#karung goni
Explore tagged Tumblr posts
Text
O882.I6ЗI.IᑫЗЗ karung plastik untuk,karung beras warna biru
toko karung jogja,grosir bagor jogja,harga bagor jogja,harga bagor kulon progo,jual bagor wates,jual karung,produsen karung,alamat penjual karung plastik jakarta,distributor karung plastik,harga agen karung plastik,jual karung plastik 50 kg,jual karung plastik magelang,karung plastik 25kg,karung plastik adalah,karung plastik bekas semarang,karung plastik beras,karung plastik tebal,tas karung plastik jumbo,toko karung plastik,harga 1 karung beras,harga beras 1 karung 30 kg,harga karung beras 25 kg,karung beras gula,karung goni beras,pabrik karung beras laminasi,pembuatan karung beras,print karung beras,toko karung beras terdekat,ukuran karung beras 50 kg,karung plastik kendal
#karung goni#beli bagor jogja#grosir karung wates#harga karung jogja#toko karung gunung kidul#bahasa inggrisnya karung plastik#harga tas karung plastik#karung plastik 50 kg#pabrik karung plastik di bandung#pabrik karung plastik di solo#harga 1 karung beras 50 kg#kantong beras 5 kg#karung beras 50 kg#karung beras gula#karung plastik wonosobo
0 notes
Text
yang terbaik, 081809584233 motor tas karung goni
yang terbaik, 081809584233 motor tas karung goni
Tas motor:anti air,gendong,jumbo,makanan,anti air,besar,kurir
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA 0818-0958-4233. Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
motor tas karung goni
#motortaskarunggoni
0 notes
Text
Terbaik, 0818-0958-4233 Pengrajin Tas Karung Goni Jogja
Terbaik, 0818-0958-4233 Pengrajin Tas Karung Goni Jogja
Pengrajin Tas - Pesan tas seminar, ransel, sling bag, koper, fashion, promosi, souvenir, custom, kerja, kurir, goodie bag, kanvas, sablon, sekolah, travel bag, dompet, pouch, mika, handbag, coverbag, trolley.
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA. Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
Pengrajin Tas Karung Goni Jogja
#PengrajinTasKarungGoniJogja
0 notes
Text
Mencurigakan, Dua Pria Dibekuk Bawa Karung Goni
BATUBARA | Transpublik- AL, 22 warga Dusun I Desa Pematang Sijago Desa Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka dan Hs, 29 warga Dusun Tasak Baru Desa Lalang Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara diamankan petugas Polsubsektor Polsek Indrapura saat membawa goni. Kepada wartawan Kapolres Batubara melalui Kasi Humas Polres Iptu Abdi Tansar, Jumat (13/7/2023) menjelaskan, dua pria ini awalnya dicurigai…
View On WordPress
0 notes
Video
youtube
Tetap Waras di Hidup yang Se-waduh Ini
Kayaknya screentime sosial mediaku sangat berkurang deh belakangan. Sudah lelah menghadapi kenyataan jadi lihat sebentar udah bosan. Nonton youtube juga kayak jadi pengantar tidur menuju buaian impian. Tapi, biasanya selalu nonton tiktok pas lagi makan. Hahaha. *Anak tiktok ni bosss, senggol dong!
Menuju pertengahan tahun, ada banget di fase, waduh apa lagi yang akan kuhadapi hari ini. Tapi, kalau malam ngerasa kok udah jam segini. Belum ini, belum itu, belum nyelesaiin ini, belum bikin itu, belum mikirin ini, belum nonton itu, gitu aja terus tau-tau udah pagi. Apakah ini bisa dibilang ambi? Bisa jadi, tapi ambinya cemen, karena lebih ke arah panik. Panik kalo semua orang jadi lebih keren, sementara aku gini-gini aja. Sebuah kecemasan super gak penting gak sih?!
Efeknya apa? Jadi gak sabaran, dan ketika mempelajari hal baru bukannya positif, tapi malah “kemana aja sih, selama ini gak ngerti hal kaya gini?”. (Hmm hobi kok ngatain diri sendiri). Bukannya menolak konsep self-improvement. Gak sama sekali. Cuma, apa sih yang dikejar? For the sake of experimenting? Fear of running out of time? Or fear of missing out?
Sebagai kaum medioker, aku paham betul bahwa harus uSaHaAaA biar gak ngerasa ketinggalan. Dan, akar dari perasaan ini sebenarnya adalah krisis pede yang sifatnya timbul tenggelam. Pas apes aja ketrigger kalau lagi sensi, capek, terus lihat postingan orang. Seneng kok lihat pencapaian mereka dan tak jarang juga kasih tombol like, meskipun habis itu lanjut main sama kucing *insert emoji senyum yang ada airmatanya.
Kalau kata Donne Maula di lagu ini: Daur hidup akan selalu berputar Tugasku hanya bertahan Terus jalan dan mengalirlah seperti air Dari lahir sampai ku jadi debu di akhir
Semoga tulisan ini akan jadi pengingat untuk diri sendiri agar terus bersemangat dan tetap kuat. Syukur bisa belajar hal baru setiap hari ataupun dapat kutipan bijak dari orang-orang hebat. Tapi, aku juga akan menerima kalau ada hari-hari dimana gak harus ngejar sesuatu dan gak merasa buang-buang waktu saat duduk bengong cuma demi lihat langit warna biru.
Selamat kita sudah hampir tiba di pertengahan tahun 2024! Ke pasar baru beli soto babat Dibungkusnya pakai karung goni I love you 2024 Love you juga yang baca tulisan panjang bin lebar ini *kiw kiw
4 notes
·
View notes
Text
"Ma, kalau neng nyoba pulang sendiri pake angkot boleh gak?" "Boleh, cari angkot yang ada banyak orang ya biar ada temen, kalau nanti di angkotnya tinggal neng doang terus masih jauh. Turun aja yaa, cari angkot lain."
Kelas 3 SD mulai memberanikan pergi-pergi sendiri pake angkot.
"Ma, ini daftar barang bawaan buat ospek." "Sok apa yang bisa dibeli sekarang beli, apa yang perlu dibuat sekarang kerjain."
Sejak ospek pertama Alhamdulillah bisa ngerasain masuk pasar sendiri buat beli karung goni dan nyari makanan ringan yang harus dibawa.
"Ma, ada tugas sejarah berkunjung ke Museum Geologi. Nanti mau pergi sama temen-temen pake angkot aja barengan. Boleh?" "Boleh, hati-hati yaa."
Untuk pertama kalinya kelas 7 SMP naik angkot bareng temen-temen ke Bandung.
"Ma, tugas kunjungan kemaren harus dibikin kliping ternyata, neng lupa." "Ya udah kerjain di warnet aja nanti minta anter Ai."
Karena belum punya komputer jadi kalau ada tugas harus ke warnet. Biasanya Ai anter sampai ke bilik warnet, lalu ditinggal terus 2 jam kemudian Ai jemput.
Waktu Ai bikin laporan pkl, komputer di rumah lagi rusak. Jadi harus mengerjakan di rental komputer, biasanya Ai mengerjakan dari sore pulang sekolah sampai rentalnya tutup sekitar jam 9 malam.
Saya bersyukur mama mendidik kami untuk mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Saya bersyukur mama mengajarkan kami untuk fokus mencari solusi apa yang bisa dilakukan, mencari alternatif penyelesaian. Maka melihat anak-anak sekarang untuk tugas sendiri aja harus dikerjakan oleh orang tuanya. Mau bikin laporan aja harus ngerecokin orang lain alasannya gak ada laptop.
Greget juga yaa.
4 notes
·
View notes
Text
Ratna gulana
Cerita-cerita sudah dikumpulkan oleh Ratna dalam karung goni yang terpanggul tanpa kasat mata. Sembari Ratna merogoh kantung celananya, ia menyadari bahwa kakinya tidak selalu kuat untuk berdiri atas derita orang lain. Matanya terbelalak bahwa tidak ada manusia lain, hanya dirinya dan hantu masa lalu
April 2021
5 notes
·
View notes
Text
Rumah di dalam Koper
Duduk, menonton jalan dari dalam bus, dan tidak buka handphone adalah momen pause yang sederhana dari waktu yang terus berjalan. Waktu 20-60 menit itu sering sekali berkedip begitu saja dan aku harus melangkahkan kakiku lagi hingga telapakku nyeri. Namun bagaimana pun, ternyata waktu yang begitu sebentar itu memang porsi yang pas untuk menyentil kesadaranku yang sedang mengambang hingga aku ingin menyapa lagi halaman blog-ku yang usang dengan: Selamat pagi dari Aarhus!
Membawa Rumah
Ada 121 jenis barang yang kutulis di daftar barang bawaan untuk berangkat kuliah ke Denmark. Membuat daftar panjang itu menghabiskan waktu seharian penuh (mungkin dua hari). Membuat daftar panjang itu begitu menyenangkan, karena membuatku merasa aman untuk pergi jauh tanpa harus berpisah dari ‘rumah’ku— kepunyaanku. Itu sampai aku menyiapkan dua koper ukuran medium di kamarku dan menyadari bahwa 121 barang adalah jumlah yang overwhelming.
Untuk menyeleksi mereka, setiap barang yang masuk dalam koperku aku tanyakan terlebih dulu:
Apakah kamu membantuku merasa familiar di tempat asing? Akhirnya benda-benda sentimentil kubawa serta, seperti boneka kecil, buku-buku bahasa Indonesia, serta batik dan baju belel Indonesia.
Apakah kamu ingin kubawa pulang ke Malang? Sebisa mungkin aku ingin membawa kembali apa yang kubawa ke Aarhus, Waktu aku pindah kost dari Bandung ke Jakarta hingga akhirnya kukembalikan barang-barang itu ke Malang, aku ingat betapa banyak barang yang jadi milikku yang harus diangkut kesana kemari. Akibatnya, barang seperti selimut berwujud karung goni yang sangat ingin kubawa dari Malang kutinggalkan, karena sepertinya kelak membawanya kembali ke Malang agak mustahil. Begitu juga dengan piring, mug kucing, alat makan, dan alat masak.
Apakah kamu berguna untukku bisa survive di hari pertama aku tiba, saat aku belum bisa melakukan apa pun? Membawa rice cooker kecil, sedikit beras, dan abon terbukti ampuh untuk proses adaptasi. Selama 4 hari, dua kali sehari, laukku hanya bervariasi dari sambal instan, abon, dan teri balado. Memang, dalam 4 hari itu kebetulan aku belum bisa melakukan apa-apa.
Pada akhirnya, bagasiku over capacity dan aku harus membayar kelebihannya. Itu juga karena aku malah memasukkan koper kabinku ke bagasi alih-alih membawanya ke kabin. Kalau kurenungkan sekarang pun aku masih sulit menentukan barang apa yang tidak perlu kubawa kemari karena tiga pertanyaan di atas sudah menjadikan semua bawaanku bermakna. Kalau ada kebakaran, setidaknya aku punya gambaran bahwa ada tiga koper yang ingin kuselamatkan (sebuah analogi yang kurang bermanfaat, ya.)
Rumah yang Tidak Bisa Dibawa
Kata-kata ‘sampai jumpa’ buatku mulai terasa getir untuk diucapkan di dua minggu sebelum berangkat kuliah. Mau tidak mau tidak semua ‘rumah’ bisa muat di koper kita: misalnya teman, pacar, sahabat, saudara, dan orang tua. Tidak bisa tanpa sengaja bertemu, membuatku patah hati. Tidak bisa hanya perlu hadir dan diam saja tanpa perlu banyak kata-kata, membuatku patah hati. Tidak bisa memahami, mengerti, dan mendengar cerita mereka, membuatku patah hati. Berkeping-kepinglah perasaanku setiap melangkah keluar masuk pintu rumah di Malang kemarin.
Rumah lain yang tidak bisa dibawa adalah Kota Malang itu sendiri. Kota yang paling aku kenali. Celotehan orang-orangnya kukenali, tempo yang kukenali, dan sengatan matahari yang kukenali. Tempatku lahir. Tempatku tumbuh. Aku tidak bisa membawa masyarakat Malang berikut jalur-jalur jalan kakinya, apalagi membawa matahari tropisnya di dalam koperku, mau tidak mau.
Bagaimanapun, aku yakin bahwa jauh dari ‘rumah’ memang pas untukku di fase ini. Dan aku sedang membiasakan menjalani jalan yang tersedia di depanku, sekali pun jalan itu demikian asing.
5 notes
·
View notes
Text
Perlombaan Legendaris Kemerdekaan Indonesia: Balap Karung
Balap Karung | Balap Karung adalah permainan kompetitif yang dilakukan dengan memasukkan kedua kaki peserta di dalam karung goni atau karung beras yang mencapai pinggang atau leher mereka dan melompat ke depan dari titik awal menuju garis finis. Orang pertama yang melewati garis finis adalah pemenang perlombaan.
Dalam perlombaan balap karung ini peserta sering kali terjatuh hingga terguling-guling. Makna dari jatuh saat melompat dengan karung, kemudian bangkit lagi hingga akhirnya sukses mencapai garis finish, merupakan sebuah gambaran akan semangat pantang menyerah rakyat Indonesia jaman dulu yang telah berhasil meraih kemerdekaan Indonesia.
0 notes
Text
Oh iya mau cerita kalo aku bangga banget sama adik-adik aku yg punya ambisi besar dalam menuntut ilmuuuu🤓
Semenjak aku berhasil lulus masuk salah satu kampus top tier dalam negeri di pinggir jakarta, satu demi satu adikku punya keinginan yang sama untuk melanjutkan kuliah di perantauan. Begitu juga dengan wak, om, & tante yang ikut mendukung cita-cita kami.
Setelah dhila berhasil tembus almamater warna karung goni & syifa terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan yg sama denganku.
Sekarang dapet kabar kalau hum dinyatakan lulus sebagai mahasiswa di Jatinangor jalur SNBP!🥹 keren banget akakhuuuum!!
Tinggal dek jija nih yang baru naik kelas 12 ditunggu kabar baiknya😆 kebetulan si adek terlihat lebih unggul dari kita semua. Bahkan dia udah mimpi untuk ambil beasiswa LN🫡 walaupun belum dapet acc ortunya sih haha
Walaupun kita semua ada beda gap umur, tapi kalau udah ngmgin pendidikan & mimpi ke depan selalu nyambung dan saling mendukung satu sama lain.
Thats what siblings should do🥰
0 notes
Text
Reason to Wake Up
youtube
Salah satu hal yang tidak terbendung jalannya dalam dunia ini adalah, waktu.
– وَالۡعَصۡرِۙ
– – – –
Aku terbangun pukul 5.30 pagi. Sinar matahari pagi menghangatkan kami, di pelataran jalan, dekat gedung-gedung di Ibukota, tempat kami tidur. Tidak seperti kebanyakan warga kota ini, kami tidak punya alarm, tetapi kami selalu terbangun tepat waktu, akibat pergeseran gelap terang dan dingin panasnya antara ada dan tidaknya matahari.
Di sebelahku, ada buah hati paling mungilku yang masih merem-melek dipaksa bangun oleh sinar matahari pagi. Kami hanya berdua, entah sejak kapan kepala rumah tangga ini meninggalkan kami sendiri untuk hidup di jalanan. Maafkan ibu ya nak, maafkan ibu kamu tidak bisa berkembang seperti anak pada umumnya. Gumamku sambil merapikan rambut anakku yang kusut karena tidur kami tidak menggunakan bantal.
Mungkin 30 menit telah berlalu saat kami mengumpulkan nyawa, entahlah, kami juga tidak punya jam, kami hanya bergantung pada apa yang kami rasakan dan diberikan oleh matahari. Aku merapikan gelaran yang kami pakai untuk tidur, lalu mengambil karung goni yang biasa aku gunakan untuk memungut sampah-sampah yang nantinya bisa dikilokan dan dijual kembali.
Inilah pagi hari kami. Seorang pemulung dan anaknya yang tinggal di daerah Jakarta Selatan. Kami tidak tinggal disini karena kami mampu membayar tanahnya. Kami hanya meminjam fasilitas negara yang beralas dan beratap, dimanapun ia berada.
Alasan kami bangun adalah supaya kami bisa makan dan hidup di hari ini. Meneruskan kehidupan hingga waktu yang entah kapan datangnya. Apakah kami bahagia? Apakah kami semangat? Apakah kami punya alasan yang megah untuk kembali bangun lagi? Entahlah, kami belum punya kemewahan untuk memikirkan itu semua.
– Cerita dari Ibu pemulung dan anaknya yang aku lihat di bawah kolong jalan, dalam perjalanan menuju Kota Kasablanka untuk mencari Iftar
– – – –
Almas:
Aku sendiri pernah berada di beberapa fase hidup. Aku pernah menjadi orang yang terbangun dengan semangat untuk menjalani hari ini untuk menggapai mimpi. Aku pernah menjadi orang yang terbangun dengan rasa sesal mengapa aku masih hidup. Aku pernah menjadi orang yang terbangun lalu meniatkan sepenuh hari ini untuk beribadah kepada Allah.
Well, untuk sekarang, aku terbangun, karena dibangunkan oleh istri cantikku.
0 notes
Text
Ô882-16౩1-19౩౩ jual karung plastik magelang,karung plastik magelang
jual karung goni jogja,karung goni plastik,karung plastik jogja,tas karung goni jogja,beli karung wonosari,grosir bagor gunung kidul,harga bagor gunung kidul,jual bagor bantul,pabrik bagor wates,produsen bagor jogja,produsen bagor kulon progo,produsen karung wates,toko bagor bantul,toko karung wates,beli karung goni plastik,karung plastik adalah,karung plastik beras,karung plastik depok,karung plastik laminasi,karung plastik terpal,pabrik karung plastik di malang,pabrik karung plastik tangerang,tas karung plastik,cetak karung beras medan,harga 1 karung beras 50 kg,jual karung beras 10 kg,karung beras 15 kg,karung beras 25 kg,karung beras 5kg,karung beras makassar
#karung goni#harga bagor bantul#harga karung kulon progo#produsen karung#karung plastik bandung#karung plastik besar#pabrik karung plastik di tangerang#toko jual karung plastik terdekat#woven bag karung plastik#karung beras hijau#karung beras jagung#karung beras laminasi#pabrik karung beras#ukuran karung beras#karung plastik semarang
0 notes
Text
0 notes
Text
Damkar Denpasar Beri Edukasi Kepada Siswa Taman Kanak-Kanak
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Edukasi cara memadamkan api dalam kondisi kebakaran sejak usia dini sangat penting diberikan, untuk keselamatan bersama dalam kegawatdaruratan. Hal tersebut dilakukan Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Kota Denpasar yang memberikan edukasi kepada siswa Taman Kanak-Kanak Kumara Santi V, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Senin (8/1/2024). Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Denpasar, I Made Tirana menyampaikan kegiatan sosialisasi peningkatan edukasi pengurangan resiko bencana kebakaran sejak dini. Kegiatan ini sebagai bagian dari kegiatan Bidang pencegahan Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Denpasar yang melibatkan siswa Taman Kanak-Kanak Kumara Santi V, Kelurahan Serangan. Edukasi ini juga difasilitasi oleh PT Pertamina Niaga FT Sanggaran dalam memberikan dukungan kepada anak-anak, orang tua, dan guru tentang cara pemadaman api dalam kondisi kegawatdaruratan, serta memberikan pemahaman dasar tentang bahaya api. "Sejak dini mereka dapat melatih keterampilan keamanan, dan meningkatkan kesadaran terhadap tindakan pencegahan kebakaran yang menggunakan sarana karung goni, drum, LPG, dan apar yang dipandu dua orang narasumber dari Damkar dan Penyelamatan Denpasar," ujarnya. Lebih lanjut Tirana menyampaikan, kolaborasi siswa taman kanak-kanak dengan petugas pemadam kebakaran adalah langkah positif untuk meningkatkan kesadaran keselamatan. Melibatkan mereka dalam kegiatan bersama dengan petugas damkar dapat memberikan pengalaman langsung, dan pemahaman yang lebih baik tentang peran pemadam kebakaran, serta tindakan yang perlu diambil dalam situasi darurat. Ini juga dapat menciptakan hubungan positif antara anak-anak dan petugas pemadam kebakaran. "Kami berharap anak-anak dapat mengidentifikasi risiko api, tahu cara mengatasinya, dan menjaga keselamatan diri serta orang di sekitarnya," ujarnya.(bpn) Read the full article
0 notes
Text
to the forest back and forth
Description:
Nona Rusa akhirnya tahu bahwa Kaner mengetahui tentang spesiesnya. Setelah menodong senjata api, menembak satu peluru. Apakah cukup untuk menutupi jejaknya sebagai The Last One Standing?
***
Aku tidak ingat berapa umurku waktu tragedi Pentagona Engelm terjadi.
Karena satu-satunya yang berbekas di benakku saat tragedi itu terjadi adalah bagaimana aku sedang ditembus bara api pada punggung sebagai salah satu susunan acara dalam ritual membangkitkanku sebagai vampir. Dalam momen ini aku bahkan sudah tidak bisa membedakan mana pedih bara api atau segel yang Phlox sematkan pada tubuhku sebagai miliknya. Di mana setelah ritual ini selesai itu berarti yang tersisa dariku hanya pikiran dan jiwa. Aku tidak punya lagi kuasa atas tubuhku sendiri karena akan bergerak sesuai dengan perintah Phlox.
Di saat Phlox sempat gentar akibat tragedi ini, tapi justru sebaliknya, Pentagona Engelm memberikan harapan lebih bahwa suatu saat aku pasti terbebas dari belenggu dan bayang-bayang Phlox.
BRUK!
Kuda kami berlari ketakutan dan menjatuhkan kami berdua ke tanah. Aku—langsung tersadar dan sebagai orang pertama yang refleks bereaksi saat dua makhluk berwarna cokelat dan hitam itu terbirit-birit.
"Hey! Kembali ke sini!" teriakku. Suara dari sampah makanan yang berada di karung goni menggema ke seantero area hutan ini. Tentu saja mereka tidak akan kembali. "Look what you've done! You scared them without even thinking! You almost kill us—especially me!" celotehku pada Nona Rusa yang masih terbaring. Mengulum senyumnya, sebelum akhirnya pecah.
"Hahahahaha!" tawanya geli. Ini tertawanya paling lama dan kencang yang aku tahu selama mengenalnya dalam tiga hari terakhir.
"What?!"
"There you go. Bapak-bapak so cranky. Fed up in their own egos." Lalu Nona Rusa terduduk. "You know I always thinking, kayaknya kamu emang somebody older when they turn you into vampire. Look how cranky you are."
"How do you know I was turned?!"
"You are not that pale." Ia sedikit mengerutkan pangkal hidungnya playfully. "Remember? I was there in Pentagona Engelm?"
Aku menghembuskan napas kasar sebagai barter dari rasa dongkol yang masih tercekat di tenggorokan. Lalu Nona Rusa mengulurkan sebelah tangannya padaku. Bukan untuk meminta bantuan berdiri, "Hello. The name's Cassine Ilex Holly. Call me Cass or Cassine—whatever you want. Nice to meet you," lanjut perempuan itu dengan air muka paling bangga yang pernah kulihat dalam seorang perempuan. Aku segera menjabat tangannya dan menariknya sampai ia bangkit dari tanah. "Nice to meet you too, Cassine." Nyaris jantungnya turun ke perut. Momen ini seperti antara hidup dan mati. Aku tidak bisa mengulas senyum sama sekali. Nervous, bertemu makhluk mitologi yang benar adanya. Lalu Cassine—berjalan santai ke pohon yang menjadi sasaran tembaknya barusan. Ia mencabut selongsong peluru yang masih berisi kemudian diberikan kepadaku. "I want you to learn," dan mengatupkan jari jemariku. Membuat peluru itu dalam genggamanku.
"Let's go," ia berjalan mendahuluiku. Memimpin seperti yang sebelum-sebelumnya.
"Wait—what? Just like that? Tanpa ada penjelasan lebih detail?"
"Makanya, kita sambil jalan."
Cassine mulai menjelaskan bagaimana ia tahu tentang berita yang tersebar beberapa dekade lalu, soal kaum vampir yang menjarah ke satu kota ke kota lainnya untuk disinggahi. Dikuasai lebih tepatnya. Tidak jarang dari mereka juga menculik spesies yang mereka anggap lebih lemah daripada spesies mereka. Untuk dijadikan budak, memperbanyak populasi; karena sudah pasti mereka juga akan diubah menjadi vampir.
Seperti kataku padanya tadi malam, ia hidup terlalu lama. Ia sudah familiar dengan semua ini. Knows too well.
"Ugh, I hate them since forever." Kata Cassine seraya menebas semak yang menghalau jalan kami. "Tapi kamu tahu, manusia worshipped them like some of kind Sex God,"
Setelah bermenit-menit intens, akhirnya aku kembali bisa tertawa. "Watch your mouth, Darling."
"No. I'm serious. Kalau kamu hidup di lingkungan dan waktuku juga pasti sama sebalnya."
Aku tertawa mengejek. Sekarang aku seperti punya sekutu dalam membenci satu spesies. "Kuda-kudamu termasuk yang terbaik, apa kamu tidak apa-apa membiarkan mereka kabur begitu saja?"
Perempuan itu menggeleng ringan. "Aku tahu ke mana mereka pergi. Sebentar lagi kita sampai di Brassica. Terlebih lagi, yang mereka bawa adalah sampah. Semua yang kita butuhkan ada di ransel. Sampah makanan adalah yang aku kubur sewaktu kita berkemah kemarin."
"Untuk apa?"
"Pertanda bahwa aku pernah ada di sana. Manusia selain meninggalkan nama, mereka juga meninggalkan sampah." Aku tidak mengerti tapi Cassine tampak bangga dengan senyumannya yang lebar.
Meninggalkan sampah kok bangga?
Karena dari kemarin aku habiskan waktu hanya untuk menonton punggung dan rambutnya, membuatku punya inisiatif. "Cassine, bagaimana kalau aku kepang rambutmu?"
Tanpa disangka, perempuan itu langsung berbalik badan dengan semangat dan binar mata. "Kamu serius?!"
"Ya. Daripada berantakan begitu. Perjalanan kita juga melibatkan banyak kegiatan fisik. Kalau rambutmu menghalangi jalan kamu bisa terbunuh."
"Oke!"
Entah bagaimana, Cassine selalu tahu lokasi sumber air. Sungai, anak sungai, danau, dan semacamnya. Mungkin pantai selanjutnya. "Tunggu sini, ya. Aku akan mengambil bunga-bunga dulu." Ujarku seraya bergegas; sementara aku selalu bisa menemukan padang rumput dan padang bunga. Setidaknya di antara semak-semak. Seperti belukar Myosotis Sylvatica ini. Cocok sekali dengan rambut hitam kecokelatannya. Lalu aku cepat kembali pada perempuan yang sedang menggoyangkan kedua kakinya bergantian di atas sungai. Ia seperti biasa duduk di bebatuan.
Dengan segenggam bunga berwarna biru, aku memintanya untuk melepas ikatan dari karet warna hitamnya. Dan juga...
"Apa kamu punya sisir?"
"Nih," ia langsung menyodorkan sisir berwarna teal dengan aksen emas. "Oh, pretty." Komentarku saat menerimanya.
"Thanks. Itu satu dari sekian benda yang tersisa dari peradabanku." Cassine terdengar sedih waktu bicara kalimat tersebut. Walau ia membelakangiku.
"Apa rambutmu yang lembut ini juga salah satu peninggalan peradaban manusia?"
Perempuan itu tertawa renyah. "Enggak. Ini hanya genetik milikku seorang. Even my mother don't have it and obviously envy about them."
"Manusia memang spesies paling menarik."
"Uh huh. I used to watching their behaviour, interact with them."
Aku cepat-cepat mengalihkan topik. "Di umur berapa kamu sadar bahwa kamu punya lifespan lebih panjang dari manusia pada umumnya?"
"25."
"So young."
"Yeah. Compare to yours."
Aku hampir bisa merasakan senyumnya dalam kalimat. Lalu pura-pura meringis kesakitan akibat sarkasnya barusan. "Ouch. That hurts." Usailah kepanganku pada rambutnya. "Gunakan ini," Ujar Cassine seraya mengambil suatu beda dari tasnya dan disodorkan padaku. Benda itu berwarna hitam, silver, bentuknya kotak. Ukurannya segenggam tanganku. Barang-barang manusia banyak yang mungil. Sama seperti Cassine.
"Apa ini?"
"Kamera. Fungsinya untuk mengambil gambar. Karena aku tidak bisa memutar mataku jadi gunakan itu untuk mengambil gambar dari hasil kepanganmu itu. Aku mau lihat!"
Ia mengajariku bagaimana caranya. Hanya arahkan ke objek yang mau difoto sampai layar kecil pada bagian belakangnya sesuai dengan bagaimana aku mau memposisikan objek. Lalu pencet tombol yang paling besar. Selesai. "Whoa, keren." Sambil mengembalikannya dan duduk di samping Cassine. "Ya 'kan." Ia sangat bangga sembari memutar tuas sekali dan foto tadi sudah tercetak ke dalam selembar kertas berkilau.
Aku nyaris tertawa kencang karena kegirangan atas sihir dalam benda ini tapi buru-buru tutup mulut karena pasti akan menggema dan mengundang makhluk yang seharusnya tidak ada di sini; yang pasti selembaran itu aku goyangkan ke atas dan ke bawah karena Cassine bilang, warna pada gambarnya semakin jelas kalau aku terus melakukan itu.
Ia tetawa kecil sebelum kembali menatap layar kameranya lagi. "Terima kasih, ini cantik." Katanya sambil mengagumi hasil karyaku.
"Kepangan cantik, untuk nona cantik."
Perempuan itu tersenyum sebelum jarinya tidak sengaja menekan tombol yang mengganti gambar layar jadi foto dirinya dan seorang laki-laki. "Is that your brother?" tanyaku.
Cassine mengangguk. "Yes." Ada pilu dalam matanya.
Adik laki-laki yang mati dalam Pentagona Engelm. "By the way, foto ini waktu aku masih 13 tahun." Jelasnya. Aku awalnya tidak paham dengan tambahan informasi ini, kemudian saat membandingkan foto itu dengan wujudnya yang sekarang. Cassine tidak berubah satu dekade pun.
"Oh..."
"Aku baru sadar di umur 25 tahun. Para peneliti tidak sempat menyelesaikan studinya tentang kenapa aku bisa tidak berubah dalam dua puluh tahun terakhir. Manusia keburu punah." Ia tertawa. Tapi aku tidak. Sekarang ia terlihat kesepian.
Kami meneruskan perjalanan. Aku ingin sekali bertanya tentang apa yang terjadi pada adiknya.
Kenapa bisa sampai terbunuh?
Dan kenapa bisa ada kaitannya dengan keluarga vampir Pentagona?
Jangan-jangan, ia sama sepertiku?
Korban dari penjarahan para vampir di waktu silam?
"Oh, iya. If you thinking about eating me out, you can't." Pernyataan tiba-tiba itu membuyarkan pikiranku.
"Why not?"
"You will be dead."
Sebelum aku bisa bereaksi banyak, satu semak belukar lagi yang kami tembus mengarahkan ke pintu masuk kota Brassica. Ada palang-palang kayu yang membatasi. Tentu saja, bukan palang kayu dengan besi berkarat seperti di lintasan kereta api. Jadi kita tidak perlu memotongnya dengan kapak karena sudah ada penjaga yang siap membuka-tutup.
"Selamat sore, aku—"
"Ya, Nona Cassine. We got you." Kata salah satu penjaga dengan tubuh gempal, dua kali lipat lebih besar daripada tubuhnya. Tidak lupa dengan kedipan sebelah mata. Poni yang menghiasai botak tengahnya sampai jatuh ke pelipis akibat banyak tingkah
Disguasting.
Di sisi lain, Cassine tersenyum manis. "Oh, that's handy—"
"Already feeling good with your ears these days?" tanya satunya lagi. Memotong.
"Yeah. Yeah." Perempuan itu tertawa getir. "Aku juga bukan buronan jadi there is no need to hide my ears. Also, he is—" lalu ia menengok padaku. "He is with me—"
"Afternoon, Mr. Kaner." Sapanya padaku tapi aku terlanjur tidak tahan dengan basa-basi tidak sopan ini.
"Alright, Gentleman. May we got in? My darling here is already tired, can you see? We are from far far far away." Aku menengahi. Mereka langsung membuka palang dan gerbang tinggi dengan dua penjaga di atas, sisi kiri-kanan dengan tatapan setajam burung elang.
Well, I see you. Aku menatap balik.
Di balik gerbang pembatas itu ternyata ada kota dengan kelap-kelip lampu paling terang. Aktivitas masih berjalan sama seperti matahari berada tinggi di langit. "Kipp! Tipp!" tiba-tiba Cassine berlari ke arah sebuah Inn yang di depannya beristirahat dua ekor kuda yang tadi siang kabur karena mendengar suara tembakan.
0 notes
Text
Semangat Pantang Menyerah, Relawan Buat Spanduk AMIN dari Karung Goni
JAKARTA | KBA – Semangat relawan untuk memenangkan pasangan capres nomor urut 1 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) sangat tinggi. Karena itu, relawan Riau membuat alat peraga kampanye (APK) dengan menggunakan karung goni bekas. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) simpul relawan Anies Pejuang Indonesia Keadilan (APIK) Provinsi Riau Herman Fernandes menyatakan hal itu kepada KBA News, Jum’at,…
View On WordPress
0 notes