#gara-gara tak dibelikan rokok
Explore tagged Tumblr posts
bantennews · 7 months ago
Text
Ibu Tersangka Kasus Pembunuhan di Pandeglang Trauma dan Patah Tulang
PANDEGLANG – Juanah ibu tersangka Johari (25) yang tega membunuh ayah kandungnya mengalami patah tulang. Korban mengalami patah tulang karena sempat dilempari batu oleh tersangka. Berdasarkan keterangan dari polisi, sebelum terjadi pembunuhan pada Rasim (55), tersangka sempat memukuli Juanah menggunakan sebongkah batu. Melihat istrinya dianiaya oleh sang anak, Rasim langsung berusaha melerai…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ibnubasith · 2 years ago
Text
Pesawat kertas
Lembar halaman yang berisi pesan ini anggaplah pesawat kertas yang akan terbang ke negeri seberang. Untuk orang dewasa seperti kita, pesawat kertas sebatas mainan yang biasa diterbangkan oleh bocah-bocah kecil di pekarangan taman kanak-kanak, bersama ayunan, bersama dunia yang besarnya hanya sebatas jarak mata memandang.
Aku ingat saat guru menyuruh melipat kertas menjadi burung bangau, kau merobek kertas dan melipatnya menjadi pesawat. Kata guru kita, ini bukanlah burung bangau. Tapi pesawat juga bisa terbang, kan? katamu menyangkal. Aku setuju dengan itu dan bagaimana caramu memulai berdalih. Bibirmu biasa mengucapkan hal yang bikin mereka geregetan. Bukanlah hal aneh, dalam dirimu saat masih belia saat dahulu. Bahkan ketika guru menanyakan cita-cita, kamu memilih menjadi batman, hanya karena dibelikan baju berjubah superman yang dibelikan nenekmu dari pasar. Padahal kedua tokoh itu bahkan berbeda. Tapi kan keduanya pahlawan, katamu. Barangkali kamu memang tidak aneh, tapi berbeda.
Aku juga ingat di hari yang lain, moncong pesawat kertas itu biasa kamu berikan hembus napas karbondioksida dari mulutmu. Lalu kamu terbangkan sekuat tanganmu melemparkannya ke udara. Hingga pesawatmu terbang dan moncongnya mengenai mataku yang aku sendiri sedang duduk di ayunan. Aku menangis dan kamu tiba-tiba pergi tanpa pengakuan.
Beranjak dewasa saat kita duduk di sekolah menengah, mengagumimu adalah anugerah. Sebab aku mengenalmu sejak aku mengenal yang namanya sekolah. Mungkin kamu lupa seorang bocah perempuan yang kamu bikin nangis gara-gara moncong pesawat terbangmu itu, dan kamu pergi tanpa merasa pernah berdosa.
Saat ini, di mana kita mulai menyadari betapa kanak-kanaknya kita dahulu, aku pikir aku tak akan menangis lagi tentang hal itu. Bahkan, tentang bagaimana kamu yang sering datang kesiangan, dan aku berusaha ikut kesiangan agar dapat berdiri denganmu supaya tidak dihukum sendirian. Atau tentang bagaimana aku yang pura-pura pingsan agar contekanmu tidak ketahuan. Atau juga tentang bagaimana aku merangkul tetangga, keluarga, dan kawan-kawan; agar vote lomba fotografi di instagram yang kamu ikut sertakan dapat kamu menangkan; meski kalah telak, ya bagaimana tidak, yang kamu potret adalah seekor kucing sedang bertengkar. Dan tentang bagaimana aku berusaha menyembunyikan rokok yang ada di tasmu karena mendapat isu dari kawanku akan diadakannya razia, meski ternyata razia itu tak ada, dan kamu menuduh kawanmu mengambil rokokmu. Serta tentang bagaimana aku duduk di kursi kantin, dan memilih pergi agar kamu mendapat bagian tempat duduk di sana.  
Tapi kamu tak pernah melihatku di sana, karena duniamu tak mengenal adanya rahasia. Kamu hanya melihat segala yang terbuka lebar di depan matamu sendiri, bukan bayang-bayang yang mengikutimu setiap hari. Mungkin pandanganmu hanya tertuju pada perempuan yang kau anggap cantik pada masa itu, bukan aku yang memiliki banyak rencana; mengagumimu tanpa perlu kamu bertanya kenapa.
Hari ini kita telah dewasa, bukan? Masa silam selalu bikin kita terpingkal-pingkal saat kita mengingatnya. Tapi aku yang sejak kecil mengenalmu, bahkan masih tak berani untuk berbicara. Sebab pada akhirnya aku tahu batas itu selalu ada dan batas itu pula yang membuat kita tetap membuat segalanya jelas.
Pesawat kertas yang sedang memuat penumpangnya ini memang tak pernah sampai padamu. Ia terbang tak pernah lebih dari sebatas jarak mata memandang. Kamu tahu bagaimana cara ia terbang? Kulempar ia ke udara, berbelok, dan jatuh satu langkah di depan kakiku sendiri; katanya aku harus sadar diri. Burung-burung yang melintas di udara bahkan akan menertawakannya jika mengetahui.
Tapi itu sepuluh tahun yang lalu. Hari ini pesawat kertasku akan terbang perdana ke negeri seberang; ke tempatmu. Ia akan terbang tidak lagi dengan bantuan napas karbondioksida, tapi dengan satu klik dan sampai hanya beberapa detik, serta semoga sampai di destinasi yang tepat; padamu.
Ia akan mengantarkan penumpang yang telah lama tinggal di tempurung kepala, yang selalu berisik sebelum melelapkan mata. Para penumpang itu adalah bait-bait puisi yang sejak lama ingin pergi liburan, merayakan kebebasan setelah memendam bagaimana rasanya jatuh hati diam-diam.  
Anggap saja ini adalah balasan dari pesawat kertasmu yang baru saja berdestinasi di kotak masuk surel. Meski aku sedikit kaget dan heran bahwa sepengetahuanku, pesawat kertas yang kamu terbangkan rasanya sulit mengarah pada apa yang kamu tujukan, selalu saja melenceng. Tapi hari ini, entah bagaimana pesawatmu tiba-tiba hadir di depan mataku, tertulis nama yang sering dahulu kuingat saat bangun tidur; masih adakah orangnya di bumi ini? Kamu yang kini menyadari presensiku, entah dari satpam, kawan dekatku, ibu kantin, atau siapa pun yang tidak sengaja menceritakan tentang aku dahulu kepadamu.
Kamu tahu? Pesawatmu benar-benar terbang kepada tujuanmu; aku. Pesawat kertas itu hari ini ada di destinasi yang nyata, penumpangnya bait-bait puisi yang entah kau curi dari siapa, atau kamu ciptakan? ah aku tidak percaya.
Pesawat kertas yang kulipat ini akan datang kepadamu sebagai balasan. Tak salah menyadari, bahwa bayang-bayangmu diciptakan matahari. Duniamu kini semakin luas, karena yang kau lihat adalah jarak pandang hati. Sayangnya, istilah “tak ada kata terlambat” tidak lagi berlaku pada kita sekarang. Pesawat terbangmu itu terlambat datang padaku yang berada di negeri seberang.
“E-mail dari siapa?” tanya suamiku.
“Kawan kecil.”
 10/7/2018
3 notes · View notes
kinanmanja-blog · 8 years ago
Text
Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok
Kinan Manja Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Artikel Baru Nih Artikel Tentang Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Pencarian Artikel Tentang Berita Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Suaminya tega menghabisi nyawa istrinya hanya gara-gara Ippin tidak dibelikan rokok oleh Sumiati, istrinya. http://www.unikbaca.com
0 notes
bellanurmae-blog · 8 years ago
Text
Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok
Bella Nurmae Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Artikel Baru Nih Artikel Tentang Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Pencarian Artikel Tentang Berita Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Kejam, Suami Bunuh Istrinya Pakai Parang Karena Tak Dibelikan Rokok Suaminya tega menghabisi nyawa istrinya hanya gara-gara Ippin tidak dibelikan rokok oleh Sumiati, istrinya. http://www.unikbaca.com
0 notes