#ekywithbooks
Explore tagged Tumblr posts
ekycahyashlikha · 2 months ago
Text
Tumblr media
Kalau ada yang bilang,”terjemahan Korean-Lit judulnya menarik-menarik”, aku setuju. Salah satu faktor kenapa aku beli buku ini adalah karena judulnya menarik. Setelah dibaca, malah dibuat jatuh cinta sejak halaman pertama. Di prolog buku ini, penulis mengatakan, “Dalam kehidupan sehari-hari, wanita selalu menerima penilaian blak-blakan mengenai wajah dan tubuh mereka.” Bener banget lagi, aku juga mengalami hal itu. Kadang tanpa tedeng aling-aling masih aja ada yang ngomentarin fisikku yang kecil mungil ini.
Pernah sesekali bilang ga suka sama pendapat mereka, tapi ya responnya sesuai dugaan: “yaelah sensi bgt”, “yaelah bercanda kali”. “baperan ih. wkwk.” “Wanita diharapkan ikut tertawa jika menerima ejekan tentang bentuk tubuh mereka...” BENER BGT! Kadang aku sebagai perempuan lebih pilih nahan dan ga komentar apa-apa. Malah kadang ikut ketawa bareng. Biar dibilang ‘normal’. Tapi setelah baca buku ini, jadi paham kalo itu sama aja aku memendam emosi. Emosi yang dipendam lama-lama jadi bom waktu yang bisa meledak kapan aja. Makanya, bisa dibilang aku bahagia banget nemuin buku se-insightful ini.
Buku ini isinya curahan hati dari penulisnya tentang struggle yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari. Selain curahan hati, penulis juga mencantumkan beberapa quote heartwarming dari berbagai buku yang ia baca. Tapi tenang, lebih banyak curahan hati penulisnya daripada quote dari berbagai buku. Jadi lebih banyak pendapat pribadi dan pesan penulis bisa langsung tersampaikan ke pembaca.
Buku ini dibagi menjadi 5 bagian.
Bagian 1: Tidak Perlu Menjadi Orang Baik
Bagian 2: Dunia akan Terasa Lebih Baik Jika Kita Bersikap Pasrah
Bagian 3: Cara-cara Mengekspresikan Diri
Bagian 4: Membiasakan Diri Tidak Terpengaruh Komentar Negatif
Bagian 5: Cara Menghadapi Orang Kasar dengan Senyuman
Dari setiap bagian sebenarnya banyak yang jadi favorite aku. Aku akan kasih tau satu hal yang mungkin bisa berguna buat temen-temen. Ada di Bagian 1, Bab ‘Kenapa Anak Tengah Selalu Gagal dalam Hubungan Cinta?’
Kurang lebih dalam bab ini menjelaskan bahwa; “...seseorang yang tidak mendapat kasih sayang di masa kecilnya tidak akan percaya bahwa dirinya pantas dicintai.”
Gimana caranya agar kita merasa cukup dan lebih cinta ke diri sendiri?
Berhentilah mengasihani diri sendiri
Mulailah berkata “tidak”
Yakinlah bahwa kau patut dicintai
“Yang paling penting adalah kau tidak menyerah walaupun usahamu tidak langsung membuahkan hasil. Jika terus berusaha dan bersabar, suatu hari nanti kau akan merasakan perubahan dalam dirimu.”
Inti dari buku ini adalah ngajak pembaca untuk lebih mencintai diri sendiri, berkata “tidak!” pada hal-hal yang tidak disukai dan bagaimana cara menanggapi omongan-omongan kasar dari teman.
Dah ah, segitu dulu. Have a nice day!
7 notes · View notes
ekycahyashlikha · 5 months ago
Text
Tumblr media
Keiko yang sedari kecil mulai mempertanyakan kenapa orang-orang disekitarnya menyebutnya aneh padahal ia cuma mengatakan apa yang ingin ia katakan, bukan cuma teman-temannya, bahkan orangtuanya pun menganggap ia abnormal dan menyarankan untuk berobat. Namun, karena masih kecil, Keiko tidak mengindahkannya. Ia merasa bahwa dirinya tidak ada masalah. Puncaknya adalah saat SMA. Saat dua teman sekelasnya bertengkar dan tidak ada yang sanggup memisahkan, Keiko memukul kepala teman sekelasnya dengan sekop, dan membuat teman-temannya takut dan menangis. Kejadian tersebut langsung ditindaklanjuti oleh sekolah. Orangtuanya akhirnya minta maaf kepada pihak sekolah. Semenjak itu, Keiko menjadi pendiam. Meski di buku laporannya tertulis, “bertemanlah dan perbanyak main di luar”, Keiko tidak melakukannya. Tumbuh dewasa, saat kuliah, Keiko memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai magang di salah satu minimarket. Di sana, ia merasa dirinya sudah normal. Normal dalam artian ia melakukan aktivitas sama seperti teman-temannya. Akhirnya Keiko merasa nyaman, ia bekerja sebagai pegawai magang sampai dengan usia 36 tahun. Tentu hal itu menjadi topik hangat untuk teman-temannya saat berkumpul. “...apa kau tidak punya pengalaman lain? Kalau susah mendapatkan pekerjaan tetap, kenapa tak menikah saja? Sekarang ini banyak situs perjodohan, kan?” “Benar, benar. Kenapa kau tidak mencari seseorang? Siapa sajalah. Dalam hal ini, jadi perempuan lebih menguntungkan…” “...semua akan terlambat kalau sudah mencapai umur tertentu.” Keiko menyadari bahwa dirinya telah menjadi objek asing bagi teman-temannya. “Dunia normal adalah dunia yang tegas dan diam-diam selalu mengeliminasi objek yang dianggap asing. Mereka yang tak layak akan dibuang.” Entah kenapa, tanpa pikir panjang, Keiko membuat kesepakatan dengan Shihara, mantan teman kerjanya di minimarket. Singkat cerita, setelah sepakat dengan syarat-syarat yang diberikan Shihara dan menganggap bahwa menguntungkan untuk kedua belah pihak, Keiko mengenalkan Shihara sebagai kekasihnya.Keluarga dan teman-temannya mengisyaratkan pada Keiko bahwa, “Ini loh hidup normal.” Dari sini aku mulai emosi dengan Keiko. Karena terlalu menutup diri, jadi terkesan tidak memikirkan dampaknya, padahal Shihara seperti parasit yang menumpang hidup. Dari novel ini, aku menyimpulkan bahwa dalam bermasyarakat terkadang menyimpulkan bahwa individu yang tidak melakukan hal yang mayoritas dilakukan masyarakat dianggap abnormal. Maka dari itu, terkadang untuk eksistensi, seringkali seseorang rela mengesampingkan jati dirinya agar tetap dianggap ‘ada’ oleh masyarakat. Aku suka ending dari novel ini, “...semua sel di tubuhku ada di minimarket.” Keiko kembali percaya kepada dirinya sendiri dan melanjutkan hidup dengan damai. Dah ah, segitu dulu. Have a nice day.
11 notes · View notes
ekycahyashlikha · 8 days ago
Text
Jadi Generasi Ga Baperan Setelah Baca Buku Filosofi Teras Karya Om Piring
To be honest, aku bukan Gen Z. Tapi agak geram juga ya kalo banyak stereotip negatif tentang Gen Z. Mungkin konteksnya bercanda, tapi why? Hahaha. Gen Milenial juga banyak kok yang sifatnya mirip Gen Z.
Kali ini aku ga ngebahas tentang Gen Z atau Milenial. Aku mau spill tips yang bikin aku ga gampang naik darah kalo ada hal-hal ga menyenangkan. Yaitu dengan menerapkan dikotomi dan trikotomi kendali yang aku pelajari dari Filosofi Teras.
Apa itu dikotomi kendali?
Dikotomi kendali adalah konsep yang mengajarkan kita untuk fokus kepada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan tidak ambil pusing terhadap hal-hal di luar kendali kita.
Maksudnya di dalam kendali dan di luar kendali itu apa?
Di dalam kendali kita, misalnya sikap, reaksi dan pilihan kita terhadap suatu hal.
Di luar kendali kita, misalnya penilaian orang lain terhadap kita, cuaca, dan lain-lain.
Ga cuma dikotomi kendali aja, Filosofi Teras juga ngajarin Trikotomi Kendali.
Trikotomi kendali merujuk pada tiga aspek penting dalam mengendalikan hidup dan diri sendiri. Tiga aspek tersebut adalah:
Diri sendiri (self control): mengelola emosi, pikiran dan perilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Lingkungan (Environmental Control): memahami dan memanipulasi faktor-faktor eksternal yang memengaruhi kehidupan, seperti hubungan sosial dan kondisi sekitar.
Tujuan (Goal Control): menetapkan tujuan yang jelas dan realistis serta merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya.
Jadi inti dari trikotomi kendali yang disampaikan Om Piring dalam buku Filosofi Teras adalah memang benar ada hal-hal yang berbeda dalam kendali dan di luar kendali kita. Tapi ada juga hal-hal yang bisa kita upayakan. Jadi ada baiknya kita mulai memisahkan antara kerja keras dan hasil. Fokuslah pada proses, karena hasil termasuk di luar kendali kita.
Aku kasih contoh. Akhir-akhir ini aku beneran lagi burn out karena deadline kerjaan yang lumayan banyak. Aku nerapin prinsip trikotomi kendali dan alhamdulillah jadi less stress.
Aku bagi beberapa hal yang berada di dalam kendali, di luar kendali dan yang bisa kuupayakan.
Yang ada dalam kendaliku: emosi, mood.
Yang ada di luar kendaliku: penilaian bos.
Yang bisa kuupayakan : mengerjakan dengan tepat, teliti dan tepat waktu.
Setelah fokus pada nomor satu dan tiga, aku jadi lebih fokus ngerjainnya. Mungkin kalian bisa coba cara ini supaya meminimalisir asam lambung naik dan stress. Ehehehe.
Dah ah, segitu dulu.
Have a nice day.
2 notes · View notes
ekycahyashlikha · 7 months ago
Text
"Jangan nangis, jangan sedih, kamu harus ikhlas." Nasihat dari seorang teman saat aku berduka.
Dalam hati, kenapa ga boleh nangis?
Kenapa ga boleh sedih?
Emang salah menangis saat berduka?
Apa hubungannya ikhlas dengan jangan menangis dan sedih?
Kemarin malam, aku memutuskan untuk baca buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring karya dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ dan menemukan jawabannya. Beliau menganalogikan kesedihan karena berduka dengan rasa sakit akibat patah kaki.
"Mengapa seseorang tidak diperbolehkan mengekspresikan perasaan alamiahnya? Apakah boleh kita melarang seseorang yang patah kakinya untuk tidak merasa nyeri? Kalau tidak boleh, mengapa kita melarang seseorang yang patah hatinya untuk merasa sedih?"
Emosi dasar manusia ada lima: senang, sedih, marah, takut dan jijik. Jadi sedih adalah emosi dasar yang ada pada tiap manusia. Tapi kenapa masih banyak dari kita yang terlalu keras pada diri sendiri sampai-sampai melarang diri kita untuk sedih?
“Sebenarnya, rasa senang dan sedih sama-sama normal dan wajar, sayangnya rasa sedih kurang populer saja…”
Penjelasan lanjutan dari penulis. Entah sejak kapan ada klasifikasi untuk emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Kesedihan masuk dalam klasifikasi emosi negatif. Padahal, tidak ada emosi positif atau negatif. Yang benar adalah; apakah emosi yang ditunjukkan sesuai atau tidak dengan kondisi saat ini?
Terjawab sudah. Sedih adalah emosi dasar yang dimiliki oleh manusia.
Lalu menangis?
Dalam buku ini pula, penulis memaparkan, “Apabila sedih adalah sebuah emosi, maka menangis adalah sebuah perilaku yang muncul mendampingi emosi tersebut. Menangis mempunyai fungsi secara biologis dan sosial. Secara biologis menangis bisa mengurangi rasa sakit melalui produksi endorfin, suatu hormon anti nyeri natural tubuh. Secara sosial, menangis adalah suatu sinyal yang kita sampaikan ke orang lain bahwa kita tersakiti dan butuh pertolongan.
Mengapa ada orang yang melarang orang lain untuk bersedih? Melihat orang menangis membuat tidak nyaman, emosi tersebut menular, katanya. Melihat orang menangis membuat tergerak untuk meredakan rasa sakit.
Ada insight menarik dari buku ini. “Karena seseorang merasa bahwa kata-kata tersebut bisa membuat dirinya merasa lebih nyaman, dia memproyeksikan ke diri orang lain bahwa pasti orang lain pun akan merasakan hal yang sama. DIA BERMAKSUD BAIK, TAPI alih-alih membuat perasaan jadi nyaman, yang ada malah orang lain bisa merasa tidak dimengerti dan dikerdilkan.”
Buku ini bener-bener ngasih POV antara yang berduka dengan teman yang tidak berduka. Kurasa buku ini cocok dibaca untuk siapapun. Walau ga lagi berduka.
Dah ah segitu dulu. Have a nice day.
4 notes · View notes