Tumgik
#kepercayaandiri
ywdh · 1 year
Text
Aku tidak mampu mengekspresikan diri bahkan melakukan atau mengatakan hal yang bertentangan. Aku dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan. Aku tidak memiliki kepercayaandiri. Hanya karena aku melindungi diriku sendiri, mungkin memang sepantasnya aku begini. I lost myself. I lost my spark. I lost interest in anything. I feel numb. Sekarang aku cuma menjalani hidup.
0 notes
Text
IKUTI, Call WA 085727696801, Tips Membangun Kepercayaan Diri
KLIK https//wa.me/085727696801, Membangun kepercayaan Diri Anak, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Komunikasi, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Public Speaking, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Bekerja, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Islam
Personal Coaching Programs
Personal dan life coaching merupakan program yang didesain untuk mereka yang ingin mendapatkan clarity dan awareness di aspek kehidupan: karir, relationship, personal growth, parenting dan juga self-transformation.
Melalui serangkaian pertemuan rutin, Anda akan mendapatkan confidence untuk mengambil langkah tepat yang berawal dari self-awareness tentang diri dan hidup Anda.
Berbeda dengan pendekatan terapi atau counseling, coaching melibatkan observasi seksama terhadap pola pikir, emosi dan perilaku Anda. Dengan bantuan coach, Anda akan mendapatkan pencerahan dalam melihat siapa diri Anda dan apa yang terbaik Anda bisa lakukan.
Program/Kelas Personal Coach :
Personal Transformation Coaching (Pengembangan Diri dan Komunikasi)
Career Coaching (Peningkatan Karier dan profesi)
Parenting Coaching
Coaching Clinic
Performace & Achievement Coaching
Profesional Coach Anna Jl. Manru Regency B-15 Kota Semarang Telp/WA 085727696801 (Dekat RSUD Wongsonegoro Kota Semarang)
https://www.facebook.com/profile.php?id=100090071196632https://www.tiktok.com/@coachoyrfc4?_t=8ZYZAw9e7eb&_r=1https://instagram.com/personalcoachtrainingg?igshid=ZDdkNTZiNTM=
#kepercayaandiri, #kepercayaandirianak, #kepercayaandirisendiri, #kepercayaandirianda, #kepercayaandiriberlebih, #kepercayaandiridanhargadiri, #kepercayaandirijadipenulis, #kepercayaandirinanak, #kepercayaandiripadaremaja, #kepercayaandiripria
Cara Meningkatkan Percaya Diri Menurut Psikologi, Cara Agar Percaya Diri Di Depan Umum, Sebutkan 2 Cara Melatih Sikap Percaya Diri, Cara Agar Percaya Diri Dengan Penampilan, Hal Yang Membuat Tidak Percaya Diri, Materi Membangun Rasa Percaya Diri, Cara Percaya Diri Walau Jelek, Cara Mengatasi Tidak Percaya Diri
0 notes
fedhol · 5 years
Text
Jika kamu tidak mampu meyakinkan orang lain tentang dirimu, maka kamu harus yakin terhadap dirimu sendiri.
Jika mereka meragukan kapasitasmu, apa kamu harus mengubur semua mimpimu?
Jika mereka meragukan mimpimu, siapa lagi yang harus percaya selain dirimu sendiri? Tentang jejak langkah kecilmu, tentang jalan takdir yang engkau pilih.
Yakin dan konsistenlah dengan apa yang telah kamu mulai, hingga tiba saatnya kamu menjadi pemenang...
13 notes · View notes
Photo
Tumblr media
Pikiran Yang Mengubah Hidup . Setiap kita tanpa sadar berfikir dan berkata dalam hati kita ketika melihat situasi yang kita alami, lihat, atau dengar. Namun sering kali pemikiran ini tidak selalu berdampak positif dalam diri kita karena kita menginterpretasikan kejadian tersebut dengan pemikiran yang keliru . Sadarkah kita pikiran yang selalu muncul dalam diri kita? Apakah itu berguna dan benar? . 🥇🥇🥇🥇Share ya kalau ini bermanfaat dan jangan lupa kunjungi bio kami di profile . #pikiran #terapikognitif #kognitif #afektif #terapidiri #konseling #selfbelief #kepercayaandiri #mengubahhidup #hidupbaru #transformasi #transformasidiri #luxdeiconsulting #luxdei #konsultasi #positif #benar #interpretasi #carapandang #polapikir https://www.instagram.com/p/CBNl5pHBQDl/?igshid=tc8963ocs893
0 notes
celotehsinonapuisi · 4 years
Quote
Sudah sejauh apa kegagalan merenggut keyakinan dan kepercayaandiri mu? Orang-orang tidak akan peduli. Lakukan sesuatu. Untuk menolong hidupmu.
Insaffinagp
19 notes · View notes
liputanviral-blog · 6 years
Text
Tampil Ciamik Bersama Brasil, Fabinho Siap Dipasang Klopp
LiputanViral - Setelah kedatangannya dari Monaco dengan biaya kira-kira sebesar 39 juta pounds musim panas ini, Fabinho belum tampil di pertandingan kompetitif untuk Liverpool. Namun, setelah kinerja yang mengesankan dalam kemenangan 2-0 Brasil melawan Amerika Serikat di jeda internasional pekan ini, Fabinho tampak siap untuk mengambil posisi tengah untuk Liverpool saat Liga Inggris kembali bergulir pekan depan. Meski ia adalah pemain yang lebih banyak bermain di lini tengah, Fabinho menunjukkan fleksibilitasnya dengan bermain di bek kanan untuk Brasil. Dia menunjukkan performa yang sangat baik untuk memenangkan penalti bagi timnya serta menunjukkan distribusi bola yang sangat baik. Berbicara setelah pertandingan melawan Amerika Serikat, Fabinho jelas merasa percaya diri, dengan mengatakan: “Selama latihan, semuanya berjalan dengan baik, saya juga mengenal rekan-rekan setim saya, jadi mudah bermain dengan mereka. Di awal permainan, saya harus memiliki kesabaran, dan saya mencoba untuk mempertahankan hal-hal sederhana untuk membangun kepercayaan diri, tetapi secara keseluruhan itu berjalan dengan baik.” Pemain asal Brasil itu juga ditanya tentang perasaannya bermain sebagai bek kanan, di mana dia menjawab: “Ini bukan kali pertama terjadi, jadi saya sudah terbiasa, saya telah melakukannya beberapa kali untuk klub lama saya.” Mantan bintang Monaco itu pun akan berharap mendapatkan kesempatan untuk tampil bersama Liverpool ketika mereka menghadapi Spurs pada 18 September. Itu adalah awal dari serangkaian pertandingan berat untuk tim The Reds, termasuk pertandingan Liga Champions melawan Paris St Germain, pertandingan Premier League melawan Southampton, pertandingan Piala EFL melawan Chelsea sebelum menghadapi Chelsea lagi di liga. Klopp telah melalui musim ini dengan cemerlang, dengan mencetak rekor 100 persen di liga. Namun, timnya akan melalui tantangan sesungguhnya setelah jeda internasional. Akankah Fabinho menjadi pemain yang bagus untuk Liverpool? Penggemar Liverpool tentu setuju, dengan suara sebesar 95 persen mengatakan ya pada jajak pendapat yang dilakukan oleh Mirror. Dan itu akan berusaha untuk dibuktikan oleh Fabinho dalam waktu dekat. Read the full article
0 notes
tomoyovigne-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Kebanyakan orang menilai kepercayaan diri adalah soal bagaimana anak mampu berani tampil di depan umum, padahal hal paling mendasar dari kepercayaan diri adalah anak mengetahui siapa diri mereka dan tahu apa yang akan mereka lakukan. __ Most people value that self-confidence is about how children are able to step forward in public, whereas the most basic thing about self-confidence is that children know who they are and then know what they are going to be. __ #toyphotography #macrophotography #figma #さくら #日本 #selfconfidence #selfesteem #psychologypost #psychologyquotes #KepercayaanDiri #HargaDiri #Psikologi #motivasi #wisdom #hikmah #Indonesia #pengrajinkata #children #anak #samsungphotography
0 notes
pojokpandang · 3 years
Text
Mr. Queen
Tumblr media
Gais, ada yang pernah nonton drama ini ga? wkwk. Gara-gara 11 kelas ngeslow terakhir yang hampir disetiap pertemuannya selalu diajak mikir pas movie time, jadi automikir deh nonton drama ini wkwk
Intinya drama ini menceritakan seorang koki ternama, laki-laki, dengan tingkat kepercayaandiri yang sangat tinggi wkwk, yang karena satu dan lain hal dia lari dikejar polisi dan akhirnya dia jatoh ke kolam renang. Disinilah alur cerita drama ini mulai. Dari dalam kolam renang itulah yang membawa jiwa si koki ke jaman Kerajaan Joseon sebagai seorang Ratu. Drama ini sebenernya menceritakan bagaimana jiwa si Koki terjebak di tubuh Ratu Joseon 200 tahun lalu sampai dia balik lagi ke tubuh aslinya dan membuat drama ini ber-genre historical comedy.
Ketebak ga gimana respon pertama si Koki habis nyemplung, bangun bangun dengan tubuh yang berbeda dan jaman yang berbeda pula? Kaget dong, pasti.
Terus? Yapp! Dia mencari cara untuk bisa kembali pulang ke tubuh aslinya, ba-gai-ma-na-pun-ca-ra-nya! 
Apapun yang dia lakukan disana pasti tujuannya supaya dia bisa balik lagi ke kehidupan dia yang sebenernya, wkwk. Karena diceritakan bahwa Ratu, sebelumnya jatuh ke danau dan membuat jiwa si Koki masuk ke tubuh Ratu, maka si Koki ini berusaha mencari air, mencoba nyemplung ke sumber air manapun, dan dia jg mencoba menarik perhatian Ibu Suri Agung (Ibu dari Raja sebelumnya, tapi bukan nenek dari Raja yang sekarang wkwk) supaya danau yang jadi tempat jatuhnya si Ratu diisi air lagi. Yang sebelumnya memang danau itu dikeringkan atas titah Ibu Suri Agung. Pokoknya segala cara dia tempuh supaya bisa balik lagi. Kalaupun dia melakukan sesuatu, mengambil keputusan sebagai seorang Ratu, misal, itu PASTI orientasinya adalah untuk membuat dia bisa pulang. 
Nah itu poinnya.  Karena dia paham kehidupan dia sebenarnya ada dimana maka apapun yang dia lakukan itu orientasinya ya buat kembali ke kehidupan itu kan. Dan itu sangat masuk akal, ya ga?
Ya kali si Koki tiba tiba jadi Ratu di Jaman yang berbeda terus dia ujug ujug menikmati gitu aja dan ga mau balik ke kehidupan dia sebelumnya. Justru respon kaya gitu tuh respon yang ga rasional. Fitrahnya, (defaultnya) dikondisi kaya gitu manusia emang akan bingung dan pengen kembali ke kondisi awal, ya kan?
Maka bukankah kita (manusia) juga tiba tiba ada di dunia ini? Dan bukankah respon yang lebih masuk akal untuk kita lakukan adalah mencari cara untuk bisa balik lagi ke tempat dimana kita berasal? Bukankah apapun yang kita lakukan harusnya juga berorientasi pada hal yang membuat kita kembali ke tempat kita berasal? 
Sekarang, yang jadi pertanyaan adalah emang kita asalnya dari mana sih? Buat apa? dan Bakal kemana sih kita?
wkwk, lanjut ya.
Ceritanya karena di jaman kerajaan gitu ya, maka banyak konflik internal tuh, perebutan kekuasaan, perselisihan antar kubu, saling merencanakan, saling menjebak, saling mencurigai, ya hal hal semacam itulah. Ga di jaman kerajaan aja sih, sekarang juga masih kaya gitu, eh?
Dan posisi nya si Ratu ini berasal dari salah satu kubu, namanya Klan Kim. Klan ini klan yang sedang berkuasa pada masa itu. Klan yang sama dengan klan-nya Ibu Suri Agung dan sebagian menteri disana. Bahkan si Ratu juga sengaja diangkat jadi Ratu karena berasal dari Klan Kim itu. Ya semacam strategi untuk melanggengkan kekuasaan Klan Kim mungkin ya. 
Di kubu seberang ada Klan Jo, yang jadi musuh bebuyutannya Klan Kim. Klan Jo ini merupakan klan-nya Ibu Suri (Ratu sebelumnya, tapi bukan ibu nya Raja), klan-nya sebagian menteri juga, dan klan-nya Selir Eui yang jadi Permaisurinya Raja.
Sedangkan Rajanya sendiri, ceritanya jadi Raja boneka gitu yang diatur sm Ibu Suri Agung dan Klan Kim. Tapi Raja ini diam diam juga merencanakan perlawanan dan menyusun strategi untuk menumpas kekuasaan Klan Kim yang semena mena, yang awalnya dibantu juga sama si Selir. Tapi Raja dan Selir ini sebenernya ga berpihak sm Klan Jo juga wkwk
Cerita romance nya sih si Raja ini lebih suka sama si Selir dibandingkan si Ratu, soalnya Ratu ini dari Klan Kim yang dikira pasti berpihak sm Ibu Suri Agung dan klan-nya. Padahal Ratu nya ini sebenernya pengen ngebantu Raja nya juga untuk melawan Klan Kim.
Nah yang menarik adalah..
karena Ratu ini diprasangkai kalo dia itu tidak berpihak pada Raja, tp berpihak pada klan-nya, akan membantu klan-nya, dst. akhirnya apapun yang dilakukan Ratu ya selalu di curigai sama Raja, Selir, dan Ibu Suri. Padahal kondisinya Ratu yang sekarang itu bukan Ratu yang sebenarnya kan. Yang ada di tubuh Ratu itu ya jiwanya si Koki dari masa sekarang yang ga tau apa apa. Si koki yang orientasinya adalah mencari cara untuk dia bisa kembali pulang ke kehidupan dia sebenernya wkwk
Maka banyak scene yang jadi lucu karena Ratu nya ngelakuin apa dengan tujuan apa tapi karena udh ga dipercaya duluan, ya si Raja, Selir, dan Ibu Suri ini selalu menebak-nebak maksud si Ratu, akhirnya mereka jadi sering suudzon sm Ratu wkkw
Kenapa menarik? karena ga sinkron aja. Tiga pihak ini, Raja Selir dan Ibu Suri, jadi capek sendiri mempertanyakan maksudnya sikap Ratu apa. Padahal ya Ratu kan tujuannya cm satu itu tadi pengen kembali menjadi diri dia sebagai seorang Koki kan wkwk.
Greget sih sebenernya wkwk mereka bertanya tanya apa maksudnya tapi ga nanya langsung ke sumbernya, malah nebak-nebak.  Padahal satu satunya orang yang bisa jawab kecurigaan mereka ya Ratu, karena Ratu yang punya kehendak, kan?
Nah itu poinnya. Nanya itu ya ke pihak yang seharusnya ditanya.
Karena ternyata menjawab dan menebak itu beda gais. Kalo misalnya kita bertamu gitu kan, trs disuguhin kue tuh. Ya kita akan bisa jawab kue bikinnya dari apa, gimana prosesnya, dan buat apa, kalo kita tanya ke orang yang buat kue, atau kita emg liat cara bikinnya gimana, atau kita liat dr resep nya, liat panduannya. Kalo ga liat dan ga nanya ke yang bikin, trs bilang kue ini dikukus misal, atau dipanggang, atau digoreng ya itu nebak namanya. Buat dapet jawaban kue itu dibuat dari apa, gimana prosesnya, dan buat apa ya harus ditanya ke sumbernya. Entah nanya ke orang yang bikin, atau orang lain yang ngeliat langsung cara bikinnya gimana, atau dari buku panduan resep nya. Ye ga?
Maka sama juga, buat tau jawaban pertanyaan sebelumnya, “asal kita (manusia) dari mana? buat apa? dan bakal kemana?” ya tanyakan kepada sumbernya biar kita ga nebak-nebak. Sumber nya siapa? ya yang mencipatakan manusia berarti kan, atau yang ngeliat secara langsung penciptaan manusia, atau dari buku panduan yang dibikin penciptanya.
Ya ga sih?
Jatinangor, 3 Dzulhijjah 1442H
1 note · View note
sinemeter · 4 years
Text
burning
Tumblr media
“I’m here, and I’m there. I’m in Paju, and I’m in Banpo. I’m in Seoul, and I’m in Africa.”
Pertemuan Jong-su dengan kawan masa kecilnya mengantar kepada dua kutub: cinta dan cita-citanya sebagai penulis. Untuk yang pertama, ia harus berhadapan dengan orang ketiga, sedangkan yang kedua, ia berhadapan dengan dirinya sendiri.
Cinta dalam Realita Kecemburuan Kelas
Lee Jong-su (Yoo Ah-in), lulusan jurusan sastra, menjalani kerja serabutan sebagai pengantar pasokan barang ke toko kelontong. Bukan pekerjaan yang menjanjikan dan ia pun terbuka untuk kerjaan serabutan yang lain demi menghidupi kesehariannya. Cita-citanya adalah menjadi seorang penulis fiksi, tapi tentunya ia harus mengantri bersama para sarjana pengangguran lain yang jumlahnya cukup membludak di Korea Selatan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Negara itu memang sedang mengalami krisis lapangan kerja baru dan anak-anak muda ini seakan langsung dihadapkan oleh beban ekonomi yang menyulitkan selepas mereka lulus. Apalagi untuk orang seperti Jong-su, yang berasal dari keluarga kelas pekerja broken home yang hidup di kampung pinggiran bernama Paju.
Ibunya pergi meninggalkannya di usia yang masih sangat kecil. Ayahnya adalah seorang peternak yang sangat abusif dan temperamental, dan sekarang tengah menjalani persidangan untuk kasus penyerangan terhadap seorang pegawai pemerintah. Bisa dibilang, Jong-su tumbuh tanpa kehadiran orangtua atau keluarga yang ideal. Ia terlahir untuk mengaspal jalan hidupnya sendiri yang tentunya terjal, tanpa modal, tanpa dukungan, tanpa privilege, dan hanya muat ditempati dirinya seorang.  
Suatu hari saat mengantarkan stok barang ke sebuah toko, ia bertemu Shin Hae-mi (Jeon Jong-seo), gadis dari kampung halamannya dulu. Hae-mi disewa oleh pemilik toko untuk menari-nari di pintu masuk, menghibur dan membujuk orang-orang yang lewat agar mau berkunjung. Awalnya Jong-su sempat lupa dengan Hae-mi, bahkan tak mengenalinya karena gadis itu sudah melakukan operasi plastik, tapi kemudian keduanya saling mengakrabkan diri dengan minum bersama di sebuah kedai. Di sana Hae-mi mengungkapkan rencananya berlibur ke Afrika dalam waktu dekat, dan sekalian meminta bantuan Jong-su untuk memberi makan kucing peliharaannya selama dirinya pergi.
Jong-su menurut. Dengan begitu ia diberi akses masuk ke kamar apartemen Hae-mi yang berantakan. Dengan begitu ia mendapat kesempatan dadakan bercinta dengan Hae-mi sambil menatap Menara Seoul yang tampak di jendela. Kucing itu tidak pernah menunjukkan dirinya setiap kali Jong-su datang ke kamar, kata Hae-mi hewan itu memang sangat pemalu. Dan setiap kali berada di kamar apartemen itu sendirian, didorong oleh kerinduannya terhadap Hae-mi, Jong-su berdiri menghadap jendela, menatap Menara Seoul, lalu bermasturbasi.
Sepulangnya dari liburan, Hae-mi ternyata membawa seorang teman baru yaitu Ben (Steven Yeun), laki-laki yang ikut terjebak bersamanya di bandara Nairobi gara-gara insiden pengeboman dari sekelompok teroris. Ben adalah pemuda dari kalangan kelas atas. Sosoknya bersih dan rapi, tinggal di apartemen mewah di daerah Gangnam, mengendarai mobil sport Porsche, dan terbiasa dengan privilege. Ketika ditanya apa pekerjaannya, dengan simpel ia hanya menjawab, “I play.” Pernyataan sederhana yang secara implisit menunjukkan status sosialnya sebagai orang kaya, bahwa mata pencaharian bisa semata-mata dinikmati sebagai hiburan. Berkebalikan dari Jong-su dan Hae-mi yang tampaknya belum bisa mengasosiasikan bekerja dengan bentuk keasyikan atau yang sejenisnya.
Tapi Ben sangat terbuka terhadap keduanya. Ia tidak seperti seseorang yang membeda-bedakan atau mempermasalahkan kelas sosial dalam pergaulan. Ia mengajak Jong-su dan Hae-mi datang ke apartemen eksklusifnya untuk menikmati pasta yang ia masak sendiri. Ia tak segan mengajak keduanya bergabung ke dalam lingkaran pertemanannya bersama anak-anak kaya yang lain. Ben bahkan sangat antusias mengunjungi rumah Jong-su yang sederhana, bersama Hae-mi menikmati matahari terbenam di sana sambil menenggak wine dan menghisap ganja. Tertawa, mengobrol, membaur, berbagi kisah pribadi, semuanya dalam sebuah momen sederhana yang mungkin tak akan terulang lagi oleh mereka bertiga.
Namun bagi Jong-su, dari sejak kehadirannya, Ben adalah sebentuk intimidasi. Kekikukkannya tampil di hadapan Ben, begitu pula dengan kerendahdirian, keseganan, kedusunannya yang seolah tak terelakkan. Apalagi Ben seolah-oleh secara otomatis disetel untuk membawa kepercayaandiri dan keeleganan dalam setiap ekspresi, gestur, atau aksi yang ia tunjukkan. Ada persaingan maskulinitas yang dirasakan Jong-su, ia seperti dihisap ke dalam medan magnet Ben yang lebih kuat. Perbedaan kelas sosial dan nasib ekonomi membuatnya terpaku pada hal-hal yang dimiliki Ben ketimbang atribut-atribut personalnya sebagai manusia dan itu, tentu saja, tak terhindarkan.  
Jong-su: “How much older is he than me? Six or seven years? How does he live like that at this age? Traveling abroad, driving a Porsche, listening to music while cooking pasta…”
Hae-mi: “I guess he’s young and rich.”
Jong-su: “He’s the Great Gatsby.”
Hae-mi: “What do you mean?”
Jong-su: “Mysterious people who are young and rich but you don’t know what they really do. There are so many Gatsbys in Korea.”
Pertaruhan terbesar Jong-su di hadapan Ben adalah Hae-mi. Ia mungkin tak menyangka akan jatuh cinta kepada Hae-mi, tapi kehadiran Ben membuat perasaan tersebut jadi semakin tebal sekaligus juga semakin terancam. Jong-su yang bermobil pick-up dan Ben yang bermobil Porsche. Jong-su yang tinggal sendirian di desa dan Ben yang tinggal sendirian di apartemen elit. Jong-su yang pengangguran dan Ben yang tak perlu menghiraukan pekerjaannya untuk hidup. Semua yang tidak dimiliki Jong-su dan semua yang dimiliki Ben, hal-hal itu membuat jarak antara perasaan Jong-su terhadap Hae-mi.
Mungkin itu sebabnya Jong-su mengakui cintanya terhadap Hae-mi kepada Ben, justru di kala Hae-mi sedang terbaring tak sadarkan diri di sofa rumahnya gara-gara mabuk. Sebuah pernyataan tegas yang ketika diutarakan terlihat seperti permohonan halus agar Ben mau mengalah. Cara tersebut justru sangat khas dipraktekkan oleh pihak yang lebih dulu mengaku kalah, dan mungkin juga agak inferior karena toh selama ini status hubungan Ben dan Hae-mi belum terlalu jelas. Saat itu Ben hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman yang memang masih sangat ambigu untuk dinterpretasikan. Bagi Jong-su, ia hanya ingin memastikan bahwa kedudukan Ben di puncak strata tak bakal mengganggu relasi romantisnya yang penuh kesederhanaan. Ia hanya butuh memastikan kalau teritorinya tak terusik, dan sebagai seorang laki-laki pembatasan seperti itu merupakan aturan yang esensial.
Sayangnya, rasa cintanya itu kemudian harus menghadapi gangguan yang tak terduga. Beberapa hari setelah mereka bertiga berkumpul di rumah Jong-su, Hae-mi menghilang. Gadis itu pergi tanpa meninggalkan jejak ataupun petunjuk, meninggalkan Jong-su dan Ben dalam konfrontasi yang aneh. Menyisakan Jong-su dengan kepingan-kepingan puzzle yang mesti ia rasionalkan sendiri, bahkan kalau perlu menggunakan imajinasinya sebagai penulis pemula.
Menghilangkan Diri Sebagai Hasrat dan Jalan Keluar
Hae-mi sedang terobsesi menekuni seni pantomim. Di depan Jong-su ia mempertontonkan triknya memakan buah jeruk khayalan. “Just forget that there isn’t one. The important thing is to think you really want one,” ungkapnya. Dan trik itulah yang ia bawa dalam kehidupannya sebagai seorang gadis kelas pekerja yang berjuang menghadapi realita sendirian.
Kepergiannya ke Afrika bukan sekadar liburan senang-senang. Di balik itu ia tertarik dengan filosofi kaum Bushmen di gurun Kalahari yang mengkategorikan kelaparan manusia ke dalam dua tingkatan, kelaparan kecil dan kelaparan agung. Kelaparan kecil adalah semata-mata rasa lapar yang dirasakan tubuh, sedangkan kelaparan agung adalah rasa lapar akan makna hidup, dan itulah kelaparan sejati manusia. Ia ingin memperdalam konsep tersebut dalam tarian-tarian ritual yang ia saksikan secara langsung, tarian penyerahan diri kepada kuasa kehidupan yang tak terkontrol tapi menentukan, dengan harapan ia bisa mendapat petunjuk tentang jalan yang harus ditempuh.
Hae-mi adalah pribadi yang tengah bergulat dengan beberapa isu. Ia terjerat utang-utang yang belum bisa ia lunasi yang mungkin salah satunya ia gunakan untuk mempermak wajah lewat operasi plastik. Tentu itu bukan urusan kosmetis saja, tapi sebagai modal eksistensi yang ia bawa untuk menunjang kesehariannya. Sebelumnya ia tak pernah jadi perempuan yang cantik atau menarik secara fisik, oleh karenanya ia merasa perlu mengubah penilaian dunia terhadapnya.
Tumblr media
Pertemuannya dengan Jong-su membawa secercah harapan yang belum bisa terdefinisikan perihal cinta. Diam-diam ia pun menaruh rasa suka kepada pemuda itu. Namun, di saat yang bersamaan, ia pun masih berkonflik dengan situasinya sendiri yang tampak memberikan duri terhadap urusan komitmen. Sebab Hae-mi seperti ditakdirkan untuk terus berlari, meloloskan diri dari cengkeraman demi cengkeraman utang, yang bahkan telah membuatnya terasing dari keluarganya sendiri. Maka, untuk perasaan cintanya itu ia hanya bisa sebatas menunjukkannya dalam bentuk kisah metafora sumur, di mana ia terjatuh di dalamnya dan ditolong oleh lelaki pilihannya.
Hae-mi: “There used to be a well next to our house. I fell into it when I was little. Do you remember?”
Jong-su: “You fell into a well? How old are you?”
Hae-mi: “Maybe when I was seven? I fell in while playing by myself. I was looking up from below and crying for hours. I was terrified that I’d die if nobody found me. But then his face appeared. Jong-su found me, and I was rescued. But he doesn’t even remember.”
Sepulangnya dari Afrika, satu pengalaman yang sangat antusias ia ceritakan kepada Jong-su dan Ben adalah saat dirinya dan para turis lain menonton proses terbenamnya matahari yang syahdu di alam terbuka. Ia menuturkan pengalaman tersebut sambil berurai air mata karena begitu ia terserap ke dalam momen yang mewakili ekspresi batinnya yang terpendam, yaitu keinginan untuk menghilang (“I want to vanish just like that sunset”). Sebuah hasrat aneh yang di dalamnya terserak harapan-harapan besar untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Bukan kematian, tapi pelarian, karena ia masih ingin merasakan hidup, dan masih ingin mewujudkan mimpi-mimpi.
Maka sambil menyaksikan matahari terbenam sekali lagi di rumah Jong-su, di kampung tempatnya bertumbuh sebagai anak kecil dulu, ia larut mengekspresikan hasratnya dalam tarian. Ia menanggalkan bajunya lalu memperagakan tarian kelaparan agung yang seketika membuat kesadarannya melesat ke tempat yang tak terjangkau, yang hanya bisa dilihat oleh dirinya saja, tempat menenangkan yang ada di kejauhan sana. Ia begitu khusyuk, kembali meneteskan air matanya lagi, menyerahkan diri kepada yang agung sebelum akhirnya terlalu mabuk untuk bisa berdiri.
Namun, aksi pelepasan itu justru tidak mendapat apresiasi yang diharapkan dari Jong-su yang menganggapnya terlalu vulgar (“Why do you undress so easily in front of men? Only whores do that”). Orang yang paling dipercaya dan disayanginya itu seakan menolak segala konsepsi besarnya tentang hidup, tentang dirinya, tentang makna dari seluruh eksistensinya. Maka Hae-mi pun kemudian memutuskan pergi menghilang, meninggalkan semuanya seperti angin lalu, mungkin mencari petualangan-petualangan baru, atau sekadar meneruskan pelariannya dari realita.
Tak ada yang tahu ke mana ia pergi, termasuk rekan kerjanya. Tapi hanya rekan kerjanya itu, yang juga sesama perempuan, yang tampaknya bisa menerka motif dari kepergian Hae-mi. Sebagai kaum kelas dua dari level ekonomi bawah yang terus berjuang mendapat tempat yang layak di masyarakat, menghilang adalah salah satu mekanisme pertahanan diri yang memungkinkan oleh karena situasinya selalu saja “There’s no country for women” ─ dunia ini sudah terlalu maskulin buat mereka.
Ketika Fiksi Coba Merasionalkan Kehidupan
Sewaktu Hae-mi masih tak sadarkan diri di atas sofa, Jong-su dan Ben berbagi momen kebersamaan berdua. Mereka bertukar cerita tentang hal-hal pribadi. Jong-su menceritakan sedikit tentang sifat keras ayahnya yang jadi penyebab keluarga kecil mereka berantakan. Sementara Ben menceritakan tentang hobinya yang aneh, yang kerap ia lakukan setidaknya dua bulan sekali, yaitu membakar rumah kaca yang terbengkalai sampai habis tak bersisa.
Ben: “Sometimes I burn down greenhouses. I have a hobby of burning greenhouses. I choose an abandoned greenhouse and set it on fire. Once every two months. I think that’s the best pace for me.”
Jong-su: “So you burn down other people’s greenhouses?”
Ben: “Of course. It’s a crime, so to speak. Just like how you and I are smoking this pot. It’s a clear crime. It’s very simple though. You spray kerosene then throw a lit match. That’s it. It takes less than ten minutes for it to burn down. You can make it disappear as if it never existed. In Korea, there are tons of greenhouses. Useless, filthy, unpleasant-looking greenhouses. It’s like they are waiting for me to burn them down. And as I watch them burn to the ground, I feel great joy.”
Ada banyak rumah kaca di kampung tempat Jong-su tinggal. Masyarakat di sana mayoritas bercocok tanam, maka tak heran hampir setiap rumah punya rumah kacanya sendiri yang di dalamnya ditumbuhi berbagai jenis tanaman. Tentu saja beberapa juga ada rumah kaca yang sudah tak terpakai, bangunan kayu usang yang dilapisi plastik transparan lecek dan isinya pun dipenuhi debu, sisa-sisa tanaman, atau mungkin sarang-sarang serangga. Rumah kaca seperti itulah yang jadi sasaran Ben. Ia mengaku kepada Jong-su bahwa kedatangannya ke Paju salah satunya adalah untuk memantau rumah kaca berikutnya untuk dibakar. Dan tanpa memberikan banyak petunjuk, Ben hanya menginformasikan bahwa rumah kaca tersebut sangat dekat dengan rumah Jong-su.
Setelah pertemuan itu, Jong-su jadi rajin mengitari kampungnya buat mengecek semua rumah kaca yang ada di sana. Setiap hari ia melakukannya tapi tak satu pun ia temukan rumah kaca yang dibakar. Walaupun Ben mengakui kalau ritual pembakaran itu sudah ia eksekusi tapi Jong-su tidak menemukan bukti-bukti yang memvalidasi pengakuan tersebut. Bukan hanya itu, ia yang masih penasaran dengan sumur yang diceritakan Hae-mi tak menemukan ada jejak sumur di sekitar kampung. Ia sudah menanyakan ke beberapa penduduk di sana dan mereka mengaku tak ingat atau tak tahu tentang keberadaan sumur apa pun.
Lalu Hae-mi menghilang tanpa kabar di suatu hari. Hobi aneh Ben membakar rumah kaca, sumur yang tak jelas adanya, termasuk kucing Hae-mi yang tak pernah terlihat wujudnya (“Am I coming here to feed an imaginary cat?”). Semua itu berkelindan dalam pikiran Jong-su dan ia berusaha untuk menemukan apa makna di balik itu semua. Motif yang abstrak, kepribadian yang tak terbaca, serta perasaan yang berterbangan tak tentu arah, segala hal tersebut terasa irasional dan begitu buram untuk bisa dimaknai oleh Jong-su seorang.
Di titik inilah jiwanya sebagai seorang penulis terpanggil. Ia merangkai poin-poin misteri tersebut lalu ia hubungkan menjadi pola-pola yang bisa merumuskan maksud rasional dari semua yang terjadi. Di dalam imajinasinya itu ia merancang karakter dan plot yang terhubung secara logis lewat motif-motif yang ia arahkan sendiri. Dengan begitu, sebagai pengarang yang menyutradarai cerita, segalanya jadi tampak jelas.
Ben adalah si antagonis misterius. Seorang borjuis yang di balik keramahtamahannya tersimpan senyum psikopat. Hobi anehnya membakar rumah kaca adalah metafora yang memulas hobi sesungguhnya yaitu membunuh gadis “terbengkalai” yang banyak bertebaran di Korea. Dan salah satu gadis tersebut adalah Hae-mi. Gadis belia kelas pekerja yang harus banting tulang untuk membiayai hidup sehari-harinya, jauh dengan keluarga, serta terjerat banyak utang yang memberatkan. Hae-mi tentu saja tidak hilang secara misterius, tetapi jadi korban pembunuhan yang dilakukan Ben. Gadis atraktif yang pandai bercerita dan hidup kesepian itu adalah karakter yang sangat pas bagi Ben untuk melancarkan hobinya.
Jong-su juga hadir di dalam cerita. Ia adalah sang narator, juga protagonis yang kemudian membongkar setiap petunjuk yang mengarah kepada Ben sebagai psikopat yang telah menghabisi Hae-mi. Ia yang menguntit, mengawasi gerak-gerik Ben, dan mencurigai segala tindak-tanduknya baik dari kejauhan maupun dari dekat. Dirinyalah yang mengakhiri cerita dengan berdarah-darah lewat penusukan yang ia lakukan berkali-kali kepada Ben di samping mobil Porsche-nya. Ia tutup adegan terakhir itu dengan membakar mobil mewah Ben berisi mayatnya, lalu pergi dengan menanggalkan seluruh baju dan celananya sendiri, seolah-olah manusia yang baru dilahirkan. Sebuah klimaks yang menarik, artistik sekaligus simbolis untuk karya fiksi bergenre thriller.  
Maka Jong-su menunjukkan bahwa fiksi, baik sebagai sastra ataupun seni, sejatinya merupakan instrumen intelektual yang digunakan oleh manusia, atau dalam hal ini pengarang, untuk memberikan makna, maksud, tujuan, awal dan akhir kepada kehidupan yang secara garis besar absurd dan irasional ini. Fiksi membuat hidup terasa lebih “ramah” dan “terkontrol” karena plot yang dibagi ke dalam pembukaan, konflik, dan penutup, serta karakter yang umumnya dibedakan jadi protagonis dan antagonis. Fiksi merekayasa, memanipulasi, dan memodifikasi relasi dan takdir hidup manusia dalam bingkai yang lebih mudah diamati, juga dijelaskan. Dalam fiksi, kehidupan manusia bisa lebih terfokus pada tema-tema atau topik-topik yang lebih spesifik, tanpa tercampuraduk dengan keacakkan dan kekacauan yang biasa terjadi.
Fiksi memang tidak akan menjawab dengan akurat setiap tanda tanya dalam dinamika kehidupan seseorang, dan tidak pula akan menyelesaikan hal-hal yang belum diselesaikan seseorang dalam kenyataannya. Tapi setidaknya fiksi memberikan perspektif alternatif yang bukan tidak mungkin justru yang paling dibutuhkan sebagai amunisi untuk menghadapi, menyelesaikan dinamika tersebut. Fiksi sebenarnya mewakili insting dan gerak alamiah manusia akan pencarian jawaban, alasan, pola, atau motif atas segala hal yang terjadi di dunia (obyektif) atau dunianya (subyektif).
“The morals of nature are like simultaneous existence,” kata Ben kepada Jong-su, bahwa secara alamiah eksistensi dari sesuatu akan terus direproduksi, diredefinisi, direkonfirmasi, karena tak ada pemaknaan yang absolut di dalam kehdupan yang terus bergerak dan berubah ini. Hipotesis itulah yang menginspirasi Jong-su buat meletakkan imajinasinya ke atas kertas, memenuhi panggilan batinnya untuk jadi penulis dan ia pun menggariskan takdir bagi para karakternya. Pada prosesnya itu ia pun harus tetap bisa menerima dengan segenap hati bahwa kehidupan yang ia alami, ia jalani, terlalu luas untuk bisa ia simpulkan sehingga pasti tak akan semenarik kisah fiksinya. Artinya, seperti manusia lainnya pula, dalam kehidupan ini ia hanya sebongkah kecil ketidakpastian yang terhubung dengan ketidakpastian di dekatnya lalu membentuk ketidakpastian yang lebih besar dari sebelumnya. Dan terus seperti itu.
Tumblr media
oleh: Ikra Amesta
1 note · View note
hartinrizkyy · 4 years
Photo
Tumblr media
TITIK TERENDAH
 =============================================
Setiap orang pasti punya kegelisahan di dalam dirinya yang sedang diperjuangkan kebenarannya. Namun, bentuk kegelisahan setiap orang tentu berbeda begitu pun cara menemukan turning point­ nya. Jadi tak semua bisa kita paksakan dengan cara kita, meski mempunyai tujuan jalan keluar yang sama.
Setiap orang hari ini mungkin sedang memperjuangkan ketidakpercayaan dirinya terhadap ketidakberdayaan, atas keraguan dan kegelesihan yang hadir dalam ruang hidupnya.
Seperti diriku saat itu, sekitar masa-masa awal transisi menjadi seorang Ibu. Anak yang baru lahir sekitar beberapa bulan yang lalu. Padahal banyak orang berkata, ketika anak sudah berusia bulanan Ibunya akan jauh lebih terbiasa dengan dirinya yang baru.
Tetapi tidak berdampak begitu denganku,
Walau di luar terlihat normal layaknya Ibu pada umumnya, menyusui, menggendong, mengajak bermain,memandikan dll. 
Yaaa..yaa... aktivitas itu berjalan normal seperti biasa.
Namun tidak di dalam diriku.
Entah berapa ulang kali ku bahas mengenai sisi diriku yang penuh pemikiran ini, yang oleh karena itu pula aku mengalami ini.
Awal semua itu terjadi saat mendampingi anaku Farrel. Mungkin Ibu lain juga mengalami ya, ketika menjadi seorang Ibu ko yaa rasanya kuping dan hati kompak menjadi jauh lebih sensitif dari biasanya dalam menanggapi komentar, khususnya mengenai anak. Ada yang berkomentar anak cantik/cakep, kurus, gendut, tinggi, pendek, cengeng, ko susah makan, bau tangan, dan lain lain. Setiap ibu punya kriteria sendiri mana saja dari komentar-komentar tersebut yang membuat hatinya senang dan kesal.
Sama denganku, senang rasanya ketika Farrel diberikan komentar positif dan kesal bukan kepalang ketika dapat komentar negatif, yang sering kali berujung curhat panjang sama suami  kadang sampai berlinangan air mata.
Di dalam hati inginnya nimpal yang berkomen negatif itu “ silakan coba posisi Aku sekarang”. Tapi apa daya, mulut cuma bisa mingkem, atau senyum tak niat, untuk menahan.
“Ya Allah lembutkanlah hati hambamu ini untuk lebih bersabar”, gumamku.
Tanpa tersadari semua komentar itu, telah membelengguku.
Sampai akhirnya, aku melihat jauh ke dalam diriku. Setiap malam aku berpikir mengenai semua komentar yang pernah aku dapatkan tentang anakku, kemudian ku cerna semua dalam perspektif berbeda. Juga diriku yang selama ini seolah berjalan di alur tanpa kepastian dan keajegan. 
Sampailah aku di titik.
“Apakah tujuanku sebenarnya sebagai Ibu selama ini, dalam mendidik Farrel?”
Apakah untuk mendapatkan sanjungan dari orang bahwa anakku anak yang pintar, atau bentuk usaha agar aku tidak di cap sebagai Ibu yang malas-malasan oleh orang lain, ataukah agar anakku nanti bisa menjadi seseorang anak yang bersekolah kemudian bekerja di tempat yang bergengsi juga favorit.
Bersamaan juga aku ketahui,
Bahwa orang mempunyai opini nya tersendiri mengenai anak pintar dan Ibu yang baik versi mereka, hingga lahirlah bermacam-macam versi ibu dan anak ideal, dan tak mungkin juga aku harus turuti dan penuhi satu-satu opini berjuta-juta orang itu.
Kenyataan lain juga, bahwa ternyata banyak yang bekerja di tempat bergengsi namun, kehadirannya tak diharapkan oleh orang di sisi. Sedangkan ada yang tak bekerja di tempat kantoran hanya di sisi jalan namun kehadirannya sangat dirindukan dan penuh kebermanfaatan.
Malam berganti malam dan aku masih saja memikirkan itu semua, hingga sampai nangis sesegukan di dalam kegelapan.
Dan bergumam di dalam hati.
“Ya Allah, aku tuh kenapa?, Aku harus bagaimana?”
Karena saking tidak enaknya hati ini, mencari-cari misi diantara opini diri sendiri yang saling kontradiksi. Serabutan di dalam pikiran seperti benang kusut yang terus memintal tak beraturan dan layaknya jalan yang jarak pandangnya semakin memburam, membuatku semakin “sempoyongan”.
Di tengah tangis yang masih terus sesegukan, dan mencoba menghibur dengan scrolling feeds Instagram.
Terus tiba-tiba jariku yang sedang lincah naik turun di layar HP terhenti, dan ku seketika tertegun tak lama ambyar tangisku semakin deras.
Melihat Feed dari akun instagram islami yang isinya
“Setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban.”
 Seolah pertanyaan berderet dalam benak itu, Allah jawab KONTAN melalui seberapa petikan kalimat dari salah satu Mazhab, Hadist HR. Al-Bukhari: 4789
Tersentak dan lalu mencoba mengurai satu demi satu kemudian mensinkronkan antara apa yang ada di hati dan pikiran.
memulai memperbaiki, menyusun kembali perlahan keadaan yang sebelumnya penuh carut marut untuk menjadi lebih terstruktur.
kutemukanlah “MISI HIDUP” ku sebagai Ibu yang sebenar-benarnya.
tidak lain dan tidak bukan adalah kembali melangkah dan menetapkan hati di setiap detikan langkah untuk mencari ridha-Nya.
Kini tak ada lagi kegamangan ketika dihadapakan dengan komentar yang kurang berkenan di hati.
Yang ada hanya kepercayaandiri ku untuk berusaha semaksimal yang aku bisa dan memberikan versi terbaikku dengan sepenuh hati untuk mendidik Farrel agar mampu bertumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya, dengan cara yang Allah ridhai.
Sampai di akhir masa nanti, ketika ku diminta pertanggungjawaban atas kewajibanku, Aku tak ragu, dan Aku percaya Allah jauh lebih tau usahaku daripada diriku sendiri.
karena Allah Al-Alim (Maha Mengetahui)
“Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:216)
Now, I’m ready to face the world with the new better of me and 
“Never Stopped Running, The Mission Alive”
  #navigasidanberaksi #matrikulasibatch8 #institutibuprofesional #belajardarirumah
*pict edited by canva
0 notes
kucingmengeong · 7 years
Text
Berubah atau Kalah
Menemukan misi hidup adalah juga menemukan kepercayaandiri. Iya, kepercayaan diri akan kemampuan yang telah Ia titipkan kepada kita untuk dikembangkan sehingga menjadi maslahat ummat di muka bumi ini. Kemampuan itulah yang menjadi pondasi produktivitas diri dan meluaskan kebermanfaatannya.
Ketika telah menemukannya, jangan hanya sekedar berbangga hati saja. Hendaknya diri beranjak dari zona nyaman yang mengungkung, agar tak hanya menjadi katak dalam tempurung. Luaskan perspektif, jadilah inovatif!
Mudah ya menulis begitu, padahal untuk aksi memulainya butuh energi aktivasi yang tinggi. Huhu, bismillaah..
“Mulailah dengan PERUBAHAN, karena pilihannya hanya satu: BERUBAH atau KALAH”
2 notes · View notes
indrilolyta · 4 years
Text
Sebagian orang lebih baik tidak tinggal bersama orang tua nya
Hanya saja sebagian orangtua nya tak mengharapkan sebagian anaknya
Tentu saja orangtua punya harapan tertentu terhadap anaknya
Hal itu sama dengan anak tersebut punya harapan tertentu kepada orangtua nya
Orangtua selalu menuntut dihormati
Sedangkan anak selalu menuntut dimengerti
Dasar anak tak tau terimakasih ucap orangtua kepada anaknya
Taukah kalian para orangtua hardikan kalian bagaikan panah yg menghancurkan kepercayaandiri kami untuk membahagiakan kalian
Anak memiliki keyakinan untuk membahagiakan kalian, tapi jika kalian selalu menghancurkan kepercayaandiri kami maka kami akan lari dari kalian. Dan semua ucapan kalian benar-benar terwujud. Bukankah ucapan adalah doa?
0 notes
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
IKUTI, Call WA 085727696801, Tips Membangun Kepercayaan Diri
KLIK https//wa.me/085727696801, Membangun kepercayaan Diri Anak, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Komunikasi, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Public Speaking, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Bekerja, Membangun Kepercayaan Diri Dalam Islam
Personal Coaching Programs
Personal dan life coaching merupakan program yang didesain untuk mereka yang ingin mendapatkan clarity dan awareness di aspek kehidupan: karir, relationship, personal growth, parenting dan juga self-transformation.
Melalui serangkaian pertemuan rutin, Anda akan mendapatkan confidence untuk mengambil langkah tepat yang berawal dari self-awareness tentang diri dan hidup Anda.
Berbeda dengan pendekatan terapi atau counseling, coaching melibatkan observasi seksama terhadap pola pikir, emosi dan perilaku Anda. Dengan bantuan coach, Anda akan mendapatkan pencerahan dalam melihat siapa diri Anda dan apa yang terbaik Anda bisa lakukan.
Program/Kelas Personal Coach :
Personal Transformation Coaching (Pengembangan Diri dan Komunikasi)
Career Coaching (Peningkatan Karier dan profesi)
Parenting Coaching
Coaching Clinic
Performace & Achievement Coaching
Profesional Coach Anna Jl. Manru Regency B-15 Kota Semarang Telp/WA 085727696801 (Dekat RSUD Wongsonegoro Kota Semarang)
https://www.facebook.com/profile.php?id=100090071196632https://www.tiktok.com/@coachoyrfc4?_t=8ZYZAw9e7eb&_r=1https://instagram.com/personalcoachtrainingg?igshid=ZDdkNTZiNTM=
#kepercayaandiri, #kepercayaandirianak, #kepercayaandirisendiri, #kepercayaandirianda, #kepercayaandiriberlebih, #kepercayaandiridanhargadiri, #kepercayaandirijadipenulis, #kepercayaandirinanak, #kepercayaandiripadaremaja, #kepercayaandiripria
Cara Meningkatkan Percaya Diri Menurut Psikologi, Cara Agar Percaya Diri Di Depan Umum, Sebutkan 2 Cara Melatih Sikap Percaya Diri, Cara Agar Percaya Diri Dengan Penampilan, Hal Yang Membuat Tidak Percaya Diri, Materi Membangun Rasa Percaya Diri, Cara Percaya Diri Walau Jelek, Cara Mengatasi Tidak Percaya Diri
0 notes