#dua rasheed
Explore tagged Tumblr posts
Text
Day 5: "I can't take this anymore."
T/W: Disturbing visions, violence, implied harm or death, vivid sensory descriptions, implied SA (in a vision), pushed to breaking point, ladywhump, superheroes, 'can't-save-everyone'.
@ailesswhumptober A/N: As much as I love medical whump and lab whump, I decided to try different styles and situations as well so it wasn't as repetitive and some prompts are more fitting for that sort of whump than others, so rest assured there will be more med/lab whump to come later in the month! ^^ Thank you so much for all of your support and follows so far it truly means a lot ^^ xx
They say that Allah will never give us more than we can bear. That he will never burden us with more than he knows we can physically take. I have never questioned that myself. He gave me this gift for a purpose â and it is my duty to use it to the very best of my ability as one of the city's sidekicks, to do good for others, as he would want. That's what I tell myself every day â no matter what kind of strain it puts on me, Allah knows I can take it.
"Take your time, alright? We have a lot to get through today."
I read Liam's lips carefully, fiddling with my hearing aids to be sure that I understood everything correctly.Â
Take my time he says, but every second counts...
Slowly, I step up to the tables in front of me, silently adjusting my hijab. On top of them are various items found from the latest missing person investigations. Their nature varies from stray articles of clothing to a small plush rabbit. Each of them are no doubt precious or related to someone â some poor missing soul in need of our help.
And I have the chance to save them.
Drawing in a breath, I reach out for the first item â a yellow silk scarf. Closing my hands over it, I close my eyes â and allow my prophetical Third Eye to naturally activate. I focus fully on the scarf, on the soft sensation in my hands, on the sweet floral perfume scent of its wearer. The aroma fills my nostrils, joined byâ
Aftershave. Strong overpowering aftershave. The scent makes me gag as it constricts my throat. A man hovers over me. Forties. Tanned. Brunette. I take in every feature. I have to remember it, as if my life depends on it. Terror suddenly rushes through me. I feel my heart pounding in my chest. The cool air brushes across my exposed skin. His rough hands grab at my face, tilting it back. He sneers at me. I can see his lips moving, but I cannot hear the words. No sounds at all. I don't need them to know what will happen nextâ
"Dua?"
N-no, NOâ!
Gasping, my hands tear up the next item in my desperation to escape â a small leather wallet. The scenes morphs around meâ
"Dua, what is it? What's going on?"
The mattress creaks. He's sitting up, grabbing at my shirt. He tears it open down the middle, exposing my abs. His hands mercilessly invade me, before slowly reaching for his belt. I try to kick, but my feet are tied. I've never been so scared in life. His pants come offâ
"Dua!"
I'm barely aware of the tears running down my cheeks as I frantically grab onto the next itemâ
Cold. Icy cold. My muscles are locked, frozen. Everything ripples and shimmers around me. Every move is too much. Water rushes into my lungs. I'm so cold, so cold â I should have listened to Momâ!
"I-I'm sorry...!"
A sob slips free. I almost knock the table over as I grab onto the furry bunnyâ
Cigarette smoke. Itâs him. He's coming. He's going to keep hurting me. No matter how much I plead. The pain hurts so much. Why wonât he stop hitting me? W-was I a bad boy? Oh God, send me an angel toâ!
The smells. The sights. The sensations. The pain. The terrorâ
The next oneâ
Scattered leaves. Hooded figures. Blood sticking to my hands. Sharp chemical fumesâ
It's too muchâ
Red soaking into my shirt. Multiple boxes. A distant warehouse. Blindingly bright lights. A raised shining bladeâ
"Dua!"
T-too much!
The nextâ
Smoke. Thick pungent smoke filling the air. A stronger scent accompanies it. Petrol. Fumes. It's suffocating. Canât breathe â canât BREATHE!Â
"Hnnk!â
"Dua â Mark, get her away from thereâ!"
Pain erupting through my body. Flames licking my limbs. The nauseating stench of burning flesh. Coarse material biting into my wrists with every struggle. Scorching fire engulfing me. Can't move â can't MOVEâ!
A scream rips free from my throat.
I'm going to die. I'm going to die. I'm going to dieâ
"DUA!"
Hands grab onto me, yanking me away from the table. I kick and thrash against them, shrieking. My forehead sears with agony. Everything blends into one darkening haze. The scents linger in my nostrils, making me choke. Tears seep down my cheeks. I pant and gasp for breath, half-sobbing.
"N-no more...n-n-no more..."
Iâm barely able to get the words out, gulping.
"Dua, look at me."
Liam's blurred face hovers in front of me. Concern creases his features. "You're safe. We've got you."
I canât answer him, staring vacantly ahead, trapped in the nightmare of visions. as my knees quiver. "Do you want one of us to step out with you before you try again?â
For the first time since I can remember â I give in with a pitiful sob.
"I...I-I can't take this anymore. I-I'm...sor...ry..."
With that reluctant murmur of defeat, I surrender to the darkness.
#whumptober 2024#whumptober#ailesswhumptober2024#whump prompt#whump event#crying#oc whump#fic#banner by cafekitsune#superpowers#superheroes#dua rasheed#islamic superhero#prophet#visions#I can't save everyone#Third Eye
5 notes
·
View notes
Text
#16 slice of joy (2)
Ceritanya kita ke Thaif.
Thaif adalah sebuah kota di Mekah, yang hawanya terasa sejuk, tidak sepanas di Haram. Tapi, tetep terasa teriknya wkwk. Perjalanan ke Thaif lumayan lama, jadi kami banyak istirahat di bus. Si adik cilik bolak-balik main ke kursi saya. Karena samping saya kosong, jadi, saya menawarkan, "Adek, mau duduk sini bareng aku?" Dia mengangguk setuju. Rupanya dia ingin duduk di samping jendela, sambil mencari unta di sepanjang jalan.
Karena si adik belum terlalu tinggi, untuk melihat unta yang berada di kejauhan, dia tidak kelihatan. Ketika saya melihat unta, saya bergegas memberi tahu, "Dek, dek. Lihat ada unta, tuh." Kami berdua berhitung ada berapa jumlahnya. "Satu, dua, tiga. Untanya ada tiga!" kata si adik. Sesekali kami melihat kuda, tapi tidak sebanyak unta. Saat lihat unta lagi, saya berseru ke si adik. Begitu terus, sampai dia tertidur wkwk. Tidak lama, setelah baca buku-e beberapa menit, saya juga juga terlelap.
Ibnu 'Abbas
*Masjid Ibnu Abbas dari dalam
first stop. Masjid Ibnu Abbas. Saat mau menuruni anak tangga di bus, saya dipanggil mas G. Dia mengatakan sesuatu, "Qi. asdygfjklnbc@#$%." Seingat saya kemarin sudah membersihkan kotoran telinga, tapi pas mas G yang ngajak bicara, kok, gak kedengeran!? (imej luntur sudah). Bukan gak kedengeran. Denger, tapi tidak jelas apa yang dikatakan. Dengan nada agak tinggi, saya jawab, "HAH?! APA!?!" wkwk. Refleks. Buru-buru menahan malu takut dilihatin jamaah lain soalnya kayak orang teriak-teriak wkwkw. Yang ngajak ngomong pun memalingkan wajah (sepertinya menahan malu juga) dan tertawađ. "Nanti, ya, di bawah," saya mengakhiri obrolan dan melipir turun.
Dan yang terjadi selanjutnya setelah turun di area parkiran, adalah sejarah (hubungi untuk cerita lebih lanjut) (*asik-asik) (kok banyak reka adegan sejarah, sih?! wkwk)
Kami berkumpul di dekat perpustakaan Ibnu Abbas, mendengarkan cerita Ustaz J. Ibnu Abbas adalah seorang yang sangat cerdas sedari kecil. Merupakan orang kepercayaan Rasul. (sebentar buka notes hape dulu) Ibunya adalah juru masak nasi Rasulullah. Sehingga beliau punya jadwal khusus untuk mengantar makananâbisa bertemu dengan Rasulullah. Di saat itulah, Rasul mengajarkan & mendoakan langsung kepada Ibnu Abbas yang masih sangat muda.
Semoga kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari kisah Ibnu Abbas untuk terus belajar, menuntut ilmu sepanjang hayat. Aamiin.
Sebelum kembali ke bus, saya melihat bu D dan pak R membeli oleh-oleh. Saya penasaran beliau berdua sedang membeli apa. Oh, ternyata pak R menawar sorban. Terus saya iseng turut nimbrung bantu bu D & pak R ngomong ke mbak-mbak penjual, "Eywa, sister. Hadza itsnein, khamsu riyal, shoh?" "Laa. Ana maa fi faidah." "Maujud faidah. Hadza itsnein, khamsu riyal. Tamam." Akhirnya, si mbak-mbak penjual deal dan membungkus sorban pilihan pak Rđ€Ł.
Ayah, ternyata aku bisa praktek tawar-menawar. Hehehe.
Setelah dari masjid Ibnu Abbas, rombongan kembali naik bus dan melanjutkan ziarah tempat berikutnya. Saat di Masjid Ku' dan Masjid 'Addas, bus melaju perlahan sambil muthowif bercerita (passing by). Ternyata bangunan Masjid Ku' terlihat seperti tumpukan batu. Sedang Masjid 'Addas ada di atas bukit.
Penyulingan Mawar
Tiba di tempat penyulingan parfum. Namanya Rasheed Al Qurashi Factory. Kami diarahkan ke aula untuk duduk menonton video berisi cara penyulingan mawar (untungnya berbahasa Indonesia!). Sambil menonton, ada petugas berjalan yang mengoleskan parfum ke tangan masing-masing jamaahâtester. Ada konter cemilan, coklat, kurma. Di luar ada bangunan replika penyulingan parfum, dan toko parfum Rose Shop. Di ujung ada semacam kebun (mungkin ini kebun mawarnya, tapi terlihat sepi).
Siang hari makan nasi mandhi bareng jamaah di kebun (yang barusan saya bilang, ada tangga jalan turun) (dan rumputnya sintetis wkwk). Seru! Makannya bareng-bareng, seloyang berenam atau berlima. Beratap dedaunan pohon-pohon yang rindang. Sebelum datang nasinya, saya udah kebelet buang air duluan wkwk. Akhirnya mencari toilet. Di tempat makan tadi, hanya ada toilet untuk laki-laki.
Bertanyalah saya ke abang-abang, "Yaa sidi. Fi ein hamam li nisa'?" Terus dia jawab, "Fouq." "Fouq??" saya menegaskan. Haduh, naik lagi, batin saya. "Eywa, fouq. Tsumma 'ala yasar," si abang-abang sambil mengisyaratkan tangannya lurus ke atas lalu ke kiri. Oh, paham, bang. "Syukran." Saya cepat-cepat naik ke bangunan aula tadi.
Ternyata, porsi makannya, buanyaaak. Firasat saya apa gimana, nasinya gak habis-habis. Karena datang terakhir, jadilah saya disuruh menghabiskan sisa lauk yang ada wkwk. Tapi untungnya, ada mbak F dan mbak I yang membantu wkwk.
Beres makan, kenyang, mampirlah saya ke Rose Shop. Belum ada kepingin beli parfum lagi (soalnya sudah adopsi pulang Arabian Oud di Medina). Ingat yang dibilang Ustaz J, "Gak beli parfum, gapapa. Keluar, pulang-pulang, yang penting badan wangi semua." Tapi, itu semua cuma adegan angan-angan fiktif belaka, guys! wkwkw. Saya sama mbak I, icip-icip wewangian haha (sok-sokan paham aroma) (dan saya tetep gak ngerti). Kami berdua masuk dan lihat-lihat.
Awalnya, saya bilang pingin lihat rose musk. Terus sama si mbak sales diarahin ke bagian konter depan. Saya gak menyentuh atau sniff tester parfum yang di rak displaynya sama sekali (takut kepincut wkwk). Awal tahu rose musk (dan enak baunya!) adalah dari konter parfum Mall An Nur saat first stop Hop On Hop Off. Pas di Thaif, pengin cium rose musk lagi. Saya tanya langsung sama abang-abang di konter depan, "Yaa, sidi. Fi ein rose musk?" Bukannya jawab, malah tertawa, nih, abang-abangđ. Lanjutan cerita wewangian akan ada khusus. Nantikan, ya!
Karena sudah di Thaif, mari kita naik wahana!
(bersambung)
âŠ
*ini adalah cerita-cerita umrah di akhir bulan Safar-Rabiul Awal (sebelum maulid) 1446H, yang (kemungkinan) akan kuromantisasi habis-habisan. sebagai pengingat pribadi dan semoga ada manfaat yang bisa diambil, yah!
2 notes
·
View notes
Text
7. Maryam Tsurayya Ar-Rasheed
Maryam Tsurayya Ar-Rasheed, bungsu dari keluarga Ar-Rasheed. Hidup dengan perhatian dari seluruh Kakaknya tak membuat dirinya menjadi anak yang manja. Maryam tumbuh dengan sangat baik. Sifatnya lemah lembut, juga keibuan.
Maryam menikah dengan Abbas Chairil Pramudya pada tahun 1997 dan dikaruniai empat orang anak.
Abbas yang merupakan putra tunggal keluarga Pramudya kini memegang bisnis keluarga dalam bidang properti. Usaha itu yang kini menghidupi keluarganya.
Abbas orang yang tegas, berbeda dengan Maryam yang lembut. Didikan yang seimbang dilakukan keduanya dengan harapan keempat anaknya dapat tumbuh dengan baik, mengerti mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, termasuk ajaran agama yang ketat.
Meskipun keluarganya berada, keduanya tak serta merta memanjakan anaknya dengan memberikan apapun yang diinginkan. Abbas selalu menanamkan bahwa, jika menginginkan sesuatu, maka berusaha lah untuk mendapatkannya.
Keduanya juga tidak membatasi apa yang disukai sang anak, jika memang hal itu merupakan hal yang baik. Jika mendapat pencapaian akan menerima pujian, pun sebaliknya jika melakukan kesalahan akan mendapat hukuman.
Anak pertama, Atharrazka Zaigham Astara Pramudya.
Sosoknya dikenal sebagai pribadi yang ceria. Sebagai anak sulung, ia menjalani hidup yang tampaknya sempurna di luar. Namun, di balik senyumannya yang cerah, Zaigham menyimpan beban berat di pundaknya. Seringkali ia ditekan oleh ekspektasi dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Orang tuanya memiliki harapan besar untuknya. Kedua orang tuanya selalu menekankan dirinya untuk menjadi sosok yang sempurna. Meski ia tahu, ia pun takkan sanggup untuk melakukan itu. Dengan semua itu, Zaigham bertekat untuk tidak akan pernah menampilkan sisi terburuknya. Meskipun lelah, Ziagham akan selalu tersenyum, sembari mengucap, alhamdulillah.
Diberi nama Alzena Halwa Dayyinah Pramudya oleh Kakek dan Nenek dari pihak Ayah, berharap bahwa cucu perempuan pertama mereka dapat menjadi seorang gadis manis yang mengerti agama.
Alzena, seorang muslimah yang penuh dedikasi, baru saja menjalani dua tahun sebagai seorang pengajar. Hidupnya semula terasa penuh makna dengan adanya calon suami yang ia cintai dan profesi yang ia banggakan. Namun, saat sang calon suami meninggal mendadak dalam sebuah kecelakaan, dunia Alzena seketika runtuh. Ia merasa hampa, dan mengajar yang dulu menjadi panggilan jiwanya kini hanya terasa seperti beban. Dalam kegelisahannya, ia memutuskan untuk berhenti mengajar dan mulai menggeluti hobinya, traveling, sebagai jalan untuk menyembuhkan hati yang luka.
Kleopatra Evelyn Pramudya, anak bungsu dari tiga bersaudara dan rentang umur yang agak jauh jadi membua kleo sedikit dimanja dengan keluarganya.
karena sikap manjaan yang sudah ia terima sedari kecil membuat dia sedikit merasa hidupnya kurang tantangan. Jadi dia memutuskan untuk mencoba beberapa peruntungan melalui sosial media, salah satunya dengan mengikuti audisi untuk menjadi idol. Sampai pada tahap ia harus training langsung, ia pun langsung memberitahu secara gamblang kepada keluarga besarnya tentang ambisi dan jalan yang ia pilih untuk kehidupannya yang akan datang.
Kleopatra Evelyn Pramudya adalah anak bungsu yang sudah memantapkan diri untuk hidup mandiri mulai dari detik ini.
0 notes
Text
| 20240227 | Selasa | Perdana Menteri YAB Dato' Seri Anwar Ibrahim sewaktu pertemuan dengan Perdana Menteri Kemboja, Hun Manet yg sedang dlm lawatan rasmi sehari ke Malaysia, kami sempat menyaksikan Memorandum Persefahaman (MoU) mengukuhkan kerjasama dalam inovasi kewangan dan pembayaran.
Ia dimeterai dan ditangani Gabenor BNM Abd Rasheed Ghaffour dan Gabenor NBC Chea Serey.
Dlm sidang media bersama, PM tekankan kepentingan MoU antara kedua-dua bank pusat itu adalah suatu yg bermakna kerana ia merupakan salah satu usaha bagi menangani isu atau masalah dengan mata wang.
POSITIF âą PEDULI âą POPULAR
POSITIVE âą CARE âą POPULAR
KLIK LIKE, COMMENT DAN SHARE
#AnwarIbrahim #PMX #JPM #KDN #MKN #MCMC #SPRM #PDRM #JKOM #JAKIM #MalaysiaMadani #BernamaTV #Astroawani #HalalJAKIM #BeritaRTM #SebarkanKasihSayang #YDPAgongXVII #AgongKita #MNACNetworks #PrayForMalaysia #DaulatTuanku #PrayForPalestine
0 notes
Text
Ya Allah, Ar-Rahman, Ar-Raheem, Al-Malik, Al-Quddus, As-Salaam, Al-Mumin, Al-Aziz, Al-Muhaymin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khaliq, Al-Ghaffar, Al-Wahhab, Ar-Razzaaq, Al-Fattah, Al-Aleem, Al-Basit, Ar-Raafi, Al-Mu'izz, As-Samee, Al-Baseer, Al-Adl, Al-Latif, Al-Khabeer, Al-Haleem, Al-Azeem, Al-Ghafoor, Al-Alee, Al-Kabeer, Al-Muqeet, Al-Jaleel, Al-Karim, Al-Mujeeb, Al-Hakeem, Al-Wadud, Al-Majeed, Al-Haqq, Al-Hameed, Al-Mueed, Al-Hayy, Al-Qayyom, As-Samad, Al-Awwal, Al-Akhir, Al-Barr, Al-Afuw, Ar-Rauf, Malik-ul-mulk, Zul-jilali wal-Ikram, An-Nur, Al-Haadi, Ar-Rasheed, As-Saboor. Send our peace and blessings on your Beloved Muhammad ï·ș (P.B.U.H.) and his family, and for his Ummahs sake hear and accept our duas. Bless us with good mental, emotional and physical health and honest wealth. Shower us with your mercy and blessings. Help us have belief and faith in you and your plans. Help us recognise our own inner strength and that you wouldn't burden a soul more than it can shoulder. Help us when our imaan is low. Help us see that whatever happens is from you and only you also is for the betterment of ourselves. Shower happiness and joy into our lives. Let us be grateful for everything you have done and do for us and hope our future is full of happiness, joy and good times. YOU are the giver and taker of everything, may everything you give and everything you take be beneficial for me. May every worldy sadness be replaced with happiness. May every soul be strengthen. May every heart be filled with love of YOU and the goodness from YOU. May YOU bless us in ways we couldn't even imagine. Yaa Allah, I ask from you and hope for the best.
Allahumma Salli Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammadâ
O Allah, send Salaam and Blessings upon Muhammad ï·ș and upon the family of Muhammad ï·ș.
38 notes
·
View notes
Photo
Hazrat Pir Sultan Fiaz ul Hassan Sarwari Qadri with Sahibzada Abid Sultan, Hazrat Mawlana Fazal Rehman Khalil, Sahibzada Saeedur Rasheed Abassi, Muhammad Shoaib Khan treen, Allama Kazi Abdul Kadeer Hamosh, Allama Salaudin Khaleel @ the opening of Mashaikh Ulema council office Islamabad. Hazoor Pir Sahib made dua for Pakistan and the whole Ummah. https://www.instagram.com/p/B_P-gCzFK3k/?igshid=mffdi97qm2na
1 note
·
View note
Note
WHAT I cant believe Mohsin did all that!!! MEN ARE TRASH!! đđđđ
Firstly, Iâm so proud of all the Pakistani women who have been speaking out against abuse and harassment because itâs not easy in our society. I pray that Fatima has strength and a good support system from her family during this time.
I had doubts about Ali Zafar and Ukhano as theyâve made snide remakes against women. With Mohsin Abbas Haider I never couldâve guessed as heâs always preaching about akhlaq and adab. It just goes to show you that you canât trust anyone. His press conference was revealing of this terrible mindset where women are replaceable (your wife is asking for her rights - divorce her, get married again or beat her) because apparently society and religion give men this right. People are now accepting his side of the story as âno one can lie in front of a Quran.â I mean itâs this easy to convince people. Hira Mani also said the parents should think of the children before going public. So she should stay in a toxic relationship that physically and mentality hurts her? Its so hard for people to sympathize when theyâre in happy relationships.
But, this may be an example for women to speak out in the future because a âdivorced daughter is better than a dead oneâ And Iâm so happy that the entertainment industry collectively stood up against him (even though it may have been easier because heâs not an A-lister) because at least the dialogue is there. Iâm just hoping that his future projects get canceled and that these eye-witnesses (Gohar Rasheed, Dua Malik) speak out before itâs too late. Even if itâs hard, it should become more normalized.
20 notes
·
View notes
Text
AUTHENTIC DUâA AND DHIKR #57
AUTHENTIC DUâA AND DHIKR #57
Is it correct to ask Allaah to hurry when making dua?
Shaykh Fawzan answers
Question: May Allah give you good. The sister says: I supplicate O. Shaykh, I supplicate to Allah saying: âOh Allah verily I ask You to hasten for me marriage.â Is asking Allah to hasten your duâa from the reasons the duâa will not be accepted?
Shaykh Fawzan: Requesting for Allah to hasten the duâa is not from the reasons that duâa will not be accepted.
When the Prophet, SallAllahu âalaihi wa Sallam, supplicated for rain he said:
Oh Allah! Pour down upon us a wholesome rain, now not later. [1] This is because there is benefit in the supplication being hastened for the person.
As for being hasty in supplication it is for the person to say: âI supplicated and supplicated and I was not answered.â Thus they give up making duâa. This is what is prohibited.
Translated by Rasheed ibn Estes Barbee âšhttp://mtws.posterous.com/is-it-correct-to-ask-allah-to-hurry-when-making Dua [1] Sunan Ibn Majah, Chapter 154. What Was Narrated Concerning Supplication For Rain, Hadith Number 1269 Related articles
âOh Turner of the Hearts, keep our Hearts firm on Your Religionâ Most Superior way of asking for Forgiveness from Allah Preserve These Eight Rakâah and Stay Out Of Hell â By the Will of Allaah!
0 notes
Text
Another MR. SCORPIO'S HOUSE FIRE is UP!
Mixcloud: http://bit.ly/Mixcloud263
D/L: http://bit.ly/DL-HF263
Shows: http://bit.ly/ScorpioPodcasts
Feat:
@VintageCulture & John Summit/@johnsummit Sofi Tukker/@sofitukker
ACRAZE/@Acraze___
CID/@CIDmusic, Dombresky/@Dombresky
Cloonee /@Clooneeuk
Mat.Theo, Rootbox /@ReshapeBlack
James Yuill/@jamesyuill Dennis Ferrer/@dennisferrer Disciples/@Disciples
Ossey James/ @OsseyJames Joshwa / @joshwa_uk
PEACE MAKER! /@PEACEMAKERtunes
Claptone/@Claptone_ Elton John/@eltonofficial & Dua Lipa /@DUALIPA
Purple Disco Machine/@PurpleDiscoM, Eyelar /@Eyelar
David Penn @DJDavidPenn Junior Jack /@JUNIORJACKlive
Theo Parrish/@anyotherstyles
KUMBAYA/@KUMBAYAAAAAAAA Tall Black Guy/@SirTallBlackGuy & Ozay Moore/@OzayMoore
Lewis Parker/@LewisParker_
Kojey Radical/@KojeyRadical Joel Culpepper/@jculpeppermusic & Knucks/@Knucks Swindle/@swindle
Skyzoo/@skyzoo & Jae Skeese/@JaeSkeese Elcamino/@elcaminosway
A$AP Rocky/@asvpxrocky
Planet Asia/@planetasia, Elzhi/@ELZHI & Ill Conscious/@ill_Conscious)/Eyeree Beats/@EyereeBeats
#Dontez, #4Real)/Sons Phonetic/@SonsPhonetic
Budamunk & J.Lamotta/
Kev Brown/@kevbr0wn
Reckonize Real/@ReckonizeReal Rasheed Chappell/@RasheedChappell & XP The Marxman/@XPtheMARXMAN
Arthur Verocai/@ArthurVerocai)/Badbadnotgood/@badbadnotgood
Summer Walker @IAMSUMMERWALKER
Makaya McCraven/@MakayaMcCraven
Irreversible Entanglements/@johnsmo67770058
1 note
·
View note
Link
KUALA LUMPUR: Pihak London School of Economics and Political Science (LSE) mengesahkan bahawa bekas Presiden dan Ketua Eksekutif Kumpulan (PGCE) Permodalan Nasional Bhd Jalil Rasheed yang memegang ijazah daripada University of London bukan graduannya. âBerhubung latar belakang akademik Jalil Rasheed, penjelasan rasmi daripada pihak LSE mengesahkan bahawa seorang graduan yang memegang ijazah daripada University of London bukan merupakan seorang graduan daripada LSE.â Ini dinyatakan dalam jawapan bertulis kepada soalan daripada Ong Kian Ming (PH-Bangi) yang meminta Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin menjelaskan mengenai peletakan jawatan bekas PGCE PNB. Maklumat yang diterima oleh Suruhanjaya Sekuriti (SC) bahawa latar belakang akademik dan pekerjaan yang dikemukakan oleh Jalil melalui PNB kepada badan tersebut tidak konsisten, pihak SC telah membuat inkuiri tentang perkara itu. âLanjutan daripada itu, SC telah mengadakan satu pertemuan dan perbincangan dengan Jalil pada 11 Jun 2020 untuk mendapatkan penjelasan lanjut daripada beliau.â Pada 13 Jun 2020, Jalil telah menyerahkan surat peletakan kedua-dua jawatannya atas sebab peribadi. âPeletakan jawatan ini telah diterima oleh Lembaga Pengarah PNB pada Mesyuarat Khas Lembaga Pengarah pada Isnin 15 Jun 2020.â â BERNAMA (function(d, s, id) { var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0]; if (d.getElementById(id)) return; js = d.createElement(s); js.id = id; js.src="https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v3.1&appId=517691711979098&autoLogAppEvents=1"; fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs); }(document, 'script', 'facebook-jssdk')); (function(d, s, id) { var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0]; if (d.getElementById(id)) return; js = d.createElement(s); js.id = id; js.src = "http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1"; fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs); }(document, 'script', 'facebook-jssdk')); HEROKITA.com | Digital Talents On Demand Source link
0 notes
Text
TNB - Terberak Nak Bayaq...
TNB - Terberak Nak Bayaq....
youtube
Pasai nak bayaq gaji pengerusi TNB,depa kena korek dari rakyat, caranyaÂ
naikkan bil letrik.Bila bil letrik bulanan naik habih Terberak Nak Bayaq...
Kami satu family balik berPKP kat kampung dari 18/3 sampai 25/5. So rumah memang kosong. Balik KL lepas raya, tengok bill lebih 2000.00. Camna kitorg pakai sampai 2000 lebih? Mungkin jin atau syaiton kot yang masuk melalui pintu belakang...
Bil TNB naik zaman PH: Menteri terus siasat, Suruhanjaya Tenaga (ST) ambil tindakan dan TNB kena denda RM3.6 juta.
Bil TNB naik zaman PN: Menteri kata bukan salah TNB, tapi salah pengguna yang keliru.Eh, kebetulan geng dia pengerusi TNB lah.Tahniah kerajaan Melayu-Islang tebuk atap...
Percubaan Jadikan PNB "Gravy Train"...
Cerita Tan Sri Wan Zulkiflee Wan Ariffin dinyahkan daripada jawatan Presiden dan Ketua Pegawai Eksekutif Petronas dan Abdul Jalil Rasheed daripada kerusi yang sama di Permodalan Nasional Berhad (PNB) adalah petanda kehilangan budi dan iman orang Melayu. Orang Melayu yang diuar-uarkan sebagai sabar dan bertolak ansur sedang dihasut supaya mengamuk atas nama maruah Melayu dan pemerintahan Melayu-Islam. Dendam Neo-Kleptokrasi Maka ahli profesional dan eksekutif Melayu taraf dunia yang dilantik oleh kerajaan Pakatan Harapan (PH) â yang ada DAP di dalamnya â untuk membersihkan syarikat pelaburan berkaitan kerajaan (GLIC) dan syarikat berkaitan kerajaan (GLC) daripada korupsi elit politik era kleptokrasi Umno-Barisan Nasional telah dan sedang dibuang secara sistematik. Kalau kerajaan Umno-BN zaman kleptokrasi Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak korup dan hegemonik, kerajaan Perikatan Nasional (PN) pimpinan Tan Sri Muhyiddin Mohd Yassin adalah semberono (reckless) dan pendendam (vengeful). Lebih malang bagi ahli profesional Melayu, kaki pukul (hatchetman) yang dihantar untuk membelasah mereka adalah teknokrat Melayu sendiri. Maaf cakaplah kalau saya kata bahawa dalam konteks ini, Menteri Kewangan, Senator Tengku Zafrul Abdul Aziz, perlu menilai dirinya sendiri kerana besar kemungkinan beliau kini menjalankan peranan itu. Ini adalah kerana sebagai Menteri Kewangan beliau mempunyai kuasa yang amat luas ke atas GLIC dan GLC. Siapa lagi kalau bukan beliau yang memecat ahli profesional Melayu dan membawa masuk ahli politik sebagai pengerusi dan ahli lembaga pengarah?
CEO Petronas...
Wan Zulkiflee ditunjukkan pintu keluar kerana mempertahankan hak Petronas daripada dijadikan pertaruhan dalam perjudian politik Muhyiddin untuk mendapat sokongan elit politik Sarawak dan mungkin juga selepas ini, Sabah.  Dua buah negeri Borneo ini adalah pengeluar utama minyak dan gas di mana peranan Petronas adalah besar. Abdul Jalil, anak pegawai imigresen dari Raub, Pahang telah berjaya dihambat keluar daripada PNB atas alasan keraguan mengenai persekolahannya â beza di antara London School of Economics and Politics (LSE) dan University of London. Beliau meletakkan jawatan hari ini. Isu persekolahan beliau hanyalah alasan. Kalau pihak berkuasa pasaran modal di Singapura, Hong Kong dan United Kingdom yang lebih tinggi piawaiannya boleh memberi lesen kepada Abdul Jalil mengapakah tiba-tiba persekolahan beliau menjadi isu kepada Muhyiddin dan Zafrul serta budak-budak mereka? Mengapa ia menjadi isu kepada Suruhanjaya Sekuriti (SC) sekarang apabila ia telah meluluskan permohonan beliau pada bulan September lalu?
CEO PNB...
Jumpa Najis Jawapannya adalah Abdul Jalil dan Pengerusi baru PNB, Tan Sri Zeti Akhtar Aziz, telah mula menemui dan mengambil tindakan ke atas pelaburan-pelaburan PNB yang meragukan dan bermasalah. Di sini, saya mengutuk sekeras-kerasnya usahawan Melayu yang berjaya kerana bantuan kerajaan, termasuk melalui Dasar Ekonomi Baru (DEB) tetapi masih bergantung kepada kerajaan dan menjadikan PNB âgravy trainâ mereka. Saya kenal ramai daripada mereka. Malah saya kenal ibu bapa mereka. Saya menulis seawal tahun 1980-an tentang bagaimana ibu bapa mereka mendapat kontrak dan konsesi di bawah DEB. Sehingga ini, saya telah berjaya mendapat maklumat mengenai dua atau tiga kes yang mungkin menjadi punca tercetusnya usaha untuk menyingkirkan Abdul Jalil. Satu mengenai pembelian tanah dan satu lagi mengenai pelaburan dalam kegiatan minyak dan gas. Saya akan menyebut hanya satu kes dulu kerana ia sudah pun dibincangkan secara meluas sejak 2017 lagi. Yang lain itu, tunggu dulu. Kita tengok apa pengganti Abdul Jalil akan buat. Kes ini adalah berkaitan penjualan sebidang tanah kerajaan seluas 19.14 ekar berhampiran Istana Negara kepada Jakel Land Sdn Bhd dengan harga RM646 juta atau 22 peratus di bawah harga yang diiklankan. Kita semua tahu bahawa Jakel adalah syarikat anak emas zaman Mohd Najib. Baru-baru ini ia menjadi berita besar apabila salah seorang adik beradiknya menuduh âorang Melayu tak pandai bacaâ. Apa kena mengena Jakel dengan PNB? Jakel Land Sdn Bhd adalah perkongsian sama rata di antara Jbiz Development Sdn Bhd (mewakili Jakel) dengan Symphony Life Bhd dan PNB. Yang menjadi masalah dan persoalan adalah mengapa hanya PNB yang mengeluarkan lebih banyak duit untuk bayar harga tanah tersebut sedangkan nisbah pegangan saham sama iaitu masing-masing 33.3 peratus. Nampak seolah-oleh peranan Jakel cuma mendapatkan kebenaran membeli tanah dan Symphony menjadi pemaju. Saya dimaklumkan yang PNB telah memberi âpinjamanâ RM225 juta kepada syarikat usaha sama itu. Keseluruhan jumlah yang ditanggung oleh PNB adalah RM250 juta manakala Symphony dan Jakel hanya mengeluarkan RM25 juta setiap satu. Jakel mendakwa dirinya 100 peratus Bumiputera. Kepala empayar adik-beradik ini ialah Datuk Mohamed Faroz Mohamed Jakel.
Mohamed Feroz saudagar nombor satu Jakel
Symphony pula adalah syarikat senaraian Bursa Malaysia yang dimiliki oleh Tan Sri Azman Yahya yang terkenal sebagai Pengarah Urusan Danaharta zaman krisis ekonomi Asia 1997-98. Diura-urakan yang Ahmad Zulqarnain dari Khazanah Nasional Berhad akan mengambil tempat Abdul Jalil. Beliau pernah bekerja di bawah Azman di Symphony (dulunya Bolton Bhd) dan Danaharta. Azman adalah salah seorang ahli lembaga Pengarah Khazanah yang dilantik oleh Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak ketika menjadi Perdana Menteri merangkap Pengerusi Khazanah. Peralat PNB Bagi usahawan Bumiputera yang cuba memperalatkan PNB dengan melobi Muhyiddin dan Zafrul supaya memecat Abdul Jalil atau bertindak dengan cara yang menguntungkan mereka, saya kata "sialan kamu". Tidak cukup lagikah apa yang kamu dan ibu bapa kamu dapat daripada kerajaan sehingga mahu memperkudakan PNB? PNB adalah instrumen DEB yang bertujuan memberi peluang kepada Bumiputera miskin memiliki sebahagian kecil kekayaan negara. Itu pun mereka hendak âpelekohâ juga? Kesimpulannya, kalau inilah cara kerajaan Melayu-Islam PN mempolitikkan GLIC dan GLC, kesudahannya hanya profesional dan eksekutif yang tidak berjiwa rakyat dan âmediocreâ saja akan bersedia bekerja dengannya. Dewan Bahasa mentakrifkan âmediocreâ sebagai âtidak berapa baikâ. Cuma satu saja. Kita bernasib kerana keadaan tidak seperti dahulu lagi. Kerajaan dan pesekongkolnya tidak selamat lagi bersembunyi di belakang tembok kuasa, undang-undang dan kerahsiaan. Media sosial telah memberikan rakyat jelata kuasa untuk memperkasakan mahkamah pendapat umum â the court of public opinion â untuk melawan kerajaan kleptokrasi baru ini. Namun saya masih ada sedikit keyakinan bahawa masih ada sebilangan kecil melayu profesional yang tidak sanggup menjadi tali barut kepada pencuri dan penyangak kerana di sanubadi mereka tersemat nilai murni untuk melakukan kebaikan kepada negara dan rakyat jelata. - A.Kadir Jasin
Goodbye letter from Abdul Jalil to his colleagues and staff at PNB. (Saya dibagi tahu gaji Abdul Jalil masa di Singapura RM320,000 sebulan. Dengan PNB RM100,000 sebulan.) Dear Colleagues, Iâm writing to you personally this time, on a sombre note to inform you that I have resigned as your PGCE, effective today. There were many rumours going around about my impending departure over the weekend, please allow me to clarify. When I took this role on, I told myself I will never waver in my principles in performing my duties. Oftentimes, making the right decisions is riddled with difficulties and some will be unpopular. The easy route would be to continue enjoying the perks of the office, whilst battling with your own good conscience. I have always believed that no individual is larger than an institution. I have no intention to drag PNB into this. PNB must be safeguarded at all costs. Hence I have chosen the difficult path, one that is lonely and devastating for my family and I. The last straw for me was the harassment I had to endure from hate calls from unknown numbers, hacking of my other corporate email account and my LinkedIn profile. This made me increasingly worry for the wellbeing of my family. In the end, I decided that it would be unfair to my family should matters escalate. We made a big financial and family sacrifice to relocate back to KL from Singapore because I truly wanted to contribute to nation building. Iâm disappointed this has to come to an abrupt end. I do not regret at all my decision to join PNB. The past 9 months have been rewarding for me. Iâve learnt so much and had the privilege to know you all better. You all have been welcoming, showing me great hospitality and displaying genuine dedication and desire to make PNB a better place. Iâm so very proud of all of you for embracing the many changes that came your way; workplace transformation, flexible work arrangement, reorganisation of the firm, Focus-4, stewardship framework and embracing technology. Thank you for your commitment and never ending support. Thank you to the PNB Board for the wonderful and unwavering support. Itâs the best board any CEO can hope for. Special mention to Tan Sri chairman for giving me the opportunity to serve PNB and taking the plunge with an âunknownâ. I have learnt greatly under her guidance and will have fond memories of our weekly discussions and advice Tan Sri has always given me. I hope one day Tan Sri will write her memoirs so everybody would benefit from her wisdom as I have. To my leadership team, thank you for believing in me and being supportive of my initiatives. I have tried very hard to be inclusive and widening the decision making process. I apologise I am not able to see this journey through with you till the end. Please continue your initiatives and give the incoming PGCE the same support you have extended me. To the PGCE office. Dena, whoïżœïżœïżœs always looking out for me and family. Yusri who never allows me to walk anywhere and whom my children adore. Hasni, for always being the glue that keeps Balai Level 3 a cohesive unit. Thank you all for taking care of me. The Strategy team for all the hours youâve spent with me carving out my vision for PNB. Abbas, my rock who from day one has been on call anytime of the day to co-ordinate the organisation and offer me the sounding board I need. I will miss you all dearly. Last but not least, my family who throughout last few days have rallied together to give me the confidence and support. My wife especially, who sacrificed her own aspiration in order to allow me to forge ahead in my career. When we moved back to KL, I told her it will be worth it. Iâm sorry it did not work out as planned. We celebrate our 10th wedding anniversary on Thursday, a milestone that will have a lot of meaning this time around, as we ponder our next step in life. We take solace that Allah knows best and always with the righteous. Iâm sorry that I am not able to say goodbye to everybody given the circumstances. I hope I have made a positive contribution to PNB and you as employees feel the change. I wanted to make PNB cool again, and feel we have achieved that somewhat. You can stay in touch with me through Twitter @jalilpnb (I will change my handle) but I will be deactivating my @jalilpnb Instagram account. I plan on taking some time off with my family, to gather my thoughts and decide on my next step. I would like to apologise if I have offended anyone during my time as PGCE. Please always stay the course, never waver in integrity and always be guided by principles. Always remember we have 14m unitholders that depend on you to give them returns on their hard earned money. It is an Amanah that has been entrusted upon you, and ultimately we are only answerable to One. Take care of yourselves, take care of PNB. It has been my privilege to be your PGCE. I am signing off for the last time. Terima kasih dan good-bye. JR [email protected]
Will Mahathir and Anwar unite again?...
The intense negotiations within the Pakatan Harapan (PH) leadership to decide on who will lead the coalition have reached a make-or-break point. Amanah and DAP (together with Dr Mahathir Mohamadâs loyalists in Bersatu) are now firmly in favour of uniting behind Mahathir once more with Anwar Ibrahim as his deputy. Whatâs more, they also seem to have agreed that Mahathir would be the best person to lead them into GE15 should early elections, now a distinct possibility, be called. Anwar and a number of PKR parliamentarians, however, remain adamant that Mahathir cannot be trusted, and who can blame them. Nevertheless, with his own party still in disarray and bleeding members â thanks to the relentless efforts of Mohamed Azmin Ali to entice PKR members to abandon Anwar â and his ability to win Malay support increasingly in doubt, it is going to be hard for Anwar to resist the pressure. If it comes to pass, Mahathir would have pulled off another miracle of sorts â with no political party of his own and with only a handful of MPs in his stable, he has managed to leverage his persona and gravitas to claim the leadership of PH once more. Supporters of the Mahathir-Anwar proposition, including DAP, are now going into overdrive to convince Anwar that it is the best option available. They argue that with Mahathir as head, thereâs a better chance of tempting a few more MPs to cross over and perhaps even persuading Gabungan Parti Sarawak to switch sides. Warisanâs support is also contingent on Mahathir heading the ticket. In the end, itâs a numbers game, they point out, and the odds favour Mahathir rather than Anwar. The same logic they suggest would hold true in the event Muhyiddin triggers an early general election: a Mahathir-Anwar ticket would have a better chance of taking on the combined might of Muhyiddin, Najib Razak and Hadi Awang than a ticket without Mahathir. Both Mahathir and Anwar have their relative strengths and weaknesses as well as their core supporters; if they work together, so the thinking goes, they can maximise their strengths and minimise their weaknesses. Referencing a Merdeka Centre poll taken last November, they point out that Mahathir is still more popular with Malay voters than Anwar, with 58% of Malay voters picking Mahathir to lead the country compared to only 13% for Anwar. When it came to non-Malay voters, however, Anwar fared much better. Whatever it is, there is now a palpable sense of urgency within the PH leadership to close ranks given the alarming situation in the country. They feel that if Muhyiddin is not stopped, and stopped soon, he could do irreparable damage to the nation. It is by no means an overstatement. Many feel that Muhyiddinâs reckless and intemperate policies â all predicated upon a desire to stay in office no matter the cost â are driving the country to the brink of catastrophe.
The successful prosecution of high-profile corruption cases involving former Umno politicians is now in doubt. Crony appointments have compromised the integrity of GLCs and statutory bodies. Massive new borrowings (RM35 bil according to the finance minister) to fund pandemic-related recovery programmes will push the nation even further into debt. And the absence of a competent economic team is creating uncertainty. The Najib factor is also weighing heavily on PH leaders. After rather brilliantly manipulating events, he is now set to rise phoenix-like from the ashes of his GE14 defeat. He is today arguably the most influential Malay leader; he enjoys strong support within Umno and his grassroots appeal remains intact despite the 1Malaysia Development Bhd scandal. If he can leverage his influence and power to shake free from the corruption charges against him, thereâll be no stopping him. In the light of these developments, a compelling case can certainly be made for PH leaders to put aside their differences, stop the blame game and act quickly. It would be nice if there was someone other than Mahathir to lead them, but there is none, and they donât have the luxury of time on their side to wait for a less controversial leader to emerge. The decision to unite behind Mahathir, according to them, is premised not upon any particular devotion to the man but upon political necessity, given the urgency of the situation. Stopping Muhyiddin, they insist, must take precedence over everything else. Such is the gravity of the situation that they have even agreed to put aside discussion on the kind of policies a PH 2.0 administration would pursue; all that, they say, must be left to another time. Itâs hard to disagree, of course, with the argument that the situation in the country is dire. The prospect of corrupt former leaders not only shaking off the charges against them but returning to power once more is deeply distressing. No doubt, a not inconsiderable number of Malaysians might well conclude that if Mahathir is the only one who can bring down the PN government, then so be it. They may not like him but the alternatives are worse. It is a long shot to be sure, but it might be the only shot left for PH. If they can unseat Muhyiddin without triggering early elections, they might get a second chance to set things right; if it ends in fresh elections, all bets are off. Despite Mahathirâs much-touted ability to bring in the Malay vote, it must be remembered that he fared poorly the last time around with his party winning only 13 of the 52 seats it contested. He also failed to bring in the Malay vote in almost every by-election since. With the Umno-PAS alliance holding steady, it is unlikely that Mahathir will be able to do better. Even the non-Malay vote is by no means certain. Many non-Malays are jaded and jilted, disappointed and despondent; they might not even make the effort to vote in another general election, given the choices before them. However this plays out, one thing is certain: many voters have lost faith in their leaders and perhaps even in the future of the country. The system is now so corrupt, the malaise so deep, that many are convinced it is beyond repair. How terrible that after some six decades of nation-building, we have come to this, that the future of the nation now rests in the hands of a clutch of unprincipled and untrustworthy leaders. - Dennis Ignatius
cheers.
Sumber asal: TNB - Terberak Nak Bayaq... Baca selebihnya di TNB - Terberak Nak Bayaq...
0 notes
Text
Gohar Rasheed, Dua Malik Hania Amir,claim they witnessed Mohsin abuse wife
New Post has been published on https://www.hidoose.com/gohar-rasheed-dua-malik-hania-amirclaim-they-witnessed-mohsin-abuse-wife/
Gohar Rasheed, Dua Malik Hania Amir,claim they witnessed Mohsin abuse wife
Many celebrities are supporting Mohsin Abbas Haiderâs wife Fatima Sohail after she accused the actor of abusing her.
They took to social media to condemn the actor and appreciated Sohail for her bravery in coming out and speaking about the abuse.
Some claim they are witnesses to the abuse, including actors Gohar Rasheed and Dua Malik.
Others spoke about how domestic violence is never okay and said Haider should be boycotted.
Related:Â Mohsin Abbas Haider challenges wife to prove assault
Body building might make you a strong man but raising your hand against a woman disqualifies you from being a MAN. We do not need to hear what was on your mind neither your side of the story.
Minister of Human Rights Shireen Mazari said we need to raise awareness against domestic violence so that more women can come out.
However, some celebrities are staying neutral and asking people to look at both sides of the picture.
Sohail accused Haider of abusing her and cheating on her in a Facebook post on Saturday night. To read our story on it, click here.Â
<blockquote class=âtwitter-tweetâ><p lang=âenâ dir=âltrâ>I wanted to say that men like these are a threat to the society I donât see him just as a spineless, pathetic sick human being , I see him as a danger. She needs justice and he needs HELP. <a href=âhttps://twitter.com/hashtag/justiceforfatima?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfwâ>#justiceforfatima</a> (3/3)</p>â Mirza Gohar Rasheed (@GoharRsd) <a href=âhttps://twitter.com/GoharRsd/status/1152889646046699520?ref_src=twsrc%5Etfwâ>July 21, 2019</a></blockquote> <script async src=âhttps://platform.twitter.com/widgets.jsâ charset=âutf-8âł></script>
0 notes
Text
6. Mohamed Salim Ar-Rasheed
Pilar Enam dimiliki oleh keluarga kecil Mohamed Salim Ar-Rasheed, sosok yang memiliki jiwa penjelajah sejak usia muda. Kegemarannya dalam mengeksplorasi alam telah membawanya bertemu dengan Hafsah Iswari, seorang penulis yang lahir dan besar di salah satu sudut Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sebagai putri bungsu dari empat bersaudara, Hafsah tidak diizinkan untuk tinggal jauh dari tempat lahirnya oleh sang ayah. Oleh karena itu, keluarga kecil Salim Ar-Rasheed menetap di Malang. Namun, mereka selalu rutin mengunjungi Bandung saat merayakan hari besar keagamaan.
Salim Ar-Rasheed memiliki sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa travel di Malang. Kecintaannya pada alam dan kegiatan menjelajah menjadi motivasi utamanya untuk membangun bisnis tersebut. Usaha itu bernama Hafsah Tour and Travel, diambil dari nama sang istri tercinta. Hal ini juga sebagai bentuk pembuktian kepada mertuanya kala melamar Hafsah untuk menjadi pendamping hidupnya dulu. Salim, yang dulu dikenal sebagai pemuda bebas dan sulit diatur, ingin membuktikan diri bahwa ia serius untuk meminang Hafsah dan akan membahagiakan putri bungsu ayahnya itu dengan cara apapun.
Dikaruniai dua orang anak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menambah keramaian keluarga damai Mohamed Salim Ar-Rasheed dan Hafsah Iswari. Anak sulung diberi nama Darpa Ali Reaspati pemuda tampan dengan pesonanya, tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa petulangan tidak jauh berbeda dengan sang ayah. Selain itu, seperti karakter anak sulung pada umumnya Ali ini gemar membuat kehebohan, tingkahnya tidak bisa diam sejak kecil hingga usianya menginjak dewasa. Ali terlibat kecelakan karena ulahnya sendiri yang senang adu balap, sehingga mengharuskannya tinggal diam cukup lama di rumah. Harga itulah yang harus dibayar Ali selama 2 tahun dalam pemulihan kesehatan, kehilangan pekerjaan dan juga teman.
Masa itulah yang seolah memukul mundur Ali, ijazah sarjana ilmu Teknik Mesin dan segudang prestasi dimilikinya tidak ada harga. Namun bukan Darpa Ali anak Pak Salim dan Bu Hafsah namanya jika tidak mampu memancing kepercayaan diri kembali demi bercita-cita memiliki kendaraan sport sekalian bayar pajak tahunannya. Berkat bantuan dan dukungan keluarga pemuda kelahiran 1997 tersebut akhirnya berhasil memperoleh pekerjaan sebagai Crew Chief atau Kepala Mekanik pembalap MotoGP TT Circult Assen, Belanda. Hal tersebut mengharuskan Ali jarang pulang ke Indonesia.
Bagi Ali, pergi melanglang buana ke negara lain itu sepadan. Begitu pula dengan sang bungsu bernama Zaila Humaira atau akrab dipanggil Rara yang tumbuh dengan dua anugerah yang didapatkan dari kedua orang tuanya. Gadis itu mengikuti jejak ayahnya yang suka mengunjungi tempat-tempat baru. Hingga pada usia delapan belas tahun, ia terbang ke Negeri Jiran untuk melanjutkan pendidikan Strata-1. Kecintaan ibunya terhadap sastra juga mengalir dalam dirinya, ia mengambil studi sastra sebagai disiplin ilmu yang ditekuni di jenjang S1. Setelah selesai dengan pendidikannya, gadis kelahiran 2002 itu kembali ke Indonesia karena permintaan orang tuanya.
0 notes
Photo
Hazrat Pir Sultan Fiaz ul Hassan Sarwari Qadri Sahib are in Mehfil e Dua on Occusion of Rukhsti of Ayob Sahib daughter Brother of Sahibzada Saeed ur Rasheed Abbasi Sahib at Residence of Abbasi Sahib @ Chaklala Sakeem Rawalpindi https://www.facebook.com/152228162007/posts/10159860182597008/ Share this Everywhere https://www.instagram.com/aleemsultani/p/CYyjXVPt1an/?utm_medium=tumblr
0 notes
Photo
TANGER, DESTE LADO NĂO SE ESCONDE QUEM SE Ă
Do meu Ășltimo reduto europeu, a cidade espanhola de tarifa , entrava expectante num ferryboat da Frs lines com destino Ă minha primeira experiĂȘncia em Ăfrica,. Tanger, as portas escancaradas de Marrocos, com os olhos fixos em nĂłs, os europeus.
Em 45 minutos atravessava o mar mediterrĂąneo e na minha mochila trazia apenas uma garrafa de ĂĄgua gelada e muito espaço para carregar as cores, os cheiros e o misticismo deste paĂs. Com alguma sorte,talvez tambĂ©m a possibilidade de encontrar ali recantos autĂȘnticos, crus e sem filtros para turistas. Claro que, quando vais em excursĂŁo, num âOne day tourâ nĂŁo podes esperar muito,, ou melhor, no mĂĄximo quase nada. Felizmente enganei-me pois tanger estĂĄ mesmo ali Ă nossa frente, autĂȘntica , de cara deslavada, descalça na rua e sorrindo orgulhosamente de braços abertos para nos receber.
Entramos nas ruas em direção ao Kasbah, a fortaleza da cidade, orientados pelo guia local, Rasheed um expert nestas andanças, hĂĄbil comunicador e um poliglota, que nunca saiu de Marrocos. Um ClĂĄssico. Aqui, nesta zona do casco antigo, rompiam as paredes brancas, rematadas grosseiramente com cores azuis e amarelas, intercaladas por portas de madeira, adornadas com metais e cores vibrantes. Vislumbrava-se aquilo que eu procurava trazer na minha mochila. Ă Medida que percorrĂamos o labirinto de Tanger, as portas iam-se mostrando diferentes umas das outras e saltavam Ă vista vasos coloridos repousando nas janelas indiscretas, repletos de flores e plantas, cujos perfumes emolduravam a rua, entranhando-se no ar quente que nos atravessava como uma lança.
Rasheed pouco falava, talvez soubesse que a esta hora, TĂąnger dispensava tradutor.
Deambulamos por ali mais alguns minutos e cruzĂĄvamo-nos agora com mais frequĂȘncia com as gentes locais. Estes, Indiferentes, olhavam para nĂłs sem grande importĂąncia, claro, Ă©ramos apenas mais uns estrangeiros que espreitavam curiosos para dentro das suas casas escancaradas e rapidamente se davam conta que ali a histĂłria era outra, Tanger nĂŁo se assemelha Ă maioria das nossas cidades, Tanger Ă© mais pobre, suja e mais confusa mas tanger tambĂ©m se sabe fazer bela Ă sua maneira LĂĄ no alto, na zona privilegiada, hĂĄ um rei que a quer mudar rapidamente, usando para isso uma massiva construção de habitaçÔes sociais. Mas cĂĄ em baixo, a cidade parece nĂŁo ter grande pressa em mudar os seus hĂĄbitos. Tanger Ă© Tanger, crua, sagaz, fervilhante, antiga e malandra, tanger estĂĄ na rua e nĂŁo esconde quem Ă© .
Recordo uma parede pintada com palavras ĂĄrabes em cor verde. Pensei que fossem graffittis, ou outro tipo de arte urbana, mas nĂŁo eram, rasheed nĂŁo falou sobre isso, mas soube depois que se tratavam de mensagens radicais islĂąmicas que se propagam em silĂȘncio pela cidade quando a noite cai. Caiu-me a ficha, tanger Ă© tambĂ©m dura e sombria, um farol para os desventurados, capaz de transformar jovens inocentes em mĂĄrtires sem nada a perder.
ChegĂĄvamos depois Ă Medina onde as ruas respiram o frenesim das lojas e bazares. Enquanto passava por mim um tuareg com um macaco ao ombro, Rasheed fazia sinal ao grupo e foi glorioso no seu discurso. Avisou-nos que nesta zona de compras serĂamos assolados por inĂșmeros vendedores que tudo fariam para nos impingir algo, por isso, nĂŁo devĂamos vacilar, o truque era escolher bem e regatear o preço sem perdĂŁo. Depois, apontou para as âduas melhoresâ lojas da cidade, e seguimo-lo sem sabermos que o nosso guia nos levava primeiro para a loja da sua mĂŁe, depois para a loja da sua sogra, e por fim para o doce regozijo da sua prĂłpria comissĂŁo. Ă o sentido tangerĂano a vir ao de cima, rasheed como todos os vendedores de rua que nos apanhavam nas redes finas da Medina, era um verdadeiro mestre da sua arte. ApĂłs uma hora de compras, regateios e outras tantas tentativas de venda, o grupo reunia-se de novo em volta de rasheed para terminar a jornada. AtĂ© Ă entrada no bus fomos perseguidos pelos vendedores da Medina que em Ășltimo lance trocavam o âisto custa 100 dihramsâ pelo âquanto me dĂĄs por isto? Toma leva, dĂĄ o que tens!â
Tanger ficava para trås, Rasheed sorria orgulhoso e eu trazia a mochila recheada. Deixava apenas o espaço para regressar um dia.
1 note
·
View note
Text
Siapa Saja Para Korban Serangan Teror di 2 Masjid New Zealand?
Forbes - Christchurch -
Warga meninggalkan karangan bunga dan pesan-pesan penghormatan bagi korban serangan teror di dua masjid di Christchurch. Salah satunya berisi pesan dalam bahasa Maori, "Kia Kaha" yang berarti "tetap kuat". (AFP) Sebanyak 50 orang meninggal dunia dalam aksi penembakan yang terjadi di dua gereja di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Polisi mengatakan mereka telah membagikan identitas para korban pada pihak keluarga, namun belum memberikan pengumuman secara publik. Komisaris Polisi Mike Bush mengatakan jenazah korban penembakan masih belum diserahkan pada pihak keluarga karena pihak berwajib masih harus menentukan penyebab kematian dari tiap jenazah. Namun beberapa hal mulai jelas bahwa korban berasal dari berbagai negara di dunia dan kebanyakan dari mereka adalah pengungsi yang menganggap Selandia Baru adalah rumah baru mereka yang aman. Beberapa nama di bawah ini adalah mereka yang dilaporkan meninggal atau masih hilang: Mucad Ibrahim, 3 Mucad belum terlihat sejak penembakan terjadi di Masjid Al Noor yang berlokasi di Deans Avenue. Dia sedang berada di masjid bersama kakaknya, Abdi dan ayah mereka. Keduanya berhasil menyelamatkan diri. Keluarga telah mendatangi rumah sakit yang menangani korban penembakan, tapi Mucad masih belum ditemukan. "Kami berpikir dia adalah salah satu yang mungkin meninggal di masjid...sekarang ini, semua mengatakan dia sudah meninggal," ujar sang kakak, Abdi kepada media online setempat. "Sungguh berat, semua orang menelepon dan menanyakan apakah kami butuh bantuan. Ini momen yang sangat sulit, kami belum pernah mengalami hal seperti ini." Abdi menyebut Mucad adalah bocah yang "penuh energi, ceria, dia suka tersenyum dan tertawa." Polisi telah mengonfirmasi setidaknya ada satu bocah yang ditemukan meninggal dan beberapa lainnya terluka. Namun identitas mereka belum diungkap. Sekolah menengah Cashmere di Christchurch telah mengonfirmasi bahwa dua siswa mereka dan satu orang alumnus hilang. Sementara satu orang siswa kini berada di rumah sakit. Daoud Nabi, 71
Daoud Nabi. (Reuters) Daoud Nadi adalah korban pertama yang berhasil diidentifikasi. Dia lahir di Afghanistan, namun kemudian pindah ke Selandia Baru bersama keluarganya pada tahun 1980an, untuk melarikan diri dari invasi Uni Soviet. Dia berprofesi sebagai insinyur, dan disebut sangat menyukai mobil kuno. Setelah pensiun, Daoud menjadi ketua komunitas di lingkungan rumahnya. Dia adalah ketua asosiasi warga Afghanistan di lingkungannya dan dikenal sebagai pendukung kelompok migran. Daoud Nabi diyakini mengadang pelaku penembakan untuk melindungi umat lain saat serangan terjadi. Putranya, Omar, mengatakan pada NBC News: "Tidak peduli dari mana Anda berasal, baik itu Palestina, Irak, Suriah dia akan selalu jadi orang pertama yang menyambut kedatangan Anda." Sayyad Milne, 14 Sayyad Milne bercita-cita menjadi pemain sepak bola saat dia besar nanti. Pada hari Jumat, dia sedang berada di Masjid Al Noor bersama ibunya. Sang ayah mengatakan pada media Selandia Baru pada Sabtu (17/3), "Saya belum mendengar secara resmi bahwa dia sudah meninggal, namun sekarang saya tahu karena dia sudah diidentifikasi." "Saya ingat pertama kali melihatnya saat bayi. Saya hampir kehilangan dia waktu dia dilahirkan. Dia adalah prajurit kecil pemberani. Ini sangat sulit, melihat dia ditembak oleh seseorang yang tidak peduli terhadap orang lain." "Saya tahu di mana dia berada sekarang. Dia sudah tenang." Saudara tiri Sayyad, Brydie Henry mengatakan pada reporter dia terlihat "terbaring di lantai masjid, tubuhnya berlumuran darah". "Dia hanyalah bocah Kiwi (Selandia Baru) biasa," kata Brydie. Naeem Rashid, 50 Naeem Rashid berasal dari Abbottabad di Pakistan. Dia bekerja sebagai guru di Christchurch. Dalam video penyerangan di masjid Al Noor, Naeem Rashid terlihat berusaha melumpuhkan sang pelaku. Rashid terluka parah dalam serangan teror tersebut. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong. Kementerian Luar Negeri Pakistan mengonfirmasi kematiannya. Dia disebut sebagai pahlawan. Saudara Rashid, Khurshid Alam, mengatakan bangga dengan apa yang dilakukan adiknya. "Dia adalah seorang pemberani. Saya mendengar dari beberapa orang di sana, ada saksi mata... mereka mengatakan dia menyelamatkan beberapa orang karena mencoba menghentikan pelaku," kata Alam kepada BBC. "Ini sangat sulit bagi kami. Dia dianggap pahlawan dan kami bangga, tapi ini juga musibah. Rasanya seperti kehilangan anggota tubuh." Rasyid akan dimakamkan di Christchurch, alih-alih di kota kelahirannya. Talha Rasheed, 21 Talha adalah putra tertua Naim Rasyid. Dia baru berusia 11 tahun saat keluarganya pindah ke Selandia Baru. Kematiannya juga dikonfirmasi Kementerian Luar Negeri Pakistan. Teman-temannya mengatakan Talha baru saja mendapatkan pekerjaan dan akan segera menikah. "Beberapa hari lalu, saya berbicara pada Naeem Rashid, dia mengatakan rencananya untuk datang ke Pakistan dan menikahkan putranya," kata paman Talha di Lahore. Adapun putra Naeem Rashid lainnya kini tengah dirawat di rumah sakit. Farhaj Ahsan, 30 Berkewarganegaraan India, Farhaj Ahsan pindah ke Selandia Baru dari Hyderabad 10 tahun lalu dan berprofesi sebagai insinyur. Dia punya dua anak yang masih kecil, anak perempuan berusia tiga tahun dan bayi laki-laki berusia enam bulan. Otoritas Selandia Baru telah menginformasikan kematiannya pada keluarganya, sebut saudara Farhaj, Kasyif, kepada BBC. "Tidak ada yang membayangkan di Selandia Baru, negara yang cinta damai, terjadi peristiwa seperti itu," ujar Sayiduddin, ayah Farhaj, pada BBC Telugu. Hosne Ara, 42 Konsulat Bangladesh di Selandia Baru mengatakan tiga warga negara mereka menjadi korban serangan teror di Christchurch. Namun belum ada pengumuman resmi mengenai identitas para korban. Di sisi lain, keluarga korban di dua masjid berbicara pada media. Hosne Ara dilaporkan tengah berada di wilayah makmum perempuan di Masjid Al-Noor saat mendengar suara tembakan. Suaminya, Farid Uddin, menggunakan kursi roda dan berada di wilayah makmum pria. "Saat mendengar suara tembakan, dia bergegas mencari suaminya, namun dia tertembak," ujar keponakan Hosne kepada koran Bangladesh New Age. Suami Hosne dilaporkan berhasil selamat. Khaled Mustafa Kelompok Solidaritas Suriah Selandia Baru mengatakan Khalid Mustafa terbunuh di masjid Al Noor.
SSNZ Mustafa merupakan pengungsi Suriah yang pindah bersama keluarganya ke Selandia Baru pada 2018, yang mereka anggap sebagai tempat yang aman. Salah satu putra Mustafa, masih hilang. Sementara itu, putranya yang lain terluka parah dan kini sedang menjalani operasi. Amjad Hamid, 57 Pria yang berprofesi sebagai dokter ini belum terlihat sejak peristiwa penembakan di masjid tempat dia melakukan salat Jumat setiap minggunya. keluarganya mengatakan mereka telah memeriksa rumah sakit dan tempat lain, tapi Hamid belum juga ditemukan. Mereka meyakini Hamid sudah meninggal. "Ini sangat buruk. Kami berharap menemukan tempat yang aman di Selandia Baru," ujar istri Hamid, Hahan, kepada New Zealand Herald. Hahan menyebut suaminya sebagai "pria yang sangat baik". Pasangan ini hijrah ke Selandia Baru 23 tahun lalu, dan memiliki dua putra. Hamid adalah dokter spesialis penyakit paru-paru dan bekerja di Dewan Kesehatan Distrik Canterbury. "Negera ini seharusnya jadi tempat yang aman. Selandia Baru kini berubah," ujar putranya, Husam Hamid. Hussain al-Umari, 35 Setiap Jumat, Hussain al-Umari akan pergi ke masjid untuk salat Jumat kemudian ke rumah orang tuanya untuk makan malam. Dia terakhir kali berbicara pada orang tuanya pada kamis. Dia sangat bersemangat karena baru saja membeli mobil. Janna Ezat dan Hazim al-Umari, yang pindah ke Selandia Baru dari Uni Emirat Arab di tahun 1990-an, belum mendengar kabar terbaru dari putra mereka setelah serangan terjadi. Kepada Stuff.co.nz, orang tua Hussain mendeskripsikan putra mereka sebagai "anak yang baik dan selalu membantu orang lain." Lilik Abdul Hamid Dikenal juga dengan nama Muhammad Abdul Hamid, merupakan warga negara Indonesia pertama yang dikonfirmasi meninggal dalam serangan tersebut. Dilaporkan terdapat tujuh warga negara Indonesia yang berada di dua masjid tersebut. Lima orang sudah melaporkan diri pada kedutaan besar Indonesia di Selandia Baru, menurut duta besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya. Dua warga negara Afghanistan Asosiasi warga Afghanistan Selandia Baru mengonfirmasi kematian dua warga negaranya, namun tidak menyebut identitas mereka. Empat warga negara Pakistan Kementerian Luar Negeri Pakistan mengonfirmasi kematian empat warga negara merekaatas nama Suhail Shahid, Syed Jahandad Ali, Syed Areeb Ahmed, dan Mahboob Haroon. Tiga orang lainnya yang dilaporkan hilang "masih dalam proses identifikasi" ujar juru bicara kementerian Mohammad Faisal. Empat warga negara Mesir Kementerian Sumber Daya Manusia dan Imigrasi Mesir mengonfirmasi kematian empat warga negara mereka melalui unggahan di Facebook, yakni atas nama Munir Suleiman, Ahmad Gamaluddin Abdul Ghani, Ashraf al-Mursi dan Ashraf al-Masri. Empat warga negara Yordania Kementerian Luar Negeri Yordania mengumumkan kematian empat orang warga negaranya, namun tidak menyebut nama mereka. Lima orang lainnya dilaporkan terluka dan mendapat perawatan di rumah sakit. Mereka yang dinyatakan hilang dalam serangan teror berasal dari beberapa negara termasuk Yordania, India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Fiji dan Arab Saudi. Setidaknya empat orang asal Somalia terbunuh dalam penembakan. Salah satu masjid yang menjadi lokasi penembakan, masjid Al Noor, dikelola oleh orang-orang Somalia. Palang Merah telah menerbitkan daftar korban luka dalam serangan teror di situs mereka, di mana para penyintas bisa memasukkan nama mereka untuk memberi kabar pada keluarga, sementara mereka yang belum menemukan keluarganya bisa mengisi di daftar orang hilang. Read the full article
0 notes