#jurnalmimpi
Explore tagged Tumblr posts
irfanilmy · 2 years ago
Text
Mimpi Ngaji Bersama
Mimpi yang entahlah sebagai pertanda atau bunga tidur biasa saya alami saat tidur sebelum ashar tadi. Di mimpi itu saya sedang mengaji kitab kuning. 
Saya tak tahu pasti kitab apa yang sedang dikaji. Guru yang mengajarnya juga saya agak lupa. Yang jelas di sana ada seorang perempuan yang ngaji juga. Entah dia ngaji atau dia yang ngajarin kitabnya ke saya. Samar-samar. Kalau enggak salah dia itu berkacamata. Tapi, dia orang asing bagi saya. Cantik juga lumayan. Ha. Saya tak mengenalnya di dunia nyata. 
Mungkin ini efek saya suka nontonin video di IG yang ada santri-santrinya gitu. Jadi, diproses otak dan tinggal di alam bawah sadar dan terjadilah mimpi tadi. Wallahu a’lam. Tapi, ya semoga saja itu pertanda biar saya nanti kalau sudah berkeluarga bisa ngaji bareng. Asoy. 
Cikondang, 27 April 2023, 18.28 WIB
4 notes · View notes
forgetmenotindecember · 25 days ago
Text
Mimpi lagi study tour, 1 bis isi 30 orang. Dan beneran study tour karena studynya di dalam bis. Aku ditunjuk jadi tutor matematika sama gurunya. Nah entah kenapa temen2 gaada yang respect sama aku jadi di jam belajar malah pergi semua, ada yang cari snack makan dll. Akhirnya aku mencoba untuk mencari dan meminta buat balik ke bis untuk jam matematika. Tapi segitu dicuekinnya sampe aku mau nangis. Di jalan mau balik ke bis sendirian, aku nemu handphone dan headset, aku ambil dan simpen, di bis aku pake headsetnya ternyata lagi muter lagu. Ternyata dia, yang satu bis sama aku, ngebantu dan manggilin hampir satu2 buat kembali ke bis.
Setelah aku denger beberapa lagu mulai pada masuk bis, aku yang ga familiar sama hpnya binging gimana ngecilin volume, agak panik tapi akhirnya berhasil. Setelah semua penuh dan duduk, dia duduk dekat papan tulis dan posisi sebelahnya kosong. Langsung merengek aku, kenapa sih harus aku yang ngajar, bukan kamu atau dia yang jelas pinter matematika.
Akhirnya dia bantu ngajar karena memang dia yang jago 😂
0 notes
nawangrizky · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Semalam aku bermimpi jadi panitia sayembara berhadiah. Katanya yang bisa nemu berlian betulan boleh bawa pulang. Di depanku ada berember-ember mutiara, manik-manik, dan logam-logam mulia yang bersinar.
Aku yang terkesima diberi tahu, kamu nggak akan bisa nemu berlian di tempat terang. Semua yang menyilaukan itu bukan berlian sesungguhnya. Kalau kamu terlalu fokus ke sana, kamu nggak akan dapat apa-apa.
Di kerumunan orang-orang yang sedang terjongkok dan terkesima meraup benda-benda terang itu, aku mendongak sendirian. Lalu aku melihatnya. Di dinding tempat nama acara dituliskan, ada benda kecil warna biru. Menyala, tapi tak silau.
Yang kuingat aku tersenyum. Ternyata yang benar-benar berharga tak bersembunyi sama sekali, kita cuma tak melihatnya karena terlalu fokus pada apa-apa yang sepertinya penting, padahal imitasi.
#jurnalmimpi https://www.instagram.com/p/B9NvnI9AYq_/?igshid=jccwlie0ty8f
2 notes · View notes
postdysphoria · 8 years ago
Text
teleportasi bukan hanya perkara jarak, tapi juga perkara interval waktu
Tumblr media
Pada masa ini, kecanggihan teknologi tak lagi terbantahkan. Maksudku, segala kemungkinan yang kita pertanyakan sudah bisa dibuktikan. Perkaranya adalah apakah kemungkinan-kemungkinan yang bisa dibuktikan itu juga bisa memenuhi ekspektasi kita sepenuh-penuhnya? Sebut saja: teknologi teleportasi.
Aku tak tahu pasti usaha apa saja yang sebetulnya dijalani perusahaan tempatku bekerja ini. Gedung-gedung bertembok putih dan disekat kaca yang terlalu gigantik. Setiap karyawan lain yang kutemui seperti orang-orang asing yang terlalu takut untuk saling menyapa. Yang kuyakini, aku mengemban tugas penting. 
Suatu hari, seorang laki-laki yang kukenal sejak masa lalu (aku mengenalnya di dunia nyata) ternyata jadi penjahat. Seorang kawan lama yang kukenal dan akrabi untuk kurun waktu yang tak sebentar. Ia mencuri dokumen yang harusnya tak boleh disebar pada siapapun, kecuali orang-orang tertentu di kantorku. Atasanku menyerahkan tugas penangkapan padaku seutuhnya.
Kantorku, perusahaan teknologi masa depan dan sains tingkat tinggi, menciptakan teknologi teleportasi untuk kemudahan berbisnis di antara sesama karyawannya. Dalam kondisi pengejaran target yang sudah keburu kabur jauh ini, teknologi teleportasi ini pun jadi opsi utama yang kugunakan. Dalam proses ini, yang kulakukan adalah memencet tombol “Send” pada tablet berlapis karet gelap dengan ketebalan ± 2 cm. Proses ini harusnya tak makan waktu lama: aku mengunci titik lokasi tersangka dan mengirimkan mobil dinas ke sana untuk mengejarnya. City car warna biru tua (Siapa sih yang mengemudikannya? Aku juga tidak tahu. Di mimpi, aku tak memikirkan itu). Sialnya, entah karena jaringan satelit yang ngadat atau memang teknologi teleportasi ini yang belum siap: notifikasi “Pending” dan “Sending Failed” muncul berkali-kali, yang refleks kurespon dengan menekan tombol “Send” berulang kali juga.
“Ia tertangkap!” Konfirmasi itu akhirnya kuterima dari atasanku. Kami meneleportasikan diri ke lokasi penangkapan: sebuah jalan perumahan yang jalur aspalnya muat 2 mobil. Di tengah perjalanan kaki menuju titik tepat penangkapan, aku merasa lumayan kangen dengan kawan lamaku yang sudah jadi penjahat ini.
Kupikir aku bisa menjabat tangannya dulu, tapi aku urung. Yang kutemukan adalah tubuh yang remuk dengan beberapa bagian yang terberai. Darah merah segar membasahi aspal. Di sisinya adalah 2 city car biru tua yang sudah berasap dan juga remuk di sana-sini. Kedua mobil itu tak utuh. Tak ada potongannya yang terhempas dari sana. Kedua mobil itu mengalami gagal pengiriman. Keduanya terkirim berulang dan bertubrukan dalam pengiriman hingga meremukkan kawan lamaku yang sudah jadi penjahat. Tak ada seorang petugas pun di lokasi yang membahas dua mobil itu. Bahkan penduduk sekitar yang menonton hanya terfokus membicarakan tubuh kawan lamaku yang remuk itu.
Sekembalinya dari sana, ada waktu dan narasi yang terpotong. Yang kuingat adalah aku menghabiskan hari-hariku untuk menyamarkan identitas dan mengganti tampilan serta nama dan aksen bicara. Dari satu lokasi perkumpulan ke lokasi perkumpulan lainnya yang ada di lantai dasar berlapis kayu, aku berpura-pura bahwa aku bukan aku. Aku terus berlari.
Aku seperti bisa mengingat caranya bicara, caranya membantah, dan caranya tertawa. Aku selalu takut jika sewaktu-waktu kecerobohanku akan mencelakakan orang, tapi aku akhirnya melakukannya pada kawan lamaku sendiri. Aku menjadikan diriku sendiri buronan yang menewaskan kawan lamaku, meski tak ada seorang pun yang membicarakan penyebab kematiannya itu. Aku pergi melarikan diri tapi kantorku seperti tak pernah jauh. Setiap karyawannya menungguku kembali, sebab—menurut ingatan dalam mimpiku itu—aku terlalu penting.
Berbulan-bulan melarikan diri, aku akhirnya kembali. Tak ada seorang pun yang bahkan menyebut nama kawanku ini atau kasus pencurian yang ia lakukan itu. Sama sekali.  Meski demikian, aku tetap kembali dengan harapan bisa menebus dosa lewat upaya untuk memperbaiki teknologi teleportasi itu. Namun, begitu menjumpai atasanku yang selalu berjalan terburu-buru itu, yang keluar dari mulutku hanya, “Bisakah aku melanjutkan saja proyek itu? Sebab toh ia juga sudah mati; sudah tak bisa melanjutkannya lagi.”
Aku tak tahu—lebih tepatnya tak ingat—jawaban yang diberikan atasanku. Yang kuingat adalah aku terbangun dengan rasa ngilu dada. Aku menyadari bahwa yang disebut penjahat dalam mimpiku adalah rekan sejawatku yang sama-sama menjalankan proyek yang sama pentingnya denganku. Bisa jadi ia membelot atau berkhianat, aku tak tahu pasti. Yang aku tahu pasti: aku telah membunuhnya dengan kegagalan teleportasi, dan aku tak ingin terlibat dalam hal-hal penting dan besar lagi.
0 notes
burnt-moon · 9 years ago
Text
23/12/2015-24/12/2015
Another visit from Ayah last night :)
0 notes
tatatabbi · 10 years ago
Text
Creepy as hell! (Jurnal mimpi) #3
Tadi malem gue mimpi buruk haha -_- gue bener2 lupa rinciannya, but at least gue masih inget satu scene dimana gue denger suara2 gitu, and seems like tercampur sama dunia nyata (spoiler!) Oke mulai dari awal aja. 1 Januari, gue nonton 2 acara investigasi hantu di slh satu channel tv berlangganan, dimana ada cenayang yang jelasin apa yang terjadi di rumah itu, hantu yang jahat siapa, yg baik siapa. Well, singkatnya gue tidur sekitar jam 11 di kamar atas. Jujur aja ya, gue kalo tidur di kamar atas jarang bisa tenang, bawaannya gelisah, apalagi kalo tv sama lampu lupa dimatiin, hawanya lebih dingin juga karna dindingnya rembes. Gue mimpi ada di tempat tidur sama ade gue, tepat di tempat gue berada, dan gue denger suara orang nangis jelas banget, gue cuma diem, terus gue noleh ke ade gue, "denger juga nggak?" Dia ngangguk. Trus gue sama adek keluar, nah stlh itu gue nyadar kalo gue lg mimpi (jadi kayak lucid dream gitu) jantung dag dig dug ngga karuan, oh iya stlh itu gue buka mata, gue masih di tempat tidur. Gue nyoba buat tidur lg, baru aja mau nyenyak, kebangun sama kokok ayam tetangga. Sahut2an gitu, jadi gue kirain udah subuh, lagian gue udah ngga begitu ngantuk dan udah niat bangun gitu, gue ngecek jam dulu. Astaga masih jam 02.53 am! Gue jadi dag dig dug lagi gara2 inget konon kalo ayam berkokok sebelum waktunya itu tandanya dia liat hantu. gue nyoba buat tidur lagi, dan alhamdulillah bisa lumayan tenang, trus bangun jam 6. Gue bangun sambil bingung, tadi malem mimpi apa bukan ya? Soalnya mimpi gue sama kehidupan nyata sama persis lokasinya, gue tepat di tempat tidur dan pas bangun juga masih di situ, sebelah gue juga orang yang sama, gue takut kalo dunia nyata sama mimpi kecampur beneran :(
0 notes
hampircukuptidur-blog · 11 years ago
Text
Mimpi
hari ini engkau hadir lagi berjumpa aku dalam mimpi --sepi
aku kucup kelopak matamu engkau tolak aku aku kucup lembut tanganmu engkau tolak aku perlahan.
aku cuma mahu kamu saorang tidakkah kau tahu sayang? rindu aku masih bertalu membuat hatiku sayu.
dan hari ini engkau berjanji mahu datang lagi kedalam mimpi  engkau berjanji.
0 notes
irfanilmy · 1 year ago
Text
Ini kali kedua saya bermimpi bertemu dan konsultasi dengan Ustaz Adi Hidayat. Entah apa maksud pasti dari mimpi ini. Yang jelas saya meyakininya sebagai isyarat agar saya lebih banyak mengikuti ceramah-ceramah beliau. Bismillah.
0 notes
irfanilmy · 2 years ago
Text
Mimpi Baik, 2
Untuk kali kedua mimpi bertemu Gus Baha. Saya menyaksikan dari dekat--di mimpi itu beliau sedang salat sunnah--lalu kami sedikit berbincang. Seingat saya yang agak samar karena langsung lupa beliau menaruh tangannya di bahu saya. Memang bertemu dengan orang alim lagi soleh itu bikin adem walau sebatas dalam mimpi, apalagi di dunia nyata. 
Cikondang, 3 Oktober 2022, 05.34 WIB
3 notes · View notes
irfanilmy · 2 years ago
Text
Mimpi Baik, 1
Mimpi ikut ngaji (ngalogat) kitab bareng Gus Baha. Lupa kitabnya kitab apa. Saya tepat di depan beliau. Ada kali 1-2 meteran mah jaraknya. Tapi, anehnya di dalam mimpi itu saya enggak bawa kitab. Jadi, saya cuma dengerin aja sambil dalam hati ngerasa malu karena yang lain mah ngalogat, saya cuma dengerin aja. Duh.
Semoga ada takdirnya ke depan saya bermimpi bertemu baginda Rasulullah Muhammad Saw. Aamiin. 
Cipedes, 16 Juli 2022, 5.08 WIB
5 notes · View notes
irfanilmy · 3 years ago
Text
Mimpiin Dia yang Ke Sekian Kali
Barusan saya mimpi ketemu dia lagi. Kita kayak lagi ada di acara lomba nyanyi gitu. Saya hadir sebagai penonton, dia juga sama. Nah, singkat cerita saya mau keluar. Lalu di sebelah kiri saya ada dia. Kami sempat bertemu mata gituh sebelum akhirnya dia atau saya yah (?) memalingkan muka. Saya lalu melanjutkan jalan ke luar. Dia pakai baju putih dan bawahan hitam. Kayak lagi di pesantren gitu deh setting tempatnya, pas momen perlombaan santri. Ha. Ini pengaruh saya habis penelitian di pesantren kayaknya. Lalu, hujan turun, saya jadi kebangun karena harus ngangkat jemuran bisi diomelin mamah. Jadi weh mimpina beres sakitu-kituna.
Cikondang, 4 Mei 2022, 10.40 WIB
1 note · View note
irfanilmy · 3 years ago
Text
Masih Orang yang Sama
Akankah seseorang Yang kuimpikan 'kan hadir? Raut halus menyelimuti jantungku
Tentang Seseorang oleh Melly Goeslaw
"Kamu koas di mana?” tanyanya.
"Ari kamu, saya mah teu koas. Saya mah kuliah keguruan.”
"Hayoh we ngagambar wae," lanjutnya. "Saya mah teu ngagambar. Teu bisa. Ini lagi ngerjain tesis." Ternyata lagi ngerjain tesis di dunia nyata, kebawa ke dunia mimpi. He.
Dia duduk tepat di hadapan saya. Mungkin jaraknya hanya setengah meter. Wajahnya ayu seperti dulu. Tidak banyak yang berubah. Dia membawa tas gendong hitam, yang kalau saya ingat-ingat, itu mirip tas teteh saya. (Ini udah aneh lagi nih mimpi). Dia memakai jas warna putih yang biasa dipake sama dokter. Ya, dia kan sudah jadi dokter sekarang. Tapi entah dia praktik di mana.
Mimpi selalu enggak nyambung, loncat-loncat semaunya.
Setelah mimpi lain yang tidak berkesan, tiba-tiba saya sudah ada di satu tempat bareng dia, dan beberapa teman masa SMA yang sulit saya ingat satu persatu. Tapi anehnya, temannya itu campur. Di mana, dia juga mungkin pas dulu SMA enggak kenal dengan teman saya. Begitupun saya, meskipun kita satu SMA, tapi beda kelas. Jadi, wajar kalau enggak kenal teman satu sama lain.
Satu yang saya ingat, dia ngomongin salah satu teman. Dia salah menyebutnya dan saya membenarkan.
Saya sangat heran, kenapa dia jadi sangat akrab sama saya. Kalau misalnya saya ketemu enggak sengaja saat maen di mall misalnya, saya pun paling senyum dikit, atau bahkan memilih menghindar ala mahasiswa yang punya dosa, melipir dari dosennya. 
Saat di pondok, saya belum pernah sedekat itu dan ngobrol intens. Eh, pernah ding sekali. Lupa juga dulu ngobrolin apa. Itu juga bentar, di dekat sosorodotan dan tempat wudu dekat balong. Itu yang saya ingat satu-satunya momen yang enggak bakalan saya lupa seumur hidup.
Eits, jangan lupa sekali lagi pas kita satu angkot berdua. Itu pun enggak disengaja. Awalnya mau ngehindar, eh malah jadi naik angkot yang ada dianya. Soalnya angkot yang saya lewatkan buat dinaiki, ternyata ngetem dulu. Pas saya mutar ke jalan lain, ternyata itu angkot yang saya lewatkan, yang ada dianya. Masa saya enggak jadi naik. Jadi we saya teh naik angkot itu.
Di angkot 01 kita enggak ngobrol dan saling sapa. Pas naik angkot 05 kalau enggak salah, baru saya berani nyapa. Cuma karena jaraknya dekat dari pas naik angkot 05 (dekat gereja yang cukup gede dekat lampu lalu lintas) menuju sekolah, obrolan kami tidak banyak. Mungkin ngomongin tugas. 
"Naha teu pas tadi dina angkot 01 anu jarakna lumayan jauh?" dan ini pertanyaan yang tak semestinya saya cuma tanyakan. 
Hanjakalna kaburu kebangun euy. Hanya beberapa detik saja rasanya mimpi itu terjadi.
Lalu saya teringat kembali lagu Sheila On 7 yang berjudul Sebuah Kisah Klasik. Sampai jumpa kawanku/ Smoga kita selalu/ Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan/ Sampai jumpa kawanku/ Smoga kita selalu/ Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan. Lagu itu dinyanyikan saat angkatan kami di pondok perpisahan. Entah grup siapa yang nyanyiin. 
Itu kali terakhir saya melihatnya. Tepat saat acara formal selesai dan menuju ke acara santai. Padahal seharian saya sudah latihan buat perform di sesi itu. Saya menyanyikan dua lagunya Lyla, Detik Terakhir dan Bernafas Tanpamu. Atau cuma salah satu dari dua lagu itu yah? Agak susah mengingat yang pastinya. Eh, tapi dia malah sudah beranjak dari pondok tempat kami selama 3 tahun menimba ilmu. Dan, tak ada sebuah kepastian kalau dia memikirkan saya saat di jalan pulang. Ha. 
Ya Allah, enjing semoga mimpiin dia lagi! Ha. Doa macam apa ini?
Cikondang, 9 November 2021, 10.42 WIB
1 note · View note
irfanilmy · 3 years ago
Text
Dia Lagi Dia Lagi
Jam 1 an dini hari saya mimpi. Hanjakalna bentaran. Saya tidur jam setengah satu lebih. Mimpinya bikin seneng sih. Ha ha.
Jadi gini, saya lupa awalnya kayak gimana. Tapi tiba-tiba saya ada di tempat berlatar pesantren aja gituh. Beberapa orang saya liat kalau dia temen saya mondok dulu. Terakhir, ada satu temen yang dulu jadi seksi keamananan. Dia bilang, “naha ieu teh kalah sarare? Ayo tarahajud atau ngaji atau naon kitu!"
Latar waktunya dini hari ceritanya. Terus pas semua santri udah pada kosong di satu ruangan, saya masuk ke sana. Di dalam masih tersisa satu orang santri. Dia lalu meninggalkan saya yang bertanya-tanya. “Kok di dalem banyak makanan? Kayak lagi ada acara gituh.”
Ruangannya gelap tapi masih cukup keliatan ada tumpukan-tumpukan makanan. Cahaya dari lampu di luar menyinari sedikit ruangan di mana saya berdiri dan melihat ke sekeliling. Saya ngeliat ada semacam kue yang bertingkat yang suka ada di nikahan. Di dalam mimpi saya menebak kalau saya lagi dikasih suprise. Tapi surprise-nya apa yah? Ulang tahun mungkin. Atau apa yah, saya juga gak bisa nebak.
Oh iya, saya baru inget dan di mimpi itu saya nebak kalau saya lagi dikondisikan buat ngelamar perempuan. Dan apa-apanya udah disiapin. Saya mah tinggal ikutin arahannya aja. Ha.
Lalu saya keluar. Di sana udah ada seorang perempuan yang saya masih mengingat wajah, suara dan gestur tubuhnya. Tapi karena poek, awalnya saya enggak bisa menebak itu siapa. Lalu setelah agak lama, saya mulai bisa mengenalinya.
Dia adalah dia, ya seseorang yang pernah saya cintai sewaktu mondok dulu. Tampilannya masih kayak pas dulu. Tahun 2011 terakhir saya ngeliat dia sebelum perpisahan di pondok sebelum akhirnya cus ke pulau seberang buat mengejar cita-citanya menjadi dokter.
Sekarang paling saya lihat dia lewat foto yang dibagikan adiknya di Instagram. Itu pun barengan ama anggota keluarganya yang lain karena waktu itu lagi lebaran. Lalu satu lagi saya nyari-nyari dia bagaimana sekarang dan ketemu di salah satu foto temennya yang juga temen saya pas mondok. Agak beda sih sekarang. Dia udah berkacamata.
Lalu dia nanya, "kamu ngerti gak maksud ini semua?" Kalau enggak salah dia nanya pake bahasa Sunda. Saya cuma menebak dalam hati, mungkin dia ngasih kode kalau dia siap diajak nikah. Atau dia nerima cinta saya. Yang di dunia nyata, saya ditolak dia 2 kali pemirsa.
Satunya saya nyatain via surat lalu dibales pake SMS. Yang kedua, saya nyatain via cerpen yang isinya cerita saya ama dia dari sudut pandang saya. Di mana si tokoh aku dalam cerpennya adalah saya sendiri. Mempertanyakan sebenernya ada harapan gak yah si cewek punya perasaan ke saya. Ternyata dibalas sama dia kalau katanya dia gak punya perasaan apa-apa ke saya.
Sejak saat itu harapan saya kandas. Meskipun nyampe sekarang masih ngarep. Dikit. Dan banyak hikmahnya dulu saya enggak diterima. Jadinya saya jadi akrab sama puisi. Di samping tentu saya jadi jauh dari bermesra-mesraan ala anak muda yang sedang kasmaran dan dimabuk asmara. 
Saya bahagia banget asli di mimpi itu. Saya kira itu nyata. Tapi blas saja saya kebangun. Mimpi udahan bor euy. Kisah bahagia saya harus berakhir. Sangat singkat. Kalau bisa, malam ini saya pengen mimpi semalam lanjut lagi. Ngegantung kayak durian punya tetangga yang enggak bisa dimiliki seutuhnya. Enggak enak. 
Oh iya, saya sebelumnya baca beberapa kali shalawat menjelang tidur selain baca qulhu, falaq, binnas dan doa yang lain. Lalu saya jadi bertanya-tanya lagi. Apakah ini pertanda? Apakah saya harus mencoba kembali untuk mengutarakan cinta dan niat baik padanya? Atau hanya mimpi sekadar mimpi saja? Yang padahal dia juga udah punya calon misalnya. Wallahu a'lam.
5 November, 1.06 WIB
1 note · View note
nawangrizky · 7 years ago
Text
Takut
Semalam aku bermimpi,
Aku terbang dan melayang-layang di udara. Kawanan burung ada di kanan kiriku sehingga aku mengepak lebih tinggi. Ada gedung-gedung pencakar langit dan aku terbang melalui sisi kiri kanannya. Ternyata terbang sangat menyenangkan.
Tumblr media
Aku melihat ke bawah dan baru menyadari aku sudah setinggi ini.
Tiba-tiba aku merasa takut, tidakkah ketinggian lebih mudah dihadapi daripada kejatuhan? Kurasa tak ada yang takut ketinggian, orang-orang hanya takut jatuh.
Aku terbangun.
Bapak memanggilku. Aku ke depan memenuhi panggilannya. Aku tak paham ada apa, tapi kutahu pasti ada masalah. Nada tingginya, wajah dan decak kesalnya cukup menjelaskan semuanya.
"Tadi bapak minta tolong beliin bensin, tapi mana ini? Masih kosong!" kata Bapak. Aku kembali ke rumah, aku tahu harus mencarimu.
Aku menemukanmu yang memakai kaus abu-abu sedang berbaring di kamar sambil menonton TV. "Bapak nyariin kamu, katanya tadi bapak minta tolong, kok belum?" aku bertanya.
"Iya, enggak sempat." jawabmu singkat.
Aku tahu kamu tak peduli, dan itu sangat menggangguku. "Mobilnya mau dipakai," kataku, "tolong belikan bensin dulu. Bapak udah marah-marah dan aku nggak mau kamu kena marah." aku memohon. 
Kamu diam saja, tapi bisa kusimpulkan sendiri masalahnya. "Bapak udah ngasih uang belum?"
"Udah."
"Terus?" tanyaku. Kamu hanya menatapku dan aku tahu uang itu kaugunakan untuk hal yang lain-lain. Aku berdecak, kesal. Kau membutuhkannya, aku tahu, tapi itu amanat ayahku. Uang yang tak banyak sih, iya, tapi tetap saja. Aku bisa saja menggantikannya, tapi bukan itu intinya. Kenapa bisa? Pertanyaan-pertanyaan di benakku berkecamuk dan jawabannya adalah kamu yang santai berbaring.sambil menonton TV.
Aku pergi dari situ, kesal. Aku duduk di ruang tamu sendirian, menenangkan diri. Om dan tanteku lewat dan melihatku. Dari tatapan mereka kurasa mereka tahu masalahku, sehingga yang keluar selanjutnya adalah nasihat-nasihat yang tidak perlu. "Tanggung jawab itu sifat nomor satu, apalagi laki-laki. Penting." ujar omku. "Jadi orang itu harus bisa dipercaya. Bagaimana Tuhan bisa mempercayakan hal besar, bila hal sesederhana ini saja mengecewakan? Tak bisa dipercaya. Tidak amanah." tambah tanteku. 
Mereka masih banyak bicara, tapi aku tak mendengarkan. Mendengarkan kepalaku sendiri saja melelahkan. Aku juga tak punya apapun untuk membela diri, pernyataan bahwa aku menyayangi dan mencintaimu tak cukup untuk menolong kita berdua. Aku masih berpikir harus melakukan apa, saat kulihat kamu di dekat pintu.
Aku tahu kamu mengulum permintaan maaf, tapi itu pasti tertelan lagi setelah melihat tatapan om dan tanteku. Melihat wajahmu yang marah, lalu kutahu kau sudah cukup lama di sana, kau pasti mendengarkan om dan tanteku menasihatiku tadi. Tanpa tanggung jawab, mereka berdua pergi. Menyisakan kamu yang marah dan aku yang tadinya kesal berubah khawatir. Kamu pasti tersinggung, kamu salah paham.
Benar saja, kamu panjang memakiku seolah aku benda mati.
Kau mengata-ngataiku yang diam saja, aku yang tak membantu, aku yang tak peduli, aku yang tak menyayangimu. Kau bilang soal aku yang tak mendukung, aku yang tak berperan, aku yang tak bisa apa-apa, aku yang hanya bisa membebankan segalanya pada pundakmu.
"Kita selesai di sini!" bentakmu, menyudahi segala yang ada antara kamu dan aku.
Hatiku hancur, tapi aku tak menangis. Sedih, tapi aku tak menangis. Kamu sudah melakukannya berulang kali, menyudahi hubungan kita, dengan nada bercanda atau serius karena masalah sepele. Aku sudah pernah bilang padamu, bahwa sekali lagi kalimat itu keluar dari mulutmu, baik bercanda atau serius karena masalah sepele atau kesal yang sesaat, aku tak akan menyanggah.
Kukabulkan, akan kuanggap segalanya sudah.
Lalu aku sadar, tidakkah jatuh cinta lebih mudah dihadapi daripada patah hati? Kurasa tak ada yang takut jatuh cinta, mereka hanya takut patah hati.
28 Juli 2017, @nawangrizky
Dan aku terbangun, benar-benar terbangun.
Satu hal yang kusyukuri adalah, yang tadi cuma mimpi. 
Aku dan kamu baik-baik saja. 
Aku mengambil telepon genggam, mencari namamu, memanggil. Lalu kulihat percakapan terakhir kita, bentuk-bentuk hati itu.
Iya, yang tadi cuma mimpi, 
Aku dan kamu baik-baik saja. Aku dan kamu baik-baik saja.
2 notes · View notes
nawangrizky · 7 years ago
Text
Tawaran
Semalam aku bermimpi, Aku, kamu, dan tempat yang ramai sekali. Agenda kita jalan-jalan. Kumpul-kumpul dengan mereka yang mengenalku dan kamu. Hingga kamu yang bosan kemudian punya ide
“Mau ikut aku?” tanyamu.
Waktuku berhenti, seperti waktu-waktu lain saat kamu bertanya demikian. Yang pertama kali kunilai adalah matamu.  Ia tak punya kemampuan untuk menyembunyikan kenyataan. Niat dibalik sebuah tawaran.
Ia lalu menceritakan sebuah tempat, dengan langit, gunung, dan kota di kejauhan. Tempat aku dan kamu bisa berdua saja, mengobrol, jauh dari keramaian dan sesiapa. Dahiku berkerut, aku sudah cukup mengenalmu, sudah cukup mengerti, bila ada yang ingin menyepi dari tempat ramai, mestinya aku yang mau, bukan kamu. 
Lalu mata itu kembali terbuka, “sesungguhnya ide ini ada untuk menyamankanmu,” katanya.
Tak perlu repot, kurasa, aku senang berada di sini selama kau senang. Tak perlu memikirkan nyamanku apalagi itu merepotkan. “Aku juga senang bila kau senang,” matamu lagi-lagi meyakinkan. Mataku yang kali ini bicara apa adanya bahwa sejujurnya di sini atau di sana, di tengah kota atau di kejauhan, aku tak peduli. Selama ada kamu, menyadari keberadaanku, menggenggam, merangkul, atau sekadar menatap mataku, mengakui aku, aku tak peduli di mana. 
Belum yakin punya keputusan, kau menyimpulkan jawabanku sendiri. Kamu memintaku pakai jaket, sementara kau mengambil kunci motor. Kamu bilang tunggu, kau pergi mencarikanku helm, sementara aku masih terpatung belum yakin punya keputusan. Kau menghampiriku, memeberi helm, lalu mengajakku beli camilan untuk perbekalan. Air putih untukmu dan tek kotak buatku, keripik buatmu dan cokelat buatku. Aku menatapmu dari kejauhan dan melihat betapa bersikeras dan bersemangatnya kamu mengajakku pergi.  
Dan itu demi membuatku merasa nyaman?
"Yuk?" tanganmu mengulur.
Tawaran yang sudah bisa tertebak akhirnya.
4 Juli 2017, @nawangrizky
Dan aku terbangun,
masih bisa kurasakan hangat tanganmu di genggamanku.
1 note · View note
nawangrizky · 8 years ago
Text
Hijau
Semalam aku bermimpi:
Ada aku, dan seorang lelaki yang sulit dicari. Ia pergi ke belakang saat aku ke depan, ia ke depan saat aku menyusulnya ke belakang. Aku yang kesal kemudian menunggunya di tengah-tengah dan ia jalan berputar. Aku tak tahu apa yang salah dari aku, aku tak yakin mengapa ia jadi sependiam itu. Punya misi sendiri, bergerak semaunya sendiri.
Akhirnya ia kubiarkan. Terserahlah.
Ia yang ke depan dan ke belakang tak lagi kukejar, ia tak lagi kutunggu sehingga ia tak perlu mencari jalan memutar. Ia tak perlu lagi menghindar. Aku membuat misi sendiri, bergerak semaunya sendiri.
Ia lalu mendekat. Dengan wajah sedih ia bilang ia tak ingin kehilanganku, lalu ia menyodorkan sesuatu: sebuah cincin dengan hiasan singa dan betinanya. "Aku cuma punya ini dan punya keinginan agar kau tak pergi," ia mengaku, "tidak sesuai inginmu, aku tahu, tapi semoga ini cukup membuatmu tetap bersamaku." 
Cincin yang ia beri itu terbuat dari tembaga warna abu, hiasannya pun begitu, dengan sebuah batu kecil berwarna hijau, sama sekali tak ada kilau permata. Aku yang tidak bersiap-siap merasa kalap, tiba-tiba merasa penuh, kaget dan bahagia itu bercampur jadi satu. Yang berkecamuk di dada dan kepalaku bukan perihal cincinnya, bukan waktunya, tapi ia yang mengakui perasaannya sendiri, bagiku itu lebih mahal.
Barangkali ini misinya, mungkin ini sebabnya ia bergerak semaunya sendiri.
Aku terbangun.
Ada sebuah pesan atas nama lelaki itu di telepon genggamku. Pertanyaan itu kujawab dengan rentetan cerita bahwa di dalam mimpi, aku melihatnya dan ia memberikan sebuah cincin. Entah apa artinya simbol singa dan betinanya serta warna hijau yang muncul di mimpiku itu.
Seingatku pesan itu belum dibalas saat aku bermimpi lagi:
Kakiku berdiri di atas rumah berlantai kayu, atapnya juga terbuat dari kayu, jendela yang besar di sana menyajikan pemandangan sawah-sawah hijau. Yang mataku temukan pertama kali adalah seorang artis bersama suaminya. Mereka berdua tertawa-tawa di ujung rumah itu sedang menebak kecocokan satu sama lain lewat sebuah ramalan bintang. Taurus dan Pisces cocok, katanya.
Aku membatin, barangkali jika aku berjodoh dengan lelaki itu, aku akan seperti mereka. Sepertinya menyenangkan.
Aku mendekat pada sang artis perempuan, sementara suaminya pergi menerima telepon di kejauhan. "Aku juga Pisces," aku mengaku, tersenyum, "Lelaki itu Taurus."
"Oh iya? Selamat ya." pengakuanku dijawab senyum lebar.
Telepon genggam sang artis perempuan itu bergetar, ada panggilan buatnya dari sang suami yang berdiri di kejauhan. "Ya?" ia menjawab. Aku tak bisa mendengar apa yang dikatakan suaminya itu, tapi dari kerut-kerut kesal yang kulihat di kejauhan, kuduga ada urusan pekerjaan. "Yah, jangan kerja jauh dulu." artis perempuan itu menyahut, "Riau kan jauh."
"Tapi kan ini cari uang, biar kamu bisa dandan yang cantik, biar mampu bayar dokter kulit." aku mendengar kalimat sang suami samar-samar.
"Kecantikan itu berawal dari rasa bahagia, nggak perlu dandan atau datang ke dokter kulit kalau aku bahagia. Kalau kamu pergi jauh, nah, aku malah merasa perlu dandan dan datang ke dokter kulit, soalnya gak bahagia," artis perempuan itu menyahut, "Kalau kamu di sini sih, aku udah cantik soalnya bahagia." 
Aku tertawa mendengarnya, perempuan di sampingku juga tertawa, lelaki di kejauhan yang sedang bicara dengannya itu juga geli tertawa. Mataku yang menyebar ke kejauhan menemukan lelaki Taurus-ku. kebalikan kami yang sedang tertawa, ia kelihatan sedang kesal. Dengan penuh kemarahan, lelaki itu merusak sawah-sawah hijau tadi dengan semen abu-abu. Aku patah hati melihatnya kesal sendirian. 
Lelaki itu butuh banyak kasih sayang agar tak semarah itu, aku menduga.
Aku terbangun, pukul 3 dini hari.
Ada notifikasi di telepon genggamku, sebuah pertanyaan dari lelaki itu. Pertanyaan yang kupikir sudah kujawab dengan rentetan cerita, tapi ternyata belum. 
Barangkali bangunku tadi cuma mimpi. 
Barangkali bangunku sekarang ini juga mimpi.
Aku belum menemukan jawaban ketika aku bermimpi lagi:
Ini perumahan padat penduduk, banyak gang-gang kecil. Aku sering ada di tempat ini, aku merasa, aku sering melihatnya di dalam mimpi.
"Ayok Mbak, ke sini." seorang anak perempuan menggandeng tanganku, mengajak. Itu Aira, sepupuku. Aku berjalan mengikuti maunya saat aku menyadari lelaki itu tak ada di sampingku. Berkali-kali aku menoleh ke belakang, mencari-cari. "Masnya nunggu di rumah katanya," Aira berkata.  
Oh, nunggu di rumah, aku meyakinkan diri. Aku orang yang tak suka ditunggu. Tahu bahwa aku sedang ditunggu membuatku buru-buru, ingin lekas pergi menemui seseorang yang menungguku. Bagiku, membiarkan seseorang menunggu adalah tindakan kriminal. 
"Mbak anterin aku dulu ke alun-alun." Sukma, kakaknya Aira berjalan di depanku, aku dan Aira setia mengekor. "Deket kok, di situ doang." ia menunjuk ujung gang.
Yang kulihat di sana adalah gapura. Besar warna hijau dengan tulisan nama tempat, aku lupa apa. Di bawah gapura itu ada pasar, semacam bazar. Yang dijual di sana pernak-pernik, benang warna-warni, pita, kancing, manik-manik, dan segala hiasan. Sepupuku asyik belanja, sementara aku tak enak hati. Seseorang sedang menungguku, aku harus segera kembali.
"Ayok Mbak, udah," Sukma sudah menenteng kantong belanjaannya, bersembulan di sana kertas kado dan pita. "Kita pulang." Aku lekas-lekas kembali, ingin segera bertemu lelaki yang menungguku.
Setibanya di rumah aku disambut tatapan iba tanteku, mamanya Sukma dan Aira. "Dia pergi tadi, dia cuma ngasih surat ini. Katanya buat kamu."
Surat itu kubuka, isinya sebaris kalimat,  "Apa yang hatiku mau, aku tak tahu lagi."
27 April 2017, @nawangrizky
Lalu aku terbangun, kali ini betulan.
Pesan lelaki itu di telepon genggamku belum terbuka, tapi aku kehilangan keinginan untuk membalas pesan itu dengan cerita bahwa semalam tadi
kamu yang berkali-kali muncul dalam mimpi.
1 note · View note