#fauna politike
Explore tagged Tumblr posts
Text
Fakta Menarik tentang Negara Chili: Keindahan Alam, Sejarah, dan Budaya
Chili (atau Chile dalam bahasa Spanyol) adalah sebuah negara panjang yang terletak di sepanjang pantai barat benua Amerika Selatan. Negara ini dikenal dengan garis pantainya yang membentang lebih dari 4.000 kilometer dari utara ke selatan, namun hanya memiliki lebar sekitar 177 km di sebagian besar wilayahnya. Chile berbatasan dengan Peru di utara, Bolivia di timur laut, dan Argentina di timur, sementara sisi baratnya adalah Samudra Pasifik. Keunikan geografi ini membuat Chile menjadi salah satu negara dengan keberagaman iklim, ekosistem, dan budaya yang sangat menonjol.
Sebagai negara dengan sejarah panjang, budaya yang kaya, dan keindahan alam yang luar biasa, Chile telah menarik perhatian dunia sebagai tujuan wisata, pusat ekonomi di Amerika Latin, dan juga sebagai negara dengan tingkat stabilitas politik yang relatif tinggi di kawasan ini. Artikel ini akan membahas berbagai fakta menarik tentang Chile, dari sejarah hingga keberagaman budaya dan keindahan alamnya.
1. Sejarah Chile: Dari Kolonisasi hingga Kemerdekaan
Sejarah Chile dimulai dengan kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-16. Pedro de Valdivia, seorang penakluk asal Spanyol, adalah tokoh penting yang mendirikan kota Santiago pada 1541, yang kini menjadi ibu kota negara. Seiring dengan kolonisasi Spanyol, Chile menjadi bagian dari Viceroyalty of Peru selama beberapa abad.
Pada awal abad ke-19, pengaruh Eropa mulai melemah di kawasan Amerika Selatan. Gerakan kemerdekaan yang dipimpin oleh tokoh seperti Bernardo O'Higgins dan José de San Martín akhirnya membawa Chile menuju kemerdekaan dari Spanyol pada 18 September 1810. Meskipun demikian, perjuangan untuk meraih kemerdekaan penuh tidak selesai hingga 1818, setelah kemenangan dalam pertempuran-pempertahanan yang mengokohkan posisi mereka sebagai negara merdeka.
Chile mengalami periode stabilitas di bawah pemerintahan yang relatif otoriter pada pertengahan abad ke-20, namun pada 1973, negara ini mengalami kudeta militer yang dipimpin oleh Augusto Pinochet yang menggulingkan pemerintahan yang sah, menyebabkan banyak pelanggaran hak asasi manusia dan penganiayaan. Pinochet berkuasa hingga 1990, ketika demokrasi kembali dipulihkan setelah referendum yang mengakhiri rezim otoriter.
2. Keberagaman Alam dan Geografi
Chile memiliki salah satu geografi paling unik di dunia karena panjangnya yang luar biasa dari utara ke selatan dan variasi iklim yang sangat berbeda. Negara ini membentang dari Gurun Atacama di utara—salah satu tempat terkering di dunia—hingga Gletser Patagonian di selatan, yang terletak di kawasan yang sangat dingin dan bergunung-gunung.
Gurun Atacama
Gurun Atacama di utara Chile dikenal sebagai tempat terkering di dunia. Beberapa wilayah gurun ini tidak pernah tercatat menerima hujan, dan kondisinya sangat ekstrem. Namun, meskipun kering, Atacama juga memiliki keindahan yang menakjubkan. Beberapa daerah di gurun ini merupakan tempat tinggal bagi banyak spesies flora dan fauna yang mampu bertahan hidup dalam iklim keras, dan juga menjadi lokasi observatorium astronomi terbesar di dunia karena langitnya yang sangat jernih.
Kawasan Tengah dan Pegunungan Andes
Di bagian tengah Chile, kita menemukan ibu kota Santiago yang terletak di kaki Pegunungan Andes. Andes adalah rangkaian pegunungan yang membentang dari utara ke selatan benua Amerika, dan merupakan salah satu pegunungan terpanjang di dunia. Pegunungan ini juga menjadi tempat yang ideal untuk kegiatan olahraga luar ruangan seperti pendakian, ski, dan snowboarding.
Patagonia dan Gletser
Di bagian selatan Chile, kita memasuki kawasan Patagonia, sebuah wilayah yang sangat indah dan masih sangat alami. Patagonia dikenal dengan Gletser Perito Moreno, Taman Nasional Torres del Paine, serta berbagai danau biru yang menakjubkan. Patagonia adalah surga bagi para pecinta alam dan petualang yang ingin menjelajahi keindahan alam yang belum banyak terjamah.
3. Keanekaragaman Iklim di Chile
Keberagaman geografis Chile memberikan negara ini berbagai jenis iklim. Di utara, Gurun Atacama memiliki iklim yang sangat kering dan panas. Sedangkan di bagian tengah negara, terdapat iklim mediterania dengan musim panas yang kering dan musim dingin yang basah, cocok untuk pertanian. Di bagian selatan, terutama di Patagonia, iklimnya lebih dingin dan basah dengan suhu yang bisa sangat rendah sepanjang tahun.
Keanekaragaman iklim ini memungkinkan Chile untuk menjadi negara yang sangat produktif dalam hal pertanian dan perikanan, dengan produksi utama seperti anggur, buah-buahan, sayuran, dan produk laut.
4. Budaya dan Warisan Chile
Chili memiliki warisan budaya yang kaya, yang dipengaruhi oleh tradisi Pribumi, kolonial Spanyol, dan berbagai gelombang migrasi Eropa. Budaya Chilean sangat berfokus pada nilai-nilai keluarga, serta keterikatan dengan alam dan tradisi lokal.
Musik dan Tarian Tradisional
Salah satu aspek budaya yang paling dikenal di Chile adalah cueca, tarian nasional yang biasanya dipertunjukkan pada perayaan Fiestas Patrias (Hari Kemerdekaan Chili). Cueca menggambarkan tarian pasangan yang mengenakan pakaian tradisional. Selain cueca, música folklórica dan música andina (musik Andes) juga sangat berpengaruh dalam kehidupan budaya Chili.
Masakan Chile
Masakan Chile sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan segar yang dihasilkan oleh alamnya. Makanan laut sangat populer di Chile, mengingat negara ini memiliki garis pantai yang panjang. Salah satu hidangan terkenal adalah pastel de choclo, hidangan berbahan dasar jagung, daging sapi, dan ayam, mirip dengan pai. Empanada juga merupakan makanan jalanan favorit yang disajikan dengan berbagai isian.
Di wilayah pegunungan Andes, hidangan berbahan daging kambing dan domba sangat populer. Selain itu, anggur Chile merupakan salah satu yang terbaik di dunia, dengan kawasan Valle Central menjadi pusat produksi anggur.
5. Ekonomi Chile: Sumber Daya Alam dan Industri
Chile adalah salah satu negara dengan ekonomi paling stabil di Amerika Selatan. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi negara ini adalah penambangan tembaga, di mana Chile merupakan penghasil tembaga terbesar di dunia. Selain tembaga, negara ini juga kaya akan sumber daya alam lainnya seperti lithium, emas, perak, dan papan kayu.
Sektor pertanian dan perikanan juga berkontribusi besar terhadap ekonomi negara. Anggur, buah-buahan, dan produk laut diekspor ke seluruh dunia, dengan Chile menjadi salah satu eksportir utama produk-produk tersebut.
Selain sumber daya alam, Chile juga memiliki sektor pariwisata yang berkembang pesat, menarik wisatawan dengan pantai-pantainya yang indah, kawasan pegunungan Andes, serta situs-situs alam di Patagonia.
6. Politik dan Pemerintahan
Chile adalah sebuah republik demokratis dengan sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan, yang dipilih melalui pemilihan umum setiap empat tahun. Negara ini memiliki sistem hukum yang kuat dan stabil, yang mengutamakan hak asasi manusia dan keadilan sosial. Chile juga dikenal memiliki indeks kebebasan ekonomi yang tinggi dan merupakan negara dengan salah satu tingkat kemakmuran tertinggi di Amerika Latin.
Namun, Chile juga menghadapi tantangan sosial, terutama terkait dengan ketimpangan ekonomi dan ketidaksetaraan dalam akses pendidikan dan kesehatan. Protes-protes besar terjadi pada 2019, yang menuntut perubahan sosial yang lebih besar dan distribusi kekayaan yang lebih merata.
7. Kesimpulan
Chile adalah negara dengan banyak keunikan dan pesona. Dari garis pantai yang indah, gurun yang ekstrem, pegunungan Andes yang megah, hingga Patagonia yang menakjubkan, Chile menawarkan beragam pengalaman alam yang tak tertandingi. Negara ini memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, budaya yang kaya, serta ekonomi yang kuat berkat sumber daya alamnya yang melimpah.
Meskipun menghadapi tantangan sosial dan politik, Chile tetap menjadi negara yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi. Dengan keberagaman alamnya, warisan budaya yang kaya, serta stabilitas politik dan ekonomi, Chile adalah salah satu negara yang patut diperhitungkan di Amerika Selatan.
0 notes
Link
0 notes
Text
Negotiations on agreements against plastic waste started
Plastic waste washed up on the beach in the coastal city of St. Louis in Senegal.
Representatives from governments, international organisations and environmental groups have started negotiations for a binding global agreement against plastic pollution.
Organized by the United Nations (UN), the conference kicked off in the Uruguayan resort of Punta del Este and will continue until Friday 25/11. A negotiating committee is to negotiate a contract to curb pollution from single-use plastic, ghost nets or microplastics. A resolution paving the way for negotiations was passed in March at the UN Environment Assembly in Nairobi[1], Kenya[2].
The committee is to develop a convention by the end of 2024 that will define binding rules and measures that affect the entire life cycle of plastic. After the one-week meeting in Uruguay, South America, further rounds of negotiations are planned for next year in France and Kenya.
"Marine pollution a huge environmental problem"
After the UN Environment Assembly, a coalition of ambitious countries led by Norway and Rwanda had formed, which wants to achieve an end to plastic pollution by 2040 in the negotiations. More than 35 countries now belong to it, including Germany. "The littering of the seas with huge amounts of plastic is a huge environmental problem that harms the flora and fauna, but also humans," said German Federal Environment Minister Steffi Lemke (Greens).
According to the UN, plastic pollution is increasing rapidly. This poses a serious global environmental problem. If the necessary measures are not taken, the amount of plastic waste entering oceans and other waters could increase from around 9 to 14 million tons per year in 2016 to an estimated 23 to 37 million tons per year more than double by 2040, it said[3]. According to the German Federal Environment Ministry, the biggest drivers are the packaging, vehicle and construction industries.
Single-use plastic, ghost nets and microplastics
According to the environmental organization WWF, the three most problematic types of waste are disposable plastic, ghost nets and microplastics. "Together, almost all of the plastic waste in the sea comes from these three sources," says Alois Vedder from WWF Germany. "Single-use plastic, for example from packaging, is urgent because of the sheer volume, lost fishing nets are the deadliest form of plastic waste for marine animals, and once microplastics have entered the environment, they cannot be retrieved."[4]
Animals also suffer from the huge amounts of plastic waste in their habitat. According to a study by the Alfred Wegener Institute, more than 2000 animal species are confronted with plastic pollution.[5] Almost 90 percent of the examined species are negatively affected.
Instead of the previous mix of voluntary and mandatory, national and regional regulations, conservationists are now pushing for a globally binding agreement against plastic pollution. "The task of the economy in the future is to produce durable and fully recyclable plastic goods,"[6] says a statement from the environmental protection organisation Greenpeace[7]. "Part of the responsibility of governments is to incentivise a truly circular economy and to reward innovation."[8]
Source
dpa-infocom, Verhandlungen über Abkommen gegen Plastikmüll begonnen, in: Sürddeutsche Zeitung, 22-11-2022, https://www.sueddeutsche.de/politik/umweltschutz-verhandlungen-ueber-abkommen-gegen-plastikmuell-begonnen-dpa.urn-newsml-dpa-com-20090101-221128-99-697460
[1] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/scientists-warn-limit-on-plastic-production-is/i21ikj0gz13i
[2] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/first-global-treaty-against-plastic-pollution-in/s7o0uwjmlfop
[3] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/three-quarters-of-the-worlds-population-calls-for/r0umcnq1xggr
[4] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/with-all-lost-fishing-nets-one-can-cover-the/uesi2u6i4hw3
[5] The global “plastic flood” reaches the Arctic. A new AWI-led study shows: there is now a concerning degree of plastic pollution in the Arctic Ocean; https://www.awi.de/en/about-us/service/press/single-view/die-globale-plastikflut-erreicht-die-arktis.html
[6] https://www.greenpeace.org/usa/reports/packaging-away-the-planet-2019/
[7] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/why-plastic-recycling-is-fiction-according-to/1plomgx8nx0n
[8] Read also: https://at.tumblr.com/earaercircular/environmentalists-demand-reusable-refillable/04z5jl7p5i6a
0 notes
Photo
#buburreci#qeveria e buburrecave#shushunja#gjaku#gjakpir��s#parazit#zoon politikon#bota e përrallave#tituj me kafshë#tituj me më shumë se një kafshë#krimbi#unazorët#këmbënyjëtuarit#fauna#fauna politike#kafshërimi i kundërshtarit#glosari politik
0 notes
Text
Informasi Umum Tentang Bali
Sejarah Bali Pulau Bali dihuni oleh sekitar tahun 2000 SM oleh masyarakat Austronesia yang bermigrasi awalnya dari Taiwan melalui Maritim Asia Tenggara. Secara budaya dan bahasa, orang Bali dengan demikian terkait erat dengan masyarakat kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania.
Alat batu yang berasal dari saat ini telah ditemukan di dekat desa Cekik di barat pulau itu. Di Bali kuno, ada sembilan sekte Hindu, yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora, dan Ganapatya. Setiap sekte dihormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya.
Budaya Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya Hindu, dimulai sekitar abad ke-1 Masekan. Nama Bali Dwipa ("pulau Bali") telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk prasasti pilar Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 AD dan menyebutkan "Walidwipa".
Selama inilah sistem irigasi kompleks Subak dikembangkan untuk menanam padi. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya yang masih ada saat ini dapat ditelusuri kembali ke periode ini. Kekaisaran Hindu Majapahit (1293–1520 AD) di jawa timur mendirikan koloni Bali pada tahun 1343. Ketika kekaisaran menurun, ada eksodus intelektual, seniman, imam, dan musisi dari Jawa ke Bali pada abad ke-15.
kisah Bali - Pulau Dewata - Semua Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Bali
Kontak Eropa pertama dengan Bali diperkirakan dilakukan pada tahun 1585 ketika sebuah kapal Portugis didirikan dari semenanjung Bukit dan meninggalkan beberapa orang Portugis dalam pelayanan Dewa Agung. Pada tahun 1597 penjelajah Belanda Cornelis de Houtman tiba di Bali dan, dengan berdirinya Perusahaan India Timur Belanda pada tahun 1602, panggung ditetapkan untuk kontrol kolonial dua setengah abad kemudian ketika kontrol Belanda meluas di seluruh kepulauan Indonesia sepanjang paruh kedua abad kesembilan belas (lihat Hindia Belanda).
Kontrol politik dan ekonomi Belanda atas Bali dimulai pada 1840-an di pantai utara pulau itu ketika Belanda mengadu berbagai alam Bali yang tidak percaya satu sama lain. Pada akhir 1890-an, perjuangan antara kerajaan Bali di selatan pulau itu dieksploitasi oleh Belanda untuk meningkatkan kendali mereka.
Belanda memasang serangan angkatan laut dan darat besar di wilayah Sanur pada tahun 1906 dan dipenuhi oleh ribuan anggota keluarga kerajaan dan pengikut mereka yang berjuang melawan pasukan Belanda yang unggul dalam serangan pertahanan Puputan yang bunuh diri daripada menghadapi penghinaan menyerah. Meskipun Belanda menuntut untuk menyerah, diperkirakan 1.000 orang Bali berbaris sampai mati melawan penjajah.
Dalam intervensi Belanda di Bali (1908), pembantaian serupa terjadi dalam menghadapi serangan Belanda di Klungkung. Setelah itu, gubernur Belanda dapat menjalankan kontrol administratif atas pulau itu, tetapi kontrol lokal atas agama dan budaya umumnya tetap utuh. Kekuasaan Belanda atas Bali datang kemudian dan tidak pernah mapan seperti di bagian lain Indonesia seperti Jawa dan Maluku.
Pada 1930-an, antropolog Margaret Mead dan Gregory Bateson, dan seniman Miguel Covarrubias dan Walter Spies, dan ahli musik Colin McPhee menciptakan citra barat Bali sebagai "tanah anestesi yang mempesona dengan damai dengan diri mereka sendiri dan alam", dan pariwisata barat pertama kali berkembang di pulau itu.
Kekaisaran Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II. Pulau Bali awalnya bukan target dalam Kampanye Hindia Belanda mereka, tetapi karena lapangan terbang di Kalimantan tidak beroperasi karena hujan lebat Tentara Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menduduki Bali, yang tidak menderita cuaca yang sebanding.
Pulau ini tidak memiliki pasukan Reguler Royal Netherlands East Indies Army (KNIL). Hanya ada Korps Bantu Asli Prajoda (Korps Prajoda) yang terdiri dari sekitar 600 tentara asli dan beberapa perwira KNIL Belanda di bawah komando Letnan Kolonel KNIL W.P. Roodenburg. Pada 19 Februari 1942, pasukan Jepang mendarat di dekat kota Senoer (Sanur). Pulau itu dengan cepat ditangkap.
Selama pendudukan Jepang, seorang perwira militer Bali, I Gusti Ngurah Rai, membentuk 'tentara kebebasan' Bali. Kurangnya perubahan kelembagaan dari zaman pemerintahan Belanda, namun, dan kerasnya permintaan perang membuat pemerintahan Jepang sedikit lebih baik daripada yang Belanda. Setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia, termasuk Bali, segera untuk mengembalikan pemerintahan kolonial pra-perang mereka.
Hal ini dilawan oleh pemberontak Bali yang kini menggunakan senjata Jepang. Pada 20 November 1946, Pertempuran Marga diperjuangkan di Tabanan di Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai, pada saat itu berusia 29 tahun, akhirnya mengumpulkan pasukannya di Bali tengah di Marga Rana, di mana mereka melakukan serangan bunuh diri terhadap Belanda bersenjata lengkap.
Batalion Bali sepenuhnya musnah, mematahkan benang terakhir perlawanan militer Bali. Pada tahun 1946 Belanda merupakan Bali sebagai salah satu dari 13 distrik administratif Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, negara saingan republik Indonesia yang diproklamasikan dan dipimpin oleh Soekarno dan Hatta. Bali masuk dalam "Republik Amerika Serikat" ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949.
Geografi Bali Pulau Bali terletak 3,2 km (2 mi) timur Jawa dan sekitar 8 derajat di selatan khatulistiwa. Bali dan Jawa dipisahkan oleh Selat Bali. Timur ke barat, pulau ini memiliki lebar sekitar 153 km (95 mi) dan membentang sekitar 112 km (69 mi) utara ke selatan; luas lahannya adalah 5.632 km².
Pegunungan tengah Bali mencakup beberapa puncak ketinggian lebih dari 3.000 meter. Yang tertinggi adalah Gunung Agung (3.142 m), dikenal sebagai "gunung induk" yang merupakan gunung berapi aktif. Pegunungan berkisar dari pusat hingga sisi timur, dengan Gunung Agung puncak paling timur. Alam vulkanik Bali telah berkontribusi pada kesuburannya yang luar biasa dan pegunungannya yang tinggi memberikan curah hujan tinggi yang mendukung sektor pertanian yang sangat produktif.
Selatan pegunungan adalah daerah yang luas dan terus menurun di mana sebagian besar tanaman padi bali yang besar ditanam. Sisi utara pegunungan lereng lebih curam ke laut dan merupakan daerah penghasil kopi utama pulau, bersama dengan beras, sayuran, dan ternak. Sungai terpanjang, Sungai Ayung, mengalir kurang lebih 75 km.
Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang. Pantai di selatan cenderung memiliki pasir putih sementara yang di utara dan barat memiliki pasir hitam. Bali tidak memiliki saluran air utama, meskipun Sungai Ho dapat dinavigingkan dengan perahu sampan kecil. Pantai pasir hitam antara Pasut dan Klatingdukuh sedang dikembangkan untuk pariwisata, tetapi selain dari candi tepi laut Tanah Lot, mereka belum digunakan untuk pariwisata yang signifikan.
Kota terbesar adalah ibu kota provinsi, Denpasar, dekat pantai selatan. Populasinya sekitar 491.500 (2002). Kota terbesar kedua di Bali ini adalah ibu kota kolonial lama, Singaraja, yang terletak di pantai utara dan merupakan rumah bagi sekitar 100.000 orang. Kota-kota penting lainnya termasuk resor pantai, Kuta, yang praktis merupakan bagian dari daerah perkotaan Denpasar, dan Ubud, yang terletak di utara Denpasar, adalah pusat kebudayaan pulau itu.
Tiga pulau kecil terletak di tenggara langsung dan semuanya secara administratif merupakan bagian dari kabupaten Klungkung, Bali: Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Pulau-pulau ini dipisahkan dari Bali oleh Selat Badung.
Di sebelah timur, Selat Lombok memisahkan Bali dari Lombok dan menandai pembagian biogeografis antara fauna zona ekor indomalayan dan fauna Australasia yang berbeda. Transisi ini dikenal sebagai Wallace Line, dinamai alfred Russel Wallace, yang pertama kali mengusulkan zona transisi antara dua bioma utama ini. Ketika permukaan laut turun selama zaman es Pleistocene, Bali terhubung ke Jawa dan Sumatera dan ke daratan Asia dan berbagi fauna Asia, tetapi air dalam Selat Lombok terus menjaga Lombok dan kepulauan Sunda yang lebih rendah terisolasi.
2 notes
·
View notes
Text
Ternyata kita juga berkontribusi terhadap kerusakan
Sudah melihat film dokumenter sexy killers? Saya sangat menganjurkan temen-temen untuk melihat film dokumenter tersebut. Ini bukan soal politik, ini juga bukan soal menyalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Ini soal membukakan mata kita untuk melihat lebih dalam lagi tentang kerusakan alam yang terjadi di Indonesia dan ternyata kita turut berkontribusi untuknya.
Mungkin kalo kalian pernah pergi ke Kalimantan Timur khususnya wilayah Tenggarong dan Samarinda kita akan menyadari bahwa alam Kalimantan yang dahulu kita banggakan ternyata sudah sangat rusak akibat perilaku penambangan. Baik itu penambangan resmi dan tidak resmi. Bayangkan saja sejak tahun 2014 hingga sekarang lebih dari 5.000 izin tambang baru dikeluarkan.
Tidak serta merta semuanya salah pemerintah. Jika dilihat dari kedua calon presiden, keduanya memiliki andil terhadap kerusakan alam di Kalimantan. Memang ada banyak dampak positif dengan adanya tambang seperti kenaikan pendapatan daerah, pengurangan pengangguran dan transfer knowledge tetapi juga ada dampak buruknya. Dampak buruknya adalah kerusakan alam, hilangnya flora dan fauna, masyarakat yang tertindas dan penyakit yang ditimbulkan dengan adanya tambang.
Lalu apakah penambangan itu salah? Tidak, penambangan itu salah satu cara memenuhi kebutuhan hajat seperti listrik kepada warga negara. Namun sebaiknya tambang itu di kelola oleh pemerintah bukan oleh swasta. Karna tambang menyangkut hajat hidup banyak orang. Jika tambang diserahkan kepada swasta maka kemungkinan aksi suap menyuap antara pengusaha dan pemerintah akan terjadi untuk perizinan tambang. Swasta akan membabi buta untuk mengeruk tambang tanpa memikirkan lagi banyak dampak.
Sekali tambang itu tidak serta merta salah. Perilaku pengusaha tambangnya yang seringkali salah. Tidak bertanggung jawab secara sosial dengan adanya tambang misalnya membuang limbah sembarangan dan pencemaran lingkungan. Belum lagi bekas tambang yang dibiarkan menganga yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan manusia. Pernah liat berita seorang anak kecil yang tenggelam di lubang bekas tambang? Apa komentar Gubernur Kalimantan Timur terhadap hal itu? "Memang sudah takdirnya meninggal disitu" dengan mudahnya pernyataan tersebut keluar.
Ternyata yang lebih parah dari perilaku pengusaha tambang ialah perilaku kita sendiri. Pernah terpikir atau tidak, lampu, laptop, hp, kulkas, tv dan peralatan listrik lainnya yang kita gunakan dengan tidak bijak turut menyumbang kerusakan tersebut. Keluhan kita saat padam lampu atau tuntutan daerah yang belum teraliri dengan listrik menjadi salah satu pemicu kerusakan tersebut. Pemerintah mengeluarkan izin tambang baru agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk listrik. Akibatnya perilaku pengusaha tambang yang telah mendapat izin dengan semena-mena merusak alam kita. Kita jugalah yang mendorong para pengusaha tambang untuk mengeruk alam Kalimantan dengan buasnya. Kita jugalah yang mendorong Pemerintah untuk mengeluarkan ribuan izin tambang baru. Untuk memenuhi hasrat pribadi kita.
25 notes
·
View notes
Photo
Das Erscheinungsbild Deutschlands ist die Folge von Jahrhunderten menschlicher Arbeit. Unsere Vorfahren haben uns Kulturlandschaften hinterlassen, die uns ernähren und erfreuen sowie einer vielseitigen Flora und Fauna ebenso Heimat bieten wie uns Menschen. Gleichzeitig haben menschlicher Pionier- und Erfindergeist zu einem Wohlstand geführt, der es uns ermöglicht, dieses reichhaltige Erbe mit Sorgfalt auch für nachkommende Generationen zu bewahren. Doch Wohlstand und Natur sind heute massiv gefährdet durch eine Grüne Politik, der sich alle etablierten Parteien unterschiedslos verschrieben haben. Die AfD setzt den Grünen Einheitsparteien ein Umweltprogramm des Maßhaltens und der Vernunft entgegen! 💙 Weitere Informationen dazu finden Sie unter: https://www.afd.de/umwelt/ (hier: Esslingen) https://www.instagram.com/p/B5Sn7R3ib9A/?igshid=5tca3bn7sddl
1 note
·
View note
Text
Definisi Hutan: Antara Kebenaran Ilmiah dan Kepentingan Aktor Politik (bagian I)
[3.4] @indarwan-iswan
Hutan dalam cara pandang positivistik adalah bertumpu pada aspek biofisik, dan semua yang berkaitan dengan ekosistem flora dan faunanya. Diskursus mengenai kehutanan dan definisi hutan sudah terjadi sejak beberapa waktu silam dan terus mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan semakin banyaknya hasil riset dan penemuan terbaru, baik itu pada aspek definisi, cara pandang, implementasi Ilmu Kehutanan dalam berbagai kebijakan pembangunan kehutanan. Persoalan cara pandang dan definisi kehutanan dan hutan ini sendiri, sebenarnya tidak bisa dilepaskan oleh suatu kondisi di mana para ahli itu tersebut berada dan pada kondisi apa pemikiran itu tersebut lahir dan diwujudkan dalam sebuah definisi dan teori.
Hal ini merujuk pada fakta adanya perbedaaan bentang alam antara satu negara dan negara lainya, serta perbedaan keanekaragaman hayati dan iklim yang juga ikut memberikan pengaruh pada struktur tegakan, ekosistem dan karakterisitik hutan. Indonesia yang berada di wilayah topis umumnya, diketahui memiliki keanekaragaman yang tinggi pada aspek flora dan fauna. Berbeda dengan negara-negara yang berada di wilayah non tropis, keanekaragaman hayati tidak setinggi di wilayah tropis. Sehingga sangat wajar munculnya berbagai pandangan tentang definisi yang hutan dari berbagai sudut pandang, seperti aspek biofisik, luas, tipe, bentuk, status hukum, aspek sosial dan interaksi hutan dan dan berbagai ekosistem di dalamnya. Cara pandang positivistik ini menimbulkan asumsi tersendiri tentang definisi hutan dengan fokus dan orientasi pemikiranya pada karakteristik biofisik seperti apakah definisi ideal yang dapat memenuhi asumsi hutan serta merangkul semua aspek cara pandang, biofisik, fungsi ekologis, status hukum dan lahan serta tujuan yang seharusnya diharapkan dari adanya hutan.
Pandangan positivistik ini melihat hutan dan ilmu kehutanan sebagai satu hal yang netral dan bebas nilai, yang tidak ada unsur pengaruh manusia dan penganut aliran pemikiran intelektual tertentu, sehingga perdebatan mengenai definisi hutan bebas dari kepentingan politik, nilai dan asumsinya adalah good goverment, good people, and good intellectual. Kenyataan cara pandang ini melihat hutan sebagai subyek pembangunan, dan orientasi pandangan terhadap hutan secara umum yang masih berlaku adalah orientasi hasil hutan berupa kayu dan non kayu. Hegemoni kayu seakan menghilangkan beragam aspek lain, sampai perhitungan dan valuasi ekonomi hutan masih didominasi oleh produk kayu. Hal ini penting untuk ditelaah kembali, apakah cara pandang dengan orientasi pada hasil hutan kayu adalah memang benar atau perlu dilakukan revolusi pemikiran baru untuk dunia kehutanan.
Persoalan ini penting menurut penulis, karena turunan cara pandang dasar dan dogma yang berlaku ini akan berimplikasi kuat terhadap praktek dan penggunaan definisi serta ilmu pengetahuan kehutanan itu sendiri. Diskursus mengenai orientasi pemikiran tentang hutan, harusnya lebih luas dari sekedar kayu dan non kayu, sebab di hutan ada banyak potensi kekayaan sumber daya alam yang tidak bisa dimodelkan secara sederhana pada konsep kayu dan non kayu saja. Sebut saja kekayaan alam seperti keindahan pemadangan alam yang bisa dinikmati oleh siapa saja, tanpa perlu setiap orang melakukan kewajiban yang sama dalam memelihara hutan, sumber plasma nutfah yang melimpah, potensi simpanan cadangan karbon yang bisa dijadikan komoditi perdagangan karbon untuk devisa utama negara misalnya, ataupun jasa lingkungan yang jika divaluasikan secara kuantitatif, nilai ekonominya jauh lebih besar daripada nilai total kubikasi kayu dalam hutan tersebut.
Bagaimana jika semua nilai intangible dari hutan ini dibuatkan sebuah model ekonomi, sehingga nilainya bisa dikonversikan dalam jumlah mata uang. Perubahan dasar cara pandang ini yang menjadi fokus penulis, sampai nanti berbicara pada persoalan definisi hutan yang banyak memasukan hegemoni unsur kayu dalam pendefinisian dan perumusan narasinya. Sebab era sekarang dominansi produksi pada hutan adalah pada aspek produksi kayu, dan hal ini tidak lepas dari banyaknya pengertian tentang hutan tentang kayu yang sudah menjadi dogma yang sulit dibantah. Posisi penulis sebagai bermaksud mendalami dan mempertanyakan dogma kayu, serta bermaksud menyampaikan nalar kritis atas fakta di lapangan dengan berbagai diksursus yang terjadi. Apakah benar hasil hutan kayu justru lebih besar dari hasil hutan kayu atau sebaliknya, dan apakah pikiran tentang hutan itu hanya berputar pada orientasi tentang kayu dan non kayu saja, ataukah justru jauh lebih luas dari sekedar redaksi kayu dan tidak sebanding dengan luasnya makna dan keberadaan hutan itu sendiri.
Penulis berpendapat bahwa persoalan bagaimana definisi hutan yang ideal yang bisa merangkul semua aspek adalah bukan pemikiran yang statis dan dapat digunakan sepanjang masa, sebab ada banyak faktor dan kejadian, sehingga suatu definisi ini relevansinya dengan suatu keadaan zaman berakhir karena ada pembaharuan pemikiran yang diasumsikan lebih relevan. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana hutan dipandang sebagai sumber visa dari suatu negara atau bagian dari ekologi suatu ekosistem kehidupan yang berdampingan dan perlu dirawat sehingga eksplorasi skala produksi terhadap hutan menjadi hal yang dianggap melanggar nilai dan etika sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Aliran pemikiran post-posivisitik melihat persoalan definisi hutan tidak bebas nilai, sehingga rumusan cara pandang tentan hutan, teori dan Ilmu Kehutanan sangat tergantung pada kepentingan politik dari aktor, akses terhadap pemanfaataan sumber daya hutan, dan pihak tertentu dengan sumber daya kapital besar yang bisa menguasai hutan tersebut. Sehingga perumusan orientasi teori dan kebijakan kehutanan sangat terkait dengan perilaku aktor yang bermain. Cara pandang ini juga tidak memandang ilmu pengetahuan dan perguruan tinggi sebagai produsen berbagai aliran pemikiran dan ilmu pengetahuan kehutanan sebagai hal yang netral, namun mereka memiliki tetap memiliki afiliasi tertentu dengan hegemoni kekuasaan pengetahuan dan berbagai kepentingan untuk mempertahankan serta menyebarkan hegemoni ilmu pengetahun tersebut.
Beberapa aktor yang memiliki wewenang dalam perumusan definisi hutan untuk diimplementasikan dalam kebijakan memiliki cara pandang tersendiri, seperti FAO (Food Agriculture Organization yang dominan pada aspek luasan lahan hutanya atau tutupan vegetasinya, Undang – Undang (UU) Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan yang dominan pada wujud biofisik, serta pandangan beberapa ahli lainya dari berbagai institusi. Kesalahan dalam menetapkan asumsi dan cara pandang awal juga berdampak besar pada orientasi definisi hutan tentang kayu, termasuk nanti pada aspek keilmuwan tentang pengelolaan hutan dan pengurusan hutan serta perbedaan kedua aktivitas tersebut dengan aktivitas lain di luar bidang kehutanan. (Bersambung)
2 notes
·
View notes
Text
Das bitte auch lesen!
Wer die klimaneutrale Kernkraft jetzt abschaltet und meint er könnte sie durch Flächen und Natur fressende Wind und Solar Anlagen einfach ersetzen, hat sich nicht mit den modernen, sicheren Klimaneutralen Möglichkeiten der Kernkraft in Form von DSL Reaktoren auseinander gesetzt und versagt und ignoriert allen sachlichen Argumenten und dem Bürgerwillen. Das IPCC schlägt ausdrücklich die Kernkraft zum Klimaschutz vor.
Allem zum Trotz
Wetter ist immer nur lokal, es gibt kein Weltklima.
Zur Zeit wird das Klima wieder zu Wahlkampfzwecken und Steuererhöhungen durch die Politik missbraucht.
Für große Teile der Bevölkerung ist Klimaschutz zum Glaubenskanon geworden. Als Folge dieses Glaubens fordert man keine sachlichen Begründungen mehr ein und hinterfragt nicht den Sinn von Klimaschutz. Die Verwechslung von Glauben mit belegten Fakten ist ein beispielloser Rückschritt in Zeiten vor der Aufklärung.
Hier die Fakten dazu.
Fakt 1
Klima ist kein Wetter, sondern der lokale, statistische Mittelwert von Wetter über mindestens 30 Jahre. Ein Globalklima gibt es nicht, nur Klimazonen von tropisch, subtropisch, gemäßigt bis polar. Die Klimas unterschiedlicher Erdregionen ändern sich nicht gleichsinnig. So wird die Antarktis aktuell kälter, die Arktis dagegen wärmer. Dieser Vorgang kehrt sich zyklisch etwa alle 60 Jahre um, die Wissenschaft spricht von Klimaschaukel. Immerwährender Klimawandel ist naturgesetzlich. Konstantes Klima gibt es nicht. Schützen kann man einen statistischen Mittelwert auch nicht, der sich zudem laufend ändert.
Fakt 2
Prof. Dr. Heinz Miller, ehemaliger Vizedirektor des Alfred-Wegener Instituts (AWI) sagt zu Klimaschutz: Wer von Klimaschutz redet, weckt Illusionen. Klima lässt sich nicht schützen und auf einer Wunschtemperatur stabilisieren. Es hat sich auch ohne Einwirkung des Menschen oft drastisch verändert. Schlagworte wie Klimakollaps oder Klimakatastrophe sind irreführend. Klima kann nicht kollabieren. Die Natur kennt keine Katastrophen.
Fakt 3
Zum IPCC dem Weltklimarat schreibt der Gutachter: Unsachgemäß werden von Politik und Medien nicht die begutachtete Fachliteratur, sondern die Aussagen des IPCC als maßgebend angesehen.. Das IPCC ist aber nicht nur eine wissenschaftliche, sondern auch eine politische UN-Organisation. Das IPCC hat das implizit erklärte Ziel, einen anthropogenen (menschgemachten) Klimaeinfluß nachzuweisen. Ein vorweggenommenes Ergebnis widerspricht freilich der jeder Wissenschaft zugrundeliegenden Ergebnisoffenheit.
Das IPCC forscht nicht selbst, sondern über einen nicht transparenten Prozess ausgewählte Mitarbeiter, sog. Leitautoren, sammeln, selektieren(!) und interpretieren die Klimafachliteratur nach ihren eigenen Kriterien. Als Ergebnis gibt das IPCC umfangreiche Sachstandsberichte sowie komprimierte Berichte für Politiker heraus. Letztere widersprechen zum Teil den eigenen IPCC-Sachstandsberichten, weil die betreffenden Regierungen bei der Erstellung mitschreiben dürfen. Derartige Verbindungen zwischen Politik und Wissenschaft haben sich historisch immer als fatal erwiesen.
Fakt 4
Einen allgemein anerkannten oder zumindest ernst zu nehmenden Nachweis für einen menschgemachten Klimawandel, konnte das IPCC trotz dieser fragwürdigen Bemühungen bis heute nicht erbringen.
Fakt 5
Temperaturen und CO2 in der Klimavergangenheit Eisbohrkerne, Baumringe, Tropfsteine, Pollen und Sedimente zeigen, dass die Erde schon wesentlich wärmere, aber vorwiegend auch kältere Zeiten als heute erlebte, insbesondere über 15-mal höhere CO2-Konzentrationen in der Luft. Eine ursächliche Korrelation von CO2 und Erdtemperaturen ist für keine Erdepoche bekannt, einschließlich der Jüngsten. Davon ausgenommen ist der relativ schwache physikalische Effekt einer Ausgasung von CO2 bei höheren Meereswassertemperaturen bzw. einer Bindung bei tieferen Wassertemperaturen. Hierbei folgt das CO2 der Temperatur, nicht umgekehrt.
Flora und Fauna kamen auch bei höchsten CO2-Konzentrationen in der Klimavergangenheit niemals zu Schaden. Insbesondere bei hohen CO2- Werten boomte das Leben. Von Meeresversauerung in solchen Zeiten ist nichts bekannt, auch Korallen gedeihen schon seit über 400 Millionen Jahren.
Fakt 6
Warmzeiten bedeuteten stets kulturelle Blütezeiten, Kaltzeiten dagegen Völkerwanderungen, Hunger und Seuchen. In der starken Warmzeit 6500 vor Heute wurden in Mesopotamien der Pflug, das Rad, Bewässerungssysteme und die Schrift erfunden. Die tiefen Temperaturen und die Not der Menschen in der kleinen Eiszeit zeigen berühmte Winterbilder zeitgenössischer holländischer Meister.
Fakt 7
Für fast jedes Extremwetter, wo auch immer es auf der Welt auftritt, machen heute die Medien, aber auch eigentlich zur wissenschaftlichen Neutralität verpflichtete wissenschaftliche Institute den anthropogenen Klimawandel verantwortlich. Als derzeitiger „Sieger“ im deutschen Wettbewerb eines jede wissenschaftlichen Gegenbelege ignorierenden Klima-Alarmismus, darf aktuell das Potsdamer Institut für Klimafolgenforschung gelten. Bereits fast jede Witterungsänderung wird hier auf anthropogene Ursachen zurückgeführt.
Fakt 8
Noch einmal zum Autoverkehr: Wie maßgebend das CO2 aus dem heutigen globalen Autoverkehr ist, zeigt ein Vergleich mit der menschlichen Ausatmung (alle Zahlen Grobwerte): Ein Auto erzeugt 0,15 kg CO2 pro km, bei 10.000 km sind das im Jahr 1,5 t. Weltweit gibt es 1 Milliarde Autos. Alle Autos erzeugen daher 1,5 Milliarden t CO 2 im Jahr. Ein Erwachsener erzeugt 0,3 t CO2 im Jahr per Ausatmung, (je nach Tätigkeit auch ein vielfaches mehr). 7 Milliarden Menschen auf der Erde erzeugen somit pro Jahr durch Ausatmung 0,3·7 = 2,1 Milliarden t CO2. Das CO2 aus der Ausatmung der Menschheit übersteigt daher aktuell das CO2 aus dem globalen Autoverkehr.
Fakt 9
Der heutige Stand der Fachliteratur gibt infolgedessen keine Veranlassung, eine gefährliche globale Erwärmung durch zunehmendes CO2 zu befürchten. Nur Klimamodelle (globale Zirkulationsmodelle) machen hier eine Ausnahme. Eine verlässliche Globalmodellierung eines so komplexen Geschehens wie „Klima“ ist aber unmöglich. So schreibt das IPCC im Third Assessment Report (TAR 2001, S. 774) “In climate research and modeling, we should recognize that we are dealing with a coupled non-linear chaotic system, and therefore that the long-term prediction of future climate states is not possible.”
Fakt 10
Deutschlands Anteil an den weltweiten CO2-Emissionen beträgt grob 2%. Um zu ermitteln, wie sich eine Verringerung dieses Beitrags um 80% (Plan der Bundesregierung) auf die globale Mitteltemperatur bis zum Jahre 2050 auswirkt, gehen wir von stark vereinfachten Annahmen aus: Die derzeitige CO2-Konzentrationserhöhung der Luft beträgt 2 ppm/Jahr67, das sind in den 32 Jahren bis 2050 32 x 2 = 64 ppm mehr. Deutsche 80% Einsparungen bedeuten davon 0,8 x 0,02 x 64 ppm = 1 ppm weniger.
Als ungünstigsten Wert der Klimasensitivität, also infolge CO2-Anstieg von heute 400 ppm auf 2 x 400 = 800 ppm, nennt das IPCC im Sachstandsbericht AR5 (2015) 4,5 °C. Die Temperaturverringerung durch 80% deutscher CO2-Einsparungen beträgt somit höchstens 4,5 x 1/400 = 0,01 °C, also so gut wie nichts.
Dieses „Nichts“ kostet Deutschland aber viele Milliarden Euro jedes Jahr. 80% CO2-Einsparung wären das Ende Deutschlands als Industrie- und Sozialstaat.
Eine EEG ins nichts!
https://youtu.be/jm9h0MJ2swo
Wie geht es weiter?
Nimmt man diese Fakten und die Tatsache, dass dies im Februar gutachterlich im Bundestag klargestellt wurde, dann kann man nur noch zu einem einzigen Schluß kommen: Alle die diese Klimahysterie antreiben, verfolgen ein klares Ziel – Der Klimaschutz ist es definitiv nicht. Es wird Zeit diesem unfassbaren Treiben endlich wieder Sinn und Verstand entgegenzusetzen.
0 notes
Text
Fakta Menarik tentang Negara Bangladesh
Bangladesh adalah negara yang terletak di Asia Selatan, berbatasan dengan India di tiga sisi dan Myanmar di sisi tenggara, serta memiliki garis pantai yang panjang di Teluk Benggala. Meskipun tidak sepopuler negara-negara besar di Asia, Bangladesh memiliki banyak aspek menarik yang membuatnya unik. Dari keanekaragaman budaya, sejarah yang kaya, hingga tantangan sosial dan lingkungan, Bangladesh menawarkan banyak hal yang menarik untuk dipelajari.
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Bangladesh:
1. Bangladesh Memiliki Salah Satu Kepadatan Penduduk Tertinggi di Dunia
Dengan populasi lebih dari 170 juta orang (diperkirakan pada tahun 2024), Bangladesh adalah salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Negara ini memiliki luas sekitar 147.570 km², menjadikannya negara yang sangat padat. Sebagai perbandingan, Bangladesh memiliki kepadatan lebih dari 1.100 orang per kilometer persegi, yang jauh lebih padat dibandingkan negara-negara besar seperti India atau China.
Kepadatan penduduk yang tinggi menjadi tantangan besar bagi negara ini, terutama dalam hal penyediaan sumber daya, layanan kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal.
2. Bangladesh Memiliki Sejarah yang Panjang dan Dinamis
Sejarah Bangladesh sebagai entitas politik dimulai pada tahun 1971, saat negara ini memperoleh kemerdekaannya dari Pakistan setelah Perang Kemerdekaan Bangladesh yang berdarah. Sebelumnya, wilayah ini dikenal sebagai Bengal, yang merupakan bagian dari Imperium Inggris hingga 1947. Setelah pembagian India, wilayah ini menjadi bagian dari Pakistan dan dikenal sebagai Pakistan Timur.
Proses kemerdekaan Bangladesh sangat dramatis dan penuh perjuangan. Perang kemerdekaan yang berlangsung pada tahun 1971 berakhir dengan kemenangan Bangladesh dan bantuan dari India. Sejak kemerdekaannya, Bangladesh telah mengalami berbagai perkembangan, meskipun juga menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang besar.
3. Sungai-sungai Besar: Delta Sungai Terbesar di Dunia
Bangladesh terletak di delta sungai terbesar di dunia, yang terbentuk oleh pertemuan Sungai Ganges (Padma), Sungai Brahmaputra (Jamuna), dan Sungai Meghna. Delta ini membuat Bangladesh menjadi negara dengan tanah yang sangat subur. Namun, juga membuatnya rentan terhadap banjir dan bencana alam lainnya, terutama saat musim hujan.
Sungai-sungai ini memiliki peran penting dalam perekonomian Bangladesh, karena menyediakan jalur transportasi, irigasi untuk pertanian, serta sumber daya alam bagi warga setempat.
4. Bangladesh adalah Salah Satu Negara Terpadat di Dunia
Meskipun merupakan negara yang relatif kecil, Bangladesh adalah salah satu negara terpadat di dunia berdasarkan jumlah penduduk per kilometer persegi. Kepadatan penduduk yang tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tingkat kelahiran yang tinggi, migrasi internal dari pedesaan ke kota-kota besar, dan terbatasnya ruang untuk ekspansi.
Dhaka, ibu kota Bangladesh, adalah salah satu kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Kota ini dipenuhi oleh lebih dari 20 juta orang dan sering kali terjebak dalam kemacetan lalu lintas yang parah.
5. Keanekaragaman Alam dan Fauna
Bangladesh memiliki keberagaman alam yang luar biasa, dengan hutan hujan tropis, delta, dan pantai-pantai yang indah. Salah satu daya tarik alam utama adalah Taman Nasional Sundarbans, yang merupakan rumah bagi harimau Bengal yang terancam punah. Sundarbans juga merupakan salah satu kawasan hutan bakau terbesar di dunia dan telah diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Selain harimau Bengal, Bangladesh juga memiliki berbagai spesies fauna unik lainnya, seperti gajah Asia, buaya muara, serta berbagai jenis burung dan ikan.
6. Pakaian Tradisional: Sari dan Panjabi
Pakaian tradisional Bangladesh sangat dipengaruhi oleh budaya India dan Islam. Untuk wanita, sari adalah pakaian tradisional yang paling umum dikenakan, terutama pada acara-acara formal dan perayaan. Sedangkan bagi pria, panjabi (kemeja panjang yang biasanya dipakai dengan celana dhoti atau salwar) adalah pakaian yang sering dikenakan dalam kehidupan sehari-hari atau pada acara-acara tertentu.
Meskipun pakaian tradisional masih sangat populer, masyarakat urban di kota-kota besar seperti Dhaka dan Chittagong juga banyak yang mengenakan pakaian barat, seperti jeans, kaos, dan kemeja.
7. Industri Tekstil dan Pakaian
Bangladesh adalah salah satu penghasil tekstil terbesar di dunia, terutama dalam hal pakaian jadi. Industri tekstil dan garmen merupakan sektor ekonomi utama negara ini, dengan sebagian besar ekspor Bangladesh berupa pakaian yang diproduksi di pabrik-pabrik tekstil. Negara ini adalah ekspor pakaian terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Meskipun industri ini sangat menguntungkan, sektor ini seringkali dikritik karena kondisi kerja yang buruk, upah rendah, dan kecelakaan fatal yang pernah terjadi di beberapa pabrik besar, seperti tragedi Rana Plaza pada 2013, di mana lebih dari seratus orang tewas setelah sebuah pabrik runtuh.
8. Musim Banjir dan Badai Tropis
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Bangladesh adalah bencana alam. Negara ini sering mengalami banjir musiman yang dapat menenggelamkan sebagian besar wilayah, terutama selama musim hujan yang berlangsung antara bulan Juni hingga September. Banjir ini sering merusak infrastruktur, pertanian, dan rumah-rumah penduduk.
Selain banjir, Bangladesh juga sering dilanda badai tropis yang datang dari Teluk Benggala. Badai ini dapat menyebabkan kerusakan besar dan mempengaruhi kehidupan banyak orang, terutama yang tinggal di daerah pesisir.
9. Makanan Tradisional: Biryani dan Hilsa
Biryani adalah salah satu hidangan paling populer di Bangladesh, yang terbuat dari nasi, daging (biasanya ayam atau kambing), dan berbagai rempah-rempah. Biryani disajikan di banyak acara penting, termasuk pernikahan dan perayaan besar.
Ikan Hilsa (atau ilish), yang merupakan jenis ikan yang ditemukan di Sungai Padma dan Meghna, adalah makanan khas lain yang sangat disukai oleh orang Bangladesh. Ikan ini memiliki rasa yang khas dan sering dimasak dengan rempah-rempah dalam hidangan tradisional.
10. Bangladesh adalah Negara Muslim dengan Sejarah Sejarah Buddha
Bangladesh adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim (sekitar 90%), namun sejarah negara ini juga sangat dipengaruhi oleh agama Buddha. Sebelum kedatangan Islam pada abad ke-12, wilayah ini adalah pusat penting dalam peradaban Buddha.
Banyak situs bersejarah yang terkait dengan Buddha, termasuk biara dan patung Buddha yang ditemukan di beberapa wilayah Bangladesh. Salah satu situs terkenal adalah Buddha Uddyan di Cox’s Bazar, yang merupakan tempat suci bagi banyak pengikut agama Buddha.
11. Peringatan Hari Kemerdekaan: 26 Maret
Hari Kemerdekaan Bangladesh diperingati setiap tanggal 26 Maret, yang menandai hari deklarasi kemerdekaan negara ini dari Pakistan pada tahun 1971. Tanggal ini sangat berarti bagi warga Bangladesh, dan dirayakan dengan berbagai kegiatan, termasuk parade dan upacara mengenang mereka yang jatuh dalam perjuangan kemerdekaan.
Kesimpulan
Bangladesh adalah negara yang penuh dengan kontradiksi dan keberagaman. Meskipun menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk kepadatan penduduk, bencana alam, dan tantangan ekonomi, negara ini terus menunjukkan ketangguhan dan semangat juang yang luar biasa. Dengan sejarah yang kaya, budaya yang unik, serta keindahan alam yang menakjubkan, Bangladesh terus menjadi bagian penting dari dunia Asia Selatan.
0 notes
Text
Ku Li - Tak perlu layan PAS waktu PRU15 nanti...
Ku Li - Tak perlu layan PAS waktu PRU15 nanti....
youtube
Tengku Razaleigh Hamzah menyerang PAS susulan kegagalan menyelesaikan masalah air di Kelantan dan turut mengkritik sikap PAS dalam soal kerjasama politik dengan UMNO.
“Apa penting PAS ini? Di Kelantan pun air berkarat lagi. Dah berpuluh tahun dia (PAS) berkuasa di Kelantan.
“Sekarang ini kita dengar nak ambil masa 30 tahun baru boleh menyelesaikan masalah air yang merah karat warnanya.
“Nak beri laluan kepada dia (PAS) apa lagi? Dia dah berkuasa di Kelantan. Dia dah dapat kerusi terbanyak di Kelantan,” tempelaknya. Bekas Menteri Kewangan itu juga secara spontan menjawab sambil ketawa, “Dia (PAS) nak dunia.”
Bagaimanapun, Ku Li mendedahkan sikap bolot Pas seperti berlaku di Terengganu dan Kedah.
“Dia (Pas) tak nak bagi UMNO masuk dalam Exco (kerajaan negeri). Tapi sekarang dia masuk kerajaan Pusat. Jadi menteri dan sebagainya.
“Di Terengganu pun dia (PAS) tidak bagi. Kita ada banyak kerusi di Terengganu tapi satu kerusi pun dia tak bagi. Di Kedah pun sama. “Apa makna kerjasama?” soalnya lagi.
Tengku Razaleigh Hamzah berkata Umno tidak perlu beralah dengan PAS dalam soal pengagihan kerusi pada PRU15 kelak. Meskipun bekerjasama dalam Muafakat Nasional sejak tahun lalu, namun keikhlasan parti Islam itu dipersoalkan.
Antaranya apabila mereka membentuk kerajaan bersama di peringkat persekutuan namun pemimpin UMNO tidak diberikan jawatan exco di negeri dikuasai PAS.
PAS tidak perlu diberi laluan mudah dalam pilihan raya umum akan datang kerana parti Islam itu enggan memenuhi tuntutan UMNO, kata Tengku Razaleigh Hamzah. Katanya, biarpun kedua-dua parti itu berkerjasama dalam Muafakat Nasional (MN) sehingga kini pemimpin Umno tidak diberikan jawatan exco di negeri dikuasai PAS. - MD
Sabahans is fortunate to have such a leader with a dream and vision that cares for his people's welfare and the nation.
Also, he is a leader with courage to implement necessary changes that will benefit the people of Sabah and will not hesitate to make the tough and bold decisions and put them into action, just like dissolving the State Assembly in returning the power to the people of Sabah to choose their Ruler. - f/bk
Can Shafie make a difference
in Sabah and Malaysia?...
Working in East Malaysia was an eye-opener. Having returned from studying overseas, it was like stepping back in time. There was the growing threat of religious extremism and Malay supremacy which many of us thought would be short-lived, but we were wrong.
At the time, the country was under Dr Mahathir Mohamad. Malaysia was being carved-up into factions - Malay and non-Malay, Muslim and non-Muslim, elites and the ordinary rakyat.
My employment in East Malaysia was both revealing and restorative. Restorative because it was only in East Malaysia that I could relive the days of my childhood and eye-opening because of the many ironies I found in Borneo.
At the time, my Sabahan friends said that three things fuelled their mistrust of the federal government: the MA63 agreement, the oil royalty issue, and the dual-threat of Ketuanan Melayu and Islamisation.
Today, the same three issues are a high priority. Nothing has been done by Sabah's leaders to address these grouses and the "Umno-Baru" leader for Sabah, Kinabatangan MP Bung Moktar Radin, alluded to this fact.
The BN candidates and supporters went to campaign but were stopped by the villagers.
The villagers asked the BN candidate about the promises made by the last BN candidate that
were not fulfilled..The BN candidate was stunned and unable to give an answer,finally he left...
Lets teach the traitors a real lessons!!...
On Sept 15, he pleaded with Sabahans to give his party the mandate to rule again. He said, "Sabah Umno and BN - we have changed. From our leadership to skills, to our organisation. Why have we changed? Because we want to capture the hearts of the people and we want to convince the people to support us."
Despite their years in power, Bung and Umno-Baru did nothing to wrestle power away from Putrajaya and restore the rights of the Sabah people.
Oil money was used to build peninsular highways and the city of Putrajaya. All this while the roads and bridges in Borneo became decrepit. The heads of Sabah civil service departments were imported from West Malaysia and capable Sabahans were denied these crucial roles.
Many Sabahans living in rural areas chose to send their children to boarding schools. This was because a fear that I heard parents faced was their children returning home from national schools as Muslims. The allegations of forced conversions by teachers filled them with dread.
The issue of the word "Allah" being banned from use in bibles still upsets some Sabah Christians. These major decisions are dictated by Putrajaya. Is there any wonder why many Sabahans fear that their demography is being changed, by alleged forced conversion and the "Melayu" agenda?
Young Malaysians from Semenanjung may wonder why I often harp on about racial harmony and religious intolerance. If they are able to, they should grab any opportunity to live and work in East Malaysia, at least for a few years, to understand what I am talking about. Borneo is an eye-opener.
The attitudes of the East Malaysian people will do more for them than any article or political propaganda, to highlight the true meaning of racial harmony.
East Malaysia derives its strength from the diversity of its people. Intermarriage has blurred racial divisions. One family can have both Muslim and non-Muslim members. All festivals are celebrated without any issues, whereas in Semenanjung, some muftis ban Muslims from visiting the open houses of their non-Muslim friends, and discourage integration.
Despite its timber wealth and money from mining oil and gas reserves, the two nations of Sabah and Sarawak are the poorest in Malaysia. Why is Sabah only paid five percent of oil royalties?
Will Sabah politicians ensure that there is minimal environmental damage in its forest, waters, and soil? Proposed developments in mining, logging, and deforestation for plantation use may damage Sabah's natural beauty and destroy the flora and fauna, and harm its tourism potential.
Today, Sabah is not treated as an equal partner in Malaysia. The people of Sabah know that one faith or race, cannot be superior to another. Moreover, Mahathir's Project IC has done a lot of damage to Sabah. Worse still, the terms of the MA63 agreement were neither respected nor upheld.
At the end of the 19th century, a man called Mat Salleh from Inanam told his people to fight for their rights and defend their people and their way of life.
Mat Salleh was a Suluk-Bajau warrior who opposed the colonisation of the British in the form of the-then British North Borneo Chartered Company (BNBCC). The BNBCC taxed the local people who traded along the rivers in Sabah, and Mat Salleh led many armed rebellions against the BNBCC.
The irony was that, in 1963, the Sabahans were taken over by new colonial masters - the federal government. If the incumbent Chief Minister Shafie Apdal wins in next week's state election, he will be able to restore the dignity of the Sabah people and demand equal rights.
Will he also insist that the findings of former chief minister Fuad Stephens death on June 6, 1976, be made public? Why are the results of the Australian inquiry into the Nomad aircraft built by the Australian Government Aircraft Factories (GAF), also classified? Stephens was due to discuss the complex issues of oil royalties with Tengku Razaleigh Hamzah, who was the then finance minister and chairperson of Petronas.
More importantly, Shafie can show West Malaysia, that a nation cannot be manipulated by leaders who use race and religion to restrain their progress and development. - Mariam Mokhtar
Get Well Soon Tuanku...🙏🙏🙏
cheers.
Sumber asal: Ku Li - Tak perlu layan PAS waktu PRU15 nanti... Baca selebihnya di Ku Li - Tak perlu layan PAS waktu PRU15 nanti...
0 notes
Text
Petition: Unser Trinkwasser gehört uns - nicht Coca-Cola!
Petition: Unser Trinkwasser gehört uns - nicht Coca-Cola! Mensch, Fauna und Flora schützen für unsere künftigen Generationen! https://www.change.org/p/lüneburg-unser-trinkwasser-gehört-uns-nicht-cocacola-de-julia-verlinden-michelpauly-ulrichblanck-hansestadtlg-gruenelg-gj-luneburg-spd-lueneburg-dielinke-lbg-fdplueneburg ✍️👍♻️ Bitte mitzeichnen, teilen und liken. Danke :) @SoliKlick.de - Mitklicken für Solidarität! - Umdenken und Handeln! . Hashtags zu gleichen Postings: #SoliKlick.de #Petitionen #Umweltschutz #Verbraucherschutz #Wasser #CocaCola #Lebensmittel #Profitgier #Lobbyismus #Unternehmen #Lüneburg #Trinkwasser #Politik #Deutschland #Europa #SoliKlickUmweltschutz #SoliKlickVerbraucherschutz
0 notes
Photo
#qeni#cynophobia#sulme kafshësh#ushqim për kafshë#territorialiteti i kafshës#kafshë sipas kombësisë#sikur e kanë ngrënë qentë#metafora me kafshë#glosari politik#orientalism#imperializmi zoologjik#gabime shtypi#ju sugjerojmë#gjuha me kafshët#kafshë në antropologji#Pastoralia#fauna antieuropiane
0 notes
Text
Ketahui Ini, Sebelum Mencari Pet Shop
Sama seperti perempuan, anak-anak juga punya potensi besar dalam start-up. Sebetulnya masih ada banyak sekali ide-ide bisnis start-up yang bisa dikembangkan. Menggabungkan perihal teknologi, ciptakan aplikasi khusus di mana guru dan murid bisa saling berbagi secara online. Inovasi dan kreativitas adalah hal penting yang membuat sebuah bisnis bisa berjalan lancar. Manusia dengan usia tua kadang mudah lupa, mudah emosi dan tidak bisa melakukan berbagai aktivitas sendirian.
Padahal di negara-negara maju, biro jodoh justru menjadi sebuah bisnis profesional https://en.search.wordpress.com/?src=organic&q=pet shop yang menjanjikan. Namun sesekali kewajiban tersebut menjadi sengketa, apalagi jika si anak harus hidup di wilayah lain sehingga terpaksa meninggalkan orangtua. Salah satu kebutuhan berarti bagi mereka diantaranya ialah selalu mengkonsumsi aneka santapan sehat seperti berbahan pendek organik, ringan kadar gula dan unik sebagainya. Ada banyak sekali makanan cepat saji, tapi rupanya kadang menggunakan bahan dan diolah secara kurang sehat. Nah, sungguh? Cukup memukau bukan kelima peluang jual beli di kepada? Hal ini lah yang membuat peluang kepada bisnis salon dan fasilitas hewan piaraan sangat terhalang.
Namun tenang saja, peluang pasar untuk konsumen pecinta kuliner cepat saji sehat juga semakin besar. Bisnis start-up nun menyediakan fasilitas perawatan fauna mewah ini diprediksi segera berkembang karena sudah punya pasar unik. Di Inggris misalnya, diperkirakan toko hewan peliharaan pada tahun 2025 nanti pangsa pasar aplikasi medis bisa meraih USD 11, 2 miliar. Dari fakta ini, Anda bisa memulai ide bisnis start-up dengan menawarkan berbagai akses layanan online. Karena itu bisnis start-up yang menyediakan berbagai macam hiburan mulai dari video, permainan hingga pendidikan khusus anak bakal memiliki potensi yang sangat besar.
Kembali lalu kepada tata cara masyarakat modern yang rupa-rupa mobile, Anda bisa membonceng peluang dengan mengembangkan suara bisnis start-up dunia pendidikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak urusan pemerintahan yang sudah ketinggalan zaman. Kucing, anjing, burung, monyet, kuilu hingga berjenis-jenis reptil kini jadi pilihan banyak masyarakat untuk dipelihara. Jika memang dihadapkan secara problematika tersebut, kadang pilihan menempatkan orangtua yang sudah lansia di panti jompo jadi pilihan pahit. Apalagi saat tersebut, banyak orangtua sudah membudayakan kekasih tersebut memiliki gawai. Semakin berkembang ekonomi sebuah keluarga, kecenderungan untuk memiliki hewan peliharaan juga makin tinggi.
Ketahuilah bahwa perempuan memiliki contoh yang amat menarik di mengakses dunia maya. Ayi Sumarna, sebagai pegiat TIK sekaligus mewakili Pemdes Ciburial, bersama para pasukan digital, jauh hari turun tangan mencegah dampak negatif internet. Di saat semata hal aneka ragam digital, tidak semua aparatur negara pas memahami teknologi masa kini. Bisnis babysitter memang sudah cukup lazim di Indonesia, tapi bagaimana dengan usaha merawat lansia? Tidak seharga untuk kehendak pendidikan, tapi semakin ukuran hingga ke faktor industri, politik hingga perekonomian. Nah agar Anda bukan bingung lalu, berikut ini hendak kami terangkan mengenai peluang usaha segar yang sedang minim seteru, tapi punya daya jual yang amat tinggi!
Toko Pet Shop Tembilahan Kota
Nama: Toko azka/pet shop comel
Alamat: Tembilahan Kota, Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau
Phone: +6281365255499
0 notes
Text
Panduan Menang Taruhan Situs Judi Online Joker 388 di Joker188
Energi Tarik Judi Online Terpercaya, Ini barangkali tak mengagetkan, tetapi pasti saja terdapat faktor pesona untuk melakukan kesibukan judi online terpercaya dalam seluruh bentuknya yang membuatnya semacam itu menarik untuk orang-orang. Ada orang-orang yang menikmati terlibat dalam bergetar terkadang dan yang beda yang menyukai bertaruh secara tertata pada seluruh hal.
Ada tak sedikit yang menentang segala wujud perjudian dari pelobi politik sampai pejuang budi pekerti dan agama. Beberapa orang bakal mengenyahkannya dalam seluruh bentuknya dari masyarakat canggih kita yang tercerahkan. Jadi apa yang benar-benar unik seputar perjudian? Tulisan ini membicarakan tentang pesona perjudian dan mengeksplorasi apa yang unik seperti itu tidak sedikit orang guna berpartisipasi.
Permulaan Mula Bersejarah Judi Online
Ketika Anda menyaksikan kembali daftar sejarah judi online, bahkan sebelum konsep duit sebagai mekanisme pertukaran ada, orang memungut risiko dan mempertaruhkan sekian banyak komoditas tergolong kehidupan mereka. Dalam kemajuan permulaan, kehidupan tersebut sendiri yaitu risiko sehari-hari, dengan ancaman serangan dari fauna liar atau suku kompetitor terus-menerus menjadi kekhawatiran.
Orang-orang mempertaruhkan nyawa mereka ketika berburu makanan mereka, karena satu gerakan yang salah bisa mengembalikan meja dan menghasilkan pemburu hidangan utama pada menu fauna besar yang lapar.
Ketika kemajuan bergerak maju dan orang-orang mulai hidup di lingkungan yang lebih stabil, risiko dibunuh oleh hewan buas menjadi tak cukup membahayakan. Sebagai gantinya, faksi-faksi yang berbentrokan menjadi permainan maut yang dimainkan oleh segala pemilik tanah dan raja-raja kaya di mana orang-orang lazim menjadi bidak yang bisa dibuang, dengan rampasan jatuh ke pihak yang menang.
Dalam suasana yang tak semacam itu mematikan, anda tahu dari catatan mula bahwa orang bertaruh pada semua tipe momen sejauh zaman Alkitab. Ini tergolong hasil dari acara publik, contohnya turnamen gladiator Romawi yang tak jarang diparodikan atau budak diadu dengan singa di coliseum pada hari itu.
Jadi memungut risiko bukanlah urusan baru. Para berpengalaman percaya itu yakni komponen natural dari tata rias kami dan program naluriah yang dirancang guna memaksa nenek moyang kita memungut risiko agar bisa bertahan hidup.
Mengapa Berjudi di Situs Judi Online Amat Menyenangkan?
Tidak perlu tidak sedikit daya pikir untuk memahami bahwa ada tidak sedikit kegembiraan yang melekat pada antisipasi guna memenangkan sebanyak besar duit pada hasil dari sebuah acara. Susah sebabnya website judi online paling populer dan unik jutaan orang melewati pintu mereka masing-masing tahun.
Sangat guna tetap tidak emosional ketika Anda berdiri di sekitar roulette di mana kita Joker 388 baru saja meletakkan sejumlah chip dan roda berputar dengan bola memantul di dekat sebelum hingga pada apa yang kita harapkan bakal menjadi nomor Anda. Susah melulu bagian dari sifat insan untuk menjadi unik pada prospek menemukan sesuatu yang besar dengan imbalan sesuatu yang kecil.
Apa yang Menarik dari Perjudian?
Sangat lazim untuk banyak orang guna bertanya-tanya apa yang demikian itu unik perihal perjudian dan apa yang terjadi dalam benak seseorang guna memperkuat pesona itu?
Cuma besar pesona judi ialah bahwa urusan hal yang demikian kerap kali disaksikan sebagai teknik gampang guna mendapatkan tak sedikit uang guna pengeluaran kecil. Fakta ini ditunjang oleh tren lotere. Hadiah kesatu bisa sangat besar guna saham yang relatif kecil, tetapi sedangkan orang paling sadar kesempatan untuk memenangkan hadiah kesatu, mereka lebih menyenangi menguras uang mereka guna tiket lotre daripada membelanjakannya di arena balap.
Ini dapat dijelaskan oleh kenyataan bahwa walaupun peluangnya jauh lebih membumi dengan beberapa besar format taruhan olahraga, potensi kemenangannya rendah dikomparasikan dengan skor taruhan. Hanya besar orang tampaknya lebih menyukai menerima kesempatan terkecil guna memenangkan jackpot besar ketimbang preferensi untuk kans menang yang lebih realistis di mana hadiahnya tak demikian itu menarik.
guna bersenang-bersuka cita
Lalu ada faktor hiburan murni untuk pesona agen judi online. Banyak orang merasakan berkumpul bareng sahabat-sahabat di dekat meja guna bermain kartu dengan taruhan rendah. beda menyukai mendatangi kasino guna bermain blackjack atau craps di mana ada sejumlah peserta yang tercebur dalam permainan dengan hadiah duit tunai di akhir guna jawara.
Ini yakni perjudian guna kesenangan, di mana kekuatan tariknya tak seperti itu terkonsentrasi pada kemenangan besar, melainkan pada potensi guna kemenangan kecil atau bertahap dari masa-masa ke waktu. Ada elemen kemampuan dalam taktik taruhan untuk sejumlah permainan laksana blackjack yang menarik untuk mereka yang menyukai berinteraksi dengan permainan mereka dan merasa mempunyai kendali kecil atas hasil dari permainan.
Selama ada kans untuk menang lebih dari taruhannya, orang bakal bertaruh. Susah yaitu bagian dari sifat anda dan memberi kita solusi untuk keperluan kita guna meningkat dalam sejumlah cara.
0 notes
Photo
Sehnsuchtsort:
Cuyabeno Naturreservat (Ecuador)
0° 17′ 21″ S, 75° 47′ 20″ W
Auch wenn sich Politiker aller Couleur gegenseitig darin überbieten, wer denn nun die weitreichendsten Lockerungen umsetzt: das Virus ist längst noch nicht besiegt. Lediglich das Epizentrum hat sich von Europa nach Südamerika verlagert.
In Ecuador ist die Hafenstadt Guayaquil zum Corona-Brennpunkt geworden. In der Stadt, in der rd. 2,7 Millionen Menschen leben, gibt es bereits mehr Corona-Tote als in Kolumbien und Argentinien zusammen. Wir waren vor elf Jahren dort, die Stadt pulsierte, sie war spannend - und gefährlich: nach Einbruch der Dunkelheit sollte man möglichst keine Wertsachen mehr mit sich führen. Leicht hätte es passieren können, dass man eins auf die Mütze bekommt. Die Bilder und Videos, die man aktuell aus der Stadt sieht, sind dagegen gruselig und menschenunwürdig. Tote Körper liegen teils tagelang auf der Straße, Krankenhausmitarbeiter und Bestatter sind überfordert.
Wir kamen aus dem ecuadorianischen Amazonasgebiet in die Stadt. Schon die Anreise ins Cuyabeno-Naturreservat war ein Abenteuer für sich. In drei Ruderbooten paddelte unsere Gruppe – ein schwules Paar aus Österreich in immer gleicher Tropenausrüstung mit Tropenhelm, der Kanadier Adam, der durchgeknallte, spleenige US-Boy John und wir, eine brave deutsche Kleinfamilie, durch tiefen Urwald bis zu unserer Lodge in einem Seitenarm des Cuyabeno-Rivers. Unser Guide nannte sich Juan, was sicher nicht sein Geburtsname war. Er war indigener Abstammung und begleitete uns in den nächsten Tagen sicher durch den Dschungel – mal mit dem Boot, mal zu Fuß, mal schwimmend. Wir fürchteten uns vor Schlangen, die bei einer Nachtwanderung um unsere Füße schlängelten, bestaunten Affen und Ameisenbären, probierten selbst die leckeren Lemon-Ants, die man direkt vom Baumstamm mit der Zunge herunterschleckt, fingen Piranhas, fütterten Kaimane und dressierten Taranteln. In den Pausen ruhten wir uns in Hängematten aus, während Juan Bücher studierte, um sein Wissen über Flora und Fauna zu verbessern, wie er sagte. Sein Traum sei ein Job als Guide auf den Galapagos-Inseln. Dort sei der Lohn um ein Vielfaches höher als hier. Als wir am ersten Abend noch einmal in die Boote stiegen, beschwerte sich John, der in jeder möglichen (und unmöglichen) Situation ein Selfie von sich machte, dass es nirgendwo in diesem fucking jungle Handyempfang gebe. Juan grinste und steuerte unsere Boote in die Laguna Grande. In deren Mitte stand ein Baumskelett. Er deutete darauf und meinte, John solle es dort versuchen. Es klappte, auf dem Handybaum konnte John ungestört telefonieren, während wir im Wasser herumplanschten. Das taten wir von nun an jeden Abend zum Sonnenuntergang.
Vor der Reise ins Cuyabeno-Naturreservat hatte ich mächtig Bammel vor den Schlangen, Spinnen und all dem Getier. Nach den drei Nächten in Juans Lodge hatte ich neben all den interessanten Begegnungen mit Menschen, Tieren und Pflanzen eine Art inneren Frieden gefunden. Herzlich verabschiedeten wir uns von Juan. Ich wünschte ihm Glück bei seinem Ziel, auf den Galapagos Fuß zu fassen.
Heute muss ich oft an Juan und das Cuyabeno-Naturreservat denken. Denn, so las ich vor einigen Tagen, wenn die COVID-19-Infektionen im großen Maßstab indigene Gebiete erreichen, könnten die traditionellen Gemeinschaften im gesamten Amazonasbecken ausgelöscht werden. Das befürchtet jedenfalls Marlon Vargas. Er ist Präsident von Confeniae, dem Dachverband der Indigenen im ecuadorianischen Amazonasbecken. Die Warnungen der Regierungen hat die Confeniae in lokale Sprachen übersetzt und alle Zugänge zu indigenen Gebieten sperren lassen. Gleichzeitig versuchen sich Stämme, soweit es geht, selbst zu isolieren: Die ecuadorianischen Waorani in Ecuador z.B. haben sich auf den Weg zurück in die Wälder gemacht. Sie hoffen, dass das Virus sie in der Abgeschiedenheit der Natur nicht erreichen wird.
Text und Fotos: Andreas Haller
0 notes