#desaku
Explore tagged Tumblr posts
thallashopile · 2 years ago
Text
Tulisan sederhana
Sore itu Rani sedang asyik-asyiknya bermain dengan temen-temennya di jalanan desa sambil memperagakan gerakan-gerakan yang sering mereka saksikan di televisi.
''Rani ada pesawat!'' teriak dani salah satu temennya, ''kejarrr'' sorak temen-temennya serentak seperti demo mahasiswa di depan kantor Dpr. ''Nanti, kalau aku sudah tammat SMA, aku akan terbang ke ibukota naik pesawat itu'' ucap rani dalam hati.
Mereka mengejar pesawat itu layaknya seperti lomba lari, beradu siapa yang paling tercepat sampai pesawatnya hilang di telan awan. ''huh'' ucap Santi sambil duduk begitu saja di atas tanah, lalu di ikuti oleh Rani dan temen-temennya. Sejenak melepas lelah.
''mendung tuh, udah mau hujan'' ucap santi lagi, ''iya, kita pulang saja'' jawab rani dan deni bersamaan.
Benar, baru saja Rani sampai di rumah, hujan, pun turun. ''Bu, ayah belum pulang?'' ''itu ayah'' jawab ibu sambil menunjuk ke arah ayah yang sudah basah kuyup, Rani tersenyum manis dan langsung berlari ke arah ayah.
***
seperti biasanya sehabis shalat magrib berjamaah aku dan ayah belajar mengaji, ''Ayah, kenapa setiap hari ayah masih pergi menyadap karet, kan hujan terus pasti getahnya mencair. Kata guru Rani, setiap bulan yang di akhirnya ada 'ber' pasti musim hujan'' ucap Rani si gadis mungil yang masih duduk di kelas 4 Sd
ayah Rani hanya tersenyum menyeringai ''Nak, mau jadi apa nanti?'' tanya ayah mengalihkan pembicaraan. ''Rani mau jadi Dokter ayah'' jawab Rani penuh semangat. ''kalau Ayah nanti sakit karena sering kehujanan, biar Rani yang jadi dokternya '' Sambung Rani penuh keceriaan.
''Nak, kalau Rani igin jadi dokter, berarti Rani harus menjadi gadis yang baik, jujur dan bertangung jawab!'' Nasihat ayah kepada Rani '' baik ayah'' jawab si gadis ceria sambil memeluk ayah.
2 notes · View notes
madurapost · 3 months ago
Text
BRI Sumenep Sukses Galakkan Program Engagement Ayo Bersih Pasarku dan Ayo Bersih Desaku 2024
SUMENEP, MaduraPost – Dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI, BRI Kantor Cabang Sumenep, Madura, Jawa Timur, menyelenggarakan program Engagement Ayo Bersih Pasarku dan Ayo Bersih Desaku 2024. Program ini berlangsung di 4 desa yang ada di Kabupaten Sumenep dan salah satu pasar terbesar di jantung kota, yaitu Pasar Anom Baru. “Untuk kegiatan Ayo Bersih Pasarku di Pasar Anom Baru…
0 notes
ajahbesti · 1 year ago
Text
Tumblr media
SPESIAL, 0897-9279-277 Makloon Bubuk Rempah GAFI
0 notes
aromarempah · 2 years ago
Text
Tumblr media
Yang Jual Bubuk Rempah GAFI BISA COD, Hub: 0897-9279-277
0 notes
ayleenlovania · 2 years ago
Text
Dimana Bubuk Rempah GAFI FAVORIT, 08979279277
Tumblr media
"Dimana Bubuk Rempah KLIK https://wa.me/628979279277, Wasabi Queen Bima, Desaku Ketumbar Bubuk 1 Dus Menteng, Gambar Ketumbar Bubuk Jakarta Barat, Harga Pala Bubuk Per Kg Bangkinang, Serbuk Lada Putih Image Malaka
Produk Gafi diformulasikan oleh pakar Seasoning Powder yang memiliki kandungan dari bahan kualitas terbaik dan halal serta aman dikonsumsi anak - anak dengan efikasi yg sangat tinggi memberikan rasa yang enak serta mendukung penjualan Anda bagi Anda yang berjualan dengan jumlah aneka rasa melebihi 150 rasa.
Kami dari.. GOLDEN AROMA FOOD INDONESIA memiliki lebih dari 150 rasa Bumbu Tabur & non msg, Cabe Bubuk Aneka Level, Minuman Bubuk Premium Kekinian, Aneka Bubuk Rempah, Bubuk Es Krim & Yogurt Ice Cream, serta aneka bahan makanan lainnya. Dapatkan PENAWARAN MENARIK dan SENSASI RASA yang kami tawarkan dan dapatkan keuntungan terbaik dari Kami.
Kami juga bisa menerima pesanan khusus dengan rasa khusus sesuai keinginan customer, hubungi kami DAN BISA MINTA KATALOG / SAMPLE. Bahan kami aman pangan, mutu terjamin, aman, halal, dan kemasan kuat.
WELCOME Distributor | Agen | Reseller | Dropshipper Barang Selalu Ready Stock
Golden Aroma Food Indonesia Bandung
Pemesanan & Konsultasi Hubungi : WA : 0896-1282-1257 WA : 0898-2088-808
Website: https://www.gafiseasoningfactory.com/ https://shopee.co.id/richardraff
serbukladaputihsarawakkapuas, #bubukjahemerahgulaarenjakartatimur, #ladahitambubukdialfamartmanggarai, #bawangputihbubukmengerasgresik, #hargabubukbawangputihperkgbekasi, #hargaketumbarbubukmerkdesakubengkalis, #bubuk5rempahmalang, #aturanminumbubukkayumanispinang, #bubukkunyituntukjerawatbanjarbaru, #contohbubukkayumaniskepulauanriau"
0 notes
nonaabuabu · 6 months ago
Text
Pulang
Aku memutuskan pulang ke rumah, di pelosok yang akses apapun susah. Hidup layaknya orang desa yang bergantung kepada hasil tani.
Dulu saat aku pertama kali pulang dari rantau, tahun 2018, aku masih 23 tahun, baru lulus, emosi nggak stabil dan masih butuh validasi sosial bahwa aku sarjana yang bisa mengubah hidup keluarga.
Sekarang saat aku melakukannya ketiga kali, aku sudah belajar banyak soal pilihan hidup, soal jalan manapun yang kita tempuh adalah baik, selama prosesnya kita tidak mengkhianati hal-hal fundamental dalam hidup. Aku juga sudah tidak memiliki lingkungan yang ingin aku beri kesan, aku tahu apa yang kuinginkan.
Bila harus jujur apa rasanya lebih baik di rumah, tergantung kau mau dengar dari sisi mana. Jika dari akses senang-senang, aneka makanan yang menyenangkan dan tempat estetik, tentu tidak. Aku yang menerapkan lebih banyak mengonsumsi protein dan intermediate fasting setengah tahun belakangan, sekarang kembali ke porsi tiga kali sehari dan kadang hanya pakai sayur daun ubi rebus pakai sambal terasi.
Tapi jika kau bicara tentang kenyamanan lain, aku lupa kapan aku tidur senyenyak sekarang meski udara malam di desaku dinginnya tak bersahabat. Aku terbangun tidak lagi dengan perasaan kosong. Jam 10 malam aku sudah terlelap, pukul 5 aku sudah bangun dengan perasaan yang baik. Aku memasak, aku membereskan rumah, menyiapkan kebutuhan adikku sekolah, kebutuhan ayahku ke sawah, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Dan aku merasa lebih baik.
Setiap hari aku menemukan satu hal baru untuk aku kerjakan. Selama ini keluargaku di rumah hanya bertiga, ayah, abang dan adek lelakiku. Jadi kalian bisa bayangkan seberapa banyak sudut rumah yang berdebu, perabotan yang sudah lama tidak dibersihkan.
Meski ini bukan pertama kali aku di rumah dan mengurus ketiga lelaki ini, rasanya ini masa di mana aku melakukannya dengan perasaan yang lebih ringan dan menyenangkan. Mungkin, mungkin saja aku sudah sesiap itu jadi ibu rumah tangga yang baik, hehehe.
Tetangga masih saja ada mengeluarkan kata yang tidak menyenangkan, tapi sekarang aku tahu cara membuat mereka paham tanpa harus bersusah payah bersikap menyebalkan untuk membungkam mereka. Toh pada akhirnya mereka juga mampu membuka diri, bahwa hidup ini tak selalu seperti orang lain dan hidup secara ideal sebagaimana perempuan berpendidikan dari desa dengan usia 29 tahun.
Di rumah aku tetap ke sawah, tetap ke kebun, tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan tetap menulis. Dibandingkan dengan saat bekerja kepada orang lain, aku merasa masa ini aku mampu menggunakan waktuku sebaik mungkin. Perbedaannya, jika dulu aku bekerja demi memenuhi perut sekarang aku melakukannya dengan sukarela.
Mungkin terlalu dini mengatakan ini sebagai rasa betah dan nyaman, mengingat aku baru dua minggu di rumah. Entah nanti bagaimana, tapi di tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia ini, aku sudah menemukan jalan yang kuinginkan sebagai diri sendiri.
Pedalaman Negeri, 02 Juni 2024
83 notes · View notes
matapelangi · 9 months ago
Text
#4 Masjid Sepi
Entah kenapa mushola dimana aku sholat tarawih sampai dengan saat ini belum ada ceramah. Padahal niatnya mau di jadikan insight tulisan disini, subuh juga demikan tidak ada ceramah. Ramadhan ini serasa lumayan sepi di desaku. Mungkin karena hujan kali ya ? atau memang sekarang anak-anak muda sudah tidak tertarik dengan shaf di depan?
Suasana ini berbeda ketika aku di kota, setiap Ramadhan masjid full, kajian selalu dengan ustad ternama, imam tarawih pun para mahasiswa atau santri hafidz yang suaranya merdu. Mulai dari sebelum berbuka selalu ada tajil dan makanan gratis yang mewah dari para donatur. Apa karena ini alasannya kenapa masjid di Rumahku sepi? Tidak ada semangat karena tidak ada semarak atau buka gratisnya ? Atau karena imamnya tua? Bisakah aku memulai seperti yang ku dapati di kota?
Sedangkan aku saja cari teman susah, seusiaku di sibukkan dengan urusan rumah tangga dan bayinya.
4 notes · View notes
langkahbersamamu · 2 years ago
Text
Ada rasa suka dalam hati. Entah mungkin rasa ini ada sudah lama. Akan tetapi aku pendam dan tidak pernah ku gubris sedikitpun itu. Hingga laki laki yang ternyata teman dari temanku datang dan berkenalan padaku dan pada saat itu aku melanjutkan perkenalanku dengannya. Hingga suatu hari kami jatuh cinta. Cinta yang tak semestinya dan belum Waktunya. Menjalar lebih dalam hingga kami susah untuk mengakhiri hubungan yang belum semestinya ini. Dan dewasa menyapa. Bertemu kami lebih cepatnya. Hingga suatu saat kami tersadar akan guncangan hati yang tidak tenang dalam beribadah. Akhirnya kami mengakhiri hubungan dengan baik. Meski setelah itu kami berhubungan kembali, dan suatu hari dia laki laki yang menaruh hati itu pergi, hilang jejak tanpa satu titik pun tertandai. Dia, telah memblokir akunku menghapus nomerku dan lain sebagainya. Oh yasudah. Meski lama aku move on darinya. Tapi aku percaya Allah tidak mau hubungan ini berlarut pada kemaksiatan yang menenggelamkan kami berdua.
Oh iya bait pertama itu, kuceritakan mengenai tentanggaku. Dimana aku pernah menaruh hati padanya. Akan tetapi ku pendam dengan cepatnya. Karena waktu itu, kami masih duduk di sekolah dasar. Aku ingat sekali kala itu aku masih duduk di kelas dua dan dia duduk di kelas enam atau akhir dari pendidikan sekolah dasar. Selebih dari itu kami bermain bersama, diantara kami aku angkatan paling kecil atau bawah. Yang kurasa saat itu aku suka padanya. Karena dia ganteng, putih, pintar. Huh kurang apa. Oh iya mengenai rasa yang cepat kupendam itu. Mengapa aku memendamnya? Karena pada saat itu dia menyukai perempuan yang rumahnya tidak jauh dari desaku. Dia dan juga perempuan itu satu kelas. Aku masih ingat, kala itu aku dan juga teman teman lainnya diajak untuk menembak perempuan itu. Aku semakin tersadar untuk apa saat ini aku suka. Toh, dia menyukai perempuan yang jauhh lebih cantik, juga pintar. Buru buru aku membuang rasa suka itu. Ketika aku masuk pada madrasah tsanawiyah aku di asrama. Makasih banget kamu yang ingat ulang tahun aku. Dan mengucapkan. Bagiku sweet. Dan aku juga teringat kala dirimu menitip salam. Entah itu benar salam darimu atau dibuat buat oleh perantara. Tapi jujur, aku bercerita pada kakakku. Katanya, kamu juga ada rasa padaku. Sebagai perempuan aku senang. Senang sekali. Rasanya aku fly in love kali ya. Tapi aku tidak mau menampakkan. Hingga saat ini, mungkin rasamu telah pudar. Tapi, aku masih sayang dan suka padamu. Okee. Aku tidak boleh terlalu terlarut dalam rasa suka padamu. Maafkan akuu. Semoga dengan meluapkan segala tulisan ini aku puas. Meskipun kamu tidak tahu apa yang kurasa saat ini padamu
Oke. Makasih kuucapkan
Telah mengizinkan aku menyukaimu. Meski aku tauu sekarang kamu sudah bersama yang lain. Akan kubuang rasa suka ini. Besok ini aku yakin kita bertemu. Akuu berharap aku berlagak biasa saja. Plis. Yuk bisa
13 notes · View notes
iradatira · 1 year ago
Text
Harapan Untuk Pulih dan Kembali
Sudah beberapa bulan aku meninggalkan desa penugasanku, dalam rangka penyembuhan tangan kiriku yang patah untuk dilakukan operasi dan pemulihan. Kenyamanan di kota yang serba ada, juga kondisi tanganku yang perlu pemulihan, membuatku tidak banyak bergerak.
Padahal saat aku bertugas sebagai pengajar muda, aku perlu berjalan kaki berkilo-kilo jauhnya untuk belanja ke toko sayur, atau saat bermain dengan anak-anak. Setiap bulan aku dan teman satu tim PM berkunjung dari satu desa ke desa temanku yang lain dengan kapal klotok 4 jam ke pulau maya, pernah juga kapal 12 jam untuk sampai di desa betok kepulauan karimata. Ya, effort yang diperlukan memang sebesar itu untuk hadir mengajar anak-anak di sana. aku sangat salut dengan bapak ibu guru yang mengajar di sana, mereka hanya pulang ke darat cuma beberapa bulan sekali, karena perjalanan transportasi yang dibutuhkan untuk ke darat memang sangat jarang dan perlu effort besar.
Yah karena sudah terbiasa berjuang di penempatan, aku tidak mau kehilangan spirit itu meski pergerakan tangan kiriku masih terbatas. Beberapa minggu ini aku sengaja pelan-pelan membuat diriku bergerak lebih banyak, dalam rangka menyiapkan mental dan pembiasaan sebelum kembali ke desa penempatanku, di desa Batu Barat, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Aku mulai mencoba memasak menggunakan tangan kanan saja. Tangan kiriku belum bisa memegang benda apapun dengan baik. ya, aku masak sebisanya. Dimulai dari, membantu ibu memasak tumis, menggoreng tahu tempe, mie, membuat roti bakar dan pisang goreng. aku mencoba keluar dari rumah, berjalan kaki kemanapun untuk membeli sesuatu. Entah itu ke mini market, ke tempat fotocopy, membeli jus. Pagi ini berjalan kaki satu jam mengelilingi kampungku tanpa membeli apapun.
Aku sengaja melatih diriku untuk kembali melakukan aktivitas normal, berada di kondisi yang terbatas, meski dengan keadaan tangan kiriku yang belum pulih. Karena dalam beberapa waktu kedepan aku kembali mengajar di sana, aku sudah sangat rindu dengan desaku, juga anak-anak, yang sangat menanti kehadiranku di sana.
Tak sampai hati aku menerima voice note dari murid-muridku kelas 1 yang menanyakan keadaanku, menanyakan kapan aku kembali bersama mereka. " Oo bu ira, bile ibu balik te? bile ibuk nak ajarkan kamek gik?" Maafkan ibu gurumu ini ya nak, harus melewatkan momen puasa, lebaran, bahkan ujian kenaikan kelas tidak bisa membersamai kalian, ibu masih sakit :").
Bahkan di sini, saat sakit pun, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa kembali ke desa nanti dengan lebih baik. Aku membaca beberapa buku parenting agar aku bisa mengajar lebih baik, membersamai anak-anak dan guru-guru, juga lebih mindful berinteraksi dengan warga saat aku kembali nanti. Untuk menuntaskan momen pengabdianku.
Ah ya, baru kusadari ternyata satu tahun itu terasa sebentar. Aku belum banyak memberikan sesuatu untuk desa penempatanku. Justru aku belajar arti hidup, perjuangan, bahkan mengenali diri sendiri melalui momen pengabdian ini.
Tunggu aku kembali, anak-anakku. Aku akan kembali dengan lebih kuat, lebih mindful, dan belajar untuk lebih berhati luas, demi mendampingi kalian di beberapa bulan terakhir ini. Kita lanjutkan proses tumbuh dan belajar sama-sama ya.. :")
17 notes · View notes
tuwuhrena · 1 year ago
Text
Berdoa yang baik
Aku baru saja memasuki sebuah komunitas di desaku. Komunitas ibu-ibu wirausaha. Dan kemarin sabtu, kami mendapatkan ilmu baru dr teman-teman biennale. Di sesi itu, kami diminta menuliskan entah keresahan atau impian.
Salah satu dari yang hadir itu menggambarkan, keinginannya untuk hidup tenang bersama anak-anaknya. Beliau bercerita bahwa menjadi ibu itu harus kuat, untuk menghidupi anak-anaknya.
Bisik-bisikpun terjadi. Aku hanya mendengar secuil tentang sosok suami beliau yang unik. Dan baru saja tadi pagi, aku mendengar suami beliau berpulang.
Rentetan kejadian yang seolah ada benang merahnya. Kabulan doa juga rasa iba, bergumpang menjadi satu. Dan aku juga jadi mengingat nasihat seorang ust di sebuah acara, tentang bagaimana kita melihat pasangan halal kita, suami/istri kita, jangan sampai penyesalan yang hadir di akhir dari hubungan yang baik itu.
Doa terbaik untuk almarhum, مَدْخَلَهُ ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الذُّنُوبِ والْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ ، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّار. "Wahai Allah, ampunilah dia, kasianilah dia, sejahterakanlah dia dan ampunilah segala dosa dan kesalahannya, hormatilah/mulyakanlah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya dan bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih bersih dari segala kotoran, gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari yang terdahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik dari pada ahli keluarga yang terdahulu dan peliharalah (hindarkanlah) ia dari siksa kubur dan azab neraka."
Sebaik-baiknya pengingat adalah kematian. Sebuah kepastian yang tak pasti kapan datangnya, hanya berusaha mempersiapkan yang terbaik untuk menyambutnya.
Semoga ibu ikhlas dan lapang pada takdir-takdir yang Allah berikan. Semoga ibu dimampukan menjalani hari-hari setelah ini.
3 notes · View notes
rumelihisari · 2 years ago
Text
Hal kecil yang berkesan
Minimarket di tempat ini adalah mini market yang pertama kali aku kunjungi. saat itu usia ku masih 12 tahun, duduk di kelas 1 SMP semester 2, tahun 2012 silam.
saat itu aku mengikuti pelantikan OSIS baru yang kegiatannya diadakan di tempat wisata suku Baduy, Banten. jarak dari rumah kurang lebih hanya 40 menit saja. tapi bagiku yang amat sangat jarang bepergian, dulu jarak itu sangat terasa jauh. berbeda dengan sekarang yang mungkin aku sudah menghirup udara kota—sering merasakan jalan yang mulus, tidak banyak lubang atau bebatuan, sehingga perjalanan lancar. jarak perjalanan yang ditempuh 1—2 jam bagiku sekarang terasa sangat dekat.
pergi ke tempat wisata Baduy dan jajan di minimarket pada saat itu adalah dua hal yang pertama kali dirasakan dalam satu waktu setelah biasanya aku hanya mendengarkan cerita dari teman-teman.
kesannya memang agak norak, tapi, ya, mungkin memang begitu faktanya. desaku memang jauh dari pusat kota. tidak ada minimarket atau semacamnya. apalagi aku amat sangat jarang pergi kemana-mana, bisa sekolah di Smp dekat kecamatan saja rasanya aku seperti melihat sebuah kehidupan kota. padahal hanya ada beberapa agen warungan dan warung kopi biasa. yah, saking kentalnya suasana desa dan jarang bepergian ke mana-mana.
saat kegiatan pelantikan osis kala itu, bapak membekali ku uang jajan sebanyak 15 rb. saat hendak memasuki ruang minimarket itu, aku sempat takut nggak bisa ngebuka pintu. saat masuk, pun, aku benar kelihatan noraknya—mondar mandir mengelilingi seluruh rak yang tersedia—sesekali melirik harga jajanan yang tertera karena menyesuaikan dengan uang yang kubawa.
bagi orang lain, memasuki minimarket mungkin hal biasa. tapi bagi ku saat itu, bukan sesuatu yang biasa. pun sekarang aku merasa biasa, bagi beberapa anak-anak dan tetangga ku di kampung halaman tercinta, barangkali rasanya sama dengan perasaan yang kualami saat itu.
momen ini kuambil siang kemarin saat berteduh dari terik matahari sehabis mengunjungi wisata baduy bersama suami. tentu kuceritakan pengalaman-pengalaman udik itu pada suami yang memang sedari kecil tinggal di kota. yang pada akhirnya diskusi kami selalu selalu menemukan ujung, "pada akhirnya, kemajuan berfikir sebagai muslim itu bukan ditentukan dari mana asalnya, tapi mau atau tidak mengkaji Islam dari akarnya"
—Rum yang bersyukur telah Allah beri pasangan seperti mas Rey (nama suamiku)
Tumblr media
7 notes · View notes
bungajurang · 1 year ago
Text
Celoteh Jalanan 1: Jumat Hari yang Ruwet
Jumat biasanya menjadi hari yang sangat ramai--paling ramai dibandingkan hari-hari lainnya. Pagi ini aku berangkat ke kantor melalui jalan yang tiap hari aku lewati, Jalan Magelang. Saat akan masuk jalan raya dari gang desaku, aku disambut truk gandeng dan mobil SUV yang berusaha mendahului truk tersebut dengan cara mengebut. Aku refleks mundur kembali ke gang desa. Setelah itu aku masih menunggu beberapa menit untuk bisa menyeberang dan putar balik.
Baru beberapa menit jalan, aku sudah bertemu dengan truk-truk lain. Ada truk pasir, truk batu (yang ukuran batunya lebih besar dari kepala manusia), truk raksana pembawa motor-motor baru yang siap didistribusikan ke dealer dan toko otomotif, truk gandeng dengan roda belasan, truk logistik raksana, sampai mobil boks pembawa bahan makanan.
Mobil-mobil mengebut dan membunyikan klakson minta didahulukan. Kalau tidak segera diberi jalan, mereka semakin semangat membunyikan klakson. Tidak jarang mereka memojokkan motor-motor.
Hadeh
2 notes · View notes
coretanbetty · 2 years ago
Text
Seseorang yang (Masih) dalam Ingatan  #1
“Kamu pulang?”,
Kalimat penuh keterkejutan itulah yang pertama kali kudengar darinya. Seorang lelaki berkaca mata yang saat ini duduk di kursi rotan teras rumahku bersama Bapak. Bapak memang sengaja memanggilnya ke rumah untuk melakukan kawin suntik pada sapi yang dipelihara Bapak. Ya, lelaki itu adalah seorang dokter hewan yang cukup terkenal di desaku karena memang hanya dia dokter hewan yang ada.
“Iya, ada cuti tiga hari dari perusahaan,” jawabku sambil meletakkan teh panas dan setoples rengginang yang baru saja digoreng Ibu ke meja tempat mereka bercengkerama.
“Nah, ayo diminum dulu nak Rahman. Udara dingin begini pancen paling cocok ya ngeteh panas. Monggo diminum…”Bapak mempersilahkannya menikmati teh yang baru saja kubuat.
“I..iya, Pak. Matur suwun..” jawabnya sopan dan mengambil teh yang baru saja aku letakkan di meja. Saat aku akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Bapak memanggilku
“Lho Nduk, sini dulu to! Temani nak Rahman ngeteh dulu, ya. Bapak mau ngasih pakan sapi, tadi kelupaan belum dipakani,” perintah Bapak tak bisa dibantah. Sambil beranjak dari duduknya, Bapak menyuruh aku untuk duduk di kursi yang baru saja dia tinggalkan dan menggantikannya menemani lelaki yang saat ini sedang kesulitan meminum tehnya karena masih panas.
“Nak Rahman, Bapak tinggal dulu ya.. Terima kasih banyak lho ya, sudah menyempatkan pagi-pagi begini datang ke rumah,” ucap Bapak padanya
“Iya Pak, sami-sami. Itu sudah menjadi tugas saya. Kalau waktunya kelewat kan bisa gagal bunting sapinya,”
“Waah kalau kelewat, bisa gagal dong Bapak dapat pedet lagi. Semoga yang tadi jadi ya, Nak. Yo wes, kalau gitu Bapak pergi dulu ya,” pamit Bapak dan akhirnya berjalan pergi meninggalkan kami berdua.
Canggung. Awkward. Dan kenapa jantung ini berisik sekali?
“E… kamu apa kabar, Ra? Udah lama ya kita ngga ketemu, hehe” dia mencoba mencairkan suasana
“Aku baik,Man. Kamu gimana? Kayaknya udah banyak nih pasiennya,” aku mencoba menetralkan kegugupanku. Bahkan setelah hampir tiga tahun tak bertemu, aku masih saja gugup jika berhadapan dengannya. Aku tidak tahu rasa apa yang semacam ini.
“Aku juga baik. Alhamdulillah, di sini ilmuku berguna, Ra. Bisa menolong tetangga-tetangga sekitar yang membutuhkan. Bagaimana rasanya kerja di kota besar, Ra? Aku kok membayangkannya aja udah sumpek yaa,hehe”
“Hmmm sebenarnya ngga semenakutkan itu kok, Man. Kebetulan aku dapat tim kerja yang supportif, lokasi kantorku juga bukan di tengah kota jadi ngga terlalu macet,”
“Oh ya, syukurlah kalau gitu. Pantesan kamu betah banget ya Ra di sana”
“Iya, Man.. Apalagi aku udah lama banget pengen merantau.”
“Eh cerita dong, selama di sana kamu dapat pengalaman apa aja, Ra?’
Dan mengalirlah ceritaku. Tentang awal mula aku sampai Bandung, muter-muter dianter Gojek mencari alamat kosan, cerita hari pertama aku masuk kantor, tentang rasa sedih dan rindu rumah yang kadang datang tiba-tiba, dan cerita lain yang terucap begitu saja hingga aku lupa gugup yang awal tadi terasa. Rahman mendengarkanku dengan sangat baik. Sesekali ia bertanya, menimpali, dan tertawa. Untuk yang terakhir, sungguh aku serasa ingin menghentikan waktu sejenak untuk terus melihatnya. Tapi, tunggu. Kenapa rasanya nyaman dan tiada beban saat aku bicara padanya? Berbeda sekali dengan dua setengah tahun lalu. Saat terakhir kali kami bertemu memang tidak dalam keadaan baik-baik saja, namun hari ini kenapa semua kenangan itu menguap begitu saja? Dan sejak kapan aku banyak bicara saat bersamanya? Bahkan tertawa bersama?
“Ra, kamu masih ingat ngga sama Tanti?” tanyanya tiba-tiba
“Tanti teman sekelas kita?” Oh ya, aku dan Rahman dulu satu kelas saat sekolah dasar. Kami sekolah di SD Negeri yang letaknya tidak jauh dari kantor kelurahan. Rumah kami beda dusun tetapi masih dalam kelurahan yang sama. Setelah lulus SD Rahman disekolahkan di SMP dan SMA yang ada di kota kabupaten, sedangkan aku masih bersekolah di SMP dan SMA yang dekat dengan rumah. Saat kuliah pun kami mengambil jurusan di kampus yang berbeda. Dia mengambil jurusan Kedokteran Hewan di Universitas Luar Provinsi, sedangkan aku mengambil jurusan Psikologi di salah satu Universitas besar di Kota kami. Itulah sebabnya kami hanya dekat saat masa kecil kami dan beberapa tahun yang lalu, sebelum peristiwa tak mengenakkan itu terjadi.
“ Iya… Dia juga baru pulang, lho. Awalnya dia tinggal di Bogar sama suaminya, tapi sekarang dia akan menetap di sini sama keluarganya.”
“Iya kah? Kenapa pindah?” tanyaku
“ Orang tuanya yang di sini sakit, Ra. Makanya dia pindah agar bisa ngurus orang tuanya juga. Kalau ada waktu mau ngga ikut aku buat ketemu dia?” tawarnya
“ Bolehlah, kebetulan aku di rumah juga lumayan lama dan ngga ada kegiatan nih,”
“Mayraaaa..” tiba-tiba terdengar suara Ibu dari dalam rumah yang memanggilku.
“Iya, Bu…” jawabku agak berteriak takut Ibu tidak mendengar. Namun saat aku mau beranjak dari dudukku, ternyata Ibu sudah lebih dulu keluar dari dalam rumah dan menuju teras tempat kami berbincang.
“Owalah, ada Nak Rahman.. Ibu kira sudah pulang tadi,”,sapa Ibu yang kudengar bukan seperti sapaan yang wajar. Lebih ke arah sindiran? Entahlah. Semenjak kejadian beberapa tahun lalu memang Ibu agak berbeda sikapnya ke Rahman. Lain halnya dengan Bapak yang masih biasa saja, bahkan cenderung lebih baik ke Rahman. Mungkin karena Rahman banyak membantu menyehatkan sapi-sapi kebanggaan Bapak. Aku hanya menduga saja.
“Eh.. I..iya, Bu.. Maaf jika saya mengganggu waktu Mayra..” jawab Rahman sambil menggaruk lehernya yang kukira tidak gatal.
“Ngga papa, Nak. Tadinya Ibu mau minta tolong Mayra buat beli sabun cuci piring ke warung, tapi kalau masih ada tamu yo wes Ibu saja yang pergi sambil sekalian beli bawang. Monggo dilanjutkan saja ngobrolnya,” Ibu kemudian berjalan meninggalkan kami
Suasana yang tadinya cair jadi membeku. Kami saling diam.
“Ra, maaf yaa… Gara-gara aku ngajakin ngobrol kamu jadi ngga bisa bantu Ibumu” Ia merasa bersalah
“Ngga papa, Man. Ibu ngga masalah kok”
 Dia diam agak lama. Aku juga. Mungkin sudah terlalu banyak topik yang kami bahas hingga aku tak tahu harus bicara apa lagi dengannya.
“Ra,”
“Hmm?”
“Apa besok kita masih bisa bertemu lagi?”
Perlukah aku menjawabnya?
-Bersambung-
8 notes · View notes
ajahbesti · 1 year ago
Text
Tumblr media
ASLI, 0897-9279-277 Dimana Bubuk Rempah GAFI
0 notes
aromarempah · 2 years ago
Text
Tumblr media
TERBAIK, (0897.9279.277) Expor Bubuk Rempah GAFI
0 notes
kepanikanbeng · 2 years ago
Text
Tumblr media
halaman
seneng banget sih punya halaman yg pemandangannya indah banget, ada sungai sawah hutan terlihat .. bisa menjadi orang yg bersyukur melihat kekuasaan-NYA.
tapi.. untuk melihatnya untuk memandangnya tentunya tidak bisa bebas seperti dulu, ketika hidup sendiri bagi ku menatap dari halaman rasanya malu, terlalu overthingking, takut tetangga ngeliatin, takut tetangga bertanya2 ngapain, padahal itu hanya kerumitan yang ada di kepala aja, harusnya aku gapeduli orang mau berkata seperti apa, aku hanya ingin melihat pemandangan, dulu waktu masih ada mamah ya mamah teman untuk melihatnya, berdua melihat hujan, sungai dengan aliran yg sangat besar, namun sekarang semenjak mamah gaada hidupku di kamar 90% dan sisanya kamar mandi atau dapur untuk memasak atau menghangatkan makanan. tidak ada yg spesial tapi ketika hidupku berubah ini yang aku rindukan. desaku, rumahku bersama mama. miss u mama
8 notes · View notes