#kampus seni di amerika
Explore tagged Tumblr posts
Text
Social Club
Social club di kampus-kampus mulai merebak pada abad ke-19. Pada saat itu, perguruan tinggi di Amerika Serikat masih sangat baru dan masih belum memiliki banyak fasilitas. Social club menjadi salah satu cara bagi para mahasiswa untuk bersosialisasi dan mendapatkan dukungan sosial. Social club juga menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.
Social club pada awalnya hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa laki-laki. Namun, pada awal abad ke-20, social club mulai terbuka bagi para mahasiswa perempuan. Hal ini didorong oleh meningkatnya jumlah mahasiswa perempuan yang kuliah di perguruan tinggi.
Social club di kampus-kampus memiliki berbagai macam jenis, tergantung pada minat dan bakat para anggotanya. Ada social club yang berfokus pada kegiatan akademik, seperti klub debat, klub sastra, dan klub ilmiah. Ada juga social club yang berfokus pada kegiatan olahraga, seperti klub sepak bola, klub basket, dan klub voli. Selain itu, ada juga social club yang berfokus pada kegiatan seni, seperti klub musik, klub drama, dan klub tari.
Social club di kampus-kampus memainkan peran penting dalam kehidupan mahasiswa. Social club dapat membantu mahasiswa untuk bersosialisasi, mengembangkan minat dan bakat mereka, dan mendapatkan dukungan sosial. Social club juga dapat menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk belajar tentang kepemimpinan, manajemen, dan kerja sama.
0 notes
Text
Arsitek Kemajuan Bangsa
Fenomena robot-robot mengakusisi peran manusia tidak hanya ada di film sains fiksi belaka. Apapun pekerjaanya bisa direnggut begitu saja bila seseorang itu lengah terhadap masifnya perkembangan zaman. Untuk itu, diperlukan bekal khusus bagi calon pekerja untuk dapat bertarung di liga global melalui kompetensi bekerja yang unggul.
McKinsey dalam laporannya tahun 2019 menyebut bahwa sebanyak 23 juta pekerjaan di Indonesia bakal digantikan oleh proses otomatisasi yang terjadi hingga 2030 mendatang. Lebih lanjut, tren pekerjaan juga mulai bergeser ke arah layanan dan menjauhi pekerjaan dengan tingkat otomatisasi tinggi seperti pemrosesan data.
Era robot. Photo by Thor Deichmann on Pixabay.
Itu juga berarti bahwa banyak pekerjaan yang akan dikerjakan anak sekolah saat ini bahkan belum ada. LinkedIn dalam rilis terbarunya memprediksi akan ada 150 juta pekerjaan teknologi baru dalam lima tahun ke depan dengan mayoritasnya dapat dilakukan dari jarak jauh.
Heru Dewanto selaku Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) berkata bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 260 ribu insinyur untuk mensukseskan agenda pembangunan terkait Industri 4.0. Di mana kuota insinyur sendiri baru terisi sekitar 40 persen meski jumlah perguruan tinggi terhitung cukup banyak.
Di sisi lain, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kian terlihat jelas dengan mobilisasi insinyur kawasan regional yang masif. Hal ini tentu menciptakan persaingan sengit bagi para lulusan anyar.
Gelar sarjana tentu diharapkan tak sebatas rapor perkuliahan, melainkan bagaimana membangun pemikir-pemikir besar seperti halnya Ir. Soekrano, B. J. Habibie maupun Djuanda. Sosok-sosok yang tak hanya jenius dalam hal keteknikan, tetapi figur yang rela menyumbangkan ide dan pikirannya untuk membangun bangsa.
B. J. Habibie. Photo by Edwin Dwi Putranto on Republika.
Bekal Terbaik
Kita semua sepakat bahwa hasil pendidikan secara langsung bergantung pada kualitas kurikulum dan pengajaran.
Jangan salahkan seseorang tidak cakap atau awam dalam dunia kerja. Pasalnya, hal ini bisa jadi terpengaruh dari sistem pendidikan yang statis.
âBagaimana zaman kian maju, tetapi pendidikan tidak?â Begitu kira-kira pola pikirnya.
youtube
Beruntungnya, saat ini ada Sampoerna University (SU) sebagai satu-satunya kampus kelas dunia yang menawarkan kurikulum internasional khas Amerika di Indonesia. Di mana standar Amerika ini diterapkan dari mulai kurikulum, fakultas, fasilitas hingga operasional.
Sampoerna University. Photo by Sampoerna University.
Bekerja sama dengan University of Arizona, insan terbaik bangsa bisa mengecap manisnya gelar ganda (sarjana nasional dan bachelor internasional) tanpa sekalipun meninggalkan tanah air. Sehingga, menghemat biaya pendidikan internasional hingga 75 persen.
Ada empat fakultas yang dihelat di Sampoerna University. Di antaranya Fakultas Teknik dan Teknologi, Fakultas Bisnis, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan.
Bagi para muda-mudi calon insinyur tak perlu khawatir dengan kegagapan dunia kerja. Pasalnya, Sampoerna University memastikan lulusannya memiliki kompetensi bekerja yang di atas rata-rata.
Prodi Teknik Industri di Sampoerna University. Photo by Sampoerna University.
Ini dikarenakan tipe pembelajarannya berbasis hands on learning, di mana mahasiswa diajak untuk menggali informasi, melakukan, berdiskusi, dan membuat sebuah simpulan. Terlebih, Sampoerna University juga memfasilitasi peraga alat keteknikan yang lengkap guna membantu para mahasiswa jurusan tekniknya untuk dapat praktik langsung.
Associate Profesor dari National Institute of Education Singapura, Suzanne Choo Shen Li, mengatakan bahwa untuk memenangkan persaingan di era hiper-globalisasi dibutuhkan enam kecakapan yang disebut 6C, yakni Character (karakter), Citizenship (kewarganegaraan), Critical thinking (berpikir kritis), Creativity (kreatif), Collaboration (kolaborasi), dan Communication (komunikasi). Yang mana ke-6 aspek tersebut tercermin dari misi kerja Sampoerna University.
Dengan paradigma pendidikan tinggi yang lebih otonom dan kultur pembelajaran yang inovatif tentu Sampoerna University terus menggembleng mahasiswanya dengan cara-cara yang lebih taktis sekaligus humanis, utamanya melalui penguatan riset dan jejaring global.
Mahasiswa Teknik Sampoerna University dengan Proyek Mini 4WD Tamiya Car Racing. Photo by Sampoerna University.
Apa target utamanya?
Pertama, peralihan peran dari konsumen menjadi produsen. Kedua, membangun pusat inkubasi berbasis karya IPTEK.
Kenapa kedua hal ini penting?
Karena Sampoerna University percaya bahwa sebagai sebuah pendidikan tinggi, ia memiliki andil untuk mencetak para calon insinyur dengan knowledge/innovation-based economy mindset agar nantinya mutu dan relevansinya sejalan dengan kebutuhan sektor-sektor pembangunan.
Belajar Siap
Pada akhirnya, perusahaan di masa mendatang akan senantiasa menaikkan standar tenaga kerja yang akan diterima. Lebih berkualitas, lebih eksploratif, lebih cakap teknologi, dan masih banyak lagi.
Saya jadi teringat sebuah kutipan menarik dari seorang motivator bernama Coach Conan. Kata beliau, âHidup itu sebenernya gak ada kata siap. Yang ada hanyalah siap-siap.â
Oleh karena itu, mari bersiap-siap menghadapi turbulensi mahadahsyat di dunia kerja bersama Sampoerna University, kampusnya para arsitek kemajuan bangsa!
**
youtube
Sumber ilustrasi: Vecteezy.
Olah grafis: dilakukan mandiri oleh penulis.
Referensi
[1]: Simorangkir, Eduardo. 2019. Siap-siap! 23 Juta Lapangan Kerja di RI Bakal Diganti Robot. Finance Detik.
[2]: Marr, Bernard. 2022. The 2 Biggest Future Trends In Education. Forbes.
[3]: Kasih, Ayunda Pininta. 2022. Kuasai Kompetensi 6C untuk Sukses di Era Globalisasi 4.0, Apa Saja? Kompas.
[4]: Sampoerna University. 2023. Web Resmi.
1 note
¡
View note
Text
BASAbali Wiki Raih Penghargaan dari Konsulat Amerika Serikat
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Platform digital dengan kearifan lokal yang merupakan kebanggaan masyarakat Bali, yakni BASAbali Wiki meraih penghargaan dari Konsulat Amerika Serikat (USA) yang berkududkan di Surabaya, Jawa Timur, atas kontribusinya dalam partisipasi publik untuk mempromosikan isu-isu sipil/kemasyarakatan serta mendorong pelestarian bahasa dan budaya daerah Bali, bertempat di Kampus UID Bali, Kawasan BTID, Serangan, Denpasar, pada Kamis (16/2/2023) pagi. Ditemui di sela-sela acara, Pendiri BASAbali Wiki, Gde Nala Antara menuturkan, BASAbali Wiki telah menciptakan model partisipasi yang memungkinkan milenial dan yang lainnya untuk berkomentar terhadap isu-isu kemasyarakatan, yaitu dengan memfasilitasi dialog secara langsung kepada pembuat kebijakan di tingkat regional dan nasional. "BASAbali Wiki beroperasi dalam bahasa Inggris sebagai bahasa global, bahasa nasional Indonesia, dan bahasa daerah dan telah hadir sejak tahun 2011. Oleh karena sifatnya yang kolaboratif, hasil dari platform digital yang selanjutnya disebut wiki ini memfasilitasi pembangunan masyarakat dengan menyediakan proses berbagi ide dan masukan bersama para pembuat kebijakan," jelasnya. Lebih lanjut dirinya mengatakan, mereka yang berpartisipasi dalam BASAbali Wiki memiliki keinginan yang sama untuk membuat kebijakan menjadi lebih informatif, masyarakat yang lebih baik, serta âkekuatan rakyatâ ada di tangan generasi muda yang sudah mendapat ekspos informasi secara layak. "Penghargaan ini merupakan pengakuan dunia untuk menjadi acuan dalam penyelenggaraan program literasi di Indonesia," singkatnya. Kolaborasi aktif antara para siswa, sarjana, dan dorongan komunitas yang difasilitasi BASAbali telah mendapat apresiasi dari pemerintahan provinsi di Indonesia dan UNESCO serta IEEE (The Institute of Electrical and Electronics Engineers). Semuanya memberikan rekognisi terhadap kerja BASAbali yang secara digital menghubungkan mereka yang kurang terhubung. Di Bali terdapat sebanyak tiga juta pengunjung yang telah menggunakan BASAbali Wiki. Ini menjadi model bagi Yayasan RumataâArtspace, sebuah organisasi seni dan budaya, dalam mengoperasikan BASAsulsel Wiki di Sulawesi Selatan. Kedua wiki tersebut menyatu dalam organisasi payung yang dinamai âBahasa Ibu Wikiâ atau âBASAibu Wikiâ. Aspek yang unik pada kedua wiki ini bahwa kini masyarakat di Bali dan Sulawesi Selatan membentuknya menurut kebutuhannya masing-masing yang terus berkembang. Sementara itu, Joshua Sen, Pejabat Urusan Publik pada Konsulat AS di Surabaya menuturkan, BASABali Wiki adalah contoh luar biasa dari ikatan kuat antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam melestarikan bahasa melalui penggunaan teknologi serta pemberdayaan masyarakat. "Kami memuji semua orang Amerika, banyak pelajar Indonesia, para pemuka agama, dan para pendidik atas upayanya memajukan demokrasi dengan tetap melestarikan bahasa dan budaya lokal Bali serta memperbaiki pemerintahan di era digital,â jelasnya kepada Baliportalnews.com.(aar/bpn) Read the full article
#AksaraBali#BahasaBali#BaliPortalNews#BASAbaliWiki#BudayaBali#IEEE#KonsulatAmerikaSerikat#SeniBudayaBali#TheInstituteofElectricalandElectronicsEngineers#UNESCO
0 notes
Text
Mewujudkan Asa: Kuliah di Amerika
aaa-ws.org
      Welcome to American Alumni Association West Sumatra (AAA-WS)           5â6 minutes       Â
Banyak di antara kamu yang bermimpi untuk kuliah di Amerika Serikat namun tidak tahu bagaimana caranya. Kamu mungkin tahu persis universitas Amerika mana yang ingin kamu pilih dan apa yang ingin kamu pelajari di sana tapi kamu tetap membutuhkan bimbingan tentang bagaimana caranya untuk bisa kuliah di Amerika Serikat.
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu kamu ikuti untuk mendaftar sekolah di Amerika Serikat.
Tentukan Tujuan
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mencari tahu perguruan tinggi mana yang cocok untukmu. Ketika memulai penelitian, mulailah dengan apa yang kamu ketahui tentang diri kamu. Ini dapat memberi kamu arahan dan membantu mempersempit daftar lembaga yang sesuai.
Ajukan pertanyaan seperti:
Apa tujuan karir saya?
Apa yang ingin saya pelajari?
Apakah saya perlu belajar bahasa Inggris atau meningkatkannya sebelum memulai masa perkuliahan?
Di mana saya ingin tinggal?
Pengalaman pendidikan seperti apa yang ingin saya miliki?
Apakah pengalaman sosial dan budaya juga penting?
Apakah saya unggul dalam lingkungan belajar dengan siswa yang lebih sedikit?
Apakah ada masalah biaya?
Apakah saya memiliki afiliasi agama yang perlu dipertimbangkan?
Sebagai siswa internasional, kamu juga harus mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini:
Apakah program gelar universitas atau perguruan tinggi Amerika diakui oleh pemerintah negara saya?
Apakah negara asal saya menerapkan peraturan apa pun sehubungan dengan belajar di Amerika Serikat?
Setelah kamu menjawab sebagian besar pertanyaan ini, kamu akan dapat menentukan kota, universitas, dan jurusan yang terbaik untuk kamu. Misalnya, jika kamu perlu belajar bahasa Inggris, mungkin kamu akan mempertimbangkan sebuah perguruan tinggi dengan kursus bahasa Inggris yang baik atau belajar bahasa Inggris di Indonesia melalui kursus bahasa Inggris online atau yang konvensional.
Meneliti dan Memilih Sekolah
Agar realistis dan fleksibel, kamu harus tahu pilihan kamu. Ada ribuan universitas dan perguruan tinggi di Amerika Serikat, mulai dari perguruan tinggi negeri hingga swasta, sekolah seni liberal, dan universitas negeri besar. Ivy Leagues bukan satu-satunya universitas dengan program bintang.
Pilih 5-10 sekolah untuk mendaftar. Jangan lupa untuk membaca persyaratan penerimaan mereka sebelum mendaftar.
Daftar dan Ikuti Tes Penerimaan
Sebagian besar universitas dan perguruan tinggi akan meminta kamu untuk mengikuti tes penerimaan sebagai bagian dari aplikasi kamu, tesnya bisa berupa SAT atau ACT atau tes bahasa Inggris seperti IELTS atau TOEFL. Skor kamu akan memainkan peran besar dalam menentukan apakah kamu diterima di universitas tersebut atau tidak. Perlu diingat bahwa setiap lembaga, serta program khusus di dalam lembaga tersebut, akan memiliki persyaratan skor yang berbeda.
Beberapa akademi komunitas dan program bahasa tidak memerlukan nilai ujian masuk untuk mendaftar. Jika skor kamu rendah, mungkin kamu harus mengikuti program bahasa Inggris intensif, atau menghadiri community college dan kemudian pindah ke universitas.
Apply!
Menyelesaikan aplikasi bisa jadi hal yang rumit dan sangat menyibukan, tetapi prosesnya bisa menjadi jauh lebih mudah dan cepat, jika kamu mengumpulkan semua yang diperlukan untuk aplikasi itu sebelum memulai. Secara umum, berikut ini biasanya diperlukan:
Transkrip resmi sekolah menengah atas atau pendidikan perguruan tinggi terakhir dalam bahasa Inggris
Ijazah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
Nilai tes (mis. SAT, ACT, TOEFL, IELTS, dll.)
Biaya pendaftaran
Surat rekomendasi
Esai yang sesuai dengan permintaan pihak kampus
Laporan keuangan
Banyak universitas dan perguruan tinggi akan memberi tahu informasi apa yang akan kamu butuhkan sebelum mendaftar. Setelah kamu memiliki segalanya, cari tempat yang tenang, ambil secangkir kopi atau teh, dan mulai mendaftar.
Tentukan Anggaran
Sayangnya, kuliah di universitas Amerika bisa sangat mahal. Jika kamu merasa perlu bantuan keuangan, jangan mendaftar ke universitas yang tidak menawarkan bantuan keuangan atau beasiswa kepada siswa internasional. Setiap sekolah akan memiliki instruksi untuk mengajukan beasiswa atau bantuan.
Setelah kamu diterima di universitas pilihan kamu, kamu harus membayar deposit untuk jangka waktu mendatang.
Ajukan Visa Pelajar kamu
Setelah kamu diterima oleh sekolah atau program SEVP (Student and Exchange Visitor Program), mereka akan mengirimi kamu formulir I-20 untuk diisi. Dengan formulir itu, kamu dapat mengajukan permohonan visa pelajar kamu secara online. Kemudian, kamu perlu membayar biaya SEVIS dan menjadwalkan wawancara visa kamu.
Bersiap untuk Keberangkatan
Sebelum memulai studi kamu di AS, kamu perlu membuat pengaturan perjalanan, mencari dan memesan rumah siswa baik berupa kamar asrama atau apartemen sendiri, mendapatkan asuransi kesehatan, mengatur keuangan kamu untuk membayar uang sekolah dan pengeluaran lainnya.
Dengan semua saran ini, salah satu bagian terpenting adalah berbicara dengan universitas dan penasihat siswa internasional di universitas pilihan kamu selama proses ini. Mereka ingin membantu kamu, mereka ingin kamu menghadiri program mereka, dan mereka ingin membuat transisi kamu semulus mungkin. Semoga berhasil!
https://www.aaa-ws.org/index.php?mod=articles&id=5
1 note
¡
View note
Text
LOKAL AU [GxG | BxB]
Judul : Diary Komplek Keindahan Blok K.
Cast : Random.
Bahasa : Non Baku.
Genre : GxG, BxB, Fanfiction, Romance, Drama, Comedy, Random.
Dikomplek keindahan terdiri dari berbagai macam jenis manusia. Ada yang kembar, ada yang visualnya ga main-main, ada yang jametnya ga ketulungan, ada yang kaya banget sampe-sampe sikat gigi aja pake odol lapis emas, ada yang keliatanya pada anggun eh aslinya kalo udah ningkah bobroknya ngelebihin bocil lima taunan, ada yang cuek dan ga peka sampe disangka ghostingin anak orang. Dan ada juga yang madut alias mata duitan.
Namanya juga hidup, kalo semua karakter manusia dibikin sama semua ya gabakalan rame. Kaya di Komplek Keindahan Blok K ini contohnya.
1. Keluarga Visual :
Ada keluarga yang dielu-elukan banget sama RT/RW di Komplek Keindahan Blok K, mereka biasa disebut dengan sebutan Keluarga Visual karena semuanya cewek-cewek cakep mirip bidadari yang jadi inceran para pemuda pemudi komplek sebelah dan juga kampus. Orang tua mereka pada dinas di luar kota jadinya mereka cuma tinggal berempat.
Keluarga Visual terdiri dari :
Tzuyu : Kakak yang paling besar, orangnya kalem tapi dibalik kekalemannya suka bikin orang disekitarnya pada gedeg. Dia baru lulus kuliah dan sekarang lagi sibuk bikin usaha dibidang kuliner bareng pacarnya yang bernama Sana. Selama orang tuanya pergi dinas, posisi Tzuyu dirumah naik derajat jadi yang tertua dan gantiin posisi Mama Papa mereka. Tapi, sayang Tzuyu tuh orangnya ga bisa marah dan kalahan sama adek-adeknya. Makanya kalo nasehatin adek-adeknya cuma seadanya aja. Makanya yang lebih sering berperan buat adek-adeknya Tzuyu itu malah kadang pacarnya, yaitu Sana.
Nagyung : Kakak kedua yang hobbynya jailin adik kembarnya yang gemoy. Orangnya moody-an dan kalo udah gitu dia susah banget diajak ngomong. Nagyung kadang lebay banget kalo lagi dateng sayangnya sama kakak dan adiknya. Orangnya bebas dan pemikirannya terbuka makanya di keluarga ini cuma dia yang temennya dari semua kalangan. Nagyung masih kuliah, dan dia ambil kelas Seni fotografi.
Dan terakhir sikembar Yiren sama Minju yang masih pada polos dan kekanak-kanakan. Mereka kembar ga identik makanya mereka ga begitu mirip banget.
Yiren : Mukanya Yiren berat ke Nagyung, karakternya juga hampir sama kayak Nagyung yang suka Moody. Cuma bedanya sama Nagyung, Yiren sedikit agak beranian, jutek dan kalo ngomong suka ngegas kesiapa aja. Makanya Yiren punya temen cuma bisa diitung sama jari soalnya mereka pada takut sama Yiren. Dia juga anaknya agak skeptis, agak sulit di fahami dan sedikit aneh. Dia ambil kelas Hukum.
Minju : Muka Minju lebih berat ke Tzuyu. Karakternya juga hampir sama kaya Tzuyu, cuma bedanya disini Minju over banget malunya, dia juga orangnya ga enakan, makanya kalo punya salah atau yang bukan kesalahannya pun dia sampe kefikiran 7 hari 7 malem. Tapi, dibalik ke soft-annya dia juga kadang suka songong dan gede kepalanya kalo udah dipuji. Makanya jangan sekali-kali deh muji Minju. Karena dia suka Musik dia ambil kelas Seni Musik di kampus.
2. Keluarga Jamet
Keluarga Jamet disini sebenernya bukan para tukang bangunan yang rambutnya panjang terus di poni ala ala emo yang gagal ya, tapi ini lebih ke yang sibuk ga jelas dan kalo makan suka nebeng tetangga saking ngiritnya, bahkan mereka bertiga juga saking iritnya motor sama mobilnya awet di dalem garasi gapernah dipake dari zaman prasejarah dimulai.
Keluarga Jamet terdiri dari :
Seulgi : Sang kakak tertua yang orangnya gaenakan tapi suka keenakan. Dia juga pekerja keras dan teratur walaupun kadang suka bikin perabot dirumah pada rusak karena saking grasak grusuknya. Dia kerja disalah satu kantor distributor pupuk tanaman sebagai asisten bosnya. Hatinya bersih banget dan gasuka julid malahmah dia yang sering dinistain, didzolimin dan di curangin. Pokoknya apes banget lah kasian.
Anak termuda di keluarga jamet juga kembar nih, cuma mereka kembarnya sepasang cowok sama cewek yang karakternya bertolak belakang banget kaya jenis kelaminnya.
Hyunjin : Mahasiswa yang ambil fakultas seni Fotografi soalnya dia seneng banget motret. Hobbynya julidin orang dan berantem sama adeknya, yaitu Yeji. Orangnya juga kadang bisa so sweet kalo lagi dateng so sweet apalagi kalo lagi inget dosa. Hyunjin orangnya suka sibuk ga jelas, keras kepala dan susah diomongin. Sahabatnya Nagyung banget pokoknya soulmates forevah dan temen gibah 24 jam nonstop.
Yeji : Orangnya agak itungan sama yang namanya duit. Dia ambil kelas Seni tari soalnya buat dia tari itu udah kaya hidupnya. Makanya denger ringtone hp bunyi aja dia suka langsung nari-nari sexy. Yeji agak protect ke Hyunjin soalnya kembarannya itu gampang kebawa arus. Dia suka sama Minju dari dulu cuma dia bersikap biasa aja biar ga disangka tukang kardus. Yeji ga tau kalo ternyata Minju juga suka sama Yeji dari dulu. Makanya selama ini dia selalu baik sama Nagyung soalnya biar direstuin sama adeknya.
3. Kos-kosan Nyai
Kos-kosan Nyai terkenal dengan elite dan kemewahannya. Soalnya Kos-kosannya Nyai cuma ada satu-satunya di Komplek Keindahan Blok K. Letaknya juga strategis banget dan ga begitu jauh dari kawasan kampus bergengsi Run Dome University. Ga cuma itu, karena kos-kosan ini deket kawasan kampus, makanya para mahasiswa international yang menuntut ilmu di Run Dome University pun pada ngekos di Kos-kosan Nyai.
Irene : Pemilik kosan-kosan Nyai, dia Seorang pengusaha kos-kosan dan pupuk tanaman. Sebenernya kerjaan aslinya itu sebagai model. Tapi karena orang tuanya sibuk ngurusin pabrik Pupuk yang di luar negri jadinya Irene yang handle semua kerjaan orang tuanya disini. Orangnya sedikit tegas dan kurang suka sesuatu yang berantakan dan kebisingan. Makanya kalo ada yang ribut-ribut di kosannya, Irene langsung ngasih ultimatum dan ga segan-segan ngehukum siapapun yang bikin keributan dikosan. Irene dapet Poin Reward dari anak-anak kosan sebagai "Emak kos rasa emak sendiri".
Lia : Adik kesayangannya Irene yang hobby banget nongkrong di cafenya Tzuyu sama temen-temen hits-nya dan salah satunya Yeji. Lia anaknya berisik dan random makanya dia sering banget kena marah Irene tiap hari. Lia ambil kelas Seni Musik dan satu ruangan sama Minju tapi dia ga akrab sama Minju karena emang gamau aja dia bilangmah. Dia gedeg banget soalnya dia tau Yeji suka sama Minju,
Anak-anak kosan Nyai terdiri dari 4 orang cowok dan 4 orang cewek.
Anak Cowok :
Michael Cimino : Mahasiswa dari Amerika, orangnya Parnoan banget. Agak susah ngomong sama orang baru karena punya syndrome nervous berlebih. Dia ambil kelas Business Managemant soalnya terobsesi jadi pebisnis kaya raya seperti Nyai Irene. Pokoknya Role Model-nya dia Irene seorang.
Tay Tawan : Mahasiswa asal Thailand, dia ambil kelas seni fotografi. Orangnya Jail banget dan ga bisa diem. Sering banget bikin kerusuhan di kampus dan di kosan. Hobby nya ketawa lebar. Agak kurang akur sama Hyunjin soalnya Hyunjin selalu dijailin sama Tay. Tay sering banget ngabisin uang nya buat hal-hal yang ga jelas. Dia juga terkenal suka minjem duit dan susah banget ditagih. Pokoknya Tay orang WaTaDos banget.
Uno : Mahasiswa asal Indonesia, yang ambil kelas Seni Peran. Hobby-nya rebahan, nonton dan makan sampe kadang makanan di kulkasnya Nyai jadi korban terus makanan punya anak kos yang lainnya juga sering menghilang secara misterius akibat ulahnya. Suka masak makanya dia sama Irene sering bikin jadwal masak bareng buat bereksperimen bikin makanan baru.
Manu rios : Mahasiswa asal Spanyol, yang hobby-nya ngumpulin quote dan ngebucin sama ponsel. Orangnya tertutup dan agak sedikit misterius karena jarang keluhin kehidupannya. Orangnya cool dan cakep banget dan saking cakepnya dia malah diketegoriin cowok cantik soalnya dia juga hobby banget skincare-an. Temen skincare-annya adalah Lia. Dia ambil kelas seni peran juga sama kaya Uno.
Anak Cewek :
Roh Jeongeui : Mahasiswa asal Korea, yang kedemenannya ngomel-ngomel, so dewasa dan sering banget ngasih petuah yang anti mainstream. Mulutnya lemes banget kalo udah julidin orang. Agak kurang damai sama Yiren soalnya ngomong sama-sama ngegas. Dia ambil kelas Seni Peran dan satu-satunya anak Run Dome University yang pernah jadi pemain Hollywood. Ya, dia pernah jadi figuran film Marvel selama 10 detik, dan itupun cuma rambutnya doang. Walaupun cuma 10 detik Jeongeui bahkan udah dapet julukan "Senior" sama temen-temen kampusnya.
Elina Karimov : Mahasiswa dari Uzbekistan, Visualnya ga main-main mirip karakter barbie, dia ga mandi aja kaya abis makeup mau perform apalagi mandi dan dandan, pokoknya cakep banget Elina mah. Tapi, mau visual Elina paling top juga tetep kalah kalo emak sama bapaknya bukan orang Uzbekistan. Jadi mahkota visual terbaik masih tetep jatoh sama keluarga Visual karena mereka asli dari lokal. Elina ambil kelas Seni Suara dan kurang akur sama Lia karena mereka berdua rival poin di kelas.
Mbie Debby : Mahasiswa asal Indonesia, dia ambil S2 Science And Technology. Hobby banget gadang buat riset penelitiannya liatin bintang di rooftop kosan. Dan untuk penelitiannya, Mbie juga ambil job ngojek online. Orangnya cuek banget dan agak aneh karena pembahasannya beda sama orang-orang sekitarnya. Satu-satu nya orang yang ga tertarik sama percintaan. Karena terlalu cuek dan pelupa dia sampe di cap raja ghosting. Berbalik dengan Yiren yang skeptis, Mbie ini contoh manusia Apatis yang cuek sama segalanya.
Shuu Sei : Mahasiswa asal Indonesia sama kaya Uno dan Mbie. Dia anak cosplayer makanya dia ambil jurusan Fashion Designer di kampus. Kadang anak-anak kosan Nyai jadi bahan percobaan kelinci buat nyobain hasil karya bajunya yang kadang diluar nalar. Orangnya agak 11 12 sama Mbie, tapi dia bukan tukang ghosting karena sebenernya dia yang sering dighosting-in sama kecengannya.
#cast#wang yiren#hwang yeji#Kim Minju#Shuu Shei#Jeong Eui#fanfic#lokal AU#AU#another universe#mbie debby#Sana#Tzuyu#elina karimova#tay tawan#bxb#bromance#girl love#gxg
23 notes
¡
View notes
Text
Bahaya Laten Anti-Intelektualisme*
Oleh Zen RS
[1]
Anti-intelektualisme adalah pandangan, sikap, dan tindakan yang merendahkan ide-ide, pemikiran, kajian, telaah, riset, diskusi, hingga debat. Dalam rumusan Richard Hofstadter, anti-intelektualisme diindikasikan dengan perendahan, purbasangka, penolakan, dan perlawanan yang terus menerus, ajeg dan konstan, terhadap dunia ide dan siapapun yang dianggap menekuninya. Turunan dari hal itu adalah syak wasangka yang akut kepada filsafat, sains, sastra, seni â pendeknya: mencurigai teori.
Secara etimologi, teori meniscayakan kesediaan mempertimbangkan, berspekulasi, menggugat, mempersoalkan (dari kata Itheoria dan theorein dalam Yunani). Teori tak akan pernah lahir dari para âpemeluk teguhâ kebenaran, yang memandang segala sesuatu sebagai beleid-beleid, pasal-pasal, ayat-ayat, yang mesti diterima tanpa syarat, juga mesti bulat, tanpa cacat, minus keraguan.
Dalam ilmu pengetahuan, teori selalu merupakan agregasi tiada henti dari berbagai fakta, beragam hipotesa, yang satu sama lain saling berdialog dan kadang bertarung, sampai kemudian dapat ditemukan sebuah rumusan. Dalam perjalanannya, setiap rumusan, katakanlah sebuah teori, juga akan (bukan harus, karena akan mengandaikan sesuatu yang alami, niscaya terjadi) menghadapi tantangan dari fakta-fakta baru, konteks-konteks baru, temuan baru.
Melalui falsifikasi ala Popperian atau patahan paradigmatic ala Thomas Kuhn, teori terus berkembang. Niscaya bertumbuh. Masyarakat yang didominasi sikap anti-intelktualisme, dengan sendirinya, sulit melahirkan ilmu pengetahuan. Masyarakat jenis itu yang tidak cukup memiliki kadar asam-basa yang dibutuhkan bagi merekahnya peradaban.
Sebab hanya butuh seekor angsa berwarna hitam untuk mematahakan âteoriâ bahwa angsa itu berwarna putih. Kebebalan â yang dicirikan oleh sikap tidak sudi mempertimbangkan lagi dan meninjau ulang; ingat soal etimologi teori dari theoria dan theoreinâ akan membuat fakta tentang seekor angsa berwarna hitam bisa dibantah dengan rupa-rupa dalih, misalnya: itu bukan warna hitam, karena kadar hitamnya cuma 75 persen.
[2]
Anti-intelektualisme tidak sama dengan anti-logika atau anti-rasio(nalisme). Logika hanyalah salah satu metode penalaran, cara berpikir, dan bukan satu-satunya â apalagi jika logika semata dirujuk kepada silogisme Aristotelian. Seorang bisa tekun ber-uzla, bermeditasi dengan nalarnya, berkontemplasi dengan akal-budai, melalui jalur yang lain. Metode kreatif di kalangan para penyair, misalnya, sangat mungkin tidak bekerja dengan logika macam itu.
Dari situlah menjadi lebih mudah memahami anti-rasio(nalisme). Dirunut jejaknya sejak Yunani kuno, dan menemukan bentuknya yang mapan melalui penahbisan res-cogitan (aku-berpikir) sebagai fakultas puncak kemanusiaan oleh Rene Descartes, rasionalisme sudah ditentang oleh kalangan romantic (terutama dari Jerman) sejak abad 18 dan memuncak melalui Nietzsche.
Melaui pembelahan spirit Dyonisian dan Apollonian, Nietzsche tampil menjadi advokat paling keras kepala dari pandangan yang menganggap bahwa kemabukan â yang diwakili dewa anggur bernama Dyonisius â sebagai cara paling menjanjikan untuk menjalani hidup, dan bukan pandangan Apollonian â yang diwakili dewa matahari dan kedokteran bernama Apollo â yang memuja keseimbangan, tatanan, pengendalian diri, juga pencerahan (yang berporos pada akal-budi dan nalar). Itulah mengapa, bagi Nietzsche, spirit agung Yunani itu terletak pada (drama) tragedy bukan filsafat.
Selain Nietzsche, anti-rasionalisme ini juga banyak âcabangnyaâ, salah satu di antaranya tentuu saja Sigmund Freud. Dialah âmuridâ Nietzsche dari lapangan psikologi, walau awalnya metode psikoanalisis Freud yang meneliti mimpi dianggap sebagai pseudo-sains. Melalui Freud, akhirnya, manusia mulai menyadari bahwa banyak hal dalam diri tidak ditentukan atau dipengaruhi secara sadar atau oleh kesadaran, melainkan oleh alam bawah sadar, yang disebut Freud sebagai âidâ. Nalar, akal, budi, hukum, hingga agama hanyalah supra-struktur yang ditentukan oleh âidâ.
Bukan âsaya berpikir maka saya adaâ ala Cartesian, melainkan âsaya tidak sadar maka saya adaâ.
[3]
Anti-intelektualisme sudah ada sejka manusia mengenal kegiatan intelektual. Jika membaca buku Fernando Baez, Penghancuran Buku dari Masa ke Masa, daftar kebencian ide-ide sudah ada sejak zaman sebelum masehi. Dari era Raja Joachim pada 700 tahun sebelum masehi hingga ketika Gramedia memusnahkan buku karena diprotes FPI. Dari penghilangan paksa buku kedua Poetics karya Aristoteles tentang komedi hingga pemusnahan variasi Al-Quran demi kodifikasi Mushaf Ustmani. Dari penhancuran Bait Al-Hikmah di Baghdad oleh balatentara Hulagu Mongol hingga pengeboman perpustakaan Baghdad oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di awal abad 21. Dari dibumihanguskannya koleksi Pramoedya hingga pembubaran paksa lapak Perpustakaan Jalanan di Dago.
Itu semua bentuk-bentuk anti-intelektualisme yang kasar, telanjang, dan terejawantah dalam laku fisikal yang kasat mata. Yang lebih berbahaya justru anti-intelektualisme yang samar-samar, tidak terasa secara langsung, namun berlangsung secara massif dan sistematis. Untuk yang terakhir ini, banyak literature menyebutkan, sudah dimulai sejak merekahnya fajar revolusi industry.
Revolusi industry mengubah lanskap Eropa dan â pelan tapi dengan tingkat kepastian yang tak tertahankan â juga mengubah wajah dunia. Industri membutuhkan banyak sekali pekerja, dari tingkat para penemu teknologi, direktur, manajer, hingga buruh rendahan. Dan itu membutuhkan pendidikan yang spesifik. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, pendidikan dirancang untuk menjawab kebutuhan produksi (baca:industry). Pendidikan-pendidikan keteknikan, atau lebih tepatnya: pendidikan bercorak spesialis, berkembang dengan pesat. Dimulai dari revolusi industry inilah ilmu-ilmu bersifat teoritis pelan-pelan dikalahkan, atau kurang diminati, dibandingkan ilmu-ilmu praktis.
Dalam bentuknya yang kiwari, fenomena di atas terwujud dalam â misalnya â pengkondisian agar mahasiswa lulus dalam empat tahu, jika perlu kurang dari empat tahun. Tidak perlu berlama-lama di kampus, pelajari yang penting-penting saja (baca:buku diktat), tidak perlu membaca yang aneh-aneh, tidak penting mendiskusikan tema-tema yang taka da dalam silabus dosen, apa lagi beraktivitas dalam organisasi. Itu semua tidak perlu, mubazir, buang-buang waktu, dan buang-buang uang. Yang pasti-pasti saja: masuk kuliah, masuk laboratorium, kerjakan tugas dari dosen, lalu lulus, kemudian segera mungkin bekerja di perusahaan-perusahaan mapan, lalu kawin, lantas beranak-pinak, dan kemudian koit.
Ijazah, dan turunannya yang bernama: sertifikat(si), menjadi penjinak nasib (buruk). Apakah dalam selembar ijazah itu terhampar pengalaman intelektual yang kaya, penjelajahan pemikiran yang berliku-liku, petualangan ide yang berbahaya, tidak lagi menjadi hal pokok. Ijazah bukan lagi sebagai tanda (bahwa seseorang adalah terpelajar), tapi ijazah telah menjadi pesan itu sendiri, sudah menjelma kualitas itu sendiri. Siapa yang tak punya ijazah, juga tak tersertifikasi, layak dianggap tak kredibel.
[4]
Dari sanalah lahir apa yang disebut dengan âkredensialismeâ (diambil dari Bahasa Latin, âcredereâ, yang berarti âto believeâ). Term âkredensialâ merujuk pengakuan dari pihak ketiga yang memiliki otoritas tertentu bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan izin yang diperlukan terkait bidang tertentu dalam pengetahuan. Secara fisik, kredensial dibuktikan melalui ijazah. Otoritas yang memberi bisa macam-macam: sekolah, perguruan tinggi, lembaga profesi, hingga institusi agama.
Persoalannya menjadi lain ketika sertifikat dijadikan standar untuk menilai validitas argumentasi seseorang. Kredensial, sekali lagi, seharusnya menjadi salah satu rujukan untuk memecahkan persoalan dengan mencari seorang yang dianggap pakar. Tapi hanya berhenti di sana saja! Seorang pakar pun bisa salah berargumentasi, sebagaimana orang awam pun bisa benar membangun argument. Kekokohan argumentasi seseorang diukur dengan koherensi antara data-data dan caranya menarik kesimpulan, bukan berdasarkan selembar ijazah.
Kredensialisme, kira-kira, bisa diwakilkan dengan contoh kalimat: âAku professor, maka argumentasiku sudah pasti benar. Kau lulusan SMA, sudah pasti argumentasi kau salah.â
Dunia masih dipenuhi para pemuja kredensialisme, tak terkecuali di Indonesia. Ini sangat berbahaya karena, terutama, ilmu pengetahuan dikur semata sebagai formalism yang bercorak birokratik. Dalam bentuknya yang terburuk, kredensialsme bisa menjerumuskan ilmu pengetahuan semata sebagai doktrin dan pemilik kredensial tak ubahnya pemimpin sekte yang selalu  benar. Pasal 1: pemilik kredensial tidak bisa salah. Pasal 2: jika pemilik kredensial ternyata salah, maka kembalilah ke pasal 1.
Kredensialisme adalah gejala di mana-mana. Di Indonesia , misalnya, seorang Ph.D., bisa dengan gampang hilir mudik di televise sebagai pengamat. Dianggap pakar karena sudah punya ijazah doctor ilmu politik. Tidak lagi dipersoalkan apakah yang bersangkutan masih rutin melakukan penelitian atau tidak, masih membaca buku-buku terbaru atau tidak, dan apakah masih menulis atau tidak. Tidak penting lagi proses bernalar di belakang layar, yang penting bicara dengan licin di televise. Syukur-syukur punya koneksi dengan faksi-faksi elit politik.
Tidak terlalu keliru jika ada yang mengatakan mewabahnya fenomena pakar/pengamat sebagai gejala anti-intelektualisme.
[5]
Nalar pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai pemuas nafsu â semacam dildo dan vibrator â bagi industry ini, bermuara pada apa yang saya sebut di awal sebagai âkecurigaan kepada teoriâ.
Teori, juga aktivitas mempelajari dan menelaah teori, dianggap sebagai hal yang tidak praktis, mengawang-awang, ndakik-ndakik, tidak membumi, dan tidak memberikan dampak apapun pada kehidupan. Jika pun teori dipelajari, pada awal dan pada akhirnya, itu dilakukan untuk menciptakan penemuan-penemuan baru, atau menjawab persoalan-persoalan, yang dibutuhkan dan dihadapi oleh industry. Teori kadang direndahkan sebagai mimpi basah para pelamun, sebagai takhayul lama yang yak berguna, karena para resi sudah tidak sesuai dengan zaman, dan para empu bisa diciptakan hanya dalam 7 semester.
Dalam konstelasi sejarah politik di Indonesia, khususnya dimulai sejak Orde Baru, dan inilah yang akan menjdai pokok pembahasan kita sore ini, kecenderungan anti-intelektualisme, dan syak wasangka kepada teori, dijadikan alasan untuk mencurigai diskusi, debat, telaah, dan kajian. Studi Daniel Dhakidae yang menghasilkan buku Cendekiawan dan Kekuasaan, memuat banyak sekali contoh kasus bagaimana komunitas-komunitas akademik (termasuk Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial/HIPIIS, dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI) seperti menjauhi teori dan sibuk serta sigap menjawab kebutuhan-kebutuhan rezim yang sedang tergila-gila dengan pembangunanisme. Jika pun ada teori, ia lebih menyerupai âbispakâ: bisa dipakai untuk melegitimasi kebijakan.
Dengan alasan tidak praktis (persisnya: tidak praktis bagi kepentingan pembangunanisme ala Orde Baru), diskusi-diskusi dicurigai, kajian-kajian yang tidak lazim, hingga debat di parlemen sekali pun dihalangi dan dibatasi. Jangan heran Soeharto selalu menjadi presiden secara aklamasi, sebab mufakat adalah keutamaan, dan ketidaksetujuan sebagai tidak berkepribadian Timur. Teori, sekali lagi, tidak cocok dengan kultus terhadap mufakat, karena teori pada dasarnya membuka diri pada retakan, pada kesalahan, pada fakta-fakta dan temuan baru.
Dengan sendirinya budaya kritik dihambat. Macam-macam caranya: dari mulai interogasi, kemudian ditangkap, diadili dan akhirnya dipenjara â hingga omong kosong slogan âkritik harus bertanggungjawabâ, âkritik harus disertai solusiâ. Siapa pun yang mengkritik, tapi tak disertai solusi, sering diledek: âAh, teori!â Ledekan yang begitu santai, sudah jamak dan lazim, seakan angina lalu dan memang dilakukan dengan sambal lalu, namun sesungguhnya mencerminkan sesuatu yang begitu serius.
Slogan âkritik harus bertanggungjawabâ dan âkritik harus disertai solusiâ ini segendang-sepenarian dengan doktrin yang sampai sekarang masih sering kita lihat di berbagai tempat: âtamu yang menginap lebih dari 24 jam harus lapor kepada RT/RW dan Babinsaâ. Semua itu dialasdasari oleh nalar: control! (bisa dihilangkan huruf ârâ-nya jika diniatkan memaki Orde Baru).
Mestikah diherankan jika perlawanan sistematis terhadap Orde Baru, dimulai pada awal decade 1980an, dipupuk melalui kelompok-kelompok diskusi. Seakan mengulang apa yang dilakukan para seniornya di Stovia, atau yang dilakukan di rumah Tjokroaminoto di Gang Paneleh, studi klub mewabah di berbagai kota. Dari studi-studi klub inilah, yang mendiskusikan berbagai tema dan isu, bermunculan bibit-bibit perlawanan âkonkritâ terhadap rezim Orde Baru.
[6]
Anti-intelektualisme tidak ada urusannya dengan tingkat pendidikan, juga tidak bergantung pada latar belakang militer atau sipil. Sangat banyak contoh, lagi-lagi bisa dimulai dengan menukil fakta-fakta yang disusun Fernando Baez, juga dengan melihat kenyataan sehari-hari di sekitar kita saat ini, yang memperlihatkan dengan telanjang betapa anti-intelektualisme sangat jamak berlangsung di kepala orang-orang yang berpendidikan, juga di kalangan sipil.
Hoax tersebar dengan luas dalam kecepatan tak terhingga, tautan sebuah tulisan/berita disebarkan hanya karena judulnya, politikus diserang karena lingkar perutnya atau karena warna kulitnya, video ceramah pendakwah dibagikan jutaan kali hanya karena lidahnya licin membantah Darwin, serial kultwit dijadikan bahan untuk berdebat seakan telah membaca sebuah jurnal ilmiah yang disunting editor professional dan diperiksa para pembaca ahli sekelas para professor. Segenap perilaku macam itu berlangsung dengan massif, seakan hal biasa saja, namun sesungguhnya merupakan bentuk tak kasat mata dari anti-intelektualisme, sekaligus versi lain dari pembubaran paksa Perpustakaan Jalanan dan pertunjukan teater atau diskusi dan pembakaran buku oleh FPI.
Orang seperti Felix Siauw yang berkampanye perempuan-ibu bekerja sebagai marabahaya, sebagai missal, bukanlah orang yang tidak berpendidikan. Ia bisa menulis buku, dan sampai batas tertentu mampu menngartikulasikan pikirannya dengan cara yang lumayan runtut. Ia sama berpendidikannya dengan, missal yang lain, Letjen (purn) Kiki Syahnakri yang nyambung-nyambungin Aristoteles, materialism, marxisme, dan ateisme atau Jenderal Gatot Nurmantyo yang gagal membedakan kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan (lagi-lagi) dengan ateisme. Juga sepadan dengan Letkol Desi Ariyanto yang ngacapruk perkara buku-buku yang dibawa Perpustakaan Jalan itu sudah âdiketahui kredibilitasnyaâ dan âdiijinkan untuk dibaca oleh kaum muda, atau malah buku-buku yang di dalamnya berisi topic yang tidak sesuaiâ.
Anti-intelektualisme di tubuh militer Indonesia menjadi lebih berbahaya karena mereka memegan bedil. Dengan bedil, dan keterampilan fisik yang terlatih, juga legitimasi politik, militer bisa tak terhentikan ketika bertindak dengan semangat anti-intelektualisme. Situasinya menjadi lebih mudah bagi militer karena, tidak bisa tidak, mereka tak sendirian berdiri di bawah paying anti-intelektualisme. Militer ada di medan energy yang sama dengan khalayak dalam soal anti-intelektualisme ini. Pembubaran diskusi buku-buku kiri olrhmiliter, misalnya, menjadi dimudahkan karena mendapatkan legitimasi social dari khalayak yang masih juga tidak mau peduli dengan temuan-temuan terbaru soal 1965 yang membantah pandangan Orde Baru.
Politik Indonesia hari ini bukan seperti ketika Sjahrir menentang bandul politik Soekarno-Hatta di awal kemerdekaan dengan menerbitkan pamphlet Perdjoangan Kita. Juga bukan lagi zaman ketika Tan Malaka, di dalam penjara, menulis buku tipis berjudul Thesis, yang kemudian dibantah oleh Alimin dengan  buku tipis berjudul Analysis. Ini zaman ketika walikota gaul mempromosikan jenderal penculik sebagai calon presiden dengan alasan wajah yang ganteng, saat seorang gubernur pemarah dibela setengah mampus karena mereka setiap rapat-rapat yang dipimpinnya, ketika seorang presiden didukung habis-habisan sebagai representasi wong cilik hanya karena merayap dari bawah sebagai tukang meubel â sekaligus dihinakan karena wajah ibunya dianggap terlalu muda untuk menjadi ibu kandungnya.
Kita sedang hidup di lingkungan anti-intelektualisme, dan ini menjadi alasan yang sangat kuat untuk waspada agar kita tak terjermbab pada lubang serupa. Sebab kadang seseorang tidak tahu kalau dirinya sudah tidak lagi berpikir dengan kritis. Tahu-tahu seseorang, dan semogalah kita tidak termasuk di dalamnya, menjadi pembela sesuatu yang kita tidak tahu persis apa duduk perkaranya. Karena seringkali kita merasa sudah berpikir, padahal yang bekerja sebenarnya hanyalah favoritism, subjektifisme, dan pikiran-pikiran ideologis yang dogmatis dan membeku.
*) Ditulis sebagai pengantar diskusi âPolitik dan Maraknya Anti-Intelektualismeâ di Co-op Space, Universitas Parahyangan, Bandung, pada 2 September 2016
zen rsessay
See godsfavoritecomedian's whole Tumblr
4 notes
¡
View notes
Text
Budaya Negara Jepang yang Tidak Banyak Orang Ketahui
Jepang memiliki budaya yang menarik dan beragam; di satu sisi ia tenggelam dalam tradisi terdalam sejak ribuan tahun; di sisi lain itu adalah masyarakat dalam keadaan fluks yang terus-menerus, dengan mode dan mode yang terus berubah dan perkembangan teknologi yang terus-menerus mendorong kembali batas-batas yang mungkin. Ini adalah bagian dari apa yang membuatnya menjadi negara yang sangat menarik untuk dikunjungi. Jika Anda mencari sesuatu yang berbeda, Anda pasti menemukannya di sini!
Orang Jepang
Jepang dikenal karena homogenitas sosialnya, tetapi ada banyak cerita tentang orang Jepang daripada mitos populer ini.
Sekilas orang Jepang tampak sebagai salah satu kelompok yang paling homogen secara sosial dan etnis di dunia.
Adalah masuk akal untuk menyamakan perkembangan ekonomi Jepang pasca-perang yang cepat sampai tahun 1990-an dengan solidaritas dan konformisme sosial. Meskipun kekurangan tenaga kerja sejak 1960-an, pihak berwenang menolak secara resmi memberikan sanksi kepada pekerja asing sampai tahun 1980-an, dengan mengandalkan peningkatan mekanisasi dan sebagai gantinya tenaga kerja wanita yang diperluas (1).
Sampai baru-baru ini, pekerja Jepang telah mengaitkan diri mereka terutama dengan perusahaan tempat mereka bekerja - seorang pengusaha akan memperkenalkan dirinya sebagai "Nissan no Takahashi-san" (Saya adalah Takahashi dari Nissan). Dengan ekstensi, kita mungkin mendapatkan ide bahwa orang Jepang menundukkan diri pada tujuan masyarakat.
Namun pada tahun 2008, politisi Jepang Nariaki Nakayama yang sudah lama mengundurkan diri mengundurkan diri setelah menyatakan bahwa Jepang "homogen secara etnik", menunjukkan bahwa ide lama "satu orang, satu ras" telah menjadi tidak benar secara politis.
Kritik terhadap pernyataan Mr Nakayama berfokus pada pengabaiannya terhadap penduduk asli Ryukyukan di Okinawa selatan, dan orang-orang Ainu dari pulau utara Hokkaido - dijajah oleh Jepang pada akhir abad kesembilan belas.
Pada tahun 1994 politisi Ainu pertama terpilih ke Diet Jepang, menunjukkan bahwa Jepang tertarik untuk secara resmi mengenali kelompok etnis yang berbeda di Jepang.
Sensus terbaru meminta orang untuk mendefinisikan diri mereka hanya berdasarkan kebangsaan dan bukan etnis, sehingga demografi sebenarnya dari negara itu masih tidak jelas. Meskipun hanya sekitar 15.000 orang asing dinaturalisasi setiap tahun, imigrasi terus secara resmi dan tidak resmi sejak Jepang mengakhiri kebijakan isolasi di Jepang. pertengahan abad kedelapan belas.
Terlepas dari imigrasi asing, orang Jepang dan keturunan mereka telah bergerak bebas sejak perbatasan dibuka. Meskipun sensus tidak mengenal mereka, sekarang diperkirakan ada 750.000 warga Jepang dengan warisan campuran, serta 1,5 juta penduduk asing tetap dalam total populasi sekitar 126 juta.
Beberapa "harufu" (orang Jepang dari warisan campuran) telah mendapat perhatian tinggi di Jepang, menentang pernyataan nasionalis bahwa homogenitas identik dengan kecakapan Jepang. Pada tahun 2004 Yu Darvish, dari campuran warisan Jepang dan Iran, mendirikan seluruh pertandingan untuk tim baseball profesional Nippon Ham tanpa seorang pemukul mencapai base pertama. Baru-baru ini, Tsurunen Marutei kelahiran Finlandia menjadi anggota parlemen.
Karena kelompok etnis asli dan imigran utama Jepang cenderung tidak tinggal di daerah Kanto dan Kansai yang padat penduduk di Honshu tengah tempat para wisatawan biasanya pergi, seorang turis mungkin akan menyimpulkan bahwa populasi non-Jepang adalah jumlah Kaukasia kulit putih yang relatif kecil. Ada populasi mengambang guru bahasa Inggris Barat dan pekerja sektor keuangan, khususnya di Tokyo, tetapi pihak berwenang memiliki batasan yang sangat ketat untuk memperpanjang visa kerja spesialis di luar tiga tahun sehingga sangat sedikit menjadi penduduk tetap.
Kelompok etnis terbesar yang diwakili sebenarnya berasal dari Korea, Cina, Brasil, dan Filipina. Sejak tahun 1970-an telah terjadi aliran masuk yang stabil dari orang-orang Brasil keturunan Jepang, dan kelompok ini sekarang berjumlah 5-10% dari populasi di beberapa kota industri di Jepang. Dewasa ini generasi muda hanya berbicara bahasa Jepang dan bukan bahasa leluhur mereka. Selain keluarga-keluarga ini, puluhan ribu "pekerja tamu" jangka panjang telah direkrut untuk pekerjaan pabrik dan kasar di bawah perjanjian sejak 1990-an.
Kasus untuk diversifikasi etnis terbukti di seluruh masyarakat Jepang. PBB memperkirakan bahwa Jepang akan mencapai titik krisis ekonomi pada tahun 2050 di mana populasi yang tidak bekerja akan melebihi jumlah populasi yang bekerja. Inisiatif seperti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Jepang-Filipina 1994 menyarankan bahwa Jepang mencari solusi dengan memberikan lebih banyak masa tinggal tiga hingga empat tahun bagi pekerja dan pengasuh yang terlatih, meskipun masih sangat enggan untuk memberikan izin tinggal permanen.
Politisi konservatif masih mengadvokasi peningkatan mekanisasi sebagai solusi; kemajuan pesat sedang dibuat dalam robotika, khususnya di bidang perawatan lansia, tetapi produksi akan perlu meningkat secara eksponensial jika perkiraan PBB tentang sepuluh juta kekurangan pekerja pada tahun 2050 jauh akurat.
Di luar etnis, ada perbedaan budaya antara daerah, yang sebagian besar telah ada sejak lama tetapi tidak segera jelas bagi pengunjung asing.
Misalnya, Osaka-ben, bahasa idiomatik yang digunakan di wilayah Kansai, mendukung diskusi terbuka tentang uang sedangkan orang Tokyo cenderung bersusah payah untuk menghindari diskusi tentang angka-angka mentah (2). Penduduk Kyushu - yang paling selatan dari empat pulau besar Jepang - membandingkan diri mereka dengan Mediterania, "dengan
Tantangan untuk generasi selanjutnya
Perbedaan yang mencolok juga terlihat di antara generasi sejak gelembung ekonomi pecah pada 1990-an. Generasi muda menghadapi budaya kerja yang sangat berbeda di mana pekerjaan seumur hidup tidak lagi terjamin.
Akibatnya, identifikasi diri dengan perusahaan melemah. Perusahaan-perusahaan Jepang sekarang secara rutin melakukan outsourcing pekerjaan dan memberhentikan pekerja yang mungkin telah bersama perusahaan selama beberapa dekade, seperti yang didramatisasi melalui karakter ayah dalam film Tokyo Sonata 2008.
Walaupun film itu tentu saja merupakan karya fiksi dan tidak selalu mewakili situasi yang khas, film ini menyoroti pergeseran budaya dari idiom Jepang yang sering dikutip: "paku yang berdiri harus dipalu."
Film ini mendukung pengembangan individu di atas konformitas, ketika sang putra berkembang sebagai keajaiban piano meskipun ayahnya berusaha membuatnya menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan dan pekerjaan yang ada. Kesenjangan generasi yang luas dan pemaksaan nilai-nilai terbukti dalam kenyataan bahwa rata-rata politisi berusia enam puluhan.
Dalam pasar kerja yang sangat kompetitif di mana belajar bahasa Inggris yang fasih dipandang sebagai salah satu kunci keberhasilan, semakin banyak orang muda Jepang belajar di luar negeri - terutama di Amerika Serikat. Ini berarti bahwa beberapa orang mengembangkan pandangan individualis Barat yang lebih stereotip di tahun-tahun pembentukannya.
Ada juga fenomena sosial furita: kaum muda yang mengambil sejumlah pekerjaan paruh waktu alih-alih peran penuh waktu tunggal, dan menyelingi ini dengan tugas di tempat-tempat seperti Bali dan Australia.
Tradisionalis sangat terganggu oleh jumlah hikikomori, populasi dewasa muda diperkirakan antara satu dan tiga juta yang tidak pernah meninggalkan rumah. Dalam sejumlah besar kasus, mereka tidak bekerja dan tidak membayar pajak. Hal ini menambah dilema negara tentang bagaimana menyediakan populasi lansia yang meningkat - terbesar di dunia maju - sementara populasi secara keseluruhan menurun dan beberapa anak muda hanya memasuki pekerjaan paruh waktu, jika sama sekali.
Persamaan lama antara usia dan berdiri dalam hierarki yang jelas tampak memegang teguh, dan hubungan antara senpai (berpengalaman) dan kohai (tidak berpengalaman) terbukti di mana-mana dari tim baseball kampus hingga hierarki kantor dan pabrik. Meskipun demikian, struktur-struktur ini berada di bawah pengawasan dalam masa ekonomi yang tidak pasti, dan mungkin percaya perubahan paradigmatik dalam nilai-nilai dan tujuan-tujuan kaum muda yang mempertanyakan apa artinya menjadi orang Jepang.
Makanan Jepang: jauh lebih banyak dari sekadar sushi!
Dalam hal makanan, orang Jepang termasuk yang paling antusias dan bersemangat dari semua ras. Tanyakan kepada setiap orang Jepang tentang perjalanan baru-baru ini di Jepang dan percakapan itu hampir selalu mencakup pembicaraan tentang makanan lokal. Faktanya, bagi banyak orang Jepang yang bepergian ke luar kota asal mereka, makanan seringkali menjadi salah satu motivator utama untuk bepergian.
Karena alasan ini, banyak kota di Jepang yang dikenal pertama dan terutama untuk spesialisasi lokal mereka, apakah itu jenis manis, ikan, mie, rumput laut atau tahu, dll. Semangat Jepang untuk makanan yang bisa Anda nyalakan TV Anda di hampir setiap saat, siang atau malam dan hampir pasti menangkap pertunjukan tentang makanan.
Persiapan yang cermat dan presentasi yang cermat adalah elemen penting dari masakan Jepang. Makanan adalah bentuk seni dan bahkan hidangan paling sederhana sering disiapkan oleh koki yang telah dilatih selama bertahun-tahun.
Nasi
Setelah diperdagangkan sebagai mata uang, beras telah menjadi makanan pokok bagi orang Jepang selama lebih dari 2.000 tahun dan masih menyertai atau membentuk basis banyak makanan.
Panen padi sangat padat karya dan orang Jepang diingatkan akan hal ini sejak usia sangat muda, itulah sebabnya beras jarang disia-siakan dan sisa beras dimanfaatkan dengan baik.
Selain sushi, hidangan populer termasuk donburi (ikan rebus, daging atau sayuran yang disajikan di atas nasi), onigiri (bungkusan kecil nasi yang dibungkus dengan rumput laut kering), kayu (bubur beras), mochi (kue beras ditumbuk) dan chazuke (nasi dimasak dengan teh hijau sering disajikan dengan salmon atau cod roe), untuk beberapa nama.
Makanan musiman & lokal
Jepang sangat bangga dengan empat musim yang sangat khas dan setiap musim menandai awal dari penawaran yang lebih lezat. Ini sangat jelas di supermarket, hotel dan losmen dan restoran di mana menu sering diubah untuk mencerminkan apa yang tersedia dan apa yang sedang musim.
Kenyataannya, ada begitu banyak jenis makanan yang ditawarkan sehingga tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa banyak orang Jepang akan berjuang untuk menyebutkan (misalnya) semua varietas rumput laut, jamur, dan ikan yang tak terhitung jumlahnya di rak-rak toko lokal mereka.
Masakan Kaiseki (kaiseki ryori) adalah hidangan kecil yang berisi hingga 12 program hidangan yang dikukus, direbus atau dibakar, sashimi ikan mentah irisan, tempura, sup, nasi, acar dan makanan penutup kecil. Hidangan biasanya mencerminkan apa yang tersedia dan sesuai musim. Kyoto adalah tempat yang tepat untuk menikmati suguhan yang luar biasa ini untuk semua indera. Â Â Â Berkat berbagai macam spesialisasi daerah (dikenal sebagai meibutsu dalam bahasa Jepang), tidak ada kekurangan restoran yang didedikasikan untuk menyajikan hidangan lokal dengan bangga.
Salah satu hidangan daerah yang paling terkenal adalah okonomiyaki (sejenis pancake gurih) yang terkenal di Hiroshima dan Osaka. Perjalanan ke Hiroshima tidak lengkap tanpa mengunjungi Okonomimura (desa okonomiyaki) di mana menyaksikan koki menyiapkan makanan sama menyenangkannya dengan mencicipi kelezatan regional yang unik ini.
1 note
¡
View note
Text
Perlu ga sih kuliah Fashion Design? Atau Kursus Aja? Ini Jawabannya
Perlu ga sih kuliah Fashion Design? Atau Kursus Aja? Ini Jawabannya
Jurusan fashion akan sangat sesuai bagi anda yang memiliki minat dan bakat terhadap dunia seni, khususnya seni busana dan perhiasan. Apabila anda berminat pada dunia fashion, anda tidak akan menemukan banyak kesulitan berarti dalam menempuh perkuliahan di jurusan fashion. Tapi banyak yang bingung apakah pelu kuliah atau untukmenghemat biaya langsung praktek aja yaitu dengan kursus
Yuk simakâŚ
View On WordPress
#beasiswa fashion di paris#beasiswa kuliah fashion di paris#belajar fashion#belajar fashion design#belajar fashion designer#belajar seni di amerika#fashion design#fashion design di australia#fashion design di inggris#fashion design di korea#fashion design luar negeri#jurusan kuliah fashion management#kampus seni di amerika#kampus seni di new zealand#kampus seni di selandia baru#kuliah di luar negeri#kuliah fashion#kuliah fashion design#kuliah fashion design di inggris#kuliah fashion design di luar negeri#kuliah fashion di australia#kuliah fashion vs kursus#kuliah ke luar negeri#kuliah luar negeri#kursus menjahit#pendidikan seni#Sarjanua Seni di Inggris#sekolah design fashion di korea selatan#sekolah fashion#sekolah fashion design
0 notes
Text
Seni Rupa Bandung, 1965
Saya kembali melihat leaflet sebuah pameran, Melampaui Mahzab: Bandung dalam Sejarah Pameran. Apa yang paling saya ingat selain mahzab Bandung yang kebarat-baratan adalah, cerita dari bapak A.D. Pirous yang didokumentasikan dalam format video dan ditayangkan di galeri, tentang salah satu pengalaman ketika beliau masih jadi mahasiswa Seni Rupa ITB.
Di era Gestapu, sebenarnya ada beberapa karya grafis dari Amerika yang dikirim ke berbagai negara untuk dipamerkan, sebut saja sebagai pameran keliling, dan kala itu paket tersebut sampai ke Indonesia, tepatnya di kampus Ganesha ini. Sayangnya, di masa tersebut Indonesia sedang ricuh, bahkan tidak sedikit mahasiswa sudah berafiliasi dengan politik-politik eksternal sehingga jika karya tersebut dipamerkan, maka dipastikan akan timbul kerusuhan dan bisa saja karya-karya tersebut dirusak. Karena kondisi yang memanas, dosen dan mahasiswa berkumpul di satu ruangan yang dikunci. Dosennya membuka isi paket tersebut, mengeluarkan satu karya, lalu membahas dengan detil, membuka sesi pertanyaan bagi mahasiswa, memasukkan kembali karya tersebut ke paket dan membuka lagi karya lain, seterusnya sampai semua karya grafis di paketnya sudah terbahas satu per satu.
Cerita beliau jadi refleksi pribadi saya tentang betapa mudahnya belajar segala hal di tahun 2019, dengan laptop yang selalu di tas, koneksi dan buku ada di mana-mana, tapi rasanya memahami sesuatu masih kurang serius.
1 note
¡
View note
Photo
Halo teman-teman! Ruangguru punya event seru yang berhadiah 1,5 milyar rupiah hingga kesempatan untuk mengunjungi KAMPUS TOP DUNIA di Amerika! ⨠Event kali ini gak cuman buat yang doyan belajar doang. Dari si Pinter sampai si Mager, semua bisa jadi The Winner! đĽ Ini dia daftar kompetisi di Liga Ruangguru: - Ruangguru SOCIAL CHALLENGE (video content creation) - Ruangguru CHAMPION (cerdas cermat) - Ruang SENI (ilustrasi, fotografi, vokal & musik) - Ruangguru TO Akbar UTBK - English Academy CHAMPION (kompetisi berbahasa Inggris) - Ruangguru MOBILE GAMING (mabar Mobile Legend) - Ruangguru ARENA (kuis akademik) - Konferensi Pelajar Nasional Pendaftaran sudah dibuka! GRATIS! Info lengkap dan pendaftaran kunjungi liga.ruangguru.com đ #WaktunyaKamuJuara https://www.instagram.com/p/CVkykZlvZBU/?utm_medium=tumblr
0 notes
Text
wijaya
Pada momen kelulusan sebuah kampus seni di Amerika Serikat, Oprah Winfrey diamanahkan kesempatan untuk menyampaikan pidato yang ditujukan bagi para calon wisudawan. Satu dari sekian baris kalimat pada pidatonya berbunyi:
âAnd then from that space, make the next right move and the next right move, then you wonât be overwhelmed by it, because you know your life is bigger than that one momentâ. Akhir kalimatnya begitu berkesan. Kita perlu menyadari bahwa sebagai kerangka besar, hidup selalu lebih besar dibandingkan satu-dua momen di masa lalu. Karena ia lebih besar, maka tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti terlalu lama karena kesedihan yang telah terjadi.
Mungkin kesedihan pada hidup Oprah berawal dari kondisi keluarga yang tergolong miskin. Setelah masa kecilnya bertahun-tahun dilalui dalam situasi serba berkekurangan, orangtuanya pun memutuskan untuk berpisah. Tak lama berselang, ia mengalami pelecehan oleh saudaranya yang berujung hamil di luar nikah pada umur belia. Kisahnya berlanjut lebih pilu lagi karena bayi yang dikandungnya meninggal setelah dilahirkan.
Andai pengalaman serupa terjadi pada kita, apa yang akan terjadi kemudian? Jangankan bertahan dengan deretan pengalaman pilu, berakhirnya drama romantika saja sering membuat sebagian dari kita merasa bahwa dunia sudah berakhir. Sementara kisah masa lalu Oprah terlihat bak film serial berdasar kisah nyata yang rentetan adegan sedihnya tak mengenal episode.
Tapi kemudian, ia mensyukuri anugerah bernama hidup yang baginya lebih berharga dibanding ujian dalam bentuk kemiskinan, perceraian orang tua, pelecehan, hamil di luar nikah atau kepergian sang buah hati. Keputusannya puluhan tahun lalu untuk bangkit dari keterpurukan, melaju dan bertumbuh telah menjadikannya salah satu milyarder perempuan dalam industri media modern global saat ini.
Ketika kita meratapi satu-dua kejadian yang memukul mundur lalu membuat kita jatuh tersungkur, tidak pernah ada sedetik pun waktu yang bisa diundur untuk mengoreksi jalan hidup. Justru cara menghargai hidup selalu terlihat dari upaya kita untuk ajeg melawan gelombang ujian yang menghantam silih berganti. Gelombang-gelombang tidak menyamankan yang menguatkan jiwa ketika kita berhasil bertahan hingga akhir.
Jadi jangan heran ketika kita mendapati sosok-sosok mapan di luar sana memiliki latar belakang hidup yang penuh dengan kekalutan. âDifficulties mastered are opportunities wonâ. Mereka yang terlihat mapan memutuskan untuk tidak mengecilkan hidup & membesarkan kesulitan tapi mengecilkan kesulitan & membesarkan hidup sesuai dengan semestinya.
Untuk alasan apapun, bersedih seperlunya tentu amat manusiawi. Tapi jangan lupa, di luar sana ada banyak orang yang diuji dengan tingkat kesulitan yang jauh lebih memilukan hati namun mereka masih mudah bergembira dan bersyukur. Dengan rasa syukur itu, mereka terjaga untuk tidak terlalu sering merendahkan diri.
Seperti halnya ketika kita merasa tengah mengalami hari yang begitu buruk di dalam kendaraan lalu melihat seorang difabel yang berjalan kaki di bahu jalan dengan tongkat penyangganya sembari membopong perabotan jualannya di bawah hujan. Kita tidak ada apa-apanya.
Jadi, jangan pernah mau dikalahkan dengan telak oleh kesedihan, karena kita tercipta untuk menghidupi hidup yang selalu jauh lebih berharga dibandingkan momen apapun yang pernah terjadi.
257 notes
¡
View notes
Text
Sebuah Aktualisasi Diri
Sedikit berkontemplasi di akhir pekan yang terik di Februari ini. Sejenak teringat teori yang dipelajari saat di bangku kuliah, yakni Aktualisasi Diri. Sebuah teori yang dikembangkan oleh Abraham Maslow, seorang Psikolog asal Amerika dan dikenal dengan upayanya dalam membangun sebuah teori yang dijabarkan melalui piramida Hierarchy of needs. Sebagaimana yang ia tulis dalam bukunya berjudul A Theory of Human Motivation, teori psikologi humanistik tersebut menjelaskan bahwa adanya perkembangan dari seorang individu untuk mendapatkan versi diri yang terbaik atau real self.Â
Sebuah aktualisasi diri hadir ketika manusia tahu apa yang akan ia lakukan dalam hidupnya dan bagaimana ia mengupayakan diri untuk dapat mengekspresikan dirinya melalui karya, pencapaian dsb, hingga pada akhirnya ia memiliki nilai-nilai yang diyakini sebagai potensi diri. Definisi tersebut tentu tidak terbatas dari yang telah saya jabarkan, namun bukan definisi secara leksikal yang ingin saya bagikan. Hanya sebuah pengalaman dari memorabilia dan pertemuan.
Dalam rangka untuk membunuh waktu, kemarin saya iseng ke Pasar Antik Cikapundung dengan Roly. Pada dasarnya kami berdua memang menyukai hal-hal antik dan senang untuk menjelajahi waktu, baik dengan musik atau dengan benda. Sehingga tempat tersebut akhirnya menjadi pilihan kami untuk melihat berbagai macam memorabilia dari waktu ke waktu.
Setelah menyusuri berbagai toko, kami mendapati sebuah toko yang menarik untuk dikunjungi, yang mana menjual miniatur alat musik dan ternyata merupakan sebuah serutan pensil, menarik kan? Kemudian sang penjaga toko pun menghampiri kami dan menjelaskan asal-usul dari memorabilia yang kami temui.
Singkatnya, beliau mengenalkan diri sebagai seorang seniman lulusan ITB dan juga seorang dosen yang bernama Pak Edi. Seperti menemukan seorang teman, Roly pun mengenalkan dirinya yang juga seorang alumnus dari fakultas seni dan desain di kampus yang sama. Pak Edi membagikan ilmu serta pandangannya dalam berbagai macam perspektif dari sejarah produk tertentu, sekilas sejarah di Eropa hingga bermacam bentuk seni; seni lukis, seni patung, seni keramik, desain produk dan sebagainya.
Seni memang selalu menjadi hal yang mencengangkan bagi saya dari kecil, terlebih karena besar dari keluarga yang sangat mencintai seni lukis dan seni musik. Namun, ternyata aspek lain dari seni secara umum yang membuat saya tercengang terhadap perkataan sang seniman yang memiliki multi-talenta tersebut, terutama ketika beliau mengatakan:
âSeseorang yang berkarya atau melakukan hal dengan sungguh-sungguh akan menjadi transenden ke atas (semesta). Tidak penting seberapa ingin dinilai orang lain, namun yang paling penting adalah ketika menemukan self-journey dari sebuah momen dan itu yang membuat kita kaya. Itulah yang dinamakan pengekspresian diriâ
Kalimat tersebut membuat saya tertegun dan mengaminkan di dalam hati. Betul, saya setuju. Saya bukan seorang seniman seperti Pak Edi, atau berkecimpung di dunia seni lainnya seperti Roly. Namun saya sadar bahwa hidup itu soal mengekspresikan diri, tanpa harus mengindahkan pandangan orang. Karena pada dasarnya, manusia memiliki egosentris yang besar dan bila itu baik untuk diri sendiri, maka lakukan yang terbaik, lalu biarkan semesta berkonspirasi.
1 note
¡
View note
Text
0 notes
Link
Jakarta
Jakarta - Cerita mengharukan sekaligus membanggakan dialami ibu dan anak[1] dari Michigan, Amerika. Sang ibu, Sharonda Wilson dan putranya, Stephan Wilson merayakan kelulusan[2] di hari yang sama.
Dilansir CNN, cerita ibu dan anak tersebut menjadi viral karena kelulusan ini adalah kejutan bagi keduanya. Apalagi, Sharonda dan Stephen lulus dari universitas berbeda.
Awalnya, Sharonda membatalkan jadwal wisudanya di Ferris State University, Big Rapids, Michigan, karena memilih menghadiri wisuda putranya yang diadakan pada hari yang sama dengannya. Kejutan wisuda ibu dan anak ini akhirnya terlaksana di kampus Stephan di Central Michigan University.
Sharonda dan Stephan/ Foto:Facebook Central Michigan University
Menjelang hari wisuda, Sharonda membagikan keluh kesahnya itu di Facebook. Salah satu murid di universitas sang anak tanpa sengaja membacanya, Bun.
Pagi hari sebelum wisuda, murid itu menceritakan kisah Sharonda pada presiden Central Michigan, Bob Davied. Tanpa menunggu lama, Davied langsung menghubungi presiden Ferris State University, David Eisler, agar bisa memberi gelar pada Sharonda di kampusnya.
"Kejadian ini berlangsung begitu cepat," ujar Ari Harris, juru bicara Central Michigan.
Saat kelulusan, ibu dan anak ini berjalan bersama ke panggung untuk menerima gelarnya. Sharonda mendapatan gelar sarjana sains di bidang administrasi, sedangkan Stephen menyandang sarjana seni bidang musik teater.
"Aku tidak sabar untuk berjalan ke panggung itu dan menerima gelar ini," kata Stephan.
"Mendapatkan gelar adalah momen yang sangat besar dalam hidupku. Mengajak ibu merayakan momen itu adalah berkat yang luar biasa. Aku bangga dengan kami berdua," sambungnya.
Menurut presiden Central Michigan, Davies, keduanya pantas mendapat kejutan di hari besar itu. Menurut Davies, ibu dan anak ini telah bekerja keras dalam waktu yang lama untuk menyelesaikan pendidikannya.
Cerita Sharonda dan Stephen yang menginspirasi bisa jadi pembelajaran bagi kita sebagai orang tua, Bun. Usia Sharonda mungkin tidak lagi muda, tapi dia tetap mementingkan pendidikan[3] dan hal ini akhirnya dicontoh oleh sang anak.
Menurut Tina B. Tessina, Ph.D., psikoterapis dan penulis How to Be a Couple and Still Be Free, salah satu ciri orang tua yang sukses adalah mampu memberi contoh baik pada anaknya. Bila benar, artinya orang tua sukses membesarkan sang anak.
[Gambas:Video Haibunda][4]
"Kalau ingin anak tumbuh jadi orang baik dan sukses, kita juga harus memberi contoh," kata Tessina, dikutip dari Business Insider.
Paling penting, orang tua memberikan contoh dan pemahaman yang jelas pada anak bahwa hasil akhir bukan yang utama, tapi prosesnya, Bun.
"Ini tidak hanya berarti kita perlu memiliki definisi kesuksesan[5], tetapi juga pemahaman tentang bagaimana mencapainya," papar Tina. (ank/rdn)
References
^ibu dan anak (health.detik.com)
^kelulusan (health.detik.com)
^pendidikan (health.detik.com)
^[Gambas:Video Haibunda] (20.detik.com)
^kesuksesan (www.haibunda.com)
Halaman Selanjutnya
0 notes
Text
Minen, Berawal dari Vokalis Band hingga Bikin Sepatu "Berkelas"
Liputanviral - Berburu sepatu berkualitas sudah menjadi kebiasaan Ricky Darmawan sejak kuliah di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI), tahun 2004 silam. Sepatu yang ia cari adalah sepatu kulit berkualitas, terutama bot. Alasannya sederhana, karena enak dilihat, awet, mahal, susah mendapatkannya, dan beda dengan sepatu yang dikenakan teman-temannya. âSuka aja tampil beda dari yang lain,â ujar Ricky kepada Kompas.com di Minen Leather, Jalan Cigadung, Bandung, belum lama ini. Namun persoalannya, harga sepatu yang dincarnya di angka Rp 1 jutaan, dan ia tak memiliki uang sebesar itu untuk membelinya saat itu. Ricky kemudian menyiasatinya dengan mencari perajin sepatu di Cibaduyut. Ia memesan sepatu bot dambaanya, yakni sepatu biker yang bisa digunakan sehari-hari. âSepatu jenis itu, saat itu, di pasaran tidak terlalu banyak,â imbuh pria kelahiran Palembang, 18 Mei 1983 ini.
Kecintaannya terhadap sepatu terus bertambah. Ia lalu melakukan riset bertahun-tahun, belajar apa pun tentang sepatu yang bagus, mengaplikasikannya dalam sebuah produk, bahkan membantu seorang teman mendirikan sebuah brand sepatu. âSaya terus bikin sepatu. Banyak teman yang suka dan nanya." "Setelah merasa PD dengan ilmu yang dimiliki, tahun 2010 saya kepikiran bikin sepatu handmade buatan lokal yang bagus dan bisa dijual,â ucap Ricky. Berdirinya Minen Ia pun mendirikan Minen, brand sepatu berbahan dasar kulit kualitas ekspor. Minen bermain di sepatu bot dan formal shoes yang menggunakan hand welted construction. âNama Minen diambil dari nama ayah saya. Karena saya lihat, merk ternama di dunia menggunakan nama mereka sendiri,â kata dia. Salah satu ciri khas Minen adalah metode patina shoes. Yaitu proses finishing sepatu berbahan vegetable leather yang dilukis dengan cat dari Jepang dan Perancis. Hasilnya, sepatu Minen memiliki look yang elegan dan mahal. Namun, --kala itu, sepatunya tidak laku, karena belum ada pasar yang mengenalnya. Selain itu, Ricky pun masih tidak terlalu pandai dalam hal marketing. âSampai sekarang pun begitu. Saya sangat mengandalkan kualitas daripada menjual kata-kata menarik dalam marketing,â ucap dia.
Suami dari Kiki Komalasari ini percaya, kualitas sepatunya akan membawa Minen ke dunia internasional, meski tanpa pendekatan marketing yang luar biasa. âBrand besar tidak dibangun dalam sekejap. Misalnya Louis Vuitton, Hermes. Mereka terkenal bukan karena promosi gila-gilaan tapi mengandalkan kualitas." "Belum pernah saya lihat Louis Vuitton iklan di spanduk. Karena mereka tidak menjual produk massal,â tuturnya. Keyakinannya tersebut membuatnya tegak berdiri meski di awal usahanya ia mengalami kerugian yang bertubi-tubi. Pasalnya, sepatunya belum dikenal orang dan terbilang mahal. Ia pun tidak menjadikan kerugiaannya sebagai beban, karena buatnya sepatu adalah hobi. Jadi, kalaupun rugi, ia akan terus membuat dan membuatnya. âPertama jual langsung mahal, dulu Rp 700.000-1,5 juta. Laku sih, tapi lama prosesnya, makanya rugi." "Selama dua tahunlah saya rugi. Tapi karena hobi jadi gak masalah,â ungkap Ricky. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan lainnya, Ricky mendapatkannya dari main band. Ia dikenal sebagai vokalis band rock and roll âJarikuâ.
Perlahan namun pasti, sepatunya mulai dikenal. Konsumen yang merasa puas dengan sepatu Minen mempromosikan kepada teman dan koleganya. Apalagi, setelah memanfaatkan media sosial untuk jualan, Minen dibanjiri order. âOrderan banyak, tapi kapasitas produksi kami baru 50 sepatu per bulan,â ungkap dia. Sepatu yang dibanderol Rp 2,7 juta-20 juta ini diminati pasar dalam dan luar negeri. Selain dijual online, sepatunya ada di toko di Perancis dan Australia. âYang beli kebanyakan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Omzet Minen per bulan sekarang Rp 200-300 juta,â imbuh dia. Ketekunannya dalam bisnis ini pun berbuah manis. Ia kini memiliki rumah cukup mewah di Cigadung Bandung, setelah bertahun-tahun ngontrak. Rumah mewah tersebut selain jadi tempat tinggal, ia jadikan tempat produksi sekaligus tokonya. Sebab baginya, sepatu Minen adalah karya seninya yang bisa dipajang di ruang tamunya.
Perantau Ricky tak menyangka akan melabuhkan hidupnya di bisnis sepatu. Sebab saat lulus SMA dan memutuskan merantau ke Bandung, tujuannya hanya satu, jadi artis. âDulu saya diterima kuliah di Unpad (Universitas Padjajaran) dan Unisba (Universitas Islam Bandung) jurusan psikologi,â tuturnya. Suatu hari, ia melihat STISI dan melihat ke dalam kampus tersebut. Di sana banyak mahasiswa berambut gondrong. Ia kemudian bertanya tentang jurusan mereka, dan apa yang bisa dilakukan setelah lulus. Jawaban mereka sederhana, âkamu tidak akan kelaparanâ. Anak dari seorang kontraktor di Palembang ini pun tertarik dengan jawaban mahasiswa tadi. Lalu, dia mengikuti tes gelombang akhir di STISI, hingga akhirnya menjadi vokalis sebuah band. âUntuk sementara band-nya vakum dulu. Tapi band-nya masih ada. Mereka (anggota band) juga bantuin saya di Minen,â cetus Ricky. https://www.instagram.com/p/BuDv0kklHJf/?utm_source=ig_web_copy_link Read the full article
0 notes
Text
Mengendalikan Diri Sendiri
Kali ini saya akan membahas buku yang berjudul Self Driving yang saya yakin sangat bermanfaat ketika kita melihat pola tingkah laku masyarakat negeri ini yang kebanyakan hanya ikut-ikutan sehingga kita bisa mengubah pola tingkah laku negatif tersebut. Buku ini saya dapatkan dari meminjam teman yang sebelumnya saya rekomendasikan untuk membeli buku ini, maka terbentuklah win-win solution diantara kami. Hasil akhirnya ialah sama-sama mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tapi tenang, buku di tangan saya ini adalah buku asli, bukan bajakan.
Mari kita mulai membuka halaman buku ini. Begitu banyak di tengah-tengah masyarakat kita yang menilai kecerdasan seseorang dari hasil ujian tertulis, buku tes, dan paper. Kampus melibatkan diri dengan melabelkan mereka gelar, ijazah, dan nama universitas yang terkesan hebat. Padahal yang membawa kita menjadi pribadi yang bermanfaat bukanlah segala jenis label tersebut, melainkan diri kita sendiri. Kendaraan yang akan mengantarkan seseorang sampai ke tujuan adalah kendaraan yang dikemudikan oleh seorang pengemudi yang baik. Tentunya setiap orang memiliki impian yang berbeda-beda, jadi pengemudi terbaik menuju impian-impian kita adalah diri sendiri.
Apa bedanya seorang pengemudi (driver) dan seorang penumpang (passenger)? Seorang driver mampu mengemudikan kendaraan hingga titik tertentu, harus mengetahui jalan, dilarang mengantuk apalagi tertidur, mampu merawat kendaraan, dan sebuah piihan yang berisiko. Sedangkan seorang passenger hanya menumpang, tidak harus tahu memahami jalan, boleh mengantuk, boleh tidur, tidak perlu merawat kendaraan, dan sebuah piihan yang aman. Bagaimana caranya kita bisa menjadi seseorang yang bermental driver? Tentunya kita harus berani keluar dari zona nyaman kita dan mulai berpikir.
âOnly 2% of the people think; 3% of the people think they think; and 95% of the people would rather die then think.â
~ George Bernard Shaw
Untuk bisa mengendalikan negara, kita harus bisa mengendalikan orang-orang terlebih dahulu. Untuk bisa mengendalikan orang-orang, kita harus bisa mengendalikan diri sendiri terlebih dahulu. Drive yourself, berarti diri kita sendirilah yang menjadi driver. Pertama-tama tentukan arah masa depan hidup kita. Untuk itu kita harus bermain sebagai pemenang, berani mengambil risiko, disiplin, bertanggungjawab, dan memiliki mindset yang terus tumbuh. Drive your people, berarti kita mampu berinteraksi dan tumbuh bersama kekuatan orang lain. Untuk mencapainya, kita harus memiliki goal setting, mampu mengambil keputusan, memimpin dengan hati, mau memberi, dan menumbuhkan myelin (muscle memory). Drive your nation, berarti kita mampu berkontribusi memajukan bangsa dan negara. Untuk sampai ke sana, kita harus mampu melenyapkan korupsi bahkan sampai hal yang kecil dan sanggup mendorong tumbuhnya pola pikir bangsa hingga memiliki sikap mental driver.
Terdapat 2 jenis driver, yaitu good driver dan bad driver. Bila diperumpakan, bad driver adalah seorang sopir yang ugal-ugalan dan atau sopir tembak yang tak terlatih. Orang-orang yang kita sebut sebagai bad drivers akan lebih banyak mengambil energi kita, mengajak kita untuk melakukan keributan-keributan dibanding langkah-langkah terhormat. Akibatnya reputasi kita perlahan-lahan tergerus, semakin terpuruk, semakin tidak dipercaya. Bad driver akan membuat good passengers belajar cara mengemudi kehidupan yang buruk. Para bad drivers bukanlah orang yang harus dijadikan teman. Lain halnya dengan good drivers. Mereka bisa disebut dengan banyak nama, seperti  intrapreneur, profesional, admired CEO, pengusaha terpandang, value-added manager, dan sebagainya. Good driver adalah seorang inisiator, tokoh perubahan, dan mampu menjadi role model bagi banyak orang.
Kemudian salah satu cara mengubah seorang good passenger menjadi good driver adalah dengan memelajari  keterampilan assertiveness. Meski menurut kamus assertiveness diterjemahkan sebagai ketegasan, sebenarnya ia memiliki banyak arti. Assertiveness yang dibahas di buku ini lebih diartikan sebagai seni bertutur kata yang menampilkan gerak isyarat yang menunjukan ketegasan, namun tetap bersahabat tanpa mengabaikan orang lain. Sikap assertive berbeda dengan sikap agresif. Di Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Skandinavia, assertiveness diajarkan di sekolah-sekolah sebagai wadah pembentuk karakter dan keperibadian. Dengan bekal assertiveness, bawahan tidak akan membiarkan atasannya korupsi.
Tiba lah kita di bab yang diberi judul The Power of Simplicity. Sebelum kurikulum 2013 dijalankan, Indonesia adalah negara dengan jumlah mata ajar terbanyak di dunia yang diberikan untuk SD-SMA. Rata-rata pelajar SMA mendapat 16-18 mata ajar, sementara di beberapa negara lain hanya 5-7 mata ajar dengan jumlah jam pelajaran yang sama. Ketika anak-anak muda Indonesia harus menyelesaikan 144-160 SKS untuk menyelesaikan pendidikan S1-nya, di luar negeri cukup mengambil 124 SKS. Itu pun tanpa keharusan menulis skripsi. Dengan SKS yang lebih sedikit, mereka justru berpotensi menjadi manusia-manusia yang tangkas dan mempunyai ruang gerak yang besar untuk beraktivitas sosial. Tidak heran jika di Inggris sekarang banyak tawaran program S2 yang bisa ditempuh hanya dalam 55 minggu. Segala bentuk kekakuan yang begitu luas dan masif mencerminkan kekusutan berpikir dari para pengambil keputusan.
Banyak contoh-contoh kasus yang membuat saya sangat tertarik di bab Critical Thinking. Di berbagai kampus di belahan bumi bagian Barat, semua mahasiswa di jurusan apapun selama dua tahun pertama wajib mengambil mata kuliah liberal arts yang di dalamnya terdiri atas sejarah, matematika, science, rhetoric, kesenian, astronomi, ekonomi politik, sosiologi, dan bahasa. Tujuannya bukan untuk menghafal, namun menantang cara berpikir, menguji kebenaran secara ilmiah untuk membebaskan manusia dari mitos dan tradisi yang sempit. Bangsa yang tidak terbiasa berpikir kritis akan mudah terbawa arus, mudah percaya pada tahayul, terseret emosi, terlibat dalam penyebaran rumor yang belum tentu benar. Sebagai ilmuan generasi pertama, Socrates dianggap sebagai manusia pertama yang mengajarkan cara berpikir kritis. Setiap kali mendengar seseorang menyampaikan suatu berita, ia selalu menyampaikan tiga pertanyaan. âApakah berita yang Anda ceritakan itu adalah sesuatu yang benar-benar Anda yakini kebenarannya?â, âApakah itu tentang orang yang Anda cukup kenal dan tahu persis kehidupannya?â, âApakah itu berita positif atau negatif?â.
Istilah executive functioning kini mulai dipakai para pendidik dan para ahli manajemen karena modal dasar bagi kaum muda untuk menjadi seorang good driver. Executive functioning diaktifkan melalui tiga elemen psikologis yang bisa dilatih, yaitu inhibitory control (tahu dan tidak melakukan apa yang tidak boleh diucapkan/dilakukan) dan self regulation (meregulasikan diri), working memory (kemampuan menata informasi dengan tanggap dalam memori), dan cognitive flexibility (kemampuan beradaptasi).
Inhibitory control intinya adalah pengendalian diri. Kaum muda butuh dilatih mengendalikan ego, berpikir dahulu sebelum bertindak, berpikir tentang orang lain, dan membentuk rasa hormat sehingga terbiasa mengendalikan diri. Seorang good driver harus mampu mematuhi peraturan yang berlaku saat mengemudikan dirinya. Working memory adalah sebuah keterampilan yang dilatih sedari dini untuk menyimpan beberapa informasi sekaligus, sementara informasi yang lain terus berdatangan dan kita harus memilih, mendahulukan satu diantaranya, namun tidak melupakan yang sudah pernah datang sebelumnya. Cognitive flexibility bisa diartikan sebagai kemampuan mental seseorang untuk mampu menghadapi perubahan dalam kondisi yang tidak diharapkan. Jadi seorang driver tidak hanya mampu berpikir kreatif namun juga harus bisa menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan yang berbeda.
Banyak cerita yang menarik tentang tokoh-tokoh penting yang akan mengubah cara pandang kita di buku ini, seperti Theodore Roosevelt, Soekarno, Ahmad Dahlan, Gus Dur, Sehat Sutardja, dan juga beberapa kisah unik yang terjadi disekeliling kita yang disebabkan masyarakat Indonesia masih kebingungan dalam membedakan fakta dan fiksi.
Sudahkah kita menentukan pilihan menjadi driver atau passenger?
1 note
¡
View note