#bulanbintang
Explore tagged Tumblr posts
mc-greedy · 2 months ago
Text
0 notes
theshaxfeen · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Bougainvillea ! #pokok #pokokviral #pokokhiasan #pokokpalsu #pokokmurah #pokokbunga #pokokhidup #pokokpisang #pokokmalaysia #pokokpisangviral #famadihatirakyat #bulanbintang #raya2022 #ramadhan #kebun #pertanian #cempedak #nangka #rambutan #mangga #bunga #bungaonline #bungakertas #bungakertasmurah https://www.instagram.com/p/Cc1EzZZB5K3/?igshid=NGJjMDIxMWI=
2 notes · View notes
sakenake2021 · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Tonto Video Clipnya di Channel Youtube : Sakenake Official Dan Jangan Lupa Subcribe & Like. Hatur Nuwon. Jangan lupa mampir ke Jejaring Sosial yg Lain ya Kak. Channel Youtube : - Sakenake Official - Documentary Sakenake Instagram/Facebook : - Sakenake Twitter/Tumblr Sakebake2021 Fanspage Facebook : - Sakenake Official Keep Calm and Stay Support. Thank's. #viral #indonesia #lagu #wongsepele #kudus #dawe #TitipaneGusti #LatihanBareng #Orkesan #Akuikhlas # #Cover #Acoustic #Kerinduan #Cidro #Nostalgia #BulanBintang #Tanamor #Kopidangdut #Bunga #Kehilangan #KegagalanCinta #CintaTerlarang #Dangdut #DangdutKoplo #Dutkustik (di Dawe, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CMRXPaNBok6/?igshid=vhkscb21t7n6
0 notes
khotamar · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Cahaya bintang di malam Ramadan. #astrophotography #astronomy #astrofotografi #foto #fotografi #astronomj #bintang #langit #langitmalam #malam #canonm50 #canoneosm50 #astro #antariksa #angkasa #bulan #bulanbintang (di Segayam City) https://www.instagram.com/p/CADF9unAM_Q/?igshid=bg57h5hrx3y5
0 notes
sphericalcrush · 5 years ago
Text
#GarisGalaksi: Di dalam hujan
Kita merindukan hujan dengan cara masing-masing. Air Tuhan yang turun dalam buliran buliran air dengan volume besar itu sering hadir akhir-akhir ini. Di Indonesia, sebagai negara tropis yang berada tepat di garis khatulistiwa kehadiran hujan adalah hal yang lumrah dan dinantikan setelah kemarau panjang.
Hamparan sawah yang sebelumnya berisikan tanaman-tanaman dengan ukuran kerdil dan berwarna pucat, ketika air turun dari langit seketika sepakat untuk merubah warnanya menjadi hijau. Indah sekali. Mata manusia merindukan hal-hal yang menyejukkan, sama halnya dengan hati manusia. Hati butuh asupan yang bisa menyiram dan menyejukkan. Apalagi kalau bukan isi kandungan dari Al-Quran?
…..
Aku berdegup kencang ketika melihat mendung sudah menggantung di langit siang ini. Lelah sudah menghampiriku setelah seharian berurusan dengan anak remaja yang beranjak dewasa dengan berbagai karakternya yang berbeda. Mengajar fisika untuk persiapan SBMPTN. Mengajar untuk membantu mereka meraih cita-cita mereka. Membantu memperpendek jarak antara mimpi dan kenyataan. Namun, kali ini berganti aku yang harus menjemput mimpiku. Mengantarkan berkas beasiswa ini tepat waktu.
Awan begitu gelap membuatku seakan-akan bertaruh dengan keadaan. Aku khawatir. Sekejap saja aku lupa bahwa hujan adalah salah satu bentuk rahmat Allah, waktu dimana doa bisa melangit bebas hambatan. Gegas aku kembali ke ruang guru untuk mengambil ransel dan merapikan dokumen yang sudah sedari tahun lalu aku siapkan.
Bismillahirrohmanirrohim. Ya Allah, Engkau Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Kali ini aku akan mengirimkan berkas ini.
Gerahnya ruang guru di jam-jam tengah hari tak lagi aku rasakan. Aku terlalu fokus dengan berkas dan mendung. Ah, apa siang ini hujan akan turun?
Pikiran itu selalu beredar di otak dalam rentang waktu yang cukup lama. Sejak berjalan dari ruang guru hingga menuju parkiran motor, sampai aku harus dipanggil dua kali oleh anak muridku ketika mereka hendak mencium tangan. Tanda tawadhu’. Untuk urusan tawadhu’ murid-muridku ini adalah Sang Juara. Mereka sangat mengenal adab. Mereka adalah sumber belajarku. Aku cukup sadar diri, memang untuk hal-hal seperti ini aku yang menjadi murid mereka.
“Buru-buru miss?”
“Ha? Mau ngapain buru-buru? Nggak ada yang ngejar juga,”
“Yha… nggak usah curhat dong miss,”
“Hahaha… Miss mau ambil motor dulu ya. Nanti isya’ mau review Fisika nggak?”
“Nanti mau review Matematika dulu miss sama Pak Dhuha,”
“Lha… istri nya Pak Dhuha bukannya habis lahiran. Kamu nggak ngerepotin?”
“Hehehehe… Pak Dhuha yang nawarin, miss,”
“Oke, deh. Duluan ya. Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalaam, miss,”
Obrolan singkat bersama Najwa salah satu muridku yang cukup berisik di kelas membuatku semakin gelisah. Ingin rasanya aku memotong pembicaraan dan mengacuhkannya. Tapi tak sampai hati. Berusaha menghadirkan diriku sepenuhnya ketika aku berinteraksi dengan siapapun adalah hal yang akhir-akhir ini aku latih, dan kini para muridku agaknya lebih betah curhat denganku. Semoga Fisikanya tidak menguap.
Helm bonus motor yang baru dibeli 10 tahun lalu (baru dibeli wkwkwkwk) segera aku pakai. Helm yang menemani masa SMA ku yang berwarna-warni kayak lampu lalu lintas itu menyimpan banyak sekali kenangan. Sudah agak lusuh memang, tapi masih nyaman sekali untuk dipakai. Udah macam hubungan ya, kenyamanan adalah kunci.
Baru 1 km aku menjauh dari gerbang sekolah, air hujan turun. Langsung lebat, aku yang tergolong bodo amat dengan air, membiarkan hujan menyerang jaket parasutku, yang sebenarnya adalah punya Ibu tapi kekecilan. Tas ku aman karena sudah masuk bagasi motor. Kini hanya ada 1 yang terlintas. Semoga kantor pos di jantung kota belum tutup.
Butuh sekitar 15 menit dari tempat mengajarku hingga ke pusat kota. Dalam hujan dan dalam helm, aku merapalkan doa. Intinya adalah : berbaik sangka kepada Allah. Itu saja. Kalau Allah mengizinkan berkas ini selamat dan tepat waktu sampai di desk evaluasi, maka Allah mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Dan sebaliknya, ketika berkas ini tidak sampai tepat waktu. Allah Maha Mengetahui.
Tak tega aku melihat jam tangan ketika lampu lalu lintas di persimpangan besar menyala warna merah. Kaki ku sedari tadi sudah berdetak. Tak sabar menjejak kantor pos yang sudah nampak. Kerudung hingga kakiku sudah basah sepenuhnya. Aku menertawakan diri sendiri. Baju basah, tak beralas kaki. Apa kata bapak satpam nanti?
Hijau! Seperti pengendara yang lain. Gas motorku aku gas. Tak sampai 2 menit, motorku berhasil parkir dengan apik di halaman. Hujan masih mengguyur dengan deras. Belum ada tanda-tanda akan berhenti. Butiran air belum menyerah untuk menyuburkan tanah. Butiran air belum lelah untuk mengingatkan bahwa sebaik baik pemberi rezeki adalah Allah.
Bagasi motor aku buka secara perlahan dan mengambil tas. Dan menerjang sedikit halaman yang tak terbuka. Tak ada adegan romantis tentang seorang pria yang tiba-tiba memayungiku. Kemudian kita joget joget macem film bollywood.
Aku masuk dan beruntung. Tak ada antrian. Aku masuk dengan lirikan aneh dari Mas-mas satpam.  
“Langsung ke CS 1, mbak,” katanya pelan.
Aku menjawabnya dengan ucapan terima kasih. Kali ini tanpa rasa, karena aku sudah menggigil. Ingin segera mengirim berkas dan pulang. Setidaknya, aku harus ganti baju.
“Selamat siang. Wah, mbaknya habis hujan-hujan ya,”
“Ini mbak, saya mau kirim berkas ke Jakarta ya. Kira-kira berapa hari ya mbak nyampeknya. Yang ekspress ya mbak,” jelasku dengan cepat. Mbak-mbak CS berjilbab oranye berwajah aduhai cantiknya itu dengan cekatan mengecek komputernya.
“3 hari paling cepat, mbak. Kalau mbak kirim sekarang. Jumat sore paling lambat akan sampai,”
Wah! Jumat adalah tenggat akhir pengumpulan berkas. Bismillah.
“Oke deh, mbak,”. Berkas beasiswa itu aku serahkan ke mbak CS cantik itu. Sudah lengkap semua tertera disana. Aku hanya perlu menandatangani resi dan membayar sejumlah uang.
“Rumahnya di perumahan Gubernur Suryo mbak?”
“Iya mbak. Deket sini aja. Sudah selesai mbak?”
“Sudah mbak. Terima kasih,”
“Oke. Terima Kasih,”
Buru-buru aku keluar kantor pos. Dengan memegang erat-erat harapan bahwa berkas itu sampai sebelum sore. Apa mungkin? Ah… segera aku tepis rasa raguku. Apa yang tidak mungkin bagi Allah?
Buru buru aku kembali menge-gas motor. Tapi tidak bisa. Sekali lagi aku mencoba. Tetap tidak bisa. Allah… kenapa lagi ini? Ku coba menarik gas dengan menggunakan gas bawah. Tapi tetap nihil. Aku yang buta otomatif ini mulai sok tahu. Bulan ini sudah ganti aki kok. Ini apanya yang bermasalah? Lalu tiba-tiba aku menyadari kebodohanku. Ya Allah… apa mungkin… aku melirik bagasi motor.
Aku membuka tangki dengan perasan tak karuan. Benar saja tangki bensinku kering. Ya Allah…
Aku menuntun sepeda motor hingga rumah.
Dengan kondisi hujan yang tak cukup ramah.
Namun aku juga seperti hujan, tidak menyerah.
4 notes · View notes
hebeca · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Happy Birthday To My Beloved Twin.. ☺️ Moga Allah swt sentiasa memberi penjagaan.. Membesar di jalan yang benar.. Hati sentiase teguh kepada agama Allah swt.. Jangan takut mati.. Amin #Twins #birthdaygirl #bulanbintang (at El Cartel) https://www.instagram.com/p/BqwTnqAFsQV/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=18p3ej39e7yuj
0 notes
hindiabooks-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
🚚 KELENGKAPAN TARIKH NABI MUHAMMAD SAW 🌌 #MoenawarChalil #BulanBintang 1993 260 hlm Bekas, baik, tanpa jaket ⛴ 35.000 🌌 🚙 Pemesanan DM @hindiabooks | fb.me/hindiabooks | WA +62-896-2225-3005 🌌 #kelengkapantarikhnabimuhammadsaw #tarikh #pesantren #sejarahislam #hijrah #milad #islam #buku #kopi #diskusibuku #indoreader #hindiabooks #stok_hindiabooks 🚢
0 notes
alienileproject-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Moonstar earring 🌙✨ Contact me on WA: 081342171707 #alienileproject #antingmurah #bulanbintang #antingbulanbintang #earring #moonandstar #love #galactical #galacticalearring (at Denpasar, Bali, Indonesia)
0 notes
maisondornetwork · 7 years ago
Video
@Regranned from @mradam_harez - @rozitarohaizad @izzmadharun Lagu anda keudara.. #anakikan #bulanbintang http://radiojkt.kpkt.gov.my @ianzfaris - #regrann (at Kuala Lumpur)
0 notes
sakenake2021 · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Tonto Video Clipnya di Channel Youtube : Sakenake Official Dan Jangan Lupa Subcribe & Like. Hatur Nuwon. Jangan lupa mampir ke Jejaring Sosial yg Lain ya Kak. Channel Youtube : - Sakenake Official - Documentary Sakenake Instagram/Facebook : - Sakenake Twitter/Tumblr Sakebake2021 Fanspage Facebook : - Sakenake Official Keep Calm and Stay Support. Thank's. #viral #indonesia #lagu #wongsepele #kudus #dawe #TitipaneGusti #LatihanBareng #Orkesan #Akuikhlas # #Cover #Acoustic #Kerinduan #Cidro #Nostalgia #BulanBintang #Tanamor #Kopidangdut #Bunga #Kehilangan #KegagalanCinta #CintaTerlarang #Dangdut #DangdutKoplo #Dutkustik (di Dawe, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CMRXLwpB9EC/?igshid=1qk4h5i15ayj0
0 notes
sphericalcrush · 5 years ago
Text
#GarisGalaksi: Waktu Fajar
Waktu fajar adalah waktu dimana manusia harus berjuang dengan melawan dirinya sendiri. Melawan kenikmatan dunia untuk berjumpa dengan Pencipta Alam Raya, untuk mensyukuri atas hal yang membuat manusia bisa bernafas hingga fajar tiba.
Rasa-rasanya berat sekali memang, malam adalah waktu dimana kita beristirahat. Itu adalah perintah dari Allah. Istirahat jiwa raga tentu saja. Tapi manusia seringkali abai atasnya. Terjaga hingga tengah malam, menyelesaikan tugas-tugas kemudian menghibur diri dengan hal-hal yang sejatinya justru membuat jiwa semakin lelah.
Sungguh sebaik-baik penjaga adalah Allah.
----
Cahaya dari laptop terus menyala dari kamarku. Laptop yang sudah menemaniku sejak zaman kuliah S1 ini seakan sudah menjadi sahabat. Hanya saja dia benda mati, tak bernyawa, dan tak punya kuasa untuk menjawab kusutnya masalah yang biasa aku tawarkan kepadanya (wkwkwk… gila kali gw ngomong ke laptop).
Aku kembali menepuk nyamuk yang sedang berusaha menjalankan program penggemukan. Bukannya tidak mampu membeli obat nyamuk, hanya aku memang tak nyaman menggunakannya. Hingga aku melindungi diriku dengan kipas yang terus memutar semalam. Menemaniku terjaga hingga azan Subuh terdengar sayup-sayup dari kompleks sebelah.
Kalau sudah begini, mau tidak mau aku harus turun tahta (wkwkwkwkwk, apaan). Ayahku yang sudah wangi dan rapi tengah bersiap menuju masjid. Aku melirik ke arah Ayah sebentar dengan memasang wajah mengantuk, lalu pergi ke arah kamar mandi. Mau nyikat kamar mandi, wkwkwkw… nggak ding. Mau wudhu dong.
Perlahan aku berjalan, melewati kamar Ibu dan adik. Mereka berdua masih terlelap. Aku menyalakan lampu seluruh rumah. Sudah menjadi kebiasaan untuk menyalakan lampu ketika Shubuh. Tujuannya adalah supaya tidak kembali tidur setelah Shubuh.
Aku menutup laptopku dan segera berwudhu. Sensasi sentuhan wajah dengan air wudhu di pagi buta ini rasanya segar sekali. Tapi rasa-rasanya agak berlebihan kalau ada mbak-mbak berwajah cantik bak model kalender yang menyebut air wudhu ini layaknya skincare. Ya kali air wudhu mengandung bahan kimia dan dijual di drugstore. Kan nggak, ya. Skincare ya skincare, yang tetep dibeli kalau habis huhuhuhu.
Lebih masuk akal kalau menyebutkan air wudhu adalah air yang membantu kita sadar bahwa kita harus bersih minimal lima kali dalam sehari. Air wudhu cukup jadi pengingat bahwa kebersihan sebagian dari iman. Air wudhu ya, bukan toner. Toner nggak bisa menggantikan fungsi dari air wudhu. Mahal cuy kalau wudhu pakai toner. Ratu kerajaan brunei kalau wudhu tetep aja pakai air nggak pakai toner.
Mukenah parasit warna biru aku kenakan. Mukenah yang biasa aku kenakan sehari-hari sudah masuk mesin cuci sejak kemarin isya’, jadinya aku mengenakan mukenah biru yang udah macem bendera partai ini untuk menjadi penutup auratku kali ini. Dengan serabutan mengambil sajadah, aku keluar rumah.
Suasana hening, angin sejuk dan langit gelap yang masih menawarkan pemandangan serasi antara bulan dan bintang. Sangat indah. Apa ada yang lebih menenangkan dibandingkan duet maut antara hening dan gelap? Lalu disusul suara ayam berkokok dan sayup-sayup suara motor yang sudah bersiap menjemput rezeki.
Aku menghirup udara Shubuh dalam-dalam. Sungguh adiktif rasanya. Kalau bisa dan mampu, ingin rasanya aku pergi ke masjid setiap Shubuh. Angin sejuknya selalu menarikku untuk fokus ke saat ini. Mampu menyadarkanku bahwa air tanpa wadah itu mirip tetesan embun yang nggak jatuh di sebuah permukaan. Akan ambyar begitu saja. (Cendol dawett…. cendol cendol. Piro? 5 jutaan wkwkwkwk)
Fokus ke masa sekarang adalah hal yang cukup sulit. Karena masa lalu itu terlalu berjejak. Bagaikan cap sepatu di tanah yang basah. Meninggalkan jejak yang awet hingga esok hari.
Ingatanku tentang meletakkan perasaan kepadamu waktu itu benar-benar membawa luka. Ah, aku hanya ingin menutupnya rapat-rapat.
Aku berjalan pelan menuju masjid. Bertemu dengan salah satu kakak sepupu, Mas Babe aku biasa memanggilnya. Bersama dengan Budhe yang berada di kursi roda. Aku tersenyum kepada Mas Babe. Betapa bakti seorang anak laki-laki kepada Ibunya adalah hal utama yang perlu diidentifikasi sebelum kita memutuskan untuk menghabiskan masa untuk mendampingi seorang pria mengarungi dunia.
Sengaja mempercepat langkah karena iqomah sudah berkumandang. Tak ingin tertinggal Al Fatihah di rakaat pertama. Tak ingin ketinggalan Aamiiiin yang terucap, walau terdengar sumbang, tapi ini adalah bentuk penyerahan diri seorang hamba yang penuh dosa dan penuh ketidak tahuan, yang selalu membutuhkan sebuah pedoman kehidupan di jalan yang lurus. Yang selalu haus akan pertolongan Allah. Walau habis itu kadang lupa bersyukur.
Setelah selesai dengan salam, kata hatiku aku harus melangitkan harapanku kepadamu sekali lagi. Bercerita kepada Allah tentangmu. Walau setelah aku ditunjukkan betapa dirimu sudah benar-benar membuatku putus asa. Mungkin kalau ada di drama Korea, aku sudah merunduk, mengibas rambut (jadinya mengibas jilbab), dan menangis dalam hujan salju. Jadi air matanya ikutan beku (hahahaha… masa ya gitu)
Untungnya, aku dipertemukan oleh Allah dengan teman-teman yang tidak sampai membuatku kehilangan kendali. Meskipun tahu para sahabatku juga mempunyai masalah yang juga tak kalah melelahkan, tapi mereka at least masih mau mendengarkan ocehanku. Beruntung sekali, bukan?
Aku berusaha belajar untuk membedakan antara perasaan dan kenyataan. Ok, fix. Masa lalu. Bye. Key, sip. Izinkan aku kipas kipas di masa sekarang.
Keren betul tekadku. Walau masih butuh waktu untuk melepaskan diri dari kejaran bayang-bayangmu. Seperti ini saja dulu. Everthing have different pace to get rid of someone mind kan?
Sesampainya di rumah, aku mendapati Ibu dan Adik yang sudah selesai sholat. Ibu sudah berada di dapur untuk kemudian menyiapkan sarapan. Dan aku secepat mungkin melipat mukenah, dan pergi ke dapur untuk membantu Ibu membereskan yang belum beres (huhuhuhu ya iyalah).
Walaupun tak ada satu orangpun yang aku izinkan untuk membantuku membereskan kenangan pahit tentangmu.
“Neng, nanti jangan lupa beli beras ya. Beras kita habis,”
“Ha?” tanyaku meminta konfirmasi sekali lagi kepada Ibu. Disela suara air yang keluar dari kran. Buru-buru aku mematikan kran dengan tangan yang penuh dengan busa. I am doing the dish, sisa semalam.
“Nanti beli beras. Ibu kan ke sekolah, ribet ah beli beras. Kamu aja ya,”
“Owalaah. Oke, sip,”
“Nggak ada jadwal ngajar kan hari ini?”
“Amaan. Nanti Bulan ke toko biasanya beli deh. Sekalian mau bikin bikin yang lain. Hehehehe,”
“Iya deh iya… Mau bikinin Bintang apa lagi, sih?”
“Jiaah… ngapain? Males banget. Bulan udah menyerah, Bu. Udah ya… Nggak usah dibawa bawa lagi namanya,”
“Menyerah tapi kok marah?”
“Ye… kan Bulan ngasih press conference buat wartawan tabloid julid. Hahahahaha,”
“Hahahaha… Ibu nunggu ya pokoknya. Katanya mau menikah sebelum 25,”
“Aamiiiin. Iya dong,”. Aku masih menutup rapat-rapat alasan mengapa dulu aku pernah menawarkan umur 25 ke Ibu.
“Eh, Neng. Siapa dulu yang pernah jemput kamu ke stasiun itu?”
“Siapa?”
“Itu looh… Awan,”
“Oh… Awan. Sibuk dia, bu. Sibuk berkarya dan mempersiapkan bekal katanya, hahahaha,”
“Oh ya?  Udah jarang kontakan kalian?”
“Seperlunya aja sih, bu. Kenapa?” Seperlunya tapi sempet bercanda gak jelas wkwkwkwk. Astaghfirullah.
Aku menoleh ke arah Ibu. Tapi Ibu ku malah ke kamar mandi. Tumben banget Ibu inget dan kayak nge absenin temen-temenku. Apa aku anaknya emang kurang gaul? Eh bodo amat lah.
Kemudian ingatanku memutar insiden antara Mas Awan yang pernah dilabrak oleh geng ku karena pernah mau ‘main-main’ sama salah satu sahabat kami. Astagaa… dikiranya hati perempuan macam tamagochi. Time flies.
Benar emang, diantara semua variabel yang bekerja di alam raya ini. Hanya waktu yang tidak bisa dikontrol. Yang bisa dikontrol itu perlakuan kita terhadap waktu.
Bohong sih kalau ada yang bilang perasaan itu nggak bisa dikontrol. Kalau perasaan nggak bisa dikontrol, Nabi Muhammad SAW mungkin nggak akan mau nekad untuk tetap menjalankan dakwah dan bersusah susah ketika di Thaif setelah ditinggal selamanya oleh Ibunda Khadijah RA.
3 notes · View notes
gilangahs · 8 years ago
Text
Bahasa Rindu
Selamat pagi, malam Bagaimana kalau mengawalinya dengan secangkir kopi? Ahh.. seperti biasa yang sering kita lakukan, saling menyapa walau tak mengerti masing² bahasa. Bagaimana kencanmu dengan bintang disana? Setiap malamnya kalian selalu memawarkan indah. Jangan tanyakan bagaimana aku disini. Masih seperti kemarin, sibuk dengan kopi dan angan. Seperti yang sering aku ceritakan pada kalian, rindu itu selalu lebih sulit untuk dimengerti. Ada yang bilang hanya masalah jarak, ada yang bilang hanya masalah waktu, semua membingungkan. Barangkali kalian tak pernah tau rasanya terpisah? Ya benar.. setiap malam kalian selalu bersama. Sudah, lanjutkan saja berkencan. Biar aku menikmatimu dari sini dengan kopi ku. Masih tetap sama, seperti yang sudah-sudah. Surabaya 31 Oktober 2016
0 notes
cahangon72-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Bulan bintang rasa kopi.. Kertas payung distempel rapi.. Kawan dagang kasih upeti... Tak harus bermajas untuk berbagi rasa spesialti... #kopirakjat #bulanbintang #oleholeh #sungaipenuh #kerinci #kopirakyat #baristagadungan #persahabatan #pseudobarista #kedaulatanpangan (at Village Coffee & Kitchen)
0 notes
theshaxfeen · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Delivery ! #pokok #pokokviral #pokokhiasan #pokokpalsu #pokokmurah #pokokbunga #pokokhidup #pokokpisang #pokokmalaysia #pokokpisangviral #famadihatirakyat #bulanbintang #raya2022 #ramadhan #kebun #pertanian #cempedak #nangka #rambutan #mangga #bunga #bungaonline #bungakertas #bungakertasmurah (at Pengkalan Hulu, Perak) https://www.instagram.com/p/Cc1E-PcBDZT/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
sakenake2021 · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Tonto Video Clipnya di Channel Youtube : Sakenake Official Dan Jangan Lupa Subcribe & Like. Hatur Nuwon. Jangan lupa mampir ke Jejaring Sosial yg Lain ya Kak. Channel Youtube : - Sakenake Official - Documentary Sakenake Instagram/Facebook : - Sakenake Twitter/Tumblr Sakebake2021 Fanspage Facebook : - Sakenake Official Keep Calm and Stay Support. Thank's. #viral #indonesia #lagu #wongsepele #kudus #dawe #TitipaneGusti #LatihanBareng #Orkesan #Akuikhlas # #Cover #Acoustic #Kerinduan #Cidro #Nostalgia #BulanBintang #Tanamor #Kopidangdut #Bunga #Kehilangan #KegagalanCinta #CintaTerlarang #Dangdut #DangdutKoplo #Dutkustik (di Dawe, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CMRXIX4BM1Z/?igshid=1uiskadzj2k9s
0 notes
sphericalcrush · 5 years ago
Text
#GarisGalaksi: Belum menjadi Embun
Tetesan embun di pagi hari selalu menemukan permukaan yang tepat untuk meletakkan beban partikel-partikelnya. Entah itu di daun rumput liar, di ujung daun pohon mangga, di permukaan pagar besi yang usang. Embun tak pernah bisa memilih permukaan mana yang hendak ia tempati. Embun tetap akan berbentuk air ketika diam di permukaan. Lalu karena frekuensi pancaran matahari yang kian lama kian besar itu menyebabkan air embun akan turun. Lalu dia akan memberikan manfaat untuk tanah, untuk memberikan dukungan pada tumbuhan apapun yang membutuhkan. Tumbuhan yang hidup di tanah. Entah itu tanaman kebun, tanaman liar, tanaman mahal, tanaman yang tumbuh begitu saja. Lagi-lagi embun tak pernah memilih, kemana dia harus menyalurkan manfaatnya. Selama tumbuhan membutuhkan air, dia akan mengalir ke sana. Lagipula, apa ada jenis tumbuhan apa yang tidak membutuhkan kombinasi antara air dan matahari? Dengan berat hati, semua tumbuhan membutuhkan dua unsur tersebut untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Kalau kebutuhan primernya tidak terpenuhi, tumbuhan tersebut bisa lemas kemudian bisa mati.
Manusia tidak makan maka fisiknya akan melemah dan bisa saja mati. Pun demikian dengan hati dan otak manusia, yang kalau tidak diberikan nutrisi maka bisa mengalami disfungsi. Lalu kita berubah menjadi manusia robot, manusia-manusia yang tak memiliki perasaan.
----
Kota lahirku cukup terik, semalam aku melihat notifikasi weather forecast yang menyimpulkan bahwa suhu siang hari ini mencapai suhu 39 derajat celcius. Kalau sudah begini, maka medinginkan diri dengan cara masuk ke ruangan ber AC adalah pilihan yang tepat.
Berat hati rasanya harus mempelajari materi untuk review Fisika nanti malam. Padahal situasinya sudah sangat super nyaman untuk belajar. Perpustakaan sekolah yang nyaman ini adalah escape point ku setelah jenuh berada di ruang guru. Laptop yang sudah kutenteng dari ruang guru itu perlahan aku buka. Memaksakan diri untuk belajar adalah wajiibun di kondisi seperti ini. Tak lupa aku mematikan data smartphone, agar nyaman.
Mempelajari materi Fisika untuk ujian internasional adalah hal yang cukup menantang. Karena memang aku yang tak cukup familiar, begitu pula dengan penggunaan istilah akademik dalam bahasa inggris. Jadi berasa double ngajarnya, Fisika jalan, Bahasa Inggris jalan, matematika pun jalaan. Hiya, jatohnya malah triple, kan.
Bismillah
Tanpa sadar sudah menghabiskan 2 lembar kertas HVS untuk corat-coret, aku mencukupkan diri untuk belajar hari ini. Sudah pukul 14.00 saatnya kembali ke ruang guru dan numpang istirahat di asrama Bu Latifah.
Kemudian aku menyalakan data smartphone ku yang off hampir dua jam ini. Ku cek beberapa pesan masuk dalam aplikasi wassap ku. Ada salah satu pesan dari sahabat dekatku yang entah mengapa aku begitu takut untuk membukanya. Seperti kita sangat penasaran sekaligus takut menghadapi kenyataan pada saat yang bersamaan. Ku putuskan untuk tidak membuka pesan tersebut. Menyimpannya untuk nanti malam. Setelah rangkaian kegiatan ku selesai.
Bersegera aku menghubungi Bu Latifah, memastikan keberadaannya. Ku buka lagi wassapku dan mulai menelponnya.
“Assalamualaikum Bu… Bu Latifah di mana?” tanyaku dengan tangan yang dingin. Efek dari perasaan yang tak karuan.
“Miss Bulan… di asrama, miss. Ada jadwal review kah nanti habis maghrib?” Bu Latifah memang sudah menjadi sohib yang biasa aku tumpangi saat aku harus membantu murid-murid ini untuk review materi malam.
“Iya, Bu. Aku ke sana ya. Mau nitip makan sekalian? Atau yang lain mumpung aku lagi di luar ini,” tawarku. Sungkan rasanya kalau pergi ke sana tanpa membawa apa-apa.
“Titip, buah aja ya, miss. Aku tadi masak nasi sama sayur bening, ada tempe goreng juga. Miss Bulan nggak usah beli makan, ya. Makan ini aja,”
“Tahu gitu aku request masakan lain, bu. Hehehehe… oke deh. Nanti aku belikan. Oke, assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam,”
Aku memang sedang lapar. Membayangkan segarnya sayur bening saja sudah mampu menimbulkan senyum di wajahku. Sederhana sekali, bukan? Dengan hal-hal kecil ini kita bisa bahagia.
Matahari masih mengeluarkan cahaya teriknya, lapangan basket sekolah mulai dipenuhi oleh anak-anak untuk bermain bola. Mereka seakan tak peduli dengan panasnya matahari. Kesempatan bermain menggunakan sekolah mungkin tidak akan pernah lagi mereka rasakan ketika sudah masuk di jenjang yang lebih tinggi. Mereka lebih akan disibukkan dengan kegiatan kampus, komunitas, bahkan pekerjaan. Dan kesempatan olahraga beramai-ramai dengan teman sebayanya mungkin hanya bisa dilakukan sesekali. Mereka pasti akan saling merindukan ini suatu nanti.
“Miss  bulaaan,” sapa seseorang di ujung jalan. Aku harus mengernyitkan mata untuk memastikan siapa yang memanggilku keras-keras. Ah.. Pak Dhuha. Pak Dhuha kemudian berjalan ke arah ku.
“Wah.. ada yang bisa saya bantu, pak?” tanyaku sambil merapikan jilbab yang sudah berantakan ini.
“Gini, miss. Nanti miss tolong tanyakan soal pembayaran SPP ke Vania ya… kan biasanya siswa perempuan sekarang curhatnya ke Miss Bulan”
Aku teringat  gadis asli Bandung itu. Anaknya cukup kreatif, ku lihat catatan dan buku sekolahnya selalu penuh warna.
“Ada apa pak, memangnya?”
“Dia belum membayarkan SPP selama 3 bulan, miss,”
“Ah iya pak, saya usahakan. Tapi kalau boleh tahu, apa sekolah memberikan opsi solusi pak?”
“Biasanya, sekolah akan tetap membantu jika memang dari pihak keluarga mengajukan keringanan. Tapi kalau tidak ada kejelasan, bisa-bisa ijazah kelulusan Vania tahun ini tidak bisa diambil, miss,”
“Begitu ya pak… baik, pak. Saya usahakan. Kalau begitu, saya permisi dulu, pak,”
Kalau dipikir-pikir, aku melihat Vania ini normal seperti teman-teman sebayanya yang lain. Bahkan cenderung anak yang ceria. Sejak awal bertemu dengannya di semester ini. Tak nampak bahwa dia adalah salah satu anak yang bermasalah, bukan tipe anak yang mengambil hak orang lain. Tapi memang harus dipastikan sekali lagi.
Jarak sekolah ke asrama Bu Latifah hanya membutuhkan waktu tempuh 3 menit. Dekat sekali. Yang membuat lama adalah kegiatan beli buah. Hahahaha… aku pun membeli berbagai macam jenis snack untuk nanti malam. Sesampainya di gerbang asrama, aku langsung memarkirkan motorku di pelataran.
Aku sudah terbiasa masuk ke asrama ini, tidak seperti awal-awal dulu yang menunggu Bu Latifah menjemputku di luar. Kini aku sudah fasih untuk langsung menuju kamarnya. Setelah melepas sepatu, aku berpapasan dengan Maryam yang, salah satu muridku juga, temannya Vania.
“Assalamualaikum, miss. Mau ke Bu Latifah ya?”
“Waalaikumsalaam. Iya, Maryam. Miss langsung saja ya, udah laper hehehe,”
“Oke miss,”
Buru-buru aku menggedor pintu kamar Bu Latifah yang terletak di ujung. Kamar Bu Latifah ini sudah berubah menjadi markas istirahat juga untukku. Peralatan mandiku pun aku titipkan di sini.  Daripada aku harus selalu membawanya pulang pergi. Cukup dia saja yang datang dan pergi di pikiranku, yang lain jangan (eyaaa).
“Masuk, miss,” seru Bu Latifah dari dalam kamar. Aku pun langsung masuk kamar dan memberinya sebungkus buah potong.
“Ini titipannya tadi, wkwkwkwk. Aku berharap masakan mu enak ya, bu,”
“Weheee… jangan meragukan kemampuan memasakku dong miss. Makan yuk, udah laper kan? Yuk, yuk,” Bu Latifah menarik tanganku dan mengajakku menuju ke dapur. Ternyata dapurnya cukup sepi, karena memang weekdays.
“Mau makan di sini? Apa makan di kamar?” tawar Bu Latifah sambil sibuk mencari piring dan sendok.
“Di sini aja, Bu. Ada meja makan, juga. Kasihan udah lama nganggu kayaknya,”
“Hahahaha.. bisa aja nih, Miss. Oke. Ini,” Bu Latifah memberiku sebuah piring dan sendok. Kemudian aku mengikuti arah langkah Bu Latifah mengambil nasi, lauk pauk, dan sayur. Kemudian kami anteng makan bersama.
“Bu , Vania itu tinggal di sini kan ya?” tanyaku.
Bu Latifah segera menengokku “Iya, miss. Ada apa?”
“Ng… nggak papa, bu,”
“Masalah SPP ya, miss? Aku juga udah dipeseni sama Pak Dhuha, kok. Tapi… situasi keluarganya Vania sedang ada masalah, memang. Ayah Ibu nya sedang dalam proses perceraian. Ayahnya kemudian berlepas tangan begitu saja atas pembiayaan sekolah Vania. Yang menyokong biaya hidup Vania disini itu para tantenya, Miss. Besok aku coba menghadap Pak Dhuha untuk cerita. Dua hari ini memang kan aku nggak ke sekolah, miss,”
Ya Allah, nak… dibalik senyum ceria dan tawamu yang kamu tunjukkan bersama teman-teman ah…. Vania, kamu memang benar-benar anak yang baik. Tapi, apa Vania juga baik-baik saja?
“Vania nggak papa kan, Bu?”
“Mana ada anak yang baik-baik saja ketika tahu orang tuanya akan berpisah, Miss? Vania hanya tidak menunjukkannya saja. Tapi justru itu yang membuat saya khawatir,”
Ah… Vania tidak ingin membuat orang di sekelilingnya khawatir. Pasti terasa menyesakkan baginya sekarang. Ah, nak, bagaimana bisa kamu sanggup untuk berkawan lama dengan sesak? Aku memutuskan untuk menahan diri agar tak mencari tahu lebih dalam soal permasalahan ini.
Tiba-tiba kami berdua mellow. Setelah mencuci piring dan kembali ke kamar, aku menimbang-nimbang ponselku.
“Kenapa, miss? Galau banget mukanya,”
“Hahahaha… kelihatan ya? Nggak papa kok,” kemudian perhatianku kembali terpusat pada aplikasi pesan singkat. Rasa ingin tahuku ternyata cukup besar, hingga mendorongku untuk membuka pesan singkat dari, Lea, salah seorang sobatku.
Lan, aku dapet kabar dari Dimas. Bintang mau ngelamar cewek yang dulu pernah dia suka.
Aku termenung sesaat.
Harusnya aku baik-baik saja ketika menerima kabar ini sejak aku membulatkan tekad untuk membiarkan jejak perasaanku yang dulu. Tapi mengapa rasanya masih aneh? Apa niatku masih lemah?
‘Cewek yang dulu pernah dia suka’ itu tak pernah aku.
Aku bingung. Tak tahu harus membalas berita ini dengan respon bagaimana. Jelas aku kesal dengan pemberitaan ini jadi mengucapkan selamat bukan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang. Aku dikuasai oleh perasaan. Aku seperti tetesan air yang jatuh lalu dia tak menemukan permukaan yang menampungnya.
Lea… aku nggak tahu harus bersikap gimana. Aku pun nggak tahu harus sedih, lega, atau bahagia dapet kabar ini… bahkan untuk merespon ini pun sepertinya aku tidak berhak. Aku siapa di hidupnya?
balasku cepat dengan mengusap air mata yang sudah tak mampu aku untuk menahannya. Apa memang kesempatan ku untuk bisa bersamanya sejak dulu tak pernah ada?
Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
0 notes