bukankah beberapa yang lain masih menyisakan rasa berat dan meminta kita untuk berproses dalam menerimanya?
Teruslah berproses. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya di dalam jiwa kita. Wallahu 'alam bishawab.
PS. Jika teman-teman butuh berdiskusi tentang ini, boleh ask question via Inbox di Tumblr ini, ya.
175 notes · View notes
ffahraa · 8 days ago
Text
145
Tulisan ini hadir—setelah merenung lama, sebagai kesimpulan a.k.a nasihat untuk diri sendiri atas kehidupan yang jungkir balik di tahun yang cukup berat ini;
Ternyata, iman kepada Allah tidak sesederhana yang diucapkan ya?
Ternyata tidak semudah itu, untuk memercayakan segala alur cerita kehidupan kepada Allah. Ternyata memang berat, meyakini bahwa Allah benar-benar Maha Kuasa atas Segala Sesuatu.
Dulu, tahunya sebatas Allah Yang Maha Pencipta, atau ya hafal Asmaul Husna tanpa penghayatan. Ternyata lebih dari itu.
Maka, untuk setiap hal-hal baik, yang terlambat disadari. Untuk setiap penjagaan dari-Nya, yang aku tidak pernah mengerti. Untuk setiap pencapaian yang Ia bantu dekatkan. Serta untuk setiap keluh yang terkesan tidak tahu malu, sebab nyatanya masih banyak nikmat yang tidak sempat disyukuri.
Semoga Allah berikan kesempatan agar diri ini tidak berhenti belajar untuk percaya sepenuhnya, juga berprasangka baik terhadap-Nya.
©Fahra, pada penghujung tahun 2024, ditemani suara hujan (seperti yang diharapkan).
92 notes · View notes
kurniawangunadi · 2 months ago
Text
Mikirin Soal Sistem dan Takdir
Ini sebuah pemikiran yang lumayan liar ke mana-mana, tapi setelah dipikir mendalam, memang hubungan satu sama lain kayak nggak bisa dinafikan.
Apakah kalian percaya bahwa kemiskinan dan ketidakberdayaan seseorang (khususnya di negeri ini sebaga contoh terdekat) itu adalah sebuah bentuk yang sistematis? Kalau bahasa kekiniannya kemiskinan struktural, memang kondisi yang secara sistem disengajakan.
Mengutip dari google : Menurut Selo Soemardjan (1980), kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakt itu sehingga mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka. Orang bekerja sekeras mungkin, dia tetap kesulitan untuk bisa keluar dari jurang kemiskinan.
Dan kondisi ini juga diperparah dengan sistem sosial yang menuntut anak harus membiayai seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga membiayai saudara. Dan berbagai macam bentuk ketergantungan finansial akut yang membuat seseorang makin sulit untuk keluar dari lingkaran setan gali lubang tutup lubang.
Ditambah dengan sekolah yang kualitasnya bagus, biayanya tidak terjangkau oleh masyarakat yang rentan ekonomi. Sehingga, output dari pendidikan tidak bisa menjawab masalah dasar yang sebenarnya bisa dientaskan dari pendidikan, yaitu pola pikir.
Lalu, ketika dewasa ini. Kita dihadapkan pada beragam kondisi yang membuat diri kita tersadar bahwa ternyata bisa jadi kita ada dalam kondisi rentan. Sementara akses-akses tertentu, hanya bisa didapatkan oleh teman kita yang lain. Kita sebut itu sebagai privilese, sebagai bahasa kerennya. Tapi sebenarnya, kalau kita kulik lebih dalam, itu adalah bentuk sistem yang memang membuat seseorang tidak bisa mengakses hal tersebut.
Sebagai contoh sederhana, kalau teman-teman ingin membuat sebuah usaha dalam skala kecil tapi legalitas bener. Itu malah ribet banget, terhalang sana sini untuk bisa berkembang. Beda cerita kalau teman-teman memiliki modal kapital yang besar. Cenderung lebih lancar. Seolah-olah, jurang antara usaha kecil kita dengan usaha besar yang udah establish itu gak bisa dijangkau sama sekali. Karena akses untuk ke sana, tidak dibuat lebih mudah. Termasuk untuk inovasi, dsb.
Privilese itu riil banget dan produk dari sebuah sistem. Bayangkan kalau akses-akses pendidikan berkualitas itu bisa diambil oleh siapapun. Buku-buku yang kubeli tiap bulan ratusan ribu itu tersedia di mana-mana untuk bisa dibaca di perpustakaan yang selalu update bukunya. Tontonan yang disajikan di televisi di rumah-rumah orang sebagus channel-channel yang bisa kita akses melalui TV Internet., bahkan bisa kita pilih sendiri salurannya terserah kita dari seluruh dunia. Mata pelajaran soal manajemen finansial bisa diberikan sejak dibangku sekolah, tidak dijual sebagai program-program kelas di usia dewasa. Mata kuliah wirasusaha, bisa diuji coba sejak sekolah dengan akses modal yang lebih mudah.
Kesimpulan dari tulisan ini, ingin menyadarkan kepada teman-teman bahwa kita punya kesempatan untuk memilih takdir yang baik. Kalau kondisi di keluargamu, di lingkunganmu, di pertemananmu, di tempat saat ini kamu berada ternyata semencengkeram itu untukmu bisa maju, mengentaskan diri dari ketidakberdayaan. Kamu bisa memilih dan perlu untuk berani membuat pilihan tersebut. Hijrah kepada takdir yang lebih baik :)
91 notes · View notes
ulvafdillah · 6 months ago
Text
Tidak ada solusi yang paling baik bagi lelaki dan perempuan yang saling jatuh cinta, selain menikah.
Jika belum mampu, maka keduanya harus mengambil jarak, memutus komunikasi, tidak berinteraksi.
Sebab jika masih saling bersinggungan, membalut perasaan atas nama pertemanan, keduanya akan terus tergelincir. Lalu kemudian lupa perihal dosa maksiat yang mereka lakukan.
Lantas siapa yang paling berperan atas hal ini? Ketika virus merah jambu telah merebak di dalam hati?
Adalah lelaki. Lelaki yang paling berperan atas semua hal yang akan terjadi.
Jika komitmen dirinya adalah menjaga pandangan dan memelihara kemaluan, maka tidak akan pernah berat baginya untuk memutuskan semua rantai yang bisa menimbulkan fitnah di masyarakat.
Karena sampai kapan pun, lelaki selalu memiliki kontrol atas perasaan perempuan.
Karena selamanya perempuan akan menjadi makhluk yang senang diberi perhatian dan kejutan.
Untuk itulah laki-laki harus meretas perhatian itu. Membatasi setiap kejutan yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan benih-benih perasaan.
Karena kita tidak akan pernah bisa mematikan asumsi orang-orang terkait apa yang nampak di ruang publik.
Apa yang menjadi konsumsi banyak mata adalah sesuatu yang akan menimbulkan banyak prasangka. Maka salah satu jalan agar terhindar dari fitnah, tidak mendatangkan banyak prasangka adalah dengan berupaya menghindari pusat dari prasangka tersebut.
Tidaklah seseorang dikatakan gemar menghadiri konser musik, jikalau yang nampak dari kesehariannya adalah perihal panggung megah dengan penyanyi bak dewa. Juga dirinya yang ada di sana, seraya memamerkan semua aktivitas yang ia geluti.
Maka begitu pula dengan kedekatan seseorang.
Kamu tidak akan pernah diduga sedang menjalin sebuah hubungan dengan seseorang, sampai kamu berani berjalan dengannya di ruang publik, berdua, bersama. Terlebih jika kamu berdua tidak terikat hubungan pernikahan.
Maka jalan satu-satunya untuk mematikan asumsi orang lain adalah menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahan perspektif.
Kamu mungkin bisa mengelak, menampik semua persangkaan banyak orang. Tapi aktivitasmu, gerak tubuhmu adalah tanda baca. Membiarkan orang lain melihat berarti membiarkan orang lain menarik kesimpulan atas dirimu, gerakmu, aktivitasmu.
Karena sampai kapan pun, orang-orang akan selalu percaya.
Bahwa mustahil menjalin hubungan akrab dengan lawan jenis tanpa melibatkan perasaan.
07.00 p.m || 02 Juli 2024
Source : @ulvafdillah
161 notes · View notes
herricahyadi · 19 days ago
Text
PEREMPUAN SELALU JADI KORBAN
Saya mau cerita sedikit ya ke kalian. Sesuatu yang akhirnya membuka mata saya bahwa dunia memang sekejam itu. Ini masih sambungan dari pertanyaan soal dating app.
Kalau ada yang bertanya apakah saya pakai dating app? Ya, betul. Awalnya cuma iseng karena penasaran ingin tahu. Juga, dulu pernah diledeki sama teman-teman PPI Amerop waktu mereka lagi bahas Tinder, saya tidak tahu apa itu. Dan mereka menjelaskanlah ini-itu, saya masih tetap tidak tahu. Waktu berlalu dan saya tidak peduli dengan aplikasi macam begituan. Hingga sampailah ke Covid kemarin yang mana kita semua tahu bahwa kegabutan adalah konsumsi semua orang. Di situlah mulai iseng install dan ternyata seru juga. Saya pakai Bumble, by the way.
Seru karena ternyata bisa bertemu dengan banyak orang yang unik-unik; bisa mengevaluasi cara kita berkomunikasi; dan bisa dapat cerita drama yang akan saya ceritakan di sini. Sampai ada yang cerita panjang lebar lewat suara, meski kita tidak tahu dan tidak pernah ketemu juga. Ada yang menangis, marah, sampai menceritakan dosa dan kebodohan-kebodohan masa lalu. Ada yang dengan entengnya bilang aktif berhubungan seksual dengan pacar, padahal berjilbab rapi. Ada yang sampai menawarkan dirinya sendiri untuk dipakai. Pernah juga ketemu dengan seorang hafizah yang dibuatkan profil sama temannya. Ah, lucu dan seru. Tapi lain kali saya cerita yang unik-unik itu. Saya cerita sisi gelapnya dulu soal perselingkuhan.
Jadi, begini. Di situ, saya bertemu banyak sekali divorcee. Dari yang masih muda usia 22 tapi sudah pisah dengan satu orang anak, sampai yang usia 28 dengan tiga orang anak masih kecil-kecil. Ada yang bahkan pisah saat masih hamil. Kira-kira, dari 10 orang pisah, 9 karena perselingkuhan dan 1 karena narkoba. 9 yang selingkuh ini macam-macam jenisnya, ada yang main gila, ada yang memang sudah penyakit, ada yang menikah karena buat menutupi kelainan seksual, ada yang menikah dengan orang lain karena tidak direstui orang tuanya tapi mereka masih tetap berhubungan (bahkan sudah seperti suami istri). Dari semuanya yang menjadi korban adalah perempuan. Ada yang bahkan sampai tiga kali sujud-sujud ke istrinya karena ketahuan selingkuh tiga kali pula. Tahu pas kapan? Saat mereka ada di RS menunggu istrinya lahiran. Saat itu, suaminya ikut jaga dan kebetulan HP suaminya ditinggal di meja. Istrinya tidak sengaja melihat ada chat sayang-sayangan. Di situlah terbongkar ternyata suaminya selingkuh dengan mantannya. Bayangkan, kejadian ini berulang sampai tiga kali dan baru saat di anak yang ketiga si perempuan sudah tidak bisa memaafkan. Ada juga yang menikah tapi tidak pernah disentuh sama suaminya. Sampai-sampai si perempuan pakai pakaian yang begitulah, tapi tetap suaminya tidak menyentuh. Hingga setelah lama baru mau, tapi setengah hati. Baru setelah memuncak konfliknya ketahuanlah ternyata dia boti.
Gila. Stress saya mendengarkan kisah-kisah ini. Awalnya saat mendengar cerita seperti ini, saya selalu mencoba untuk berada di tengah, sebab saya hanya mendengar dari satu sisi. Bisa jadi ada kejadian yang tidak diceritakan. Tapi, dari semua pola yang ada: jelas yang paling terdampak adalah perempuannya. Semua sudah punya anak, anak-anaknya ikut dengan ibunya. Kebanyakan laki-lakinya bahkan tidak bertanggung jawab (tidak memberikan nafkah sama sekali untuk anaknya). Bayangkan, perempuan sudah diselingkuhi, merawat anak sendiri, bekerja dan cari nafkah sendiri, lalu masih lagi harus menyandang gelar “divorcee”. Saya sampai speechless mendengar kisah-kisah mereka. Di situ saya percaya bahwa mereka tidak mengada-ada.
Dari situ saya ambil kesimpulan bahwa di segala perceraian perempuan selalu menjadi korban yang paling besar. SELALU. Cerita di atas belum termasuk dari beberapa orang yang saya kenal dan mengalami nasib yang sama. Polanya sama: diselingkuhi, ditinggal pergi, anak-anak tidak diacuhi. Ini benar-benar membuka pikiran saya bahwa ternyata sekejam itu dunia di luar sana. Jujur, saya berasal dari lingkungan Tarbiyah yang mayoritasnya keluarga mereka baik-baik saja, tidak ada keributan, apalagi perselingkuhan. Setidaknya itu yang saya temukan dalam sirkel saya pribadi. Begitu sederhana tapi sempurna. Kalaupun ada yang cacat itu bisa dihitung dengan jari. Semenjak kenal dengan orang-orang baru, dari aplikasi itu, saya bisa sedikit melihat pada dunia yang lebih luas. Dunia yang ternyata: ada lho yang begitu. Astaghfirullah. Kalian pernah tidak sampai rasanya ulu hati sakit karena mendengar atau melihat sesuatu yang di luar ekspektasi? Saya merasa benar-benar masuk ke dalam hutan belantara.
Entahlah, apa hikmah yang bisa kalian ambil dari sedikit pengalaman yang saya bagi di sini. Yang jelas, ini bukan soal aplikasi. Ini soal dunia kelam yang, maaf sekali untuk kalian para perempuan, telah sering menjadi korban. Saya tidak menduga dunia sekejam itu. Berhati-hatilah ketika memilih pasangan. Jangan pernah terbuai dengan kecantikan, ketampanan, harta, atau hal-hal yang tidak membawa kalian ke kedamaian hati. Pilih pasangan yang benar-benar takut pada Tuhan yang bisa dilihat dari gesturnya, bukan sekadar tulisan atau persona yang dibangun di sosial media. Berdoalah untuk diberikan pasangan yang sama-sama mau ke surga. Dan, senantiasa perbaiki diri agar dipertemukan dengan orang yang sekufu dengan kita. Sekian.
67 notes · View notes
avrindah · 15 days ago
Text
Tidak ada Pernikahan yang 100% Siap
Mungkin iya, ya
Kadang aku berpikir apa yang perlu aku siapkan untuk menikah? Mental? Finansial? Rida orangtua? Ilmu? Untuk yang terakhir, sudah aku persiapkan. Tapi, karena lama tidak di-murojaah, akhirnya banyak yang nguap. Hehe
Setelah berpikir, akhirnya aku dapat kesimpulan (sementara). Hal yang belum aku siapkan adalah; EGO.
Bisa jadi ... Hidup di kelilingi orang yang berilmu, hafal Quran, bisa dijadikan diskusi, dsb, membuatku memasang harap bahwa kelak pasanganku juga bisa menjadi partner juga teman.
Layaknya teman, ekspetasiku ya nanti bisa main bareng, kajian, cari makan, nongkrong, diskusi, bahkan saling curhat.
Padahal kehidupan pernikahan lebih luas dan kompleks daripada hubungan antar teman. Pasti akan terbahas juga perkara jemuran yang lupa diangkat, lauk yang lupa diangetin, paketan nyasar padahal lagi dibutuhkan, dan banyak hal lainnya yang -bisa jadi- menjadi pembahasan sehari-hari.
EGO
Inilah yang harus aku tundukkan. Menyiapkan hati agar mau menjalani takdir tidak sesuai ekspetasi. Menundukkan hati agar sekiranya harus mengurusi hal-hal di luar ekspetasi.
Termasuk soal pasangan. Bisa jadi ada satu hal dari pasanganmu yang lupa engkau minta ke Allah. Tak apa, ladang kesabaran. Jika tidak maka akan menjerumuskan pada dosa yang lebih besar; kufur dan takabur.
113 notes · View notes
emenisme · 2 years ago
Text
Merancang lingkungan kelas yang aman, nyaman dan berpihak pada ekosistem pembelajaran
Pendapat Menurut saya kelas yang baik adalah ruang kelas yang bersih, rapi, aman dan nyaman untuk pembelajaran. Ruang kelas adalah ruang interaksi antara siswa dengan temannya dan guru, interaksi dalam konteks ini adalah proses pembelajaran yang telah dirancang oleh guru didalam kelas atau selanjutnya kita sebut ekosistem pembelajaran. Berikut rancangan saya untuk membentuk ekosistem…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kayyishwr · 2 months ago
Text
Belajar Diam
Tumblr media
Hari-hari ini, saya sadar, sepertinya daya tahan untuk sabar perlu ditingkatkan lagi. Dan, satu jalan yang saya tempuh, kembali bermajelis langsung dengan seorang guru.
Waktu-waktu kosong saat ini, di tengah mempersiapkan ujian nasional, semakin membawa saya kepada pemahaman; harus tahu kapan, sejauh mana, dan bagaimana kita 'bersuara'.
Di tengah kondisi yang kian semakin ramai, semua orang ingin berbicara dan didengar. Di tengah kondisi yang kian tidak terfokus, semua masalah seakan berlomba untuk diselesaikan. Di tengah kondisi yang kian memprihatinkan, dunia keilmuan dihinakan dengan hadirnya manusia tanpa otoritas berkomentar atau lolos dalam acara-acara pendidikan; maka saya sedang mencoba untuk belajar diam.
Saya hanya sarjana di sebuah kertas. Tidak punya karya tulis yang mumpuni, apalagi kebermanfaatan sosial yang banyak. Cita-cita yang terfikir saat dulu kecil sangat sederhana dan mungkin jika tercapai hari ini, sangat prestisius; menjadi pemain timnas Indonesia.
Tapi, entah mengapa, entah doa apa yang dirapalkan oleh kedua orang tua saya, entah bagaimana tirakat dari sepuh dan guru di sekitar saya, pertemuan dengan buku ustadz Salim A Fillah, menjadi gerbang pembuka bagi ilmu-ilmu yang lain, bukan hanya ilmunya, tapi juga cara berfikir dan bahkan bertingkah laku.
Itupula yang menjadi wasilah untuk kemudian memberi tekad bagi saya untuk mengarungi luasnya ilmunya Allah, menyimak banyak guru, asatidz, serta ulama, dan alhamdulillah menghantarkan kepada pemahaman yang lebih lanjut dari yang sebelumnya pernah saya simak.
Fase belajar diam ini, semoga bisa saya tempuh dengan konsistensi dan kesabaran, karena tentu tidak mudah untuk membuka kemauan hati dalam menyimak secara langsung; kita seringkali hanya membaca sebagian atau bahkan hanya kesimpulan. Dan indahnya lagi, antara bidang yang saya tekuni sebagai dokter kelak, beberapa kali dibahas dalam khazanah keislaman, seperti dalam kitab Ta'lim Muta'allim yang sedang dipelajari :
Imam Asy Syafii berkata : "Ilmu itu ada dua. Ilmu fiqh untuk urusan-urusan din, dan ilmu kedokteran untuk urusan-urusan badan"
Dikatakan juga :
وأما تعلم علم الطيب، فيجوز لأنه سبب من الأسباب، فيجوز تعلمه كسإرالأسباب وقد تداوى النبي صل الله عليه وسلم "Sedangkan mempelajari ilmu kedokteran/kesehatan, maka boleh. Karena merupakan bagian usaha untuk mengambil sebab kesembuhan. Sebagaimana Nabi pun pernah berobat"
Allahumma Baariklana Fii Ilminaa Wa Zidnaa Ilma An Nafi'a Wa 'Amalan Mutaqobbala
68 notes · View notes
soraiamigdala · 4 months ago
Text
"Untuk benar-benar sembuh, kita butuh memberi jarak pada semua hal yang menyakitkan."
Acap kali aku berbisik demikian kepada diriku, kemudian menghela nafas panjang dan menghibur diri. Sebab aku menyadari betul, tidak ada yang selamanya. Pun perasaan-perasaan yang salah kaprah, tetap akan menuju kepada yang semestinya benar.
Dan pada semua yang terjadi, barangkali adalah cara-Nya untuk menyelamatkan diriku dari jalan yang tidak semestinya ditempuh.
Lalu ketika semakin menapaki usia-usia setelah dua puluh lima nanti, aku berjanji dan mengusahakan untuk tidak lagi salah dalam menerjemahkan intuisiku. Aku tidak akan mengizinkan segala yang abu-abu memasuki benteng besar yang sudah susah payah dibangun. Atau setidaknya, aku tidak akan terjerembab pada kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya fana.
112 notes · View notes
tentangtenang · 4 months ago
Text
Terhubung (Lagi) dengan Diri Sendiri
Rasanya agak kaget, ya. Ternyata tahun 2024 akan berakhir dalam 3 bulan lagi. Mungkin masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan tentang perjalanan tahun ini, toh masih ada 3 bulan yang belum terlewati. Tapi, kalau harus merangkum perjalanan 9 bulan ke belakang, saya merasa ketangguhan atau resiliensi saya menurun.
Penilaian ini tentu lebih banyak memuat sisi subjektif. Kalau saya bertanya pada orang lain yang mengenal saya dengan baik dan mengetahui apa yang saya lewati, saya yakin penilaian mereka terhadap saya juga tidak seburuk saya dalam menilai diri sendri. Tapi, saya ingin mengizinkan kejujuran dari dalam diri saya bersuara, bahwa saya tidak cukup puas dengan bagaimana perjalanan diri saya dalam 9 bulan ke belakang. Ada banyak tangis dan luka yang terasa lebih dalam dari biasanya, sehingga saya butuh waktu yang lebih lama juga untuk menghadapinya. Padahal, di dalam hati saya selalu tahu bahwa seharusnya semua ini bisa jadi lebih sederhana.
Tahun ini saya bertemu dengan kehilangan dan kekecewaan, dan diantara keduanya ternyata yang terasa lebih menyakitkan adalah kekecewaan. Menghadapi kekecewaan ternyata memang tidak mudah, ya. Sampai dengan saat ini, saya pun masih terus berproses untuk memahami diri dan orang lain, menerima, memaafkan, dan kembali fokus pada tujuan-tujuan yang saya dan keluarga miliki. Di dalam proses itu, saya menemukan diri saya yang paling rapuh meski sebenarnya saya tidak ingin siapapun menyaksikan hal itu.
Apakah ini adalah kekecewaan pertama yang saya hadapi dalam hidup? Tentu saja bukan. Di tahun-tahun sebelumnya, saya pernah bertemu dengan kekecewaan yang lain, bahkan ada juga yang lebih besar dan menekan dari apa yang terjadi di tahun ini. Atas seizin Allah, saya diberi-Nya kemudahan untuk tetap menjadi pribadi yang resilien. Lalu mengapa tahun ini berbeda? Atas seizin-Nya, dalam obrolan bersama suami malam ini saya mencoba menelusuri perjalanan diri saya dan saya menemukan beberapa hal utama yang biasanya membantu saya di fase-fase sulit, yaitu:
Koneksi dengan Allah yang terbina dengan baik dengan adanya guru atau mentor,
Kebiasaan menulis secara rutin yang membantu saya menguraikan pikiran, dan
Kondisi sedang sekolah (baik formal maupun non-formal) yang membuat saya fokus pada proses mempelajari hal baru.
Ketiganya ternyata membuat saya terhubung dengan diri sendiri sehingga saya menjadi lebih berkesadaran dan punya banyak kesempatan untuk mengelola kondisi-kondisi sulit dengan menggunakan input-input baik yang saya terima.
Rupanya, ini yang memengaruhi resiliensi yang saya miliki. Tahun ini koneksi saya dengan diri saya sendiri berkurang signifikan karena tiga hal yang menjadi perantaranya juga berkurang. Alih-alih dimentori, saat ini saya lebih sering menjadi mentor. Saya senang dan menerimanya dengan baik, tetapi ternyata saya rindu menjadi gelas kosong yang bersiap diisi oleh kucuran ilmu dan hikmah dari para guru. Soal menulis, saya sebenarnya masih menulis untuk hal-hal yang sifatnya edukasi ekstrenal. Saya menikmatinya, tetapi ternyata saya rindu menulis tentang perjalanan diri saya dalam memproseskan banyak hal di kehidupan sehari-hari tanpa perlu berpikir tentang kesesuaian niche. Lalu soal sekolah dan belajar, tahun ini saya sudah lulus dan banyak berproses sebagai praktisi. Saya bersyukur dan menjalaninya dengan sukacita, tetapi ternyata saya rindu mempelajari hal-hal baru yang akan mengisi diri saya, saya rindu menerima, bukan terus memberi dan "mengisi gelas" orang lain.
Aha! Saya jadi menemukan satu jawaban bahwa sebenarnya yang saya butuhkan saat ini adalah terhubung kembali dengan diri saya sendiri. Sebab, itulah cara yang bisa membantu saya dalam mengakses kekuatan-kekuatan yang Allah titipkan di dalam diri saya. Selain itu, hal itu juga bisa membantu saya untuk berpikir lebih dalam dan menggali berbagai hikmah yang Allah sediakan.
Beberapa hal sedang saya ikhtiarkan untuk kembali terhubung dengan diri sendiri, insyaAllah akan saya ceritakan kalau sudah selesai atau minimal sudah separuh perjalanan, ya. Mohon doanya, semoga atas seizin Allah saya bisa memanfaatkan waktu-waktu yang tersisa di tahun ini agar bisa FINISH STRONG di akhir nanti.
Untukmu, jika hari ini kamu merasa berantakan dan lebih lemah atau lebih bermasalah dari sebelum-sebelumnya, coba temukan apa yang sebetulnya hilang dar dirimu dan perlu kamu munculkan kembali agar bisa berdampak baik untukmu. Semangat, ya! Di akhir 2024 nanti, insyaAllah kita finish strong bersama-sama.
57 notes · View notes