#catatanmei
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kala hati merasakan hempasan tak terduga, segalanya berubah, namun waktu selalu memiliki cara untuk menyembuhkan. Pikiran yang berkecamuk dan keberanian mengakui perasaan adalah langkah besar menuju kedewasaan.
Dengan metode self love versi islam, sangat membantu menghadapi perasaan yang teraduk karena peristiwa ini. Setiap kejadian pasti memiliki hikmah, bukan? Tidak apa-apa untuk merasa sedih dan menangis jika itu bisa melegakan. Menemukan ketenangan dengan bercerita pada-Nya.
Selalu ingatkan diri bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari takdir terbaik, meskipun alasannya belum tampak jelas. Nikmati prosesnya, Insya Allah esok akan ada berganti syukur dan senyuman. Doakan yang terbaik untuk dirimu dan orang lain, percayalah bahwa Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Keberanian menetapkan batasan adalah sebuah kemenangan tersendiri.
Hi, yakinlah Allah akan selalu memberikan yang terbaik sesuai dengan doa dan harapanmu.
Ahad, 19 Mei 2024.
8 notes
·
View notes
Text
Maaf, Ini Egois.
Ketika tujuanku adalah hatimu, apakah salah jika aku bermain sebentar dengan yang lain? Sudikah kamu menantiku di waktu yang lain?
2 notes
·
View notes
Text
Karena cinta, menuntut tanggung jawab penuh kepada semesta
-catatanmei, 2020
0 notes
Text
Menikmati waktu sendiri adalah bagian dari self talk. Seringkali telinga dan mata lebih sering memandang diluar yang terjadi, akibatnya lupa dengan diri sendiri.
Barangkali ada niat yang butuh diluruskan kembali, ada impian yang perlu untuk dikuatkan lagi, ada perasaan diri yang kita pun kadang tidak memahami karena tidak pernah menyelami lebih dalam.
Sering berdialog dengan diri sendiri adalah bagian dari upaya untuk menjadikan diri lebih baik, mengevaluasi apa yang telah dilakukan, dan berbenah untuk langkah selanjutnya.
Merawat hati dan pikiran untuk selalu jernih memang tidak mudah. Tapi dengan latihan mengelolanya tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk belajar membaca keadaan sekitar dan meninggikan harap kepada-Nya.
Menyadari status hamba yang hanya boleh taat kepada rabb-Nya. Mengajari diri untuk selalu menjadikan setiap langkah sebagai salah satu bentuk cinta kepada-Nya. Kembali lagi ke Intention.
Dear diriku, yuk banyak-banyak refleksi!
- 28 Mei 2023 -
44 notes
·
View notes
Text
Dua hari yang lalu, saat sesi mid year meeting bersama teman-teman, kami mendapatkan kesempatan special dengan sebuah materi dari atasan tentang "the law of attraction". Momen ini menjadi recharge energi buat kami semua.
Hal yang paling saya ingat dan terus terngiang-ngiang adalah energi positif itu lahir dari diri kita sendiri. Proses lahirnya energi berasal dari afirmasi positif yang pun kita ciptakan sendiri. Namun jauh sebelum itu, ada beberapa hal yang mesti dibangun.
Pertama, kita harus meminta apa yang kita inginkan. Kedua, kita harus percaya bahwa keinginan kita akan terkabul. Ketiga, kita perlu bersiap untuk menerima apa yang kita minta, baik secara fisik maupun mental. Keempat, kita perlu memvisualisasikan keberhasilan kita dalam pikiran dan hati kita. Kelima, bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini, karena sikap bersyukur membantu kita untuk menerima lebih banyak anugerah. Dan yang terakhir, kita perlu merencanakan dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan kita.
Seringkali merasa tidak layak, mengkerdilkan diri, padahal potensi itu ada. Seringkali memberikan ruang-ruang pesimisme, padahal belum berdoa. Seringkali menginginkan ini itu tapi tak pernah mempersiapkan diri untuk menerima hasilnya dalam bentuk apapun.
Setelah sesi berakhir, saya berdiskusi dengan salah seorang teman bahwa "kita tuh banyak kurang syukurnya, selalu menginginkan lebih, melihat yang lain jauh lebih baik, akhirnya terluput mensyukuri apa yang ada dalam diri, inginnya banyak, giliran diminta memberi banyak alasan, ibadah karena ada maunya, kenapa ga dibalik?"
Renungan obrolan ini membuat kami kembali teringat ke sebuah ayat dalam al Qur'an: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim:7)
Selalu ingatkan diri bahwa yang paling tahu dan bisa mengendalikan apa yang terjadi adalah diri sendiri, berikan selalu afirmasi positif!
- 31 Juli 2023 -
6 notes
·
View notes
Text
Hubungan kita dengan orang lain itu kuncinya dikomunikasi. Baik itu keluarga, sahabat, rekan dan bahkan yang jarang ketemu sekalipun. Termasuk diusia yang kita merasa pertemanan semakin sempit, tapi ada ya yang tetap awet :)
Katanya kalau kita berharga dimata orang maka ia akan menjadikan kita sebagai prioritas. Mau sesibuk apapun pasti akan memberikan waktu untuk orang yang disayangi. Jadi kalau ada yang bilang tidak ada waktu untuk respon pesan penting yang kamu kirim ya sebenarnya jawabannya udah jelas, "kamu bukan prioritas nya"
Konsepnya sama dengan aktivitas sehari-hari, mau punya seabreg jadwal kalau menurut kita itu penting maka pasti diluangkan. Benar nggak?
Lalu sore ini dapat perspektif baru, kalau ada yang orang yang fast respon disaat dia butuh atau misal dijam kerja tertentu, dan menghilang diwaktu tertentu dengan alasan tidak buka pesan, hm sepertinya sangat tidak rasional alasannya. Bukannya setiap aplikasi penting notifikasi selalu diaktifkan, kalau tidak dibuka setidaknya ada notifikasnya atau memang sengaja tidak dibaca. Jujur itu memang mahal.
Ngobrol dengan sepupu terkait hal diatas berujung pada saling menertawakan. Alasan-alasan dari orang itu kadang bikin gemes, lucu, pengen ketawa tapi sebenarnya nyakitin orang :D
Dan percakapan ditutup dengan kesimpulan bahwa mungkin kamu terlalu berharap sama manusia, udah cukup tahu kan?? Mari introspeksi diri!
-5 Mei 2022-
28 notes
·
View notes
Text
Keadaan akan mendewasakan kamu. Kalimat ini pernah dengar entar dari siapa, lupa. Dewasa mungkin punya perspektif berbeda bagi setiap orang. Hal paling mendasar adalah ketika ujian naik tingkat maka proses mendewasa itu pasti terjadi.
Semakin jauh langkah, semakin ingin berbenah, dan semakin kamu berusaha mencukupkan diri dengan rasa syukur, maka secara perlahan akan mengubah banyak hal dari diri kamu.
Ada masa dimana kamu tidak butuh lagi bercerita ke siapapun tentang apa yang sedang kamu alami, kecuali kepada-Nya. Bahkan mungkin kamu akan terusik jika orang-orang mencari tahu tentang kamu. Kamu bukannya tidak percaya lagi pada orang-orang yang ada disekitarmu, hanya saja diam dan mencari jalannya sendiri ternyata lebih mengasyikkan.
Kamu tidak butuh lagi apresiasi atau pujian yang akan hilang kapan saja. Dan rasanya hidup kamu jauh lebih menenangkan. Kehilangan orang-orang terdekat secara nyata menghilangkan banyak ambisi yang dulu mungkin kamu idam-idamkan. Hingga kemudian bertanya kepada diri kamu "kalau saya meninggal, akan dikenang seperti apa" :(
-28 Mei 2022-
24 notes
·
View notes
Text
Betapa banyak kecewa yang dihasilkan ketika harapan digantungkan kepada selain-Nya. Meskipun begitu, setiap kali kamu mengadukan rasa kecewa kepada-Nya Dia akan selalu mendengar dan tetap memberikan nikmat tiada batas.
Siapalah kita manusia penuh banyak dosa dan khilaf tanpa ampunan dari-Nya. Setiap kali kembali kepada-Nya, menyesal, menangis, mengadu segala bentuk rasa, maha baik-Nya justru menjadikan hati kembali tenang setelah rapalan doa dengan penuh keyakinan.
Ya Rab, tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Istiqamah kan kami di jalan kebaikan. Berikan kami ruang penerimaan yang luas, hati yang lapang untuk segala jalan yang terbentang di depan. Aamiin.
-8 Mei 2022-
20 notes
·
View notes
Text
Dunia.. Oh Dunia begitu sibuk, mulai dari pagi sekali hingga larut malam, fisik dan pikiran dituntut terus on. Rasanya ingin sejenak duduk santai, tidak dikejar deadline apapun, melaksanakan hobi tanpa khawatir ada yang terbengkalai. Ah indahnya! Tapi terlalu santai gak ada kerjaan juga nggak enak! Tapi terlalu sibuk juga melelahkan! Pikiran seperti benang kusut.
Sebagai manusia biasa wajar jika pernah lelah dan penat. Karena kita membutuhkan charger untuk mengisi ulang kekuatan fisik maupun psikis. Jalan mengisi ruhiyah itu sejatinya terbentang luas di depan, namun kadangkala tingkat kepekaan akan warning dariNya belum menyala.
Allah menawarkan begitu banyak pintu bagi hambanya. Dengan jalan menuntut ilmu agama misalnya atau ibadah-ibadah prestisius di waktu terbaik. Allah selalu menyediakan Langit-Nya untuk menampung keluhan, aduan, dan berbagai macam perasaan.
Sesungguhnya setiap langkah dalam hidup adalah perjalanan mendekat kepada-Nya. Sekolah, kuliah, bekerja semua bisa menjadi ladang ibadah. Namun seringnya kita (saya) justru menjadikan amalan atau ibadah sebagai interupsi atas kesibukan duniawi. Menunda melakukan kebaikan sampai waktu berlalu. Padahal, kalau bukan karena Allah yang maha penyayang, kita ini mau pulang ke mana?
Yogyakarta, 17 mei 2021
9 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 26
Doa adalah ibadah. Dan doa lah yang menjadikan kita mulia di sisi-Nya.
Rasulullah bersabda: "tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah selain doa" (HR at-tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Bahkan dalam sebuah riwayat shahih dikatakan "tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa". Kalau kita mengkaji kembali bagaimana para nabi senantiasa berdoa kepada Allah.
Nabi nuh yang akhirnya meraih keselamatan beserta orang yang mengimani beliau
Nabi zakariya yang saat itu tidak memiliki anak lalu istrinya di vonis mandul.
Nabi sulaiman yang berada di sebuah bangsa terpencil. Dan di era modern ini secanggih apapun tekhnologi maupun pengetahuan, tidak akan pernah ada seseorang yang memiliki kekuasaan seperti kerajaan nabi Sulaiman
Nabi ayyub yang diuji penyakit berat yang membuat beliau lemah dan tak berdaya.
Nabi ibrahim ketika berada di tengah gurun pasir tanpa tanaman, tanpa air, tanpa manusia, dan tanpa kehidupan.
Tujuan dari doa adaah agar tangan kita selalu menengadah momohon kepada Allah. Setidaknya ada beberapa kiat agar doa kita bisa mustajab.
1. Berdoa hendaknya mengandung unsur Tauhid dan pengakuan akan kerendahan diri di hadapan Allah. Seperti doa nabi yunus ketika berada dalam perut ikan. Kuncinya adalah diucapkan dengan penuh keyakinan.
2. Menjaga makanan dari yang haram. Makanlah makanan yang bergizi dan sumber makanan yang halal.
3. Berbakti dan memohon di doakan kepada orang tua. Seperti kisah uwais al qarni.
Doa yang kita lakukan ada dua jenis yaitu doa karena kebutuhan dan doa karena penghambaan. Maka apa lagi yang membuat kita enggan untuk berdoa hanya kepada-Nya?
"janganlah kalian malas melakukan doa, sebab tidak akan ada orang yang binasa bersama doa" (Hr Al Hakim).
Ramadan yang sisa beberapa hari lagi, dimana merupakan bulan yang mustajabnya doa. Maka menggunakan kesempatan ini adalah sebuah momen yang sayang jika terlewatkan.
_____________
Sumber ide:
Ceramah tarawih Ustadz Irwan Fitri, LC., M. A . Malam ke 27 Ramadan @Masjid Jannatul Firdaus.
| @triastariirfiani | May, 31 th 2019
#irfianitriastari#selfreminder#inspirasi#30daysramadhanwriting#catatanmei#ramadan1440#upgraderamadhanmu
23 notes
·
View notes
Text
Sejatinya ada yang lebih menyedihkan daripada kehilangan apapun, siapapun, –semangat kita– yaitu kehilangan diri sendiri. Semoga jangan sampai kehilangan apapun, siapapun, membuat kehilangan diri sendiri.
Semakin dewasa kita semakin memahami perasaan itu sangat kompleks. Kita akan semakin bisa memahami perasaan apa yang sedang kita rasakan kemudian menyikapinya dengan lebih bijak. Perasaan yang sebenarnya sederhana menjadi kompleks ketika berada dalam situasi tertentu. (Kurniawan Gunadi)
Bagaimana jika ternyata kamu telah menemukan keyakinan terhadap seseorang lantas yang seharusnya mendukung kamu jadi berbalik arah.
Tahap demi tahap kamu jalani, supporter terdepan yang awalnya mematahkan kata ragu dalam dirimu membuat kamu mantap lalu yakin melangkah. Di tengah perjalanan yang hampir finish ternyata tiang tersebut roboh. Kamu kehilangan penopang. Keyakinan yang telah kamu bangun runtuh. Berbagai faktor mereka lontarkan, alasan kekhawatiran karena peduli mejadi senjatanya. Dalam hati kamu bergumam, yang akan menjalani peran nantinya, kamu atau mereka? Logika di kedepankan, saran diabaikan. Kamu masih dianggap sebagaik anak bawang yang tak paham apa-apa.
Dengan power yang kamu miliki, kamu berusaha berjuang sendiri. Kamu hanya yakin, punya pencipta yang akan selalu membantumu, ada orang-orang baik yang senantiasa menguatkan kamu untuk terus berjuang. Hingga tak lagi ingat berapa banyak cairan yang kau tumpahkan dalam sujud-sujud terbaikmu. Mereka tak paham bahwa luka-luka sebelumnya belum sembuh. Yang ada justru mendatangkan luka baru. Suatu hari disaat kamu berjuang dengan doa dan usaha terbaik, perjalanan itu harus dihentikan. Perasaan kamu semakin tak mampu terdefenisikan. Sekali lagi kamu belajar memahami, bergantung kepada manusia memang selalu berakhir pilu. Kamu kecewa kepada yang membuat kamu kehilangan arah.
Kekecewaan kamu terhadapnya tak bisa dielakkan sekalipun pertalian darah ada didalamnya. Kamu mengatakan, dimana yang dulu? Dimana yang katanya menginginkan kebaikan untuk kamu? Dimana yang pernah berkata kamu berhak menentukan masa depanmu sendiri. Dimana yang selalu menghargai orang lain? Yah kamu kehilangan sosok pelindung yang selama ini selalu berada di garda terdepan. Dan berbagai pertanyaan tak mampu kamu jawab. Mereka, dia meninggalkan luka yang mendalam. Memunculkan trauma yang tak berkesudahan.
Saya menjadi ingat sebuah nasihat yang dilontarkan seorang kakak "dek, bersabarlah dalam menjalani proses, sungguh banyak kerikil tajam yang akan menghadang". Perjalanan kebaikan memang tak pernah berjalan mulus. Perjalanan ini mengajarkan kamu mengambil hikmah sebanyak banyaknya.
Disepertiga malam, kala itu sebuah pesan tak mampu kamu hindari. Dibiarkan diri ini basah sambil menikmati perasaan yang bercampur aduk melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi, terutama kenyataan bahwa apa yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, ternyata tidak bisa dimiliki sama sekali.
Dibalik luka yang harus kamu sembuhkan dalam diri, luka lain menggema. Kepada yang telah berjuang sejauh ini, semoga kebaikan senantiasa ada padanya. Perasaan bersalah menghinggapi kamu.
Ada hal hal yang mereka ragukan, yang kamu sendiri merasa tak masuk akal, tidak bisa diterima olehnya. Alasan alasan bersifat keduniawian, entah bagaimana nanti kamu mempertanggungjawabkan kepada-Nya?? Sedang ilmu tentangnya sudah kamu pahami.
Perjuanganmu sampai saat ini menjadi nilai lebih, meski langkah harus terhenti disini. Kita menyakini takdir-Nya. kamu sepakat sembunyikan dalam ruang paling sunyi, sampai-sampai kesunyian itu tak sanggup membisikkan sedikitpun rahasia kepada dunia. Di simpan dan menjadi milik sendiri.
Semoga iman masih menggema dalam diri. meskipun harus patah dan membangun nya kembali.
Allah berfirman yang artinya "......seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya..... " (Qs Al Baqarah:233)
Kedepannya, kamu punya bekal untuk melangkah. Allah tahu yang terbaik! Matahari telah mengajarkan bahwa pada setiap pertemuan yang hangat terdapat sebuah perpisahan senja di sore hari.
19 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 19
Sejak kecil ummi selalu menyampaikan kepada saya dan kakak untuk berbuat baik, menolong orang lain. Saya yakin nasihat ini tentu orang tua selalu sampaikan kepada anaknya.
"tolonglah orang lain nak, hidup itu tak selamanya kita berada di posisi atas, ada kalanya di bawah, hidup ini hanya persinggahan, lakukan hal kecil" (Ummi)
Begitu sering ummi mengulang ucapan ini, kala itu saya belum mengerti sepenuhnya. Sebagai anak SD yang polos pemahaman ku singkat, kita mesti berbuat baik kepada siapa pun. Terlebih kepada yang mungkin tidak senang dengan kita ata pencapaian yang diraih.
Benarlah bahwa teladan terbaik adalah memberikan contoh nyata bukan sekedar pernyataan. Itulah yang saya pelajari di rumah. Saya kadang protes tatkala ummi begitu memuliakan tamu yang datang ke rumah. Sebentar atau tidaknya jamuan harus selalu ada. Dengan kalimat membantah "kan cuman sebentar ummi" padahal kala itu faktor malas dan ingin mainlah penyebabnya. Atau saya kadang heran kalau ummi begitu welcome dengan orang yang hanya sekedar singgah berteduh di depan rumah karena hujan. Di kampung, depan rumah ada balai yang bisa jadi alternatif berkumpul setiap sore dengan tetangga, dan ini juga sering dijadikan tempat persinggahan kalau hujan. Seringkali ummi memanggil masuk ke dalam rumah orang orang baru yang sama sekali tidak di kenal. Menjamunya dengan baik. Saya yang mulai paham karena sudah SMP lebih hati-hati. "ummi kita tidak kenal siapa dia". Ummi hanya menjawab yang penting kita sudah membantu mereka. Kita tidak tahu kapan-kapan mungkin kita berada di posisi mereka. Dan berbagai contoh kebaikan lainnya ummi berikan kepada kami.
"Tanamlah kebaikan di hidup setiap orang yang kamu kenal"
Karena ummi hampir setiap hari di pasar, alhasil kadangkala ada saja rezeki yang tak terduga. Pulang dari kerja banyak pemberian dari orang, ketika saya bertanya beberapa kali ummu berkata, saya juga tidak tahu dan sudah lupa lupa ingat katanya pernah ditolong jadi memberikan barang ini. Iya begitulah Allah yang senantiasa memudahkan hambanya ketika menolong orang lain.
Hingga saya merantau dan jauh dari Ummi, begitu banyak yang saya rindukan. Saya sempat mengalami culture shock dengan kehidupan perkotaan terutama soal tolong menolong. Sungguh jauh berbeda. Kehidupan individualisme mendominasi.
Saya percaya saat kita menolong orang lain, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Atau orang-orangam yang kita sayangi. Karena pertolongan yang kita berikan tidak selamanya akan terbalas ke kita, tapi bisa jadi ke keluarga.
Dalam buku Fahd Pahdepei, beliau mengatakan saat kita mendapatkan pertolongan, maka hitung dan ingatlah semuanya. Namun saat kita menolong orang lain, lupakan semua yang diberikan. Sederhananya anggaplah kita sedang melakukan sebuah investasi besar untuk kehidupan yang berberkah.
Hidup ini terlalu receh kalau hanya sekedar memenuhi kehidupan sendiri tanpa memikirkan orang lain.
| @triastariirfiani | May, 24 th 2019
#selfreminder#irfianitriastari#inspirasi#30daysramadhanwriting#catatanmei#ramadan1440#upgraderamadhanmu
13 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 30
Saatnya kita melepasnya setelah selama sebulan penuh bersamanya. Ada kesedihan yang menyelimuti bagi hamba hamba yang begitu rindu kepadanya lalu harus berpisah. Ada cairan yang menetes bagi mereka yang begitu mencintai bulan ramadan. Ada banyak macam pertanyaan dan kekhawatiran akan seperti apa rutinitasnya ba'da ramadan berlalu.
Akankan tanpa ramadan kita masih bisa maksimal melaksanakan berbagai amalan di tengah urusan dan amanah dunia yang rasanya tak bisa dilepaskan begitu saja. Ramadan mengajarkan dan membuat kita tercengang akan kemampuan manajemen waktu dengan target amalan sedangkan aktivitas lain harus tetap ditunaikan. Namun, lagi keberkahan waktu terbukti disana. Atas pertolongan dari-Nya kita mampu melaksanakan secara seksama.
Jika ia telah pamit,,
Apakah kita masih mampu untuk terjaga di tengah malam demi melaksanakan qiyamullail?
Apakah kita sanggup menunaikan tilawah berjuz juz dalam sehari?
Apakah tangan kita masih ringan untuk mengeluarkan harta terbaik dan sebanyak yang dibisa demi sedekah dengan nominal yang lebih besar dari biasanya?
Apakah masih kita temukan jajaran shaf yang penuh sesak di waktu subuh dan malam hari di masjid?
Apakah lingkaran majelis ilmu akan tetap ramai dengan dipenuhi sesak oleh manusia?
Apakah kita masih mampu untuk beristigfar di keheningan malam lalu menangis demi memohon ampunan-Nya?
Apakah kita masih berusaha untuk terus melatih sabar, mengadalikan diri demi semata mengarap ridho-Nya?
Saya pamit, kata ramadan. Kalau kehadiranku kemarin membuatmu melaksanakan berbagai macam tanya diatas maka jangan berhenti, lanjutkan langkahmu, perjalanan kamu masih panjang. Dengan begitu, saya yakin kamu akan tetap mampu menjalaninya kedepan, tanpa harus menunggu aku datang.
Semoga kita mampu menjadi hamba pemenang dengan derajat taqwa yang lebih luas. Menjadi finalis finalis yang tetap istiqomah selepas ramadan. Satu yang pasti, Ramadan akan selalu datang tiap tahunnya, kita yang belum tentu bersamanya.
______
Penghujung Ramadan,
| @triastariirfiani | June 4 th 2019
9 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 11
Jadikan senantiasa taqwa sebagai bekalmu. Letakkan selalu akhirat di depan matamu. (Imam Ahmad)
Di dalam Al Quran, beberapa kali Allah berbicara tentang Ibadah. Kemudian selalu dan selalu, ujuangnya dipungkasi dengan kata-kata “agar kalian bertaqwa”
“Agar Kalian” , karena Allah Maha Suci dari hajat kepada makhluk-Nya, manfaat dari semua yang kita persembahkan kepada-Nya hanyalah pasti juga akan kembali kepada kita. Dan sebesar-besar manfaat yang Allah turunkan bagi hidup seorang hamba adalah “bertaqwa”.
Agar kalian bertaqwa tersurat dalam perintah puasa, perintah sholat, sebab sholat mencegah pelakunya dari berlaku keji dan mungkar. Tersirat dalam perintah sedekah wajib, sebab dengannya sang muzakki dibersihkan hartanya dan disucikan jiwanya. Lalu tersurat dalam perintah Haji, sebab sebaik-baik bekal menujunya adalah taqwa, yang menjaga agar tak jatuh dari kefasikan.
Apakah itu taqwa? Taqwa adalah menyesuai perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya. Taqwa adalah daur yang tak ada hentinya. Ia tidak boleh butus hingga kita kembali kepada-Nya. Taqwa adalah engkau berhati-hati dalam, sebba daur taqwa tak kenal henti hingga kita mati, maka sejak permulaan, pelaksanaan hingga penutup seluruh amala, hati-hati harus menjadi sikap pegangan diri.
Taqwa, setiap kali beramal, hakikatnya sedang menjemput keimanan yang kian manis. Setiap kali menjaga ibadah, semakin kita ingin lebih dan lebih dalam membaktikan diri kepada-Nya.
Beratnya ibadah yang satu mengantar pada ringannya amal yang lain. Susahnya ibadah yang satu mengantar pada mudahnya ibadah yang lain, meski sejatinya lebih sukar. Pahitnya ketaatan mengantar pada manisnya ketaatan yang lain, meski sejatinya lebih getir. Taqwa adalah latihan demi latihan yang menarik kita ke arah keasyikan berbuat ketaatan dan menjaga diri dalam lintasan Istiqomah.
___________________
Sumber Ide: Lapis-lapis keberkahan.
| @triastariirfiani | May, 16 th 2019
#30daysramadhanwriting#irfianitriastari#taqwa#quoteoftheday#ramadan1440#upgraderamadhanmu#catatanmei
11 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 22
Benar kata ummi dulu, “belajar itu tiap detik, dan membaca tidak hanya di buku”. Singkat kata namun makna mandalam. Tidak ada kejadian yang terjadi di muka bumi ini tanpa campur tangan Allah. Hatta daun yang gugur dari pohonnya. Konsep ini sebenarnya sudah saya pahami dan mungkin kita semua mengerti. Namun kadang kala, ketika berada disituasi terjepit kita menjadi lupa. Kita hanya sanggup menerawang dengan berbagai pertanyaan, Ya Rab mengapa ini terjadi kepada saya??
Dalam buku "The Five People you meet in Heaven" yang ditulis oleh Mitch Albom mengandung banyak filosofi hidup. Salah satu kutipan favorit saya adalah
“There are no random acts...We are all connected...You can no more separate one life from another than you can separate a breeze from the wind...” ― Mitch Albom, The Five People You Meet in Heaven.
Saya Membayangkan bahwa semua kejadian dalam hidup kita ini bukanlah kejadian yang tiba-tiba, bahwa tidak ada itu yang namanya kebetulan, adalah sesuatu yang awalnya membingungkan. Apalagi memahami bahwa jaring hidup kita terkoneksi dengan hidup mahluk lain.
Dua pekan lalu, tepat dua minggu ini saya teringat dengan percakapan dengan seorang kakak di whatsapp. Hingga sampailah dia pada kalimat nasehat diatas. Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an.
"... Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)." (Qs ar-Ra'd: 2).
Dalam ayat lain dikatakan,
"dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)...." ( QS al-An'aam: 59).
Selepas mengkaji ulang, saya langsung berkata pada diri ini “Duh irfi, kenapa kamu masih khawatir?? Bukannya Allah selalu tahu yang terbaik untuk hambanya. Semakin berusaha kita untuk berada pada jalur kebenaran, maka bertahan dalam keistiqomah juga semakin diuji.
Rasanya kemarin-kemarin bahkan sampai hari ini berulang kali saya dilatih oleh Allah untuk bersabar, menahan diri, mengabaikan komentar, menunjukkan bahwa semua perbuatan ada alasannya. Dilain sisi saya berusahan menyakinkan diri bahwa bukan penilaian mereka yang penting, biarlah perjuangan melewati sederet kisah demi kisah cukup Allah yang tahu, biarlah prasangka yang hadir itu membuat kita acuh akan semuanya. Kalaupun ternyata di akhir tak sesuai harapan, maka sekali lagi berprasangka baik kepada-Nya adalah jalan yang menenangkan setiap hati seorang hamba.
Semua hal yang terjadi di dalam hidup ini layak dijadikan pelajaran, seperti hal-hal kecil yang ada di sekitar membantu menyadari bahwa -hidup yang aku keluhkan adalah hidup yang mungkin diimpikan orag lain, masalah yang datang adalah hanya setitik noda dibandingkan besarnya ujian hidup yang dialami orang lain.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak (QS Al-Baqarah : 216).
#irfianitriastari#catatanmei#inspirasi#ramadan1440#30daysramadhanwriting#selfreminder#words#quoteoftheday
8 notes
·
View notes
Text
#Ramadan 4
Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Ada pula yang bilang hidup ini seperti ombak di pantai. Kadang tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia terhadap kehidupan ini, intinya adalah hidup ini takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan ujian-ujian yang bermacam-macam bentuknya.
Terlepas dari itu semua, ternyata Allah menyimpan banyak hikmah dari setiap ujian yang diberikan.
Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)
Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri sedang mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik sangkalah kepada diri sendiri dan kepada Allah. Ingat bahwa Allah selalu menurut persangkaan hamba-Nya. Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda sedang dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk bisa naik tingkat, harus ada ujian untuk menguji kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi pula level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah, kalau anda berhasil menghadapi ujian ini, anda akan berhasil naik tingkat di mata Allah, menjadi mukmin sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin kita mampu, masa kita sendiri tidak yakin dengan kemampuan diri???
Kunci menghadapi nya adalah kesabaran. Tak mudah, namun bisa jadi letak tingkatan keimanan berada disana.
P.s: Referensi disadur dari buku la tahzan.
| @triastariirfiani | May, 9 th 2019
10 notes
·
View notes