#gak punya uang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pernah Gak Terpikir Kenapa Rumah Tangga Itu Dinamain ‘Rumah Tangga’?
Rumah + tangga
Rumah itu berarti setelah menikah kamu dan pasangan ‘punya’ rumah yang kalian pegang kendali penuh di situ. Rumah di sini tak selalu dimaknai rumah fisik, melainkan juga bangunan abstrak bernama keluarga yang terbentuk setelah sahnya pernikahan.
Sedangkan tangga itu berarti tahapan. Bayangkan tangga darurat sebuah gedung pencakar langit. Seperti itulah ‘tangga’ dalam rumah tangga. Harus dilalui selangkan demi selangkah, dan rasanya lebih berat daripada berjalan di bidang datar.
Tangga inilah yang harus dilalui jika ingin rumahmu tumbuh jadi rumah yang besar, aman, dan nyaman.
Ingat, ini rumah tangga, bukan rumah eskalator atau rumah elevator. Gak ada jalan pintas untuk naik dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Setiap anak tangga harus dilalui satu demi satu. Harus ada effort. Harus ‘capek’ seperti naik tangga yang bikin kita ngos-ngosan. Tidak seperti orang naik eskalator yang hanya perlu melangkah satu kali, lalu dalam satu menit kurang lebih sudah sampai di lantai berikutnya.
Jadi apa artinya? Artinya jangan cuma bayangkan bagian enaknya berumah tangga. Sadari pula bahwa begitu detik pertama kamu menikah, peran dan tanggung jawab lebih besar sudah dipikul. Kamu bukan hanya kamu sendiri, tapi kamu adalah penghuni sebuah rumah yang harus terus kamu jaga, rawat, dan terus bangun sampai akhir hayat.
Jangan bayangkan bahwa tangga yang harus dilalui itu hanya yang sifatnya materil saja seperti punya anak, punya kendaraan, punya rumah, menyekolahlan anak, dan punya uang banyal, melainkan juga tangga-tangga kualitas seperti kebahagiaan dan kedewasaan kita yang harus terus naik nilainya.
Semakin lama kamu menikah kamu akan merasa cinta itu semakin abstrak, sedangkan yang kongkrit adalah tanggung jawab. Dan pada akhirnya kita akan jatuh cinta sekali lagi kepada kesungguhan dan tanggung jawab pasangan kita dalam menjalani perannya dengan sebaik-baiknya. Dari sini, keutuhan rumah tangga itu dipertahankan bukan dengan cinta, tapi dengan kesungguhan dalam menjaga tanggung jawab.
Berangkat dari kesadaran ini saya menyadari bahwa sangat mungkin rumah tangga ini kelak akan dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak ideal. Karena itu, ikhtiar paling logis yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga ini adalah dengan mengisi peran saya sebagai suami, kepala keluarga, dan ayah sebaik-baiknya.
Meski kadang rasanya lelah juga, sering patah juga, tapi menyempurnakan ikhtiar dalam mengisi peran setidaknya akan memperkecil probabilitas datangnya penyesalan di kemudian hari.
@taufikaulia
#quotes#nasehat#inspirasi#quoteoftheday#motivasi#taufik aulia#islam#tulisan#cinta#dakwah#pernikahan#rumah tangga
415 notes
·
View notes
Text
"Cari kebahagiaan yang lain."
Ada dua akun sosmed yang suka aku ikuti: Dokter Tono di Instagram dan Dokter Amira di TikTok. Dokter Tono adalah konsulen fertilitas yang praktik di RS Limijati Bandung, sedangkan Dokter Amira adalah satu-satunya dokter spesialis kandungan di Fakfak, Papua Barat. Dua dokter spesialis kandungan dengan konten yang isinya bumi dan langit.
Kalau liat konten Dokter Tono, mayoritas isinya adalah para pasutri yang sudah menikah lama dan sedang berikhtiar untuk bisa mempunyai anak. Sudah berkeliling ke banyak tempat dan dokter, sampai ke luar negeri segala, tapi masih belum dapat anak juga. Sedangkan isi konten Dokter Amira mayoritas adalah anak-anak di bawah umur yang datang dengan beragam penyakit menular seksual, hamil di luar nikah, sudah aktif berhubungan seksual sejak umur belasan tahun, ibu yang datang dengan pendarahan hebat karena sudah hamil ke-5 atau lebih karena suami masih mau punya anak laki-laki, serta berbagai macam kasus kegawatdaruratan persalinan yang sungguh bikin prihatin.
Akhir-akhir ini konten Dokter Tono banyak yang isinya adalah beliau menyampaikan dengan lugas bahwa ya, memang, pasangan yang datang tidak bisa mempunyai anak. Entah rahimnya sudah rusak, ovum sudah tidak terlihat, menopause dini, sperma suami yang juga jelek - kondisi-kondisi dimana usaha bayi tabung seperti apapun, secara sains, tidak akan bisa berhasil. Hanya akan menghabiskan uang saja, dan entah kesedihan seperti apa yang akan datang dari kegagalan demi kegagalan yang mungkin datang.
Dan ada satu kalimat yang sering beliau ucapkan setelah menyampaikan putusan menyedihkan itu: "Cari kebahagiaan yang lain, ya."
Itu, juga saran untuk meningkatkan kualitas hidup - entah dengan operasi besar untuk angkat rahim supaya tidak sakit setiap bulannya, untuk menikmati waktu bersama pasangan, atau cari cara lain untuk punya keturunan seperti melalui proses adopsi.
Kadang ucapan itu disampaikan sambil beliau bilang: "Jangan nangis dulu..." karena gak terbayang juga sih seperti apa rasa kecewanya, bahwa harapan yang masih dijaga untuk tetap ada itu pada akhirnya harus dipadamkan juga. Ada yang sudah belasan tahun menikah, ada yang umur masih awal 30-an, ada yang sudah gagal bayi tabung berkali-kali.
Tapi sebenarnya apa sih, kebahagiaan yang lain itu? Kata 'kebahagiaan' dan juga 'yang lain', sepertinya bukan dua frasa yang bisa disandingkan untuk diterima seseorang dengan mudah dan hati yang lapang. Karena tetap saja, ketika kita sudah mendefinisikan kebahagiaan yang lain, kebahagiaan itu tetaplah bukan kebahagiaan 'yang itu'. Dalam konteks kehidupan yang lain, misalkan anak SMA yang gagal SNMPTN untuk masuk ke universitas yang dia idamkan - dan dia harus mencari universitas 'yang lain'. Tentu, bisa saja ternyata universitas itu adalah pilihan yang lebih baik untuknya, tapi tetap saja itu bukan universitas 'yang itu'. Atau ketika seseorang masih mencintai seorang yang lain, tapi hubungan itu harus berakhir mengecewakan dan dia harus mencari orang 'yang lain', tapi tetap saja orang itu adalah bukan orang 'yang itu'..
Kalimat "Cari kebahagiaan yang lain" itu singkat saja, tidak bertele-tele, tapi implikasinya panjang. Ada keikhlasan yang harus diusahakan, ada mimpi-mimpi yang harus dilepaskan, dan ada jalan-jalan lain dan cerita hidup lain yang harus dicari, untuk diterima. Agar mungkin, suatu hari nanti kehidupan 'yang lain' itu adalah kehidupan yang bahagia, yang bisa terbebas dari perandaian mengenai situasi kehidupan 'yang itu'.
41 notes
·
View notes
Text
Kaluna bisa punya tabungan 330 juta karena gak harus rutin ngirimin uang untuk orang tua di kampung, gak harus bayar uang kos setiap bulan, gak punya tanggungan bayar SPP sekolah adik, gak punya cicilan ina-itu, dan dia juga cuman tokoh fiksi dalam buku dan film. Hidup dia nggak nyata.
Tidak dengan kita dan realita kita masing-masing, yang benar-benar ada, dan mungkin lebih menyedihkan.
38 notes
·
View notes
Text
Akun sedekah di laman biru
Sebetulnya aku gak mau bahas ini, tapi tiba-tiba ter-trigger, ternyata kolega ku juga salah satu korban.
Seingatku, saat covid 2020, aku melihat suatu postingan "sedekah" disini, you can call it "open donasi" untuk yang membutuhkan. Yang repost adalah akun besar, jadi ya, aku percaya. Postingan nya pun terkesan "asli" dan memang butuh bantuan. Dan kupikir, di laman biru ini enggak ada orang jahat yang memanfaatkan kebaikan orang.
Aku pun me-reach akun "sedekah" ini, minta norek, lalu transfer, ku kirim via WA. Kemudian hampir setiap bulan ybs "menanyakan" apakah aku mau sedekah bulan ini. Kalau aku tidak punya uang, ya aku skip, minta maaf. Tapi kalau aku punya, biasanya aku langsung transfer, dan konfirm. Gak tau berapa kali aku transfer, terakhir kali mungkin pas lebaran tahun 2021, dengan nominal yang cukup besar daripada biasanya.
Aku gak pernah sedikit pun curiga, karna yaudah kan sedekah. Sampai pada satu hari aku telponan dengan teman tumblr ku @asimetris , dia bercerita tentang akun sedekah ini. Dari situ aku mulai sadar, "wah, gak bener nih!". Yasudah, dari situ, tiap aku di WA ybs, aku bilang minta maaf gak ada uang. Aku pun sempat bercerita ke teman tumblr yang lain, ternyata case nya sama, akun sedekah ini terduga "menggunakan uang sedekah untuk menghidupi keluarganya".
Ybs juga sempat dm tumblr ku dengan akun baru, tapi tidak ku gubris. Terakhir lebaran tahun ini, WA aku lagi, langsung ku blok.
Malam ini aku mendengar kolega ku juga kena "tipu" oleh akun sedekah ini. Berbeda case denganku, temanku ini meminjamkan uang ke ybs, udah setaun gak dibayar-bayar. Tapi udah balik sih uangnya, walau dengan drama.
Jadi, lesson learned nya, kalau mau sedekah baiknya ke sodara/lingkungan sekitar dulu, atau ke lembaga yang kredibel. Kalau mau personal, pastikan kamu percaya dan kenal orang tersebut. Dan untuk akun sedekah ini, tolonglah berhenti membohongi orang-orang baik. Segera sadar. Ingat akhirat.
19 Juli 2024
58 notes
·
View notes
Text
Semoga definisi bahagia kita gak cuman terbatas dari hal-hal yang terlihat menyenangkan seperti punya banyak uang, punya pasangan yang sefrekuensi, apa yang dimau dengan mudah didapatkan, tapi juga dari hal-hal yang membuat kita rapuh, resah, dan merasa sendiri. Sebab dari sisi lemah itu, bukankah sebenernya kita sedang dibentuk menjadi orang yang sabar, penuh prasangka baik ke Allah, menghargai sebuah proses dan hal-hal baik lainnya yang terbentuk ketika kita menemui hal-hal yang bikin kita bener-bener rapuh? Bukankah itu juga nikmat yang luar biasa? Bukankah menjadi hamba yang beriman dan yakin ke Allah juga merupakan nikmat yang sangat luar biasa?
@terusberanjak
292 notes
·
View notes
Text
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
279 notes
·
View notes
Note
Menurut Mas Herri ya, umur udah masuk kepala 3, gak punya tabungan karena gaji habis buat biayain hobi yang nggak murah, perempuan, dan masih single. Apakah standar hidup yang beda dari kebanyakan orang, selama bahagia dan gak ngerepotin orang, Apakah kebebasan yang dikejar selama ini perlu gue revisi, atau ada hal lain yang perlu dipertimbangkan dan diprioritaskan? Apakah kebahagiaan yang gue rasain sekarang bisa bertahan selamanya, atau gue perlu jadi 'orang kebanyakan'? Mohon POV dari Mas Herri dong.
Saya juga termasuk orang yang tidak punya tabungan kecuali untuk kebutuhan sehari-hari setidaknya selama 6 bulan ke depan. Selebihnya saya tidak suka menyimpang uang. Karena saya khawatir tidak bisa memanfaatkan uang itu dengan baik jika tiba-tiba saya mati. Maunya saya mati dalam keadaan tanpa hutang, tanpa meninggalkan banyak barang.
Dalam prinsip hidup saya, selama kita memilih melakukan sesuatu dengan sadar dan untuk kebahagiaan diri sendiri, lakukan apa yang menurut kita itu pas untuk kita sendiri. Selama tidak merugikan orang lain. Mau itu hobi jalan-jalan, makan-makan, make up-an, atau segala profan. Kita berhak untuk menikmati kehidupan ini dan menggunakan apa yang kita punya. Mau perempuan, mau laki-laki, selama kita bahagia menjalaninya, ya, lakukan. Dan, ingat tidak perlu mendeklarasi ke orang-orang dengan mode difensif kalau kita bahagia. Bahagia itu di dalam diri: tidak perlu pengakuan orang lain. Kadang ada saja memang keinginan kita untuk menunjukkan kebahagiaan ke orang lain hanya ingin dapat pengakuan. Padahal, validasi macam ini yang bikin standar kebahagiaan kita berkurang.
Tapi, perlu dipahami bahwa kita terpenjara oleh usia. Momen kebebasan yang kita rasakan saat ini, akan berkurang seiring dengan melemahnya sel-sel tubuh, menyempitnya sirkel pertemanan (termasuk perjodohan), dan mengecilnya jumlah tabungan yang kita punya. Seperti kata Shaggy, “Life is one big party when you're still young. But who's gonna have your back when it's all done?” Tetap persiapkan orang-orang yang akan membersamai dan merawat kita di masa tua. Atau jika merasa tidak perlu ada orang lain di samping, setidaknya persiapkan modal untuk hari di mana kita tidak bisa berbuat banyak.
10 notes
·
View notes
Text
Baru aja di tiktok muncul video yang ngomong gini,
“Kenapa cewek mandiri, ujiannya di jodoh sih?”
Seketika ku langsung tertawa. Lebih tepat nya ngetawain diri sendiri 😁
Tentu aja ujian hidup mbak-mbak kecik ini ada banyak. Yah salah satu ujian yang paling hot adalah masalah jodoh.
Sebenarnya gak sebegitu pengen juga harus segera nikah, karena ngapain juga dipaksa paksa atau diburu-buru kalau emang belum ketemu. Ngapain juga diburu-buru kalau memang belum merasa yakin.
Kadang ya mikir “ini jodohnya dimana ya?”.
Tapi cuma sebentar aja.
Habis tuh udah mikir gimana cara nya dapatin cuan. Gimana cara nya bisa ngurangin konsumsi gula harian. Gimana cara nya biar konsisten olahraga. Gimana cara nya kulit wajah tampak lebih sehat. Dan hal hal lain yang rasa rasa nya lebih mudah digapai karena sudah ada alur nya ☺️
Paling juga kepikiran kalau salah satu teman di circle per-jomblo-An mulai mengirimkan undangan pernikahan. Atau kalau orangtua mulai ribet ngumumin anak tetangga atau anak sahabat nya yang udah nikah 🙂
Baru deh mikir, aku kapan ya.
Bahkan pernah juga ada di momen,
“Kok orang lain gampang ya, kok aku susah”
Tapi ya udah bentar aja. Habis itu ngelanjutin hidup lagi.
Oh iya, di kantor sering sekali bercanda dengan teman teman yang sudah nikah perihal slip gaji,
“Makanya dek, cari suami biar besaran gaji nya naik karena ada tunjangan suami 😂”
Yang biasanya para single di kantor akan langsung membalas dengan candaan,
“Duhhh siapa nih yang mau masuk ke slip gaji ku, biar dapat tunjangan suami”
🤣🤣🤣😂
Atau ketika bahas bahas sesuatu, lalu muncul kalimat,
“Aku mau foya foya dulu pakai uang suami”
“Oh, kalau aku mau foya foya dulu dengan uang hasil kerja keras dan banting tulang ku. Belum punya tulang punggung soalnya”
😂😂😂😅
Ya begitu kalau sudah Legowo. Menerima takdir hidup dan menertawakannya ☺️
Ku turut senang dengan kalian kalian yang sudah menemukan pasangan. Semoga menjadi pasangan yang tepat dan rukun selalu ☺️
Gak papa. Semua orang punya jalan dan waktu masing masing. Juga punya kebahagiaan sendiri-sendiri ☺️
Sendiri belum tentu tidak bahagia. Berdua belum tentu bahagia.
Harapannya sih, baik sendiri atau berdua atau rame-rame, semoga kita selalu bisa merasa bahagia dan utuh ❤️
21 notes
·
View notes
Text
Does Education Change People’s life?
Kemarin kan ke Bandara nyenpetin ketemu kaivan yang transit di Melb sebelum ke Brisbane, seperti biasa kalau ketemu Kaivan tuh banyak banget yg dibahas, termasuk mbaknya kaivan yang resign terus beliau nyari lagi platform Maisyah.Id, sama kaya waktu aku cari ART.
Terus kaivan cerita kalau yg ngelamar tuh pada beyond expectation banget. Sampe yang sekarang akhirnya diambil sama kaivan itu anak FKM UI (UI Loh UI!) tapi jadi ART karena putus kuliah di tengah jalan karena nggak ada biaya :( anaknya pinter, mudah diberikan arahan bahkan bisa nyetir. Tapi ternyata agak ada gangguan jiwa karena suka tiba2 ngomong sendiri. Jujur seddihhhhhh bgt dengernya :( gak kebayang rekkk, beban yang ditanggung anak itu juga sampe dia agak2 halusinasi kaya gitu huhuhu :(
Sebagai anak yang mengamini bahwa pendidikan can change and leverage people’s life, makanya waktu itu kan gue maksa pindah dari UIN ke UI karena ngerasa lingkungan UIN gak oke banget untuk berkembang. Bahkan waktu itu gue mau apply scholarship malah ditanya gue lulusan pesantren mana krn yg boleh apply cm lulusan pesantren while itu gak tertulis dipersyaratannya like???!
Anyway, despite of my life story. Kujuga berusaha untuk menerapkan itu ke pengasuhnya Hannah. Dia lulusan salah satu SMA terbaik di Jakarta tp nggak bisa kuliah karena kehalang biaya (ANJIR PAS NULIS INI GUE MAKIN MARAH COY SAMA BADJINGAN-BADJINGAN KORUPTOR DAN PEMERINTAH YG HURA-HURA NGABISIN DUIT BUAT HAL GAK ESENSIAL). Akhirnya kutawarin untuk kuliah di UT, alhamdulillah udah mau masuk semester 3 dan semoga bisa terus lancar sampe nanti lulus di semester 8.
Walau di 2 semester ini kulihnya masih full online karena turbulensi keluarga dia yg terjadi (kupindah ke Oz, dia jadi hrs pulang ke rumah dan mengurus rumah krn bapak ibunya cerai hiks) tapi semoga ada hal baik yg bisa dia dapat dari perkuliahan dia.
Gue berusahaaa bgt untuk support dia sebisa gue. At least if i can’t be “bermanfaat” buat banyak orang, i can “bermanfaat” untuk satu org lah. Itu prinsipnya skrg :(
Hari ini, dia berangkat ke Yogya. Dia emang pernah cerita ke gue kalau dia pengen banget ke Yogya karena belum pernah. Terus gue berpikir lah, ngapain ke yogya kl cuman buat jalan2, gue juga kondisinya disini nggak berlebihan. Dan kulihat waktu itu kontennya @zhriftikar yang lagi ambil sertifikasi baca qur’an dengan metode UMMI, kujadi kepikiran kenapa kakak ika (pengasuhnya Hannah) nggak ambil sertifikasi ini juga aja? Karena dia sblm kerja di aku sebenernya dia buka TPA kecil2an gitu di rumahnya, berbekal dia belajar tahsin di sebuah rumah Quran gratis (duh jd pengen punya juga!). Jadi akhirnya kuputuskan dia ke Yogya untuk belajar sampe sertifikasi metode UMMI biar pas dia pulang nanti dia bisa cari kerja dengan modal itu.
Beruntungnya, akutuh punya temen2 yang superrrrrrr baik selama di Yogya Alhamdulillah wasyukurillah alaa bini’maatihi taatimusshalihaat. Aku cerita sama Apik kalau kakak ika mau ke Yogya belajar quran, qadarullah dia nawarin kakak ika untuk part time di wuffy! YaAllah mau bgt laah krn aku nggak ngasih uang jajan juga buat dia, cuman ngongkosin.
Terus awalnya mau tinggal di asrama mahasiswa ibunya zahra, tp karena penuh, akhirnya kutanya ke Rave apakah kakak ika bisa tinggal di rumah Rave, dan ternyata bisa! YaAllah, rezeki! Rave malah juga seneng krn suaminya kerja di Solo jadi beneran yg pagi pergi pulang malem gitu. Dan kebetulan Rave juga belajar metode UMMI jadi bs berangkat belajar bareng sm Rave, Alhamdulillah 🥹
Jujur walaupun ku support dengan agak seadanya (biaya kuliah di UT tuh satu semester cuman 1.3 juta!) tapi kuselalu mendorong kakak ika untuk bisa punya kegiatan lain selain kuliah juga. Kemarin beberapa kali kuminta daftar beasiswa NICE, FIM 25, terus ada pelatihan apa gitu. Walau belum pernah lolos tapi semoga someday bisa lolos dan kakak ika bisa punha jejaring yang banyak dan keren.
Semoga kakak ika bisa belajar banyak di Yogya. Bisa ketemu temen2ku yang baik. Ketemu sama orang2 baik di Yogya dan Solo dan mulai membuka jejaring untuk dirinya.
Semoga, pendidikan bisa me-leverage hidupnya.
Bonus foto kakak ika excited bgt mau ke Yogya
14 notes
·
View notes
Text
Situasi kurang nyaman itu pas ketemu sama orang yang pinjem uang terus udah berlalu beberapa waktu dari janjinya buat balikin. Tapi rasanya kaya kita yang punya hutang, berasa gak enak kalau ingat dia punya hutang. Tapi yg pinjemnya kok kaya pura-pura gak ingat. Hehe
7 notes
·
View notes
Text
Buku part 2
Haaaaaaaaa. Sudah selesai weekend minggu ini sodara-sodara dan sekarang sudah 22 (23 sekarang, itu draft semalam) September?? Wtf. Ku masih ada hutang mau ngelanjutin tulisan ya tentang buku ini.
Berhubungan dengan itu adalah: aku baru saja menyelesaikan 2 buku di beberapa hari belakang: Dallergut Dream Department Store by Miye Lee dan Poison for Breakfast-nya Lemony Snicket yang keluar 2021! Both were delights to read. Dua-duanya genrenya fiksi tapi yang satu fiksi totok betul-betul penuh hiburan dan penuh imajinasi, while satunya sangat… filosofis dan BANYAK banget bikin belajar tentang literature.
Ku pernah cerita di sini: https://www.tumblr.com/asrisgratitudejournal/758711603506135040/library?source=share pas ku beli si Miye Lee itu dan beneran emang lambat banget bacanya karena ku gak nemu waktu yang tepat untuk duduk dan focus baca aja sih. Terus yang Lemony Snicket terpicu dari recent twitter trend: ku menemukan foto bookshelf orang dengan buku-buku Snicket jadi kepo “dia gak ngeluarin buku baru kah recently?”. Ternyata ada! Di 2021! Awalnya tentu saja search di library dulu biar gak usah beli kan, tapi ternyata gaada di library. Search di google ternyata ada di Blackwell’s Westgate, dan cuma £7 pulak, jadi yaudah sikat deh habis pulang dari lab ke situ dulu.
Jujur kalau mau digali lagi waktu minggu lalu teh mau nulis apa tentang buku juga ga inget sekarang. OH! Bahas siapa aja yang kubaca dulu dan gimana awal mulanya ku senang baca. Pas lagi bahas sama Puspa dan Oliv tentang betapa bersyukurnya kita sekarang hidup di jaman kita bisa baca buku tulisan cewek, ku langsung mencoba nginget-nginget aku teh dulu baca siapa aja ya… kayanya standar anak kelahiran 90-an:
Esti Kinasih (Fairish WKWKW itu keluaran 2004, terus ada juga CEWEK!!! keluaran 2005); Dealova by Dian Nuranindya, terus dari situ kayanya langsung ke Tere Liye(?). SEMUA novel dia tuh ku beli dari Daun yang Jatuh, Hapalan solat Delisa, dst. Mulai berhenti kayanya pas kuliah. Terus juga sempat ada periode Andrea Hirata. Kayanya yang orang Indo udah sih itu doang.
Yang terjemahan tentu saja: Harry Potter (mama yang pertama kali beliin bawa dari kantor karena fomo ceunah wkwk), terus Hunger Games, Twilight, Divergent (semuanya penulis cewek). Oh! Sama tentu saja Lemony Snicket. Dulu hype banget asli dah. Semua orang di sekolah keknya baca atau kalau ada orang yang pas istirahat baca itu tuh kek keren banget gitu dan ku jadi mau pinjem. Sempat ada periode ku suka minjem buku random juga deh kayanya di perpus SMP, cerita-cerita rakyat gitu. Ku inget banget sampe pernah ada fase ku nabung sehari 3ribu apa ya, buat ngumpulin duit pre-order Harry Potter 7. Keluar Januari 2008. Itu aku kelas 12 SMA, mau UN malah baca Harry Potter.... Untuk anak SMA buku 270ribu tu mahal banget (sekarang pun masih terasa mahal). Itu dulu mahal karena hard-cover kayanya. Ku betulan yang dateng ke Gramedia matraman ngangkot beres sekolah sore2 terus jalan ke counter: “mbak, saya mau pre-order buku Harry Potter ini ya…”. Ku lupa bayarnya kayanya pas ngambil bukunya deh.
Baca Pulang-nya Leila S. Chudori boleh minjem punya mantanku dulu pas kuliah dan dia juga yang ngerekomendasiin. Terus pas kuliah udah deh tu ilang aja hobi bacanya. Masih baca tipis-tipis sih tapi tipis banget dibandingkan pas SMA, waktu itu lagi eranya YA (Young Adult) yang sangat sarat dengan mental health awareness, youth identity (LGBTQ+ and race being people of color etc), police brutality, social justice: John Green, Nicola Yoon, Jennifer Niven, Rainbow Rowell, David Levithan, Angie Thomas. Kayanya itu periode ku mulai transisi ke baca novel Bahasa inggris juga. Di Bandung untungnya ada Periplus Setiabudi, jadi ku suka banget ke sana. Itu juga jaman-jaman udah punya uang lebih dari ngajar olim, jadi kadang kalau lagi pulang ke Jakarta bakal ke Kinokuniya, Aksara kemang, sama ke Periplus juga. Harga buku Bahasa inggris YA ini dulu mungkin di range 150-250ribu kali ya.
Karena mahal, jadinya tidak bisa sering-sering beli bukunya. Sehingga di periode kuliah, ku jadi lebih suka nonton, dan emang dulu itu jamannya ngopi-ngopian film/series dari hard-disk gitu loh inget gak. Sama piratebay wkwkwk. Betul-betul 0 rupiah. Oh sama ada juga FTP ITB yang semua orang bisa download filem atau mp3 di situ. Dulu series yang ditonton ada: Heroes, Game of Thrones jelas, Revenge, Pretty Little Liars (OMG), House of Cards, Veep, Agents of S.H.I.E.L.D., Teen Wolf(!!!), Sherlock, The Flash (awal-awal season doang nontonnya), Glee!!!, Empire, Gossip Girl, Mr. Robot, Master of None, Korra, Brooklyn 99, Orange Is The New Black, Westworld, mencoba nonton Breaking Bad tapi nggak nyangkut.
Tapi ku emang berprivilege seprivilege-privilegednya sih dalam hal baca (dan buku)… yang dari dulu tiap hari Kamis pulang kantor pasti mama beliin Bobo. Dari belom bisa baca pun di kasur dibacain cerita. Terus pas udah agak gedean, mama papaku langganan Kompas setiap hari dan di hari Minggu tuh ada Kompas anak. Di rumah juga papaku suka banget beli buku-buku Islam, ngelihat itu aku pun tumbuh besar menjadi anak yang “Oh membaca itu penting yah”. Pas mudik ke rumah mama di Klaten, di rak buku ada novel-novel Mira W. buanyaaak banget. Kayanya dulu ada 1 atau 2 yang kuhabisin pas lagi di periode lebaran itu. Jadi, ya memang budaya aja sih. Dan baca-baca reply twitter kemarin ya kesadar aja, oh belum semua orang seberuntung aku yah dalam hal ini. Bahkan punya teman-teman yang suka baca juga penting banget! Ada pulak yang cerita kalau dia malah dikata-katain kalau suka baca. Buset.
Aku dari dulu mimpinya cuma satu: punya rumah baca sendiri. Bisa bikin buat anak-anak/orang dewasa pun, bisa baca, senang baca. Dulu tuh masih ada rental buku gitu, di belakang stasiun Duren Kalibata, sama seberang pombensin volvo PasMing. Sekarang modelan gini masih ada kah? Dulu harganya se-buku 3000/minggu apaya buat minjem, murah banget kok. Dan bisa baca di tempat juga kalau mau. Kalau perpus-perpus yang hype di Jakarta kaya di Cikini dan Perpusnas medan merdeka gitu koleksinya ok kah? Ku pernah sih sekali ke perpusnas tapi jatohnya cuma buat liat-liat aja bukan baca. Sebetulnya di tempat kerja di UI juga ok sih perpusat tapi ak malah gak pernah masuk ke perpusatnya. Nanti deh ngecek kalau udah pulang.
Sejak tinggal di Oxford apa yah, tapi library tuh betul-betul tempat favoritku banget sih. Dulu pas di ITB masalahnya library tu lebih ke “tempat nongkrong TPB” dan agak bikin PTSD karena belajar ujian TPB semua di situ kan, jadi setelah Tingkat 2 udah boro-boro masuk ke perpus lagi. Kalo pas S2, bibliothèque-nya di basement jadi gaada sinar matahari masuk terus jadinya moodnya suram gitu, jadi malas deh.
Udah kayanya mau sampai situ dulu aja reminiscent tentang baca bukunya. Kalau sekarang, ku lagi suka banget eksplor penulis-penulis cewek tapi yang non-american/british dan non-white (karena sekarang ceritanya dah bisa Bahasa inggris jadi lebih gede options pool-nya). Gaktau kenapa sih, gaada alasan khusus, tapi kayanya di reading scene (di barat) pun, emang lagi banyak dinaikin penulis-penulis People of Colour/BAME ini? Ku terakhir baca Chimamanda Ngozi Adichie yang Americanah (bagus banget ku sangat merekomendasi). Dia Nigerian, jadi fresh banget diction/vocab yang dibawa. Terus ku bisa relate juga dalam hal privilege, economy background, culture-nya si characters karena Nigeria dan Indonesia mirip-mirip lah ya negara berkembangnya. Terus ada RF Kuang yang super hits 2 tahun belakangan, walaupun ku belum baca Babel sih… tapi Yellowface udah. Bernardine Evaristo. Penulis-penulis Jepang/Korea (translated dari Bahasa mereka ke English). Udah sih. Dolly Alderton palingan. Sisanya ku juga baca non-fiction tapi gak semenarik itu jadi malas kubahas. Komik juga dulu ku baca sampai di rumah ada koleksi Detective Conan, Doraemon, dan hai Miiko yang lumayan komplit.
Paling aneh dari ini semua, setelah ku-scroll lagi ke atas adalah: aku sekarang into kpop… jujur aneh banget.
Dah sekian dulu nge-rant-nya mau kembali bekerja. Buh-bye!
23 September 2024 18:01 flat 39 hujan seharian jadi di rumah aja
7 notes
·
View notes
Text
aku sudah cukup lama mempertahankan, meski sering bikin sakit, gak guna juga.. ya udahlah ilang biar ilang...
Alhamdulillah sudah hilang dan sudah tidak lagi bikin sakit, meski awalnya takut dan ragu, butuh perjuangan Mengantri sejak pukul 13.00 pm hingga jam 20.00pm baru dapat nomor antrian, meski prosesnya butuh perjuangan, dan setelahnya juga butuh perjuangan untuk menjaga agar tak terluka, menjaga untuk menahan diri dari hanya makan yang lembut-lembut...
Akhirnya sudah dicabut yang sering bikin sakit, satubgigi geraham bawah yang berlubang dibiarkan justru akan rusak juga.....
kata orang-orang yang melihatku berkata, beli eskrim, makan yang dingin-dingin, jangan makan yang anget, agar pendarahan gusi cepat berhenti.... pipi dikompres pakai ae batu
Setekah usia 31 tahun kenapa pengetahuan sesederhana ini aku baru tahu....
Jadi keinget anakku pas sakit gigi, dalam keadaan tidak punya pulsa apalagi internet, uang juga gak dikasih pegangan, suami gak punya solusi cuma nyuruh nempelin koyok salonpas... meski sudha dipotong kecil... tapi bunda merasakan nak... kemarin bunda merasakan gimana sakit gigi justru ditempek koyok, maaf ya nak... maaf bunda kurang pengetahuan, maaf ya nak... bunda tidak akan lagi sepasrah dulu... bunda tidak akan mengemis lagi pada ayahmu, bunda akan memperjuangkan apapun untukmu dengan jerih payah bunda sendiri....
9 notes
·
View notes
Text
dulu sekali
dulu, ada masa di mana alasan gua bergadang karena sedang asik chattan sama banyak orang, hape belum mati/lowbet berarti belum boleh tidur, gak peduli besok harus bangun pagi.
dulu, kalau pengen ngobrol, tinggal telpon. Atau kalau gak bisa saat itu juga telpon, palingan cuman nunggu pagi datang, berangkat sekolah terus bebas cerita apa aja ke teman sampe mulut berbusa sekalipun.
dulu, kalau mau pergi ke mana pun tinggal ajak temen, temen gak bisa ya jadi gak bisa pergi, karena kalau pergi sendiri jadi gak seru.
Tahun berganti, umur menua, zaman bertambah, prioritas orang-orang perlahan berubah...
Sekarang, notif pesan cuman di isi oleh grup. Grup jualan, grup kantor, dan berbagai grup lainnya yang bahkan tidak pernah dibuka. Gak ada lagi pesan berisi basa-basi, tukar informasi, ngomongin crush, atau video call/telponan padahal barusan aja udah ketemu.
Tumbuh dewasa itu ternyata bisa sesepi ini, ya?
Nulis ini, bikin gua sadar kenapa banyak orang bisa se 'addicted' itu sama media sosial, kpop, atau gila kerja. Karena hal-hal itu tuh gak sama kayak orang lain. Yang bisa 'ninggalin', ataupun 'susah ditemuin'. Meskipun gak semua hal-hal tadi itu berakibat baik, setidaknya bisa menutup kekosongan sebagian orang. Kalau anak zaman sekarang nyebutnya sih sebagai coping mechanism. Bersyukurnya masih banyak yang sadar, kalau bundir itu haram.
Kalau coping mechanism gua saat ini sih cuman sibuk kerja, baca buku, ataupun jalan-jalan. Gua gak mau lagi menjadikan 'orang lain' sebagai tempat pelarian gua. Karena lingkarannya pasti selalu sama. bukannya bikin sembuh, akhirnya pasti cuman dua, gua yang nyakitin, atau gua yang disakitin.
Gua selalu memohon sama Allah meskipun saat ini gua udah gak punya siapa-siapa lagi, setidaknya rezeki gua berupa uang selalu dimampuin. Karena meskipun gak bisa 'membayar' seseorang untuk ada saat gua butuh, setidaknya dengan uang yang cukup, gua bisa membeli 'waktu' yang bisa gua pakai untuk menciptakan kebahagiaan gua sendiri tanpa harus ditemenin siapa pun.
116 notes
·
View notes
Text
Mahzab keuangan
Temenku bilang, kalau ada orang yang beli iphone dan macbook cash, artinya ia banyak uang.
Hm, perlu dibetulkan kalimat tersebut.
Mungkin sebagian orang ada yang nyicil 12-24 bulan untuk barang tsb, ada juga yang cash gak mau pusing. Aku termasuk yang kedua. Bagiku, kalau aku gak mampu beli cash, simply ya gak mampu, jadi tahan dulu, nabung dulu.
Semenjak bekerja official 6 tahun lalu, aku saving 50% gaji ku yang gak banyak itu. Tiap gajian, auto ditabung atau dipisahin di rekening lain. Sisa 50% nya untuk bayar kosan, biaya hidup, dan naik gunung sebulan sekali. Apa cukup? biaya makan ku termasuk hemat sih, gak aneh-aneh, gak ngopi pula, gak ada subscribe per bulan, gak juga hobi nonton bioskop. Kalau bahasa sekarang, frugal living.
Sejak full WFA di rumah, apa keuangan jadi lebih membaik? tergantung. Iya gak ada pengeluaran bayar kosan, laundry, groceries, dan makan sehari-hari, tapi... ada kehausan cekot sopi tokped HAHAHAH, juga biaya skinker yang walaupun gak beli tiap hari sih. Oh subscribe XYZ juga. Tapi so far, habit nabung di awal masih bertahan, sekarang lebih variatif lagi nyimpen di pos-pos yang mana, entah itu saham, obligasi, atau RDPU.
Kemarin temen nanya, "kamu kepikiran beli aset rumah/tanah/kendaraan ga?". Personally, aku gak tertarik ke aset yang bentuknya susah dijual dan tidak ada dividennya. Ya, mungkin beli rumah sekarang 200jt, 5th kemudian bisa 600jt. Tapi kan non-liquid, susah dijual cepet. Simply, buatku, rumah itu ya buat ditempatin, settle disana untuk beberapa lama, bukan sekedar nyimpen "uang dingin" lalu dijual. Ya, tiap orang beda mahzab.
Beli kendaraan? mobil? pengen sih bisa nyetir mobil, biar gak ngerepotin kalo butuh, tapi, apa iya se-urgent itu untuk punya mobil sendiri? mageran gini, hobinya rebahan, mana sempet mobil-mobilan wkwk.
Oya, aku bukan generasi roti lapis atau breadwinner, jadi aku bisa leluasa nabung dan menghabiskan uwangku sendiri.
19 Desember 2023
39 notes
·
View notes
Text
Kadang kasihan sama si Ibu.
Beliau pensiunan perawat, jadi sudah purna tugas dari rumah sakit. Tapi beberapa orang masih cari beliau untuk dapat privileg setiap berobat (ke RS). Padahal saya kalau berobat ke RS ngantri. Nunggu dipanggil satu-satu. Kalau giliran, baru maju. Saya juga pengguna BPJS. jadi ya sesuai pelayanannya kelas apa ya dapat apa. Orang-orang yang mau berobat ini mau cepat dilayani dan 'dititipi'. Itulah mengapa mereka membutuhkan ibu saya. Butuh dulu, baru ingat ibu.
Ibu lebih seringnya bantu tentu, karena jarak RS ke rumah dekat sekali, tapi beberapa orang ini kadang sampai maksa banget, gedor gedor pintu pagi-pagi. Tetangga sampai ngeliatin, seakan kami punya utang atau apa. Mereka bertamu tanpa berkabar, dan itu jelas membuat saya kadang kerepotan. Sekali lagi, ibu sudah pensiun dan ibu sendiri bilang ke saya beliau sudah banyak gak kenal orang di RS (banyak yang baru). Dan saya suka kalau orang bertamu itu berkabar dulu, buat kenyamanan tamu sendiri, karena saya orangnya suka bagikan makanan dan kalau dikabari jadi bisa luangkan waktu untuk melayani.
Saya kasihan sama ibu bukan karena gak ikhlas beliau 'nemenin' orang-orang ini berobat. Masalahnya, orang orang ini adalah orang yang bahkan gak pernah telepon basa-basi tanya kabar, pas lebaran pun gak pernah ucapkan sesuatu via telepon, orang-orang yang bahkan gak kenal saya (dan nama saya siapa). Bahkan, ketika ibu saya stroke dua kali di RS, saya gak pernah lihat wajah orang-orang ini saat jenguk ibu saya. Mereka baru telepon atau ke rumah, kalau di antara mereka ada yang sakit. Sekali lagi, butuh dulu, baru ingat ada Ibu saya di kota ini. Tapi kalau urusan panen, dapat uang dari hasil kebun bersama, mereka tega ambil uangnya dan serahkan ke ibu saya tak sesuai amanah. Saya merasa ibu saya 'digampangin' karena baik. Celakanya, ibu saya masih mau nolong dengan alasan kalau mereka adalah orang yang lebih berkebutuhan dari kami. Materi dan sikap. Jadi setiap saya mengeluh betapa tidak sopannya mereka (atas banyak hal juga), ibu cuma bisa tenangkan saya dengan bilang,' kamu harus maklum.'
Saya kurang suka model orang-orang yang begini. Tapi ibu saya masih baik sama mereka. Kata Ibu, selagi bisa bantu, ya bantu. Tapi saya tidak merasa nyaman. Pernah dulu kumpul sama orang-orang seperti ini, mereka nyeletuk 'coba anaknya jadi perawat juga, pasti bisa diandalkan'. Itu sangat melukai saya. Seakan-akan saya lahir ke dunia ini untuk memenuhi kebutuhan mereka belaka. Salah atau tidak punya kemarahan dalam hal ini? Menurutmu apa yang harus saya lakukan? Sekali lagi, mereka benar-benar memaksa.
8 notes
·
View notes
Text
karena udah akhir tahun, mungkin, dan kebanyakan lihat instagram, jadi datang lagi rasa insecure itu,
mikir, wah orang-orang udah dapet that prestigious and stable job aja ya, di kantor kantor keren, gajinya gede ya pasti,
wah udah pada di luar negeri aja, nonton konser, ina inu, duitnya banyak banget kayanya ya,
Lalu jadi mikir aku udah sampe mana sih, kok kayanya buat sampe safe/touch point dalam hidup masih jauh,
terus tiba-tiba jadi sedih dan menangis karena apa usahaku kurang ya, mungkin aku kurang keras lagi, memang masih banyak yang kurang, mungkin karena itu belum deserve diberi,
Tapi rasanya jadi kecil, karena melekatkan harga diri dari sampai di touch point tertentu itu, rasanya jadi beban lah, jadi hal yang memalukan dan harus ditutupi untuk sanak saudara yang tentu sudah rutin bertanya kabar progress hidup,
Aku gak menyalahkan mereka juga, mungkin memang basa basi, mungkin ya pengennya kita hidup baik gitu, atau ya emang nyeplos aje,
Mungkin orang tua gak pernah ngomong, tapi pikiranku sudah buat skenario bahwa aku memanglah beban dan gak ada yang bisa dibanggakan, apalah semua perjuangan dan titel yang dulu itu sudah expired, sekarang harus bersaing dan jadilah termasuk bersama standar yang seharusnya,
Sukses, sukses, sukses, wah menakutkan kata itu, mengartikan sukses sendiri memangnya boleh? Kalau inginnya yang senang dan fulfilling, tapi realita hidup butuh uang, dan stability memang menggiurkan, uang tidak bisa beli kebahagiaan, tapi hal hal yang buat bahagia memang ada yang bisa dibeli uang,
Sudahlah sembab, mungkin juga bengkak, benarlah Allah tiada absen mendengar lagi melihat, algoritma instagram yang darinya insecure bertamu itu, tetiba mengguyurku dengan postingan postingan quotes hidup dan islami.
Ya Allah, iya yaa,, aku tuh dikit banget ilmunya, sabarnya juga jadi sedikit. Padahal sudah diatur semuanya, dan sudah yang terbaik, yang harus kufokuskan adalah ikhtiar, doa, dan sangka baik.
Seperti diingetin, allah tuh maha melihat kok semua usahamu, meski sekarang semuanya tampak sia-sia, percaya dan sabar pertolongan Allah akan datang. Meski penuh kabut dan ketidakpastian, serahkan ke Allah keputusannya.
Gongnya, ketemu video podcast nouman ali khan,
Sebenernya arti sukses tuh apa?
Kalau di dunia pasti sukses ditandai dengan achievement, pencapaian, outcome, hasil,
Sedangkan di Quran sukses adalah pengganti kebahagiaan, sukses bukanlah hasilnya tetapi struggle, kesusahan yang kita lalui,
sesungguhnya manusia hidup dalam kesusahan yang berganti dan berlarut larut,
Terus ditanya, berarti kita sukses kalau kita susah lalu berhasil melewati ujian yang allah beri kah?
Ngga, kata ust nouman ali khan, —kita yang kesusahan dan berusaha di tengah tengahnya, pun dinilai kesuksesan,
The fact that we're trying, is success itself,
Mashaallah, mashaallah.
Nangis gak sih? Yaallah dunia itu memang keterbalikannya surga dan bagaimana allah melihatnya.
Di dunia pasti kita dinilai sukses ya kalau udah kaya, kalau udah s2, kalau udah ke luar negeri, kalau udah kerjaannya bagus, kalau udah lulus, kalau udah nikah, kalau udah punya rumah, kalau udah hamil, the list keep goes on,
Tapi Allah, melihat kita sukses ketika kita bersusah payah berusaha, detik tiap detik, peluh tangis darah yang dilewati,
Sampai dijelaskan lagi,
Misal seseorang ingin berhaji, lalu ia menabung 10 tahun lamanya, lalu ia berhasil haji.
Suksesnya, dinilainya itu ya 10 tahun lamanya, bukan saat dia berhasil haji saja.
Yaallah, yaallah, kalau kita mindful, sadar, berniat bahwa semua susah kita ini ibadah, semua yang kita usahakan itu sudah allah lihat sebagai kesuksesan, bukankah itu cukup? Cukup untuk menenangkan diri, nggak nyari validasi lagi dari orang lain,
Seakan akan ketika kita udah dihajar babak belur sama semua standar yang gak sampai untuk kita checklist, Allah bilang, di perjalananmu ini kamu sukses,
Lalu dijelaskan lagi syarat sukses itu, haruslah melakukan hal baik, dan tidak menzalimi orang, gak nyakitin orang,
Gak nyakitin orang tua, temen, orang lain, (ya allah banyak banyak istighfar ya harus usaha lagi)
Lalu juga sukses yang luar biasa itu yang bisa ninggalin legacy kebaikan di dunia ini, membuat kondisi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi eye opening ya, sebenernya yang harus dikejar itu apa, dan rasanya hangat dipeluk, makasih udah berjuang, semua itu gak sia sia, ada nilainya.
4 notes
·
View notes