Tumgik
#pameranarsip
oomleo · 6 years
Video
instagram
@goodnightelectric @rurugallery @serrum_studio present: . . . The Electronic Renaissance: Archive & Essentials from Goodnight Electric (2004-2018) . . . Archive Exhibition . Release Party . Artist Talk . Mini Showcase . . . Opening: Saturday 21 April 2018 start: 3 pm at Ruru Gallery Gudang Sarinah Ekosistem Pancoran, Jakarta . . . #GEarchive #theelectronicrenaissance #goodnightelectric #archiveexhibition #newwave #electropop #synthesizer #synthesizerpop #arsip #arsipmusik #pameranarsip #pameran #musikindonesia #musicdocumentary (at RURU Gallery)
1 note · View note
anamdotka · 5 years
Text
Visioner Berestetika
Berpikir dan Berkerja Keras
Tumblr media
Untuk memulai tulisan pengantar kuratorial ini, saya ingin memulai dari pertanyaan; kenapa pers mahasiswa penting? Hemat saya, lembaga pers mahasiswa adalah lingkup saling menguntungkannya antara pers mahasiswa dan birokrasi kampus. Sebab, pers mahasiswa perlu dukungan pihak kampus, sedangkan –tentunya– kampus butuh untuk syarat akreditasi bukan? Di luar ngomongin akreditasi, pers mahasiswa punya peran penting dalam menjaga keseimbangan antara birokrasi kampus dan rakyatnya (baca;mahasiswa). Tetapi tidak cukup sampai di situ, -pers- mahasiswa mempunyai peran lebih besar dari hanya sekedar menjaga keseimbangan, pers mahasiswa mempunyai tugas sebagai sosial kontrol, maka sudah menjadi sebuah tanggungjawab terhadap masyarakat untuk mengawal demokrasi, dan kebijakan lainnya yang dibuat pemerintah negara -setidaknya di kampusnya sendiri-, dengan nalar kritis dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini, mendorong dan mengajarkan pada mahasiswa untuk berorganisasi yang bermanifestasi pada prinsip-prinsip pengetahuan dan kemanusiaan; berpihak pada yang lemah, bersikap kritis, dan mengembangkan pemikiran alternatif, yang salah satunya adalah melalui lembaga pers mahasiswa.
Dalam waktu yang lama, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tidak memiliki lembaga pers mahasiswa tingkat institute setelah didirikan pada 23 Juli 1984. Hampir 14 tahun lebih, tanpa lembaga pers mahasiswa yang -memiliki sifat independen- menjadi sumber informasi dan komunikasi antara kampus dan mahasiswa. Setelah Majalah Sani produk dari Akademi Seni Rupa Indonésia (ASRI) dibredel pada tahun 1996 oleh pemerintah. Pers mahasiswa baru mulai diwacanakan sejumlah mahasiswa tahun 2010, namun dalam pengembanganya diambil alih oleh Devisi Penelitian, Pengembangan dan Media (Litbang dan Media), Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI) sejak April 2011. Kemudian pada 13 Mei 2010, 17 mahasiswa dari 3 fakultas dikumpulkan untuk membuat majalah yang diberi nama Art Effect. Dari Tim inilah diterbitkanya MajalahArt Effect #1 sekaligus pembentukan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pressisi pada tanggal 12 September 2011. Hal ini, didukung oleh kampus, antara lain; Pembantu Rektor III, Ruang Jurnal Ars Fakultas Seni Rupa, FX Widyatmoko, Pamungkas, Suwarno Wisetrotomo, dan Brotoeno. Akhirnya, pada tanggal 1 Oktober 2011 pengurus pertama LPM Pressisi dilantik, dan ini menjadi angin segar bagi perkembangan demokrasi –tidak hanya seni– di kampus ISI Yogyakarta.
Itulah bagaimana lembaga pers mahasiswa terbentuk di ISI Yogyakarta dan masih bertahan sampai sekarang sebab peran dan fungsi yang penting dalam ekosistem pendidikan di sebuah kampus. Untuk merayakan dan mengambil semangat juang dari ulang tahun LPM Presisi ke-8, anggota Pressisi mengadakan Pameran Seni dan Arsip Jurnalistik dengan judul “Visioner Berestetika; Berpikir dan Berkerja Keras”. Lewat pameran ini, LPM Pressisi turut mengajak 6 LPM yang berada di Yogyakarta untuk ikut berpartisipasi pada pameran arsip jurnalistik, dan juga mengajak Angota dan Demisioner LPM Pressisi untuk ikut juga dalam merayakan ulang tahun Pressisi lewat pameran seni.   
Tumblr media
Visioner Berestetika
Judul “Visioner Berestetika” diambil dari tagline LPM Pressisi yang berarti memiliki pandangan luas – lintas disiplin– ke depan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip estetika dan artistik, sebagai pers mahasiswa yang mempunyai gagasan ide mengenai pengetahuan seni, yang kritis dan dapat mengembangkan pemikiran alternatif yang bermanfaat di kemudian hari. Fungsi dan peran penting pers mahasiswa dalam kesenian dapat dilihat dari sejarah sebelumnya. Dari gabungan Akademi Musik Indonésia (AMI), Akademi Seni Rupa Indonésia (ASRI), dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonésia (STSRI) menjadi ISI Yogyakarta, melahirkan Majalah Sani “Majalah Kesenian Mahasiswa” yang didirikan pada Agustus 1967 di ASRI. 
Kita bisa melihat bagaimana pers mahasiswa dibutuhkan dalam dunia seni. Hari ini kita bisa lihat para kurator, kritikus seni dan peneliti seni seperti; Agus Dermawan T., Hendro Wiyanto, Kuss Indrato, Mikke Susanto, dan A. Sudjud Dartanto yang lahir dari lembaga pers mahasiswa ASRI.Keterlibatan pers mahasiswa dapat kita lihat dalam menentukan arah kesenian di Indonesia lewat kritik dan tulisan-tulisan di Majalah Sani Edisi XXIII dan XXIV Tahun 1985 yang merekam beragam pendapat mulai dari yang baik sampai buruk adalah bentuk dari bagian infrastruktur dunia seni. Kita bisa lihat dari sebuah karya seni Moelyono yang berjudul “Kesenian Unit Desa (KUD)” mencuri perhatian dan menjadi buah bibir di Fakultas Seni Rupa dan Disain (sekarang menjadi Fakultas Seni Rupa) ISI Yogyakarta. Karya yang penuh kontroversi ciptaan Moelyono adalah karya tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjananya. Ketika dalam ruang sidang, karya Moelyono digugurkan karena tidak sesuai dengan kriteria. Meskipun begitu, Moelyono tetap diluluskan menjadi sarjana pertama ISI Yogyakarta dengan karya lain. Diskursus yang diciptakan pers mahasiswa lewat tulisan-tulisan inilah yang menghasilkan diterimanya Experimental Art di dunia seni Indonesia, langkah kecil dari kritik pembangunan kesenian Indonesia yang dulu menolak riset apalagi eksperimentasi.
Selain itu, kita juga bisa mengacu pada Tokoh Visioner seperti Soekarno, yang dengan ilustrasi karikatur dan tulisannya di Majalah Fikiran Ra’jat dibuat untuk menghantam kaum imprealis pada saat itu, dengan nama samaran Soemini. Meskipun pada akhirnya dilarang oleh pemerintahan Hindia-Belanda, dan terbitlah brosur yang ditulisnya “Mencapai Indonesia Merdeka” yang dianggap menghasut dan akhirnya dilarang juga. Tetapi Soekarno sebagai seorang yang visioner tidak berhenti disitu, ia tetap melawan dengan berpikir dan berkerja keras mengusir penjajah. 
Dalam hal ini, ketika kita mempunyai suatu visi mulia yang berpihak pada yang lemah dan tertindas, kita harus berjuang menggunakan pikiran kita dan berkerja keras dengan usaha-usaha kita, melalui ilustrasi dan tulisan-tulisan yang tercermin dari lembaga pers mahasiswa.Dalam pameran ini, kita mencoba menampilkan arsip, fotografi jurnalistik dan ilustrasi yang dimuat dalam majalah Art Effect, bulletin Kontemporer, dan zine K-Louder produk dari LPM Pressisi dan produk jurnalistik dari 6 LPM lain di Yogyakarta antara lain; LPM Balairung UGM, LPM Himmah UII, LPM Pilar Demokrasi UII, LPM Arena UIN, LPM Rethor UIN, dan LPM Poros UAD. Selain itu, kita juga mengajak 3 anggota dan 4 demisioner Pressisi ikut dalam pameran ini dengan menampilkan karya seni mereka yang mempunyai semangat berpikir dan berkerja keras.  
Berpikir dan Berkerja Keras 
Saya suka istilah Jurnalis Visual, itu menyarankan keterlibatan dengan masyarakat, pencarian kebenaran, mengungkap yang tak terlihat.   -Paul Bowman-
Konsep tentang seni dari waktu ke waktu akan selalu berubah, begitupun dengan definisnya dan disiplin yang berada di sekelilingnya yang bersifat beragam dan kompleks. Untuk memulai membahas sub-tema ini, saya ingin memulainya dengan analogi seni rupa sebagai “cermin” dalam istilah Shakespeare yang mencerminkan alam dalam bentuknya yang paling murni, dan “palu” yang membentuk sosial-budaya masyarakat menurut teoritikus Marxist, Leon Trotsky. Dengan memusatkan perhatian pada skena konsep ini, kita dapat menghubungkan dengan karya seni pers mahasiswa yang tidak hanya sebagai cermin yang merefleksikan keadaan sosial saja, tetapi juga sebagai palu yang membentuk sosial masyarakat melalui karya seni jurnalistik dengan media ilustrasi dan fotografi jurnalistik.
Setiap upaya untuk mendefinisikan ilustrasi juga akan selalu melibatkan banyak sudut pandang yang berbeda, beragam dan kompleks. Sebab ada sebagian orang yang mengatakan bahwa ilustrasi adalah seni berbasis kerajinan yang lebih rendah daripada seni -murni- rupa. Menggambar adalah bagian dari visual thinking (berpikir visual), untuk itu sebelum berkerja tentunya kita dituntut untuk berpikir terlebih dahulu. Berpikir bagaimana mengekspresikan emosi, menjelaskan ide-ide dan menangkap momen, dengan mempertimbangkan hal seperti: Hubungan visual, atmosfer suasana hati, proporsi skala bentuk dan ruang, keseimbangan garis, nada dan komposisi, metafora, analogi, abstraksi warna pencahayaan dan kontras, juxtaposition, perspektif, pola dan ritme, gerak, transisi, pengurangan atau sintesis, dan elemen. 
Ilustrasi dengan menggunakan media gambar atau foto adalah bentuk komunikasi visual dan sarana komentar sosial dalam jurnalisme. Bagi sebagian orang itu bisa menjadi seni terapan dalam konteks komersial, atau seni naratif humanisme yang populer, tetapi pada akhirnya beberapa orang juga mengklaim bahwa semua seni dan desain kontemporer sebenarnya adalah sebuah ilustrasi. Apa yang membuat ilustrasi begitu populer dan menarik adalah seni dijadikan sebagai alat komunikasi, menggabungkan imajinasi, kreativitas, keterampilan, dan kerajinan untuk menceritakan kisah secara visual. Selain itu, ilustrasi juga dapat menjadi sebuah kekuatan untuk menyindir, subversif, keintiman, kelucuan, menyinggung, menginspirasi, meneguhkan hidup, dan bahkan spiritual. Hal ini yang sangat dibutuhkan dalam sebuah produk jurnalistik. Jurnalisme bergambar memiliki sejarah panjang yang terbukti dalam komentar sosial seniman yang menarik dan beragam. Kita dapat menariknya kembali ke paragraf di atas, analogi seni sebagai cermin yang mencitrakan realitas –sosial dan budaya– dan sebagai palu yang membentuk masyarakat.
Dalam pameran ini, lebih banyak menampilkan arsip karya seni ilustrasi dan fotografi jurnalistik yang mencerminkan sosial-politik-budaya dalam kampus maupun di luar kampus, dan kita juga bisa menyimpulkan bahwa karya-karya seni tersebut yang membentuk keadaan sosial-politik-budaya kita. Kita dapat melihatnya pada karya ilustrasi dari LPM Pressisi dalam produk Buletin Kontemporer #15 karya Karina Devi S. dengan judul “Aspirasi Mahasiswa bagi Kampus” yang menggambarkan bagaimana aspirasi kritis yang harusnya disampaikan mahasiswa tidak pernah diterima kampus, yang akhirnya membuat kampus tidak akan pernah berkembang –mati–, dengan kata lain aspirasi dianalogikan sebagai “listrik” pengisi daya gawai, yang mempunyai nilai vital pada kerja gawai tersebut. Meskipun mahasiswa –charger– dan kampus –gawai – ada, ia tidak akan hidup tanpa aspirasi –listrik–. Di sini, Karin ingin menyadarkan mahasiswa dan kampus bagaimana pentingnya aspirasi kritis. Hal inilah yang ingin saya tekankan, bahwa seni tidak hanya mencerminkan keadaan tetapi juga turut mempengaruhi untuk menyadarkan dan membentuk sosial-budaya mengenai pentingnya sebuah aspirasi. Saya merasa dalam pameran ini semua ilustrasi jurnalistik yang ditampilkan  melalui media fotografi maupun karikatur membawa pesan yang sama, yaitu sebagai cermin dan palu.
Anggota Pressisi juga membuat dua instalasi untuk merespon semangat yang dibawa oleh pameran ini, mereka membuat karya instalasi “Pohon Kritik” dan “Pintu Buku”. Melalui Pohon Kritik, mereka ingin menyadarkan bahwa kritik adalah baik untuk -dan oleh- saja, tidak hanya orang lain tetapi untuk diri sendiri, sebab kritik adalah pupuk untuk tanaman kebaikan. Sedangkan Pintu Buku dapat kita rasakan sebagai awal untuk menuju ke Pohon Kritik, ini menandakan bahwa kritik tanpa ilmu pengetahuan –yang dianalogikan sebagai pintu buku– adalah tindakan berbahaya, yang mengakibatkan seseorang meracau –nyinyir– tanpa tahu esensi dari kritik. Konsep inilah yang ingin disampaikan dari pameran ini, yaitu berpikir dahulu lalu berkerja keras –melalui penganalisisan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan– dalam hal apapun untuk hidup yang lebih baik dan manusiawi, dengan media instalasi sebagai ilustrasi.
Dari metafora visual mungkin menyarankan deskripsi gambar yang imajinatif, tetapi tidak secara harfiah berlaku, ketika diterapkan pada disiplin ilustrasi. Hal ini, merupakan hal yang biasa untuk menggambarkan bentuk pencitraan ini sebagai konseptual. Menyiratkan cara menggambarkan konten dengan memanfaatkan sejumlah ide dan metode komunikasi, ilusi, simbolisme, dan ekspresionisme. Namun, sementara bahasa visual khusus ini masih berhasil dan sesuai untuk rekonstruksi dramatis di semua konteks praktik ilustrasi jurnalistik, kebutuhan untuk mengekspresikan ide dari sebuah tulisan yang menggambarkan adegan kata demi kata berarti bahwa ilustrasi konseptual sekarang menjadi gaya yang dominan. Mengutip art director Steven Heller: ‘ilustrasi konseptual melayani dua tujuan yaitu menyediakan makna -dan komentar- dan memberikan citra dari kepribadian visualnya.’ Hal itu dapat dilihat dari karya-karya dalam Pameran Seni & Arsip Jurnalistik “Visioner Berestetika; Berpikir dan Berkerja Keras”. E-Catalog : https://drive.google.com/open?id=1JLd6GwEL77gZ-5YHv4DabpuB5SKsGg8G Refrensi bacaan: 1. Artikel “Sejarah LPM Pressisi ISI Yogyakarta” dari arsip LPM Presisi. 2. Tomi Firdaus, Majalah Sani : Tapak Tilas Peristiwa dan Tokoh Seni Rupa Indonesia di Bangku Kuliah, (Yogyakarta; 2019) 3. Cindy Adam, Bung Karno; Penyambung Lidah Rakyat, (Jakarta; Yayasan Bung Karno, 2014) 4. Victoria L. Rodner & Chloe Preece, Painting the Nation: Examining the Intersection Between Politics and the Visual Arts Market in Emerging Economies (Journal of Macromarketing: 2015) 5. Mark Wigan, Text and Image, (Switzerland: An AVA Book, 2008) 6. Alan Male, Illustration; A Theoretical & Contextual Perspective, (Switzerland: An AVA Book, 2007)
+++++ Anam Khoirul Kurator
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
Selamat sore!! Seluruh tim Festival Arsip 2017 mengucapkan terima kasih atas partisipasi 250 pendaftar volunteer. 🙏😊 Dan hasil seleksi peserta sudah bisa dilihat di: •••••• http://bit.ly/pesertavolunteerfestsip •••••• . Komik oleh: Nanda Putri #volunteer #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
Menuju Fest!Sip kami mengundang kawan-kawan untuk hadir di: PELUNCURAN DAN BEDAH BUKU "JEJAK" ••• Jumat, 11 Agustus 2017 Jam 13.00 wib Di rumahIVAA •• Buku "JEJAK: Seni dan Pernak-Pernik Dunia Nyata" merupakan kumpulan tulisan peserta Lokakarya Penulisan dan Pengarsipan Seni Rupa yang berlangsung Mei-Juni 2017 dan menghasilkan tulisan dengan beragam tema. Mulai dari seni rupa, seni kinetik, residensi, sensor film, persoalan display di museum hingga dilema irisan subyek-obyek seni. Fairuzul Mumtaz Dan Sita Magfira akan memberikan ulasan dan kesan mengenai buku ini sebagai pemantik diskusi • Info lengkap klik >>> http://bit.ly/launchingbuku_lokakarya <<< • Poster oleh : Evan Sapentri, peserta Lokakarya . #lokakarya #launching #book #bedahbuku #peluncuranbuku #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
"Fest!Sip Here I Come", edisi volunteer Fest!Sip 3/3 komik: Nanda Putri cerita: Sukma Smitha . Tanggal 30 Juni 2017 pendaftaran volunteer Fest!Sip akan ditutup. Untuk teman-teman yang ingin terlibat, silahkan klik... . http://bit.ly/volunteerfestsip . #comics #roadto #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
📢📢 DIBUKA!! Kesempatan untuk bergabung dan berproses bersama dalam penyelenggaraan Festival Arsip 'Kuasa Ingatan' IVAA 2017, untuk terlibat sebagai volunteer. Simak syarat dan ketentuan selengkapnya melalui tautan http://bit.ly/volunteerfestsip . Poster oleh: Anggoro Anwar, pemagang Festival Arsip . #opencallvolunteer #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA . #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
"Tak Kuasa", edisi volunteer Fest!Sip 2/3 komik: Nanda Putri cerita: Sukma Smitha . Bulan ini tim Festival Arsip membuka pendaftaran volunteer, peluang untuk kawan-kawan terlibat penyelenggaran fest!sip. Selamat mendaftar! . Link pendaftaran http://bit.ly/volunteerfestsip . #comics #roadto #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes