#jurnal penelitian terapan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Penelitian Terapan, Ragam dan Contohnya
Penelitian terapan semakin menemukan urgensi di era globalisasi yang semakin kompetitif. Dalam dunia ilmiah, metode ini kerap menjadi perhatian. Mengapa demikian? Sebab, penelitian ini berfokus pada penyelesaian masalah nyata yang dihadapi masyarakat luas. Sejauh ini, banyak orang merasa terabaikan oleh penelitian murni yang cenderung bersifat teoretis dan sulit diaplikasikan. Namun, penelitian…
View On WordPress
#ciri ciri penelitian terapan#contoh judul penelitian terapan#jurnal penelitian terapan#penelitian terapan dan contohnya#penelitian terapan pdf#penelitian terapan sosiologi#tahapan penelitian terapan#tujuan penelitian terapan
0 notes
Text
Denny JA: Tokoh Matematika yang Menginspirasi Generasi Masa Depan
Denny JA, seorang profesor matematika kelahiran Jakarta pada tahun 1965. Pemilik nama Denny Jimmy Achmad, telah banyak memberikan inspirasi bagi generasi muda di Indonesia untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang matematika. Dalam perjalanan karirnya, Denny berhasil menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia pada tahun 1987 dan meraih gelar sarjana dalam bidang matematika. Selanjutnya, Denny melanjutkan studi pada tingkat magister hingga berhasil meraih gelar Master of Science dari Georgia State University pada tahun 1991. Tak hanya itu, pada tahun 1993 Denny juga berhasil meraih gelar PhD dari Florida State University dalam bidang matematika terapan. Setelah menyelesaikan studinya di luar negeri, Denny mengembangkan karirnya sebagai seorang pengajar di Indonesia. Denny menjadi dosen di Universitas Indonesia sejak tahun 1993 dan menjadi profesor di bidang matematika terapan sejak tahun 2004. Namun, selain sebagai seorang pengajar Denny juga aktif dalam membangun kesadaran dan mengembangkan keterampilan dalam bidang matematika bagi generasi muda Indonesia. Denny banyak memberikan seminar dan pelatihan kepada guru-guru matematika di Indonesia untuk membantu mereka dalam mengajar dan memberikan motivasi bagi siswa mereka agar lebih tertarik dalam bidang matematika. Selain itu, Denny juga banyak memberikan inspirasi bagi para siswa untuk mengejar karir di bidang matematika. Denny pernah menjadi pembicara motivasi di Universitas Gadjah Mada pada acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun 2014 dan menginspirasi para siswa untuk mengejar karir di bidang matematika. Denny juga aktif dalam organisasi-organisasi di bidang matematika di Indonesia. Denny adalah pengurus Institute of Mathematics dan pengurus Indonesian Mathematical Society. Selain itu, Denny juga aktif dalam organisasi-organisasi internasional di bidang matematika seperti Mathematical Association of America, American Mathematical Society, dan Society for Industrial and Applied Mathematics. Dalam karirnya sebagai seorang matematikawan, Denny telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal-jurnal matematika terkemuka dunia. Denny juga aktif menjadi reviewer artikel di jurnal-jurnal matematika terkemuka seperti Journal of Mathematical Analysis and Applications, Mathematics of Computation, dan SIAM Journal on Mathematical Analysis. Denny banyak melakukan penelitian dalam bidang matematika terapan dan telah berhasil memecahkan beberapa masalah-masalah matematika yang sulit. Salah satu karya terkenal dari Denny adalah penyelesaian masalah Optimal Mass Transfer yang diterbitkan di jurnal matematika terkemuka, Communications on Pure and Applied Mathematics. Karya ini banyak diakui oleh para matematikawan dunia dan memberikan kontribusi besar dalam bidang matematika terapan. Karya Denny juga telah banyak diakui oleh para matematikawan di Indonesia. Denny pernah meraih penghargaan Adhikarya Pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2009, penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden RI pada tahun 2012, dan penghargaan The Best Paper Award dari Indonesian Mathematical Society pada tahun 2015. Dalam karya-karyanya, Denny selalu menekankan pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Denny percaya bahwa matematika dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti teknologi, bisnis, keuangan, dan sains. Oleh karena itu, Denny berharap generasi muda Indonesia dapat mengembangkan keterampilan dalam bidang matematika agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan menjadi generasi masa depan yang sukses. Melalui perjalanan karirnya yang sukses di bidang matematika, Denny telah memberikan banyak inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Denny tidak hanya menjadi seorang pengajar yang hebat, tapi juga seorang pemimpin yang membangun kesadaran matematika di Indonesia. Karya Denny di bidang matematika terapan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan matematika dunia. Oleh karena itu, Denny ja adalah tokoh matematika yang menginspirasi generasi masa depan di Indonesia.
Cek Selengkapnya: Denny JA: Tokoh Matematika yang Menginspirasi Generasi Masa Depan
0 notes
Text
SECOND TERM HAS BEEN DONE
at this moment, i feel like.. JUST LIKE THAT? the terms are over. i made it. i did it T_T even though the journey BERASA banget
BANGET WOI :)) apalagi dulu D4 ngga ada tuh academic pressure lol ya kan? kalian juga kan teman2 mktj ku??
awal ketemu matrikulasi balik kaya mapel SMA deh meski udah 11 tahun lulus SMA sih waktu itu :') tapi yaa masi easy mode. pergulatan batin mulai terjadi saat masuk pertemuan pertama matkul matematika terapan ya Allah ya Rabb KO INI NGADA gampang2nya kaya pas matrikulasi?? but thanks to Bu Bhi yg udah membangkitkan sedikit memori yang tersisa terkait integral dkk dan ALMOST every wednesday night itu UDAH PASTI begadang karena paginya jam 10 QUIZ guysss dengan load of tugas dari hari selasanya. i once slept at 3am and woke up at 5.30am with the last and first thing i saw was ITU TUGAS woi :)) but the tension was less saat udah melewati UTS smt 1 karena ada pergantian dosen dan materinya juga lebih manusiawi MESKI tetep aja susah but pengajar tuh ngaruh banget loh. week 1-8 was the scariest lah pokona dosenna serem bangat gilaa udahlah dapet kelas tipe kursi bioskop begitu dan pas awal tuh tanpa white board. IYA mengajar kalkulus dengan metode story telling :')
apa setelah UTS smt 1 sudah berakhir rintangannya? HO tentu tidak. welcome to another matkul(s) yang butuh banyak banget baca jurnal. as someone yang udah lama lulus dan pas kuliah sebelumnya juga nga mengenal academic pressure, baca jurnal SATU aja tuh berat banget. like, susah. pol.
but alhamdulillah I passed the first term with quite good grade (cumlaude loh wqwq)
abis UAS 1, liburan 2bulan dong? HOO jangan harap. we only had holiday around 10 days karena awal januari udah intensif IELTS preparation dengan harapan februari udah tes dan mencapai score minimum. 3 meetings a day, 2 hours each, for 5 days in a week. ntaps. but gladly the tutors were friendly jadi nyaman aja di kelas ngga beban gitu lol AND the hardwork was paid off. 6 of us passed the first test with the lowest over-all score is 7 yeayy pdhl yg diminta 6.5 (bare minimum, gapapa)
belum lama seneng deh, ketemu matkul planning and policy. ini prof nya yg cape sih karena mesti mengampu 2 kelas berbeda di hari yg berbeda juga tapi materi sama. jadi kami diminta baca materi dulu sebelum kelas, dan saat di kelas mesti gantian ngajar di depan wkwk but weirdly I enjoy the materials.
GONGnya sih pas mulai di perseperempatnya semester 2, sekitar week 3 or 4. buat matkul metode penelitian. i have so many ideas on mind tapi dicecar terus jadi gonta ganti judul ada tuh 7x in total sampe akhir UAS 2 :') so stressful. dan hampir semua matkul di semester 2 ini kasih tugas besar dan tugas2 lainnya tentunya untuk UTS dan UAS. i remember vividly UTS pas ramadhan, pas denger adzan magrib bukannya breaking the fast malah makin stress karena mepet deadline, boro2 makan. buka puasanya sekalian sahur :')
and for the first time in my life, asam lambunk naik ya pas UAS 2 ini :)) sampe yg beberapa malam muntah terus tiap abis makan
but then again atas izin Allah Yang Maha Kuasa, I did it T_T ya Allah makasih i get a good grade (this time higher than the GPA of previous semester lol)
wajah - wajah ceria yang ditampilkan ke public when actually dying inside
0 notes
Text
Diaspora Indonesia: Kembali Pulang atau Mengabdi dari Dunia?
Tulisan saya sudah terbit di Kompas, berikut lengkapnya:
==
KOMPAS.com - Tren menunjukkan investasi sains dan teknologi pada beberapa dekade terakhir telah membawa beberapa negara melesat lebih cepat dibanding negara lain. Contoh paling nyata adalah Tiongkok.
Riset- riset seperti rekayasa genetik, energi, hingga kecerdasan buatan sekarang ini bukan lagi banyak berasal dari kota-kota di negara barat melainkan seperti Shanghai, Beijing, Hefei, dan Shenzhen.
Perubahan begitu cepat terutama dalam 30 tahun terakhir ditandai dengan menjamurnya peneliti Tiongkok menjadi kontributor makalah ilmiah di jurnal-jurnal terkemuka yang diikuti dengan meningkatnya jumlah sititasi (kutipan jurnal ilmiah) mereka.
Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Tiongkok yang memberikan budget sangat besar untuk sektor riset. Dilansir media lokal Tiongkok, tahun 2018 lalu mereka menghabiskan 291.58 miliar dolar AS di sektor penelitian dan pengembangan. Jumlah ini meningkat 75 persen dibanding alokasi mereka pada tahun 2012.
Migrasi mahasiswa Tiongkok
Kebijakan ini didasari oleh idealisme Presiden Xi Jinping yang mengatakan Tiongkok akan terus menguatkan riset dasar dan terapan, membangun pusat riset kolaboratif, serta memprioritaskan riset-riset inovatif pada sektor teknologi yang menjadi kunci di masa mendatang.
Langkah nyata sudah dimulai dengan membangun fasilitas-fasilitas riset kelas wahid seperti Harbin Institute of Technology yang merupakan proyek ambisius bidang antariksa, Qingdao National Laboratory for Marine Science and Technology untuk sektor kelautan, University of Science and Technology of Tiongkok in Hefei yang di dalamnya terdapat pusat riset kecerdasan buatan (AI) dan komputer kuantum.
Pertanyaannya adalah, bagaimana mereka memulai mengorganisasi untuk berinvestasi pada sains dan teknologi?
Embrionya bisa dilihat pada ke era 1978/1979, ketika terjalin hubungan diplomatik Tiongkok-US yang ditandai kunjungan Deng Xiaoping ke Presiden AS saat itu, Jimmy Carter, di mana salah satu hasilnya adalah terjalinnya kesepakatan dalam bidang sains dan teknologi.
Semenjak itu dimulailah migrasi besar-besaran mahasiswa Tiongkok menimba ilmu di AS dengan dukungan dana dari pemerintah Tiongkok Migrasi ini salah satunya difasilitasi Dr. Tsung-Dao Lee, penerima nobel fisika dari Columbia University yang menginisiasi program the China-United States Physics Examination and Admission (CUSPEA) yang membantu 800 mahasiswa Tiongkok diterima di universitas-universitas di AS.
Hal serupa dilakukan juga oleh Dr. Ray Wu yang membidani lahirnya program China-US Biology Examination and Admission (CUSBEA) di mana lebih dari 1000 siswa Tiongkok diterima universitas US. Pada akhirnya, dalam rentang 1985 hingga 2005 tercatat lebih dari 40.000 mahasiswa PhD datang dari Tiongkok ke universitas-universitas di AS.
Fenomena "brain drain" dan "brain gain"
Langkah pemerintah Indonesia sudah tepat dengan mengirim mahasiswa Indonesia secara besar-besaran ke berbagai universitas dunia melalui skema dana abadi yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Belakangan mencuat kembali isu "brain drain" (orang pintar yang memilih bekerja di luar negeri) dan "brain gain" (orang pintar yang memilih kembali ke negara asal).
Fenomena ini pada awalnya juga muncul di Tiongkok. Tidak sedikit yang memilih menetap di negara tempat mereka bersekolah. Setelah puluhan tahun berlalu, tidak sedikit dari orang-orang pintar tersebut memilih pulang dengan bekal pengalaman riset, manajemen, komersialisasi, dan pendidikan setelah sekian lama menetap di luar negeri.
Bagi pemerintah Indonesia, wajar saja muncul kekhawatiran apabila semakin marak fenomena "brain drain". Seolah fenomena "brain drain" dan "brain gain" ini bertolak belakang padahal sejatinya tidak selalu begitu, bahkan dapat menjadi mutual gain antar 2 negara.
"Brain drain" dengan tujuan jelas akan menguntungkan negara asal. Pemerintah dapat mengizinkan pelaku "brain drain" dengan memproyeksikan mereka menduduki posisi penting di tempat mereka bekerja.
Ketika telah memiliki bargaining position, mereka ini yang nantinya menjadi jembatan seperti yang dilakukan Dr. Lee dan Dr. Ray Wu. Selain itu, pelaku "brain drain" selama kurun waktu tertentu juga akan memberikan keuntungan karena mereka telah kaya akan pengalaman, konektivitas, dan skill yang menjadi modal berharga ketika mereka kembali pulang.
Belajar dari Habibie
Selanjutnya, kita dapat belajar dari zaman Presiden BJ Habibie di mana banyak penerima beasiswa yang berniat pulang namun terkendala karena negara belum siap menampung mereka.
Hal ini harus cepat direspon dengan kebijakan yang menjadi payung bagi para pelaku. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mencanangkan prioritas. Prioritas riset ini akan menjadi poros pada kebutuhan industri, pemerintah, atau kegiatan masyarakat.
Masalahnya, ekosistem riset kita masih banyak kekurangan. Sebagian besar industri tidak membutuhkan riset. Pemerintah menjadikan hasil riset sebagai pijakan dalam menjalankan amanat pembangunan bangsa.
Kegiatan masyarakat pun sebagian besar juga tidak membutuhkan riset. Ekosistem seperti ini menjadikan pelaku "brain drain" berpikir dua kali untuk pulang, sedang perbaikan ekosistem riset butuh waktu yang tidak sebentar dan harus menyeluruh mulai dari pendanaan, fasilitas, hingga sektor kelembagaan.
Kedua, negara harus siap dengan pelayanan prima bagi "brain gain" seperti akomodasi, dispensasi (pajak, administrasi), insentif tinggi, fasilitas kendaraan, rumah, dan bahkan beasiswa bagi anak-anaknya. Pendekatan dari sisi manusiawi ini tidak dapat dipungkiri memiliki pengaruh sangat besar.
Ketiga, membangun pusat kolaborasi riset yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Hal ini memiliki dua keuntungan. Pertama, tentu pusat riset ini menjadi wadah bagi "brain gain" dan kedua agar tidak terjadi penumpukan di kota-kota besar. Hal ini bukan hal mustahil karena LPDP memiliki kekuataan meminta awardee-nya pulang.
Kerjasama pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam hal ini. Pemerintah daerah dituntut lebih tanggap, mulai dari mendanai sampai memfasilitasi ruang aktualisasi.
Jika terimplementasi dengan baik strategi ini juga menjadi solusi untuk mempercepat pemerataan SDM muda berkualitas di seluruh Indonesia. Jika Tiongkok sudah berhasil menarik kembali pulang "brain drain", maka tidak ada salahnya kita meniru strategi mereka.
Sebagai catatan, meniru pun tidak sekedar meniru untuk menghindari risiko isomorphic mimicry yaitu bertingkah seakan-akan telah melakukan reformasi dengan mengubah kebijakan ataupun organisasi tanpa benar-benar melihat kondisi sebenarnya sehingga hanya menghasilkan perubahan tidak signifikan.
Perencanaan matang dengan eksekusi tepat untuk memanen investasi SDM adalah kunci agar hasil investasi sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Penulis: Egy Adhitama
Master Student at the Laboratory of Energy Storage and Electrochemistry Dept. of Material Science and Engineering National Chiao Tung University, Taiwan
https://edukasi.kompas.com/read/2019/11/22/21101031/diaspora-indonesia-kembali-pulang-atau-mengabdi-dari-dunia?page=all.
2 notes
·
View notes
Text
0 notes
Text
Hal yang Harus Anda Ketahui Tentang Psikologi Kepribadian Dalam Bersosialisasi
Hal yang Harus Anda Ketahui Tentang Psikologi Kepribadian Dalam Bersosialisasi - Mengapa kita tidak selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai kita? Apakah orang itu berperilaku seperti itu karena kepribadian mereka atau karena lingkungan mereka? Mengapa beberapa kelompok memiliki begitu banyak konflik dan bagaimana mereka dapat hidup damai satu sama lain? Bisakah Anda memprediksi pasangan mana yang akan tetap bersama dan mana yang akan berpisah? Jika Anda menemukan pertanyaan seperti ini, Anda harus mempertimbangkan untuk mempelajari dan mengejar karier di bidang kepribadian dan / atau psikologi sosial.
Apa itu psikologi sosial? Apa itu psikologi kepribadian?
Psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku orang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain yang sebenarnya, dibayangkan, atau tersirat. Psikologi kepribadian adalah studi ilmiah tentang perbedaan individu dalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang, dan bagaimana semua ini bersatu secara keseluruhan. Untuk lebih lanjut, tonton seri video kami: Wawasan Psikologi Sosial dan Wawasan Psikologi Kepribadian.
Apa saja yang dipelajari oleh kepribadian dan psikolog sosial?
Bagaimana orang bisa menjadi diri mereka sendiri? Bagaimana orang berpikir tentang, mempengaruhi, dan berhubungan satu sama lain? Ini adalah pertanyaan luas yang berusaha dijawab oleh kepribadian dan psikolog sosial. Dengan mengeksplorasi kekuatan dalam diri seseorang (seperti sifat, sikap, dan tujuan) serta kekuatan dalam situasi (seperti norma dan insentif sosial), kepribadian dan psikolog sosial berusaha mengungkap misteri kehidupan individu dan sosial di berbagai bidang. -Ranging sebagai prasangka, ketertarikan romantis, persuasi, persahabatan, membantu, agresi, konformitas, dan interaksi kelompok. Meskipun psikologi kepribadian secara tradisional berfokus pada aspek-aspek individu, dan psikologi sosial pada aspek-aspek situasi, kedua perspektif itu terjalin erat dalam penjelasan psikologis perilaku manusia.
Bagaimana mereka mempelajarinya?
Pada tingkat tertentu, kita semua adalah psikolog kepribadian dan sosial, mengamati dunia sosial kita dan mencoba memahami mengapa orang berperilaku, berpikir, dan merasakan seperti yang mereka lakukan. Setelah penembakan di halaman sekolah, kami hampir tidak bisa menahan hipotesis mengapa itu terjadi. Kita melakukan hal yang sama ketika kita menghadapi peristiwa yang kurang dramatis dalam kehidupan kita sehari-hari: Mengapa orang itu tersenyum padaku? Akankah profesor saya menjadi siswa yang sulit? Bagaimana saya bisa membujuk tetangga saya untuk menjauhkan kucing-kucingnya dari mobil saya? Tetapi psikolog kepribadian dan sosial melampaui merenungkan pertanyaan semacam itu dan kemungkinan jawabannya. Jika kehidupan individu dan kelompok sosial penuh dengan misteri, maka kepribadian dan psikolog sosial adalah detektif yang menyelidiki misteri ini. Secara sistematis mengamati dan menggambarkan tindakan orang, mengukur atau memanipulasi aspek situasi sosial, detektif ini menggunakan metode sains untuk mengungkapkan jawaban atas jenis pertanyaan membingungkan yang kita hadapi setiap hari.
Apa perbedaan antara penelitian kepribadian dan sosial psikologi dasar dan terapan?
Para ilmuwan di semua bidang membedakan antara penelitian dasar dan terapan. Penelitian dasar dalam kepribadian dan psikologi sosial cenderung berfokus pada pertanyaan mendasar tentang orang dan pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Dari mana asal kepribadian seseorang? Apa yang menyebabkan kita jatuh cinta, membenci tetangga kita, atau bergabung dengan orang lain untuk membersihkan lingkungan kita? Bagaimana psikologi menjadi laki-laki dan perempuan serupa, bagaimana perbedaannya, dan mengapa? Bagaimana budaya membentuk siapa kita dan bagaimana kita berinteraksi satu sama lain? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengarah pada inti kodrat manusia.
Bagaimana Anda menjadi kepribadian atau psikolog sosial?
Meskipun beberapa psikolog kepribadian dan sosial pergi ke sekolah pascasarjana untuk mendapatkan gelar master terminal (M.S. atau M.A.), sebagian besar mencari gelar doktor (Ph.D.). Untuk beberapa karir, gelar master mungkin cukup. Namun, secara umum, doktor lebih disukai oleh majikan dan biasanya diperlukan untuk pekerjaan sebagai profesor di universitas atau perguruan tinggi. Sebagian besar program psikologi kepribadian dan sosial memberikan bantuan keuangan kepada mahasiswa pascasarjana mereka dalam bentuk pengajaran atau asisten penelitian, dan banyak sekolah melepaskan biaya kuliah dan biaya di tingkat pascasarjana. Ini juga bervariasi dari sekolah ke sekolah.
Karier macam apa yang dikejar kepribadian dan sosial psikolog?
Karena kepribadian dan psikolog sosial menggabungkan pemahaman tentang perilaku manusia dengan pelatihan dalam metode penelitian yang canggih, mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerja. Banyak psikolog kepribadian dan sosial mengajar dan melakukan penelitian di universitas dan perguruan tinggi, kebanyakan bertempat di departemen psikologi tetapi juga di departemen bisnis, pendidikan, ilmu politik, studi keadilan, hukum, ilmu kesehatan, dan kedokteran. Penelitian orang-orang tersebut dapat berbasis di laboratorium, lapangan, klinik, atau arsip sejarah. Banyak psikolog kepribadian dan sosial dipekerjakan di sektor swasta sebagai konsultan, peneliti, direktur pemasaran, manajer, ahli strategi politik, perancang teknologi, dan sebagainya. Psikolog kepribadian dan sosial juga bekerja di organisasi pemerintah dan nirlaba, merancang dan mengevaluasi kebijakan dan program dalam pendidikan, resolusi konflik, perlindungan lingkungan, dan sejenisnya.
Bagaimana saya bisa belajar lebih banyak?
Siswa mencari masuk ke sekolah pascasarjana memiliki beberapa sumber informasi berguna yang tersedia bagi mereka. The American Psychological Association menerbitkan setiap tahun daftar program pascasarjana dalam Studi Pascasarjana di bidang Psikologi dan Asosiasi. Selain itu, Jaringan Psikologi Sosial memelihara tautan ke program pascasarjana dengan halaman web. Setiap program pascasarjana akan mengirimkan deskripsi program berdasarkan permintaan. Dengan membaca jurnal seperti Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial, Buletin Kepribadian dan Psikologi Sosial, dan Tinjauan Psikologi Kepribadian dan Sosial, siswa dapat mengekspos diri mereka pada penelitian mutakhir dalam kepribadian dan psikologi sosial. Informasi serupa dapat ditemukan dengan mencari basis data terkomputerisasi yang relevan (mis., PsycINFO). Akhirnya, siswa dapat memperoleh banyak informasi berguna dengan berkonsultasi dengan psikolog kepribadian dan sosial di departemen psikologi di rumah mereka atau perguruan tinggi dan universitas terdekat.
#KEPRIBADIAN MANUSIA#KEPRIBADIAN DALAM BERSOSIALISASI#PSIKOLOGI TENTANG KEPRIBADIAN SOSIAL#KEPRIBADIAN BERSOSIALISASI#PSIKOLOGI SOSIAL#PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
0 notes
Text
Mahasiswa UIN Malang Siap Ubah Citra Buruk Sungai Brantas
https://www.satukanal.com/mahasiswa-uin-malang-siap-ubah-citra-buruk-sungai-brantas/
Mahasiswa UIN Malang Siap Ubah Citra Buruk Sungai Brantas
Sungai Brantas memiliki image yang buruk di mata dunia. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science and Technology menyebut bahwa Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang layak untuk ‘disalahkan’ atas terjadinya polusi sampah plastik di samudera.
Para ilmuwan dari dua lembaga di Jerman, Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz dan Universitas Ilmu Pengetahuan Terapan Weihenstephan-Triesdorf menerangkan, Sungai Brantas dan 9 sungai lainnya, setiap tahunnya menyumbang hampir empat juta ton sampah plastik ke laut atau sekitar 88%-95% dari total sampah plastik di lautan.
Seperti yang diketahui, air sungai Brantas berasal dari Gunung Arjuno di Malang dan mengalir melintasi Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerjo, dan bermuara di Sidoarjo, Jawa Timur.
Mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menggandeng 16 perguruan tinggi negeri (PTN) untuk mengatasi pencemaran di Sungai Brantas melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Brantas Tuntas.
Langkah ini diambil guna membersihkan sungai terpanjang di Jatim itu dari sampah plastik hingga popok yang beberapa waktu lalu banyak ditemukan di aliran Sungai Brantas. Melalui KKN ini, para mahasiswa juga wajib mengedukasi masyarakat sekitar lokasi agar menjaga kebersihan sungai serta membuat lingkungan sehat.
Salah satu PTN yang turut berkontribusi dalam program ini adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang).
Di lapangan utama UIN Malang, Rektor UIN Malang Prof Dr Abdul Haris MAg melepas 2.973 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Mengabdi 2020 yang melaksanakan KKN Brantas Tuntas.
Ketua Unit Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Malang Dr Tutik Hamidah mengungkapkan, program ini dilaksanakan untuk mengubah citra buruk Sungai Brantas.
“Sesuai amanah gubernur, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menitipkan program Brantas Tuntas. Program ini ditujukan untuk merubah imej Sungai Brantas yang tercatat sebagai salah satu sungai terkotor di Indonesia. Program Brantas Tuntas meliputi pembersihan, penghijauan, dan edukasi masyarakat sekitar sungai,” bebernya.
Ia menyatakan, peserta KKM ini akan ditempatkan di 188 desa yang berada di Kabupaten Malang dan Kota Batu.
“Berkontribusi di masyarakat berarti seseorang membuktikan ia tidak abai dengan lingkungannya. Kesadaran seperti inilah yang coba dibangun oleh UIN Malang sebagai universitas berbasis Islam,” katanya.
Cara berkontribusi pada masyarakat, masih kata Tutik, bisa dilakukan dengan beragam cara. Seseorang dapat turut serta dalam kegiatan yang telah terprogram rutin di lingkungannya. Juga, membuat program yang belum ada yang tentunya bertujuan untuk peningkatan kualitas orang-orang di suatu area.
Semua mahasiswa KKM ini diharapkan bisa mempraktikkan ilmu yang dipelajarinya selama kuliah di kampus. Sehingga ilmunya benar-benar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat secara nyata.
“Semoga selama KKM berlangsung tidak ada kendala dan semua yang telah diprogramkan bisa terwujud dan utamanya bisa membantu untuk mengembangkan masyarakat,” harapnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Prof Haris menyampaikan bahwa sudah selayaknya mahasiswa yang merupakan bagian dari Perguruan Tinggi turut serta dalam membangun masyarakat.
“Hal ini tak hanya terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun juga sebagai wujud nilai kemanusiaan yang memberi manfaat bagi sekitarnya. Sebelum bertitel sarjana, kalian sudah harus memberi sumbangsih untuk mengedukasi masyarakat,” lugasnya.
#Pemerintah Provinsi Jawa Timur#Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang#BERITA#kota malang
0 notes
Text
Visioner Berestetika
Berpikir dan Berkerja Keras
Untuk memulai tulisan pengantar kuratorial ini, saya ingin memulai dari pertanyaan; kenapa pers mahasiswa penting? Hemat saya, lembaga pers mahasiswa adalah lingkup saling menguntungkannya antara pers mahasiswa dan birokrasi kampus. Sebab, pers mahasiswa perlu dukungan pihak kampus, sedangkan –tentunya– kampus butuh untuk syarat akreditasi bukan? Di luar ngomongin akreditasi, pers mahasiswa punya peran penting dalam menjaga keseimbangan antara birokrasi kampus dan rakyatnya (baca;mahasiswa). Tetapi tidak cukup sampai di situ, -pers- mahasiswa mempunyai peran lebih besar dari hanya sekedar menjaga keseimbangan, pers mahasiswa mempunyai tugas sebagai sosial kontrol, maka sudah menjadi sebuah tanggungjawab terhadap masyarakat untuk mengawal demokrasi, dan kebijakan lainnya yang dibuat pemerintah negara -setidaknya di kampusnya sendiri-, dengan nalar kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini, mendorong dan mengajarkan pada mahasiswa untuk berorganisasi yang bermanifestasi pada prinsip-prinsip pengetahuan dan kemanusiaan; berpihak pada yang lemah, bersikap kritis, dan mengembangkan pemikiran alternatif, yang salah satunya adalah melalui lembaga pers mahasiswa.
Dalam waktu yang lama, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tidak memiliki lembaga pers mahasiswa tingkat institute setelah didirikan pada 23 Juli 1984. Hampir 14 tahun lebih, tanpa lembaga pers mahasiswa yang -memiliki sifat independen- menjadi sumber informasi dan komunikasi antara kampus dan mahasiswa. Setelah Majalah Sani produk dari Akademi Seni Rupa Indonésia (ASRI) dibredel pada tahun 1996 oleh pemerintah. Pers mahasiswa baru mulai diwacanakan sejumlah mahasiswa tahun 2010, namun dalam pengembanganya diambil alih oleh Devisi Penelitian, Pengembangan dan Media (Litbang dan Media), Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI) sejak April 2011. Kemudian pada 13 Mei 2010, 17 mahasiswa dari 3 fakultas dikumpulkan untuk membuat majalah yang diberi nama Art Effect. Dari Tim inilah diterbitkanya MajalahArt Effect #1 sekaligus pembentukan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pressisi pada tanggal 12 September 2011. Hal ini, didukung oleh kampus, antara lain; Pembantu Rektor III, Ruang Jurnal Ars Fakultas Seni Rupa, FX Widyatmoko, Pamungkas, Suwarno Wisetrotomo, dan Brotoeno. Akhirnya, pada tanggal 1 Oktober 2011 pengurus pertama LPM Pressisi dilantik, dan ini menjadi angin segar bagi perkembangan demokrasi –tidak hanya seni– di kampus ISI Yogyakarta.
Itulah bagaimana lembaga pers mahasiswa terbentuk di ISI Yogyakarta dan masih bertahan sampai sekarang sebab peran dan fungsi yang penting dalam ekosistem pendidikan di sebuah kampus. Untuk merayakan dan mengambil semangat juang dari ulang tahun LPM Presisi ke-8, anggota Pressisi mengadakan Pameran Seni dan Arsip Jurnalistik dengan judul “Visioner Berestetika; Berpikir dan Berkerja Keras”. Lewat pameran ini, LPM Pressisi turut mengajak 6 LPM yang berada di Yogyakarta untuk ikut berpartisipasi pada pameran arsip jurnalistik, dan juga mengajak Angota dan Demisioner LPM Pressisi untuk ikut juga dalam merayakan ulang tahun Pressisi lewat pameran seni.
Visioner Berestetika
Judul “Visioner Berestetika” diambil dari tagline LPM Pressisi yang berarti memiliki pandangan luas – lintas disiplin– ke depan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip estetika dan artistik, sebagai pers mahasiswa yang mempunyai gagasan ide mengenai pengetahuan seni, yang kritis dan dapat mengembangkan pemikiran alternatif yang bermanfaat di kemudian hari. Fungsi dan peran penting pers mahasiswa dalam kesenian dapat dilihat dari sejarah sebelumnya. Dari gabungan Akademi Musik Indonésia (AMI), Akademi Seni Rupa Indonésia (ASRI), dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonésia (STSRI) menjadi ISI Yogyakarta, melahirkan Majalah Sani “Majalah Kesenian Mahasiswa” yang didirikan pada Agustus 1967 di ASRI.
Kita bisa melihat bagaimana pers mahasiswa dibutuhkan dalam dunia seni. Hari ini kita bisa lihat para kurator, kritikus seni dan peneliti seni seperti; Agus Dermawan T., Hendro Wiyanto, Kuss Indrato, Mikke Susanto, dan A. Sudjud Dartanto yang lahir dari lembaga pers mahasiswa ASRI.Keterlibatan pers mahasiswa dapat kita lihat dalam menentukan arah kesenian di Indonesia lewat kritik dan tulisan-tulisan di Majalah Sani Edisi XXIII dan XXIV Tahun 1985 yang merekam beragam pendapat mulai dari yang baik sampai buruk adalah bentuk dari bagian infrastruktur dunia seni. Kita bisa lihat dari sebuah karya seni Moelyono yang berjudul “Kesenian Unit Desa (KUD)” mencuri perhatian dan menjadi buah bibir di Fakultas Seni Rupa dan Disain (sekarang menjadi Fakultas Seni Rupa) ISI Yogyakarta. Karya yang penuh kontroversi ciptaan Moelyono adalah karya tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjananya. Ketika dalam ruang sidang, karya Moelyono digugurkan karena tidak sesuai dengan kriteria. Meskipun begitu, Moelyono tetap diluluskan menjadi sarjana pertama ISI Yogyakarta dengan karya lain. Diskursus yang diciptakan pers mahasiswa lewat tulisan-tulisan inilah yang menghasilkan diterimanya Experimental Art di dunia seni Indonesia, langkah kecil dari kritik pembangunan kesenian Indonesia yang dulu menolak riset apalagi eksperimentasi.
Selain itu, kita juga bisa mengacu pada Tokoh Visioner seperti Soekarno, yang dengan ilustrasi karikatur dan tulisannya di Majalah Fikiran Ra’jat dibuat untuk menghantam kaum imprealis pada saat itu, dengan nama samaran Soemini. Meskipun pada akhirnya dilarang oleh pemerintahan Hindia-Belanda, dan terbitlah brosur yang ditulisnya “Mencapai Indonesia Merdeka” yang dianggap menghasut dan akhirnya dilarang juga. Tetapi Soekarno sebagai seorang yang visioner tidak berhenti disitu, ia tetap melawan dengan berpikir dan berkerja keras mengusir penjajah.
Dalam hal ini, ketika kita mempunyai suatu visi mulia yang berpihak pada yang lemah dan tertindas, kita harus berjuang menggunakan pikiran kita dan berkerja keras dengan usaha-usaha kita, melalui ilustrasi dan tulisan-tulisan yang tercermin dari lembaga pers mahasiswa.Dalam pameran ini, kita mencoba menampilkan arsip, fotografi jurnalistik dan ilustrasi yang dimuat dalam majalah Art Effect, bulletin Kontemporer, dan zine K-Louder produk dari LPM Pressisi dan produk jurnalistik dari 6 LPM lain di Yogyakarta antara lain; LPM Balairung UGM, LPM Himmah UII, LPM Pilar Demokrasi UII, LPM Arena UIN, LPM Rethor UIN, dan LPM Poros UAD. Selain itu, kita juga mengajak 3 anggota dan 4 demisioner Pressisi ikut dalam pameran ini dengan menampilkan karya seni mereka yang mempunyai semangat berpikir dan berkerja keras.
Berpikir dan Berkerja Keras
Saya suka istilah Jurnalis Visual, itu menyarankan keterlibatan dengan masyarakat, pencarian kebenaran, mengungkap yang tak terlihat. -Paul Bowman-
Konsep tentang seni dari waktu ke waktu akan selalu berubah, begitupun dengan definisnya dan disiplin yang berada di sekelilingnya yang bersifat beragam dan kompleks. Untuk memulai membahas sub-tema ini, saya ingin memulainya dengan analogi seni rupa sebagai “cermin” dalam istilah Shakespeare yang mencerminkan alam dalam bentuknya yang paling murni, dan “palu” yang membentuk sosial-budaya masyarakat menurut teoritikus Marxist, Leon Trotsky. Dengan memusatkan perhatian pada skena konsep ini, kita dapat menghubungkan dengan karya seni pers mahasiswa yang tidak hanya sebagai cermin yang merefleksikan keadaan sosial saja, tetapi juga sebagai palu yang membentuk sosial masyarakat melalui karya seni jurnalistik dengan media ilustrasi dan fotografi jurnalistik.
Setiap upaya untuk mendefinisikan ilustrasi juga akan selalu melibatkan banyak sudut pandang yang berbeda, beragam dan kompleks. Sebab ada sebagian orang yang mengatakan bahwa ilustrasi adalah seni berbasis kerajinan yang lebih rendah daripada seni -murni- rupa. Menggambar adalah bagian dari visual thinking (berpikir visual), untuk itu sebelum berkerja tentunya kita dituntut untuk berpikir terlebih dahulu. Berpikir bagaimana mengekspresikan emosi, menjelaskan ide-ide dan menangkap momen, dengan mempertimbangkan hal seperti: Hubungan visual, atmosfer suasana hati, proporsi skala bentuk dan ruang, keseimbangan garis, nada dan komposisi, metafora, analogi, abstraksi warna pencahayaan dan kontras, juxtaposition, perspektif, pola dan ritme, gerak, transisi, pengurangan atau sintesis, dan elemen.
Ilustrasi dengan menggunakan media gambar atau foto adalah bentuk komunikasi visual dan sarana komentar sosial dalam jurnalisme. Bagi sebagian orang itu bisa menjadi seni terapan dalam konteks komersial, atau seni naratif humanisme yang populer, tetapi pada akhirnya beberapa orang juga mengklaim bahwa semua seni dan desain kontemporer sebenarnya adalah sebuah ilustrasi. Apa yang membuat ilustrasi begitu populer dan menarik adalah seni dijadikan sebagai alat komunikasi, menggabungkan imajinasi, kreativitas, keterampilan, dan kerajinan untuk menceritakan kisah secara visual. Selain itu, ilustrasi juga dapat menjadi sebuah kekuatan untuk menyindir, subversif, keintiman, kelucuan, menyinggung, menginspirasi, meneguhkan hidup, dan bahkan spiritual. Hal ini yang sangat dibutuhkan dalam sebuah produk jurnalistik. Jurnalisme bergambar memiliki sejarah panjang yang terbukti dalam komentar sosial seniman yang menarik dan beragam. Kita dapat menariknya kembali ke paragraf di atas, analogi seni sebagai cermin yang mencitrakan realitas –sosial dan budaya– dan sebagai palu yang membentuk masyarakat.
Dalam pameran ini, lebih banyak menampilkan arsip karya seni ilustrasi dan fotografi jurnalistik yang mencerminkan sosial-politik-budaya dalam kampus maupun di luar kampus, dan kita juga bisa menyimpulkan bahwa karya-karya seni tersebut yang membentuk keadaan sosial-politik-budaya kita. Kita dapat melihatnya pada karya ilustrasi dari LPM Pressisi dalam produk Buletin Kontemporer #15 karya Karina Devi S. dengan judul “Aspirasi Mahasiswa bagi Kampus” yang menggambarkan bagaimana aspirasi kritis yang harusnya disampaikan mahasiswa tidak pernah diterima kampus, yang akhirnya membuat kampus tidak akan pernah berkembang –mati–, dengan kata lain aspirasi dianalogikan sebagai “listrik” pengisi daya gawai, yang mempunyai nilai vital pada kerja gawai tersebut. Meskipun mahasiswa –charger– dan kampus –gawai – ada, ia tidak akan hidup tanpa aspirasi –listrik–. Di sini, Karin ingin menyadarkan mahasiswa dan kampus bagaimana pentingnya aspirasi kritis. Hal inilah yang ingin saya tekankan, bahwa seni tidak hanya mencerminkan keadaan tetapi juga turut mempengaruhi untuk menyadarkan dan membentuk sosial-budaya mengenai pentingnya sebuah aspirasi. Saya merasa dalam pameran ini semua ilustrasi jurnalistik yang ditampilkan melalui media fotografi maupun karikatur membawa pesan yang sama, yaitu sebagai cermin dan palu.
Anggota Pressisi juga membuat dua instalasi untuk merespon semangat yang dibawa oleh pameran ini, mereka membuat karya instalasi “Pohon Kritik” dan “Pintu Buku”. Melalui Pohon Kritik, mereka ingin menyadarkan bahwa kritik adalah baik untuk -dan oleh- saja, tidak hanya orang lain tetapi untuk diri sendiri, sebab kritik adalah pupuk untuk tanaman kebaikan. Sedangkan Pintu Buku dapat kita rasakan sebagai awal untuk menuju ke Pohon Kritik, ini menandakan bahwa kritik tanpa ilmu pengetahuan –yang dianalogikan sebagai pintu buku– adalah tindakan berbahaya, yang mengakibatkan seseorang meracau –nyinyir– tanpa tahu esensi dari kritik. Konsep inilah yang ingin disampaikan dari pameran ini, yaitu berpikir dahulu lalu berkerja keras –melalui penganalisisan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan– dalam hal apapun untuk hidup yang lebih baik dan manusiawi, dengan media instalasi sebagai ilustrasi.
Dari metafora visual mungkin menyarankan deskripsi gambar yang imajinatif, tetapi tidak secara harfiah berlaku, ketika diterapkan pada disiplin ilustrasi. Hal ini, merupakan hal yang biasa untuk menggambarkan bentuk pencitraan ini sebagai konseptual. Menyiratkan cara menggambarkan konten dengan memanfaatkan sejumlah ide dan metode komunikasi, ilusi, simbolisme, dan ekspresionisme. Namun, sementara bahasa visual khusus ini masih berhasil dan sesuai untuk rekonstruksi dramatis di semua konteks praktik ilustrasi jurnalistik, kebutuhan untuk mengekspresikan ide dari sebuah tulisan yang menggambarkan adegan kata demi kata berarti bahwa ilustrasi konseptual sekarang menjadi gaya yang dominan. Mengutip art director Steven Heller: ‘ilustrasi konseptual melayani dua tujuan yaitu menyediakan makna -dan komentar- dan memberikan citra dari kepribadian visualnya.’ Hal itu dapat dilihat dari karya-karya dalam Pameran Seni & Arsip Jurnalistik “Visioner Berestetika; Berpikir dan Berkerja Keras”. E-Catalog : https://drive.google.com/open?id=1JLd6GwEL77gZ-5YHv4DabpuB5SKsGg8G Refrensi bacaan: 1. Artikel “Sejarah LPM Pressisi ISI Yogyakarta” dari arsip LPM Presisi. 2. Tomi Firdaus, Majalah Sani : Tapak Tilas Peristiwa dan Tokoh Seni Rupa Indonesia di Bangku Kuliah, (Yogyakarta; 2019) 3. Cindy Adam, Bung Karno; Penyambung Lidah Rakyat, (Jakarta; Yayasan Bung Karno, 2014) 4. Victoria L. Rodner & Chloe Preece, Painting the Nation: Examining the Intersection Between Politics and the Visual Arts Market in Emerging Economies (Journal of Macromarketing: 2015) 5. Mark Wigan, Text and Image, (Switzerland: An AVA Book, 2008) 6. Alan Male, Illustration; A Theoretical & Contextual Perspective, (Switzerland: An AVA Book, 2007)
+++++ Anam Khoirul Kurator
#pameranarsip#artexhibition#persmahasiswa#ilustrasi#kritikkampus#isiyogyakarta#lpmpressisi#ppmijogja
0 notes
Photo
Ini Terobosan Baru Direktur Polinema Terpilih Awan Setiawan
MALANGTODAY.NET - Setelah terpilih secara aklamasi dalam sidang senat yang dilakukan secara tertutup pada Selasa (15/8), Direktur Polinema Terpilih, Awan Setiawan pun menyampaikan gebrakan yang akan dilakukan kedepannya dalam masa jabatannya dari tahun 2017 hingga 2021. Saat ditemui usai sidang pemilihan, Awan menjelaskan bahwa akan ada pembenahan baru yang akan dilakukan olehnya, khususnya dalam bidang akademik dan kemahasiswaan. "Tentunya langkah ke depan adalah melakukan pembaharuan khususnya dalam bidang akademik dan kemahasiswaan," kata Awan. "Saya juga akan tegaskan untuk menggenjot bidang penelitian, apalagi terkait publikasi jurnal, saya rasa itu masih kurang sehingga perlu untuk digenjot lagi," timpalnya lagi. Hal ini lanjutnya akan sejalan dengan visi dan misi dari Polinema, yakni menjadi perguan tinggi vokasi yang unggul secara global. "Saya sampaikan kalau akademik kita kuat, baik itu penelitian dan publikasi maka visi-misi Polinema untuk menjadi politeknik yang mandiri, menjadi politeknik yang nomor satu di Indonesia dapat kita capai," imbuhnya. Tidak hanya itu, dari segi kemahasiswaan dirinya sampaikan bahwa mereka akan menjaring siswa-siswi berprestasi dan memiliki potensi yang bagus baik dari agar mampu menunjang perguruan tinggi. "Tahun depan mungkin akan ada beberapa kriteria dalam menyeleksi mahasiswa, tujuannya untuk melihat potensi mereka, kemudian akan kita bina dan kita ikutkan mahasiswa tersebut dalam lomba," katanya Tak lupa pria yang saat ini sedang menjabat sebagai Wakil Direktur 4 Polinema, juga menargetkan tahun depan akan membangun kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang dianggap menguntungkan dan mendukung kemajuan Polinema ke depannya. "Targetkan akan tambahkan kerjasama dengan perusahaan yang lain, saat ini baru 3 perusahaan, kita akan tambahkan 6 perusahaan," ucapnya Pembenahan lainnya yang akan dilakukan olehnya adalah terkait Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang menjadi kewajiban mahasiswa. Dirinya mengungkapkan bahwa waktu satu hingga dua bulan PKL yang dilakukan oleh mahasiswa masih kurang efektif. "Waktu PKL, satu bulan (hingga) dua bulan itu kurang efektif. Harusnya satu semester, ini harus diperbaiki," ujarnya. "Sehingga perusahaan dapat melihat kinerja dari mahasiswa, yang nantinya menjadi pertimbangan untuk merekrut mahasiswa menjadi karyawan," ucapnya. Mengenai pembaharuan program studi di Polinema, ia sampaikan bahwa hingga saat ini sedang ada upaya untuk membuka program S2 terapan. "Saat ini sedang diusahakan program S2 terapan untuk teknik mesin, akuntansi sama teknik sipil," ujarnya lagi.(sem/zuk)
Source : https://malangtoday.net/malang-raya/pendidikan/ini-terobosan-baru-direktur-polinema-terpilih-awan-setiawan/
MalangTODAY
0 notes
Text
Kultur Riset
Sudah lama sekali saya ga buka email domain apps[dot]ipb[dot]ac[dot]id yang memang cuma buat naroh notifikasi researchgate sama email formal buat naroh tugas-tugas anak-anak sewaktu ngasisten dulu. Semacam ga begitu kaget sih karena banyak invitation letter buat publish paper (lagi) setelah dua tahun yang lalu pertama kalinya publish di konferensi internasional di Fukuoka, Jepang. Ada lagi undangan untuk publish di jurnal Springer, meskipun awalnya tidak berbayar tapi untuk publishnya tetep bayar. Karena publikasi ini merupakan kolaborasi projek riset dosen saya, saya pun menghubungi dosen saya, yang hasilnya pun tidak menyarankan untuk publish di jurnal internasional. Saya lupa lagi apa alasannya selain faktor biaya. Akhirnya saya manut.
Eh kemarin baru ngecek email lagi ternyata udah banyak berbagai macam email dari mulai ajakan nulis di beberapa bab untuk buku Artificial Neural Networks sampe diminta nulis buat expand lagi paper yang saya tulis 2 tahun yang lalu. Tentunya, kehidupan tulis menulis paper itu bagi saya semacam ajang bisnis yang akhirnya harus bayar sejumlah uang untuk sejumlah paper/artikel yang accepted. Saya belum begitu paham dunia peneliti saat ini seperti apa. Yang jelas, harus hati-hati juga karena begitu publikasi kita terindeks di jurnal abal-abal, gak ada ampun untuk peneliti sehingga pantas diberi skor 0.
:: Invitation untuk nulis di buku tentang Artificial Neural Network ini yang menjelaskan beberapa penelitian terbaru mengenai topik ini.
Dulu, sempat kepikiran juga pengen belajar neuroscience untuk tahu bagaimana matematikawan dan computer scientist terinspirasi dari kerja otak manusia untuk membangun algoritme ini. Sampai sekarang pun masih selalu interest sampe demen nonton video lecturing deep learning dari stanford atau MIT kalo di kantor lagi ga ada project hehe.
Ada juga email yang baru saya buka kemarin, terhura dipanggil Dr/Prof, padahal ngambil master aja gajadi-jadi hehe. Mungkin karena dulu saya yang jadi penulis pertama di paper dan nyantumin email korespondensi atas nama saya dan dosen pembimbing jadi lah sering ada iklan-iklan beginian. Saya jadi takut juga dan ingat apa yang dikatakan kemenristekdikti, sekarang banyak email dari jurnal predator atau jurnal yang memperhatikan aspek keuntungan finansial saja tanpa memperhatikan etika ilmiah. Wallahu a’lam. Apakah email-email yang dilayangkan ke alamat saya pun termasuk di antaranya karena besaran fee pun tidak main-main, mencapai 890 Euro atau sekitar 13 juta. Saya sampai berburuk sangka, apalagi ujung-ujungnya bayarannya ga kira-kira kalau accepted dan ingin publish. Belum lagi kita harus memastikan apakah jurnalnya terindeks scopus atau tidak, atau hanya iming-iming semata.
:: Email undangan expand paper berbayar (lagi)
Sejujurnya penelitian saya bagi saya jauh banget dari sempurna, saya merasa gagal ngaplikasiin ilmu statistika terapan saya, padahal itu hubungannya sama experimental design. Karena saya ngerjain skripsi yang durasinya cuma 6 bulan, bukan riset yang bisa dikerjain 1 tahun, yasudahlah akhirnya dosen pembimbing saya merasa kasihan dan hanya setengah metode yang dikerjakan dengan data hanya dari hasil pembacaan spektroradiometer di gelombang Visible. Yang awalnya mau ngehubungin analisis pola gelombang NIR dan Visible sama hasil analisis piksel lewat image processing, alakhir cuma analisis citra biasa aja dihubungin sama sedikit fisiologi tanaman dan prediksi pake Neural Network biasa. Jadi kalau ada yang ngehubungin di email buat expand paper teh suka rada semacam curiga.
Jujur, kerjaan menjadi peneliti sudah sering ada di benak saya pas ngerjain tugas akhir sampe bilang ke beberapa temen deket saya begitu ditanya mau kerja dimana. Eh alakhir emang ga jauh-jauh sih, begitulah Allah menjawabnya. Sempat pas ngerjain prediksi panen di startup tahun kemarin pun disuruh nulis paper lagi sama manager, kolaborasi sama lead data engineer yang ahli machine learning sebelum akhirnya saya keburu dipindahkan ke tim product development. Qodarullaah.
Tantangan terbesar bagi Indonesia sampai saat ini adalah menyelaraskan kebutuhan industri dengan kurikulum pendidikan Sarjana di PTN maupun PTS di Indonesia. Industri enggan untuk berkolaborasi dan memberi pendanaan projek dengan civitas akademik karena beberapa faktor (menurut saya pribadi) seperti topik riset yang obsolete dan tidak memberikan dampak luas bagi bisnis dalam jangka panjang maupun faktor SDM peneliti yang masih belum memiliki jiwa marketing untuk menjualkan hasil pemikirannya. Tapi dalam beberapa kasus saya salut dengan dosen pembimbing saya yang sampai sekarang masih semangat berkolaborasi dengan industri untuk menyelesaikan permasalahan Life Science menggunakan Computer Vision. Alasan klasik inilah yang membuat saya betah ngerjain skripsi dulu, bisa jalan-jalan menikmati alam. Terpenting, gratis hehe.
Dalam beberapa permasalahan pertanian, kurangnya data yang berkualitas seringkali menjadi penyebab gagalnya kolaborasi pemerintah dan industri swasta. Contohnya data cuaca di Indonesia masih menjadi permasalahan karena stasiun cuaca jumlahnya terbatas sehingga hasil interpolasi masih kurang akurat. Jadi, jangan heran bila aplikasi cuaca menunjukan cuaca cerah ternyata malah hujan badai. Di negara maju seperti Jepang, basa-basi mereka ketika bertemu bukan soal cerita sinetron tadi malam, tapi cuaca. Saya jadi teringat saat mampir di kampus Saga dulu, sensei sering mengingatkan kami untuk membawa payung karena diprediksi cuaca hujan. Eh ternyata beneran dong. Yaa, memang tidak adil kalau dibandingkan sih karena jelas stasiun cuaca kita masih sangat terbatas.
Kultur riset di dalam negeri saat ini mungkin masih dianggap sesuatu yang “intelek” dan terlalu identik dengan syarat kelulusan mahasiswa hingga akhirnya menghasilkan anggapan “yang penting cepet lulusnya”. Hal ini disebabkan riset tidak menjadi bagian dari kultur kampus. Contohnya saja, kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang tiap tahun diikuti mahasiswa seluruh PT hanya berakhir pada pendanaan, belum ada tindak lanjut dari inovasi-inovasi keren mereka. Alhasil paper hanya dijadikan ajang perlombaan, tidak menjadi sebuah kebutuhan yang bisa menjawab permasalahan-permasalahan sosial dalam jangka panjang. Bahkan, dibandingkan universitas negara tetangga, jumlah publikasi ilmiah di kampus dalam negeri masih sangat tertinggal.
Sumber : Kemenristekdikti
Jadi, jumlah publikasi dari ITB, UI, UGM, dan IPB yang terindeks scopus itu setara dengan jumlah publikasi ilmiah Malaysia. Banyak ya selisihnya. Semoga pemerintah terus memperhatikan faktor-faktor yang mengakibatkan lemahnya kultur riset kita. Makin banyaknya bantuan-bantuan dana penelitian yang awalnya hanya 0.8% dari APBN serta mudahnya birokrasi yang dirancang semoga menjadi kabar baik untuk kultur riset kita.
Di Jepang, sebagaimana yang dituturkan Wahyudi Agustiono, M.Sc, keunggulan sistem PT nya terletak pada reputasinya sebagai universitas riset. Hampir semua mata kuliah yang diajarkan menuntut mahasiswa belajar mengidentifikasi masalah, mencari solusi melalui kegiatan riset laboratorium. Kultur ini didukung oleh pemerintah Jepang yang mengalokasikan dana riset mencapai 57 persen dari tahun 2000 hingga 2004. Pantas ya, banyaknya inovasi riset modern sangat memungkinkan dijalankan di sana. Di Jepang, publikasi sudah menjadi kewajiban mahasiswa. Meskipun terasa berat, dengan bimbingan profesor yang sesuai karakter dan keahliannya dengan minat kita maka semuanya bukan masalah berarti. Nampaknya, di Indonesia juga sekarang sudah mewajibkan mahasiswa S2 nya untuk mempublikasi paper di jurnal internasional. Selain di Jepang, kultur riset bisa dijumpai di Jerman, China, dan Korea. Inovasi yang mereka tulis menjadi inovasi yang siap dijual di pasar bisnis. Bahkan letak universitas seringkali mempengaruhi kualitas penelitiannya. Semakin dekat dengan lokasi industri maka tak heran bila kualitas riset kampusnya pun linear. Contohnya Humboldt University yang terletak di sekitar Adlershof, science technopark yang sangat maju di Jerman. Wajar bila riset-riset yang dilakukan di univ ini hampir selalu selaras dengan kebutuhan industri yang akhirnya didevelop untuk kepentingan bisnis.
:: Salah satu aktivitas kolaborasi antara Jepang dan Indonesia. Saking berharganya kolaborasi penelitian bagi mereka, saya dan beberapa rekan saat itu diundang secara gratis ke kampus mereka mulai dari penginapan sampai biaya jalan-jalan
Ada yang menarik di Jepang yaitu budaya Lab (kenkyou), minimal seminggu sekali setiap mahasiswa yang di laboratorium di bawah bimbingan profesor dan associate professor anggota laboratorium harus mempresentasikan progres risetnya. Di sinilah kemampuan akademik mereka akan diuji. Budaya inilah yang membuat dosen pembimbing saya menerapkan hal yang sama sehingga saya dan teman2 selab (dari mulai S1-S3) berpikir 2 kali untuk ketemu kalo ga ada progress hehe. Soalnya kadang kena dampak juga, satu orang dimarahin karena ga ngerti2 konsep algoritmenya yang lain kena getahnya -__-. Tapi, bagi saya ada progress atau tidak tetap harus disampaikan demi kelancaran penelitian agar tidak berakhir muntaber alias mundur tanpa berita.
Meski kualitas dan kuantitas riset kita masih menuju perbaikan, saya pikir kultur berpikir ilmiah sudah seharusnya diterapkan. Dalam menyaring informasi yang masuk saja, misalnya. Kadang gatel banget udah terprovokasi suatu berita yang ternyata belum dicek validitasnya tapi udah main share-share aja. Yah akhirnya nyesel juga. Dulu saya pernah sih sekali ngelakuin ini soalnya *duh. Saat itu saya merasa sangat bodoh dan tidak rasional dalam berpikir. Benarlah bahwa seiring perubahan zaman yang sangat cepat ini, menuntut orang-orang berpikir secara jelas dimana hitam dan putih kadang terbalik. Baik menjadi peneliti atau bukan, seorang muslim bagi saya seharusnya harus merasa sangat beruntung karena ia tahu tujuannya dalam berkarya adalah tidak hanya menjalankan misi untuk memberikan kontribusinya bagi masyarakat tapi juga dijadikan sebagai ibadah yang semoga bisa merayu Allah untuk memberikan ridho padanya.
…..Seorang Muslim harus menggabungkan tiga kekuatan sekaligus; kekuatan pribadi, kekuatan sosial dan kekuatan profesionalisme. Ia menjadi kuat secara pribadi, karena ia memiliki paradigma kehidupan yang benar dan jelas, struktur mentalitas yang solid dan kuat, serta karakter yang kokoh dan tangguh. Ia menjadi kuat secara sosial, karena ia memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, asset kebajikan yang terintegrasi dengan komunitasnya, serta menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat. Ia menjadi kuat secara profesi, karena ia bekerja di bidang yang menjadi kompetensi intinya. Hal ini menyebabkan ia selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi, serta secara konsisten melakukan perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan (Matta, 2009:11-12).
Mangats!!
0 notes