Tumgik
#etnosentrisme
vartikel · 6 months
Text
Mengapa Dalam Menghadapi Keberagaman Masyarakat Harus Menghindari Sikap Etnosentris?
2 notes · View notes
secarikafeksi · 4 years
Photo
Tumblr media
Read the caption, please!😉 Swipe for part of the full notes↪ Hello everyone!👋🏻✨ How are you today? I hope you have a great day!💛 So today, I'm back with a new topic, that's "Etnosentrisme". I hope it will be usefull for you. If you want to read the full notes, you can just swipe your screen OR you can see the PDF version by click the link on my bio😁 Oh ya, I think it will be the last post until few weeks again😢. It's because I decided to change my feeds. I realize that my feeds look really yellow and it makes us feel dizzy when we're trying to read it😟I want my feeds become calmer, softer, cuter, more simple but pretty, and etc. BUT if I back with the same feeds later, it means that I'm a sucker to play with filter lmao😭🤚🏻 So, see ya on the few weeks again!👋🏻I hope you like it and don't forget to like, comment something good, save, and share. I will really appreciate it!😆❤❤❤Bye!~✨ 📚Sumber materi: Modul dari guru dan internet 📌 Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam materi yang saya sajikan. You know, I'm only human :") ✎. ° Notes: Full notes versi PDF bisa diakses melalui link di bio. Silakan cari "Etnosentrisme Kelas 11". Sila DM aku jika mengalami masalah. ──────────────── ·  · 𝕋 𝔸 𝔾 𝕊࿐ ࿔ @studygram.indonesia @studygramcommunity.id #studygramtimeee #headerideas #mindmapping #aestheticnotes #studygramindo #mindmap #jurnal #letteringindonesia #studygramindonesia #studyplanner #studygrambr #studygrammer #stationery #studynotes #bujoideas #bujoinspiration #estetik #studyblr #note #journaling #bujo #journal #headers #bulletjournal #studygram #lettering #study #aesthetic #studygramthailand #studygramkorea (di Indonesia) https://www.instagram.com/p/CMWnnT3B2sn/?igshid=19x2zoqv3vn7h
2 notes · View notes
yukapramudya · 4 years
Text
Medhok, ga terima?
Tumblr media
Mungkin kita beruntung karena hidup di Indonesia, suatu tempat yang sering disebut surga dunia, nusantara, nuswantara, swarna dwipa, dan berbagai istilah lain. Alasan itulah yang mungkin mendasari kita menjadi satu-satunya manusia yang mempelajari banyak bahasa. Secara tidak sadar, semenjak kita dilahirkan ke nusantara ini, kita akan diperkenalkan dengan bahasa ibu. Bahasa ibu itulah yang menjadi dasar kita untuk mengenali orang tua kita, mengenal sekitar kita, bahkan berteman dengan lingkungan sekitar.
Bahasa ibu biasanya mengadopsi dari budaya dan kearifan setempat sehingga sebagian besar menggunakan bahasa daerah. Bahasa itupun kita pergunakan untuk bergaul dengan teman sepermainan hingga percakapan sehari-hari dengan masyarakat sekitar. Cepat atau lambat, kita pun mengenal dunia sekolah yang mengharuskan kita untuk bisa memahami bahasa pengantar pendidikan, yaitu bahasa Indonesia. Dunia pendidikan pun mengenalkan kita pada satu bahasa pada tingkat internasional, yaitu bahasa Inggris. Beruntunglah jika sempat mengenyam dunia madrasah karena kita juga akan mengenal bahasa Arab sebagai pengantar sebagian besar keilmuannya.
Keempat bahasa itulah yang kemudian membentuk dan mempengaruhi kita dalam berkomunikasi dengan masyarakat serta dunia formal. Lalu lahirlah istilah keminggris, kemlanda, kemarab. Ketiga istilah tersebut lahir karena kebiasaan berkomunikasi yang bertentangan dengan kelaziman budaya kita sebagai masyarakat nusantara. 
Menurut hemat saya,
keminggris /kəmiŋɡrɪs/, adalah suatu istilah untuk menyebut perilaku pencampuradukkan antara bahasa Jawa dengan bahasa Inggris secara tidak tepat dan berlebihan. kemlanda /kəmlɔndɔ/, yaitu suatu perilaku yang terlalu memandang Eropa sebagai pusat dari segala sesuatu. kemarab /kəmɑrɑb/, yaitu suatu perilaku yang terlalu memandang Arab sebagai pusat dari segala sesuatu.
Namun, terdapat satu istilah yang dipopulerkan oleh masyarakat ibukota, yaitu medhok. Apa itu definisi medhok?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), me.dok2 /məɖɔʔ/ a Jk agak pekat dan kental karena banyak bumbunya (tentang kuah, gado-gado) a Jk kentara sekali aksen daerahnya: ucapannya masih -- sekali
Menurut Educalingo Javanese Dictionary, mêdhok  /məɖɔʔ/ [krama-ngoko] êmpuk padha nglinyam marga diêkum ing banyu;  (~ atine) [pacêlathon] bungah, sênêng. 
Apakah kita tidak diperbolehkan medhok? Itu merupakan pertanyaan umum yang dipendam dalam hati bagi sebagian masyarakat daerah (baca: Jawa) yang dianggap medhok dalam berkomunikasi oleh masyarakat ibukota. Jika memang nusantara ini terbentang dari Sabang sampai Merauke, lantas mengapa kita seakan dicemooh jika medhok? Mungkin kita seharusnya malah berbangga sebagai masyarakat yang dicap medhok. Namun, hal itu bisa saja berbanding terbalik dengan kenyataan karena masyarakat ibukota sudah terlanjur menempatkan kata medhok itu sebagai bahan cemooh, hinaan, dan makian.
Mungkin suatu saat, masyarakat ibukota juga harus mengetahui dan memahami bahwa suatu masyarakat akan memiliki ikatan primordialisme dan etnosentrisme yang kuat tanpa harus mencemooh sesama saudara nusantara yang lain. Kebanggaan itu akan mempererat persatuan dan kesatuan kita, juga sebagai kekuatan untuk melawan arus-arus yang membawa nusantara untuk melupakan jati diri sebagai bangsa.
Ada salah satu tulisan yang sangat menginspirasi saya untuk menyipaki fenomena medhok ini:
https://mojok.co/terminal/edisi-bukan-playing-victim-nggak-cuma-logat-ngapak-logat-medok-juga-sering-terdiskriminasi/
Salah satu penyebab yang membuat saya ingin segera melihat ibukota Indonesia pindah ke Pulau Kalimantan adalah agar masyarakat ibukota memahami bahwa superioritas budaya mereka akan segera tergantikan oleh budaya yang lain.
1 note · View note
aisyahnuraeni · 5 years
Text
Tumblr media
Tempat Belajar
Kalau aku ditanya tentang hal apa yang paling kusyukuri selama aku kuliah hingga detik ini, aku akan menjawab "Menjadi bagian dari Rumah Kepemimpinan." Kalau aku ditanya kenapa, maka jawabanku "Karena RK mengajarkanku banyak hal yang sebelumnya tidak aku ketahui, mengenalkanku dengan banyak orang hebat yang tidak aku ketahui apa rahasianya menjadi hebat, dan mendukungku dengan supporting system yang sebelumnya tidak aku dapatkan."
Pendiri Rumah Kepemimpinan adalah mereka yang mau mencurahkan keringat, darah, dan air matanya dengan visi besar untuk kemajuan Indonesia. Para pendiri RK percaya, bahwa pemuda-pemuda bangsa kita akan berkontribusi besar apabila disadarkan dengan keresahan akan permasalahan dari berbagai lini kehidupan. Maka mereka bertekad dengan sesungguh-sungguhnya tekad untuk menciptakan sebuah lapangan pelatihan layaknya barak para tentara, sederhananya adalah kawahcandradimuka untuk membentuk pemuda yang mampu memaksimalkan potensi sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian yang mereka punya.
Terinspirasi dari rumah ideologi yang dibangun HOS Tjokroaminoto, para pendiri RK bermimpi akan menghasilkan orang-orang cerdas seperti enam tokoh bangsa. Membuat ruang diskusi dan saling berkolaborasi untuk memecahkan masalah bangsa. Berbeda itu bukan sebuah masalah, yang penting bukan yang ekstrem, etnosentrisme dan rasisme. Oleh karena itu, visi besar para pendiri RK diturunkan ke dalam 6 nilai karakter para pembelajar yang akan dibentuknya:
Rendah hati
Objektif
Open-mind
Moderat
Prestatif
Kontributif
Sudah menjadi karakteristik utama sebuah asrama. 60 kepala berbeda dengan latar belakang berbeda, setiap hari ada saja perbedaan nilai antar pribadi. Apalagi 30 mahasiswi-mahasiswi yang biasa disebut Tiara, kadang-kadang bikin puyeng, bikin ketawa juga.
Duh! Deksripsi kayak gini gak ada apa-apanya dibanding semua hal yang sudah kudapatkan di RK.
Buruan daftar ya di link berikut! Udah H-4 lhoooooooooo 🤔
2 notes · View notes
aksarateduh · 6 years
Text
Teruntuk : Baginda Rasulullah, shallallahu alaihi wasallam.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepadamu...
Apakabar, ya Rasulullah?
Bagaimana kehidupan disana, ya Rasul?
Pertama - tama, aku ingin meminta maaf.
Maafkan aku yang mengaku sebagai umatmu, tapi Bahasa Arabku hanya sebatas afwan dan na'am.
Maafkan aku yang mengaku sebagai umatmu, namun masih banyak perilaku kurang tepat dibanding bertaubat.
Maafkan aku yang selalu mengharap syafaatmu, namun kerap kali hanya sekedar ucap. Seolah bersembunyi dibalik 'pakaian kebaikan' atau sekedar  'kewajiban' menyapamu dalam urutan sambutan. Aku memimpikan syafaatmu, namun alam bawah sadarku tak pernah mengundangmu untuk bertamu di bunga tidurku.
Menjadi kepanjangan tangan dan mulutmu menjadi citaku,
namun kusadar ilmu ku belum seberapa dan waktuku masih saja tergunakan sia.
Oh, sungguh. Kumerasa tak pantas... Maafkan aku ya Rasul. Tapi satu yang aku tau dari setitik iman ini, ia kan terus merawat namamu jadi yang pertama dan utama, ketika aku ingin mencari sosok teladan terhebat sepanjang masa. Dalam hal apapun, dalam situasi apapun...
Yaa Rasulullah, bagaimana hidupmu disana?
Aku ingin bercerita ya Rasul. Bercerita tentang dunia yang telah lama kau tinggalkan. Bercerita tentang negeriku. Bercerita tentang umatmu...........
"Maha benar Netizen dengan segala gerakan jempolnya"
Aku lelah.
Aku lelah mendengar semua ocehan itu.
Kutengok ke kanan, mereka menjelekkan sebelah kiri. Kutengok ke kiri, mereka menjelekkan sebelah kanan,
Mereka saling menjatuhkan!
Semua pihak berteriak paling benar! Semua pihak saling memaksakan! Etnosentrisme extrem tak terelak kan
Aku lelah pada yang tak mengakui golongannya atas kebodohan yang telah dilakukan, Seolah mencuci tangan atas kesalahan yang telah dilakukan. yang memang kuakui itu memalukan.
Bukan.
Bukan berarti aku tak miliki pendirian. Percayalah, semua orang memiliki kecenderungan- ini hanya soal mengungkapkan.
Bukan,
Bukan berarti aku tak miliki teman. Pun bukan berarti aku tidak percaya pada mereka.
Hanya saja, ada waktu dimana seseorang ingin sendiri bukan? Ya, sepertiku.
Bolehkah aku miliki waktu ku?
berlepas diri dari semua hal yang mengelilingiku,
mendengar suara hatiku,
dan berdaulat dengan diriku?
Tentu saja aku tidak benar-benar ingin sendiri. Namun situasi memaksaku untuk menutup telinga dan mataku, melihat kembali ke dalam hati, dan menyediakan seluas luas ruang untukmu ya Rasulullah.
Kepercayaanku jatuh utuh hanya kepadamu.
Ya Rasul, aku memang masih jauh dari kata menteladanimu. Bahkan, mungkin mendekati level iman dari para sahabatmu pun masih terlalu jauh untukku. Tapi ya Rasul, bolehkah aku menangis? Bolehkah aku meratapi keadaan yang sedang terjadi kini? Sungguh, dalam diamku aku menjerit. Aku marah.
Mengapa hati ini tak mampu untuk berada di dua sisi, namun seolah sulit untuk bertahan di salah satunya?
Haruskah aku memilih salah satu dari keduanya, ya Rasul?
Apakah kita akan selalu melihat sesuatu dengan dikotomis : kawan dan lawan?
Atau, aku hanya butuh keberanian untuk mengungkapkan?
Kapan kah waktu yang tepat itu, ya Rasul?
waktu yang tepat menganggap mereka lawan disaat mereka adalah kawan?
pun waktu yang tepat menganggap mereka kawan disaat mereka adalah lawan?
Oh, benarkah kita benar-benar tidak bisa untuk tidak menyakiti yang lain?
Tapi, bukankah setiap apapun pilihan yang kita ambil akan selalu ada pro dan kontra beserta fanatisme nya?
Kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita, bukan begitu kah ya Rasul?
Oh Rasulullah, Manusia terbaik sepanjang masa, Rahmat bagi alam semesta...
Apa yang kan kau lakukan jika engkau masih hidup di zaman ini ya Rasul?
Bagaimana engkau menyikapi keadaan yang runyam ini?
Apa yang kan kau katakan kepada umatmu- untuk lembut dalam ketegasan? Untuk tetap berada di jalan yang benar tanpa merasa paling benar?
oh benarkah kebenaran yang haqiqi adalah sebuah perasaan yang tak mungkin diungkapkan? Agar kebenarannya tidak menguap menjadi sebuah keangkuhan?
Allahuma sholi ala sayidina Muhammad wa ala alihi sayyidina Muhammad.
Aku akan terus belajar ya Rasul. Aku akan terus belajar hingga dapat gunakan perspektifmu- kebenaran terbaik versimu.
Terimakasih telah mendoakanku bahkan sebelum kita bertemu, sebelum aku meminta padamu.
Terimakasih telah mengingatku di detik-detik terakhir dalam hidupmu.
Terimakasih telah meninggalkan ajaran terbaik dan semua teladanmu.
Semarang, 18 Mei 2018 pukul 01.48 a.m. , Ramadhan hari kedua.
Tertanda,
Perindumu, yang berusaha istiqamah di barisan Jamaah Umatmu.
Kisa Adentia
"Sah-sah saja Anda memperdebatkan versi kebenaran mana yang paling sahih dan valid. Sah-sah saja Anda tidak terima dengan tuduhan pihak lain yang merugikan kubu Anda. Tetapi, masih adakah ruang di dalam diri kita untuk melihat persoalan secara lebih arif dan bijaksana? Bahwa ada kemungkinan kesalahan yang diperbuat oleh mereka yang berasal dari kelompok kita sendiri… Sekaligus ada ruang kebenaran di seberang sana meskipun itu datang dari pihak yang tidak kita sukai. Jangan sampai, kita menjadi sekelompok orang buta yang berdebat tentang definisi gajah padahal semua dari kita sedang memegang tubuh gajah itu—hanya saja di bagian yang berbeda-beda." (Fahd Pahdepie)
Ini tulisan tahun lalu. Waktu kamu menghilang, Tumblr. Aku tulis di bukuku dg luapan emosi, lalu ku posting di Inspirasi.co . Hari ini, aku post kembali. Sebagai pengingat diri, hehe. Foto, tulisan, semua punya rasa, semua ada warnanya. Sebagai penanda, mungkin suatu hari nanti dg postingan ini aku bisa menilai diriku sendiri. Membandingkan level diri di dua masa yang berbeda. Itu Menyenangkan! hehe. 
FunFact : 
- Sudah hampir satu tahun. Ternyata, kerisauanku masih tidak jauh berbeda. 
- Puasa sebentar lagi, yg punya hutang disegerakan membayar
sekian.
4 notes · View notes
pergimelaut · 2 years
Text
Secara sadar, 05/05/2022 21:10.
Aku mengetik ini secara sadar. Entah apa yang akan terjadi ke depannya, tetapi kuketikkan ini untuk merekam apa yang sekarang kurasakan. Hari-hari terakhir ini sangat menyenangkan, aku libur, alias aku sungguh-sungguh nggak bekerja, dan menghabiskan waktu untuk menjeda dari beban-beban kerja. Aku membaca novel, komik, kembali mendengarkan podcast, dan mengendarai motor mengitari Jogja semata-mata karena ingin, dan karena nyaman dengan suasana sehabis hujan yang menentramkan, bukan karena keharusan untuk pulang, atau sikap impulsif untuk ambil jalan memutar untuk berpikir atau menangis. Dan hari ini aku habis digaji! Makin senang! Aku sangat, sangat senang. Minggu pertama bulan Mei sangat menyenangkan!
Lalu, ini inti postingannya: aku jadi punya ruang dan waktu untuk menata kembali apa yang kurasakan, apa yang kurencanakan, dan apa yang penting bagiku. Lalu, aku berkesimpulan kalau ... aku sayang kota ini. Di tengah kegelapan dan luka dan perih dan sakit yang terus-menerus ada bekasnya, ternyata ada juga (memang ada, duuuh) kebaikan di Jogja yang ... sama besarnya ... dan aku sayang Jogja. 
Di kota ini aku lahir, menghabiskan SD, SMP, SMA, kuliah, juga pekerjaan-pekerjaan pertamaku semuanya kualami di sini. Di sini aku bertemu orang baik, orang jahat, teman baik, teman lama. Di sini aku membuat keputusan-keputusan buruk, mencelakai diri sendiri secara sengaja, juga membuat capaian membanggakan, memutuskan untuk sembuh, dan mengambil kemajuan yang baik bagi perkembangan diriku. Aku berkenalan dengan kawan-kawan baik, beberapa di antaranya ada yang membenci kota ini, ada yang membenciku sekarang, ada yang masih merawat pertemanan denganku yang sungguh kusyukuri, ada yang sudah pergi dari kota ini, ada yang sudah meninggal dan dimakamkan di sini, ada yang masih di sini dan masih kusayangi.
Keluargaku di sini. Ayahku, ibuku, adikku, eyangku, kakak-kakak sepupuku yang sangat menyenangkan. Pakdhe-budheku yang penyayang dan menyayangiku di balik ketegasan mereka. Di sini aku mengalami hari terbaik, hari terburuk, hari paling membahagiakan, hari paling menyedihkan. Ada banyak yang buruk di kota ini, bisa kita mulai dari nominal UMP yang rendah, masyarakatnya yang rasis, sikap etnosentrisme yang tinggi, transportasi publik dalam kota yang menyedihkan, kemacetan tiap libur panjang, hari-hari buruk, dan lain-lain ... dan ada juga yang baik, seperti langit sore yang berwarna ungu, makanan-makanan murah yang mudah ditemukan, pameran seni dan pertunjukan yang sangat sering diadakan di mana-mana, akses mudah menuju pantai atau gunung, hari-hari baik, dan lainnya pula.
Selama ini, aku selalu ingin pergi dari Jogja cukup lama, entah ke mana atau ada urusan apa. Entah ingin belajar atau bekerja. Tapi, sekarang, aku berpikir kalau enggak bisa, atau baru bisa kesampaian lama sekali di masa depan, kurasa nggak apa-apa juga ... ketika aku menarik napas panjang dan menyadari aku hidup, aku tahu bahwa sekarang aku merasa sangat cukup ... dan disayangi. 
Oleh karenanya, aku ingin punya waktu dan kesempatan untuk meresapi bahwa apa yang kuterima bukanlah karunia yang nggak bisa sewaktu-waktu pergi ... juga aku ingin punya waktu dan kesempatan untuk menyempatkan diri berterima kasih pada kebaikan-kebaikan yang datang: melalui pengalaman baik, kabar baik, orang-orang baik ... Tentu aku sadar bahwa aku akan selamanya berutang pada tuhan untuk nikmat yang selama ini kudustakan, jadi, perasaanku sekarang yang kutuangkan di sini adalah, aku ingin mensyukuri apa-apa yang kupunya sekarang dengan berada di Jogja lebih lama lagi ...
*peluk hangat kota ini*
1 note · View note
tekpoin-blog · 3 years
Text
Berikut ini adalah kekuatan-kekuatan relevan yang fungsional dalam proses integrasi nasional adalah...
Berikut ini adalah kekuatan-kekuatan relevan yang fungsional dalam proses integrasi nasional adalah…
Berikut ini adalah kekuatan-kekuatan relevan yang fungsional dalam proses integrasi nasional adalah… a. heterogenitas b. kelompok yang arogan c. etnosentrisme d. terjadinya konflik e. efektivitas dan efisiensi komunikasi Jawaban E  
View On WordPress
0 notes
papuaunik · 3 years
Text
Dilema Nasionalisme atau Etno-nasionalisme dan Trans-nasionalisme
Tumblr media
Secara sederhana globalisasi diartikan sebagai intensifikasi saling keterkaitan antara masyarakat-masyarakat di seluruh dunia. Hal itu berarti bahwa dunia penuh dengan gerakan, percampuran, kontak, interaksi serta pertukaran budaya. Dunia pada masa kini menyaksikan intensitifikasi ketergantungan antara ekonomi, politik, kebudayaan, dan ekologis. Secara mendasar globalisasi membuat suatu pengaturan kembali tentang ruang dan waktu yang merupakan suatu entitas manisfestasi yang datang dari luar negeri. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah terluas didunia, dan salah satu karakteristiknya memiliki wilayah geografi yang terdiri dari puluhan ribu pulau besar dan kecil, dan penduduk yang mencapai 270,6 Juta. Tersusun dari berbagai etnik yang secara aktual memiliki perbedaan. Tentunya setiap daerah di Indonesia memiliki latar belakang suku dan kebudayaan yang berbeda sehingga telah menambah keunikan Indonesia ditengah arus globalisasi dunia. Salah satu hal yang timbul dari kemajemukan di Indonesia adalah Etno–nasionalisme. Secara sederhana, Etnonasionalisme diartikan sebagai nasionalisme kedaerahan, berarti sebuah kelompok masyarakat atau kelompok etnis yang lebih mencintai kebudayaannya dibanding dengan nilai-nilai yang berlaku secara universal di negaranya. Hal itu tentunya membawa sebuah ancaman terhadap kedaulatan negara bangsa. Etnonalisonalisme di Indonesia dikenal lebih dalam setelah adanya beberapa organisasi yang mengatasnakan suatu daerah untuk kepentingan politik. Organisasi Papua Merdeka(OPM) di Papua yang merasa bahwa masyarakat Papua bukanlah Indonesia karena perbedaan Ras dan kebudayaan. Kesamaan fisik masyarakat Papua dengan ras Melanesia membuat Nasionalisme terhadap bangsa Indonesia berkurang. Demikian hal yang sama terjadi Aceh dengan terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ketika visi etnik digunakan untuk memandang berbagai hal maka orang atau kelompok tertentu akan lebih cenderung untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budayanya sendiri. Ini merupakan bagian dari pandangan yang dianggap rasisme. Sehingga beberapa kelompok beranggapan bahwa kebenaran akan suatu hal tidak bisa dipandang secara universal tetapi dipandang berdasarkan kebudayaan masing-masing etnis. Hal ini disebut sebagai Etnosentrisme. Secara sederhana etnosentrisme dapat didevinisikan paham seseorang yang menilai kebudayaan lain menurut ukuran yang berlaku pada kebudayaannya. Dalam hal ini dapat terlihat jelas bahwa etnosentrisme telah merusak semangat pluralisme dan multikulturalisme yang di bangun untuk mengikat Bhineka Tunggal Ika. Perubahan globalisasi yang terjadi di Era globalisasi juga mengancam kedaulatan sebuah negara, hal itu disebabkan oleh banyaknya gagasan baru yang datang dari luar negara kemudian merasuki pemikiran masyarakatnya. Gagasan yang datang tersebut sering bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di sebuah negara bangsa. Saat ini Indonesia dihadapkan dengan perkembangnya Trans-nasionalme pada generasi muda yang dikuatirkan akan merosotkan nasionalme. Penulis mengamati, masyarakat Indonesia khususnya pemuda Indonesia lebih sadar global dibandingkan sadar nasional, hal itu terbukti dengan penggunaan media sosial yang sangat tinggi serta akses terhadap dunia internasional tanpa batasan (borderless). Dalam penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerjasama dengan Hootsuite, bahwa Pupolasi Indonesia saat ini mencapai 270,6 Juta jiwa, sedangkan pengguna internet di Indonesia mencapai 170 Juta. Jika dilihat dari pengguna internetnya, maka dapat dikatakan bahwa seluruh pengguna internet di Indonesia juga akses terhadap media sosial yaitu sekitar 168,7 juta. Jika dikaji dari jumlah pengguna media sosial tersebut, maka peluang pengaruh yang merasuki pikiran masyarakat dalam merubah nasinoalisme menjadi trans-nasionalisme dapat lebih besar. Dengan arus globalisasi yang tidak dapat dibendung, seseorang atau kelompok masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dan menerapkannya. Sebagai contohnya, perkembangan jaringan terorisme generasi ketiga yaitu teroris global. Penyebaran ajaran terorisme global (ISIS) keseluruh dunia dapat diakses dengan menggunakan Internet. Penyebaran tersebut dilakukan oleh isis semenjak kekalahan ISIS di timur tengah sehingga jaringan ini terpecah ke beberapa negara. Jaringan ISIS yang pada pertama kali terbentuk yang merupakan jaringan sentralisasi atau terpusat di Asia timur menjadi jaringan yang terdesentralisasi atau terpecah ke beberapa daerah seperti Afrika, Timur tengah, Eropa dan Asia Timur khususnya Asia Tenggara. Menurut data yang dipaparkan mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada saat memberikan kuliah umum di Universitas Pertahanan, saat ini anggota ISIS aktif adalah 3,500 orang dan sekitar 800 orang tersebar dibeberapa negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Jika Penggunaan Internet di Indonesia, khususnya anak muda yang masih terlihat labil dalam menerima informasi maka akan lebih mudah untuk menerima ajaran dan menerapkan ajaran terorisme yang disebar melalui internet dan media sosial, atau dapat dikategorikan terorisme pasif. Penulis menyebutkan ini sebagai sebuah “Dilema Nasionalisme” karena jika sebuah kebudayaan dipertahankan secara berlebihan maka akan menimbulkan Etnonasionalisme atau nasionalisme kedaerahan yang tinggi dan gejalanya adalah US VS THEM akan muncul, disisi lain jika perkembangan globalisasi dijejaki maka hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap nasionalisme yang mengarah kepada Trans-nasionalisme bahkan melalui kemudahan teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi, masyarakat dapat mengakses informasi yang mengarah kepada konten negatif seperti mempelajari ajaran terorisme (membuat bom rakitan) hingga melakukan bom bunuh diri. Sebagai solusi, penulis berharap pemerintah harus terus melakukan kajian mendalam terkait pertumbuhan etno-nasionalisme dan trans-nasionalisme di Indonesia, serta memberikan pemahaman dasar bela negara kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mengikuti perkembangan zaman, Kapal besar Indonesia saat ini sedang melawan arus dan menantang badai sehingga semangat menjadi Indonesia harus dirajut Kembali. Serta, Bangsa Indonesia yang kita cintai ini harus membuka diri, tidak alergi dengan ancaman, tetapi menjadikan ancaman sebagai langkah awal untuk melakukan Kalibrasi terhadap setiap kebijakan yang ada. Oleh: Steve Rick Elson Mara SH, M.Han Tokoh Muda Indonesia Read the full article
0 notes
kaniagarinisworld · 4 years
Text
#CoretanKania - Dakwah Berbasis Multikulturalisme.
Dalam tiga dekade terakhir, banyak muncul pandangan yang eksklusif dan kurang bersahabat dengan keragaman etnis-budaya. Keragaman etnis-budaya agama dianggap sebagai penghalang stabilitas politik. Akibat anggapan tersebut, para pendatang, minoritas, dan penduduk pedesaan telah terpinggirkan oleh objek kebijakan politik yang bias etnosentrisme. Di penghujung abad ke-20 hingga abad ke-21, yang dipelopori oleh sejumlah negara Barat, berkembang wacana yang lebih bersahabat dengan multikulturalisme untuk mendukung kepekaan terhadap keberagaman, serta mengakui hak-hak dan keberadaan kelompok minoritas.
0 notes
1-317-7bd-lnds · 7 years
Text
IN. TE. GE. RA. SI…: Sebuah Refleksi Akhir Tahun 2017
Sebentar lagi, kita akan merayakan akhir tahun 2017 dan akan memasuki tahun 2018. Banyak sekali beragam peristiwa yang kita lewati selama setahun ini. Dari peristiwa yang membahagiakan, mencengangkan, menyedihkan, bahkan berbahaya. Kasus-kasus akhir ini banyak yang mengancam integrasi bangsa.
Konflik antar suku, agama, ras, dan kelompok minoritas yang berlarut-larut merupakan suatu pelanggaran HAM dan merupakan bencana bagi negara. Hal ini merupakan salah ancaman dan tantangan bagi terciptanya integrasi nasional di Indonesia. Mengapa hal ini menjadi tantangan dan ancaman? Pertama-tama kita harus memahami, apa makna dari integrasi itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “integrasi” bermakna sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan. Kata “kesatuan” mengisyaratkan berbagai macam elemen yang berbeda satu sama lain mengalami proses pembauran. Jika pembaruan telah mencapai suatu perhimpunan, maka gejala perubahan ini dinamai integrasi.
Dalam sosiologi, integrasi sosial berarti proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Dengan demikian, ada dua unsur pokok integrasi sosial. Unsur pertama adalah pembauran atau penyesuaian, sedangkan unsur kedua adalah unsur fungsional. Jika kemajemukan sosial gagal mencapai pembauran atau penyesuaian satu sama lain, maka kemajemukan sosial berarti disentegrasi sosial.
Dari penjelasan diatas dapat kita sekilas mengerti apa itu integerasi. Nah, apa saja sih kasus di Indonesia yang menyinggung keutuhan dan integerasi bangsa…
1.      Konflik dengan Masyarakat Hukum Adat dan Penghayat Kepercayaan.
Tumblr media
Sebuah bangsa terdiri atas berbagai macam etnis atau suku yang hidup bersama dalam suatu daerah dan saling berinteraksi satu sama lain. Fakta tersebut disajikan di Negara Indonesia yang menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat kemajemukan etnis yang sangat beraneka ragam. Yang harus diketahui dari fakta lapangan yang terjadi di Indonesia, baik dengan cara melihat secara langsung maupun dengan berbagai pemberitaan di media massa, dapat kita diketahui dengan nyata bahwasannya pluralitas yang terjadi di Indonesia bisa menjadi keuntungan, tantangan, bahkan ancaman yang berupa “konflik”. Konflik ini sering terjadi dikarenakan terdapat cara pandang tertentu dalam suatu etnis yaitu primordialisme dan juga etnosentrisme, yang diwujudkan dalam bentuk stereotip terhadap suku bangsa lain, ini merupakan bentuk sikap egois dan ingin menang sendiri yang dapat mengarahkan masyarakat yang hidup dalam suatu etnis untuk terus berprasangka buruk terhadap suku bangsa/etnis lain sehingga mudah terprovokasi dan memunculkan konflik adat.
Selama ini, para penghayat kepercayaan seperti Sunda Wiwitan, Kejawen, Parmalim, dan lainnya mengalami diskriminasi dalam mengakses layanan publik. Pasalnya, kolom agama dalam KK dan KTP mereka dikosongkan. Hal itu berdampak pada sulitnya mengurus hak-hak sipil politik, seperti melamar pekerjaan, menikah dan mengakses layanan publik lainnya.
Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan permohonan uji materi sejumlah pasal dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk), penganut aliran kepercayaan memiliki kedudukan hukum sama dengan pemeluk enam agama yang telah diakui oleh pemerintah dalam memperoleh hak terkait administrasi kependudukan. Putusan MK tersebut menimbulkan berbagai respon. Banyak yang mendukung, tapi tak sedikit yang merasa khawatir, seperti ormas-ormas keagamaan di Indonesia.
2.      Diskriminasi Kaum Minoritas Agama, dan Etnis, dan Identitas
Tumblr media
Diskriminasi kaum minoritas memang sudah terjadi dari lama. Namun, akhir-akhir ini, kasus tersebut kembali mencuat setelah Basuki Tjahaya Purnama atau yang sering kita kenal sebagai Ahok dikenai tuduhan penistaan setelah sebuah video menjadi viral yang tampaknya menunjukkan bahwa dia menghina Alquran. Ahok berkata bahwa "Sudah jelas apa yang saya katakan di Kepulauan Seribu tidak dimaksudkan untuk menafsirkan (Quran), apalagi menghina Islam atau ulama.” Retorika demonstran di luar pengadilan sudah tidak asing lagi, yang dalam beberapa bulan terakhir mereka melabelinya sebagai babi, psikopat dan anti-Islam, dan juga menyerukan "satu juta tombak" untuk dibawa ke demonstrasi anti-Ahok.
Human Rights Watch telah lama meminta agar Indonesia mencabut undang-undang yang diskriminatif seperti Undang-undang Penistaan Agama tahun 1965, yang menurutnya memberikan kekebalan hukum atas penganiayaan dan serangan terhadap kelompok minoritas. Undang-undang "kerukunan agama" yang diperkenalkan di bawah mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) - yang anaknya melawan Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 yang lalu sebenarnya mengakar kepada diskriminasi agama, misalnya dengan membuatnya lebih sulit bagi kelompok agama minoritas untuk mendirikan tempat ibadah. Menteri kabinet SBY juga mengeluarkan pernyataan provokatif terhadap kelompok minoritas, termasuk bahkan menteri agama Suryadharma Ali, yang menyatakan pada tahun 2011 bahwa "kita harus melarang Ahmadiyah. Jelas bahwa Ahmadiyah menentang Islam. "
3.      Diskriminasi Minoritas Gender dan Seksualitas
Tumblr media
Gerakan LGBTQIA+ (lesbian, gay, biseksual, transgender,queer, interseksual, aliansi/aseksual) memasuki babak baru. Mereka sedang dihadapkan pada banyak peluang dan tantangan terhadap perjuangan untuk kesetaraan dan keadilan bagi orang-orang dengan keragaman orientasi seksual, maupun identitas dan ekspresi gender sebagai minoritas - yang populer atau sedang kita populerkan dengan terminologi “LGBTQIA+” Kita patut sedih melihat betapa opresi terhadap kelompok LGBT menjadi begitu kuat. Dari upaya advokasi, kampanye, edukasi, hingga pengorganisasian yang dilakukan oleh aktivis, tak disangka dan belum pernah terjadi sebelumnya, ternyata berujung pada upaya kriminalisasi kelompok LGBT maupun orang-orang yang diduga LGBT. Kekerasan yang terjadi pada kelompok minoritas lesbian, gay, biseksual, dan transgender beberapa pekan ini pun merupakan sinyal Indonesia semakin tidak ramah terhadap kelompok minoritas.
Tumblr media
Putusan MK, yang diwarnai adanya perbedaan pendapat atau dissenting opionion dari sebagian hakim, itu ini sebenarnya menuai pujian dari banyak pihak. Kriminalisasi LGBTQIA+ dan hubungan di luar nikah bisa memicu pemidanaan pada aktivitas privat sekaligus membuka pintu pelanggaran Hak Asasi Manusia serta persekusi terhadap minoritas gender. Apabila permohonan AILA dikabulkan, MK juga bisa menjadi lembaga yang memainkan kewenangan positif legislator dan bukan lagi negatif legislator. Artinya, jika permohonan AILA dikabulkan, MK bisa berposisi menjadi lembaga pembuat hukum. Namun, putusan MK yang menghasilkan beberapa hakim memiliki dissenting opionion juga merupakan suatu pertanda buruk bagi minoritas gender di Indonesia karena dari pendapat mereka kita bisa lihat bahwa masih ada kemungkinan kriminalisasi terhadap LGBTQIA+
Tumblr media
Isu-isu dari hilangnya toleransi hingga kekerasan seksual yang semakin darurat Indonesia membuat seluruh orang yang mempunyai perhatian mengenai isu ini bersatu di Women's March 2017. Diprakarsai oleh 33 organisasi yang berbeda, pawai tersebut bertujuan untuk mengingat Hari Perempuan Sedunia 2017 dan menangani delapan isu, termasuk toleransi, keragaman dan hak kesehatan bagi perempuan, menghapuskan kekerasan terhadap perempuan, melindungi lingkungan hidup dan pekerja wanita, memperbaiki keterwakilan perempuan di arena politik dan menghilangkan diskriminasi dan kekerasan terhadap komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Banyak orang yang merasa bahwa kelompok minoritaslah yang merupakan pemicu utama disintegerasi bangsa. Tapi apakah kita merasa bahwa kita sendirilah yang memicu disintegerasi tersebut? Hal-hal yang harusnya tidak sebuah masalah besar menjadi sebuah masalah yang memicu konflik penimbul disintegerasi. Kaum minoritas hanya ingin hak-hak mereka terpenuhi dan tidak meminta lebih. Seseorang yang pernah menjadi pembicara dalam diskusi tentang seksualitas pernah berkata bahwa kaum minoriras harus juga berusaha mempertahankan dan memanfaatkan status quo. Kita tidak boleh gegabah untuk melakukan tindakan. Pintar-pintarlah membuat strategi secerdik mungkin agar kita tidak kalah dari mayoritas yang sewenang-wenang. Untuk menjaga integrasi nasional, yuk kita jaga keharmonian antar umat dan menghormati sesama kita.
So go and have your holiday in peace, but don’t forget to come back with your battle flag raised, because, 2018, we must all be ready to fight.
Tumblr media
Sumber...
http://magdalene.co/news-1054-indonesias-blasphemy-laws-and-the-oppression-of-minorities.html
https://www.kompasiana.com/yntwlndr/problematika-integrasi-nasional-dan-masyarakat-adat-di-indonesia_5620363534937380048b4567
https://tirto.id/mui-pertanyakan-putusan-mk-yang-tolak-kriminalisasi-lgbt-cBMh
http://www.thejakartapost.com/life/2017/03/06/the-many-voices-of-womens-march-jakarta-2017.html
https://tirto.id/muhammadiyah-khawatir-penghayat-kepercayaan-masuk-kolom-agama-ktp-czQt
16 notes · View notes
kadaryanto97 · 4 years
Photo
Tumblr media
Komunikasi Multikultural Penulis : Andrik Purwasito ISBN : 9786022294580 Penerbit : Pustaka Pelajar Halaman : xiii + 496 Hal Ukuran : 15 x 23 cm Tahun : 2015 Original Harga Rp95.000 diskon 30% Rp66.500 Sinopsis Perbedaan latar belakang budaya partisipan komunikasi merupakan suatu keadaan yang sangat peka bagi munculnya kesalahpahaman dan konflik sehingga komunikasi tidak berlangsung secara optimal. Hasil komunikasi yang di peroleh darinya pun tidak seperti yang diharapkan, bahkan tidak jarang justru menumbuhkan benih-benih konflik di kemudian hari yang melahirkan ketidakharmonisan dan kekerasan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa komunikasi multikultural sering kali disertai oleh persepsi negatif para partisipan komunikasi, baik yang dipengaruhi oleh faktor stereotipe dan etnosentrisme yang sudah merasuk dalam mental partisipan sejak masih kanak-kanak maupun pengaruh oleh sentimen-sentimen etnis, rasial, agama, golongan dan sentimen sosial lain seperti ketimpangan tingkat sosial ekonomi. Dalam buku ini pembaca akan menemukan cara-cara berkomunikasi secara harmonis untuk mengoptimalkan hasil komunikasi dan mengatasi beberapa hambatan budaya dalam berkomunikasi. Cara-cara tersebut antara lain : pertama, upaya memahami kultur pihak-pihak yang akan diajak berkomunikasi oleh partisipan dengan jalan proxmity, yakni partisipan melakukan pembicaraan dengan materi yang sudah diketahui secara baik oleh masing-masing pihak dalam komunikasi. Kedua, familiarity, yakni mengedepankan unsur kesederajatan, keterbukaan dan saling menghormati sebagai sesama. Ketiga, similiarity, yakni membicarakan hal-hal yang tidak menimbulkan konflik dan kesalahpahaman. #komunikasi #publicspeaking #indonesia #publicspeaker #seminar #ilmukomunikasi #workshop #kominfo #motivasi #publicspeakingtraining #communicationskills #training #communication #beasiswa #jurnalistik #leadership #informasi #komunikasimultikultural #mahasiswa #bisnis #inhousetraining #lumajangeksotik #lumajang #opd #seminarkomunikasi #publicspeakingclass #jatim #wonderfullindonesia #infopublik #indostar_bookstore https://www.instagram.com/p/CAOP3JMh5jR/?igshid=16etqj7g10rqp
0 notes
taniaqamila · 4 years
Text
Bagaimana Urgensi Integritas Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional
1. Makna Integrasi Nasional  Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, integrasi nasional adalah proses penyesuaian dan penyatuan unsur-unsur kebudayaan Indonesia yang beragam hingga terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Adanya integrasi nasional penting untuk terciptanya keselarasan bangsa di tengah-tengah keadaan masyarakat yang berbeda-beda dan wilayah yang luas. Integrasi nasional adalah bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat.
2. Jenis - jenis Integrasi 1. ASIMILASIA similasi merupakan proses percampuran dua kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan yang baru yang sifatnya melebur, sehingga kebudayaan yang baru terbentuk tidak memeiliki ciri-ciri kedua atau lebih kebudayaan pembentuknya.Dalam hal ini, negara berusaha meleburkan beberapa kebudayaan agar dijadikan menjadi satu kebudayaan yang sifatnya lebih mudah diterima oleh semua masyarakat. Pastinya hal itu bertujuan untuk mewujudkan integrasi nasional di tengah keberagaman budaya dan sosial masyarakat. Cara ini cukup efektif untuk mencegah adanya saling klaim ataupun sifat etnosentrisme yang berlebihan. 2. AKULTURASI Akulturasi adalah percampuran dua macam atau lebih kebudayaan menjadi satu kebudayaan baru denga tidak menghilangkan sifat atau ciri-ciri budaya yang asli pembentuknya. Hal ini bisa diterapkan dalam suatu negara untuk menciptakan integrasi nasional di tengah keragaman budaya masyarakat.Pemerintah atau negara bisa menjadikan cara ini sebagai suatu hal yang cukup inovatif dalam menciptakan persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Meskipun demikian juga tetap menghargai dan memelihari nilai-nilai budaya tertentu dengan baik sebagai bentuk identitas budaya maupun sosial. 3. PLURALIS Pluralis merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam masyarakat ataupun negara. Paham ini berusaha mewujudkan integrasi nasional dengan cara memberi kesempatan bagi semua unsur perbedaan yang ada di masyarakat untuk lebih maju dan berkembang.Bisa dikatakan paham ini sangat demokratis dan sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia. Usaha pemberian kesempatan untuk setiap unsur keragaman yang ada tersebut didasarkan pada hak masing-masing komponen, sehingga semua bebas melakukannya dengan baik dan tidak melanggar norma dan nilai persatuan dan kesatuan. 4. NORMATIF Integrasi normatif ini terwujud karena adanya norma-norma tertentu yang telah disepakati oleh masyarakat. Dengan berlakunya norma tersebut artinya masyarakat telah bersatu dan sepakat untuk menjalankan dan menaatinya. Jadi, adanya norma tertentu bisa mempersatukan masyarakat yang beragam di suatu negara.
5. INSTRUMENTAL Integrasi nasional dalam bentuk instrumental ini terlihat sangat nyata karena memang dari fisik orang atau masyarakat. Hal itu bisa terbentuk karena adanya kesamaan atau keseragaman antar individu atau kelompok dalam lingkungan hidup. 6. FUNGSIONAL Integrasi fungsional terbentuk karena adanya kesamaan fungsi tertentu dalam suatu masyarakat. Mereka yang merasa mempunyai kesamaan fungsi atau peran cenderung mudah bersatu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B. Mengapa Integrasi Nasional dibutuhkan?
Intergrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia,dimana salah satu contohnya yaitu antara pemerintah dengan wilayahnya. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia, misal menyatukan berbagai macam suku dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama di Indonesia. Masyarakat yang terintegrasi dengan baik adalah harapan bagi setiap negara, salah satunya Indonesia. Sebab masyarakat yang terintegrasi dapat mencapai tujuan yang ada di Indonesia. Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. 
Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika. Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia. Berdasarkan penjelasan diatas, maka integrasi nasional berfungsi sebagai suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada sehingga tiap-tiap ancaman yang menghadang dalam pembangunan nasional dapat ditangkal dengan baik.
C. Tantang dalam Membangun Integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. 
Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia. Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan. Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara- bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan- ikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiswa integrasi berdasar 5 (lima) jenis integrasi sebagai berikut: a. Integrasi bangsa Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005. b. Integrasi wilayah Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia. c. Integrasi nilai Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integratif? Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda. d. Integrasi elit-massa Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Berikut ini contoh peristiwa yang terkait dengan dinamika integrasi elit massa.
0 notes
tekpoin-blog · 3 years
Text
Berikut yang bukan faktor penghambat terjadinya integrasi dalam masyarakat adalah...
Berikut yang bukan faktor penghambat terjadinya integrasi dalam masyarakat adalah…
Berikut yang bukan faktor penghambat terjadinya integrasi dalam masyarakat adalah… a. keragaman dan kemajemukan suku bangsa (heterogen) b. terjadinya diskriminasi dalam masyarakat c. adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa d. lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing e. wilayah yang tidak begitu luas Jawaban e  
View On WordPress
0 notes
rererainsky · 5 years
Text
Sistem, dan pemberontakan dalam hati.
Suatu hari.
RA : Dek, nama lengkap kamu siapa e?
FO : F......O..... Panjaitan
RA : Lah, kamu punya marga? Dari Medan po?
FO : Bapak Medan asli, Ibuk Jawa tulen.
RA : Wah gitu, Bapak galak ndak? Suka marah-marah, ngomong nada tinggi? Tapi hatinya penyayang?
FO : (Senyum) Iya, Bapak keras, Mbak.
RA : (Ngangguk), kalian marga Panjaitan semua lah ya
FO : Iya Mbak, katanya nanti harta warisan ke aku, turun nya ke aku, sistem patrilineal kan....
RA : Iya betul.
FO : Kan ada Patrilineal, Matrilineal, ama Parental toh.
RA : (Ngangguk)
Patrilineal tuh sistem dimana cowo amat tinggi derajatnya, segala sesuatu di "beratkan" ke cowo, dalam hal ini contohnya Laki-laki Batak. Sedangkan matrilineal, adalah sistem dimana derajat cewe lebih tinggi, misalnya Perempuan Padang. Sedangkan Parental adalah sistem setara, Contohnya laki-laki dan Perempuan Jawa.
FO kembali mengerjakan soal, fyi dia ini anak SMP.
RA : Dengan sistem yg kayak begitu, kita terjebak dengan konflik sosial, kok bisa? Ya karena sebagian dari kita belum lepas dari primordialisme, etnosentrisme, dan fanatisme.
FO : (dengerin)
Selanjutnya diskusi kami adalah tentang jurusan, sistem pendidikan, dan lainnya.
Sepanjang jalan pulang. Sesuatu memberontak di dalam sana.
"Mana yg lebih baik dari ketiga sistem tadi, Re?"
"Ya sistem setara, lah!"
"Islam sendiri hadir sebagai agama yg membawa kesetaraan, memuliakan kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yg masing-masing punya kelebihan, saling memuliakan satu dengan yg lain, serta adanya pembagian tugas yg jelas, (kecuali ranah gender dan opini publik)"
"Jadi dengan mengatakan bahwa sistem terbaik adalah sistem setara, artinya kamu sedang melakukan tindakan etnosentrisme dong!"
Ya engga gitu logikanya bambang!
Saya pernah tinggal di Aceh beberapa tahun, melihat betapa laki-laki disana sangat "dirajai", hal ini kemudian membawa saya menyaksikan patriarki disana. Sementara, adat memberikan mayam kepada perempuan disana (anggaplah 20 mayam x 3 gram emas x 700 rb), tapi kemudian perempuan seolah dibawah, timpang dengan laki-laki, sungguh saya tidak pernah setuju.
Saya hidup 9 tahun di Langkat. Ada adat seserahan ketika menikah, dan ini adalah ajang adu kemewahan, ketika anak perempuan nya, "diberi harga" tinggi oleh laki-laki yg meminangnya. Maka sudah pasti menjadi bahan obrolan asyik emak-emak seantero kampung.
"Anak si X, hantarannya, lemari 5 pintu, ranjang plus kasur berlapis titanium, kaca rias frame bulu beruang, sapi persilangan Belgian Blue, mahar emas 7 kg, de el el"
(((Atuhlah aku tidak kuat dengan itu Ya Lord))))
Setelahnya 5 tahun di Jawa, saya terkagum-kagum dengan beberapa rekan saya yg laki-laki disini. Tidak malu untuk menyapu, mencuci piring, bersih-bersih, apa-apa serba mandiri.
(Ganteng to the max)
Ya gimana...... Bapak saya dirumah juga begitu, jadi ga salah kan saya berpandangan kalau tugas perempuan tidaklah sepenuhnya menjadi "babu".
Diperempatan lampu merah, sedikit lagi sampai asrama.
"Seru ya Islam datang ditengah konsep adat istiadat masyarakat, Islam datang sebagai penengah, pemberi keadilan, membawa penyetaraan, menghunus patriarki, (meskipun masih eksis sampai hari ini)"
Apapun bentuknya, saya tidak pernah setuju dengan "pengkastaan" sosial dimana perempuan dibawah, tidak dipertimbangkan, terbuang, pelayan rendahan.
(Dikira generasi terbaik dan kokohnya suatu negara bergantung ama kondisi siapa lagi kalo bukan kaum perempuan)
"Weh, otak kamu otak Feminisme Liberalisme Sarkasme kaum Kanan Konservatif ya, Re......."
Bodo amat!
"Ya kamu gabisa dong judge suku kayak gitu, tergantung individu nya juga"
Duh, saya bukan judge. Dan point nya juga bukan itu.
"Aelah bocah kemarin sore ngomongin adat istiadat, sok berpendidikan lu"
What evaaaahhhh~
0 notes
kerahlekung · 5 years
Text
Jawi - Jangan korbankan pendidikan anak2 kerana politik...
Jawi - Jangan korbankan pendidikan anak2 kerana politik....
Pendidikan anak-anak Malaysia bukan tempat pertaruhan atau percaturan politik keagamaan atau etnosentrisme kemelayuan. Isu tulisan Jawi ini tidak akan wujud sekiranya ia tidak dicipta dan dipaksa masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional oleh elemen-elemen politik dan birokrasi yang mempergunakan sentimen agama atau etnosentrisme Melayu untuk kepentingan tersendiri dan mengaut simpati politik. Ia tiada kena mengena sama sekali untuk kebaikan mahupun kejayaan pendidikan anak-anak Malaysia, sama ada dari segi pendidikan kebangsaan mahupun venakular. Tulisan Jawi bukan isu Bahasa Malaysia atau isu yang berkaitan langsung dengan mana-mana peruntukan Perlembagaan. Tulisan Jawi adalah isu yang tiada bezanya dengan penulisan Sanskrit atau Latin yang telah pupus dari segi penggunaan, pengetahuan dan pendidikan. Ia tidak sepatutnya mempunyai tempat sebagai subjek kurikulum wajib walau dari segi apa pun. Begitu juga penulisan-penulisan berbentuk warisan lama seperti Latin atau Sanskrit, tempat paling sesuai adalah sebagai subjek elektif mengikut keinginan pelajar sendiri. Kualiti dan standard Pendidikan Kebangsaan Malaysia telah menurun dengan drastik setelah 30 tahun akibat kesan mempolitikkan pendidikan oleh pihak politik yang berkuasa ke atas sistem pendidikan kebangsaan.
Keputusan Program Penilaian Pelajar Antarabangsa (PISA) 2018 daripada Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang diterbitkan baru-baru ini, yang menunjukkan kualiti pembelajaran pendidikan Malaysia jatuh jauh di bawah peringkat purata antarabangsa dari segi pembacaan, matematik dan sains, adalah isu yang sepatutnya diperbincangkan. Tetapi ini langsung tidak dibincangkan sebaliknya Jawi menjadi isu hangat pendidikan di Malaysia. Apakah prioriti kementerian pendidikan dan kerajaan Malaysia? Keruntuhan sistem pendidikan anak-anak Malaysia atau Jawi? Sememangnya ini menunjukkan betapa tanggungjawab pendidikan di Malaysia telah diabaikan dan mentaliti pembangunan pembelajaran negara telah dirosakkan atas kepentingan politik. Pihak Maju menyeru kementerian pendidikan dan Kerajaan Malaysia supaya isu Jawi ini di tutup dengan serta merta. Ini kerana ianya tidak perlu wujud langsung melainkan untuk kepentingan politik dan dipergunakan secara sinis yang seterusnya memecah-belahkan masyarakat Malaysia dengan menggunakan emosi perkauman yang tiada langsung hasil positif untuk pendidikan anak-anak Malaysia. Ini bukan isu bertolak ansur dengan mana-mana pihak. Ini adalah isu prioriti Pendidikan Nasional Negara dalam membentuk masyarakat yang berjaya untuk anak-anak kita, yang akan menjadikan Malaysia negara yang maju. Jawi bukan prioriti dan bukan subjek atau isu yang sepatutnya menjadi perbincangan langsung dalam pembentukan pendidikan negara. Tiba masanya untuk sistem pendidikan Malaysia diperbincangkan dari segi kepincangan aspek-apek penting seperti pembacaan, sains dan matematik, bukan Jawi. - Siti Kasim
Yuran sekolah dikutip? 
putaq belit pembangkang...
Saya menerima aduan, baru2 ini di dalam satu program di Balairaya Kg Baris, Pelangai, Bentong, Pahang yang dianjurkan oleh MPKK kampung tersebut, orang2 kampong telah diberikan maklumat salah dan mengelirukan tentang yuran persekolahan bagi memburukkan kerajaan PH. Orang kampong telah dihasut agar apabila menghantar anak2 ke sekolah nanti, jangan bayar satu sen pun yuran sekolah kerana janji PH adalah pendidikan percuma. Mereka diminta untuk viralkan salah satu ucapan di dalam ceramah oleh YB Salahudin Ayob sebelum PRU14 yang lalu yang mengatakan PH akan melaksanakan pendidikan percuma persekolahan. Perlu diperjelaskan bahawa YURAN PERSEKOLAHAN memang tiada dikutip oleh pihak sekolah rendah atau menengah. Ini bukan perkara baru dan telah pun berjalan sebelum ini. Ertinya, TIADA YURAN SEKOLAH untuk sekolah rendah dan menengah. Mengapa ada bayaran yang dikutip di sekolah? Di sini ramai yang tidak faham atau keliru. Apabila ibu bapa mendaftar anak masuk sekolah atau meneruskan persekolahan tahun baru, ibu bapa hanya perlu membayar duit membeli buku2 persekolahan dan duit yuran PIBG sekolah yang telah ditetapkan oleh PIBG sekolah berkenaan. Bagi ibu bapa yang layak menerima bantuan persekolahan seperti membeli buku dan sebagainya, kerajaan akan memberikan bantuan RM 100, dan lazimnya bantuan ini diberikan selepas beberapa minggu persekolahan bermula. Bagaimana pula dengan yuran PIBG? Untuk makluman, PIBG tiada kaitan dengan Kementerian Pendidikan. PIBG adalah persatuan yang diwujudkan oleh pihak sekolah bersama ibu bapa. Pihak Kementerian tidak boleh campurtangan di atas apa jua keputusan yang dibuat di dalam Mesyuarat PIBG yang dihadiri oleh semua guru dan ibu bapa murid di sekolah berkenaan. Pengerusi PIBG sendiri pun dipilih melalui mesyuarat PIBG tanpa campurtangan kementerian. Kementerian hanya boleh memberikan nasihat atau pandangan sekiranya terdapat aduan dari mana2 pihak tentang PIBG.
Jumlah yuran PIBG tidak sama di antara satu sekolah dengan sekolah yang lain kerana ianya bergantung kepada persetujuan ibu bapa dengan pihak sekolah di dalam mesyuarat PIBG. Yuran PIBG bukan WAJIB untuk dibayar, tetapi demi kebaikan anak2 di sekolah bagi menyertai program atau aktiviti yang pihak sekolah akan adakan, lebih baik ibu bapa membayarnya. Itu berupakan duit tabungan sekolah dan ibu bapa dan tidak boleh dipaksa. Justeru itu, amat penting bagi ibu bapa hadir di dalam mesyuarat PIBG sekolah agar mereka dapat menentukan jumlah yuran PIBG yang termampu dibayar oleh mereka dan mereka tahu duit itu digunakan untuk apa. Kebanyakan yang komplen tantang jumlah yuran PIBG ini adalah mereka yang tidak hadir mesyuarat PIBG, itu masalahnya. Pihak Kementerian juga telah mengeluarkan arahan agar duit bantuan persekolahan RM 100 yang diberikan kepada ibu bapa yang layak itu tidak boleh diambil untuk membayar yuran PIBG tanpa persetujuan ibu bapa berkenaan. Duit itu adalah hak mereka dan terpulang kepada mereka untuk mengambilnya atau digunakan untuk membayar yuran PIBG. Pihak sekolah tidak boleh memaksa ibu bapa untuk membayar yuran PIBG dengan menggunakan duit berkenaan. Apa yang kerajaan PH janjikan tentang pendidikan percuma itu? Pendidikan percuma itu adalah kemasukan ke Universiti. Ya, janji ini memang belum terlaksana lagi. Namun, mengikut kata Menteri Pendidikan, pendidikan percuma untuk kemasukan ke Universiti kini di dalam kajian peringkat akhir. Rujuk di sini https://www.bharian.com.my/…/pendidikan-percuma-peringkat-u… Sehubungan itu, menjadi harapan kita semua agar janji2 ini akhirya akan tertunai di dalam tempuh 5 tahun pertama PH memerintah. Sementara itu, pihak kerajaan seharusnya terus melihat apa jua perkara yang boleh meringankan beban ibu bapa di dalam bidang pendidikan ini. Bantuan makanan percuma untuk anak-anak sekolah harus dipuji tetap perlu pemantauan dan mengkajinya dari semasa kesemasa untuk memperbaiki apa jua kelemahan yang ada. - Wfauzdin ns
PAS Youth claims Dong Zong 
being used by DAP, MCA...
PAS Youth information chief Khairul Nadzir Helmi Azhar claimed that the issue of Jawi lessons in vernacular schools had been deliberately played up by certain parties seeking to take advantage of the situation. He said DAP and MCA are capitalising on the government’s weakness in handling the situation by using the United Chinese School Committees' Association (Dong Zong) as a political tool to garner Chinese votes. He said prior to the issue being played up, the Malaysian Chinese and Indians have good relations with the Malays. “[…] Since the government today is so weak, they have taken advantage – parties such as DAP and I dare say even MCA. “They use petty issues to attract the attention of the Chinese win over their votes. How disgraceful these people are, for the sake of political interests. “Don’t they know the consequences? If they use this, it will threaten our national unity,” he said. Khairul was speaking to about 300 people who attended a rally to defend the Jawi script and call for Dong Zong to be banned, which took place in front of the Sogo shopping complex in Kuala Lumpur.  The rally was organised by Malaysian Muslim Students Coalition (Gamis), and were joined by other groups including Umno Siswa, Gerakan Pembela Ummah (Ummah), and PAS. The decision to hold the rally was made after the DAP stalwart Lim Kit Siang criticised Gamis for publishing a poster featuring the words “Let's be with Dong Zong, repeat the May 13, 1969 incident”. The poster was amended to read "Let's be with Dong Zong, don't repeat the May 13, 1969 incident" following public backlash. The rally was supposed to begin with a march from Masjid Jamek, Kuala Lumpur, to Sogo.
As the group prepared to march, however, Gamis president Saifullah Baiduri announced that the march has been called off. “To follow the advice of the authorities, I ask that we go to Sogo quietly without displaying our placards and flags. “We will meet at Sogo and start our rally there,” he said. The participants set off at 2.15pm to gather in front of Sogo, next to a group of buskers who were conducting their performances. Despite calls to remain silent while on the move, some participants shouted, “Long live Islam” and “Reject Dong Zong”. Meanwhile, in an impassioned speech, Ummah deputy chairperson Mohd Zai Mustafa accused Dong Zong of advancing a communist agenda in its opposition to Jawi lessons. He said Malays do not resent Chinese and Indian, but Dong Zong’s "uncouth" attitude in disrespecting Malays. “They live here and benefited from the Malays, and the root of the Malays is the Jawi script. “[…] The excuse that teaching Jawi (would cause students) to convert Islam is ridiculous! It’s a stupid excuse!” he said in his speech. He said if Dong Zong and "chauvinists" continue to oppose Jawi, Ummah will mobilise Malays nationwide to defend the script. “If the Malays rise up, where is the position of the non-Malays? Is that what they want?” he said. At this point, Mohd Zai’s firebrand speech seemed to have prompted street buskers performing nearby to stop playing, although earlier they had continued playing despite the ongoing rally next to them.
At a press conference later, Saifullah said if Dong Zong continues to raise issue with the Jawi lessons, Gamis would hold an even larger rally and send a memorandum to the Raja Permaisuri Agong. When asked, however, no date was given for the second rally to take place. He was also evasive when asked whether the group had obtained permission to hold the rally, whereas the Dang Wangi OCPD Mohd Fahmi Visuvanthan had said yesterday that police were not notified of the rally. Saifullah merely said the group had been in contact with the police for "a long time". Dong Zong was originally slated to hold a congress on Dec 28 last year to discuss the introduction of Jawi lessons in vernacular schools this year. However, the congress was cancelled after police obtained a court injunction against it, citing security concerns. According to the Education Ministry’s guidelines, the schools’ Parent-Teacher Associations are to administer a survey to all pupils’ parents at the school to ask whether they agree that Jawi lessons should be implemented. If more than half of the parents agree, then classes would be conducted on the three pages of Jawi lessons, which are part of the Bahasa Malaysia syllabus. There would be no examination on the topic. However, Dong Zong disagreed with the guidelines and wants schools’ board of governors to be given a say on the matter. - mk
Lebai takkan pernah senang hati sehinggalah orang² Melayu 
TERMAKAN HASUTAN dengan kaedah FITNAH GUNA TANDA SOAL. - f/bk
Tumblr media
cheers.
Sumber asal: Jawi - Jangan korbankan pendidikan anak2 kerana politik... Baca selebihnya di Jawi - Jangan korbankan pendidikan anak2 kerana politik...
0 notes
pendidikanku · 3 years
Link
Tumblr media
Pengertian Etnosentrisme Adalah
Etnosentrisme adalah suatu persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap individu yang menganggap bahwa budayanya adalah budaya yang terbaik dibandingkan budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Etnosentrisme tersebut dapat juga diartikan sebagai fanatisme suku bangsa. Etnosentrisme ini merupakan praktik memandang serta juga menilai budaya orang lain dengan berdasarkan nilai serta kepercayaannya sendiri. Etnosentrisme ini adalah bagian dari ilmu sosial dasar.
Segi positif Etnosentrisme diantaranya ialah
Menjaga kestabilan dan juga keutuhan budaya,
Dapat mempertinggi semangat patriotisme serta juga kesetiaan kepada bangsa,
Dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan/bangsa.
Istilah etnosentrisme ini kemudian berasal dari dua kata di dalam bahasa Yunani, yakni ‘ethnos’ yang memiliki arti bangsa, serta ‘kentron’, yang artinya pusat. Hal tersebut berarti etnosentrisme merupakan bangsa yang menjadi sebuah pusat.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaparkan bahwa, etnosentrisme ini merupakan sikap atau pandangan yang berpangkal di masyarakat serta kebudayaan sendiri, yang biasanya disertai dengan sikap serta pandangan yang meremehkan masyarakat serta juga kebudayaan lain.
Unsur kebudayaan tersebut menjadi suatu hal yang seringkali diunggulkan oleh seseorang atau pun kelompok dengan menonjolkan sikap etnosentrisme. Beberapa unsur kebudayaan itu antara lain ialah seperti bahasa, perilaku, kebiasaan, hingga agama.
Secara lebih spesifik, etnosentrisme ini adalah suatu pandangan atau persepsi yang dimiliki oleh seorang individu atau pun kelompok mengenai penilaian dari kebudayaan lain.
Individu atau kelompok itu menganggap bahwa kebudayaan miliknya diyakini lebih unggul serta juga baik daripada budaya lainnya. Prinsip yang satu ini kemudian lebih merujuk pada rasa bangga seorang individu atau pun kelompok dengan secara berlebihan.
Pengertian Etnosentrisme Menurut Para Ahli
Untuk dapat mengerti lebih dalam lagi mengenai Etnosentrisme, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut Sumner (dalam Lubis, 1999)
Menurut Harris (1985)
Menurut Coleman dan Cressey (1984)
Menurut Zastrow (dalam Lubis, 1999)
Menurut Levine dan Campbell (dalam Scott, 1998)
Menurut Taylor, Peplau dan Sears (2000)
Menurut Hogg (2003)
Faktor Penyebab Etnosentrisme
Penyebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia, diantaranya sebagai berikut
Budaya Politik
Faktor yang mendasar yang menjadi penyebab dari munculnya etnosentrisme ini ialah budaya politik dari masyarakat yang kemudian cenderung tradisional dan juga tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat ini masih tergolong budaya politik subjektif Ikatan emosional dan juga ikatan-ikatan primordial yang masih cenderung menguasai masyarakat yang ada di Indonesia. Masyarakat kemudian terlibat didalam dunia politik yakni untuk kepentingan mereka yang sangat mementingkan suku, etnis, agama dll.
Pluralitas Bangsa Indonesia
Faktor yang lain , penyebab munculnya masalah etnosentrisme yang selanjutnya ialah pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama, ras dan juga golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini tentu kemudian melahirkan segala macam bentuk persoalan. Pada tiap-tiap suku, agama, ras dan juga golongan berusaha untuk dapat atau bisa memperoleh kekuasaan dan juga menguasai yang lain. Masalah kepentingan inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor yang banyak memunculkan persoalan-persoalan pada tiap-tiap daerah.
Sejarah
Sejarah kelompok di masa lalu itu pun bisa berubah menjadi sebuah identitas. Hal tersebut juga bisa membuat individu atau kelompok itu merasa mempunyai kebudayaan dan sejarah tersebut.
Berbagai identitas tersebut, diantanya berupa bahasa, kebiasaan, sampai pada peristiwa masa lalu yang berasal dari nenek moyang.
Dampak Positif dan Negatif Etnosentrisme
tentu terdapat dampak baik itu positif atau pun negatif dari etnosentrisme diantaranya :
Dampak Positif Etnosentrisme
Adapun Dampak positif dari etnosentrisme diantaranya :
Dapat mempertinggi semangat patriotisme,
Menjaga keutuhan serta juga stabilitas kebudayaan,
Mempertinggi rasa cinta kepada bangsa sendiri.
Sikap etnosentrisme adalah sikap tolak ukur budaya seseorang dengan budayanya.
Dampak Negatif Etnosentrisme
Dampak Negatif dari etnosentrisme diantaranya ,
Dapat menyebabkan konflik antar suku.
Adanya alirannya politik.
Menghambat proses asimilasi budaya yang berbeda.
Contoh Etnosentrisme
Dibawah ini merupakan contoh dari etnosentrisme, sebagai berikut :
Pemakaian koteka yang dilakukan oleh masyarakat papua pedalaman, apabila dilihat oleh masyarakat yang bukan berasal dari Papua pedalaman, memakai koteka merupakan hal yang memalukan. Sebaliknya, bagi warga pedalaman papua, memakai koteka merupakan suatu kewajaran, bahkan suatu kebanggaan tersendiri.
Budaya Carok, Carok ini adalah budaya yang berasal dari Madura, merupakan yang perilaku membela harga diri dengan menyakiti orang yang terlibat. carok di dalam masyarakat madura merupakan konsep yang sakral serta harus di junjung tinggi oleh masyarakat madura.
Konflik yang terus terjadi antara suku Dayak serta suku Madura yang sampai sekarang juga  belum menemui titik terang. dan Tragedi Pos, Ambon, dan Perang adat di Papua.
DPR sebagai orang-orang terpilih yang harusnya mewakili suara rakyat, pada kenyataannya dipenuhi dengan oknum yang mengutamakan kepentingan pribadi serta juga parpolnya dibandingkan kepentingan rakyat, dan juga dilakukan secara implisit serta eksplisit.
Mahasiswa yang berasal dari Medan (suku Batak) itu akan selalu bersikeras pada pendirian serta juga sikap yang selalu menyebut dirinya sebagai orang yang tegas, berpendirian, serta kasar (kasar di dalam artian tegas). Sedangkan untuk Melayu dikatakan pemalu, relijius, serta juga merasa lebih bisa diterima di mana pun berada. Sedangkan Jawa, akibat dari pengaruh orde baru sebagai pusat pemerintahan, kemudian menganggap dirinya paling maju dibandingkan dari daerah lainnya di Indonesia.
Tahun 2001 timbula perang adat antara suku Asmat serta Dani masing-masing dari suku itu merasa sukunyalah yang paling benar serta yang harus dihormati. Perang adat tersebut berlangsung bertahun-tahun. disebabkan akrna sebelum adanya salah satu pihak yang kalah atau semkain kuat serta juga melebihi pihak yang lain, maka perang pun tidak akan pernah berakhir.
Melakukan bullying, mengejek atau pun juga menjauhi temannya yang berasal dari Papua hanya karena kulit mereka yang hitam, karna agama yang dianut berbeda dan juga rambutnya yang ikal atau keriting.
Kasus yang juga sering terjadi di Indonesia diantaranya adalah penghancuran rumah ibadah dengan secara sepihak yang dilakukan oleh oknum-oknum konservatif yang fanatik serta juga berlaku main hakim sendiri.
Munculnya segala macam aliran politik yang berbau atau bercorak keagamaan atau pun keyakinan tertentu.
Masih terdapat karakter masyarakat Indonesia yang memaknai perbedaan itu dengan membandingkan kepercayaan mana yang paling benar, perbedaan pendapat suatu masalah tersebut tentu dapat berujung pada persoalah ketuhanan, yang juga akan mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan.
Pada masa-masa pemilihan pemimpin daerah maupun juga pemimpin negara, masih ada juga masyarakat Indonesia yang mempunyai pola pikir yang hanya melihat pemimpin dari suku, ras yang sama, tanpa kemudian menimbang, menilai, serta juga memerhatikan visi, misi, dan jgua program yang para pemimpinnya tawarkan.
Pandangan sebagian masyarakat Indonesia kepada keturunan ras Tionghoa yang sampai pada saat ini masih dipandang sebelah mata di dalam segala lini kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat Bali sampai saat ini juga masih berpegang teguh pada tradisi Warna/Kasta yang mengotak-ngotakan masyarakat di dalam kedudukan sosial tertentu.
Pernikahan di Desa Adat Panglipuran Bali itu hanya dapat dilaksanakan oleh antar sesama warga. Adanya kepercayaan akan adat, kebiasaan, serta juga keyakinan yang sama antar keturunan, melanggengkan aturan ini. Apabila dilanggar, individu yang bersangkutan itu kemudian tidak akan dianggap lagi sebagai warga Desa Penglipuran.
Jabatan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta itu juga hanya bisa dipercayakan kepada orang asli Yogyakarta yang kemudian dianggap sebagai bentuk pengabdian diri total Keraton Yogyakarta.
Demikianlah penjelasan mengenai Pengertian Etnosentrisme, Faktor, Dampak, Menurut Ahli Dan Contoh, kami berharap apa yang diuraikan dapat bermanfaat untuk anda. Terima kasih
Baca Juga  √ Pengertian Apatis
Baca Juga  √ Kebutuhan dan Keinginan Adalah
Baca Juga  √ Pengertian Franchise Adalah
0 notes