#junie b jones propaganda
Explore tagged Tumblr posts
Text
round 1 poll 23: Junie B. Jones vs Irene, Queen of Attolia from the Queen's Thief series

Propaganda under the cut
Junie B. Jones:
She's a total icon for weird little girls everywhere. She has a peep in her pocket. She's a party animal. She's a beauty shop guy. She's captain field day. She only likes B and that's all. She's everything.
Irene:
(It is impossible to avoid spoilers when it comes to this series, take care.) A beautiful and ruthless queen, forced to claim her power in defiance of--and fighting desperately to hold that power in fresh onslaught of-- the men who sought/seek to use and control her. When she reluctantly agrees to marry the most unlikely man imaginable, who nevertheless loves her, she is astonished to find that there is strength in love and tenderness which augments, and does not steal from, her power.
122 notes
·
View notes
Text
DWIKORA & G 30 S
Timbulnya krisis terhadap Malaysia disaat pembebasan Irian Barat belum selesai, membuat Indonesia kesulitan untuk melaksanakan suatu politik bebas aktif dengan daftar lawannya yang semakin panjang yang secara otomatis semakin mendekatkan indonesia ke Blok Komunis, suatu momentum yang direspon dengan sangat baik oleh PKI dan RRT demi memonopoli dukungan politik. Pasca dideklarasikannya Malaysia pada tanggal 16 September 1963 dan terjadinya demonstrasi anti-Sukarno di Kuala Lumpur maka terjadilah serangan balasan di Jakarta dengan penyerbuan dan pembakaran kedutaan besar Inggris di Jakarta, pada waktu penyerbuan dan pembakaran ini ditemukan berbagai dokumen rahasia, yang terkenal adalah dokumen surat Duta Besar Inggris untuk Indonesia Gilchrist, menurut kabar, surat ini menyebutkan bahwa ada sekelompok militer (our local army friends) yang menentang Presiden Sukarno. Hal ini sempat ramai di perbincangkan oleh elit-elit politik Indonesia pada akhir tahun 1963 dengan istilah Dokumen Gilchrist dengan topik pembahasan “siapa yang mengkhianati Sukarno?” Sejak ditemukannya Document Gilchrist, PKI kemudian memanfaatkannya sebagai propaganda untuk menyerang TNI-AD bahwa sekelompok perwira tinggi TNI-AD yang tergabung dalam Dewan Jenderal akan melancarkan suatu perebutan kekuasaan dan akan membinasakan kekuatan progresif revolusioner. Guna melemahkan TNI, D.N. Aidit mengusulkan untuk penerimaan angkatan didasarkan pada asas NASAKOM, di dalam logika Aidit, NASAKOM adalah potongan roti yang harus di bagi-bagi secara rata, atas dasar itu Aidit mengusulkan afiliasi kader PKI ke dalam tubuh TNI. Namun keinginan Aidit tersebut di tolak oleh Sukarno, karna akan membahayakan balance politik yang sedang dipertahankan Sukarno. Menurut Sukarno NASAKOM bukanlah alasan untuk pembagian kekuasaan secara langsung, NASAKOM menurut Sukarno adalah kenyataan-kenyataan hidup yang tak dapat dibantah, living realistis didalam masyarakat Indonesia. Didalam pidatonya Sukarno mengatakan: Di beberapa kalangan ada yang salah pengertian mengenai NAS-A-KOM. Dikatakan oleh mereka itu, bahwa Nasakom berarti diberikannya tempat mutlak dalam segala hal kegiatan politik hanya kepada tiga partai saja. Dus Nasakom hanya berarti PNI, NU, dan PKI saja, itu salah!.
Kegagalan Aidit untuk memasukkan biro khusus ke tubuh TNI membuat Aidit mencari cara lain agar PKI mempunyai akses untuk memperoleh senjata. Akhirnya Aidit meminta bantuan kepada RRT untuk mendukungnya mebentuk angkatan ke-5 (buruh-tani), usul itupun diterima oleh RRT, namun RRT hanya menginginkan pembentukan angkatan ke-5 didasari oleh persetujuan dari pemerintah Indonesia secara resmi. Di luar negeri tekanan untuk menyudutkan Indonesia semkain gencar disuarakan hal tersebut mulai terjadi pasca usulan-usulan Norwegia kepada PBB untuk mengecam tindakan Indonesia yang dikenal dengan Norwegian Resolution, meskipun diveto oleh Soviet tetapi hal tersebut berhasil menjatuhkan wajah Indonesia di mata negara-negara Non-Blok. Inggris yang mulai geram akhirnya menurunkan angkatan perangnya yakni Royal Commando Marine. Maka dari itu pada 21 Januari 1965 Indonesia meminta bantuan militer kepada RRT. Melalui keterangan pers-nya Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio menyatakan bahwa: Indonesia akan meminta bantuan militer dari RRT jika diserang oleh imperialis Inggris dalam rangka perjuangan menentang setiap bentuk penajajahan dan penindasan yang kini sedang dicoba keras dilakukan oleh kaum imperialis untuk menghancurkan revolusi Indonesia.
Akhrinya RRT bersedia menyumbangkan sejumlah senjata, dan bersedia membangunkan angkatan ke-5 untuk menandingi ABRI dengan empat angkatannya, Sukarno awalnya sangat setuju atas tawaran tersebut karena sangat membantu jalan revolusinya dalam berkonfrontasi dengan Malaysia, namun ia menginginkan hal tersebut juga mendapatkan persetujuan dari para pimpinan TNI atas dasar balance politic yang sedang terjadi dipemerintahan. Demi kepentingan ini, Laksamana Omar Dhani, sebagai pimpinan KOLAGA, didekati oleh D.N.Aidit dan kawan-kawannya. Berita akan dibentuknya Angakatan ke-5 pun santer di bicarakan dalam surat-suarat kabar. Menanggapi hal tersebut Menpangau Laksamana Omar Dani dalam percakapannya dengan wartawan pada 4 Juni 1965, mengatakan; Bagaimana penyusunan organisasi rakyat di persenjatai dan implementasinya, hal itu sekarang diserahkan kepada para panglima ABRI untuk memikirkannya. Dalam tanggung jawab keamanan dan pertahanan negara ABRI mengharapkan peran serta rakyat yang militan dan kompak.
Meskipun ia tidak secara langsung menyebutkan bahwa ia setuju dengan dibentuknya angkatan ke-5, namun masyarakat yang mendengar berita tersebut menganggap bahwa Omar Dani menyetujui dibentuknya Angkatan ke-5, padahal jelas dikatakan olehnya terkait hal tersebut “diserahkan kepada para panglima TNI untuk memikirkannya”. Tawaran RRT yang dipelopori PKI tersebut mendapat penolakan oleh Jenderal A.H. Nasution yang mengatkan “akan mempersenjatai seluruh bangsa bilamana perlu dan hanya dalam keadaan negara yang amat krisis membahayakan”. dan KSAD Jenderal Ahmad Yani di dua lokasi yang berbeda, juga menyatakan;“Angkatan kelima dan komisaris-komisaris politik sama sekali tidak diperlukan dalam lingkungan kemiliteran dan pertahan Indonesia”. Kekhawatiran AS dengan sikap Sukarno yang sangat dekat dengan RRT dan sikap keras Indonesia untuk menolak mengakhiri konfrontasi sebelum ada referendum di Kalimantan Utara, yang pastinya tidak di setujui oleh Inggris dan Malaysia, membuat AS akhirnya bertindak secara lebih serius, dengan cara berusaha menggoyang pemerintahan Sukarno dengan harapan keadaan akan lebih membaik. Rencana tersebut mulai terdengar, ketika Sekretaris Gedung Putih Harriman menytakan; “AS tidak memiliki pilihan lain selain mempertahankan relasi dengan Sukarno, meskipun beberapa kawan kami ingin mencoba menggulingkannya”. Salah satu langkah untuk menggembosi pemerintahan Sukarno-pun dilakukan dengan membuka komunikasi dengan TNI tanpa sepengetahuan Sukarno. Namun para pemimpin militer masih belum mau memaksakan penyelesaian dengan cara pertikaian dengan Sukarno, karena mereka takut terpecah atau terjadi perang saudara, mengingat masih banyaknya tentara yang loyal kepadanya. Menurut Dubes AS untuk Indonesia Howard P Jones, Nasution selalu menghindari percakapan terkait pengambilan kekuasaan oleh militer, walau mendapat dukungan AS. Saat bertemu dengan ketua umum PWI A. Karim D.P. di Paris, Francis, D.N. Aidit mengatakan bahwa kudeta Kolonel Boumediene di Aljazair adalah benar dan progresif. Jika kudeta didukung sedikitnya 30 persen rakyat, kudeta tersebut bisa bermutasi menjadi revolusi. Satu bulan lebih setelah hari ulang tahun Presiden Sukarno yang ke 64, Sukarno mengeluarkan wejangan yang disebut “Lima Azimat Revolusi” yang harus diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia yaitu: (1) Nasakom, (2) Pancasila, (3) Manipol/USDEK, (4) Trisakti & Vivere Pericoloso, (5) Berdikari. Istilah wedjangan bagi masyarakat Jawa adalah berarti; nasehat; diberi petunjuk; petuah, pesan, ajaran, yang biasanya di berikan seseorang ketika seseorang tersebut akan pergi atau hilang atau meninggal. Kedekatan Indonesia-RRT dan keadaan diperbatasan Indonesia-Malaysia yang semakin memanas, semakin mengkhawatirkan AS terkait pembendungan komunis di Asia Tenggara, tidak ada pilihan lain bagi AS untuk memulai sikap tegasnya, caranya, melalui kerjasama Kementerian Luar Negeri AS dan CIA yakni strategi low posture policy atau kebijakan merunduk, namun dengan tetap mempertahankan adanya kontak-kontak dengan Sukarno melalui Dubes Jones. Berikut strategi AS yang di sebut low posture policy: a. penggunaan propaganda rahasia untuk membangun citra PKI sebagai musuh yang semakin ambisius dan berbahaya bagi Sukarno dan nasionalisme yah sah. b. CIA akan mendorong langkah untuk mengidentifikasi dan mengawasi elemen-elemen anti rezim dan calon-calon pemimpin pasca Sukarno. Dalam pidato kemerdekaan 17 Agustus 1965 Sukarno menyatakan; bahwa telah ditemukan dokumen yang mengungkapkan adanya suatu komplotan di dalam negeri yang bekerjasama dengan CIA dan Neokolim Inggris-AS untuk merobohkan pemerintahannya. Di waktu yang lain, tepatnya tanggal 28 Mei 1965 Sukarno mengatakan; Adanya dokumen rahasia kaum imperialis yang jatuh ketangan kita, menurut dokumen itu kaum imperialis merencanakan untuk membunuh Presiden Sukarno, Waperdam I Dr. Subandrio, Menpangad Letjen A. Yani sebelum konferensi Asia Afrika ke II dimulai, jika serangan itu gagal maka akan dilakukan limited attack yang akan mendapat bantuan dari kawan-kawan mereka di Indonesia, jika rencana itu gagal maka dipakai cara lain yakni dengan membuka rahasia Presiden Sukarno, Subandrio, dan A. Yani, terutama rahasia-rahasia pribadinya.
Tanggal 14 September 1965 dalam rapat raksasa SOBSI D.N. Aidit sempat menyinggung Sukarno karena beberapa kebijakannya pada pertengahan 1965 yang dianggap membahayakan kepentingan PKI, Aidit menyatakan “bahwa seorang pemimpin revolusi yang merasa akan dirugikan oleh revolusi bukanlah seorang pemimpin sejati bagi kelas buruh”. Pada 21 September 1965 giliran Menlu dan Kepala Badan Pusat Intelejen (Sekarang BIN) Subandrio yang menyinyir TNI, dalam pidatonya ia berkata, “revolusi Indonesia telah melahirkan banyak sekali pahlawan, tetapi banyak dari pahlawan itu sekarang telah berubah menjadi pengkhianat-pengkhianat negara yang bagaimanapun juga tidak mampu menghadapi tantangan zaman”. Pada 23 September 1965 Partai Murba dibubarkan karena dianggap kontra revolusi, dan atas tuduhan lain yang dikeluarkan PKI bahwa partai Murba telah menjadi sebversi CIA berkaian dengan di bubarkannya Barisan Pendukung Sukarno (BPS) yang memiliki keterkaitan dengan Partai Murba. Sebelumnya Chairul Saleh mengatakan bahwa ia telah menemukan “Dokumen PKI” yang menerangkan bahwa “PKI mau merebut pemerintahan dari tangan borjuasi nasional”, selain itu surat kabar milik Partai tersebut yakni Berita Indonesia juga ikut dibubarkan, karena menyuarakan pendirian Chaerul Saleh saat berselisih paham dengan D.N. Aidit yang disuarakan melalui surat kabar Harian Rakjat. Setelah di bubarkan Surat kabar Berita Indonesia di ambil alih oleh TNI-AD dengan nama Berita Yudha dan dijadikan satu-satunya surat kabar yang berani menentang PKI di bawah perlindungan dan kendali dari TNI-AD. Pada awal bulan Agustus terjadi suatu kejadian yang menggemparkan dengan telah digagalkannya penyelundupan senjata api di pantai Mauk, Pangandaran, Tegal, dan Pacitan. Di temukannya sejumlah senjata api ilegal sebanyak 37.000 pucuk. Yang didaratkan di jawa barat langsung di sergap oleh anak buah Mayjen Umar Wirahadikusuma dan Mayjen Ibrahim Adjie, sedangkan yang didaratkan di Jawa Tengah sudah diketahui lokasinya tetapi belum disergap oleh tentara, karena tentara masih menunggu kemungkianan pelurunya akan datang. Senjata senjata itu mempunyai laras yang dapat diganti-ganti dan dicocokan untuk peluru Rusia, RRT, dan AS, yang serupa dengan yang dipunyai Vietcong di Vietnam Selatan. Asal penggelapan senapan-senapan ilegal itu ialah pelabuhan Macau dan menurut Informasi penyelundup senjata-senjata adalah seorang pejabat negara yang berkerja untuk RRT. Dalam Kongres Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang dibuka tanggal 29 September 1965 dengan dihadiri kira-kira 5000 mahasiswa komunis yang menuntut supaya Himpunan Mahasiswa Islam (selanjutnya disebut: HMI) dibubarkan, sebab HMI di mata mereka sama dengan “DI”-nya Perguruan Tinggi. Dalam Kongres itu hadir pula presiden Sukarno beserta beberapa jajarannya, kepada Sukarno mahasiswa CGMI meminta agar presiden mengeluarkan peraturan untuk membubarkan HMI, namun permintaan itu di tolak. Dikesempatan lain Sukarno berpidato di hadapan mahasiswa HMI, dan mengatakan; “HMI jangan sampai membiarkan dirinya menjadi sarang kontra-revolusi dan jiwa kekolotan”. Penolakan Sukarno terkait tuntutan CGMI untuk membubarkan HMI dijadikan alasan PKI untuk menyecar pemerintah terutama Sukarno. D.N. Aidit mengatakan kepada mahasiswa CGMI “kalau pemerintah tidak mau membubarkan HMI, lebih baik kalian bubarkan sendiri saja”, dan masih dalam pidatonya tersebut Aidit juga mengatakan; “adanya pemimpin palsu, makan uang rakyat, dan banyak istrinya”. Pada saat yang sama Aidit juga melontarkan serangannya kepada TNI AD, ia mengtakan bahwa; Pada waktu-waktu yang lalu ada orang-orang revolusioner tetapi sekarang telah menjadi kontra-revolusioner, sekarang ini beberapa orang Jenderal yang dulunya setia telah menjadi pelindung unsur-unsur kontra-revolusioner, mereka itu semua harus dihancurkan.
Pada 30 September 1965 beberapa jam sebelum tragedi G 30 S Anwar Sanusi dari PKI dalam sambutannya pada penutupan Latihan Sukarelawan Tempur BNI mengatakan; Kita sekarang berada dalam situasi di mana Ibu Pertiwi sedang dalam keadaan hamil tua, sang paraji, sang bidan sudah siap dengan segala alat yang diperlukan untuk menyelamatkan kelahiran sang bayi yang lama dinanti-nanti itu. Sang bayi yang akan lahir dari kandungan Ibu pertiwi itu adalah suatu kekuasaan politik yang sudah ditentukan dalam manipol, yaitu kekuasaan gotong-royong yang berporoskan NASAKOM, bersoko-guru buruh dan tani.
Menurut Ahmad Mansur Suryanegara terkait keberanian Aidit dan Subandrio dalam mengkritik secara pedas pemerintah khususnya Presiden Sukarno dan TNI, di sebabkan karena pidato-pidato tersebut keluar saat 10 hari lagi menjelang tragedi G 30 S, PKI merasa kudetanya yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung pasti berhasil menggulingkan Kabinet Dwikora yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dan akan digantikan dengan Dewan Revolusi, sekaligus melumpuhkan Dewan Jenderal. Sedangkan menurut Rosihan Anwar; “terkait tragedi G 30 S, kedudukan PKI sebenarnya sudah begitu baik dan kuat berkat bantuan Sukarno, sehingga PKI sebetulnya tidak ada perlu-perlunya menempuh jalan kekerasan untuk sampai kepuncak kekuasaan negara”. Apapun yang sebenarnya terjadi, sebagai seorang terpelajar kita harus melihat suatu permasalahan secara objektif, memang masih banyak pertanyaan-pertanyaan terkait proses yang terjadi sebelum G 30 S meletus, siapak yang di maksud Sanusi sebagai putra yang lahir dari rahim ibu pertiwi? Apakah dengan digagalkannya penyelundupan 37.000 pucuk senjata di Jawa memiliki keterkaitan dengan gagalnya kudeta G 30 S, jika memang itu dilakukan oleh PKI.
0 notes
Text
Round 3 poll 6: Amelia Bedelia vs Junie B. Jones


Propaganda:
Amelia Bedelia:
The whole series is about her taking figures of speech literally. Relatable because she shows the English language is confusing as fu-
she's very silly, and her books were among my favorites as a kid. her whole deal is that she takes metaphors very literally, which results in lots of shenanigans when someone asks her to do something. i still think about her "dusting the furniture" (covering it with dust) and "drawing the drapes" (drawing a picture of them on a piece of paper) when i clean anything.
queen of literal interpretation!
She's just a silly goofy type
absent-minded/processing issues queen
Well meaning and kind hearted but bumbling maid who’s made generations of kids laugh with her literalist antics
Junie B. Jones:
She's a total icon for weird little girls everywhere. She has a peep in her pocket. She's a party animal. She's a beauty shop guy. She's captain field day. She only likes B and that's all. She's everything.
52 notes
·
View notes
Text
Anti-Propaganda is not allowed. Please only give reasons to vote for something and not give reasons to vote against something.
5 notes
·
View notes
Text
SEMIFINAL poll 2: the titular Junie B. Jones vs Violet Baudelaire from A Series of Unfortunate Events


propaganda:
Junie B. Jones:
She's a total icon for weird little girls everywhere. She has a peep in her pocket. She's a party animal. She's a beauty shop guy. She's captain field day. She only likes B and that's all. She's everything.
33 notes
·
View notes
Text
Round 4 poll 3: Madeline vs Junie B. Jones


Propaganda:
Madeline:
Her entire original book is about how iconic she is. The smallest in her school or orphanage or whatever it’s supposed to be. Laughs at lions. Causes trouble all across Paris. Gets an appendicitis and has a swell old time.
She is an absolute icon for rambunctious little girls and I love her. she's literally why I can read.
Junie B. Jones:
She's a total icon for weird little girls everywhere. She has a peep in her pocket. She's a party animal. She's a beauty shop guy. She's captain field day. She only likes B and that's all. She's everything.
22 notes
·
View notes