#faktor abiotik pertumbuhan tumbuhan
Explore tagged Tumblr posts
fredikurniawancom · 2 years ago
Text
10 Faktor Eksternal Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
10 Faktor Eksternal Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Selamat datang di situs kami yang membahas faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Di sini kami akan menjelaskan bagaimana cuaca, cahaya, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya mempengaruhi tumbuhan dan bagaimana kita dapat mengoptimalkan kondisi untuk meningkatkan pertumbuhan Baca: Syarat Tumbuh Tanaman Durian Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
padding · 2 years ago
Text
Tanah Latosol : Ciri, Jenis, Manfaat, dan Berasal Dari?
Bumi sebagai tempat paling “habitable” di tata surya, mempunyai berbagai macam tanah, termasuk jenis tanah latosol sebagai penyusunnya. Namun di Bumi juga banyak jenis lainnya yang perlu Anda ketahui.
Makhluk hidup seperti manusia, hewan, serta tumbuhan hidup di Bumi dengan segala kemampuan pendukung lingkungannya. Planet Bumi terdiri dari daratan dan perairan, kali ini akan dibahas mengenai daratan tersebut.
Daratan merupakan daerah yang tidak terendam air, dengan tanah sebagai salah satu aspek pembentuk utamanya. Tanah dijadikan sebagai tempat makhluk darat menggantungkan kehidupannya, serta melakukan beberapa aktivitas lain.
Karakteristik Tanah Latosol, Darimana Asalnya?
Tanah adalah lapisan penyusun kerak bumi, sehingga bukan merupakan hal aneh, karena keberadaannya dapat dijumpai di lingkungan sekitar. Berbeda tempatnya, tentu berbeda juga jenis tanahnya, karena karakteristik lingkungan bervariasi.
Perbedaan ini terdapat pada semua wilayah, tanpa terkecuali, disebabkan oleh berbagai faktor seperti komponen biotik dan abiotik. Salah satunya latosol, di Indonesia sering dijumpai dengan mudah.
Latosol atau insepticol mempunyai lapisan solum (bagian atau struktur yang telah mengalami pelapukan) dengan ketebalan sedang hingga tinggi. Tebalnya dapat mencapai 130 cm hingga 5 meter atau lebih tebal lagi.
Batas horizon latosol tidak begitu jelas, sehingga diperlukan ilmu dan pengamatan yang teliti, tidak sembarangan. Selain insepticol, ada begitu banyak jenis lainnya, tentu perlu diketahui supaya mendapatkan ilmu lebih banyak.
Tanah merupakan salah satu unsur bumi paling penting, keberadaannya juga diperlukan untuk menunjang kehidupan semua organisme. Fungsinya tidak hanya dijadikan sebagai tempat berpijak, namun ada lebih banyak lagi.
Misalnya, untuk bercocok tanam, menunjang pertumbuhan akar tumbuhan, supplier unsur hara sebagai penyubur tanaman, dan sebagainya. Kandungan latosol terdiri dari 5% bahan organik, unsur hara sedang-tinggi, serta solum tebal.
Latosol umumnya berwarna merah, kekuningan, atau kecokelatan, serta mempunyai tekstur liat. Konsistensinya gembur dengan struktur berupa remah, pH-nya berkisar antara 4,5 hingga 6,5 (kategori asam-agak asam).
Bahan organik di dalamnya adalah sekitar 3% hingga 9%, mengandung unsur hara tinggi terlihat dari warnanya (semakin merah semakin sedikit). Daya dukung infiltrasinya bervariasi mulai agak cepat hingga agak lambat.
Tanaman Apa Saja yang Tumbuh di Tanah Latosol?
Inceptisol merupakan jenis dengan kandungan mineral tertentu, cukup baik untuk ditanami berbagai tanaman. Beberapa tanaman berikut dapat ditanam pada inceptisol, simak penjelasannya secara lengkap untuk panduan Anda.
1. Kakao
Tanah latosol juga baik untuk menanam kakao, bahan baku pembuat cokelat di pasaran atau sebagai kudapan. Cokelat baik ditanam pada ketinggian antara 500 hingga 800 mDPL, suhu 15-31 derajat Celcius.
2. Tembakau
Tembakau merupakan bahan baku pembuat rokok, di Indonesia banyak sekali ladang tembakau untuk menunjang produksi rokok setiap tahunnya. Pada ketinggian 80 hingga 550 mDPL, tembakau akan tumbuh subur.
Tidak hanya itu, lingkungan paling mendukung adalah suhu udara 18 hingga 27 derajat Celcius. Disertai curah hujan sebesar 2.000 mm per tahun, akan sangat membantu pertumbuhan komoditas satu ini.
3. Vanili
Vanili atau panili ditanam pada ketinggian 0 hingga 800 mDPL, dengan curah hujan sekitar 2.950 mm per tahun. Didukung suhu lingkungan kurang lebih sekitar 20 derajat Celcius dan kelembaban 70%.
4. Pala
Pala merupakan salah satu jenis rempah-rempah, cocok ditanam pada latosol di ketinggian antara 0-700 mDPL. Suhu 20-30 derajat Celcius serta curah hujan 2.000-3.000 mm per tahun akan sangat mendukung.
5. Tebu
Tebu dapat tumbuh pada latosol, sebagai salah satu komoditas utama negara Indonesia dalam membuat gula pasir. Tanaman tebu akan tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang dari 1.300 mDPL.
Curah hujan pendukung yaitu sekitar 1.500 hingga 3.000 mm per tahun, diiringi suhu rata-rata 24 sampai 30 derajat Celcius. Pulau Jawa menjadi salah satu penghasil gula pasir terbesar di Indonesia.
Selain Ciri-ciri Tanah Latosol, Berikut Jenis Tanah Lainnya
Apakah Anda pernah berkebun atau mengamati tanah di lingkungan sekitar? Pasti Anda akan sadar bahwa tidak semuanya sama, masing-masing mempunyai karakter atau fungsi tersendiri, seperti berikut ini.
1. Tanah Vulkanik
Dari asal namanya, vulkanik, berarti berasal dari proses pelapukan material padat dan cair dalam aktivitas vulkanisme. Ketika sebuah gunung mengalami erupsi atau meletus, maka material yang keluar akan mengalami pelapukan.
2. Aluvial
Tanah aluvial berasal dari sedimentasi lumpur yang terbawa aliran sungai, umumnya bersifat subur karena kandungan air cukup. Tanah aluvial banyak ditemukan pada bagian hilir sungai, umumnya berwarna cokelat atau keabu-abuan.
3. Gambut (Histosol atau Organosol)
Organosol terbentuk dari pelapukan bahan organik tumbuhan rawa di daerah beriklim basah dan bercurah hujan tinggi. Ciri-ciri paling menonjol yaitu berwarna hitam, pH kurang dari 4,0, serta kurang subur.
4. Litosol
Tekstur litosol berbatu dengan lapisan tidak terlalu tebal, asalnya memang dari batu-batuan yang mengalami pelapukan namun kurang sempurna. Sayangnya, karena struktur tersebut menjadikan litosol sulit ditanami.
5. Podsol
Podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan tinggi serta suhu rendah, mengakibatkan kandungannya minim unsur hara. Warnanya kuning hingga keabuan, mempunyai bahan organik rendah, sehingga tidak subur untuk semua jenis tanaman.
6. Mergel
Mergel adalah percampuran antara tanah liat, pasir, serta kapur, karena itulah kandungan mineral serta airnya cukup tinggi dan bersifat subur. Mergel sangat cocok ditanami pohon Jati.
7. Regosol
Tanah regosol merupakan salah satu produk hasil aktivitas vulkanisme, sehingga teksturnya kasar, namun sifatnya subur. Butiran-butirannya terbilang kasar, kaya unsur hara, serta rentan terkena erosi.
Manfaat Tanah Latosol untuk Kehidupan
Inceptisol sangat baik untuk ditanami rumput-rumputan, karena tidak membutuhkan banyak bahan organik supaya tumbuh subur. Meskipun tidak sesubur humus, namun beberapa jenis rerumputan atau tanaman lain masih dapat berkembang.
Selain rerumputan, Anda bisa menanam jagung, berbagai palawija, atau bahkan budidaya bunga Edelweiss di tanah latosol. Cocok bagi Anda yang menyukai kegiatan berkebun, budidaya, atau bertani, hasilnya dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Inceptisol adalah jenis tanah dengan kekuatan cukup baik, cocok digunakan apabila hendak mendirikan bangunan. Alas sebagai peletakan fondasi sangat mempengaruhi tingkat kekokohan suatu bangunan dan keselamatan penghuninya.
Ketika hujan turun, tanah sangat berperan dalam proses infiltrasi serta penyimpanan air untuk berbagai kebutuhan dalam hidup. Ketika sudah sangat basah, air akan ditarik menembus profil tanah sebagai cadangan air.
Tanah adalah media daur ulang, tempat terjadinya penguraian segala sisa organisme oleh bakteri, jamur, juga serangga kecil. Sisa-sisa tersebut akan diubah menjadi mineral sederhana, kembali digunakan lagi dan terus berputar.
Tanah merupakan habitat hidup organisme seperti akr tumbuhan, hewan kecil, bahkan mikroorganisme tidak kasat mata. Mikroorganisme tersebut berperan penting dalam proses penguraian makhluk hidup menjadi lapisan baru.
Meskipun begitu, manusia tidak bisa semena-mena menggunakannya tanpa memperhatikan fungsi lain yang penting. Manusia perlu melestarikannya dengan berbagai cara sehingga bisa lebih berkelanjutan hingga masa mendatang nanti.
Upaya konservasi dibutuhkan untuk mencegah kerusakan atau memperbaikinya dengan berbagai cara, misalnya membuat terasering dan tanggul pasangan. Cara lainnya, menggunakan sistem rotasi tanaman pada tanah latosol agar tetap terjaga kandungannya.
Demikian informasi tentang tanah latosol, semoga bermanfaat untuk dijadikan bahan referensi.***(Editor/UMSU)
sumber :https://faperta.umsu.ac.id/2022/03/20/tanah-latosol/
3 notes · View notes
vidykidiuw · 8 years ago
Text
Tadabur Surat Ibrahim Ayat 32 dalam Perspektif Agroteknologi
“Allah menciptakan ruang angkasa dan bumi, dan diturunkan-Nya dari langit hujan, maka ditumbuhkan-Nya dengan air itu buah-buahan yang beraneka ragam, dan dimudahkan-Nya kepadamu bahtera yang berlayar dengan kehendak-Nya. Dan diserahkan-Nya kepadamu sungai-sungai.” (Terjemahan Ayat 32 QS. Ibrahim)
Bumi merupakan salah satu planet di tatasurya, yang memiliki keistimewaan. Keistimewaan itu adalah bumi merupakan tempat tinggal manusia, dimana manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara ciptaan Allah yang lain. Bumi tersusun atas lapisan-lapisan yang menyusunnya yaitu kerak bumi, selimut bumi dan inti bumi. Masing-masing lapisan tersebut memiliki keistimewaan masing-masing yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan di alam, baik secara alami maupun buatan. Inti bumi merupakan daerah pusat bumi yang terdiri atas campuran besi dan memiliki bagian luar yang disebut liquid berisi Fe, Ni dan S serta bagian dalam yang disebut Solid berisi Fe.  Mantel bumi, merupakan bagian yang menyelimuti inti bumi yang terbentuk oleh 2 silikat yaitu Fe dan Mg. Kerak bumi merupakan bagian terluar bumi dengan kedalaman 10 – 70 KM (UPI, 2017). Kerak bumi terdiri dari samudra dan benua. Kerak bumi adalah tempat paling nyaman untuk ditempati oleh makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Pada kerak bumi ini lah terdapat interaksi yang dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi : manusia, hewan, tumbuhan dan keaneka ragaman hayati. Sedangkan faktor abiotik meliputi : tanah, iklim, udara dan topografi. Pada bagian kerak bumi ini lah, kegiatan seluruh makhluk berlangsung.
Seiring berjalannya waktu terdapat banyak fenomena atau kejadian alam yang disebabkan oleh aktivitas alam itu sendiri, maupun campurtangan makhluk hidup, sehingga dari fenomena tersebut menyebabkan terjadinya berbagai fenomena seperti terbentuknya pulau, gunung, danau, sungai dan lain sebagainya. Contoh bagian dari fenomena yang sederhana adalah proses terbentuknya tanah. Berawal dari batuan beku yang mengalami pelapukan dalam kurun waktu lama melalui kerjasama dengan iklim, kemudian menjadi batuan sedimen yang mengalami pelapukan (biologi) - kembali menjadi bahan induk tanah, melalui pedogenesa menjadi tanah, mengalami erosi atau perubahan lingkungan (fisika) kemudian kembali lagi sebagai bahan induk tanah hingga menjadi tanah. Iklim dalam hal ini sebagai aspek pembentuk tanah memiliki beberapa sub aspek seperti fluktuasi temperatur dan kelembapan udara.
Menurut Gunawan Budiyanto (2014), rotasi bumi dan lintasan bumi dalam mengelilingi matahari menyebabkan timbulnya keragaman sinaran, panas dan energi yang masuk ke dalam orbit bumi. Pola bumi yang dinamis ini, menyebabkan perbedaan intensitas radiasi surya yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya perbedaan kinerja komponen-komponen iklim (cahaya, temperatur, kelembapan, hujan dan angin). Iklim mempengaruhi segala sesuatu yang ada di ruang biosfer baik abiotik maupun abiotik. Dengan demikian, kondisi ini menjadikan cuaca panas-dingin, basah-kering, sehingga memunculkan proses pelapukan. Iklim merupakan pemeran utama yaitu sebagai pedogenik utama dalam perkembangan tanah. Dari serangkaian proses pembentukan tanah, diketahui bahwa tanah merupakan sistem yang tersusun atas mineral, bahan organik, air dan udara yang memiliki porsi masing-masing. Kini tanah banyak digunakan untuk menunjang kehidupan manusia di bumi, sehingga tanah merupakan salah satu sumberdaya alam.
Manusia sangat bergantung pada daya dukung alam untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya. Adapun kebutuhan manusia yang sering kita dengar adalah sandang, pangan dan papan. Bahan pangan merupakan kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidupnya. Salah satu sumber sandang, pangan dan papan yang dapat menyuplai manusia adalah sumber dari tumbuhan (plantae). Menurut Diah Aryulina.dkk (2007) menerangkan bahwa tumbuhan dicirikan sebagai organisme eukariot multiseluler fotosintetik, memiliki klorofil, menyimpan karbohidrat dan memiliki embrio yang dilindungi jaringan parental. Di dalam dunia tumbuhan, dikelompokkan menjadi tumbuhan tidak berpembuluh (non tracheopyta) dan tumbuhan berpembuluh (tracheopyta). Tumbuhan tidak berpembuluh berupa lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh berupa paku-pakuan dan tumbuhan berbiji. Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan berbiji untuk keperluan sandang, pangan maupun papan. Tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan heterospora, struktur megasporongia dan mikrosporongia yang terdapat dalam satu badan yaitu strobilus atau bunga.
Ketika membahas tumbuhan dalam perspektif  pertanian, yang terlintas dalam benak kita antara lain fotosintesis, fiksasi karbon, hubungan air, nutrisi mineral, fiksasi nitrogen hingga pada perolehan biomassa. Pada dasarnya pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan energi matahari melalui proses fotosintesis. Sebagai sumber energi utama bagi manusia, fotosintesis telah memasok energi untuk makanan dan bahan bakar fosil yang memberikan tenaga untuk pembangkitan tenaga listrik dan banyak mesin lainnya. Gardner P. Franklin.et all (2005) menerangkan bahwa studi tentang fisiologi tanaman segera menghasilkan penemuan bahwa produksi tanaman budidaya pada dasarnya bergantung pada ukuran dan efisiensi sistem fotosintesis, karena fotosintesis merupakan batu pijakan produksi pangan. Kita perlu memahami tentang ketersediaan energi untuk menunjang proses fotosintesis dan mempelajari bagaimana ciri anatomi dan proses-proses biokimia dalam tubuh tumbuhan berinteraksi untuk menangkap dan menyimpan energi.
Selain melalui bantuan energi fotosintesis, penyuplai paling penting lain dalan keberhasilan produksi biomassa adalah media tanam, yaitu tanah. Tanah atau sumberdaya lahan merupakan faktor yang berperan penting dalam produksi biomassa, selain sebagai penunjanng fisika tumbuhan juga sebagaik penyuplai unsur hara atau vitamin bagi tumbuhan. Ketika berbincang tentang unsur hara, berarti kita telah berbincang tentang proses biokimia pada tumbuhan dan tanah. Sejalan dengan pemaparan Rachman Sutanto (2014), bahwa ilmu tanah yang dilandasi dengan keilmuan kimia dan geologi dipelopori oleh pakar kimia dari Jerman, Justus von Leibieg (1840). Teorinya terkenal dengan hukum keseimbangan atau hukum minum Leibig yaitu takaran pertumbuhan tanaman diatur oleh faktor yang ada dalam takaran minimal dan naik atau turunnya sesuai dengan peningkatan atau penyusutan takarannya. Sederhananya seperti ini, tanah merupakan tempat cadangan hara yang setiap saat diserap tanaman yang harus selalu digantikan dengan menggunakan pupuk kandang, kapur dan pupuk anorganik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan bumi dan tumbuhan tidaklah sia-sia. Ke duanya saling berasosiasi untuk terus melangsungkan fenomena fenonema alam yang sedang, akan atau telah terjadi.  Sebagaimana dijelaskan kembali dalam durat Al-Imran ayat 191, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tidaklah dengan keadaan sia-sia.
Sumber bacaan :
Al-Qur’an dan Terjemahan. Surah Al-Imran Ayat 191
Al-Qur’an dan Terjemahan. Surah Ibrahim Ayat 32
Diah Aryulina,dkk. 2007. Biologi SMA dan MA. ESIS. Jakarta.
Gardner P. Franklin.et all. 2005. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M UMY : Yogyakarta.
Rachman Susanto. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah dan Konsep Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia. 2017. Interior Bumi. https:// www.google.com/ url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/197712082001122-MIMIN_IRYANTI/ BUMI_% 255BCompatibility_ Mode%255D.pdf&ved= 0ahUKEwioxcDC_N3SAhXEnpQKHRYnDFsQFggbMAE&usg= AFQjCNGfGsKiuL8blvy7QjVqYYuYpG_kyg&sig2=3sDJb79i6P-wJA2XSqGCNQ. Diakses pada 17 Maret 2017.
4 notes · View notes