#impianku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tips Memilih Daycare yang Islami untuk Anak
Memilih daycare yang tepat untuk anak merupakan keputusan penting bagi setiap orang tua. Di kota Malang, dengan semakin banyaknya pilihan daycare, menemukan daycare yang sesuai dengan nilai-nilai Islami bisa menjadi tantangan tersendiri. Berikut beberapa tips untuk membantu Anda memilih daycare Islami yang ideal untuk anak Anda, dengan fokus pada kualitas yang ditawarkan oleh Quranic Daycare Impianku.
1. Cari Daycare dengan Kurikulum Islami
Langkah pertama dalam memilih daycare Islami adalah memastikan bahwa mereka memiliki kurikulum yang berbasis ajaran Islam. Daycare yang baik akan mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai agama sejak dini. Quranic Daycare Impianku, misalnya, menawarkan kurikulum yang terintegrasi dengan pendidikan Al-Quran dan hadis, serta memperkenalkan anak-anak pada doa-doa harian dan kisah-kisah Nabi.
2. Periksa Fasilitas dan Lingkungan
Lingkungan yang aman dan nyaman sangat penting untuk perkembangan anak. Pastikan daycare memiliki fasilitas yang bersih, aman, dan ramah anak. Quranic Daycare Impianku menempatkan prioritas tinggi pada kebersihan dan keamanan, dengan ruang bermain yang luas, kelas yang teratur, dan fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak.
3. Tinjau Kualifikasi dan Pengalaman Staf
Staf yang berpengalaman dan berpendidikan sangat penting dalam memastikan anak mendapatkan perawatan dan pendidikan yang berkualitas. Daycare Islami harus memiliki guru dan pengasuh yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki pengetahuan dan komitmen terhadap ajaran Islam. Di Quranic Daycare Impianku, stafnya terdiri dari para pendidik yang terlatih dan memiliki pengalaman dalam pendidikan anak usia dini serta pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Islami.
4. Program Harian yang Terstruktur
Daycare yang baik harus memiliki jadwal harian yang terstruktur, mencakup waktu untuk belajar, bermain, dan beristirahat. Ini membantu anak-anak memahami rutinitas dan disiplin. Quranic Daycare Impianku menyediakan program harian yang seimbang, termasuk kegiatan belajar Al-Quran, waktu bermain kreatif, dan sesi istirahat yang cukup untuk anak-anak.
5. Komunikasi yang Baik dengan Orang Tua
Transparansi dan komunikasi yang baik antara daycare dan orang tua sangat penting. Pastikan daycare memberikan laporan rutin tentang perkembangan anak dan terbuka untuk berkomunikasi dengan orang tua. Quranic Daycare Impianku memiliki sistem komunikasi yang efektif, termasuk laporan harian dan pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas perkembangan anak.
6. Nilai dan Etika Islami dalam Kegiatan Sehari-hari
Pilih daycare yang menerapkan nilai-nilai dan etika Islami dalam setiap aspek kegiatan mereka. Ini termasuk cara mereka menangani konflik, cara mereka mengajarkan disiplin, dan cara mereka berinteraksi dengan anak-anak. Quranic Daycare Impianku menekankan pentingnya adab dan akhlak dalam setiap kegiatan, memastikan anak-anak tumbuh dengan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai Islami.
7. Rekomendasi dan Ulasan dari Orang Tua Lain
Mendapatkan rekomendasi dari orang tua lain bisa sangat membantu dalam memilih daycare yang tepat. Cari ulasan online atau tanyakan pada teman dan keluarga yang mungkin memiliki pengalaman dengan daycare yang Anda pertimbangkan. Quranic Daycare Impianku mendapatkan banyak ulasan positif dari orang tua yang puas dengan layanan dan pendidikan yang diberikan.
Memilih daycare Islami di kota Malang memerlukan penelitian dan pertimbangan yang matang. Dengan mengikuti tips di atas, Anda dapat memastikan bahwa anak Anda mendapatkan pendidikan dan perawatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islami. Quranic Daycare Impianku merupakan salah satu pilihan yang patut dipertimbangkan, dengan kurikulum Islami yang kuat, fasilitas yang aman, staf yang berpengalaman, dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam. Dengan memilih Quranic Daycare Impianku, Anda dapat merasa tenang mengetahui bahwa anak Anda berada di tangan yang tepat, tumbuh dan belajar dalam lingkungan yang Islami.
#daycare di kota malang#daycare di malang#day care di malang#daycare terdekat#daycare islami#penitipan anak di kota malang#penitipan anak islami di kota malang#quranic day care impianku#quranic daycare impianku#daycare tk impianku#tk impianku malang#daycare dan paud#tips memilih daycare
0 notes
Text
Malam ni, aku singkatkan doa yang selalu aku langitkan, bukan lagi dengan “Ya Allah, aku nak ini dan begini, itu dan begitu” tapi “aku serahkan semua sesuai dengan pilihan dan keinginanMu untukku, moga jalan cerita hidupku ini berlandaskan redhanya Engkau, padaku.
Doaku, moga setiap apa yang Kau izinkan untuk terjadi, mengajarkan aku untuk lebih menerima dengan hati yang lapang dan baik sangka.
Sungguh, Aku tak kuat Ya Allah, tapi kerana “hasbunallah wani’mal wakeel” dan “ wa ufawwidu amri ilallah” aku teruskan jua.
Kau lebih tahu akan esakkan pada rangkaian doa ku yang terakhir tadi, dan aku percaya impian aku adalah sebahagian hadiah dariMu. Kerana tak semua impianku baik untukku, tapi setiap hadiah dariMu itu, tak ternilai baiknya Engkau, padaku.
139 notes
·
View notes
Text
Pict by Pinterest.
Riuh gemuruh suara roda kereta yang beradu dengan relnya menyatu dengan gaduhnya suasana dalam gerbong lokomotif yang aku tumpangi.
Aku akan pergi ke kotamu, sekali lagi.
Namun tentu saja dengan perasaan yang berbeda kali ini.
Hari ini, aku pergi dengan membawa segenggam keikhlasan dan kerelaan yang sedang aku usahakan; untuk melupakanmu.
Kotamu, kota yang sedang aku tuju. Kota yang sudah menjadi impianku sejak dulu, kota yang pernah kuukirkan sebait cerita untuk beberapa waktu.
Aku akan pergi, sekali lagi.
Meski nyatanya kita sudah tidak akan lagi bersua, bahkan sekedar untuk bertegur sapa, aku akan tetap mengunjunginya sesekali.
Tuan,
Semoga kedatanganku kali ini tidak menyisakan sesak yang sangat di dalam hati seperti tempo hari.
Semoga aku semakin terbiasa dengan keadaan kota yang tidak ada kita di dalamnya, ya.
71 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Pilihanku dan Hal-Hal yang Kuhadapi Kemudian
"Apakah tidak ada pilihan lain?" Itu adalah pertanyaanku lima tahun lalu, saat usiaku masih dua puluh tiga. Saat aku merasa hidup seharusnya berjalan seperti film-film yang kusaksikan. Sekolah, lulus, diterima kerja, gaji besar, bisa beli ini itu, tinggal di kota besar, bisa menikmati masa remaja sebelum menikah. Tapi hal yang kuhadapi ternyata seperti hamparan ketakutan dan kekhawatiran yang tak terlihat ujungnya. Aku takut pada masa depanku sendiri.
Apalagi saat dihadapkan pada kenyataan bahwa aku tak diterima kerja di tempat-tempat yang kuinginkan selepas kuliah. Dan saat ada kesempatan datang, kesempatan itu melemparkanku dari impian-impianku kemarin. Tapi kalau aku tak mengambilnya, aku lebih takut masa depanku yang tak menjadi apa-apa.
Dan kini aku menjalaninya. Hidup di tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia, gemerlap lampu, dan juga obrolan-obrolan berkualitas yang pernah kumiliki dulu. Teman-teman seru yang berganti bapak-bapak dan ibu-ibu yang seusia orang tuaku. Aku sempat merasa tersesat, tapi ternyata aku menjalani kesesatan itu selama lima tahun ini dan bertahan.
Aku masih tak mendapatkan jawaban. Selain rasa terasing dan iri dengan teman-temanku yang hidup dengan impian-impiannya, kita pernah sama-sama makan di pinggir jalan saat itu, membicarakan tentang hari-hari esok dan rencana besarnya, juga saat kita jatuh cinta dan patah hati. Kita pernah sama-sama di fase itu, kenapa aku terlempar sejauh ini dari mimpi itu. Kenapa mereka bisa seberani itu dengan ketidakpastiaan masa depan.
Bahkan saat mereka akhirnya menikah satu per satu, kulihat mimpi mereka semakin besar. Lebih besar daripada yang pernah pernah kita bicarakan di jam satu malam, di salah satu tempat makan gudeg pinggir jalanan. Atau saat kita di perjalanan, berdesak-desakan mengarungi berbagai tempat. Saat dulu kita pernah sama-sama kebingungan.
Pilihanku ini mungkin tidak pernah ada dalam bayangkanku sebelumnya sehingga aku tak bersiap dengan semua kemungkinan yang menyertainya. Atau aku yang terlalu takut dengan masa depanku sendiri, aku takut mewujudkan mimpiku sendiri, aku merasa tak layak memiliki mimpi itu, aku merasa tak pantas hidup dengan mimpi itu.
Aku masih bertanya-tanya kenapa aku masih terus menjalani pilihan ini. Hal-hal yang setiap hari aku pertanyakan. Sesuatu yang setiap hari aku harus bersepakat, hari ini jangan ada keluhan.
Aku ingin sekali mengulang beberapa waktu penting di masa lalu, untuk merasakan kembali kebahagiaan memiliki mimpi yang besar. Jiwa yang terisi setiap hari, bertemu dengan orang-orang yang binar matanya penuh dengan keyakinan sekalipun tak tahu apa yang akan mereka hadapi. Aku rindu masa-masa delapan tahun yang lalu. Bolehkah aku sejenak kembali ke masa itu? Bukan untuk menciptakan penyesalan, tapi aku tahu itu masa-masa yang berharga di hidupku. Di sertai oleh mereka yang setiap kali bertemu, aku tahu mereka akan sampai ke tujuannya. Aku ingin sekali memiliki keberanian itu di tahun ini. (c)kurniawangunadi, 2023
189 notes
·
View notes
Text
Melepas satu-satu
Waktu SMP, aku dan tiga orang temanku yang lain diberi kesempatan dari sekolah untuk ikut test ujian masuk salah satu SMA favorit yang ada di kotaku, milik pak Habibie. Mengapa di antara ratusan siswa cuman kami berempat yang diberikan kesempatan? Selain karena kuotanya terbatas, kami berempat merupakan siswa-siswi terpintar di sekolah kami. Tiga temanku yang lain langganan juara olimpiade, sedangkan aku sendiri dari kelas satu menjadi pemegang juara 1 umum berturut-turut.
Lalu kenapa gak jadi lanjut?
Biaya.
Meskipun dapat beasiswa, aku pasti akan membutuhkan tambahan uang lain. Itu yang menjadi pertimbanganku. Sedangkan saat itu aku mau berharap ke siapa? Bapakku baru beberapa tahun lalu meninggal, mamaku cuman jualan makanan untuk menghidupi kami, sedangkan dua kakakku yang lain tinggal di rumah tanteku untuk bersekolah.
Lanjut SMA, saat pengumuman kelulusan beberapa waktu lagi diumumkan, saat teman-teman yang lain sudah pada sibuk mengurus berkas untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, aku dalam hati sudah lama berpikir bahwa aku mungkin gak akan bisa berkuliah. Sejak pengalaman di SMP itu, aku sudah lama berhenti berharap untuk bisa punya pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun aku tetap menjadi siswi yang berprestasi di sekolahku.
Mendengar keputusanku untuk tidak berkuliah, banyak guru yang menyayangkan dan memaksaku untuk ikut coba mendaftar SNMPTN. Aku yang merasa tidak enak memilih untuk menurutinya, meskipun dalam hati aku berpikir toh bagaimana pun hasilnya nanti, aku juga akan tetap gak akan memilih berkuliah.
Aku sebenarnya sempat khawatir bagaimana jika aku kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan jika aku gak jadi sarjana. Namun pada akhirnya saat itu aku memilih berpasrah diri juga, ke mana takdir hidup akan membawaku.
Hasilnya bisa ditebak. aku lulus. Di dua universitas berbeda. Guru-guru pada marah karena aku gak melanjutkan kesempatan itu. Beberapa temanku yang lain mengatakan bahwa dengan tidak mengambil kesempatan itu, sama saja aku tidak memanfaatkan dengan baik kesempatan yang seharusnya didapatkan oleh temanku yang lain. Aku mencuri kesempatan siswa lain untuk bisa berkuliah.
Pertanyaannya, siapa yang memaksa aku melakukan semua ini kalau aku sendiri yang kelak akan menjalaninya sudah tahu kalau aku gak akan bisa?
Lulus SMA, aku akhirnya memilih bekerja. Pada satu waktu, seorang kerabat menawarkan kepadaku untuk disekolahkan. Aku bercerita kepada mama soal ini, mama melarang, aku marah dan kami ribut besar. Aku yang semula gak pernah menangis di depan mama saat itu gak bisa menahan untuk tidak terisak.
Aku cuman pengen sekolah. Apa harus sesusah itu?
Meskipun aku juga menyadari apa alasan mama melarangku. Kami cuman tinggal berempat: aku, mama, dan kedua adikku yang masih kecil. Kalau aku gak tinggal di rumah, siapa yang akan menjaga kedua adikku kalau mama pergi bekerja? Dan gak dipungkiri juga, meskipun gaji dari pekerjaanku bekerja di toko milik seorang tetangga gak begitu besar, setidaknya itu bisa meringankan sedikit pengeluaran kami.
Lagi-lagi, beberapa impianku harus kulepaskan satu-satu hanya karena satu kendala: gak punya uang.
Aku suka sekali belajar. Itu juga yang jadi alasan meskipun aku gak lagi bersekolah, aku terbiasa melakukan berbagai cara untuk bisa tetap belajar. Untuk bisa mendapatkan pengetahuan baru. Apalagi di zaman sekarang berbagai ilmu pengetahuan menjadi lebih mudah didapatkan. Semua ada di internet. Bagiku, belajar tidak hanya saat duduk di bangku sekolah. Ya meskipun belajar sendiri tentu berbeda dengan belajar didampingi seorang guru.
Di usiaku saat ini, aku gak bisa hitung udah berapa banyak mimpi dan cita-cita yang dengan hati sakit aku lepas karena aku gak punya sumber daya yang cukup untuk bisa meraihnya. Aku gak tau hal ini akan berlangsung sampai kapan. Yang aku cuman tahu, setiap takdir hidup yang Allah udah tetapkan bagiku pasti akan membawaku pada satu hikmah besar. Karena itu yang aku rasakan setelah beberapa tahun merenung. Sederhananya, aku yang sekarang tidak akan pernah terbentuk tanpa semua yang aku lalui di masa lalu.
Aku gak tahu akan berapa banyak mimpi lagi yang akan kulepas di masa depan nanti. Yang aku harap, jika memang aku harus melepas beberapa hal, aku tidak lagi melakukannya dengan alasan aku tak punya cukup uang.
Aku berharap, kelak, aku bisa punya privilege untuk mendapatkan segala ilmu dan juga pengalaman yang ingin aku ketahui dan jalani, tanpa lagi sempat memikirkan apakah aku punya uang untuk bisa melakukannya.
Kalau kata meme yang pernah aku baca:
Empat sehat lima miliar dan aku gak akan ngeluh lagi ya Allah 😭
Semoga ya?
13 notes
·
View notes
Text
Impianku sederhana, orang yg selama ini kudoakan menjadi orang yg berdoa bersamaku..
#pekanbaru#esbatubulet#renungan#life quote#motivasi#kata cinta#tulisan#cinta#quoteoftheday#kata mutiara#berdoa#mimpi#sederhana#love quotes#catatan
22 notes
·
View notes
Text
28 Desember 2023
Today is my birthday
Perjalanan yang panjang diumur saat ini, banyak hal yang sudah aku lalui sebagai pengalaman, pembelajaran dan harapan.
Banyak yang pengen di ucapin sebagai bentuk rasa syukurku saat ini...
Di umur saat ini aku ingin menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih baik dan menjadi kebanggaan kedua orang tua serta keluarga.
Di umur saat ini aku hanya ingin selalu sehat, berguna dan diliputi kebahagiaan.
Di umur saat ini circle pertemanan mulai mengecil aku hanya ingin dibersamai dengan orang-orang yang mau mengajakku semakin dekat dengan Allah SWT.
Di umur saat ini aku ingin menjadi perempuan kuat, mandiri dan cerdas, serta lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitar.
Di umur yang dikejar banyak tuntutan harus kaya, punya usaha, udah harus minimal lamaran, mengejar umur orang tua yang belum di bahagiakan. Aku hanya ingin semua dilancarkan semua usahaku sampai bertemu impian-impianku.
Ya Allah, jadikan hamba manusia yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun. ❤️
Barakallahu fii umrik Rumi...
26 notes
·
View notes
Text
18 ke 18
18 Mei menjadi tanggal baru yang masuk ke dalam daftar pengingat. Konon katanya angka 1 dan 8 pada angka 18 memiliki makna menjadi satu selamanya, sehingga dipilih sebagai tanggal sakral dimana ijab dan kabul diucapkan dalam hari pernikahan. Sebut saja pemaknaan barusan berasal dari si ahli cocoklogi, tiga detik yang lalu sambil membuat tulisan ini.
Dalam waktu 31 hari, 18 Mei ke 18 Juni tahun ini berjalan dengan mode ultra cepat. Saking cepatnya, cukup sulit untuk menjalani setiap momen dengan penuh kesadaran hingga menyelami rasa dan emosi yang muncul. Sampai ke tanggal 18 Mei saja rasanya surreal, apalagi sampai ke 18 Juni yang tiba-tiba sudah berbeda 11 jam lamanya dengan rumah sehari-hari.
Kalau ditanya apa rasanya, cuma bisa bilang alhamdulillah kayak mimpi. Nggak pernah terbayang ternyata pengalaman merantau pertamaku langsung mode ekstrem ke belahan dunia yang jarang sekali tersebut dalam daftar melancong impianku, apalagi menetap walau sementara.
Rasanya kemarin masih duduk bernafas sejenak sambil memandang lapangan timur Masjid Salman, jajan baso tahu bersama teman-teman di seberang kantor, mencoba gerakan pose pilates ala-ala bersama guru pilates yang empat tahun lebih muda, jalan kaki bersama ibu di kompleks sebelah, ketiduran di mobil ketika dijemput bapak malam-malam, membantu enin troubleshooting HP yang katanya error padahal kepencet, menyapa kucing kuning (menolak memanggil dengan kucing oren) di jalanan rumah yang awalnya dikira hanya satu ternyata ada empat, dan momen tak terhingga lainnya bersama familiar faces yang sekarang sedang berjauhan.
Kota tempat aku tinggal saat ini terbilang sepi, katanya karena penduduknya banyak mahasiswa dan sekarang sedang libur musim panas. Menurut suami, kota ini less entertaining jika dibandingkan Bandung atau Jakarta, domisili asal kami. Menurut temannya yang dulu berkuliah di ITB Jatinangor, kota ini seperti Jatinangor, tapi masih lebih ramai Jatinangor. Tentu saja lebih ramai Jatinangor, di area yang sangat padat terdapat tiga (atau lebih?) perguruan tinggi. Pusat perbelanjaan dulu hanya ada satu (Jatos), sekarang sudah ada waralaba-waralaba ibukota yang jumlahnya satu-satu, kebayang kan kemana-mana sepertinya ketemu orang yang kenal. Ini semi-semi hiperbola, sebenarnya kotanya ramai-ramai saja lho.
Dibekali dengan diri yang masih minim riset namun bermental letsgo dulu weh, ternyata Ann Arbor (yak ini dia namanya) memiliki daya tarik tersendiri untuk orang yang tidak suka ramai-ramai sepertiku. Meskipun datang bukan sebagai mahasiswa, setiap kali diajak eksplor kampus rasanya ingin ikut membaca, menulis, belajar hal-hal yang sudah lama tertunda, laptopan, drafting ide-ide yang muncul di kepala.
Perpustakaan kampus ada berbagai macam dengan arsitekturnya yang menarik mata dan boleh dimasuki oleh siapa saja, belum lagi district library yang jumlahnya ada lima dalam satu kota. Di area downtown, terdapat toko buku bernama Literati yang sangat bikin betah dan berbagai toko buku bekas yang belum aku jelajahi semuanya. Dulu sering ngebatin pengen deh di kota tempat tinggal ada lebih banyak tempat umum buat baca atau ber-produktif-ria, dengan fasilitas yang nyaman dan bisa diakses seluruh warga kota. Alhamdulillah di sini diberikan rezeki itu, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ayo gunakan kesempatannya buat banyak baca dan dalami ilmu-ilmu yang ingin dipelajari, Shab!
Masih banyak aspek kota yang belum dieksplor, tapi insya Allah akan menyenangkan untuk disinggahi satu per satu. Sekilas cari-cari di Instagram dan juga pamflet yang ditempel di sudut-sudut kota, ada banyak komunitas dan kegiatan kerelawanan yang bisa diikuti, salah satu yang menarik adalah relawan taman kota. Bagi yang suka blusukan, banyak sudut kecil di jalanan tempat para seniman mural berkarya. Selain itu banyak sekali event lokal yang dibangun dengan semangat komunal, yang tidak harus ramai-ramai dan tetap disyukuri berapapun peserta yang akan hadir.
Jalan dua minggu di sini aku masih harus bekerja ngalong, alias bekerja dengan jam kebalik karena mengikuti WIB. Alhasil jalan-jalan di waktu "normal" dengan tenang baru bisa dilakukan Mulai dari Jumat sampai Minggu. Berhubung judul tulisan ini adalah review perubahan secepat kilat dari tanggal 18 ke 18 lainnya, adaptasi adalah hal yang sedang diupayakan sebaik-baiknya. Bukan hanya pindah domisili, tapi juga pindah kartu keluarga yang mana sekarang ada peran baru sebagai istri dalam rumah tangga.
Buat seseorang yang selama 28 tahun hidupnya tinggal bersama keluarga di rumah, mengurus rumah tangga sendiri rasanya seruuu sekali (dalam arti yang sebenar-benarnya). Rasanya tiap hal kecil, tiap aktivitas, tiap hari ada aja hal baru yang perlu dipelajari dan dievaluasi. Sangat rawan jadi overwhelming, tapi bismillah tarik napas ayo ingat jalani semuanya satu per satu. Gapapa kalau masih melakukan kecerobohan-kecerobohan lucu, yang penting tahu berikutnya agar lebih hati-hati lagi.
---
Dengan ini mari kita akhiri dulu tulisan pertama dari Ann Arbor! Satu bulan lebih sembilan hari sudah dilewati, semoga hari-hari yang akan datang bisa dijalani dengan lebih berkesadaran, juga diisi dengan mencari berkah dan menemukan makna.
Have a good day!
8 notes
·
View notes
Text
Teruntuk diriku di September 2022
Tidak terasa satu tahun berlalu. Hari yang tak pernah kubayangkan itu akhirnya tiba. Bukan hari yang diimpikan, tentu saja.
Terima kasih, ya, aku. Sudah berani mengambil keputusan menyakitkan itu. Tidak apa. Aku tidak marah, meski rasanya berdarah-darah. Air mata yang jatuh setiap saat, nafsu makan yang hilang, semangat hidup yang sempat redup, dan pikiran singkat yang sempat terlintas, kala itu. Aku tak marah. Aku tidak pernah menyesali pilihanmu.
Sebaliknya, aku banyak berterima kasih kepadamu. Untuk keberanianmu mengambil jalan itu. Saat sebelumnya selalu terombang-ambing dalam keraguan.
Tanpa keputusanmu dulu, tanpa keberanianmu dulu, tanpa semangatmu untuk kembali bangkit dulu, mungkin belum akan ada aku yang sekarang. Aku yang baru. Aku yang kini ringan melangkah mengupayakan impian-impianku, impian kita.
Ya, sesekali aku masih memikirkannya. Bukan karena ingin kembali, sungguh. Aku tak ingin lagi mengulang kesalahan yang sama dan membuatmu tersiksa kembali. Tidak.
Aku hanya teringat betapa lelah dan sakitnya kamu dulu. Yang keras kepala bertahan bersama luka.
Kini, aku lega. Berkatmu segalanya terasa lebih indah. Aku bahagia, terima kasih.
Semoga episode itu tak terulang kembali ya, dan mari nantikan surat dariku di tahun berikutnya.
Sekali lagi, terima kasih telah berani melangkah dan terus melangkah.
Salam dariku
September 2023
28 notes
·
View notes
Text
Setelah jadi ibu
Ternyata setelah jadi ibu, salah satu hal ter-butuh-perjuangan (bagiku) bukan bangun dini hari untuk ganti popok, bukan masak sambil menggendong bayi, ataupun mandiin bayi dan segala keperluannya di pagi hari. Tapi, yang paling butuh perjuangan adalah menurunkan egoku sendiri.
Dulu rasanya semua impian sudah terencana. Tersusun rapi bahkan dalam proposal taaruf yg disusun sepenuh hati (ha-ha). Sekarang, hmm banyak sekali pertimbangan untuk melakukan sesuatu. Bahkan untuk impianku sendiri 😊
Semakin hari semakin merasa ada hal yang harus diperbaiki dari caraku berpikir dan bertindak. Hidup bukan tentang setahun dua tahun. Tapi untuk jangka panjang. Bahkan tujuannya pasti untuk akhirat yang abadi.
Salah satu hal yang aku sangat syukuri dalam hidup adalah dipertemukan dengan suamiku. "Sholat aja dulu", untuk setiap keputusan yang akan diambil.
Pelan-pelan kita susun lagi impiannya. Hmm, bukan. Ternyata bukan impiannya yang disusun ulang. Tapi niatnya, supaya visinya adalah surga yang mulia 🤲🏻✨
6 notes
·
View notes
Text
Halo Oktober!
Banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu di bulan ini. Salah satunya aku ingin mengendurkan beberapa ego, mencoba melihat sesuatu dari perspektif berbeda.
Beberapa lainnya kamu masih tonggak dasar yang ingin kujadikan garis mulai untuk kembali memenuhi impianku yang pernah sekarat di tangan korporat.
Sekarang aku di Aceh, setelah dua tahun lebih berdamai dengan bising kota Medan. Semoga aku menelusuri tempat ini sesuai rencana, dan kesempatan untuk pindah kota di akhir tahun tercapai.
Aku juga kembali menulis kisah cinta, dan sedang belajar banyak agar tak serampangan menulis opini. Mungkin aku akan lebih jarang menulis puisi, sebab hatiku sedang tidak penuh-penuhnya.
Bulan lalu pelajaran ku soal bahasa Jepang masih terhenti, pelajaran filsafat juga terhenti, aku masih saja di dasar. Tapi bertemu kamu justru aku ganti pelajaran ingin menjahit. Iya, aku tahu aku banyak maunya.
Entah sejak kapan aku ingin jadi generalis saja, soalnya bidang yang ingin kugeluti semakin jauh dan gelap. Formasi CPNS untuk kelautan nol besar, adapun hanya di BIN, dan aku tak berencana jadi analis.
Memang sudah saatnya berdamai, jika aku tidak akan kesana, menjadi salah satu konservator di negeri ini. Tidak apa-apa, masih banyak hal yang bisa kulakukan.
Hubunganku dengan ibu tak kunjung membaik, sepertinya sudahlah, biar saja begini adanya. Emosiku sudah terkuras dengan banyak hal. Aku sudah mencoba memahami beliau belasan tahun lamanya, jika akhirnya aku yang gagal dipahami barangkali perjuanganku cukup sampai disini.
Rasanya aku seperti mengadu nasib di sini, seolah tak ada yang mendengarkan. Tenang saja, aku masih tahu kok caranya berdoa, lalu setelahnya menelpon Ayah dan mengeluh panjang lebar untuk akhirnya refleksi diri. Sayangnya belum ada suami saja yang bisa kujadikan sandaran sambil marah-marah atau sayang-sayangan, semoga segera dipertemukan.
Tidak buru-buru kok, aku mau menikah saja sudah dianggap kemajuan pesat oleh Ayah dan temanku. Mengingat seberapa skeptis aku dulu. Jadi jika pun datang tahun depan atau sepuluh tahun lagi, tidak masalah, banyak hal yang bisa kulakukan sekarang. Meski urusan bertemu dengan yang kuingin masih harga mati. Maklum saja ya soal ini, aku masih keras kepala.
Hufth, sebenarnya banyak yang ingin kucurahkan, tapi ini saja dulu. Aku belum siap jadi diriku yang banyak bacot sampai rasanya over sharing. Biarlah itu bagian bagaimana aku tumbuh, meski sekarang aku harus terus belajar untuk terus tumbuh.
Aceh, 01 Oktober 2023
29 notes
·
View notes
Text
Aku akan terus hidup demi tempat-tempat indah yang telah kukunjungi, memutarnya dalam ingatan kala duka diam-diam menyapa.
Aku akan terus hidup demi melihat tempat-tempat indah yang belum kukunjungi namun sudah masuk dalam daftar impianku. Menyadari bahwa di bumi yang luas ini, Tuhanku menitipkan secuil keindahan surga.
Aku akan terus hidup demi kucing-kucing jalanan yang kutemui di berbagai tempat, melihat bagaimana mereka bertahan hidup, mencari makan dan pulang tepat waktu ketika masa hidup mereka di dunia telah berakhir.
Aku akan hidup demi sebungkus eskrim, dinginnya mampu menghangatkan hati yang dipenuhi sesak-sesak duniawi.
Dan demi hal-hal kecil itu, aku akan terus disini.
Menghitung sisa waktu, menunggu giliranku tanpa meminta untuk dipercepat, sebab aku tau. Tuhanku tidak pernah meninggalkanku dan tidak pula membenciku.
Maka dari semua itu, aku akan hidup sebagaimana mestinya tujuanku diciptakan.
Berbuat baik dan menyebarkan hal-hal baik, meski diriku sendiri pun masih tertatih-tatih untuk menjadi baik.
Hingga saatnya nanti tiba, aku menyaksikan tubuhku menjadi saksi di hari akhir, bahwa manusia yang satu ini, meskipun berdarah-darah dalam perjalanannya, ia tetap bertahan sejauh yang ia bisa dengan cara yang Tuhannya inginkan.
Sayangi aku, Wahai Dzat yang MahaLembut.
Kuserahkan semuanya dalam kuasamu, Wahai Dzat yang MahaPerkasa.
-Dear (dalam waktu merefleksi diri)
30 notes
·
View notes
Text
Bolehkah aku meminta untuk waktu diulang agar kita menjadi dua orang asing satu sama lain..?
aku akan berupaya agar kita jadi dua orang yang hanya berpapasan saja tak saling mengenal.
aku akan berupaya agar tidak terlampau jauh menjadi banyak bertanya tentangmu.
aku akan berupaya menutup ruang yang kosong dengan hanya fokus saja pada impianku.
akhirnya aku pun menyadari kenapa Allaah meminta manusia untuk menjaga hatinya ; agar tak jadi rasa kecewa dan dapat meyakini ketentuan-Nya, seutuhnya.
Allaah hanya Allaah saja seharusnya memang demikian..
4 notes
·
View notes
Text
Bolehkah sekedar menyapa cukup sebentar saja, tuk melepas rindu setelah hampir dua pekan tak berkabar. Tak bisa ku pungkiri kerinduan ini semakin menjadi-jadi hingga masuk kedalam nadi mengaliri syaraf-syaraf pun nyeri di relung hati.
Meskipun aku yang berkata "jangan merindu" tapi aku yang tak sanggup "menahan temu".
-
Ketahuilah tatkala dalam prosesku menjadi sosok yang lebih baik, menyiapkan segalanya untuk menjemputmu dengan izinNya, namun kau malah mencari sosok yang lebih menawan dariku, maka runtuhlah semua impianku, usahaku tuk merengkuhmu, semua hancur menjadi kepingan-kepingan nestapa.
-
Asal kau tahu sepanjang malam menjelang fajar aku selalu mengadukan namamu pada pemilik semesta supaya dikemudian hari kita bisa bersanding bersama menjadi sepasang kehidupan yang saling mencukupkan, juga menjadi sahabat dalam taat tuk melanjutkan estafet perjuangan amanah Ummi.
-
"Aku tahu takdir bisa mengubah siapapun yang tadinya tak cinta menjadi cinta, namun sayangnya cinta tak bisa mengubah ketetapan, yang bukan takdir menjadi takdir.
Namun aku yakin Allah takkan membiarkan hambanya kecewa dan merana atas semua pengharapan yang dilangitkan dengan penuh kesungguhan, sungguh tak ada yang bisa mengabulkan segala impian kecuali engkau Ya Rabb...!".
-
Ku sandarkan segalanya padamu, perasaanku, impianku, hidupku kepadamu Dzat yang takkan lekang oleh waktu.
Monday, 18 March 2024
7 notes
·
View notes
Text
Tulisan menyambut umur baru:
Di umurku sebelumnya, banyak hal beriringan dan dalam waktu berdekatan terjadi. Kalau dipikir, sebenarnya banyak rencana terlaksana dengan baik, meski seperti diburu-buru dan beberapa tak disangka. Namun beberapa rencana juga sudah dan semestinya dalam kendali. Kejadian yang tak dibayangkan dan disangka juga turut mengiringi hal-hal tersebut. Cukup membuat kaget, hilang kendali diri, pusing, kosong, lupa diri, dan banyak perasaan lainnya. Sebelum memasuki umur baru ini, aku juga merasakan banyak perasaan baru. Sangat merasa aneh dengan beberapa perasaan baru tersebut. Merasa senang yang membanggakan, heboh dan sedih bersamaan, takut dan senang bersamaan, kosong dan hampa yang penuh, merasa tidak peduli, mempedulikan, dipedulikan. Banyak sekali sampai-sampai bisa dibuat tulisan sendiri, sepertinya.
Aku akan menulis ini dengan berantakan, hitung-hitung kebebasan dan perayaan dalam menyambut umur baru. Sebelumnya mungkin tahun ini adalah ulang tahun paling biasa yang kurasakan. Bukan, bukan dalam artian buruk. Justru dari sini aku seperti melihat sisi lainnya hidupku. Aku melihat, beberapa tahun terakhir, entah dari kejadian, peristiwa, cerita, atau banyak hal lainnya yang terjadi adalah untuk hari ini dan hariku ke depannya. Umurku sebelumnya seperti memberikan hadiah untuk umurku yang sekarang. Tahun-tahun yang terlewati seperti memberikan bekal untukku sekarang. Aku merasakan dan menyadari jika diri ini belum dewasa secara utuh, maka dibekalkannya aku hal-hal kekanakan yang terjadi di sekitarku. Aku juga merasakan jika diri ini masih menuntut banyak hal, maka diberikannya aku pembelajaran arti kata cukup. Aku merasakan jika diri ini tidak sempurna, maka diperlihatkannya aku bahwa ketidaksempurnaan adalah sempurna. Banyak hal yang diberikan dari tahun dan umur yang lalu kemudian kutuai sedikit-sedikit untuk umurku sekarang.
Tidak ada kebahagiaan dan perayaan yang besar. Bahkan beberapa orang lupa hariku. Aku tidak mempermasalahkan itu, serius. Dengan melihat mereka cukup dan bahagia dan tidak sakit itu ternyata merupakan hadiah tersendiri untukku. Dan aku merasa dirayakan. Dan aku selalu berdoa agar aku selalu bisa cukup untuk mereka yang kusayangi. Aku berdoa, semoga kebersamaan dari umur dan tahunku yang lalu bisa mempertahankan kebersamaanku dengan mereka sampai tahun yang tidak terhitung. Seperti, aku mau mereka selamanya? Hadiah untukku seumur hidup?
Satu-satu, secara tak langsung aku merasa perasaanku tercekliskan. Impianku terlihat, pelan-pelan. Impian yang mustahil, perasaan yang belum pernah kukenal, perlahan mereka membentuk pola seakan selaras. Entahlah, bahkan sampai sekarang perasaan ini masih aneh dan masih menjadi tanda tanya. Bangga yang secukupnya? Itu juga aku rasakan sekarang. Perjalanan hidupku jika kukulik, ternyata ada indahnya juga. Banyak bahkan. Kembali lagi, tahun dan umurku banyak bekerja, dan membuatku merasakan hal yang kemarin tidak kusangka. Tidak apa-apa, memang masih merasa excited. Hidupku adalah tentang kejutan. Banyak tidak disangkanya.
Hari berlalu, waktu berjalan, umur bertambah. Semoga diri ini matang dengan baik. Semoga kebaikan tersebut juga dirasakan olehku dan semua orang yang ada di sekitarku. Selalu, tidak berharap banyak, tapi semoga orang-orang yang kucinta merasakan jika aku masih terus membutuhkan mereka.
Mungkin bertahan hidup dengan baik dan saling berpegangan adalah kalimat yang tepat untuk menutup tahun kemarin. Dan terima kasih banyak, kamu dan kalian semua, sempurna!
39 notes
·
View notes
Text
Masih berharap tiba-tiba takdir membuat pertemuan kita nyata dan impianku terwujud. Pengharapan yang selalu aku pikir tidak akan mungkin terjadi dan mustahil sekali. Tapi aku selalu selipkan sedikit doa keyakinanku untuk segala hal yang aku pikir tidak mungkin terwujud akan Allah kabulkan dengan cara yang lebih mustahil lagi. Aku yakin itu
2 notes
·
View notes