Tumgik
#festivalarsip
chandrawulan · 7 years
Text
Tanpa Inovasi, Media Online Akan Bernasib Sama dengan Media Cetak: Ditinggalkan
Yogyakarta - Engelbertus Wendratama dan Agung Purwandono menjelaskan tantangan yang dihadapi media online dalam Workshop Jurnalisme Online di PKKH UGM, Sabtu (29/9) lalu. Kemunculan media online yang kini semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat sesungguhnya tidak terlepas dari tantangan. Kesalahan umum yang terjadi di Indonesia, media cetak yg membangun media online hanya memindahkan konten dari cetak ke website. Padahal itu semua harus disesuaikan dgn perilaku pembaca. "Tanpa inovasi, media online juga akan tutup." Ungkap Agung. Konten media online berbeda dgn media cetak. Dari panjang artikel, lampiran seperti video, sampai infografik. Prinsip jurnalisme juga harus tetap dipertahankan, terutama fairness.
(Chandra Wulan)
14 notes · View notes
aramtemaram · 7 years
Photo
Tumblr media
Foto Geng Festival Arsip; Kuasa Ingatan 2017.
Selalu senang berada di sekitar mereka. Bekerja di lingkungan seni Jogja mempunyai energi tersendiri buat saya, bertemu orang-orang baru dengan berbagai macam latar belakag seni, walaupun saya sendiri bukan orang seni, berada di lingkaran seni membuat saya belajar untuk menghargai setiap proses. Entah itu bekerja dengan seniman atau pekerja seni. Mengutip kalimat yang dilontarkan Anton Ismael “Hormati siapapun, jangan sepelekan siapapun. Bisa saja orang yang kamu sepelekan suatu saat akan membantumu“ Hormat saya kepada IVAA sudah diberikan kesempatan yang sangat berharga pada Festival Arsip kali ini. Pula kepada teman-teman volunteer yang sangat saya sayangi. Dedikasi tinggi mereka terhadap keterbelangsungannya Festival Arsip ini yang membuat saya selalu bersemangat untuk bekerja. Belajar bagaimana memposisikan sebagai kawan, belajar memposisikan diri sebagai rekan kerja. Semoga kita dipertemukan kembali di dalam sebuah pekerjaan yang menyenangkan seperti kemarin.
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
"Tak Kuasa", edisi volunteer Fest!Sip 2/3 komik: Nanda Putri cerita: Sukma Smitha . Bulan ini tim Festival Arsip membuka pendaftaran volunteer, peluang untuk kawan-kawan terlibat penyelenggaran fest!sip. Selamat mendaftar! . Link pendaftaran http://bit.ly/volunteerfestsip . #comics #roadto #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
chandrawulan · 7 years
Text
Red District Project (RDP) dan Plasticology: Seni sebagai Sarana Kritik Sosial dan Aksi Menyelamatkan Lingkungan
Festival Arsip bertajuk ‘Kuasa Ingatan’ digelar oleh Indonesian Visual Art Archive (IVAA) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) tanggal 19 September – 1 Oktober 2017. Ada dua arsip yang sangat menyita perhatian dan menarik untuk dibicarakan lebih jauh.
Tumblr media
Pertama, Red District Project (RDP) karya Lashita Situmorang. RDP disajikan dalam bentuk film dokumenter yang ditayangkan melalui LCD TV dan pengunjung bisa menontonnya dari sofa hitam berkapasitas 4 orang yang telah disediakan atau berdiri kira-kira 30 menit kalau kuat. RDP adalah project seni berbasis sosial yang mencoba untuk membuka dialog di antara masyarakat Sosrowijayan maupun dengan masyarakat luas. Project ini awalnya bernama Red Light District in Urban Perspective, mengambil latar di Sosrowijayan di daerah Pasar Kembang (Sarkem). Melalui project ini, Lashita ingin membuktikan bahwa seni juga dapat turut memberi kritik untuk masalah sosial.
Penonton dibawa masuk ke dalam Sarkem sebelum tempat itu terkenal dengan nama Sarkem. Ternyata, wilayah itu dulu lebih akrab disebut Balokan. Dalam bahasa Jawa, balokan berarti potongan-potongan kayu berbentuk balok, yang saat itu digunakan sebagai bahan bakar kereta yang melintas dan berhenti di Stasiun Yogyakarta. Praktik prostitusi berawal dari kunjungan-kunjungan opsir Belanda yang menginginkan ‘escort’. Dulu memang di jalanan itu banyak yang berjualan bunga sehingga orang yang tidak menyebut daerah itu Balokan, menyebutnya Pasar Kembang. Hari ini Sarkem telah mengalami pergeseran makna. Orang-orang tahu bahwa di pasar itu memang banyak “kembang” yang merujuk pada perempuan yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Nyatanya jarang dijumpai penjual bunga di sana, barangkali telah berpindah semuanya ke Kotabaru.
Beberapa orang di Sosrowijayan diwawancarai dalam tayangan itu, termasuk Ketua RT atau Kepala Dusun saya agak lupa dan seorang ibu yang menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta (P3SY). Mengejutkan! Masyarakat Sosrowijayan tidak membeda-bedakan perlakuan antara warga asli dengan warga asli dan warga asli dengan pendatang yang kemudian menjadi pekerja seks. Di sini mereka disebut ‘anak asuh’, didata, beraktivitas dan berinteraksi layaknya warga kampung lainnya. Betapa toleransi masih berwajah manis di kota yang katanya kini mulai tak berhati nyaman ini.
Para ‘anak asuh’ itu bahkan mengikuti pengajian yang biasanya diselenggarakan sebulan sekali dengan mendatangkan kyai atau ustadz ke masjid setempat.
“Ya saya minta mereka (anak asuh) untuk ikut mengaji. Saya bilang kan kerjanya nanti malam, jadi habis Ashar/Maghrib (saya lupa persisnya) bisa mengaji terlebih dahulu. Dan mereka mau.” tutur pejabat dusun.
Harmoni terjalin antara warga dan ‘anak asuh’, dengan penerapan aturan tidak boleh berisik di atas jam 12, menetapkan tempat-tempat berbeda untuk karaoke, makan, dan seks -serta pendidikan seks yang diselenggarakan bersama LSM yang bergerak di bidang tersebut. ‘Anak-anak asuh’ juga mendapatkan pelatihan usaha mandiri seperti membuat kerajinan tangan atau menjahit. Modalnya, berupa kain dan mesin jahit didapat dari pemerintah dan dinas sosial. Satu-dua dari mereka biasanya sukses membuka usaha sendiri berbekal ilmu dari pelatihan itu dan berhenti menjadi pekerja seks.
RDP berhasil mengubah pandangan tentang Sarkem dari ‘tempat yang kotor’ menjadi ‘tempat bertumbuhnya toleransi’, setidak-tidaknya bagi saya.
Tumblr media
Kedua, Plasticology karya Made ‘Bayak’ Muliana. Plasticology adalah project Made Bayak yang mencoba memberikan solusi atas masalah lingkungan, khususnya limbah plastik. Sampah plastik digunakan sebagai media melukis, menggantikan peran kanvas. Ada beberapa lukisan yang dipamerkan di FestSip serta dokumentasi kegiatan workshop Made Bayak di beberapa sekolah dan komunitas. Kalau tidak salah, di pembukaan pameran itu Made Bayak juga melukisi peta Bali dengan tulisan SOLD sampai penuh, dan melakukan hal yang sama pada peta Yogyakarta, dengan tulisan DIDOL (dijual). Ini juga adalah kritik atas dikuasainya dua destinasi wisata paling ramai di Indonesia itu oleh pihak-pihak yang lalu meminggirkan peranan warga lokal dalam menjaga wilayahnya sendiri.
Salah satu sukarelawan FestSip menjelaskan Plasticology sebagai project seni yang menjawab permasalahan lingkungan. Ia menawarkan dengan ramah, ‘mau dijelaskan sedikit tentang lukisan-lukisan ini Kak?’ Betapa menyenangkannya jika pameran-pameran selanjutnya, apa saja, dilengkapi dengan personel seperti di FestSip 2017. Penjelasannya singkat dan padat sehingga masih menyisakan rasa penasaran.
Beberapa hari setelah pembukaan FestSip 19 September 2017, ingatan saya kembali ke Plasticology. Saya pun menelusuri nama Made Bayak via Google. Dari beberapa sumber, saya mendapatkan informasi bahwa Made Bayak mulai tertarik untuk menggunakan plastik sebagai media berkaryanya sejak masih kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Project pertamanya yang menggunakan limbah plastik bertajuk ‘PLASTILITICUM’, terinspirasi dari pembagian periode zaman batu semacam megalitikum dan palaeolitikum. Saat itu karyanya belum spesifik lukisan, masih ada beberapa karya tiga dimensi.
Made Bayak yang juga dikenal sebagai aktivis lingkungan ini sempat menggelar beberapa pameran lukisan (kanvas) yang berisi kritik atas berbagai masalah sosial, politik, dan lingkungan di Bali. Hingga suatu saat ada pengunjung yang bertanya, “memangnya melukis seperti ini berpengaruh apa terhadap masalah yang terjadi? Tidak merubah apapun, bukan?”
Kritik itulah yang membuat Made Bayak berpikir kembali, bagaimana caranya ia mengkritik lewat seni tapi juga sekaligus menyediakan solusi. Plasticology lahir dari pemikiran tersebut. Di Bali, lebih dari 100.000 meter kubik sampah dibuang setiap harinya. Kardus dan besi masih diambil oleh pemulung untuk dijual kembali. Sedangkan plastik sepi peminat. Maka, oleh Made Bayak dijadikanlah plastik sebagai bahan dasar untuk melukis.
Selain mengikuti pameran-pameran di Bali hingga Eropa untuk Plasticology, Made Bayak juga mengadakan workshop gratis untuk sekolah dan komunitas. Peserta workshop akan diajari bagaimana caranya melukis di atas plastik. Harapannya, satu-dua peserta akan melanjutkan usahanya melestarikan lingkungan, tidak berhenti di workshop saja.
Saya kira FestSip berperan penting dalam meningkatkan kesadaran kita akan kejadian yang sesungguhnya dekat, namun tidak bisa tersentuh sebelumnya. FestSip juga mampu mengubah persepsi seseorang terhadap apa saja, khususnya arsip. Terakhir, sedikit banyak FestSip menumbuhkan semangat literasi lewat rasa penasaran yang ditimbulkannya melalui karya-karya dan arsip yang dipamerkan. Saya yakin, paling tidak satu dari sepuluh orang akan mencari tahu informasi lebih banyak atas sebuah karya yang ia lihat di FestSip. Semoga kelak akan lebih banyak festival dengan kemasan serupa yang bukan hanya menyenangkan tapi juga menumbuhkan semangat literasi secara diam-diam.
Chandra Wulan (Yogya, 2017)
4 notes · View notes
chandrawulan · 7 years
Text
Melihat Arsip dari Sudut Pandang Berbeda di Festival Arsip IVAA 2017
Tumblr media
Rak besi menjulang tinggi berisi map-map besar dengan label kategori tertentu yang usang dimakan waktu adalah bayangan saya, mungkin juga kamu, ketika mendengar kata ‘arsip’. Bayangan lain misalnya rak yang ada di ruangan paling belakang sebuah perpustakaan, nyaris tersentuh sama sekali. Atau manuskrip kuno yang telah menguning dan kini dibuka persis di tengahnya, namun ditutupi kaca seperti penutup maket kompleks gedung apartemen, sehingga kita hanya bisa menontonnya dari luar. Pendek kata, arsip selalu jauh dari kita, tidak mudah untuk dijangkau. Hakikatnya hanya ditonton saja dan dianggap sebagai sesuatu yang asalnya purba. Sekali lagi, jauh. Bahkan angkuh dan tidak akrab.
Segala persepsi suram itu segera hilang, buyar, seperti sego kucing yang karetnya lepas: ambyar –ketika saya menginjakkan kaki di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) 19 September 2017 lalu dalam acara Pembukaan Festival Arsip IVAA 2017. Sampai di sana pukul sembilan malam, sepertinya saya melewatkan beberapa pengisi acara yang seru, tapi mari kita lewati saja bagian seremonial bertajuk ‘Catatan Musik Indonesia Populer 1930-2016’ ini. Pembukaan acara di Indonesia ini formatnya sama saja: Ice Breaking oleh MC, hiburan oleh penyanyi dan/atau penari, MC lagi, sambutan beberapa orang yang berpengaruh (saat itu diisi oleh Lisistrata Lusandiana selaku Direktur Fest!sip 2017, Agung Kurniawan selaku Direktur IVAA, Perwakilan dari Prof. Faruk selaku Kepala PKKH UGM dan Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), pembukaan acara secara simbolis dengan gunting pita atau memukul gong, selesai.
Yang berbeda dengan pembukaan acara lainnya adalah saat MC meminta kami semua yang hadir di sana untuk bersama-sama mengabadikan momen tersebut menggunakan kamera handphone masing-masing. Seketika kami sadar bahwa itulah salah satu tindakan mengarsip, mendokumentasikan, menangkap detik peristiwa. Selain tentunya sebagai media promosi gratis karena dapat dipastikan para pengunjung akan langsung mengunggahnya di Intagram dengan menambahkan tagar #festivalarsip. Tanda acara ini tidak salah memilih MC juga. Pintar.
Saat itu sudah pukul sepuluh lebih ketika tiba-tiba ada pasukan Bregada yang hadir di tengah-tengah pengunjung Festival Arsip. Tugas mereka adalah memimpin kami untuk masuk ke ruang pamer yang ada di lantai satu dan dua PKKH. Meski sudah mengikuti linimasa Festival Arsip di Instagram, bayangan saya tentang event yang berhubungan dengan arsip tetap saja manuskrip-manuskrip kuno terlindung kaca, dijaga oleh sukarelawan yang dengan sabar dan canggung memperingatkan pengunjung untuk tidak menyentuhnya.
Kebiasaan berprasangka buruk itu buruk. Karena ketika ternyata prasangka tidak sesuai dengan kenyataan, kita jadi malu pada diri sendiri. Itu juga yang saya rasakan ketika melihat betapa berwarnanya PKKH lantai satu dan dua oleh Festival Arsip IVAA 2017 (selanjutnya akan disingkat menjadi FestSip saja). Ternyata arsip bukan lembaran-lembaran tua menguning penuh debu atau manuskrip kuno terlindung kaca. Koreksi saya jika salah, pikiran saya tentang arsip berubah dari yang ‘kuno’ tadi menjadi ‘dokumentasi peristiwa apa saja di masa lalu (bulan lalu, tahun lalu, kemarin, sesaat sebelum ini) terutama kejadian yang penting untuk diingat dan dapat dijadikan bahan refleksi di masa mendatang’.
Dokumentasinya pun bukan hanya dalam bentuk foto atau tulisan, tapi juga bisa berupa kaset, piringan hitam, barang-barang yang ngetren di masa lampau seperti misalnya sepatu sneakers, rautan berbentuk telepon genggam, apapun. Salah satu instalasi paling menarik dalam FestSip kali ini adalah sebuah sudut di lantai dua PKKH yang diatur dan disulap menjadi kamar anak 80 atau 90-an dengan amben dan kasur biasa, lemari lawas serta beberapa ornamen pemanis lainnya seperti radio (jika penasaran silakan buka saja akun Instagram @festivalarsip). Betapa berbedanya dengan kamar anak jaman sekarang alias kids jaman now, mana ada radio? Semuanya kini sudah tersedia dalam satu genggaman telepon pintar. Lihat kan, bagaimana melihat instalasi seperti ini dapat memicu seseorang untuk berpikir keadaan di masa lalu dan masa kini bahkan mungkin masa depan?
Tata visual yang apik juga menjadi kunci, bukan hanya dalam pameran arsip tetapi juga pada segala jenis pameran. Menariknya dalam FestSip, sudah tata visualnya nyaman dipandang, para sukarelawannya juga ramah dan jauh dari kesan ‘penjaga yang meminta pengunjung tidak menyentuh barang pajangan’. Sebaliknya, panitia telah merancang sedemikian rupa agar pengunjung tidak datang untuk menonton, melainkan untuk berbincang atau setidaknya menyentuh benda-benda arsip di sana. Misalnya pada salah satu dinding tertempel beberapa monitor dengan headphones di sampingnya. Pengunjung dipersilakan mendengarkan pidato atau ceramah dari orang-orang terkenal pada zamannya. Ingat instalasi kamar tidur lawas yang telah disebutkan di atas tadi? Pengunjung juga boleh duduk dan mengetes keempukan kasurnya.
Ada juga film dokumenter tentang kehidupan harmonis dan penuh toleransi warga asli Sosrowijayan di daerah Pasar Kembang (Sarkem) dengan pekerja seks yang disebut sebagai ‘anak asuh’ di sana. Pengunjung dapat menonton filmnya dengan duduk di sofa hitam yang telah disediakan panitia. Selain itu, arsip yang juga cukup menyita perhatian adalah lukisan yang menggunakan plastik sebagai medianya, menggantikan kanvas. Kedua arsip ini saya tuliskan di bagian terpisah dari artikel ini.
Rangkaian acara FestSip bukan hanya terdiri dari pameran. Seminar internasional, diskusi hingga project-project unik lainnya menunggumu di PKKH UGM sampai 1 Oktober 2017. Festival yang bertajuk Kuasa Ingatan ini saya kira sangat berhasil menarik perhatian masyarakat, dilihat dari animo massa saat pembukaan.
Membaca arsip sesungguhnya bukan kegiatan membaca biasa. Membaca arsip adalah membuka sejarah, meneliti fakta dan memroses apa saja yang kemudian dapat dijadikan bahan refleksi untuk masa depan. Menariknya dalam FestSip, kegiatan ‘membaca arsip’ ini tersamarkan oleh rupa-rupa arsip yang warna-warni dan berbentuk karya seni yang beragam, dari dua dimensi sampai tiga dimensi. Dalam tingkatan yang lebih jauh, FestSip juga mengubah cara pandang saya terhadap pekerja kearsipan. Pekerjaan mengarsip bukan pekerjaan mudah dan butuh waktu banyak serta kesabaran ekstra.
Salut untuk panitia. Semoga tahun depan dapat diadakan lagi dengan konsep yang lebih kreatif. Salam literasi.
Chandra Wulan (Yogya, 2017)
2 notes · View notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
📢📢📢 pengumuman! Festival Arsip IVAA mencari pemagang di bidang Dokumentasi, Desain, dan Pembuatan Video Pendek. Info lengkap bisa buka: http://ivaa-online.org/2017/04/26/program-magang/ Silahkan mendaftar 😊 #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #program #magang @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 8 years
Photo
Tumblr media
DIBUKA!! Pendaftaran Lokakarya Penulisan dan Pengarsipan Seni Rupa. . Lokakarya Pengarsipan dan Penulisan Seni Rupa merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Arsip (FestSip) IVAA yang berlangsung tahun 2017. Dalam lokakarya ini, peserta terpilih akan dibekali dengan materi-materi terkait pengarsipan seni rupa (praktik dan wacana tentangnya), sejarah seni rupa Indonesia, teknik penulisan, serta pendampingan dalam proses penelitian dan penulisan berbasis arsip seni rupa. Kelak, peserta yang telah mengikuti seluruh rangkaian lokakarya akan dijadikan kolaborator/pendamping seniman partisipan pameran FestSip IVAA. Untuk jangka panjang, peserta lokakarya ini diharapkan bisa menjadi individu-individu baru dalam praktik pengarsipan dan penulisan seni rupa serta menjadi bagian dari dinamika seni budaya Indonesia. Syarat dan Ketentuan : http://bit.ly/2mak4U2. . More Info : Twitter @FestivalARSIP Instagram @FestivalARSIP Facebook @FestivalARSIP . Narahubung: Sita (0822 2013 0610) [email protected] . #FestivalArsip2017 #FestivalArsip #ProgramIVAA #IVAA @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 8 years
Photo
Tumblr media
📢📢DIBUKA!! Pendaftaran Lokakarya Penulisan dan Pengarsipan Seni Rupa Merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Festival Arsip IVAA 2017. Peserta terpilih akan berkesempatan untuk menjadi kolaborator/pendamping seniman partisipan pameran Festival Arsip IVAA 2017. Syarat dan Ketentuan : http://bit.ly/2mak4U2. More Info : Twitter @FestivalARSIP Instagram @FestivalARSIP Facebook @FestivalARSIP Narahubung: Sita (0822 2013 0610) [email protected] #FestivalArsip
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
Selamat sore!! Seluruh tim Festival Arsip 2017 mengucapkan terima kasih atas partisipasi 250 pendaftar volunteer. 🙏😊 Dan hasil seleksi peserta sudah bisa dilihat di: •••••• http://bit.ly/pesertavolunteerfestsip •••••• . Komik oleh: Nanda Putri #volunteer #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
Menuju Fest!Sip kami mengundang kawan-kawan untuk hadir di: PELUNCURAN DAN BEDAH BUKU "JEJAK" ••• Jumat, 11 Agustus 2017 Jam 13.00 wib Di rumahIVAA •• Buku "JEJAK: Seni dan Pernak-Pernik Dunia Nyata" merupakan kumpulan tulisan peserta Lokakarya Penulisan dan Pengarsipan Seni Rupa yang berlangsung Mei-Juni 2017 dan menghasilkan tulisan dengan beragam tema. Mulai dari seni rupa, seni kinetik, residensi, sensor film, persoalan display di museum hingga dilema irisan subyek-obyek seni. Fairuzul Mumtaz Dan Sita Magfira akan memberikan ulasan dan kesan mengenai buku ini sebagai pemantik diskusi • Info lengkap klik >>> http://bit.ly/launchingbuku_lokakarya <<< • Poster oleh : Evan Sapentri, peserta Lokakarya . #lokakarya #launching #book #bedahbuku #peluncuranbuku #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
"Fest!Sip Here I Come", edisi volunteer Fest!Sip 3/3 komik: Nanda Putri cerita: Sukma Smitha . Tanggal 30 Juni 2017 pendaftaran volunteer Fest!Sip akan ditutup. Untuk teman-teman yang ingin terlibat, silahkan klik... . http://bit.ly/volunteerfestsip . #comics #roadto #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip
0 notes
posterseni · 7 years
Photo
Tumblr media
📢📢 DIBUKA!! Kesempatan untuk bergabung dan berproses bersama dalam penyelenggaraan Festival Arsip 'Kuasa Ingatan' IVAA 2017, untuk terlibat sebagai volunteer. Simak syarat dan ketentuan selengkapnya melalui tautan http://bit.ly/volunteerfestsip . Poster oleh: Anggoro Anwar, pemagang Festival Arsip . #opencallvolunteer #festivalARSIP #kuasaingatan #IVAA . #Jogja #Festival #Arsip #ArsipSeni #SeniBudaya #pameran #PameranArsip #MenghidupkanArsip #skenaSeni #dokumentasi #kegiatan #dokumentasiKegiatan #arsipnusantara #internationalevent #arsipnasional #belajarsejarah #sejarahsenirupa #roadtoFestivalArsip #menujuFestivalArsip @RepostIt_app
0 notes