#kerajaan banten
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kehidupan Ekonomi dan Sosial Budaya Kerajaan Banten
Banten dikuasai dan di-Islamkan oleh Fatahilah (panglima perang Demak). Selain itu, Fatahilah juga merebut Sunda Kelapa dan Cirebon. Setelah dikuasai, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta (1527). Selanjutnya, Fatahilah menetap di Cirebon, dan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin. Kerajaan Banten Meskipun Banten, Jayakarta, dan Cirebon berhasil dikuasai, namun kawasan ini tetap…
View On WordPress
0 notes
Text
Yang Membuat Hidup
Apa yang membuat peradaban hidup? jawabanya adalah Iman.
Kita memahami bahwa Islam itu pasang surut di setiap zamanya. Ketika Islam meredup di suatu tempat, Allah memunculkan suatu kaum untuk menyalakan api dakwah kembali di tempat lain.
Ingatkah kau dengan korupnya Bani Umayyah? dengan kezaliman pemimpin-pemimpin itu, Allah menghadirkan kembali Khalifah yang shaleh dan peduli akan masyarakatnya, Beliau adalah Umar bin Abdul Azis Sang Khulafaurrasyidin ke-5.
Ketika Bani Umayah mulai lalai, munculah Bani Abbasiyah dengan kegemilangn ilmu pengetahuanya. Ketika Abbasiyah sedang lemah karena cinta dunia, munculah Turki Seljuk yang gagah berani dari Asia Tengah untuk menyelamatkan Izzah kaum Muslimin.
Beberapa masa setelahnya, Turki Seljuk dilanda perpecahan, munculah dinasti Zankiyah dilanjutkan dengan Ayyubiyah yang memiliki cita-cita untuk membebaskan Al-Quds kembali.
Bersama dengan itu, Ayyubiyah mulai dilanda perpecahan internal, Turki Rum Seljuk mengambil peran dengan melindungi kaum Muslimin dari arah barat. Kilic Arslan dan Aleadin Keykubad menjadi momok bagi Pasukan Salib yang melewati Anatolia agar tidak terlalu jauh masuk ke bumi Syam.
Di belahan bumi lain, pelarian Bani Umayah, Abdurrahman Ad-Dakhil terpilih menjadi pemimpin Andalusia dan mengembalikan persatuan Umat Islam di sana. Naik turunya peradaban, Andalusia mulai lemah sampai akhirnya muncul Panglima yang bukan dari keturunan dinasti mengambil kepemimpinan, Muhammad bin Abi Amir Al-Mansur atau yang dikenal Alamanzor menyelamatkan muka umat Islam atas serangan Kerajaan Kristen Utara.
Andalusia pecah kembali menjadi kerajaan kecil sampai lemah, akhirnya ditaklukan kembali oleh Bani Murabithun, dilanjutkan Bani Muwahiddun yang menegakan kembali nilai-nilai Islam
Kembali ke Anatolia, Turki Rum Seljuk mulai lemah dengan kedatangan Mongol dan perpecahan suku Turki. Munculah Suku Kayi dengan Suleyman Shah, dilanjutkan Ertugrul Ghazi, lalu besarkan oleh Osman Ghazi yang dikemudian hari membentuk Kesultanan Turki Usmani sampai menaklulan Konstantinopel.
Di Tanah Jawi Nusantara, Malaka di gempur habisan-habisan oleh portugis. Mereka hendak mengobarkan perang Salib atas dasar dendam di Andalusia. Dari Malaka perlawanan berpindah dari Barus, Aceh, Pasai, dan sekitarnya.
Di Jawa, gema jihad terdengar ke telinga Mataram Islam hingga memberangkatkan pasukan untuk menyerang Malaka dan Sunda Kelapa. Bersama koalisi Mataram, Cirebon, dan Banten, Sunda Kelapa ditaklukan yang kemudian hari menjadi Jayakarta.
Berpindah ke tempat lain, ertempuran berkobar di Jazirah Al-Mulk (Maluku). Kaum kafir yang menyebarkan fitnah di jawa dari Mataram Islam ke Giri Kedaton, mulai mengadu domba umat Muslim di Ternate Tidore. Sampai masa kelicikan portugi membunuh Ayah dari Sultan Baabulah, yang akhirnya Sang Sultan mengobarkan Jihad seluruh Maluku, menghancurkan Portugis ke akar-akarnya.
Pertempuran beralih ke Mataram Islam kembali ketika fitnah sudah merajalela. Pertempuran di pimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang mengepung Jenderal De Klerk di Benteng Ungaran sampai mati, kemudian melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat sebagai antitesis dari Kesultanan lain yang memilih tunduk kepada Belanda.
Setelah itu, cucunya Pangeran Diponegoro melanjutkan estafet perjuangan dengan menyerukan Perang Sabil gabungan Kaum Ulama, Priyayi, Keraton bersatu padu melawan Penjajah.
Jadi, apa rahasia dari perjuangan setiap zaman itu? apa yang membuatnya perjuangan hidup dari satu tempat ke tempat lain? Jawabanya adalah Iman.
Arsa Coffee Library, 18 Juni 2024
28 notes
·
View notes
Text
Permulaan dari Semua
Ada yang pernah mendengar butterfly effect?
Butterfly effect atau biasa disebut efek kupu-kupu merupakan salah satu paradoks terkenal yang memiliki teori bahwa, satu aksi kecil dapat membawa perubahan besar dikemudian hari. Salah satu ilustrasi butterfly effect yang terkenal adalah dari sang pencipta paradoks itu sendiri, yaitu seorang meteorologis bernama Edward Lorenz, yang ilustrasinya juga dijadikan sebagai buku yang ia tulis yaitu bahwa “kepakan sayap kupu-kupu yang berada di Brazil bisa menyebabkan tornado di Texas”.
Ilustrasi ini menggambarkan angin yang dihembuskan dari kepakan sayap kupu-kupu akan terbawa ke udara, terus menerus, semakin jauh akan semakin membesar hingga akhirnya membuat angin tornado. Tentu saja hal tersebut pernyataan tersebut merupakan simplifikasi untuk ilustrasi saja karena proses pembuatan tornado itu kompleks dan tidak semudah itu. Namun inti ilustrasi tersebut sudah menggambarkan bahwa aksi kecil dapat membuat perubahan yang besar.
Mungkin dari kita ada yang masih bingung dengan paradoks ini, maka akan saya sedikit ilustrasi yang mungkin akan mudah di pahami oleh kita-kita semua dan mungkin agak sedikit kontroversial.
Ilustrasi ini adalah “kedatangan penjajah ke Nusantara melahirkan Negara Indonesia”
Loh kok bisa?
Kalau kita melihat-lihat kembali ke sejarah, ketika Negara Indonesia belum terbentuk, wilayah Indonesia ini masih terpisah, terpecah belah, dan di kuasai oleh kerajaan-kerajaan. Masing-masing kerajaan memiliki kebijakan dan tujuan mereka masing-masing, belum ada rasa persatuan dan kesatuan layaknya Negara Indonesia yang sudah menjadi satu. Namun hal itu berubah ketika Cornelis de Houtman menginjakan kakinya ke Banten pada tahun 1596.
Tentu niat awal Cornelis de Houtman ini hanya sekedar menjelajah untuk berdagang rempah-rempah. Tetapi dari situ pula dengan datangnya orang asing dan terjalinnya hubungan dengan pedagang Indonesia, terjadilah serangkaian-serangkaian peristiwa yang akhirnya berakhir dengan penjajahan Indonesia oleh Belanda. Penjajahan itu pula yang menjadi semangat seluruh rakyat Indonesia bersatu melawan penjajah dan akhirnya lahir Negara Indonesia.
Sekali lagi, mungkin ilustrasi tersebut terlalu simplifikasi terhadap kejadian aslinya. Tapi saya yakin pembaca sudah menangkap garis besarnya. Oleh sebab itu coba kita bayangkan kembali, coba saja Cornelis de Houtman tidak pernah singgah ke Nusantara dan orang-orang Nusantara tetap melanjutkan kehidupannya di era kerajaan seperti biasanya, mungkin sampai sekarang Negara Indonesia tidak akan pernah ada dan selamanya terpisah oleh kerajaan-kerajaan yang ada.
Itulah butterfly effect dari kedatangan Cornelis de Houtman yang berakhir dengan merdekanya dan lahirnya Negara Indonesia. Terlihat sudah bukan bahwa hal-hal sepele yang mungkin kita anggap tidak penting ternyata dapat membawa dampak besar bagi kita dikemudian hari?
Sekarang mari kita kembali lagi ke masa sekarang.
Tidak jarang ketika kita mau memulai sesuatu, akan ada wacana dulu, baru perencanaan, lalu ada eksekusi di akhir. Nah wacana ini terkadang suka di anggap remeh karena terkesan merupakan langkah perencanaan yang paling “remeh”. Memang bukan tanpa alasan sih, ngomong itu memang gampang, tetapi di seriuskan untuk menjadi perencanaan hingga tahap realisasi memerlukan determinasi yang tidak sembarangan. Oleh sebab itu tidak jarang orang ketika komplain suka mengatakan “ah wacana doang lu” dan semacam itu. Karena berbicara itu gampang, beraksinya yang susah.
Namun kalian pernah terpikir ngak sih, sebenernya wacana itu perlu juga?
Dari wacana kita mengeluarkan ide dan gagasan dari pikiran kita, dari wacana kita bisa membuka kesempatan baru yang bisa kita tidak duga-duga, dari wacana pula suatu perencanaan di mulai, awal dari suatu permulaan saya menyebutnya.
Oleh sebab itu berbicaralah. Karena senjata ultimatum manusia itu cukup sederhana, yaitu komunikasi yang efektik dan mudah dipahami. Dari komunikasi kalian bisa membujuk orang untuk mengikuti ide kita dan melakukan perencanaan, dari komunikasi kita bisa mendapat relasi dan teman baru selama diperjalanan, dari komunikasi hampir semua masalah dapat terselesaikan.
Begitulah kita sang Makhluk sosial.
Sekali lagi, berbicaralah, buatlah wacana, dan rasakan butterfly effect yang tidak kalian duga di kemudian hari.
2 notes
·
View notes
Text
NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Sekularisme Pangkal Kesesatan | NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Sekularisme (aqidah yang memisahkan agama dan kehidupan) yang dianut dan diterapkan di negeri ini sesungguhnya adalah pangkal kesesatan. Dari aqidah ini lahir sistem demokrasi yang menjamin kebebasan (liberalisme). Di antaranya kebebasan beragama. Ini tidak ada masalah. Sebabnya, dalam Islam pun setiap orang bebas memeluk agama. Setiap orang tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama Islam. Allah SWT berfirman:
لاَ إَكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama (Islam) (TQS al-Baqarah [2]: 256).
Masalahnya, dalam demokrasi, kebebasan beragama tak hanya dipahami sebagai kebebasan untuk memeluk agama tertentu. Namun faktanya, demokrasi juga menjamin kebebasan orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka bunuhlah (HR al-Bukhari).
Demokrasi juga menjamin kebebasan bagi siapapun untuk menyelewengkan ajaran agamanya. Buktinya, munculnya ratusan aliran sesat, termasuk yang menistakan ajaran Islam, terkesan seolah dibiarkan. Belum lagi munculnya beragam pemikiran liberal yang juga sesat dan menyesatkan. Misalnya saja pemikiran tentang pluralisme agama, yang memandang semua agama sama. Juga pemikiran tentang toleransi beragama yang kebablasan, yang melahirkan sinkretisme (campur-aduk) agama seperti doa bersama lintas agama, dll. Semua seolah dibiarkan oleh negara atas nama demokrasi dan kebebasan.
Di sisi lain, sikap untuk berpegang teguh pada akidah Islam yang lurus, termasuk pada identitas Islam, keinginan untuk hidup diatur oleh syariah Islam secara kâffah, termasuk mengkaji dan mengajarkan ajaran Islam tentang Khilafah, acapkali dicap sebagai radikal, atau dikaitkan dengan radikalisme, bahkan dengan terorisme.
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (liberalisme) justru merupakan pangkal kesesatan. ========++++========
NEGARA WAJIB MENJAGA AKIDAH UMAT
Buletin Kaffah No. 299 (12 Dzulhijjah 1444 H/30 Juni 2023 M)
Akhir-akhir ini publik sedang dihebohkan oleh berita tentang Pondok Pesantren Al-Zaitun pimpinan Panji Gumilang yang berlokasi di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Banyak pihak menilai Al-Zaytun dan Panji Gumilang telah menyimpang dari ajaran Islam. Berita heboh dimulai saat beredar video pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Al-Zaytun yang memperlihatkan adanya sosok wanita di shaf paling depan yang sejajar dengan shaf laki-laki. Video lainnya memperlihatkan Panji Gumilang mengucapkan salam di hadapan jamaahnya dengan ucapan salam yang diduga khas Yahudi. Ada pula cuplikan video ceramah Panji Gumilang yang mengklaim bahwa al-Quran bukanlah firman Allah SWT, tetapi ucapan Nabi Muhammad saw. yang berasal dari wahyu Allah SWT. Klaim ini terkonfirmasi juga saat wawancara eksklusif Panji Gumilang dengan SCTV baru-baru ini. Selain itu, dari berita yang beredar, Al-Zaytun dan Panji Gumilang disinyalir terafilisasi dengan NII KW-9 yang juga dianggap gerakan yang menyimpang.
Aliran Sesat di Indonesia
Di Indonesia, aliran sesat memang cukup banyak bermunculan. Sebagian ada yang hilang, namun kemudian muncul lagi dengan nama baru. Berdasarkan catatan MUI pada tahun 2016 saja sudah ada lebih dari 300 aliran sesat di Indonesia (Cnnindonesia.com, 2/1/2016). Di antaranya yang sudah resmi difatwakan sesat oleh MUI adalah: Ahmadiyah yang mentahbiskan pendirinya (Mirza Ghulam Ahmad) sebagai nabi; Lia Eden atau Salamullah yang didirikan oleh Lia Aminuddin, yang mengaku pernah bertemu dengan Malaikat Jibril; Al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq yang mengaku sebagai nabi; Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dianggap meneruskan ajaran Al-Qiyadah al-Islamiyah; Kerajaan Ubur-ubur di Serang Banten; Puang Larang/Tarekat Tajul Khalwatiyah Syekh Yusuf Gowa. Adapun Al-Zaytun, meski sudah berdiri lebih dari 20 tahun, belum secara resmi dinyatakan sesat oleh MUI.
Pertanyaannya: apa kriterianya sebuah aliran dianggap sesat? Pada tahun 2007 MUI Pusat mengeluarkan rekomendasi/fatwa tentang 10 kriteria sebuah aliran dianggap sesat/menyimpang. Kesepuluh kriteria tersebut adalah: 1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6; 2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah; 3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Quran; 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Quran; 5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir; 6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi saw. sebagai sumber ajaran Islam; 7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul; 8. Mengingkari Nabi Muhammad saw. sebagai nabi dan rasul terakhir; 9. Mengubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah, salat wajib tidak 5 waktu; 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i seperti mengkafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya (Republika.co.id, 26/10/2017).
Melindungi Aqidah Umat
Salah satu peran negara yang paling utama dalam pandangan Islam adalah menjaga dan melindungi aqidah/keyakinan umat Islam. Munculnya banyak aliran sesat di Indonesia jelas menunjukkan bahwa negara saat ini tidak hadir dalam menjaga dan melindungi aqidah umat Islam. Padahal aliran-aliran sesat itu telah memakan banyak korban dari kalangan umat Islam. Mereka banyak yang akhirnya tersesat/menyimpang dari aqidah Islam yang lurus, bahkan murtad dari Islam.
Mengapa negara terkesan tidak hadir untuk menjaga dan melindungi aqidah umat Islam? Tidak lain karena negara saat ini menganut dan menerapkan aqidah sekularisme. Sekularisme hakikatnya adalah aqidah sesat. Pasalnya, sekularisme adalah aqidah yang meyakini agama harus dipisahkan dari urusan negara. Dalam negara sekuler, negara tidak boleh campur-tangan dalam urusan keyakinan warga negaranya. Andai ada warga negara yang gonti-ganti agama/keyakinan, negara tak peduli. Negara pun tak akan peduli andai banyak Muslim yang murtad dari Islam, termasuk menganut aliran sesat.
Padahal dulu Rasulullah saw.—sebagai kepala negara—sangat tegas terhadap aliran yang menyimpang. Sebagaimana diketahui, dalam sejarah Islam, pernah muncul seorang yang mengklaim sebagai nabi (nabi palsu). Dia adalah Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah Sang Pendusta). Nama aslinya Musailamah bin Habib dari Bani Hanifah. Berbagai cara dilakukan Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad saw. Dalam surat itu, Musailamah meyakinkan bahwa dirinya adalah seorang nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. kemudian mengirimkan surat balasan untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip dalam Sirah Ibnu Ishaq, berikut surat balasan Nabi Muhammad saw.: “Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah sang Pendusta. Keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk (QS Thaha: 47). Sungguh bumi ini adalah milik Allah. Allah mewariskan bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Ibnu Hisyam, Sîrah Ibnu Hisyâm, 2/601).
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10 Hijrah. Namun demikian, balasan surat Nabi Muhammad saw. itu sedikitpun tidak mengubah keyakinan dan semangat Musailamah untuk menyebarkan ajarannya. Bahkan ‘dakwah’ Musailamah semakin aktif setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Akibatnya, propaganda yang disebarluaskan Musailamah itu mempengaruhi stabilitas pemerintahan Islam pasca Rasulullah saw., yakni pemerintahan Islam di bawah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra. Karena itu di bawah komando Khalifah Abu Bakar ra., pasukan kaum Muslim kemudian menumpas Musailamah dan pengikutnya dalam Perang Yamamah (12 H) (Al-Mubarakfuri, Ar-Rahîq al-Makhtûm, hlm. 416).
Sebetulnya, selain Musailamah, di era pemerintahan Islam, khususnya masa Khulafaur Rasyidin dan era setelahnya, masih banyak orang yang menyebarkan aliran sesat/menyimpang. Rata-rata mengklaim sebagai nabi. Mereka sebelumnya adalah Muslim, lalu menyimpang dari ajaran Islam. Disebutkan dalam Nihâyat al-'Alam karya Muhammad al-'Arifi bahwa selain Musailamah, ada beberapa nabi palsu yang hidup pada zaman Rasulullah saw. dan para khalifah sepeninggal beliau. Semuanya diperangi oleh negara, tentu setelah sebelumnya mereka diminta untuk bertobat dan kembali ke dalam pangkuan Islam, tetapi mereka menolak.
Sekularisme Pangkal Kesesatan
Sekularisme (aqidah yang memisahkan agama dan kehidupan) yang dianut dan diterapkan di negeri ini sesungguhnya adalah pangkal kesesatan. Dari aqidah ini lahir sistem demokrasi yang menjamin kebebasan (liberalisme). Di antaranya kebebasan beragama. Ini tidak ada masalah. Sebabnya, dalam Islam pun setiap orang bebas memeluk agama. Setiap orang tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama Islam. Allah SWT berfirman:
لاَ إَكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama (Islam) (TQS al-Baqarah [2]: 256).
Masalahnya, dalam demokrasi, kebebasan beragama tak hanya dipahami sebagai kebebasan untuk memeluk agama tertentu. Namun faktanya, demokrasi juga menjamin kebebasan orang untuk gonta-ganti agama, termasuk murtad dari agama Islam. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
Siapa saja yang mengganti agamanya (murtad dari Islam) maka bunuhlah (HR al-Bukhari).
Demokrasi juga menjamin kebebasan bagi siapapun untuk menyelewengkan ajaran agamanya. Buktinya, munculnya ratusan aliran sesat, termasuk yang menistakan ajaran Islam, terkesan seolah dibiarkan. Belum lagi munculnya beragam pemikiran liberal yang juga sesat dan menyesatkan. Misalnya saja pemikiran tentang pluralisme agama, yang memandang semua agama sama. Juga pemikiran tentang toleransi beragama yang kebablasan, yang melahirkan sinkretisme (campur-aduk) agama seperti doa bersama lintas agama, dll. Semua seolah dibiarkan oleh negara atas nama demokrasi dan kebebasan.
Di sisi lain, sikap untuk berpegang teguh pada akidah Islam yang lurus, termasuk pada identitas Islam, keinginan untuk hidup diatur oleh syariah Islam secara kâffah, termasuk mengkaji dan mengajarkan ajaran Islam tentang Khilafah, acapkali dicap sebagai radikal, atau dikaitkan dengan radikalisme, bahkan dengan terorisme.
Alhasil, sekularisme yang melahirkan kebebasan (liberalisme) justru merupakan pangkal kesesatan.
Pentingnya Berpegang Teguh pada al-Quran dan as-Sunnah
Di antara dampak buruk sekularisme yang diterapkan di negeri ini adalah menjadikan banyak kaum Muslim tidak lagi berpegang teguh pada agamanya. Mereka tidak lagi berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah. Akibatnya, banyak kaum Muslim mudah tersesatkan dari agamanya. Padahal Rasulullah saw. telah menegaskan, saat berkhutbah pada Haji Wada’:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya (HR al-Hakim dan al-Baihaqi).
Berpegang teguh pada al-Quran bermakna menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup. Sikap ini meniscayakan antara lain: Pertama, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 59). Kedua, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai standar halal-haram, benar-salah, dan baik-buruk. Artinya, yang wajib dijadikan tolok ukur adalah apa saja yang diputuskan dan dinyatakan oleh al-Quran dan as-Sunnah (Lihat: QS asy-Syura [42]: 10). Ketiga, mengamalkan seluruh kandungan al-Quran dan as-Sunnah dalam seluruh aspek kehidupan (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 208).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
---*---
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Siapa saja yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (TQS Ali ‘Imran [3]: 85). []
#Allah#Nabi Muhammad SAW#Rasulullah#muslim#Islam#Kaffah#Ummat#Ummat Muslim#Ummat Terbaik#No Sekularisme#Khalifah Yes#Khilafah
4 notes
·
View notes
Text
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara - Kerajaan Tarumanegara ialah kerajaan tertua kedua di Nusantara sehabis Kerajaan Kutai dengan meninggalkan fakta arkeologi. Kerajaan ini sempat berkuasa di daerah barat Pulau Jawa pada abad ke- 5 hingga abad ke- 7 Masehi. Dikatakan selaku kerajaan Hindu awal di Pulau Jawa. Daerah kekuasaannya meliputi Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang serta Banten. Di bawah ini adalah peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Peninggalan Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Ada 7 fakta prasasti yang berhubungan dengan kerajaan Tarumanagara ditemui di wilayah Jawa Barat, Jakarta serta Banten. Prasasti tersebut di antara lain:
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ialah batu peringatan yang berasal dari masa Kerajaan Tarumanegara dekat abad V Masehi yang diisyarati dengan wujud tapak kaki Raja Purnawarman. Prasasti Ciaruteun saat ini ditempatkan pada lahan berpagar seluas dekat 1. 000 m2 serta dilengkapi cungkup berdimensi 8 x 8 meter. Prasasti dipahatkan pada sebongkah batu andesit.
2. Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti ini ditemui di Kampung Muara semenjak dini abad XIX kala diadakan penebangan hutan buat pembukaan perkebunan kopi. Pemberitaan menimpa prasasti ini awal kali dikemukakan oleh N. W. Hoepermans dalam laporannya yang ditulis pada tahun 1864.
3. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu ialah salah satu prasasti dari 7 Prasasti Purnawarman. Prasasti Jambu pula diucap selaku Prasasti Pasir Koleangkak. Prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa serta berbahasa Sanskerta.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi ialah salah satu dari 7 prasasti aset kerajaan tertua di barat Pulau Jawa. Ditemui kali awal oleh seseorang arkeolog asal Belanda, bernama N. W. Hoepermans.
Prasasti ini sudah diresmikan jadi Barang Cagar Budaya peringkat nasional. Berbeda dengan keenam prasasti yang lain yang nyaris sepenuhnya terletak di dekat aliran sungai, posisi prasasti ini malah terletak di perbukitan. Tepatnya di sebelah selatan bukit Pasir Awi(± 559 mdpl) di kawasan hutan di perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor.
5. Prasasti Muara Cianten di dekat Bogor
Prasasti Muara Cianteun ialah sisa aset Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemui di dekat sungai Cisadane serta berlokasi di Kampung Muara ataupun Pasir Muara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang telah terdapat semenjak sebagian tahun silam.
Usai Prasasti Cianteun ditemui serta dilaporkan kepada pemerintah setempat pada tahun 1864 silam oleh seorang bernama N. W Hoepermans, laporan menimpa penemuannya pula dilaksanakan pihak lain yang bernama GP Rouffaer tahun 1909, NJ Krom tahun 1915, Centimeter Pleyte tahun 1906, RDM Verbeek tahun 1891 dan JFG Brumund tahun 1868.
6. Prasasti Tugu di Jakarta Utara
Prasasti Tugu ditemui di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Saat ini posisi temuan masuk ke dalam daerah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Kala ditemui prasasti ini terkubur di dasar tanah. Cuma bagian puncak prasasti yang nampak di permukaan tanah setinggi dekat 10 centimeter.
7. Prasasti Cidanghiang di Pandeglang, Banten
Keberadaan Prasasti Cidanghiang awal kali berasal dari laporan kepala Dinas Purbakala Toebagoes Roesjan pada tahun 1947. Pada tahun 1954, pakar epigrafi dari Dinas Purbakala tiba ke tempat prasasti ini ditemui ialah di tepi sungai Cidanghiang, Lebak, Munjul, Pandeglang.
Demikianlah penjelasan tentang Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
2 notes
·
View notes
Text
Bertamu ke Sultan Banten lewat Ketan Bintul
Pagi dan sepucuk ketan bintul tersantap. Datang dengan bungkus daun pisang yang rapi, seperti hadiah dari masa lalu. Aroma yang menyerbu, ketan yang pulen, taburan serundeng yang harum, rasa kelapa seakan mengucap salam dari Sultan Banten.
Sambil menyantap perlahan, saya membayangkan bagaimana dulu ketan bintul dihidangkan dalam acara kerajaan. Para tetamu datang dengan baju kebesaran, duduk, sambil membahas hal hal penting, serupa perdagangan rempah-rempah atau strategi menghadapi kolonial.
Ya, memang saya hanya duduk di kursi plastik, mengenakan baju rutinan Senin, tidak ada diskusi penting, apalagi menyoal rempah rempah 😅.
Meski begitu, ketan bintul tidak hanya membawa rasa gurih, tapi juga memaksa kita melambat, menikmati rasa, dan mengenang sejarah.
Kudapan sederhana dalam bungkus bersahaja, membawa rasa megah dan melancong sejarah.
1 note
·
View note
Text
Sejarah dan Budaya Suku Sunda: Warisan Budaya di Tanah Pasundan
Suku Sunda adalah salah satu suku terbesar di Indonesia yang mendiami wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, termasuk beberapa bagian dari Banten dan DKI Jakarta. Suku ini dikenal dengan budaya yang kaya, bahasa yang unik, dan tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Dalam sejarah Indonesia, suku Sunda memiliki peran penting dalam pembentukan budaya nasional dan perkembangan berbagai aspek kehidupan di Indonesia.
Artikel ini akan membahas sejarah, perkembangan budaya, serta pengaruh suku Sunda dalam konteks Indonesia.
1. Asal Usul Suku Sunda
Asal-usul suku Sunda dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu, berhubungan erat dengan peradaban awal di Pulau Jawa. Suku Sunda diperkirakan sudah mendiami Tanah Pasundan, yang kini dikenal sebagai Jawa Barat, sejak abad ke-4 Masehi. Wilayah ini memiliki posisi strategis karena terletak di sekitar pesisir pantai, yang mendukung mereka dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran.
Menurut beberapa ahli sejarah, suku Sunda berhubungan dengan suku-suku lain yang mendiami kawasan Asia Tenggara, terutama kelompok Austronesia yang merambah pulau-pulau di seluruh Pasifik dan bagian dari Asia Tenggara. Namun, pengaruh besar dalam kebudayaan Sunda datang dari interaksi mereka dengan kerajaan-kerajaan besar di Jawa, seperti Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Pajajaran.
a. Kerajaan Tarumanagara (Abad ke-4 hingga ke-7 Masehi)
Kerajaan Tarumanagara adalah salah satu kerajaan terbesar di Jawa Barat yang didirikan pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan ini dipimpin oleh raja-raja seperti Raja Purnawarman yang terkenal karena kegiatan pertanian dan pembangunan saluran irigasi yang masih berfungsi hingga kini. Tarumanagara juga dikenal karena pengaruhnya dalam menyebarkan agama Hindu dan budaya India ke wilayah Jawa Barat. Meskipun kerajaan ini akhirnya runtuh, pengaruh budaya dan teknologi mereka tetap bertahan.
b. Kerajaan Pajajaran (Abad ke-14 hingga 16 Masehi)
Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan Sunda terakhir yang mencapai puncak kejayaannya sebelum penjajahan Belanda. Pajajaran dikenal sebagai kerajaan yang kuat, terletak di sekitar wilayah Bogor dan Cianjur. Salah satu raja terkenal dari kerajaan ini adalah Raja Siliwangi, yang dihormati sebagai tokoh legendaris dalam budaya Sunda. Pajajaran memainkan peran penting dalam mempertahankan kebudayaan Sunda di tengah ancaman kekuasaan luar, termasuk dari kerajaan-kerajaan Islam dan penjajahan kolonial.
Namun, pada abad ke-16, kerajaan ini runtuh setelah menghadapi tekanan dari kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan akhirnya dijajah oleh Belanda. Meskipun demikian, pengaruh kerajaan Pajajaran masih terasa kuat dalam budaya dan tradisi Sunda hingga saat ini.
2. Bahasa Sunda
Bahasa Sunda adalah bahasa yang digunakan oleh suku Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Sunda adalah bagian dari keluarga bahasa Austronesia dan memiliki berbagai dialek yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Dialek Sunda dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti Sunda Priangan yang dianggap sebagai dialek standar.
Bahasa Sunda memiliki tiga tingkatan dalam penggunaannya, yaitu bahasa kasar (ngoko), bahasa halus (krama), dan bahasa yang lebih halus lagi (krama inggil), yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesopanan dan kedudukan sosial seseorang. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya tata krama dan hierarki sosial dalam masyarakat Sunda.
Salah satu ciri khas bahasa Sunda adalah penggunaan kata "hatur nuhun" (terima kasih), yang menggambarkan sikap masyarakat Sunda yang sangat menghargai sopan santun dalam interaksi sosial. Bahasa Sunda juga memiliki sastra tradisional, seperti puisi Sunda dan carita pantun, yang diwariskan turun temurun.
3. Kebudayaan Sunda
Budaya Sunda sangat kaya dengan tradisi, seni, dan nilai-nilai luhur yang telah berkembang sepanjang sejarah. Beberapa unsur budaya yang menjadi ciri khas suku Sunda antara lain:
a. Seni Musik dan Tari
Seni gamelan Sunda adalah salah satu unsur budaya yang paling dikenal dalam tradisi Sunda. Gamelan Sunda menggunakan alat musik gong, kendang, saron, dan berbagai alat musik tradisional lainnya yang menghasilkan suara yang khas. Musik gamelan ini biasanya digunakan dalam acara adat, pertunjukan, dan ritual keagamaan.
Selain gamelan, tari Sunda juga merupakan bagian penting dari budaya Sunda. Tari-tari tradisional seperti Tari Topeng dan Tari Jaipongan sangat populer dan sering dipertunjukkan dalam berbagai acara adat dan hiburan.
b. Arsitektur Sunda
Arsitektur rumah adat Sunda sangat khas dan mudah dikenali. Rumah tradisional Sunda, yang dikenal dengan sebutan "Rumah Gadang", memiliki struktur yang sangat harmonis dengan alam sekitar. Salah satu ciri khas rumah Sunda adalah atap limas yang melengkung ke atas, yang bertujuan untuk menjaga suhu di dalam rumah tetap sejuk. Rumah adat Sunda juga sangat dekat dengan alam, dengan banyak menggunakan bahan alami seperti bambu dan kayu.
Selain itu, Candi Cangkuang dan Candi Sukuh adalah contoh peninggalan budaya Sunda yang menunjukkan pengaruh agama Hindu yang pernah berkembang di tanah Sunda.
c. Makanan Tradisional Sunda
Makanan Sunda sangat terkenal dengan rasa segarnya yang mengutamakan bahan-bahan lokal dan alami. Beberapa makanan khas Sunda yang terkenal antara lain:
Nasi Liwet: Nasi yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah, sering disajikan dengan lauk pauk.
Sate Maranggi: Daging yang ditusuk dan dibakar, biasanya disajikan dengan sambal.
Karedok: Salad sayuran mentah dengan sambal kacang.
Sop Buntut Sunda: Sup buntut sapi yang khas dari Sunda, dimasak dengan kaldu kaya rasa.
Makanan Sunda terkenal dengan penggunaan bumbu alami seperti kencur, kunir, dan santan yang memberikan cita rasa yang khas.
4. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas orang Sunda beragama Islam, namun dalam sejarahnya, Sunda juga memiliki pengaruh Hindu dan Buddha yang kuat, terutama pada masa kejayaan Kerajaan Tarumanagara dan Pajajaran. Beberapa peninggalan agama Hindu-Buddha seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan juga merupakan bagian dari warisan sejarah budaya Sunda.
Di samping agama-agama besar, masyarakat Sunda juga memegang teguh kepercayaan adat dan tradisi leluhur, yang dapat dilihat dalam berbagai upacara adat seperti slametan, sedekah bumi, dan pernikahan adat Sunda. Kepercayaan ini melibatkan penghormatan terhadap roh leluhur dan alam semesta.
5. Peran Suku Sunda dalam Sejarah Indonesia
Suku Sunda memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia, baik pada masa kerajaan maupun pada perjuangan kemerdekaan. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang cukup aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan. Tokoh-tokoh penting Sunda seperti K.H. Zainul Arifin, Sultan Agung, dan Soekarno berasal dari wilayah ini, memberikan pengaruh besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di era modern, suku Sunda juga berkontribusi besar dalam pembangunan Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, seni, dan budaya. Jawa Barat menjadi pusat industri, pendidikan, dan kebudayaan yang sangat penting bagi Indonesia.
6. Kesimpulan
Suku Sunda memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang telah memberikan kontribusi besar bagi budaya dan sejarah Indonesia. Dari kerajaan besar seperti Tarumanagara dan Pajajaran, hingga kebudayaan yang berkembang pesat di bidang seni, bahasa, dan makanan, suku Sunda terus memainkan peran penting dalam kehidupan Indonesia. Warisan budaya Sunda yang masih dilestarikan hingga kini menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia yang sangat berharga.
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com - Provinsi Banten memiliki banyak sekali destinasi wisata menarik yang menyuguhkan pemandangan alam hingga situs bersejarah. Mulai dari pantai indah, air terjun yang memukau, hingga tempat-tempat yang penuh nilai sejarah. Itulah yang membuat, Banten menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan lokal maupun mancanegara. Berikut beberapa objek wisata unggulan yang bisa Anda kunjungi di Banten: 1. Pantai Sawarna Pantai Sawarna terletak di Kabupaten Lebak, dikenal dengan pasir putihnya yang halus dan air laut biru yang jernih. Lokasi ini memiliki ombak yang cocok untuk surfing dan pemandangan yang sangat memukau untuk bersantai serta menikmati sunset. Pantai Sawarna juga dikelilingi oleh beberapa spot menarik seperti Goa Lalay dan Tanjung Layar. 2. Taman Nasional Ujung Kulon Ujung Kulon, yang juga termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah rumah bagi badak Jawa yang langka dan dilindungi. Taman Nasional Ujung Kulon menawarkan ekowisata yang luar biasa dengan hutan tropis, sungai, dan keanekaragaman hayati yang melimpah. Selain menikmati keindahan alamnya, pengunjung juga bisa melakukan trekking dan berkemah. BACA JUGA: Mengunjungi Vihara Avalokitesvara, Situs Oriental di Banten Lama 3. Pulau Sangiang Pulau Sangiang adalah surga bagi para pecinta snorkeling dan diving. Kawasan ini memiliki terumbu karang yang masih sangat terjaga dan ikan-ikan tropis yang beraneka ragam. Pulau Sangiang juga menyediakan jalur pendakian yang menawarkan pemandangan indah dari puncak bukit, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan pulau dari ketinggian. 4. Keraton Kaibon Keraton Kaibon adalah salah satu peninggalan sejarah Kesultanan Banten yang sarat nilai sejarah. Berlokasi di Serang, Keraton ini dibangun pada masa Sultan Syafiudin dan merupakan simbol kejayaan Kerajaan Banten di masa lampau. Meski sebagian besar bangunan telah runtuh, sisa-sisa arsitektur megahnya masih bisa dinikmati hingga kini. 5. Pantai Anyer Pantai Anyer sudah sangat dikenal sebagai salah satu destinasi favorit di Banten. Tempat wisata ini menawarkan pasir putih, air laut yang tenang, dan pemandangan Gunung Krakatau dari kejauhan. Anyer juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas rekreasi seperti banana boat, jetski, dan resort mewah yang cocok untuk liburan keluarga. Dengan beragam objek wisata yang dimilikinya, Banten menjadi destinasi wisata yang menarik dan lengkap. Wisatawan dapat menikmati wisata alam yang eksotis, sejarah yang kaya, hingga petualangan bahari yang menyegarkan. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo rencanakan liburan Anda ke Provinsi Banten! ***
0 notes
Text
Kesultanan Banten (bahasa Sunda: Kasultanan Banten) dikenal di dunia barat sebagai Bantam adalah sebuah kerajaan Islam, pernah berdiri di wilayah Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat dan Lampung, Indonesia. Kesultanan ini berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat laut Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi dari terwujudnya perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis di tahun 1522 M.[6]
0 notes
Text
Awal Masuk Belanda ke Wilayah Indonesia, PARDOMUANSITANGGANG.COM – Masuknya Belanda ke wilayah Indonesia bermula pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, pada masa ketika bangsa Eropa sedang berlomba-lomba mencari sumber rempah-rempah yang sangat berharga di Asia. Berikut adalah ringkasan mengenai awal masuknya Belanda ke Indonesia: Konteks Sejarah: Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, bangsa Eropa, termasuk Portugis dan Spanyol, mulai mencari jalur perdagangan baru ke Asia untuk mendapatkan rempah-rempah yang sangat berharga seperti lada, cengkeh, dan pala. Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang berhasil mencapai Kepulauan Nusantara dan mendirikan pos perdagangan di Maluku pada awal abad ke-16. Ekspedisi Belanda: Melihat keberhasilan Portugis dan Spanyol, bangsa Belanda, yang saat itu berada di bawah kendali Spanyol, juga mulai mengirim ekspedisi ke Asia. Ekspedisi pertama Belanda yang berhasil mencapai Indonesia adalah ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman pada tahun 1595-1597. Ekspedisi ini berangkat dari Belanda pada tahun 1595 dan tiba di Banten, Jawa Barat, pada tahun 1596. Pembentukan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie): Untuk mengkonsolidasikan kekuatan dan menghindari persaingan internal di antara pedagang-pedagang Belanda, pemerintah Belanda mendirikan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) pada tahun 1602. VOC diberi hak istimewa oleh pemerintah Belanda, termasuk hak monopoli perdagangan di Asia, hak untuk membangun benteng, dan hak untuk melakukan perjanjian dengan penguasa lokal. Konsolidasi Kekuasaan: VOC dengan cepat mendirikan pos-pos perdagangan dan benteng-benteng di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Ambon, Banda, dan Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun 1619, di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, VOC berhasil merebut Jayakarta dan mendirikan Batavia sebagai pusat administrasi dan perdagangan mereka di Asia. Monopoli Perdagangan Rempah-Rempah: VOC berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh, pala, dan lada, dengan cara mengontrol produksi dan distribusi. Mereka juga melakukan tindakan keras terhadap para pesaing, termasuk penduduk lokal dan pedagang asing lainnya. Kebijakan monopoli ini sering kali menyebabkan konflik dengan penduduk lokal dan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pengaruh dan Kekuasaan VOC: Selama abad ke-17 dan ke-18, VOC berhasil memperluas pengaruh dan kekuasaannya di seluruh kepulauan Indonesia melalui perdagangan, aliansi politik, dan konflik militer. Namun, pada akhir abad ke-18, VOC mulai mengalami kesulitan keuangan dan korupsi internal yang menyebabkan kebangkrutan. Pembubaran VOC dan Kolonisasi Belanda: Pada tahun 1799, VOC resmi dibubarkan, dan aset serta wilayah kekuasaannya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Sejak saat itu, Belanda secara langsung mengendalikan wilayah Indonesia dan menjadikannya sebagai koloni yang disebut Hindia Belanda. Masuknya Belanda ke wilayah Indonesia melalui VOC menandai awal dari periode panjang kolonialisme yang berdampak besar pada sejarah, ekonomi, dan masyarakat Indonesia hingga kemerdekaan pada pertengahan abad ke-20.
0 notes
Text
MEGAH!!! WA 0821 7001 0763 (ALUMINOS) Pintu Aluminium Murah di Nias Utara, Pintu Aluminium Putih Kaca di Muara Batang Gadis, Pintu Aluminium Terbaru di Kerajaan, Pintu Aluminium Untuk Kamar Mandi di Garoga, Pintu Kaca Aluminium Kamar Mandi di Bangun Purba.
ALUMINOS FORTRESS adalah produk Pintu Baja Motif Kayu Sebuah terobosan inovasi terbaru sebagai alternatif pengganti pintu rumah konvensional yang mengunakan material baja sebagai bahan baku utamanya.
Tingkatkan Keamanan Rumah Anda dengan 13 Keunggulan Fortress Pintu Baja!
Material Baja Berkualitas Tinggi.
Finishing dengan Pola Serat Kayu Alami.
Kusen Baja dengan Detail Architrave yang Anggun.
Engsel Baja Tersembunyi dalam 4 Set.
Sistem Penguncian 5 Titik dengan Kunci Utama.
Sistem Keamanan A-B Lock dengan 7 Kunci Elektronik.
Dilengkapi dengan Slot/Grendel untuk Penguncian Tambahan.
Terdapat Lubang Pengintip.
Pelindung Karet pada Kusen dan Daun Pintu.
Lapisan Honeycomb Paper sebagai Penyerap Suara.
Lapisan PE-Film untuk Perlindungan Tambahan.
Dilengkapi dengan 6 Set Baut Pemasangan.
Memiliki Ambang Pintu yang Kokoh.
Dapatkan keamanan yang tak tertandingi dengan Fortress Pintu Baja, solusi pintu yang kuat dan tahan lama untuk melindungi rumah Anda.
Hubungi Kami Segera (0821-7001-0763)
Head Office (Kantor Pusat) : Jl. Raya Binong Jl. Kp. Cijengir No. 99, Rt.005/Rw.003, Binong, Kec. Curug, Kabupaten Tangerang, Banten 15810
Kantor Cabang JBS : (Solo, Pekanbaru, Surabaya, Lampung, Palembang, Kendari, Makassar, Balikpapan, Medan, Dan Kota Lainnya Menyusul)
Provinsi Sumatera Utara Meliputi : Kab Asahan-Kisaran, Kab Batu Bara-Limapuluh, Kab Dairi-Sidikalang, Kab Deli Serdang-Lubuk Pakam, Kab Humbang Hasundutan-Dolok Sanggul, Kab Karo-Kabanjahe, Kab Labuhanbatu-Rantau Prapat, Kab Labuhanbatu Selatan-Kota Pinang, Kab Labuhanbatu Utara-Aek Kanopan, Kab Langkat-Stabat, Kab Mandailing Natal-Panyabungan, Kab Nias-Gido, Kab Nias Barat-Lahomi, Kab Nias Selatan-Teluk Dalam, Kab Nias Utara-Lotu, Kab Padang Lawas-Sibuhuan, Kab Padang Lawas Utara-Gunung Tua, Kab Pakpak Bharat-Salak, Kab Samosir-Pangururan, Kab Serdang Bedagai-Sei Rampah, Kab Simalungun-Raya, Kab Tapanuli Selatan-Sipirok, Kab Tapanuli Tengah-Pandan, Kab Tapanuli Utara-Tarutung, Kab Toba-Balige, Kota Binjai, Kota Gunungsitoli, Kota Medan, Kota Padangsidempuan-, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi Dan Seluruh Kota Se-Indonesia.
pintualuminiummurahdiniasutara #pintualuminiumputihkacadimuarabatanggadis #pintualuminiumterbarudikerajaan #pintualuminiumuntukkamarmandidigaroga #pintukacaaluminiumkamarmandidibangunpurba
Pintu Aluminium Murah di Nias Utara, Pintu Aluminium Single di Muara Sipongi, Pintu Aluminium Toilet di Pagindar, Pintu Aluminium Wc di Muara, Pintu Kaca Aluminium Minimalis di Batang Kuis.
#Pintu Aluminium Murah di Nias Utara#Pintu Aluminium Single di Muara Sipongi#Pintu Aluminium Toilet di Pagindar#Pintu Aluminium Wc di Muara#Pintu Kaca Aluminium Minimalis di Batang Kuis.
0 notes
Text
- Prabu Siliwangi, juga dikenal sebagai Prabu Surawisesa, adalah raja kerajaan Sunda pada abad ke-15 dan 16.
- Prabu Siliwangi lahir di desa Pakuan Pajajaran (sekarang Kota Bogor) pada sekitar tahun 1401 Masehi.
- Ayahnya adalah Prabu Niskala Wastu Kancana, yang merupakan raja Sunda sebelumnya.
- Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewawarman VII, raja Kerajaan Galuh.
- Ia memiliki tiga orang saudara kandung yang bernama Dewi Sri Pohaci, Dewi Ratih, dan Ki Tarjuna. Prabu Siliwangi adalah penerus tahta kerajaan Galuh setelah kematian ayahnya.
- Prabu Siliwangi dengan kerajaan Pajajaran, yaitu kerajaan yang memerintah di wilayah yang sekarang menjadi Jawa Barat pada abad ke-14. Menurut versi ini, Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Niskala Wastu Kancana, raja Kerajaan Sunda. Ia memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Dyah Pitaloka dan Dyah Wiyat.
- Silsilah Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran Teragung
- Salah satu sejarawan abad 18 masehi yang menguraikan mengenai silsilah Prabu Siliwangi adalah Pangeran Arya Carbon, tokoh yang dikenal sebagai penulis Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.
Silsilah Prabu Siliwangi, raja pajajaran teragung dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari diuraikan pada Pupuh IV. Adapun silsilahnya adalah sebagai berikut:
- “Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Anggalarang, putra Prabu Mundingkawati, putra Prabu Banyakwangi, putra Prabu Banyaklarang, putra Prabu Susuktunggal, putra Prabu Wastukancana, putra Prabu Ciungwanara, - dan Ciungwanara adalah putra Maharaja Galuh Pakwan bernama Maharaja Adimulya”.
- Berdasarka Pupuh IV pada Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari di atas dapat dinyatakan jika Prabu Siliwangi secara silsilah adalah ketrunan dari Maharaja Adimulya, yaitu pendiri Kerajaan Sunda yang jangkuan kekuasannya meliputi pulau Jawa bagian barat.
- Ibu Prabu Siliwangi
Berdasarkan silsilah yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Prabu Siliwangi adalah anak dari Prabu Anggalarang atau juga disebut Prabu Niskala Westu Kencana, adapun nama Ibunya adalah Mayangsari.
- Prabu Siliwangi disebut juga Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja yang mempunyai nama asli Jaya Dewata (Dewa Niskala) adalah anak tertua dari pasangan Prabu Anggalarang dan Mayangsari. - Selain itu Prabu Siliwangi juga mempunyai seorang adik kandung yang yang bernama Kusumalaya.
- Perjalanan Prabu Siliwangi
Sebelum dinobatkan menjadi Raja Pajajaran pada tahun 1482 hingga1521, Jaya Dewata mulanya dinobatkan menjadi penguasa bawahan di Kerajaan Sindangkasih, sebelum akhirnya dinobatkan menjadi Raja di Galuh dan seterusnya dinobatkan menjadi Raja di wilayah Kekuasaan Kerajaan Sunda (Gabungan Galuh-Sunda).
- Wafatnya Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi wafat secara normal akibat usia yang sudah menua, beliau wafat pada tahun 1521 dan disemeyamkan di Pakuan, Ibukota Kerajaan Sunda. Beliau wafat pada umur 120 Tahun (1401-1521). Setelah kewafatannya, tahta Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh Prabu Surawisesa anak tertua dari Mayang Sunda, hal itu dikarenakan Pangeran Walangsungsang sebagai putra Mahkota lebih memilih keluar Istana dan mendirikan Kesultanan Cirebon.
- Anak-Anak Prabu Siliwangi
Menurut beberapa sumber sejarah, Istri Prabu Siliwang jumblahnya sangat banyak, lebih dari 151 orang, begitupun juga anak-anaknya dikisahkan sangat banyak sekali, akan tetapi, dari beberapa istrinya yang terkenal diantaranya
(1) Nyi Ambet Kasih
(2) Subang Larang dan
(3) Mayang Sunda
- Dari ketiga Istrinya yang terkenal itu, hanya anak-anak dari Subang Larang dan Mayang Sunda saja yang sangat begitu terkenal, karena dari Subang Larang kelak melahirkan Raja-Raja di Kesultanan Cirebon dan Banten dan dari ketrunan Mayang Sunda melahirkan Raja-Raja Pajajaran pengganti Prabu Siliwangi.
------------------
0 notes
Text
Tahun Ini Indonesia Berangkatkan 241 Ribu Jemaah Haji, Kuota Terbesar Sepanjang Sejarah
BANTEN – Pemerintah Indonesia akan berangkatkan 241 ribu jemaah haji pada tahun ini atau naik sekira 20 ribu orang dari jumlah normal 221 ribu orang yang telah disetujui Raja Arab Saudi. Perjanjian tersebut tertuang dalam kesepakatan perhajian (Ta’limatul Hajj) untuk musim haji 1445 H/2024 M. Kesepakatan tersebut telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia bersama Pemerintah Kerajaan Arab…
View On WordPress
0 notes
Text
Kebun Raya Bogor
A. Sejarah dan Fakta Menarik Seputar Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor merupakan kebun botani yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat. Tempat ini sering dijadikan alternatif liburan keluarga karena alamnya yang terjaga. Selain keluarga banyak juga lho anak muda serta rombongan anak sekolah yang menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai tempat rekreasi sambil belajar. Tiket masuk Kebun Raya Bogor yang terjangkau jadi alasan mengapa kebun ini selalu ramai dipadati pengunjung.
Meskipun ramai, kamu nggak akan desak-desakan saat berwisata ke sini karena luas Kebun Raya Bogor sendiri mencapai 87 hektar. Luas banget kan, RedTraveler! Kebun yang luas ini ternyata punya sejarah panjang, lho. Sejarah Kebun Raya Bogor serta fakta menarik lainnya bisa kamu temukan di sini.
B. Memiliki sejarah panjang dan sudah berusia lebih dari ratusan tahun
Berdasarkan prasasti batutulis Kebun Raya Batu merupakan bagian hutan buatan yang sudah ada sejak masa Kerajaan Sunda. Hutan ini berfungsi untuk menjaga kelestarian alam terutama melestarikan benih kayu yang sudah langka. Setelah Kerajaan Sunda ditaklukan oleh Kerajaan Banten, area hutan ini terbengkalai.
Pada masa kolonial Belanda tepatnya pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles yang tinggal di Istana Bogor tertarik untuk mengembangkan area ini menjadi kebun yang cantik. Dia sendiri memang punya minat yang tinggi terhadap botani. Atas bantuan ahli botani bernama W. Kent, Raffles menjadikan area ini menjadi halaman serta taman yang cantik untuk Istana Bogor. Ini lah sejarah singkat terbentuknya Kebun Raya Bogor yang kita kenal saat ini.
C. Memiliki lebih dari 12 ribu koleksi
Selain sejarah Kebun Raya Bogor yang sangat panjang, kebun ini juga menjadi saksi bisu perkembangan ilmu Botani di Indonesia, lho. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat terdapat 12.531 koleksi botani yang dikelompokan menjadi 3.228 jenis, 1.219 marga, dan 214 suku. Nggak heran Kebun Raya Bogor jadi tempat terbaik untuk orang-orang yang menyukai tumbuhan dan keragamannya.
D. Berhasil mengembangbiakkan bunga rafflesia
Kebun Raya Bogor juga dikenal sebagai tempat pengembakbiakan bunga rafflesia. Bunga jenis ini dikenal sulit dikembangbiakkan karena penyerbukannya sangat sulit dilakukan. Namun, atas kerja keras seorang peneliti bernama Sofi Mursidawati, bunga berbau busuk ini berhasil dikembangbiakkan di Kebun Raya Bogor.
E. Memiliki spesies bunga anggrek terbesar di dunia
Selain menjadi rumah bagi bunga raflesia, ternyata Kebun Raya Bogor juga menjadi rumah bagi spesies anggrek terbesar di dunia, lho. Anggrek itu bernama anggrek raksasa atau sering disebut anggrek harimau dengan bahasa ilmiahnya bernama grammatophyllum speciosum. Anggrek ini memiliki tinggi mencapai 7,5 m dan sudah tercatat di Guinness Book of Record.
F. Memiliki pohon yang sudah berusia ratusan tahun
Melihat sejarah Kebun Raya Bogor yang sudah berusia ratusan tahun nggak heran kalau di sini terdapat banyak pohon yang usianya tak kalah tua. Salah satu yang paling tua adalah pohon leci yang umurnya diperkirakan hampir 200 tahun. Pohon ini sendiri didatangkan langsung dari Tiongkok pada masa kolonial Belanda.
0 notes
Text
Nahdlatul Ulama: Meniti "Karang" Pada Masa Pendudukan Jepang
Jayabaya-seorang raja dari Kerajaan Kediri-tak sedang mengigau saat ia meramalkan bahwa “Pulau Jawa kelak akan diperintah bangsa kulit putih (Belanda), kemudian dari arah utara akan datang bangsa Katai, kulit kuning bermata sipit. Pemerintah dari bangsa kulit kuning tidak lama, hanya seumur jagung. Dan sesudah itu Jawa akan merdeka”.
Ratusan tahun kemudian, bukan kebetulan kalau prediksi Jayabaya menjadi kenyataan. Imbas Perang Dunia II antara blok sekutu (Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet) melawan blok poros (Jerman, Italia, dan Jepang) sampai juga ke Indonesia.
Barangkali Belanda tak akan menyangka, bala tentara berkulit kuning dengan perawakan tak terlampau tinggi itu berhasil merangsek ke nusantara. Keterkejutan ini menjawab pernyataan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Cornelis de Jonge, tujuh tahun sebelumnya.
De Jonge pada tahun 1935 pernah mengatakan secara angkuh “Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin: Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kunnen we praten.” (Apabila saya berbicara dengan para nasionalis, saya selalu memulai dengan kalimat: Kami Belanda telah di sini 300 tahun dan kami bahkan akan tinggal paling sedikit 300 tahun lagi. Kemudian kita bisa bicara).
Barangkali benar kata-kata bijak yang berbunyi, “Keangkuhan datang menjelang kejatuhan.” Terompet dan kembang api tahun baru mungkin masih terngiang, atau bisa jadi tak ada hura-hura di saat pergantian tahun, ketika Jepang bertandang ke Tarakan pada 11 Januari 1942. Tarakan yang sarat sumur minyak bumi, menjadi incaran pertama sebelum bergerak menuju Jawa sebagai “kunci” dan tentu Sumatra.
Gongnya terjadi di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942 ketika Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh menyerah tanpa syarat kepada Jenderal Hitoshi Imamura. Imamura mengunci Jawa. Ia dengan cerdik mendaratkan pasukannya di Teluk Banten, Eretan Wetan, dan Kragan.
Praktis sejak saat itulah wilayah Hinda Belanda (Indonesia) jatuh ke tangan pemerintahan militer (Gunseikanbu) Jepang. Dengan masygul, Bert Garthoff, penyiar radio NIROM, memutar lagu berjudul Wilhelmus berbarengan menutup siaran terakhirnya pada hari itu pukul 23.00. Ia mengucapkan kata-kata perpisahan dalam bahasa Belanda yang artinya, “Selamat Berpisah! Sampai berjumpa di waktu yang lebih baik.”
Waspada Sejak Mula
Bergantinya tampuk pemerintahan berdampak pada seluruh sendi kehidupan bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu ormas Islam yang sudah berdiri di tahun 1926, dan telah memainkan peranan penting dalam kehidupan kebangsaan dan kemasyarakatan juga tak luput dari dinamika masuknya Jepang ke nusantara. Benarlah sebuah pepatah. Keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.
Daoed Joesoef dalam Rekam Jejak Anak Tiga Zaman menuliskan kenangannya, “Kedatangan Jepang di Medan mula-mula disambut meriah oleh penduduk. Mereka bersorak-sorai, bertepuk tangan, berdiri di tepi jalan, dan berusaha menyalami serdadu yang sedang tegak berjaga di nyaris setiap persimpangan jalan. Orang dari kampung-kampung di sekitar Kota Medan yang kerjanya sehari-hari memasok pisang dan buah-buahan lainnya ke pasar-pasar kota, berbondong-bondong menyumbangkan pisang mereka ke tangsi tentara Dai Nippon yang mereka pahlawankan. Rumah-rumah Belanda diteriaki oleh penduduk dan dilempar batu kalau ada penghuni bule berani tampil ke luar.”
Dan tipu muslihat itu tak bertahan lama. Slogan Gerakan Tiga A (3A) yang mempunyai semboyan Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia hanyalah hiasan mulut tak berotot dan lidah tak bertulang.
Menyebut Indonesia sebagai saudara muda rupanya taktik belaka dalam merebut simpati, demi kepentingan terselubung di belakangnya. R.E Elson dalam The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan menuliskan, bahwa nyatanya memerdekakan Indonesia bukanlah prioritas utama bagi Jepang, dan Jepang menolak mentah-mentah upaya para pemimpin Indonesia berperan sebagai pemerintah langsung di bawah pengawasan Jepang.
Sebelumnya, janji-janji manis nan licin dilontarkan Jepang dalam maklumat nomor satu tertanggal 7 Maret 1942, yang dikeluarkan Gunseikanbu. Dengan kata-kata yang tercantum didalamnya semisal, “memperbaiki nasib rakyat Indonesia”, “yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon, “mendirikan ketenteraman yang tangguh untuk hidup dan makmur bersama-sama dengan rakyat Indonesia”, atau “mendatangkan keamanan yang sentosa dengan segera.”
Maklumat nomor satu itu serta merta menjadi perbincangan menarik di sana sini. Tak terkecuali para aktivis NU wilayah Banyumas, tepatnya di Sokaraja. KH Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren mengisahkan bagaimana sebuah rapat NU menanggapi tentara Dai Nippon yang mengambil alih wilayah Indonesia. “Kalimat memperbaiki nasib rakyat Indonesia saya kira cuma bujuk rayu kalau bukan kata-kata tipuan. Apalagi kalimat...’yang sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Nippon’ rasa-rasanya kok baru sekarang ini mendengarnya...itu cuma muslihat. Jangan lupa: alharbu khid’ah, perang itu penuh tipu muslihat.” kata Ustadz Mursyid, seorang penggiat NU Sukaraja.
Kekhawatiran Ustadz Mursyid bahwa perang penuh tipu daya sebagaimana dikisahkan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya itu tak salah. “Kesewenang-wenangan Jepang,” tulis Andrée Feillard dalam bukunya NU vis-à-vis Negara, “Terutama penghormatan terhadap kaisar Jepang yang dipaksakan dengan cara membungkukkan badan ke arahnya pada waktu-waktu tertentu, mulai menyulut reaksi penolakan dari pihak kiai, antara lain Kiai Hasyim Asy’ari yang dijebloskan ke penjara selama beberapa bulan tahun 1942 lantaran perkara ini.”
Bersiasat Demi Umat
NU yang berpandangan bahwa membela tanah air adalah sebagian daripada iman, tak tanggung-tanggung membela Indonesia, apalagi jika hal itu selaras dengan pandangan tauhid. Pengalaman NU di masa kolonial Belanda yang melakukan perlawanan kultural lewat pesantren dan organisasi yang dibangunnya tak mudah gentar dengan siapapun. Jejak sejarah mencatat bagaimana KH Zainal Mustofa dari pesantren Sukamanah yang sekaligus pengurus NU Tasikmalaya berjibaku dan menjadi martir melawan penindasan Jepang.
Amirul Ulum dkk menulis dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, bahwa akibat keteguhan NU memegang prinsip, KH Hasyim dituduh mengobarkan semangat anti penjajah. Tak lama kemudian, KH Mahfudz selaku ketua PBNU juga ditangkap Jepang dengan tuduhan yang sama seperti KH Hasyim. Atas ulahnya itu, Jepang mendapat kemarahan dari banyak kiai dan rakyat waktu itu.
Apakah saat itu Pemerintah Militer Jepang sedang cek ombak atau tidak terhadap NU, yang jelas lobi-lobi intensif yang dilakukan oleh KH Wahab Hasbullah berhasil membebaskan KH Hasyim Asy’ari beserta kiai-kiai lainnya dari tahanan Jepang.
Cengkeraman kebijakan militer pendudukan Jepang membuat hampir seluruh organisasi massa dan pergerakan dipaksa bertiarap. Termasuk NU yang walaupun sudah lama berdiri pada zaman Belanda dilarang melakukan kegiatan. Menurut Amirul Ulum dkk dalam buku Rekaman Biografi 23 Tokoh Pendiri NU, kecuali NU keresidenan Banyumas yang berhasil mempertahankan eksistensinya.
Akibatnya tak ada tempat yang cukup leluasa menjalankan roda organisasi. Larangan beraktivitas dengan massa mencolok dimaklumatkan, dan apabila melanggar, Kempetai Jepang sudah barang tentu akan menindaknya.
Dalam catatan di Berangkat dari Pesantren, KH Saifuddin Zuhri mengenang bahwa tahun-tahun pertama di masa pendudukan tentara Dai Nippon, Maret 1942-Maret 1943, ditandai oleh tumbuhnya kebencian rakyat kepada tingkah serdadu-serdadu Nippon dan rasa muak terhadap propaganda Nippon seperti romusha, saikerei, jugunianfu, dan lain-lain. Keadaan kemudian berbalik. Jepang yang butuh dukungan rakyat Indonesia, terutama umat Islam sebagai mayoritas, pelan-pelan didekatinya.
“Meskipun pada mulanya menutup semua organisasi pribumi, termasuk organisasi-organisasi Islam,” tulis Kevin W. Fogg dalam Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia, “Jepang mendukung aktivitas organisatoris Islam. Terutama untuk mendapatkan persekutuan dengan kaum muslim., dengan berharap dapat membangun kekuatan yang dapat dimobilisasi dalam perang jika diperlukan. Diantara aksi-aksi pertama mereka dalam hal ini pada 1942, Jepang mendirikan kantor urusan Islam dengan staf yang diisi para tokoh muslim lokal maupun Jepang, di lapangan pusat Jakarta.”
Mula-mula yang terlibat sebagai kepala kantor urusan agama (Shumubu) adalah Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat. Lalu KH. Hasyim Asy’ari, yang kemudian karena alasan sudah lanjut usia dialihkan pada anaknya, KH Wahid Hasyim. Tentu tak mudah mengemban amanah tersebut. Tak pelak, bagaimanapun KH. Wahid Hasyim adalah representasi NU dan juga umat Islam Indonesia di mata Jepang.
Hal ini menunjukkan bahwa NU adalah salah satu reperesentasi mayoritas di Indonesia dengan tokoh-tokohnya yang sudah mengakar. Fakta sosiologis ini tak bisa kita ingkari. Dan yang kedua, mungkin saja ini adalah strategi Jepang merebut hati rakyat Indonesia pada masa perang supaya lebih mudah dimobilisasi.
Peran KH. Wahid Hasyim tak sebatas berkiprah di NU saja. Walaupun masih berusia muda, radius pergaulannya sudah sangat luas. Wahid Hasyim berkawan dengan Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansur, Natsir, Wondomiseno, Prawoto, Tan Malaka, dan lain sebagainya. Ia terbiasa pulang pergi antara Jombang Jakarta via kereta api, untuk merapikan barisan keumatan dengan-sepengakuan KH Saifuddin Zuhri-memanfaatkan karcis kereta malam kelas I secara gratis. Ia kemudian menjadi salah satu motor dari meleburnya Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI) menjadi Masyumi.
Wahid Hasyim dalam karangannya yang bertajuk “Menyongsong Tahun Proklamasi Kemerdekaan yang Kedelapan”, dan kemudian dimuat oleh H. Abubakar di Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim menulis ihwal Masyumi yang lebih berpihak rakyat Indonesia ketimbang menjadi corong propaganda Jepang. “Dan sejak itu Masyumi lebih banyak menjadi saluran untuk menyatakan keluh kesah rakyat daripada menjadi alat propaganda Jepang. Bahkan rencana mereka untuk membawa Masyumi guna menggerakkan pengerahan romusa telah dapat digagalkan sama sekali dengan tegas. Selanjutnya Masyumi tidak lagi giat, artinya di lapangan propaganda, bahkan sengaja tidak berusaha, kecuali untuk memperlunak dan memperingan ketajaman pisau rencana Jepang yang ditujukan kepada rakyat, dan lagi dalam mengisi tentara Peta pada umumnya dan mengisi Hizbullah pada khususnya.”
Kalau masa penjajahan Belanda melahirkan elit dan intelektual pribumi lewat kebijakan politik etis dan sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial seperti HIS, MULO, AMS, HBS, GHS, RHS, MOSVIA, dan THS, maka berkah dalam musibah pada masa pendudukan Jepang adalah munculnya lapisan kaum santri-terutama yang berada di Jawa dan Madura-ke permukaan melalui latihan-latihan kemiliteran yang diinisiasi oleh Jepang.
Kosakata santri dalam konteks ini adalah pemimpin pesantren, ulama lokal, dan ustadz-ustadz muda aktivis organisasi keislaman. Mungkin tujuan jangka pendeknya sebagai cadangan guna mobilisasi perang Asia Timur Raya, namun nyatanya pendidikan kemiliteran ini kelak sangat berguna di kemudian hari saat Indonesia bersiap merdeka dan sesudahnya.
Harry J. Benda dalam Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang menuliskan keadaan bahwa pada tanggal 1 Juli 1943 dimulailah kursus latihan pertama bagi para kiai dan ulama dalam satu upacara yang mengesankan oleh Kolonel Kawasaki selaku perwakilan Gunseikan dan juga Kolonel Horie sebagai kepala Shumubu.
Aiko Kurasawa secara rinci mencatat hal ihwal latihan alim ulama ini dalam bukunya yang klasik dan otoritatif, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945. Menurutnya, jumlah seluruh alim ulama yang menjalani latihan ini diperkirakan sekitar lebih dari seribu orang. Dengan memperhitungkan fakta bahwa menurut statistik tahun 1943 yang dipersiapkan oleh Gunseikanbu jumlah seluruh kiai di Jawa ialah 18.466 maka mereka yang ikut dalam pelatihan mencapai sekitar 5,5% dari jumlah seluruh kiai.
Aiko juga mendaftar afiliasi organisasi peserta yang mengikuti latihan alim ulama tersebut. Dalam buku tersebut Aiko mengemukakan bahwa sangat mengesankan bahwa hampir 40% dari seluruh peserta latihan adalah anggota NU. Karena menurut catatan keanggotaan NU pada Agustus 1942 berjumlah 178.436 orang. Ini menjelaskan bahwa kiprah NU tak menyia-nyiakan setiap kesempatan walaupun pada masa sulit, yang mungkin saja akan berguna di masa mendatang.
Benar saja. Jepang hanya berkuasa seumur jagung. Hiroshima dan Nagasaki yang luluh lantak pada Agustus 1945, menjadi pertanda berakhirnya kekuasannya Jepang di Indonesia. Kemerdekaan yang menurut Bung Karno disebut sebagai jembatan emas, ditatap penuh harapan oleh generasi muda NU pada waktu itu seperti KH Wahid Hasyim, KH Masykur, KH Muhammad Ilyas, KH Wahib Wahab, KH Saifuddin Zuhri, Zainul Arifin, dan lain-lain.
*Asep Imaduddin AR, alumnus Pondok Pesantren Darussalam Ciamis
0 notes
Text
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-27): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Post Views: 9
Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO Dr Muhammad Najib
Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)
**********************************************************
SERI-27
Persaingan di antara Para Penjajah Nusantara
“Inggris juga sempat menduduki Indonesia, meski singkat. Bisakah diceritakan?” tanya Usted.
“Jejak bangsa Inggris di Indonesia dimulai dari Francis Drake, kemudian Thomas Cavendish. Tahun 1579, Drake mengikuti rute pelayaran yang sudah dilakukan Magellan, yakni melintasi Samudra Atlantik, kemudian menelusuri ujung Amerika Selatan, lalu masuk ke Samudra Pasifik dan mencapai Filipina. Akhirnya Drake tiba di Ternate dan membeli rempah-rempah di sana, kemudian membawanya pulang ke Inggris. Maka resmilah Drake menjadi orang Inggris pertama yang berhasil mengelilingi dunia. Thomas Cavendish bertekad mengikuti jejak Drake untuk mengelilingi dunia. Perjalanannya dimulai tahun 1586. Sesudah tiba di Filipina, Cavendish meneruskan pelayaran ke Nusantara, termasuk Maluku dan Jawa, pada awal 1588. Pada September 1588 Cavendish tiba kembali di Inggris. Penjelajahan yang dilakukan para pelaut besar Inggris ini mendorong Ratu Elizabeth I mempromosikan pelayaran internasional kerajaan Inggris. Terlebih saat disadari bahwa berbagai komoditas di belahan dunia lain, seperti rempah-rempah, bernilai ekonomi tinggi. Akhir tahun 1600, Ratu Elizabeth I memberikan hak istimewa kepada EIC atau East India Company, perusahaan dagang Hindia Timur, untuk menangani perdagangan di Asia dan sekitar Samudra Hindia. Tahun 1601, James Lancaster menjadi orang pertama yang memimpin armada EIC. Lancaster mengikuti jalur yang digunakan Portugis, yakni melewati Afrika. Ekspedisi Inggris ini diserang Portugis dan bajak laut Melayu di Selat Malaka. Catatan sejarah menunjukkan, Lancaster berhasil melanjutkan perjalanan ke Jawa dan mendarat di Banten. Ia mendirikan kantor dagang EIC pertama di sini serta mengirim utusan ke Maluku. Tahun 1603, Lancaster berhasil kembali ke Inggris dengan membawa kapal yang dipenuhi lada. Sepeninggal Lancaster, EIC terus berkembang. Perusahaan Inggris ini mendirikan pos-pos dagang di Malaysia, Singapura dan sejumlah kota pelabuhan di Nusantara, seperti Ambon, Makassar, Jepara dan Jayakarta,” uraiku panjang lebar.
Kemudian Usted memberikan lagi satu pertanyaan penting. “Bagaimana kisah tukar-menukar koloni antara Belanda dan Inggris?” tanyanya.
Baca Juga:
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-25): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-26): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
“Ceritanya berawal dari kedatangan VOC di Kepulauan Banda. Tujuannya satu, menguasai langsung satu-satunya sumber pala di dunia kala itu. Ketika itu pala bernilai sangat fantastik dan dikonsumsi oleh bangsawan Eropa untuk berbagai fungsi. Saat itu di Eropa harga pala bisa melonjak 60 ribu kali lipat dari harga aslinya. Sebuah catatan Jerman dari abad ke-14 menyebutkan bahwa harga setengah kilogram pala setara dengan ‘seven fat oxen’ atau tujuh lembu jantan gemuk. Sangat luar biasa. Dengan berbagai cara Belanda berupaya menaklukkan Kepulauan Banda. Penduduk setempat tentu tidak tinggal diam. Namun VOC menggunakan kekerasan tanpa ampun. Di Pulau Banda terjadi genosida terhadap penduduk asli. Dari 15 ribu jiwa jumlahnya menciut jauh menjadi 600 orang. Penduduk asli yang tersisa kebanyakan memilih hengkang dari Banda. Untuk menggarap pala, VOC mengimpor buruh kebun dari tempat lain di Nusantara. Di pulau-pulau besar, seperti Banda Neira dan Lontor, didirikan belasan benteng kokoh. Contohnya benteng Nassau yang dibangun tahun 1609. Inggris, yang juga berminat menguasai pala, datang ke wilayah ini pada 1616. Kongsi dagang Inggris, EIC, hanya bisa masuk ke salah satu pulau terkecil yang sangat terpencil, yakni Run, karena hampir seluruh Kepulauan Banda sudah dalam genggaman VOC. Kehadiran EIC otomatis membuat VOC merasa terancam. Apalagi Inggris kerap memberikan berbagai dukungan kepada penduduk setempat untuk melawan VOC Belanda. Sejak 1621, Belanda telah mencengkeram 10 dari 11 pulau di Kepulauan Banda, kecuali Pulau Run. Maka keberadaan Inggris laksana ‘duri dalam daging’. Selama lebih 40 tahun berikutnya terjadi pertikaian berdarah antara keduanya untuk memperebutkan Run. Akhirnya muncul kesepakatan damai melalui Perjanjian Breda tahun 1667. Perjanjian ini sebenarnya melibatkan beberapa negara, yakni Inggris, Belanda, Prancis, Denmark beserta Norwegia terkait koloni masing-masing. Salah satu yang diatur adalah pertukaran antara Pulau Run di Kepulauan Banda dengan Pulau Niew Amsterdam yang berlokasi dekat New York sekarang. Belanda rela memberikan Niew Amsterdam, daerah jajahannya di benua Amerika, kepada Inggris untuk ditukar dengan Run. Meski luas Niew Amsterdam, yang sekarang bernama Manhattan, 18 kali lipat dari Run, kesepakatan itu sangat menguntungkan Belanda. Akhirnya seluruh Kepulauan Banda, satu-satunya kawasan penghasil pala di dunia kala itu, dapat digenggam seutuhnya. Dan Belanda menjadi penguasa tunggal dunia untuk pala.”
BERSAMBUNG
0 notes